79258260-Referat-Stroke-Cardioemboli-Tatik.docx
-
Upload
nurul-maulina -
Category
Documents
-
view
280 -
download
0
Transcript of 79258260-Referat-Stroke-Cardioemboli-Tatik.docx
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok
gangguan cerebro vasculer, termasuk infark cerebral, perdarahan intracerebral dan
perdarahan subarahnoid. Menurut Caplan, stroke adalah segala bentuk kelainan
otak atau susunan saraf pusat yang disebabkan kelainan aliran darah, istilah stroke
digunakan bila gejala yang timbul akut.
Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Dimana stroke iskemik memliki angka kejadian 85% terhadap seluruh
stroke dan terdiri dari 80% stroke aterotrombotik dan 20% stroke
kardioemboli. Stroke hemoragik memiliki angka kejadian sebanyak 15%
dari seluruh stroke, terbagi merata antara jenis stroke perdarahan
intraserebral dan stroke perdarahan subaraknoid.
Terdapat dua kategori kerusakan otak pada pasien stroke:
1. Infark, yang disebabkan kurangnya aliran darah dan oksigen yang dibutuhkan
ke jaringan otak.
2. Perdarahan, yang merupakan pelepasan darah ke otak dan ke dalam ruang
extravaskular dalam kranium. Perdarahan menyebabkan kerusakan otak karena
menyebabkan cedera atau tekanan umum lokal pada jaringan otak; zat biokimia
yang dikeluarkan selama dan setelah perdarahan juga dapat mempengaruhi
pembuluh darah di dekatnya dan jaringan otak.
Mekanisme terjadinya infark serebri adalah melalui pembentukan trombus,
emboli, atau gangguan hemodinamik. Dalam kategori klinis stroke infark dapat
dibedakan menjadi infark atherotrombotik, infark kardioemboli atau infark
lakuner.
Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke Infark yang
terjadi karena oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari jantung atau
melalui jantung. Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung berakhir diotak,
sehingga defisit neurologi sering merupakan manifestasi awal dari penyakit
sistemik karena emboli. Stroke kardioemboli diakibatkan dari emboli yang
berasal dari jantung. Sebab tersering timbulnya emboli ini adalah fibrilasi
atrium atau terdapat kelainan katup jantung.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi,
anatomi,etiologi,patogenesis,factorresiko,gejalaklinis,diagnosa,penatalaksanaan
dari Stroke Cardioemboli
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke Infark yang terjadi
karena oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari jantung atau melalui
jantung. Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung berakhir diotak, sehingga
defisit neurologi sering merupakan manifestasi awal dari penyakit sistemik karena
emboli.
B. Epidemiologi
Di negara Amerika Serikat (2008) diperkirakan sekitar 20% stroke iskemik
diakibatkan kardio emboli. Laporan insiden tahunan diperkirakan terdapat
sebanyak 146.000 kasus. Perkiraan frekuensi stroke iskemik di dunia bervariasi
dari 12-31% tergantung dari kriteria berdasarkan definisi, tingkat evaluasi, dan
desain studi. Risiko kardioemboli meningkat sesuai dengan pertambahan umur.
Semakin tua umur, semakin tinggi frekuensi stroke kardio emboli, diperkirakan
karena meningkatnya prevalensi fibrilasi atrium pada orang tua.
a. Kematian/Kecacatan
Pada umumnya, stroke kardio emboli memiliki prognosis jelek dan lebih
banyak mengakibatkan kelumpuhan akibat stroke daripada sub tipe stroke iskemik
lainnya. Pada pengamatan umum ini berasal dari emboli yang berasal dari ruang
jantung, yang rata-rata berukuran besar.
b. Ras
Orang kulit hitam dan keturunan Spanyol dilaporkan memiliki frekuensi yang
lebih rendah terkena stroke kardio emboli daripada kulit putih, mungkin
mencerminkan prevalensi yang lebih rendah dari fibrilasi atrium dalam kelompok-
kelompok ras ini.
c. Jenis Kelamin
3
Rasio wanita:laki-laki pada stroke kardio emboli meningkat sesuai umur,
mencerminkan peningkatan prevalensi dari fibrilasi atrium diantara wanita yang
lebih tua.
d. Umur
Frekuensi relatif pada stroke kardio emboli sebagai proporsi dari semua
stroke adalah dua modalitas, lebih tinggi pada usia muda (<50 tahun) dan lanjut
usia (>75 tahun). Insiden terus meningkat seusai pertambahan umur karena
meningkatnya frekuensi fibrilasi atrium.
