77522681 Buku Ajar Termodinamika 2011

download 77522681 Buku Ajar Termodinamika 2011

of 102

Transcript of 77522681 Buku Ajar Termodinamika 2011

  • 1

    BAB I

    TEMPERATUR

    1.1 Pandangan Makroskopik dan Mikroskopik 1.1.1 Pandangan Makroskopik

    Setiap cabang khusus fisika mula-mula dipelajari dengan memisahkan bagian

    ruang yang terbatas atau bagian materi dari lingkungannya. Bagian yang di-

    pisahkan (dalam pikiran) yang merupakan pusat perhatian kita disebut sistem, dan

    segala sesuatu di luar sistem yang mempengaruhi kelakuan sistem secara langsung

    disebut lingkungan. Pada umumnya terdapat dua pandangan yang bisa diambil,

    pandangan makroskopik dan pandangan mikroskopik.

    Contohnya, sebagai sistem, isi sebuah silinder mesin mobil. Analisis kimia

    menunjukkan bahwa sebelum pembakaran silinder berisi campuran hidrokarbon

    dan udara, dan setelah campuran terbakar terdapat hasil bakar yang dapat

    diperikan dengan berbagai senyawa kimia tertentu, Pernyataan mengenai jumlah

    nisbi zat ini merupakan pemerian komposisi sistem itu. Pada setiap saat, sistem

    yang komposisinya baru saja diperikan menempati volum yang ditentukan oleh

    kedudukan piston. Volumnya dengan mudah dapat diukur, dan di laboratorium,

    volumnya secara otomatis dicatat dengan peranti yang digandengkan dengan

    piston. Kuantitas lain yang tidak bisa disingkirkan dalam pemerian sistem ialah

    tekanan gas dalam silinder. Setelah campuran terbakar tekanan menjadi sangat

    besar; setelah pembuangan hasil bakar, tekanan menjadi kecil. Di dalam laborato-

    rium, perubahan tekanan diukur dengan sukat tekanan yang mencatatnya secara

    otomatis ketika mesin bekerja. Akhimya, ada satu kuantitas yang diperlukan,

    tanpa ini kita tidak memiliki ide yang cukup mengenai operasi mesin itu.

    Kuantitas ini adalah temperatur. Seperti yang akan kita lihat kemudian, dalam

    banyak keadaan, temperatur dapat diukur sesederhana kuantitas yang lain.

    Kita telah memerikan bahan dalam sebuah silinder mesin mobil dengan

    memerinci empat kuantitas: komposisi, volum, tekanan, dan temperatur. Kuantitas

    ini diacu sebagai ciri umum, atau sifat skala besar dari sistem dan merupakan

  • 2

    pemerian makroskopik. Kuantitas ini disebut koordinat makroskopik. Kuantitas

    yang harus dipilih untuk dapat memerikan secara makroskopik sistem lain tentu

    saja berbeda; tetapi pada umumnya koordinat makroskopik memiliki ciri khas

    yang sama seperti berikut:

    1. koordinat ini tidak menyangkutkan pengandaian khusus mengenai struktur

    materi;

    2. jumlah koordinatnya sedikit;

    3. koordinat ini dipilih melalui daya terima indera kita secara langsung;

    4. pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung.

    Secara singkat, pemerian makroskopik suatu sistem meliputi perincian beberapa

    sitat pokok sistem, yang dapat terukur.

    1.1.2 Pandangan Mikroskopik

    Menurut mekanika statistik, sistem diandaikan terdiri atas sejumlah besar N

    molekul, masing-masing dapat ada dalam sekumpulan keadaan yang energinya

    1, 2, . Molekul ini dianggap saling berantaraksi melalui tumbukan atau

    melalui gaya yang ditimbulkan oleh medan. Sistem molekul ini dapat

    dibayangkan terisolasi atau dalam beberapa hal dapat dianggap terdapat dalam

    sekumpulan sistem yang serupa, atau ensambel sistem. Jelaslah bahwa pemerian

    mikroskopik suatu sistem meliputi ciri khas berikut ini:

    1. terdapat pengandaian mengenai struktur materi, yaitu molekul dianggap ada;

    2. banyak kuantitas yang harus diperinci;

    3. kuantitas yang diperinci tidak berdasarkan penerimaan indera kita;

    4. kuantitas ini tidak bisa diukur.

    1.2 Ruang Lingkup Termodinamika

    Telah ditekankan bahwa pemerian ciri umum sistem dengan memakai beberapa

    sifatnya yang terukur, yang secara langsung atau tidak langsung didasarkan atas

    penerimaan indera kita, merupakan pemerian makroskopik. Misalnya, dalam

    mekanika benda tegar, kita mengambil pandangan makroskopik bahwa hanya

    aspek eksternal dari benda tegar yang perlu ditinjau. Kedudukan pusat massa

  • 3

    diperinci terhadap sumbu koordinat pada waktu tertentu. Kedudukan dan waktu

    serta kombinasi keduanya, misalnya kecepatan, membentuk beberapa kuantitas

    makroskopik yang dipakai dalam mekanika dan disebut koordinat mekanis.

    Koordinat mekanis dipakai untuk menentukan energi potensial dan kinetik benda-

    tegar terhadap sumbu koordinat, yaitu energi kinetik dan potensial benda secara

    keseluruhan. Kedua jenis energi ini merupakan energi ekstemal atau energi

    mekanis benda tegar. Tujuan mekanika adalah menentukan hubungan antara

    koordinat kedudukan dan waktu, yang taat asas dengan hukum gerak Newton.

    Namun, dalam termodinamika, perhatian ditujukan pada bagian dalam suatu

    sistem. Pandangan makroskopik digunakan dan tekanan diletakkan pada kuantitas

    makroskopi yang berkaitan dengan keadaan intemal sistem. Fungsi percobaan

    adalah menentukan kuantitas yang perlu dan cukup untuk memerikan keadaan

    intemal seperti itu. Kuantitas makroskopik yang berkaitan dengan keadaan

    internal suatu sistem disebut koordinat termodinamik. Koordinat seperti ini

    menentukan energi intemal suatu sistem. Tujuan termodinamika adalah mencari

    hubungan umum antara koordinat termodinamik yang taat asas dengan hukum

    pokok termodinamika.

    Sistem yang dapat diperikan dengan memakai koordinat termodinamik disebut

    sistem termodinamik. Dalam keteknikan, sistem termodinamik yang penting

    adalah gas, seperti udara; uap, misalnya uap air; campuran, seperti uap bensin dan

    udara; dan uap yang bersentuhan dengan cairannya, seperti cairan dan uap

    amoniak.

    1.3 Kesetimbangan dan Konsep Temperatur

    1.3.1 Kesetimbangan Termal

    Kita telah melihat bahwa pemerian mikroskopik campuran gas dapat dinyatakan

    dengan memerinci kuantitas seperti komposisi, massa, tekanan, dan volum.

    Percobaan memperlihatkan bahwa untuk komposisi tertentu dan massa tetap,

    harga tekanan dan volum yang berbeda-beda bisa dimiliki sistem itu. Jika tekanan

    dibuat tetap, volumnya dapat diubah-ubah meliputi jangka harga yang besar,

    demikian juga sebaliknya. Dengan perkataan lain tekanan dan volum merupakan

  • 4

    koordinat yang bebas. Pada tahap ini, untuk menyederhanakan pembahasan, kita

    hanya akan mempersoalkan sistem yang bermassa tetap dan komposisi tetap, yang

    untuk pemeriannya masing-masing hanya memerlukan sepasang koordinat bebas.

    Dalam mengacu pada sistem yang tak terperinci, kita akan memakai lambang Y

    dan X sebagai pasangan koordinat bebasnya.

