79712366-DERMATOFITOSIS-2

15
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dap ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur y terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93! Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. $ermato%itosis atau ringwo adalah mikosis super%i&ial yang disebabkan oleh golongan jamur dermato%ita di da mikologi kedokteran dikenal istilah dermatonikosis dan dermato%itosis. $ermato%i 'dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit( dan jamur serupa rag albi&an. Istilah dermato%itosis diaritkan semua penyakit kulit, kuku dan rambut disebabkan oleh semua jamur termasuk pitrisasis versikolor, kondidrasis kulit da pada penyakit jamur sistemik. Insidensi mikosis super%isial sangat tinggi di In menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibi&arakan se&ara luas. Sebalik pro%unda jarang terdapat. )ang termasuk ke dalam mikosis super%isial terbagi 2* dermato%itosis dan non!dermato%itosis. Istilah dermato%itosis harus dibedakan di dermatomikosis. $ermato%ita termasuk kelas %ungi imper%e&ti yang terbagi dalam g yaitu mi&rosporum, tri&hophyton, dan epidermophyton. Selain si%at keratolitik ma si%at yang sama di antara dermato%ita, misalnya si%at %aali, taksonomis, antigen +at makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit. 1

description

hsjydgmjj

Transcript of 79712366-DERMATOFITOSIS-2

PENDAHULUANLatar Belakang Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. Dermatofitosis atau ringworm adalah mikosis superficial yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita di dalam mikologi kedokteran dikenal istilah dermatonikosis dan dermatofitosis. Dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida albican. Istilah dermatofitosis diaritkan semua penyakit kulit, kuku dan rambut yang disebabkan oleh semua jamur termasuk pitrisasis versikolor, kondidrasis kulit dan lesi kulit pada penyakit jamur sistemik. Insidensi mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas. Sebaliknya mikosis profunda jarang terdapat. Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi 2: kelompok dermatofitosis dan non-dermatofitosis. Istilah dermatofitosis harus dibedakan di sini dengan dermatomikosis. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam genus, yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton. Selain sifat keratolitik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit. DERMATOFITOSISDEFINISIDermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita.

SINONIMTinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata

ETIOLOGIDermatofita adalah jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kleas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Ketiga genus ini mempunyai sifat keratofilik.

Microsporum

Trichophyton EpidermophytonKLASIFIKASIBerdasarkan lokasi lesinya, dermatofitosis dibagi menjadi:1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.

2. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.

3. Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.

4. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.

5. Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.

6. Tinea korporis, dermatofitosispada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas.

Selain 6 bentuk tinea diatas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus yang dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis, yaitu:

Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan disebabkan Trichophyton concentricum

Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton schoenleini yang secara klinis berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor)

Tinea fasialis, tinea aksilaris yang juga menunjukkan daerah kelainan

Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.

Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea incognito, yang berarti dermaotfitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.

GEJALA KLINIS

Tinea glabrosa atau dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi khas. Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorfi). Bagian tepi lsi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah. Eczema marginatum adalah istilah yang tepat untuk lesi dermatofitosis secara deskriptif.

Bergantung pada berat ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam lesi kulit. Wujud lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi, menahun oleh trichophyton rubrum sampai kerion Celsi yang disebabkan Microsporum canis. Di antara 2 bentuk ekstrim ini, dapat dilihat macam-macam kelainan kulit dengan tingkat peradangan yang berbeda. Beberapa penulis berdasarkan berat ringannya peradangan lesi, menggunakan istilah dermatofitosis superfisialis, media, dan profunda.A. TINEA PEDIS

Definisi

Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.

Sinonim

Athletes foot, ringworm of the foot, kutu air Bentuk

1. Tinea pedis bentuk interdigitalis

Bentuk ini adalah yang tersering diantara bentuk lain. Diantara jari IV dan V terlihat fissura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai oleh infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas, yang disertai gejala-gejala umum.

2. Tinea pedis bentuk moccasin foot

Pada bentuk ini tampak seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.

3. Tinea pedis bentuk subakut

Pada bentuk ini dapat terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis, limfangitis, dan kadang-kadang menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.Tinea pedis banyak terlihat pada orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa.

B. TINEA UNGUIUM

Definisi

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.

Sinonim

Dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail

Bentuk

1. Subungual distalis

Bentuk ini dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku raouh yang menyerupai kapur.

2. Leukonikia trikofita

Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur.3. Subungual proksimalis

Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atay yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripaada kuku tangan.

Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan; kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.

C. TINEA KRURIS Definisi

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.

Sinonim

Eczema marginatum, Dhobie itch, jockey itch, ringworm of the groin.

Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.

Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.

D. TINEA KORPORIS Definisi

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin).

Sinonim

Tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique.

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali.

Bentuk

1. Tinea imbrikata Bentuk khas tinea korporis ini disebabkan oleh Trichophyton concentricum. Tinea ini dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasar dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai ladi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Bila diraba dengan jari tangan kita meraba dari bagian tengah kearah luar, akan terasa jelas skuama menghadap ke dalam. Lingkaran-lingkaran skuama konsenstris bila menjadi besar dapat bertemu dengan lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggiran polisiklik. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis. Kulit kepala penderita dapat terserang, akan tetapi rambut biasanya tidak. Tinea unguium juga sering menyertai penyakit ini.2. Tinea Favosa

Bentuk ini disertai dengan kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta terserbut biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diiangkat terlihat dasar cekung merah dan membasah. Rambut kemudian tidak berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas ke seluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis, yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada akil balik. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut. Favus pada kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium pada umumnya, yang disebabkan oleh spesies dermatofita lainnya. Tiga spesies dermatofita dapat menyebabkan favus yaitu, Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum dan Microsporum gypseum. Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur dan ketahanan penderita sendiri.3. Bentuk menahun

Pada tinea bentuk ini, tanda radang tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.