C. Faktor Resiko Kardioemboli
a. Faktor risiko mayor yang dapat dimodifikasi
1. Tekanan darah tinggi
Risiko mayor untuk serangan jantung dan faktor risiko terpenting pada
stroke.
2. Abnormal blood lipids
Total kolesterol tinggi, LDL-kolesterol dan kadar trigliserida, dan kadar
HDL kolesterol rendah meingkatkan risiko dari penyakit jantung koroner
dan stroke iskemik.
3. Perokok
Meingkatkan risiko penyakit jantung, terutama pada orang muda, dan
perokok berat. Perokok pasif mempunyai risiko yang sama.
4. Inaktifitas Fisik
Meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke 50%
5. Obesitas
Risiko mayor untuk penyakit jantung koroner dan diabetes.
6. Makanan tidak sehat
Rendah konsumsi buah-buahan dan sayuran diperkirakan menyebabkan
31% penyakit jantung dan 11% stroke di dunia; asupan saturasi lemak
yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke akibat efek
pada lipid darah dan trombosis.
4
7. Diabetes mellitus
Risiko mayor untuk penyakit jantung koroner dan stroke.
b. Faktor Risiko lain yang dapat dimodifikasi
1. Status ekonomi rendah
Hubungan terbalik dengan risiko penyakit jantung dan stroke.
2. Penyakit gangguan mental
Depresi berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung
koroner.
3. Stres psikososial
Stres berkepanjangan, isolasi sosial dan kecemasan meningkatkan risiko
penyakit jantung dan stroke
4. Pengguna alkohol
Satu sampai dua minuman setiap hari dapat mengurangi 30% penyakit
jantung, namun peminum berat dapat merusak otot jantung.
5. Penggunaan obat-obat tertentu
Beberapa kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon meningkatkan risiko
penyakit jantung.
6. Lipoprotein(a)
Meningkatkan risiko serangan jantung terutama ditemukan pada LDL
kolesterol yang tinggi.
7. Hipertrofi ventrikel kiri
Penanda kuat kematian kardiovaskular.
c. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1. Usia lanjut
5
Sebagian besar faktor independen yang kuat untuk penyakit jantung;
risiko stroke meningkat dua kali setiap sepuluh tahun setelah umur 55
tahun.
2. Herediter atau riwayat keluarga
Meningkatkan risiko jika keluarga sedarah menderita penyakit jantung
koroner atau stroke sebelum usia 55 tahun (bagi saudara laki-laki) atau
65 tahun (bagi seorang kerabat wanita)
3. Jenis kelamin
Rata-rata lebih tinggi penyakit jantung koroner antara laki-laki
dibandingkan dengan perempuan (umur premenopause); risiko stroke
sama antara laki-laki dan perempuan.
d. Faktor risiko baru
1. Kelebihan homocysteine dalam darah
Kadar yang tinggi dapat berkaitan dengan peningkatan risiko
kardiovaskular.
2. Inflamasi
Penanda inflamasi berat berkaitan dengan peningkatan risiko
kardiovaskular, seperti kenaikan C-reactive protein (CRP).
3. Koagulasi darah abnormal
Kenaikan kadar fibrinogen darah dan penanda bekuan darah lain
meningkatkan risiko komplikasi-komplikasi lain.
e. Faktor Risiko pada wanita
Penggunaan kontrasepsi oral
Terapi sulih jormon
Sindrom polikistik ovarium
Risiko serangan jantung paling tinggi pada awal setiap siklus menstruasi.
D. Patogenesis
6
Pembentukan emboli yang menoklusi arteri di otak bisa bersumber dari
jantung sendiri atau berasal dari luar jantung, tetapi pada perjalanannya melalui
jatung, misalnya sel tumor, udara dan lemak pada trauma, parasit dan telurnya.
Yang sering terjadi adalah emboli dari bekuan daran (clots) karena penyakit
jantungnya sendiri.
Caplan LR (2009) membagi berbagai tipe dari bahan emboli yang berasal dari
jantung, yaitu:
1. Trombus merah, trombus terutama mengandung fibrin (aneurisma
ventrikel).
2. Trombus putih, aggregasi pletelet – fibrin (Infark miokard).
3. Vegetasi endocarditis marantik.
4. Bakteri dan debris dari vegetasi endocarditis.
5. Kalsium (kalsifikasi dari katup dan anulus mitral).
6. Myxoma dan framen fibroelastoma.
Gambar 1. Dasar otak pada pembedahan mayat memperlihatkan emboli
merah membengkakan arteri basilaris
Pembentukan Emboli Dari Jantung
7
Pembentukan trombus atau emboli dari jantung belum sepenuhnya diketahui,
tetapi ada beberapa faktor prediktif pada kelainan jantung yang berperan dalam
proses pembentukan emboli, yaitu:
1. Faktor mekanis
Perubahan fungsi mekanik pada atrium setelah gangguan irama (atrial
fibrilasi), mungkin mempunyai korelasi erat dengan timbulnya emboli.