    Keadaan sistem yang memiliki harga Y dan X tertentu yang tetap selama kondisi

    eksternal tidak berubah disebut keadaan setimbang. Percobaan menunjukkan

    bahwa adanya keadaan setimbang dalam suatu sistem bergantung pada sistem lain

    yang ada di dekatnya dan sifat dinding yang memisahkannya. Dindingnya dapat

    disebut adiabat atau diaterm. Jika dinding pemisah adiabat (lihat gambar 1.1 (a),

    keadaan Y, X untuk sistem A dan y', X' untuk sistem B dapat bersama-sama

    sebagai keadaan setimbang untuk setiap harga yang bisa dimiliki oleh keempat

    kuantitas itu, asal saja dinding itu dapat menahan tegangan yang ditimbulkan oleh

    perbedaan antara kedua perangkat koordinat itu. Jika kedua sistem dipisahkan

    oleh dinding diaterm (lihat gambar 1.1 b), harga Y, X dan Y', X' akan berubah

    secara spontan sampai keadaan setimbang sistem gabungan ini tercapai. Dalam

    keadaan demikian, kedua sistem itu dalam kesetimbangan termal. Kesetimbangan

    termal adalah keadaan yang dicapai oleh dua (atau lebih) sistem yang dicirikan

    oleh keterbatasan harga koordinat sistem itu setelah sistem saling berantaraksi

    melalui dinding diaterm.

    Sistem A Semua harga Y,X mungkin

    Sistem B Semua harga Y,X mungkin

    Sistem A hanya harga Y,X terbatas

    yang mungkin

    Sistem B hanya harga Y,X terbatas yang mungkin

    mungkin

    Dinding adiabat

    Dinding diaterm

    (a) (b) Gambar 1.1 Sifat dinding adiabat dan diaterm

  • 5

    Gambar 1.2 Hukum ke-nol termodinamika (Dinding adiabat ditandai dengan

    arsiran dan dinding diaterm dengan garis tebal)

    Bayangkan dua sistem A dan B yang dipisahkan oleh dinding adiabat tetapi

    masing-masing bersentuhan dengan sistem ketiga, yaitu C, melalui dinding

    diaterm. Seluruh sistem itu dikelilingi oleh dinding adiabat seperti yang terlihat

    dalam gambar 1.2a. Percobaan memperlihatkan bahwa kedua sistem akan

    mencapai kesetimbangan termal dengan sistem ketiga dan tidak akan ada per-

    ubahan lagi jika dinding adiabat yang memisahkan A dan B digantikan oleh

    dinding diaterm (gambar 1.2b). Jika, alih-alih membiarkan sistem A dan B

    mencapai kesetimbangan dengan C pada waktu yang bersamaan, mula-mula kita

    dapatkan kesetimbangan antara A dan C, kemudian kesetimbangan antara B dan C

    (keadaan sistem C sama dalam kedua hal itu). Bila A dan B dibiarkan berantaraksi

    melalui dinding diaterm, kedua sistem itu temyata dalam kesetimbangan termal.

    Kenyataan percobaan ini dapat dinyatakan secara ringkas dalam bentuk sebagai

    berikut: Dua sistem yang ada dalam kesetimbangan termal dengan sistem

    ketiga,berarti dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Kita akan menyebut

    postulat ini sebagai hukum ke-nol termodinamika.

    1.3.2 Konsep temperatur

    Tinjau sistem A dalam keadaan Y1, X1 dalam kesetimbangan termal dengan sistem

    B dalam keadaan Y1, X1. Jika sistem A keadaannya diubah, maka akan

    Sistem C

    Sistem A

    Sistem B

    Sistem C

    Sistem A

    Sistem B

    (a) Jika A dan B dalam kesetimbangan dengan C

    (b) A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain

  • 6

    didapatkan keadaan lain Y2, X2 yang dalam kesetimbangan termal dengan

    keadaan semula Y1, X1; dari sistem B. Percobaan menunjukkan bahwa terdapat

    sekumpulan keadaan Y1, X1 ; Y2, X2; Y3, X3; dan seterusnya, yang masing-masing

    dalam kesetimbangan termal dengan keadaan yang sama Y1, X1 dari sistem B

    dan menurut hukum ke-nol, dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Jika

    semua keadaan seperti itu dirajah dalam diagram Y X, letaknya pada kurva akan

    seperti dalam gambar 1.3, yang kita sebut isoterm. Isoterm adalah kedudukan;

    semua titik, yang menggambarkan keadaan sistem yang dalam kesetimbangan

    termal dengan satu keadaan dari sistem lain. Kita tidak mengambil pengandaian

    mengenai kemalaran isoterm, walau pun percobaan pada sistem yang sederhana

    menunjukkan bahwa biasanya sekurang-kurangnya sebagian isoterm mempakan

    kurva yang malar .

    Demikian juga untuk sistem B, kita dapatkan sekumpulan keadaan Y1,X1;

    Y2,X2; dan seterusnya, semuanya dalam kesetimbangan termal dengan satu

    keadaan (Y1,X1) dari sistem A, sehingga juga dalam kesetimbangan termal satu

    sama lain. Keadaan ini dirajah pada diagram Y' X' dalam gambar 1.3 dan terletak

    pada isoterm I. Dari hukum ke-nol, dapat disimpu1kan bahwa semua keadaan

    pada isoterm I dari sistem A dalam kesetimbangan termal dengan semua keadaan

    pada isoterm I, dari sistem B. Kita akan menyebut kurva I dan I' isoterm yang

    bersesuaian dari kedua sistem itu.

    Jika percobaan yang garis besarnya diterangkan di atas diulangi dengan koordinat

    awal yang berbeda, kumpulan yang lain dari keadaan sistem A, yang terletak pada

    kurva II, dapat diperoleh, masing-masing dalam kesetimbangan termal dengan

    tiap-tiap keadaan sistem B yang terletak pada kurva II'. Dengan cara ini keluarga

    isoterm I, II, III, dan seterusnya dari sistem A dan keluarga yang bersesuaian I',

    II', III', dan seterusnya dari sistem B dapat diperoleh. Selanjutnya, dengan

    penerapan hukum ke-nol secara berulang-ulang, isoterm bersesuaian dari sistem

    yang lain lagi, C,D, dan seterusnya dapat diperoleh.

  • 7

    Gambar 1.3 Isoterm dari dua sistem yang berbeda

    Semua keadaan isoterm bersesuaian dari semua sistem mempunyai suatu kesama-

    an, yaitu semuanya dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Dalam keadaan

    ini sistemnya sendiri dapat dikatakan memiliki sifat yang menjamin bahwa sistem

    dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Sifat ini kita sebut temperatur.

    Temperatur sistem adalah suatu sifat yang menentukan apakah sistem dalam

    kesetimbangan termal dengan sistem lainnya

    Konsep temperatur dapat dicapai dengan cara yang lebih nyata. Bila sistem A

    dengan koordinat Y, X dipisahkan dari sistem C dengan koordinat y", X",

    penghampiran ke kesetimbangan termal ditunjukkan dengan perubahan dalam

    keempat koordinat. Keadaan akhir kesetimbangan termal yang ditandai dengan

    hubungan antar koordinat ini dapat dituliskan dalam bentuk umum fungsi

    fAC(Y, X ; Y,X) = 0 (1)

    Misalnya, jika A gas dengan koordinat P (tekanan) dan V (volum) dan memenuhi

    hukum Boyle, dan C gas yang serupa dengan koordinat P" dan V", persamaan di

    atas menjadi

    PV - P"V" = 0.