E. TINEA KAPITIS DefinisiTinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita.

SinonimRingworm of the scalp

Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan , alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.

BentukTerdapat 3 bentuk tinea kapitis:

1. Grey patch ringworm

Bentuk ini biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah terserbut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu Wood ini banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion.

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.

3. Black dot ringworm

Kelainan ini disebabkan oleh Tricohophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini member gambaran khas yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur.PEMBANTU DIAGNOSISPemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.

Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan unuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan sebagai berikut: terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 70%, kemudian untuk:

1. Kulit tidak berambut (glaborous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril.

2. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit di daerah terserbut dikerok untuk mengumpulkan sisik kelit, pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus tinea kapitis tertentu.

3. Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.

Mikroskopik Langsung

Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45. Pemeriksaan dengan pembesaran 10x100 biasanya tidak diperlukan.

Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah 1 2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20 menit hal ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut, pemanasansudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker superchroom blue black.Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ekrotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihata juga hifa pada sediaan rambut.

Kultur Spesimen akan diinokulasi ke dalam media isolasi primer, seperti agar sabourauds dextrose yang terdiri dari sikloheksimid (actidione) dan masa inkubasi 26-28o C selama 4 minggu. Pertumbuhannya signifikan pada banyak dermatofita. DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis, biasanya batasnya tidak tegas dan bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari dan tangan dapat merupakan reaksi id, yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti pada temapt tersebut. Hiperhidrosis, terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Bila hanya terlihat vesikel-vesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan tangan. Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari kaki.

Akrodermatitis kontinua dan Morbus Andrew, dapat menyerupai tinea pedis dan manum sangat sulit dibedakan dengan dermatofitosis bila berdasarkan pemeriksaan fisik saja dan memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Kandidosis, kadang-kadang sangatlah sulit membedakan kandidosis dengan tinea pedis murni. Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and chicken (korimbiformis). Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita, ada atau tidaknya fluor albus dapat membantu pengarahan diagnosis. Pada penderita diabetes mellitus, kandidosis merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH dan pembiakan dapat menolong. Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis, sehingga pada kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi yang bijaksana terhadap hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.

Sifilis stadium II, pada penyakit ini lesi dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan kaki. Lesi yang merah dan basah dapat merupakan petunjuk. Dalam hal ini tanda-tanda lain sifilis akan terdapat, misalnya kondiloma lata, pembesaran kelenjar getah bening yang menyeluruh, anamnesis tentang afek primer, dan pemeriksaan serologi serta lapangan gelap dapat menolong.

Psoriasis, psoriasis yang menyerang kuku pun dapat berakhir dengan kelainan yang sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang terlihat pada psoriasis tidak didapati pada tinea unguium. Lesi-lesi psoriasis pada bagian lain badan dapat menolong membedakan dengan tinea unguium. Psoriasis, tempat predileksinya antara lain daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung. Adanya lekukan pada kuku (nail pit) dapat pula menolong diagnosis. Lesi-lesi pada psoriasis biasanya lebih merah, skuama lebih banyak dan lamellar.

Pitiriasis rosea, distribusi kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal anggota badan, sukar dibedakan penyakit ini dengan tinea korporis tanpa herald patch. Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosis.

Dermatitis seboroika, biasanya tempat predileksi adalah di kulit kepala (scalp), lipatan-lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya. Lesi pada dermatitis seboroika biasanya lebih merata dan simetris distribusinya.

Eritrasma, sering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi yang sama adalah eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari penyakit ini. Pada pemeriksaan lampu Wood pun terdapat fluoresensi merah (coral red).PENGOBATAN DAN PROGNOSISPengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur dimulai.

Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah: Tinea unguium (Onychomycosis)Rekomendasi :

Terbinafine 250 mg/hr 6 minggu untuk kuku jari tangan, 12 minggu untuk kuku jari kakiAlternatif :Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400 mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan berturut-turut.

Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)Tinea capitisRekomendasi :Griseofulvin 500mg/day ( 10mg/kgBB/hari)sampai sembuh (6-8 minggu)Alternatif :Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg

Itraconazole 100 mg/hr/4mgg

Fluconazole 100 mg/hr/4 mggTinea corporisRekomendasi:

Griseofulvin 500 mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu), sering dikombinasikan dengan imidazol.Alternatif:Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mingguItraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mingguFluconazole 150-300 mg/mggu selama 4 mingguTinea crurisRekomendasi :Griseofulvin 500 mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu)Alternatif :Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.Tinea pedisRekomendasi :Griseofulvin 500mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu)Alternatif :

Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 miggu

Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1 miggu

Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 miggu.Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan. Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar. Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.

Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazole merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 92-104.

2. Harahap. M, Ilmu Penyakit Kulit; edisi pertama, Jakarta: Hipokrates, 2000; 73-87.

3. Arndt.K.A, Bowers. K.E, Chuttani. A.R, Manual of Dermatologic Therapeutics; 5th edition, Boston: Little, Brown and Company, 1995; 79-85.

4. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM 2005.

5. Fitzpatrick. T.B, Johnson. R.A, Wolff. K, Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology; 3rd edition, Masachusetts: Mc-Graw and Hill, 1997; 688-733.6. www.aafp.org, Weinstein. A, Berman. B, Topical Treatment of Common Superficial Tinea Infections.: American Family Physician, 2002.1