Terjadinya emboli di serebri setelah terjadi kardioversi elektrik pada pasien
atrial fibrilasi. Endokardium mengontrol jantung dengan mengatur kontraksi
dan relaksasi miokardium, walaupun rangsangan tersebut berkurang pada
endokardium yang intak. Trombus yang menempel pada endokardium yang
rusak (oleh sebab apapun), akan menyebabkan reaksi inotropik lokal pada
miokardium yang mendasarinya, yang selanjutnya akan menyebabkan
kontraksi dinding jantung yang tidak merata, sehingga akan melepaskan
material emboli.
Luasnya perlekatan trombus berpengaruh terahadap terjadinya emboli.
Perlekatan trombus yang luas seperti pada aneurisma ventrikel mempunyai
resiko (kemungkinan) yang lebih rendah untuk terjadi emboli dibandingkan
dengan trombus yang melekat pada permukaan sempit seperti pada
kardiomiopati dilatasi, karena trombus yang melekat pada permukaan sempit
mudah lepas. Trombus yang mobil, berdekatan dengan daerah yang
hiperkinesis, menonjol dan mengalami pencairan di tengahnya serta rapuh
seperti pada endokarditis trombotik non bakterial cenderung menyebabkan
emboli.
2. Faktor aliran darah
Pada aliran laminer dengan shear rate yang tinggi akan terbentuk trombus
yang terutama mengandung trombosit, karena pada shear rate yang tinggi adesi
trombosit dan pembentukan trombus di subendotelial tidak tergantung pada
fibrinogen, pada shear rate yang tinggi terjadi penurunan deposit fibrin,
sedangkan aggregasi trombosit meningkat.
Sebaliknya pada shear rate yang rendah seperti pada stasis aliran darah
atau resirkulasi akan terbentuk trombus yang terutama mengandung fibrin,
8
karena pada shear rate yang rendah pembentukan trombus tergantung atau
membutuhkan fibrinogen.
Stasis aliran darah di atrium, merupakan faktor prediktif terjadinya
emboli pada penderita fibrilasi atrium, fraksi ejeksi yang rendah, gagal jantung,
infark miokardium, kardiomiopati dilatasi.
3. Proses trombolisis di endokardium
Pemecahan trombus oleh enzim trombolitik endokardium berperan untuk
terjadinya emboli, walupun pemecahan trombus ini tidak selalu menimbulkan
emboli secara klinik. Hal ini telah dibuktikan bahwa bekuan (clot) setelah
Infark miocard, menghilang dari ventrikel kiri tanpa gejala emboli dengan
pemeriksaan ekhokardiografi. Keadaan kondisi aliran lokal yang menentukan
kecepatan pembentukan deposit platelet disertai dengan kerusakan endotelium
yang merusak proses litik, kedua hal ini akan menyebabkan trombus menjadi
lebih stabil.
Perjalanan Emboli Dari Jantung
Emboli yang keluar dari ventrikel kiri, akan mengikuti aliran darah dan
masuk ke arkus aorta, 90% akan menuju ke otak, melalui. A.karotis komunis
(90%) dan a.veterbalis (10%). Emboli melalui a.karotis jauh lebih banyak
dibandingkan dengan a.veterbalis karena penampang a.karotis lebih besar dan
perjalanannya lebih lurus, tidak berkelok-kelok, sehingga jumlah darah yang
melalui a.karotis jauh lebih banyak (300 ml/menit), dibandingkan dengan
a.vertebralis (100 ml/menit).
Emboli mempunyai predileksi pada bifurkatio arteri, karena diameter arteri
dibagian distal bifurkasio lebih kecil dibandingkan bagian proksitelnya, terutama
pada cabang a.serebrimedia bagian distal a.basilaris dan a.serebri posterior.
Emboli kebanyakan terdapat di a.serebri media, bahkan emboli ulang pun memilih
arteri ini juga, hal ini disebabkan a.serebri media merupakan percabangan
langsung dari a. karotis interna, dan akan menerima darah 80% darah yang masuk
a.karotis interna.