    Kesetimbangan termal antara sistem B dengan koordinat Y, X', dan sistem C,

    dengan cara yang serupa ditunjukkan dengan hubungan

    fBC = (Y, X ; Y,X) = 0 (2)

    dengan fBC mungkin berbeda dari fAC tetapi juga dianggap merupakan fungsi yang

    berkelakuan baik. Andaikan persamaan (1) dan (2) dipecahkan untuk mencari Y",

    maka

    Y1,X1

    Y2,X2 Y3,X3

    Sistem A Y

    X

    III II

    I

    Y1,X1 Y2,X2

    Y3,X3

    Sistem B Y

    X

    III II

    I

  • 8

    Y" = gAC (Y, X, X"),

    Dan Y" = gBC (Y' X' X")

    Atau gAC (Y, X, X") = gBC (Y', X', X"). (3)

    Sekarang, menurut hukum ke-nol, kesetimbangan termal antara A dan C dan

    antara B dan C mengandung akibat adanya kesetimbangan antara A dan B yang

    ditunjukkan dengan hubungan antara sistem koordinat A dan B saja; jadi

    fAB(Y' X; Y', X') = 0. (4)

    Karena persamaan (3) juga mengungkapkan dua keadaan setimbang yang sama,

    persamaan itu harus cocok dengan persamaan (4). Ini berarti, dapat direduksi

    menjadi hubungan antara Y, X; Y', X' saja. Koordinat lebihnya, X", dalam

    persamaan (3) harus dapat dikeluarkan, dan persamaan itu harus dapat direduksi

    menjadi

    hA(Y, X) = hB(Y', X').

    Dengan memakai penalaran yang sama untuk sistem A dan C yang ada dalam

    kesetimbangan dengan B, akhimya kita dapatkan bahwa jika tiga sistem dalam

    kesetimbangan termal, maka

    hA(Y, X) = hB(Y', X') = hC(Y", X"). (5)

    Dengan perkataan lain, ada fungsi untuk setiap kumpulan koordinat, dan fungsi

    ini sama bila sistem dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Harga yang

    sama dari fungsi ini, yaitu t, ialah temperatur empiris yang sama untuk semua

    sistem.

    t = hA(Y, X) = hB(Y', X') = hC(Y",X) (6)

    Hubungan t = hA (Y, X) hanyalah merupakan persamaan isoterm sistem A, seperti

    kurva I dalam gambar 1.3. Jika t diberi harga numerik yang berbeda, kurva yang

    lain diperoleh, seperti II dalam gambar 1.3.

    1.4 Perbandingan Berbagai Termometer

    Ada tiga cara yang berbeda untuk mengukur temperatur. Untuk gas pada volum

    tetap,

  • 9

    TPPPK16,273)P( = (V tetap)

    untuk resistor listrik

    TP'R'RK16,273)'R( =

    dan untuk termokopel

    TP

    K16,273)( =

    1.4.1 Termometer Gas

    Bahan, konstruksi, dan ukuran termometer ini digunakan berbeda-beda dan

    bergantung pada sifat gas serta jangka temperatur dipakainya termometer itu. Gas

    dimasukkan ke dalam tabung yang biasanya terbuat dari platina atau lakur platina

    yang dihubungkan oleh pipa kapiler dengan kolom air raksa.

    Volum gas dipertahankan supaya tetap dengan mengatur tinggi kolom air raksa

    sampai permukaan air raksa menyentuh ujung jarum penunjuk dalam ruang yang

    dikenal sebagai ruang buntu. Kolom air raksa diatur dengan menaikkan atau

    menurunkan tandon. Perbedaan tinggi h antara kedua kolom air raksa diukur

    ketika tabung dikelilingi oleh sistem yang temperaturnya akan diukur, dan ketika

    dikelilingi oleh air pada titik tripelnya.

    1.4.2 Termometri Hambatan Listrik

    Termometer hambatan berbentuk kawat halus yang panjang, biasanya kawat itu

    dililitkan pada kerangka tipis untuk menghindari regangan yang berlebihan ketika

    kawat mengerut pada waktu mendingin. Dalam keadaan khusus, kawat itu bisa

    dililitkan pada atau dimasukkan dalam bahan yang temperaturnya akan diukur.

    Dalam kisaran temperatur rendah, termometer hambatan sering kali terdiri atas

    hambat-radio yang kecil yang terbuat dari komposisi karbon atau kristal

    germanium yang didop dengan arsenik dan dimasukkan dalam kapsul tertutup

    berisi helium. Termometer ini dapat ditempelkan pada permukaan zat yang

    temperatumya akan diukur atau diletakkan dalam lubang yang digurdi untuk

  • 10

    maksud itu.

    Orang biasa mengukur hambatan dengan mempertahankan arus tetap yang

    diketahui besarnya dalam termometer itu dan mengukur beda potensial kedua

    ujung hambat dengan pertolongan potensiometer yang sangat peka. Arus dibuat

    tetap dengan cara mengatur hambat-geser sehingga beda potensial antara kedua

    'ujung hambat baku yang terpasang seri dengan termometer. Termometer

    hambatan platina dapat dipakai untuk pekerjaan yang sangat cermat dalam kisaran

    antara - 253C sampai 1200C. Kalibrasi alat menyangkut pengukuran RPT pada

    berbagai temperatur yang diketahui dan penampilan hasilnya dengan rumus

    empiris. Dalam kisaran yang terbatas, persamaan kuadrat berikut ini sering

    dipakai:

    RPT = R0(1 + At + Bt2),

    dengan R0 menyatakan hambatan kawat platina ketika dikelilingi air pada titik

    tripel, A dan B tetapan, dan t menyatakan temperatur Celsius empiris.

    1.4.3 Termokopel

    Elektromotansi termal diukur dengan potensiometer yang harus diletakkan jauh

    dari sistem yang temperatumya akan diukur. Jadi sambungan acuannya diletakkan

    dekat dengan sambungan uji dan terdiri atas dua hubungan ke kawat tembaga

    yang dipertahankan pada temperatur lebur es. Pengaturan ini memungkinkan

    pemakaian kawat tembaga sebagai penghubung ke potensiometer. Tonggak

    pengikat potensiometer biasanya terbuat dari kuningan, sehingga pada potensio-

    meter terdapat dua termokopel tembaga kuningan. Jika kedua tonggak pengikat

    bertemperatur sama, kedua termokopel ini tidak menimbulkan galat. Termokopel

    dikalibrasi dengan mengukur elektromotansi termal pada berbagai temperatur

    yang diketahui, dengan sambungan acuannya dijaga tetap pada 0C. Hasil

    pengukuran seperti itu pada hampir semua termokopel biasanya dinyatakan oleh

    persamaan kubik sebagai berikut:

    E = a + bt + ct2 + dt3,

    dengan E menyatakan elektromotansi termal dan tetapan a, b, c, dan d berbeda

    untuk masing-masing termokopel. Kisaran suatu termokopel bergantung pada

  • 11

    bahan yang membangunnya. Termokopel platina 10% radium/platina, berkisar

    antara 0 sampai 1600C. Keuntungan termokopel terletak pada lekasnya mencapai

    kesetimbangan termal dengan sistem yang ingin diukur temperatumya, karena

    massanya kecil. Jadi termokopel dapat mengikuti perubahan temperatur dengan

    cepat, tetapi tidak begitu cermat seperti termometer hambatan platina.

    Soal :

    1. Sistem A, B, dan C adalah gas dengan koordinat P,V; P,V; dan P,V. Bila

    A dan C dalam kesetimbangan termal, persamaan berikut dipenuhi.

    PV nbP PV = 0

    Bila B dan C dalam kesetimbangan termal, hubungan berikut dipenuhi

    0'

    ''''''''''' =+V

    VPnBVPVP

    Lambang n, b, dan B adalah tetapan.

    (a) Tiga fungsi apakah yang sama satu sama lainnya pada kesetimbangan

    termal dan masing-masing fungsi itu sama dengan t, dengan t menyatakan

    temperatur empiris?

    (b) Hubungan apakah yang menyatakan kesetimbangan termal antara A dan

    B?

    2. Sistem A dan B adalah garam paramagnetik dengan koordinat masing-masing

    , M dan , M. Sistem C adalah gas dengan koordinat P, V. Bila A dan C

    dalam kesetimbangan termal, persamaan berikut dipenuhi

    4nRCc - MPV = 0

    Bila B dan C dalam kesetimbangan termal kita dapatkan

    nRM + 4nRCc MPV = 0

    dengan n, R, Cc , Cc dan tetapan.

    (a) Tiga fungsi manakah yang sama satu sama lainnya pada kesetimbangan

    termal?

    (b) Samakan fungsi itu dengan dengan temperatur gas ideal , dan lihatlah

    apakah persamaan itu merupakan persamaan keadaan.

  • 12

    3. Dalam tabel berikut ini, bilangan pada baris atas menyatakan tekanan gas

    dalarn tabung termometer gas volum tetap (sudah dengan koreksi untuk ruang

    buntu, pemuaian termal tabung, dan seterusnya)ketika tabung itu dibenarnkan

    dalam sel titik-tripel air. Baris bawah menyatakan pembacaan tekanan yang

    bersesuaian ketika tabung dikelilingi oleh bahan pada temperatur tetap yang

    belum diketahui besarnya. Hitunglah temperatur gas ideal e dari bahan itu

    (Gunakan lima angka berperan).

    PT,P mm Hg 1000,0 750,0 500,0 250,0

    P, mm Hg 1535,3 1151,6 767,82 383,95

    4. Hambatan R dari hambat karbon tertentu memenuhi persamaan

    = a + b log R

    dengan a = -1,16 dan b = 0,675.

    (a) Dalarn kriostat helium cair, harnbatannya ternyata sarna dengan 1000 n.

    Berapakah temperaturnya?

    (b) Buatlah graflk log-log R' terhadap e dalam kisaran hambatan dari 1000

    hingga 30.000 n.

    5. Hambatan kristal germanium yang didop memenuhi persarnaan

    log R' = 4.697 - 3,917 log e,

    (a) Dalam kriostat helium cair, hambatan itu diukur dan ternyata sarna dengan

    218 n. Berapakah temperaturnya?

    (b) Buatlah graflk log-log dari R' terhadap e dalarn kisaran hambatan antara

    200 hingga 30.000 n.

  • 13

    BAB II

    Sistem Termodinamik Sederhana

    2.1 Teorema Matematis

    Dalam kalkulus diferensial parsial ada dua teorema sederhana yang sering dipakai.

    Andaikan ada hubungan antara ketiga koordinat x, y, dan z; jadi

    f(x, y, z) = O.

    Kemudian x dapat dibayangkan sebagai fungsi y dan z, dan

    dzzxdy

    yxdx

    yz

    +

    =

    Juga, y dapat dibayangkan sebagai fungsi x dan z, dan

    dzzydx

    xydy

    xz

    +

    =

    Dengan menyulihkan persamaan kedua ke dalam yang pertama, kita dapatkan

    dzzxdz

    zydx

    xy

    yxdx

    yxzz

    +

    +

    =

    atau

    dzzx

    zy

    yxdx

    xy

    yxdx

    yxzzz+

    +

    +

    =

    Sekarang, dari ketiga koordinat itu hanya dua yang bebas. Dengan memilih x dan

    z sebagai koordinat bebas, persamaan di atas harus benar untuk semua kumpulan

    harga dx dan dz. Jadi jika dz = 0 dan dx 0, kita dapatkan

    1xy

    yx

    zz=

    Atau

    zz x

    y1

    yx

    =

  • 14

    Jika dx = 0 dan dz 0, didapatkan

    0zx

    zy

    yx

    yxz=

    +

    dan

    1xz

    zy

    yx

    zx

    zy

    yx

    yxz

    yxz

    =

    =

    Dalam ha1 sistem hidrostatik, teorema kedua menghasilkan

    VP

    PVVP

    =

    Kemuaian volum dan ketermampatan isoterm . didefinisikan sebagai

    P

    VV1

    =

    Dan

    =PV

    V1

    Jadi

    =

    V

    P

    Sekarang perubahan tekanan infinitesimal dapat diungkapkan dalam kuantitas fisis ini. Jadi,

    dVVPdPdP

    V

    +

    =

    Atau dVV1ddP

    =

    Pada volum tetap

    ddP =

    Jika kita usahakan supaya temperatumya berubah dari i ke f pada volum tetap,

  • 15

    tekanan akan berubah dari Pi ke Pf; tikalas i danf menunjukkan keadaan awal dan

    keadaan akhir. Dengan mengintegrasikan kedua keadaan itu, kita dapatkan

    =f

    iif dPP

    Ruas kanan bisa diintegrasikan bila kita tahu bagaimana dan bervariasi terhadap pada volum tetap. Jika jangka temperatur f - i kecil dan bila kita

    andaikan keduanya tetap, maka kesalahannya kecil. Dengan pengandaian ini kita

    dapatkan

    ( )ifif PP

    =

    sehingga tekanan akhimya dapat dihitung. Sebagai contoh tinjaulah persoalan

    berikut ini. Massa air raksa pada tekanan atmosfer dan temperatur 00 diusahakan

    agar volumnya tetap. Jika temperatumya dinaikkan hingga I00C, berapakah

    tekanan akhimya? Dari tabel tetapan fisis, harga dan untuk air raksa dalam jangka temperatur dari 0 hingga I00C tetap dan besamya ialah

    = 181 x 10-6 K-1 dan = 3,82 x 10-11 Pa-1

    sehingga

    1-Pa 11-10 x 3,82K10xK 10 x 181PP

    1-6-if =

    = 473 x 105 Pa

    Dan Pf = 473 x 105 Pa + 1 x 105 Pa = 474 x 105 Pa

    2.2 Kesetimbangan Termodinamik

    Diandaikan percobaan telah dilakukan pada sistem termodinamik dan bahwa

    koordinat yang perlu dan cukup untuk pemerian makroskopik telah ditentukan.

    Bila koordinat ini berubah, baik secara spontan atau karena ada pengaruh luar,

    maka sistem mengalami perubahan keadaan. Bila sistem tidak dipengaruhi oleh

    sekelilingnya, maka sistem itu terisolasi. Dalam penerapan praktis termodinamika,

    sistem terisolasi tidak penting. Kita biasanya berhadapan dengan sistem yang

  • 16

    dipengaruhi oleh lingkungannya. Pada umumnya lingkungan dapat memberikan

    gaya pada sistem atau sentuhan antara sistem dengan benda pada temperatur

    tertentu. Bila keadaan sistem berubah, umumnya terjadi antaraksi sistem dengan

    lingkungannya.

    Bila tidak ada gaya yang takberimbang di dalam sistem dan juga tidak antara

    sistem dengan lingkungannya, maka sistem dalam keadaan setimbang mekanis.

    Bila sistem yang ada dalam kesetimbangan mekanis tidak cenderung mengalami

    perubahan spontan dari struktur internalnya, seperti reaksi kimia, atau per-

    pindahan materi dari satu bagian sistem ke bagian lainnya, seperti difusi atau

    pelarutan, bagaimanapun lambatnya, maka sistem dalam keadaan setimbang

    kimia. Sistem yang tidak dalam kesetimbangan kimia mengalami perubahan

    keadaan; dalam beberapa hal perubahan ini bisa sangat lambat. Perubahan akan

    terhenti bila kesetimbangan kimia tercapai.

    Kesetimbangan termal terjadi bila tidak terjadi perubahan spontan dalam

    koordinat sistem yang ada dalam kesetimbangan mekanis dan kimia bila sistem itu

    dipisahkan dari lingkungannya oleh dinding diaterm. Dalam kesetimbangan ini,

    semua bagian sistem bertemperatur sama, dan temperatur ini sama dengan

    temperatur lingkungannya. Bila pemyataan ini tidak dipenuhi, perubahan keadaan

    akan berlangsung sampai kesetimbangan termalnya tercapai.