9
Emboli tidak menyumbat cabang terminal korteks ditempat watershead
pembuluh darah intrakranial, karena ukurannya lebih besar dari diameter
pembuluh darah ditempat itu. Berdasarkan ukuran emboli, penyumbatan bisa
terjadi di a.karotis interna, terutama di karotis sipon. Emboli mungkin meyumbat
satu atau lebih cabang arteri. Emboli yang terperangkan di arteri serebri akan
menyebabkan reaksi:
1. Endotel pembuluh darah
2. Permeabilitas pembuluh darah meningkat
3. Vaskulitis atau aneurisma pembuluh darah
4. Iritasi lokal, sehingga terjadi vasospasme lokal
Selain keadaan diatas, emboli juga menyebabkan obstrupsi aliran darah,
yang dapat menimbulkan hipoksia jaringan dibagian distalnya dan statis aliran
darah, sehingga dapat membentuk formasi rouleaux, yang akan membentuk klot
pada daerah stagnasi baik distal maupun proksimal. Gangguan fungsi neuron akan
terjadi dalam beberapa menit kemudian, jika kolateral tidak segera berfungsi dan
sumbatan menetap.
Bagian distal dari obstrupsi akan terjadi hipoksia atau anoksia, sedangkan
metabolisme jaringan tetap berlangsung, hal ini akan menyebabkan akumulasi
dari karbondiaksida (CO2) yang akan mengakibatkan dilatasi maksimal dari
arteri, kapiler dan vena regional. Akibat proses diatas dan tekananaliran darah
dibagian proksimal obstrupsi, emboli akan mengalami migrasi ke bagian distal.
Emboli dapat mengalami proses lisis, tergantung dari:
1. Faktor vaskuler, yaitu proses fibrinolisis endotel lokal, yang memegang
peran dalam proses lisis emboli.
2. Komposisi emboli, emboli yang mengandung banyak trombosit dan sudah
lama terbentuk lebih sukar lisis, sedangkan yang terbentuk dari bekuan
darah (Klot) mudah lisis.
Oedem Serebri
10
Oedem serebri didefinisikan sebagai akumulasi cairan yang abnormal di
serebri, yang menyebabkan penambahan volume serebri. Emboli yang
menyumbat arteri serebri secara permanen akan menyebabkan iskemia jaringan
otak, yang menyebabkan kematian sel otak, karena kegagalan energi. Teori ini
menerangkan kehidupan sel tergantung dari homeostasis yang utuh, termasuk
homeostasis seluler yang mempunyai aktifitas seperti pompa ion, transport aktif,
yang prosesnya tergantung dari energi. Bila ada gangguan dari respirasi seluler,
seperti iskemia,akan menyebabkan gangguan homeostasis dan terjadi kematian
sel. Tipe kematian sel ini disebut kematian karena kegagalan energi yang
mempunyai sifat kematian pannekrosis, yaitu kematian seluruh neuron, sel glia,
dan dinding pembuluh darah. Keadan ini akan menyebabkan gangguan dari
tekanan intaseluler atau membran sel, sehingga terjadi gangguan transport
natrium–kalium, disertai masuknya cairan kedalam intra sel. Oedem serebri yang
terjadi disebut sebagai oedem serebri sitotoksik.
Evolusi temporal dari Infark iskemik mulai dari beberapa menit sampai
beberapa jam dan kerusakan fokal hampir selalu berhubungan dengan oedem
serebri. Selama periode iskemia dan reperfusi dipembuluh darah perifer akan
terjadi deplesi dari neutrofil, mikroglia yang reaktif, makrofag akan mengeluarkan
mediator kimia seperti bradikinin, serotonin, histamin, dan asam arakhinoid yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Selain hal diatas
peningkatan permeabilitas pembuluh darah juga disebabkan adanya peningkatan
tekanan hidrostatik lokal. Iskemia juga meyebabkan akumulasi dari substansi
osmolal, seperti natrium, laktat dan asam organik lainnya, yang mempermudah
terjadinta oedem setelah resirkulasi. Oedem yang terjadi karena adanya akumulasi
cairan secara pasif di ruang interstitial sel serebri. Oedem ini disebut sebagai
oedem serebri vasogenik. Secara teoritis oedem serebri vasogenik tidak akan
terjadi selama iskemia serebri yang komplit, tidak ada aliran, tidak ada oedem.
Oedem serebri merupakan karakteristik dari Infark karena emboli, walaupun
setiap Infark selalu ada menyebabkan oedem serebri (kadang tidak
bermanifestasi). Oedem serebri yang masif biasanya timbul setelah Infark luas
yang terjadi setelah oklusi a. serebri media atau a. karotis interna yang permanen.
11
Hasil otopsi menunjukkan 2/3 dari Infark serebri yang luas dengan oedem serebri
berasal dari kardioemboli. Oedem serebri iskemia mencapai volume maksimal
setelah hari ke 3-4 akumulasi cairan diresorbsi setelah hari ke 4 –5.