    Bila persyaratan untuk semua jenis kesetimbangan tercapai, sistem dikatakan

    dalam keadaan setimbang termodinamik; dalam kondisi ini, jelas tidak akan ada

    kecenderungan terjadinya perubahan keadaan, baik untuk sistem, maupun untuk

    lingkungannya. Keadaan setimbang termodinamik dapat diperikan dengan

    memakai koordinat makroskopik yang tidak mengandung waktu, yaitu memakai

    koordinat termodinamik. Termodinamika klasik tidak mencoba memecahkan

    masalah yang menyangkut laju terjadinya suatu proses.

    Bila salah satu persyaratan dari tiga jenis kesetimbangan yang merupakan kom-

    ponen dari kesetimbangan termodinamik tidak dipenuhi, dikatakan bahwa sistem

    dalam keadaan taksetimbang. Jadi bila ada gaya yang takberimbang di bagian-

    dalam sistem atau antara sistem dengan lingkungannya, gejala berikut ini akan

    terjadi: percepatan, pusaran, gelombang, dan seterusnya. Ketika gejala seperti itu

  • 17

    berlangsung, sistem ada dalam keadaan taksetimbang. Jika kita mencoba memberi

    pemerian makroskopik pada salah satu dari keadaan taksetimbang ini, kita

    dapatkan bahwa tekanan satu bagian sistem berbeda dengan bagian sistem

    lainnya. Tidak ada satu harga tekanan pun yang dapat mengacu pada sistem secara

    keseluruhan. Demikian juga dalam hal sistem bertemperatur berbeda dengan

    lingkungannya, suatu distribusi temperatur yang tidak serba sama terjadi dan tidak

    ada satu temperatur pun yang mengacu pada sistem seeara keseluruhan. Dapat

    disimpulkan bahwa bila persyaratan kesetimbangan mekanis dan termal tidak

    dipenuhi, keadaan yang dialami oleh sistem tidak bisa diperikan dengan memakai

    koordinat tennodinamik yang mengacu pacla sistem secara keseluruhan.

    Untuk menyederhanakan masalah, dimisalkan ada gas yang bermassa tetap dalam

    bejana yang dilengkapi sedemikian sehingga tekanan, volum, dan temperatumya

    dengan mudah dapat diukur. Jika volumnya kita tetapkan pada suatu harga dan

    temperatumya dipilih pada harga tertentu, maka kita tidak bisa mengubah

    tekanannya. Sekali V dan dipilih, harga P pada kesetimbangan diperoleh secara

    alami. Demikian juga jika P dan dipilih sembarang, maka harga V pada

    kesetimbangan sudah tertentu. Ini berarti bahwa di antara ketiga koordinat

    termodinamik P, V, dan hanya dua yang merupakan perubah bebas. Hal ini

    menunjukkan bahwa harus ada satu persamaan kesetimbangan yang meng-

    hubungkan koordinat termodinamik yang mencabut kebebasan salah satu

    koordinat itu. Persamaan seperti itu disebut persamaan keadaan. Setiap sistem

    termodinamik memiliki persamaan keadaannya sendiri, walau pun dalam

    beberapa hal, hubungannya bisa rumit sehingga tidak dapat diungkapkan dengan

    fungsi matematis sederhana.

    Persamaan keadaan mengungkapkan keistimewaan setiap sistem dibandingkan

    dengan sistem lainnya, sehingga harus ditentukan oleh percobaan atau oleh teori

    molekul. Teori umum seperti termodinamika, berdasarkan hukum-umum alam,

    tidak mampu mengungkapkan kelakuan satu bahan dibandingkan dengan bahan

    lainnya. Jadi persamaan keadaan bukan merupakan suatu deduksi teoretis dari

    termodinamika tetapi merupakan hasil percobaan yang ditambahkan pada

  • 18

    termodinamika. Persamaan itu mengungkapkan hasil percobaan dengan koordinat

    termodinamik sistem yang diukur seteliti mungkin, dalam selang harga yang

    terbatas. Jadi persamaan keadaan secermat percobaanlah yang menentukan

    rumusnya dan hanya berlaku dalam selang harga yang diukur oleh percobaan.

    Begitu selang dilewati, mungkin berlaku bentuk persamaan lain yang berbeda. .

    Tidak ada persamaan keadaan yang dipenuhi oleh sistem yang tidak dalam ke-

    setimbangan mekanis dan termal, karena sistem seperti itu tidak dapat diperikan

    dengan memakai koordinat termodinamik yang mengacu pada sistem secara

    keseluruhan. Misalnya, jika gas dalam silinder memuai dan mengakibatkan piston

    bergerak dipercepat, setiap saat gas itu dapat memiliki volum dan temperatur

    tertentu, tetapi tekanan yang bersesuaian tidak dapat dihitung dari persamaan

    keadaan. Tekanan bukan koordinat termodinamik karena tekanan tidak hanya

    bergantung pada keeepatan dan pereepatan piston tetapi barangkali juga bervariasi

    dari satu titik ke titik lainnya.

    Setiap sistem dengan massa tetap yang melakukan tekanan hidrostatik serbasama

    pada lingkungannya, tanpa efek permukaan, gravitasi, listrik, dan magnetik

    disebut sistem hidrostatik. Sistem hidrostatik dibagi dalam kategori sebagai

    berikut:

    1. zat mumi, yaitu zat yang hanya terdiri atas satu bahan kimia yang

    berbentuk padat, cair, gas, atau campuran dari dua atau tiga bentuk itu;

    2. campuran serba sama dari bahan yang berbeda, seperti campuran gas

    lembam, campuran gas aktif kimiawi, campuran cairan, atau larutan;

    3. campuran serba beda, seperti campuran beberapa macam gas yang

    bersentuhan dengan campuran beberapa macam cairan.

    Percobaan menunjukkan bahwa keadaan kesetimbangan* sistem hidrostatik dapat

    diperikan dengan pertolongan tiga koordinat, yaitu tekanan, P, yang ditimbulkan

    oleh sistem pada lingkungan, volum, V, dan temperatur, . Tekanan diukur dalam

    newton per meter kuadrat (pascal) dan volum dalam meter kubik; skala temperatur

    yang paling mudah dipakai adalah skala temperatur gas ideal. Satuan tekanan

    yang lain seperti pound per inci kuadrat, atmosfer, dan millmeter air raksa dipakai

  • 19

    juga dalam berbagai penerapan termodinamika dan kadang-kadang akan dipakai

    juga dalam buku ini. Jika tidak ada cacatan apa pun tentang satuan, berarti satuan

    SI yang dipakai.

    2.3 Diagram PV untuk Zat Mumi

    2.3.1 Diagram PV

    Jika I kg air dengan temperatur 94C dimasukkan ke dalam bejana yang volumnya

    sekitar 2 meter kubik dan udaranya telah dikeluarkan semuanya, air akan

    menguap seluruhnya, dan sistem ada dalam kondisi yang disebut uap tak jenuh

    dengan tekanan uap kurang daripada tekanan atmosfer baku. Dalam diagram PV

    yang ditunjukkan dalam gambar 2.1, keadaan ini digambarkan dengan titik A. Jika

    selanjutnya uap dimampatkan perlahaIi-lahan dan secara isoterm, tekanannya

    akan naik sampai tercapai uap jenuh pada titik B. Jika kemampatan itu diteruskan,

    akan terjadi pengembunan dengan tekanan tetap (proses isobar) asal saja

    temperatumya tetap. Garis lurus BC memperlihatkan pengembunan isobar isoterm

    dari uap air, tekanan tetap itu disebut tekanan uap. Pada setiap titik antara B dan

    C, air dan uap berada dalam kesetimbangan; pada titik C hanya ada air dalam

    bentuk cairan, atau cairan jenuh. Karena pertambahan tekanan yang besar

    diperlukan untuk memampatkan cairan, garis CD hampir vertikal. Pada setiap titik

    pada CD, air ada dalam fase cair; pada setiap titik pada AB, dalam fase uap; dan

    pada setiap titik pada BC terdapat kesetimbangan antara fase cair dan fase uap.

    ABCD merupakan isoterm khas suatu zat mumi pada diagram PV.

  • 20

    Gambar 2.1 Isoterm zat murni

    Pada temperatur lainnya isoterm mempunyai ciri khas yang serupa seperti terlihat

    dalam gambar 2.1 Dapat dilihat bahwa garis yang menggambarkan kesetimbangan

    antara fase cair dan uap, atau garis penguapan, bertambah pendek ketika

    temperatumya naik sampai tercapai temperatur tertentu, yaitu temperatur kritis. Di

    atas temperatur ini tidak ada perbedaan antara cairan dan uap, yang ada hanya fase

    gas. Isoterm pada temperatur kritis disebut isoterm kritis dan titik yang

    menggambarkan batas garis penguapan disebut titik kritis. Dapat dilihat bahwa

    titik kritis adalah titik belok pada isoterm kritis. Tekanan dan volum pada titik

    kritis dikenal sebagai tekanan kritis dan volum kritis. Semua titik tempat

    kedudukan cairan dijenuhkan terletak pada kurva jenuh cairan, dan semua titik

    yang menggambarkan uap dijenuhkan terletak pada kurva jenuh uap.

    Kedua kurva jenuh yang dibejri tanda dengan garis putus-putus bertemu pada titik

    kritis. Kurva di atas titik kritis isoterm merupakan kurva malar yang pada volum

    besar dan tekanan rendah mendekati isoterm gas ideal.

    Diagram PV dalam gambar 2.1 tidak memperlihatkan daerah temperatur rendah.

    Yang menggambarkan fase padat. Daerah padatan dan daerah kesetimbangan

    antara padat dan uap diperlihatkan oleh isoterm yang ciri umumnya sama seperti

    Temperatur

  • 21

    yang terdapat dalam gambar 2.1. Bagian datar salah satu isoterm ini

    menggambarkan peralihan dari padatan jenuh ke uap jenuh, atau sublimasi.

    Jelaslah bahwa ada garis serupa yang merupakan batas antara daerah cair-uap dan

    daerah padat-uap. Garis ini berkaitan dengan titik tripel. Dalam hal satu kg air

    biasa, titik tripel terjadi pada tekanan 611,2 Pa dan temperatur 0,010C, dan garis

    itu merentang dari volum 10-3 m3 (cairan jenuh) hingga volum 206 m3 (uap

    jenuh).

    2.3.2 Diagram P

    Jika tekanan uap suatu zat padat diukur pada berbagai temperatur hingga titik

    tripelnya tercapai dan kemudian tekanan zat caimya diukur hingga titik kritisnya

    tercapai, lalu hasilnya dipetakan pada diagram P, akan didapatkan diagram

    seperti dalam gambar 2.2. Jika pada titik tripel zat dimampatkan sehingga tidak

    ada uap yang tinggal dan tekanan pada campuran cairan dan padatan itu diper-

    besar, temperatur harus berubah supaya kesetimbangan antara cairan dan padatan

    terjadi. Pengukuran tekanan dan temperatur ini menghasilkan kurva ketiga pada

    diagram P, dimulai dari titik tripel dan terus sampai titik taktertentu. Titik yang

    menggambarkan keadaan berdampingan dari (1) padatan dan uap terletak pada

    kurva sublimasi; (2) cairan dan uap terletak pada kurva penguapan; (3) cairan dan

    padatan terletak pada kurva peleburan. Khusus untuk air, kurva sublimasi disebut

    juga 'frost line', kurva penguapan disebut juga garis uap, dan kurva peleburan

    disebut juga garis es. Kemiringan kurva sublimasi dan kurva penguapan untuk

    semua zat berharga positif. Namun kemiringan kurva peleburan dapat positif atau

    negatif. Untuk kebanyakan zat, kurva peleburannya mempunyai kemiringan

    positif. Air merupakan satu kekecualian yang penting. Titik tripel adalah titik

    perpotongan antara kurva sublimasi dengan kurva penguapan. Perlu dimengerti

    bahwa hanya dalam diagram P sajalah titik tripel digambarkan oleh satu titik.

    Pada diagram PV, 'titik tripe!' berupa suatu garis.

  • 22

    Gambar 2.2 Diagram P untuk zat murni

    2.4 Persamaan Keadaan

    Kita tidak bisa mengungkapkan kelakuan lengkap zat dalam seluruh jangka peng-

    ukuran harga P, V, dan dengan memakai persamaan sederhana. Terdapat lebih

    dari enam puluh persamaan keadaan yang telah diajukan untuk menggambarkan

    cairan saja, uap saja, dan daerah cairan-uap, mulai dari persamaan gas ideal

    Pv = R, (2.1)

    yang hanya berlaku pada tekanan rendah dalam daerah uap dan gas, hingga

    persamaan Beattie-Bridgman:

    22 vA)Bv(

    v)1(RP +=

    dengan

    =

    va1AA 0 ,

    =

    vb1BB 0 dan 3v

    c

    =

    Persamaan terakhir ini, karena mempunyai 5 tetapan yang dapat disesuaikan,

    dapat menggambarkan seluruh jangka titik tripel dengan kecermatan tertentu.

    Beberapa persamaan ini sebenamya dirumuskan secara empiris, untuk meng-

    gambarkan sedekat mungkin harga P, V, dan yang terukur, sedangkan yang lain

  • 23

    dirumuskan secara teoretis berdasarkan teori kinetik gas. Salah satu persamaan

    keadaan teoretis yang paling terkenal, yang didasarkan atas pengandaian

    mengenai kelakuan molekular yang sampai sekarang masih dipakai, ialah

    persamaan keadaan Van der Waals:

    ( ) RbvvaP 2 =

    + (2.3)

    Persamaan ini berlaku dengan baik dalam daerah cairan, daerah uap, dan di dekat

    serta di atas titik kritis. Dalam semua persamaan tersebut R tetap, disebut tetapan

    gas semesta, v adalah volum molar (V/n), dan n menyatakan banyaknya mol gas.

    2.5 Perubahan Diferensial Keadaan

    Jika sistem mengalami perubahan kecil keadaan, mulai dari keadaan setimbang

    awal ke keadaan setimbang lain, pada umumnya ketiga koordinatnya mengalami

    sedikit perubahan. Misalnya, jika V sangat kecil dibandingkan dengan V, tetapi

    sangat besar dibandingkan dengan ruang yang ditempati oleh beberapa molekul,

    maka V dapat dituliskan sebagai diferensial dV. Jika V merupakan kuantitas

    geometris yang menyatakan volum ruang, maka dV dapat dipakai untuk

    menyatakan bagian kecil ruang yang bersangkutan. Namun, karena V adalah

    koordinat makroskopik yang menyatakan volum materi, maka supaya mempunyai

    arti, dV harus cukup besar sehingga mengandung jumlah molekul cukup banyak

    untuk menjamin boleh dipakainya pandangan makroskopik.

    Demikian juga jika P sangat kecil dibandingkan dengan P dan sangat besar

    dibandingkan dengan fluktuasi molekular, maka perubahan itu bisa digambarkan

    oleh diferensial dP. Setiap infinitesimal dalam termodinamika harus memenuhi

    persyaratan bahwa ia menggambarkan perubahan kuantitas yang kecil terhadap

    kuantitasnya sendiri tetapi besar terhadap efek yang ditimbulkan oleh kelakuan

    beberapa molekul. Alasannya ialah karena koordinat termodinamik seperti volum,

    tekanan, dan temperatur tidak mempunyai arti bila diterapkan pada beberapa

    molekul. lni merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa koordinat

    termodinamik adalah koordinat makroskopik.