Infark Berdarah
Disebut Infark berdarah bila ditemukan sejumlah sel darah merah diantara
jaringan nekrotik. Pada otopsi ditemukan fokus berupa perdarahan petkhial yang
menyebar sampai perdarahan petkhial yang berkumpul sehingga hampir
meyerupai hematoma yang masif. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa nasib
emboli yang mengoklusi arteri serebri bisa permanen, migrasi atau lisis, bila
terjadi resirkulasi karena migrasi atau lisis setelah jaringan serebri mengalami
nekrosis, tekanan darah arterial yang normal akan memasuki kapiler yang
hipoksia akan menyebabkan diapedesis dari sel darah merah melalui dinding
kapiler yang hipoksia. Makin hebat resirkulasi dan makin berat kerusakan dinding
kapiler akan menyebabkan makin masifnya Infark berdarah. Infark berdarah ini
biasanya terletak diproksimal Infark. Caplan (2009) mengelompokkan penyakit
jantung sebagai sumber emboli menjadi 3:
1. Kelaianan dinding jantung, seperti kardiomiopati, hipokinesis dan akinesis
dinding ventrikel pasca Infark miocard,aneurisma atrium, aneurisma
ventrikel, miksoma atrium dan tumor lainnya, defek septum dan paten
foramen ovale.
2. Kelaianan katup,seperti kelainan katup mitral rematik, penyakit aorta, katup
protesis, endokarditis bakterial, endokarditis trombotik non bakterial, prolaps
katup mitral dan kalsifikasi annulus mitral.
3. Kelaianan irama, terutama fibrilasi atrium dan sindrom sick sinus.
Sumber emboli pada jantung yang menyebabkan iskemia serebri
12
Gangguan Lokasi potensial materi emboli
IM Baru dengan kerusakan endokarium
IM lama dengan akinetik segmen atau
aneurisma dilatasi
Rematik mitral stenosis *
Rematik mitral regurgasi *
Endokarditis infektif
Trombotik endokarditis non bakterial
Prolaps katup mitral*
Kalsifikasi annulus mitral*
Aorta stenosis kalsifikasi
Katup protesis*
Kardiomiopati
Miksoma atrial
Atrial fibrilasi
Sindrom sick sinus
Permukaan endokard ventrikel kiri
Apek ventrikel kiri, terperangkap
dalam trabekula cornea cordis
Aurikel atau atrium dilatasi
Lesi jet atau atrial endocardium
Permukaan katup dan pangkalnya
Permukaan katup
Permukaan katup dan pangkalnya
diatrium
Pangkal permukaan katup^
Kalsifikasi pada dasar cuping
Tempat pangkal dan permukaan
katup
Atrium atau ventrikel, terperangkap
pada trabekula cornea cordis
Tumor pada septum sekundum
Trombus di atrium kiri
Trombus di atrium kiri
* Keadaan ini mudah terjadi infeksi endokarditis
Selain trombus, material kalsium dari katup degenaratif bisa lepas sebagai emboli
Penyakit Jantung Sebagai Sumber Emboli
A. Kardiomiopati dilatasi
13
Pada kardiomiopati dilatasi terjadi ganguan kontraksi ventrikel secara
menyeluruh. Manifestasi penyakit ini menjadi gagal jantung progresif, dan
aritmia. Aritmia yang timbul biasanya sebagai ventrikel takikardi dan 20-30%
menjadi atrial fibrilasi kronik.
Patogenesa terjadinya trombus dipercaya karena adanya aliranyg statis di
intrakavitas. Trombus yang terjadi cendrung kecil dan menyebar diseluruh kapitas
dengan predileksi di apeks, tempat statis aliran maksima. Deteksi trombus dengan
ekhokardiografi ditemukan antara 11-58% pada penderita kardiomiopati dilatasi,
tetapi deteksi trombus ini tidak berkolerasi dengan emboli yang terjadi.
B. Infark miokardium
Komplikasi stroke kardioemboli pada Infark miokardim akut (IMA)
mencapai 2,5% dari pasien dalam waktu 2-4 minggu. Hasil otopsi menunjukkan,
bahwa prevalensi trombus ventrikel kiri dengan emboli lebih tinggi dari yang
bermanifestasi klinik.
Faktor resiko terbentuknya trombus ventrikel kiri adalah segmen ventrikel
yang hipokinetik atau akinetik (yang menyebabkan statis aliran darahI dan
kerusakan dari permukaan endokardim (sebagai faktor trombogenik). Pada
pemeriksaan EEG pada 24 jam pertama setelah awitan dari IMA biasanya
tidakditemukantrombus ventrikel kiri. Pembentukan trombus mulai terjadi pada
hari 1- 7, dan berkembang sampai minggu ke-2. kurang lebih 1/3 dari trombus
akan menonjol ke dalam rongga ventrikel dan sisanya berbentuk mural atau datar.
Trombus yang bergerak (mobil) dan atau menonjol ke rongga ventrikel
mempunyai resiko emboli lebih tinggi dibandingkan bentuk mural.
14
Gambar 2. Jantung pada bedah mayat pada pasien dengan emboli otak massif.
Terdapat banyak bekuan darah pada infark miokardium (Caplan).
C. Aneurisma pasca Infark miokardium
Pada aneurisma ventrikel terajdi stasis sirkulasi regional yang merupakan
faktor predisposisi terbentuknya trombus di ventrikel kiri. Trombus biasanya
berbentuk datar, melekat pada permukaan yang luas dan tidak bergerak. Trombus
ini jarang menimbulkan emboli.
D.Miksoma atrium
Tumor primer jantung, jinak, biasanya di atrium kiri, insidensi jarang,
biasanya mengenai dewasa muda dan pertengahan dan sangat jarang
menyebabkan stroke. Gejala yang umum timbul sebagai sekunder dari obstruksi
aliran ke arteri serebri sekitar 50% dari kasus. Material emboli terdiri dari 2 tipe,
platelet fibrin dan fragmen tumor.
15
E. Defek septum
Kelainan atau defek pada septum mencakup paten foramen ovale, defek
atrio septal dan fistula pulmonal arteriovenosus, yang menyebabkan aliran sistem
vena langsung memasuki aliran arteri dengan membawa material emboli, disebut
sebagai emboli paradoksikal. Pada otopsi didapatkan 30-35% menderita paten
foramen ovale, sedangkan pada pemeriksaan ekhocardiografi dengan kontras pada
orang normal, didapatkan 10-18%. Emboli paradoksikal sering diduga sebagai
penyebab stroke yang tidak jelas penyebabnya.
F. Kelainan katup mitral rematik
Trombus di ventrikel kiri ditemukan pada 15-17% otopsi, yang tidak
mempunyai riwayat emboli. Trombus bisa timbul pada penderita dengan stenosis
mitral sedang, dan terbentuk sebagai Jet lession yang terbentuk di dinding
ventrikel kiri,material trombus bisa dari klot di atrium kiri, atau klot dan kalsium
dari katup mitral sendiri.
Emboli berulang sering terjadi (30-75%),biasanya dalam waktu 6-12
bulan. Timbulnya atrial fibrilasi meningkatkan resiko emboli menjadi 4 kali.
Resiko emboli juga meningkat berkolerasi dengan lamanya senosis mitral.
G. Katup Protesis
Katup protesis meningkatkan trombogenik, sehingga tromboemboli
menjadi komplikasi morbiditas dan mortalitas yang utama. Rata-rata
embolip[enderita dengan katup protesis mitral 3-4% pertahun, sedangkan pada
katup aorta protesis lebih rendah, yaitu 1,2-2,2% pertahun. Komplikasi lain
endokarditis katup protesis, yang mempunyai insidensi 2,4% pertahun, menjadi
sumber yang sangat potensial untuk terjadi emboli.
H. Endokarditis bakterial
Insidensi endokarditis bakterial menurun sesuai dengan penurunan dari
penyakit jantung rematik,perkembangan antibiotik, dan tindakan operativ, tetapi
insidensi stroke karena endokarditis bakterial (15-20%) tidak menurun. Keadaan
ini dapat diterangkan bahwa mayoritas stroke timbul setelah 48 jam terjadinya
16
endokarditis bakterial, dan resiko serta berat emboli lebih tinggi pada infeksi
stapilococcus aureus atau epidermidis dengan katup protesis.
Stroke dapat pula terjadi tanpa manifestasi endokarditis bakterial.
Komplikasi neurologis ke susunan saraf pusat bisa menajdi beberapa bentuk, yaitu
iskemia, hemorrhage, ensefalopati toksik, meningitis, arteritis, biogenik,
aneurisma mikotik, dan perdarahan subarakhnoid, tergantung dari bagian dan
ukuran dari emboliseptik. Prediktif resiko emboli dari deteksi vegetasi katup
dengan echocardiografi tidak sepenuhnya berkorelasi, untuk mengurangi resiko
stroke hanya dengan secepat mungkin menanggulangi infeksi dengan pemberian
antibiotik.