  • 24

    Kita boleh membayangkan bahwa persamaan keadaan dapat dipecahkan untuk

    menyatakan setiap koordinatnya dalam dua koordinat lainnya. Jadi,

    V = fungsi (, P).

    Perubahan infinitesimal dari satu keadaan setimbang ke keadaan setimbang lain

    menyangkut dV, d, dan dP, semuanya diandaikan memenuhi persyaratan yang

    dikemukakan dalam pasal sebelumnya. Suatu teorema pokok dalam kalkulus

    diferensial parsial memungkinkan kita untuk menulis

    dPPVdVdV

    P

    +

    =

    dengan masing-masing turunan parsial itu sendiri merupakan fungsi dari dan P.

    Kedua turunan parsial di atas mempunyai arti fisis yang penting. Dari fisika

    pendahuluan siswa akan ingat bahwa ada kuantitas yang disejmt koefisien muai

    valum rata-rata, atau kemuaian volum. Kuantitas ini didefinisikan sebagai

    perubahan volum per satuan volum

    temperaturperubahanvolumsatuanpervolumperubahanrataratavolumemuai =

    pada kondisi tekanan tetap. Jika perubahan temperatur dibuat sangat kecil, maka

    perubahan volum juga menjadi sangat kecil dan kita dapatkan apa yang dikenal

    sebagai kemuaian volum sesaat, atau singkatnya kemuaian volum, yang diberi

    tanda . Jadi

    P

    VV1

    =

    Sebenamya merupakan fungsi dari dan P, tetapi percobaan yang akan dijelas-

    kan kemudian menunjukkan bahwa banyak zat yang nya tidak peka pada

    perubahan P dan hanya berubah sedikit terhadap . Akibatnya, dalam kisaran

    temperatur yang kecil, dapat dipandang tetap. Satuan untuk dinyatakan dalam

    kebalikan derajat.

    Efek perubahan tekanan pada volum sistem hidrostatik bila temperatumya dibuat

  • 25

    tetap dinyatakan oleh kuantitas yang disebut ketermampatan isoterm dan

    dilambangkan oleh" (huruf Yunani kappa). Jadi

    =PV

    V1

    Dimensi ketermampatan adalah kebalikan tekanan yang dapat diukur dalam

    satuan Pa-1 atau bar-1 (1 bar = 105 Pa). Harga "untuk padatan dan cairan berubah

    sedikit terhadap temperatur dan tekanan, sehingga seringkali" boleh dianggap

    tetap.

    Jika persamaan keadaan dipecahkan untuk P, maka

    P = fungsi (, V).

    Dan dVVPdPPdP

    V

    +

    =

    Akhimya, jika dibayangkan sebagai fungsi dari P dan V

    dVV

    dPP

    dPV

    +

    =

    Dalam semua persamaan di atas, sistem dianggap mengalami proses infinitesimal

    dari keadaan yang setimbang ke keadaan setimbang lainnya. Hal ini memungkin-

    kan kita untuk memakai persamaan kesetimbangan (persamaan keadaan) dan

    memecahkannya untuk salah satu koordinat, dinyatakan dalam dua koordinat

    lainnya. Jadi diferensial dP, dV, dan d merupakan diferensial fungsi yang

    sebenamya dan disebut diferensial saksama. Jika dz suatu diferensial saksama dari

    suatu fungsi, katakanlah, x dan y, maka dz dapat ditulis

    dyyzdx

    xzdZ

    xy

    +

    =

    Suatu infInitesimal yang bukan merupakan diferensial fungsi yang sebenamya

    disebut diferensial taksaksama dan tidak dapat diungkapkan oleh jenis persamaan

    yang ditunjukkan di atas. Perbedaan lain antara diferensial saksama dan tak

    saksama akan dijelaskan kemudian.

  • 26

    2.6 Beberapa Contoh Sistim Termodinamik

    2.6.1 Kawat Teregang

    Percobaan kawat teregang biasanya dilakukan dalam kondisi tekanan tetap pada

    tekanan atmosfer baku dan perubahan volumnya dapat diabaikan. Untuk banyak

    maksud praktis, temyata tidak perlu memasukkan tekanan dan volum di antara

    koordinat termodinamik yang dipakai. Pemerian termodinamik yang cukup

    lengkap dari seutas kawat dinyatakan oleh tiga koordinat saja, yaitu

    1. gaya tegang kawat: , diukur dalam newton (N); 2. panjang kawat L, diukur dalam meter (m);

    3. temperatur gas ideal

    Keadaan setimbang termodinamik terhubungkan oleh persamaan keadaan yang

    biasanya tidak dapat diungkapkan oleh persamaan sederhana. Untuk kawat pada

    temperatur tetap, dalam batas kekenyalannya, hukum Hooke berlaku, yaitu

    = tetap (L - Lo), dengan Lo menyatakan panjang ketika gaya tegangannya nol.

    Jika suatu kawat mengalami perubahan infmitesimal dari keadaan setimbang ke

    keadaan setimbang lain, maka perubahan infinitesimal panjang adalah diferensial

    saksama dan dapat ditulis sebagai

    +

    =

    dLdLdL

    dengan kedua turunan itu sebagai fungsi dari dan . Turunan ini berkaitan

    dengan kuantitas fisis yang penting. Kita definisikan kemuaian linier sebagai

    =

    LL1

  • 27

    2.6.2 Selaput Permukaan

    Terdapat tiga contoh penting dari selaput permukaan seperti itu, yaitu

    1. bagian atas permukaan cairan dalam kesetimbangan dengan uapnya;

    2. gelembung sabun, atau selaput sabun yang teregang pada suatu kerangka

    kawat

    3. selaput minyak tipis (kadang-kadang monomolekul) pada permukaan air.

    Selaput permukaan mirip membran yang teregang. Permukaan di sebelah garis

    khayal akan menarik garis ini tegak lurus dengan gaya yang sama, tapi berlawan-

    an arah dengan yang ditimbulkan oleh permukaan di sebelah lain garis itu. Gaya

    yang beraksi tegak lurus per satuan panjang garis disebut tegangan permukaan.

    Pemerian termodinamik yang memadai untuk selaput permukaan diberikan

    melalui perincian tiga koordinat, yaitu

    1. tegangan permukaan, yang diukur dalam N/m;

    2. luas selaput A, diukur dalam m2;

    3. temperatur gas ideal

    Dalam menangani selaput permukaan, cairan yang menyertainya harus selalu

    dianggap sebagai bagian dari sistem. Namun, hal ini bisa dilakukan tanpa

    memasukan tekanan dan volum dari sistem gabungan, karena biasanya tekanan

    tetap dan perubahan volumnya dapat diabaikan. Untuk hampir semua cairan

    mumi, persamaan keadaannya dapat ditulis sebagai berikut:

    n

    0 '1

    =

    dengan 0 menyatakan tegangan permukaan pada 0OC, ' adalah temperatur

    kritis, dan n adalah tetap dan harganya terletak antara I dan 2. Dari persamaan ini

    jelaslah bahwa tegangan permukaan menurun ketika bertambah, dan menjadi

    nol ketika =.

  • 28

    2.6.3 Sel Terbalikkan

    Sel terbalikkan terdiri atas dua elektrode yang masing-masing dibenamkan dalam

    elektrolit yang berbeda. Elektromotansinya bergantung pada sifat bahan,

    konsentrasi elektrolit, dan temperatur.

    Sifat penting sel terbalikkan ialah bahwa perubahan kimia yang menyertai

    pemindahan muatan listrik dalam satu arah terjadi dengan besar yang sama dalam

    arah sebaliknya ketika jumlah muatan listrik yang sama dipindahkan dalam arah

    sebaliknya.

    Sekarang, bila kita membatasi diri pada sel terbalikkan yang berlangsung tanpa

    ada gas yang terbebaskan, dan bekerja pada tekanan atmosfer tetap; kita boleh

    melupakan tekanan dan volumnya dan memerikan sel itu dengan memakai tiga

    koordinat saja, yaitu

    1. elektromotansi , diukur dalam V; 2. muatan Z, diukur dalam C;

    3. temperatur gas ideal .