I. Endokarditis trombotik nonbakterial (ETN)
Emboli terjadi dari vegetasi steril yang tumbuh pada katup, biasanya
penderita dengan adenocarsinoma paru, pankreas, prostat dan paling banyak
malignansi hematologi. Disebut juga sebagai marantic, terminal, dan verrukosa
endokarditis. ETN tipe non infeksi endokarditis, pada katup jantung yang
normal,vegetasinya biasanya kecil terdiri dari platelet dan deposit fibrin,
patogenesanya masih belum pasti, tetapi diperkirakan karena perubahan
permukaan katup, dan keaadaan hiperkoagulasi (DIC, tumor mucin, procoagulan).
J. Prolaps katup mitral (PKM)
PKM merupakan kelainan katup yang terjadi pada 5% populasi umum dan
lebih sering pada wanita muda. Barnett (1980) menemukan 4,7% penderita stroke
dibawah umur 45 tahun disebabkan PKM, dengan pemeriksaan ekhokardiografi
dengan kontras, ditemukan 40% penderita TIA/stroke dibawah umur 45 tahun
disebabkan PKM. PKM dalam pemeriksaan ekhokardiografi terlihat pergerakan
yang sangat berlebih dari daun katup ke arah atrium. Secara patologi terlihat daun
katup dan korda tendinae mengalami degenerasi musinous dan fibromatous.
Gejala dari PKM tidak spesifik. Beberapa komplikasi dari PKM adalah,
endokarditis bakterial, mitral regurgasi, arritmia, kematian mendadak,
endocarditis trombotik non bakterial, serebral dan retinal iskemia. Trombus bisa
terdapat pada katup mitral yang miksomatus, posterior katup mitral, posterior
17
dinding atrium, bahkan pada daun katup yang bergerak. Trombus berasal dari
daun katup yang berdegenerasi dan dari fibrin dan platelet.
K.Kalsifikasi annulus mitral (KAM)
KAM merupakan proses kalsifikasi pada orang tua, yang sesuai dengan
proses degerasi. Berhubungan erat dengan aterosklerosis koroner, gangguan
konduksi jantung, atrial fibrilasi kronis, kardiomegali, gagal jantung, dan
aterosklerosis a.karotis.
L. Atrial fibrilasi (AF)
Trombus ventrikel kiri pada penderita AF ditemukan 15,8%, sedangkan
pada kontrol hanya 1,7%. Infark serebri 32,2% pada AF, sedangkan pada kontrol
11%. Frekuensi Infark serebri meningkat sesuai dengan lamanya AF. Penyebab
AF yang paling sering adalah penyakit jantung rematik dan penyakit jantung
iskemik. Resiko emboli pada AF paling tinggi setelah terjadi kardioversi elektikal
atau reversi spontan keritme sinus. Trombus terbentuk di atrium kanan karena
stasis dari aliran darah.
Non valvular atrial fibrilase (NVAF) berinsidensi 2-5% dari populasi umur
60 tahun, dan prevalensi meningkat sesuai dengan penambahan usia. NVAF
merupakan penyebab mayor stroke kardioemboli dengan Infark serebri masif.
Valvular atrial fibrilasi mempunyai resiko stroke 17 kali dari kontrol.
M. Sindrom Sick Sinus (SSS)
SSS merupakan terminologi disfungsi sinoatrial (SA), yang bermanifestasi
bradikardia (kurang dari 50 denyut permenit), sinus arrest atau sinoatrial block.
SSS bisa timbul pada setiap usia tetapi sering pada orang tua dan berhubungan
dengan penyakit jantung iskemik, kardiomiopati, hipertensi, penyakit jantung
rematik. Terjadinya bradikardi berhubungan dengan supraventrikuler takhikardi
dan atrial flutter atau fibrilasi. Patofisiologi terjadinya emboli sama dengan atrial
fibrilasi.
18
E. Gejala Klinis
Penurunan kesadaran pada saat onset stroke.
Onset yang tiba-tiba dari keluhan dan gejala yang maksimal
Temuan segera dari gejala defisit hemisfer yang luas.
Dicetuskan oleh manuver valsava.
Gejala memperlihatkan keterlibatan teritori vaskular yang
berbeda dari otak.
Tidak ditemukannya kejang ataupun nyeri kepala pada soot
onset.
Emboli kardiogenik (terutama dari sumber kelainan katup).
F. Pemeriksaan Fisik
Temuan adanya disritmia jantung (ex ; fibrilasi atrium, sick sinus
syndrome)
Temuan adanya bising jantung (ex ; stenosis mitral,aorta stenosis
kalsifikasi)
Temuan gagal jantung kongestif (ex ; setelah infark miokard akut)
Penyakit penyerta (ex ; SLE, endokarditis)
Temuan tanda emboli sistemik
DIAGNOSIS STROKE C A R D I O E M B O L I
19
Skala klinis Davis & Hart
1. Sumber utama jantung
Fibrilasi Atrium 3Sindroma Sick Sinus 3Stenosis Mitral 4Katup protesis 4Trombus Ventrikel kiri 4lnfark miokard akut 4Aneurisma ventrikel kiri tahpa trombus 3
2. Saat kejadian defisit neurologis maksimal dan mendadak { kurang 5menit pada pasien sedang aktif)
3. Tldak ada/sangat sedikit aterosklerosis pada pemeriksaan USG di karotis, angiografi karotis 1
4. lnfark kortikal atau subkortikal luas(Kiinis atau dengan CT-scan/MRI kepala)
5. lnfark kortikal sebelumnya pada suatu area vaskular lain
(Kiinis atau dengan CT-scan/MRI kepala)6. Tldak didapatkan aterosklerosis pada arteriogram 37. lnfark berdarah pada CT-Scan8. Tidak didapatkan HT kronis
>4-57 Tersangka>6-77 Lebih mungkin>8 7Sangat mungkin
TASK FORCE OF CEREBRAL EMBOLIC
KRITERIA1 . defisit neurologi tiba-tiba dan maksimal2. sumber emboli jantung3. lnfark multipel4. infark hemoragik pada ct-scan5. tidak ditemukan arteriosklerosis pada ct-scan6. emboli sistemik7. trombus jantung8. Vanishing occlusion pada angiografi
G. Penatalaksanaan
20
Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.
1. Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan
sampai mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak
mengganggu/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah
menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Sehingga
perlu dipelihara fungsi optimal dari respirasi, jantung, tekanan darah darah
dipertahankan pada tingkat optimal, kontrol kadar gula darah (kadar gula darah
yang tinggi tidak diturunkan dengan derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit,
dan asam basa harus terus dipantau.
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak
yang menderita di daerah iskemik (ischemic penumbra), antara lain:
1 Anti-edema otak:
a. Gliserol 10% perinfus, 1gr/kgBB/hari dalam 6 jam
b. Kortikosteroid, yang banyak digunakan deksametason dengan bolus 10-
20mg i.v., diikuti 4-5 mg/6jam selama beberapa hari, lalu tapering off,
dan dihentikan setelah fase akut berlalu.
2 Anti-Agregasi trombosit
Asam asetil salisilat (ASA) seperti aspirin, aspilet dengan dosis rendah 80-
300 mg/hari
3 Antikoagulansia, misalnya heparin
4 Lain-lain:
a Trombolisis (trombokinase) masih dalam uji coba
b Obat-obat baru dan Neuro Protectif: Citicoline, piracetam, nimodipine.
2. Fase Pasca Akut
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan
rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.
Rehabilitasi
21
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun,
maka yang paling penting pada masa ini ialah upaya membatasi sejauh mungkin
kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, “terapi wicara”, dan
psikoterapi.
Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru
stroke, dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko
stroke:
a Pengobatan hipertensi
b Mengobati diabetes melitus
c Menghindari rokok, obesitas, stres
d Berolahraga teratur
BAB III
22
PENUTUP
Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke Infark yang
terjadi karena oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari jantung atau
melalui jantung. Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung berakhir diotak,
sehingga defisit neurologi sering merupakan manifestasi awal dari penyakit
sistemik karena emboli. Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke
Infark yang terjadi karena oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari
jantung atau melalui jantung. Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung
berakhir diotak, sehingga defisit neurologi sering merupakan manifestasi awal
dari penyakit sistemik karena emboli.3 Stroke kardioemboli diakibatkan dari
emboli yang berasal dari jantung. Sebab tersering timbulnya emboli ini
adalah fibrilasi atrium atau terdapat kelainan katup jantung.
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Caplan RL. Stroke a clinical approach. 4th ed. Boston: Butterworth, 2009:
349-68
2. Gates P. Cardiogenic stroke in, Barnett H. et al. stroke pathophysiology,
diagnosis and management, vol.2 Melbourne: Churchill
Livingstone,1986:1085-104
3. Asinger RW. Cardiogenic brain embolism. The second report of the cerebral
embolism task force. Arc. Neurol. 1989 (46): 727-43
4. Schneck MJ. Emedicine. Cardioembolic Stroke [Online database] Available
from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1160370-overview. 2008:1
5. WHO. The Atlas of Heart Disease and Stroke. In Risk Factors [Offline
Database] Available from URL:
http://www.who.int/entity/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_03_risk_facto
rs.pdf. 2010:1
6. Toole JF. Cerebrovasculer disease. 3th ed. New York: Raven Press, 1984:
187-92
7. Adams and Victor's. Cerebrovascular Desease. Principles of Neurology.
McGraw- Hill: New York; 2005. p. 700-4
24