    Bila sel itu dipasang pada rangkaian terbuka, ada kecenderungan terjadinya difusi

    yang berlangsung lambat dan selnya tidak dalam kesetimbangan. Namun, jika sel

    itu dihubungkan dengan potensiometer, dan rangkaian diatur sehingga tidak ada

    arus, maka elektromotansi sel diimbangi dan sel berada dalam ke. setimbangan

    mekanis dan kimia. Jika kesetimbangan termal juga dipenuhi, maka sel dalam

    kesetimbangan termodinamik. Keadaan setimbang termodinamik dari sel

    terbalikkan berkaitan dengan persamaan keadaan antara koordinat , Z dan . Persamaan keadaanya biasanya dituliskan sebagai berikut:

    3020020 )20t()20t()20t( +++=

    dengan t menyatakan temperatur Celsius, 20 elektromotansi pada 20C, dan , serta , adalah tetapan yang bergantung pada bahan.

  • 29

    2.6.4 Lempengan Dielektrik

    Tinjaulah sebuah kapasitor yang terdiri atas dua keping penghantar sejajar yang

    luasnya A dan dimensi lineamya besar dibandingkan dengan jarak l antara keping

    itu; ruang di antara kedua keping diisi dengan dielektrik padat isotropik atau cair.

    Jika beda potensial diberikan antara kedua keping, medan listrik E timbul dalam

    dielektrik antara kedua keping itu. Jika pusat gravitas muatan + dan - dalam

    masing-masing molekul mula-mula berimpit, misalnya jika molekul dielektrik

    mula-mula nonpolar, efek medan listrik ialah memisahkan setiap molekul

    sehingga masing-masing molekul polar dalam arah medan listrik. Jika molekul

    polar secara alamiah, dengan sumbu polar terdistribusi rambang, maka efek

    medan listrik adalah menimbulkan orientasi parsial dari sumbu polar molekul

    dalam arah medan listrik. Kedua efek sama dalam kedua hal ini, dan derajat

    orientasi molekul polar terimbas atau alamiah dalam arah medan yang dapat

    dihitung dari muatan listrik yang terimbas pada salah satu permukaan dielektrik

    dikalikan dengan tebal dielektrik, menghasilkan kuantitas yang disebut momen

    listrik total atau polarisasi listrik total yang akan diberi lambang (huruf kapital

    pi). Jika volum dielektrik itu V, perpindahan listrik dielektrik D, yang besamya

    VED 0

    ==

    Polarisasi yang ditimbulkan oleh E bergantung pada sifat dielektrik dan

    temperatur. Biasanya, zat dielektrik mengalami perubahan volum yang sangat

    kecil dalam percobaan yang dilakukan pada tekanan atmosfer tetap. Jadi tekanan

    dan volumnya dapat kita lupakan dan kita dapat memerikan dielektrik dengan

    pertolongan koordinat termodinamik berikut:

    1. intensitas listrik E, yang diukur dalam V/m;

    2. polarisasi n, yang diukur dalam C. m.

    3. temperatur gas ideal .

  • 30

    2.6.5 Batang Paramagnetik

    Tanpa medan magnetik eksternal, zat paramagnetik bukan merupakan magnet.

    Setelah dimasukkan ke dalam medan magnetik zat itu sedikit termagnetisasi

    dalam arah medan. Namun, permeabilitasnya satu, berlainan dengan zat

    feromagnetik, seperti besi, yang permeabilitasnya sangat besar .Namun kristal

    paramagnetik tertentu memainkan peranan yang penting dalam fisika modem,

    terutama pada temperatur yang sangat rendah.

    Percobaan modern mengenai bahan paramagnetik biasanya dilakukan pada

    cuplikan dalam bentuk silinder, elipsoid, atau bola. Dalam ha1 ini medan , di

    dalam bahan lebih kecil daripada medan , yang ditimbulkan oleh arus listrik dalam

    lilitan yang melingkunginya, karena ada medan balik (medan demagnetisasi) yang

    ditimbulkan oleh kutub magnetik yang terbentuk pada permukaan cuplikan.

    Dalam medan magnetik longitudinal efek demagnetisasi dapat diabaikan dengan

    memakai silinder yang panjangnya jauh melebihi diametemya atau dapat

    dikoreksi dengan eara yang sederhana.

    Bila batang paramagnetik diletakkan dalam solenoid yang intensitas magnetiknya.

    ,, pada batang itu timbul momen magnetik total M yang disebut magnetisasi, dan

    besamya bergantung pada komposisi kimia dan temperatur. imbas magnetik dalam

    batang, , diberikan dalam rumus

    0 = ( , + )VM

    Hampir semua percobaan pada batang magnetik dilakukan pada tekanan atmosfer

    tetap, dan perubahan volum yang tersangkut kecil saja. Akibatnya, kita bisa

    melupakan tekanan dan volum, dan memerikan padatan paramagnetik hanya

    dengan pertolongan tiga koordinat termodinamik, yaitu

    1. intensitas magnetik , yang diukur dalam A/m; .

    2. magnetisasi M yang diukur dalam A.m2;

    3. temperatur gas ideal .

    Keadaan setimbang tennodinamik padatan paramagnetik dapat dinyatakan oleh

    persamaan keadaan yang menyangkut koordinat ini. Percobaan menunjukkan

  • 31

    bahwa magnetisasi sejumlah besar padatan paramagnetik merupakan fungsi dari

    hasil bagi intensitas magnetik dengan temperatur.

    Soal-Soal

    1. Persamaan keadaan hampiran gas nyata pada tekanan sedang, mempunyai bentuk Pv=R (1+B/v), dengan R tetapan dan B fungsi dari saja. Tunjukkan bahwa

    (a) Bv

    ddBBv2

    )/(.1+

    ++=

    (b) 2/11.1

    PvBRP

    +=

    2. Dari suatu gas diketahui = a/T dan = b/P,a dan b tetapan.

    (a) Apa dimensi (satuan) kedua tetapan itu?

    (b) Apakah gas itu gas ideal? Jelaskan

    3. Suatu gas memiliki koefisien muai isobaric = R/PV, sedangkan koefisien

    kompresibilitas isotermiknya = (RT)/(P2V), dengan R tetapan. Tentukan

    persamaan keadaan gas itu.

    Buktikan hubungan a) (P/)V = (/)

    b) (/P) + ((/P)P = 0

    (Perhatikan: kedua hubungan ini berlaku umum: untuk gas ideal maupun tidak

    ideal).

    4. (a) Ungkapkan kemuaian volum dan ketermanpatan isotherm, nyatakan dalam

    kerapatan dan turunan parsialnya.

    (c) Jabarkan persamaan:

    5. Persamaan keadaan hampiran gas nyata pada tekanan sedang, yang dibentuk

    untuk memperhitungkan ukuran berhingga molekul ialah P(v b) = R,

    dengan R dan b tetapan. Tunjukkan bahwa

    (a)

    (b)

  • 32

    BAB III

    USAHA ATAU KERJA LUAR

    3.1 Kerja

    Bila sistem mengalami pergeseran karena beraksinya gaya, maka dikatakan kerja

    telah dilakukan. Jumlah kerja sama dengan hasil kali antara gaya yang ber-

    sangkutan dengan komponen arah pergeseran yang sejajar dengan gaya itu. Jika

    hasil sistem secara keseluruhan menimbulkan gaya pada lingkungannya dan ter-

    jadi pergeseran, kerja yang dilakukan oleh sistem atau pada sistem disebut kerja

    ekstemal. Kerja yang dilakukan oleh bagian sistem pada bagian sistem yang lain

    disebut kerja intemal.

    Yang berperan dalam termodinamika bukan kerja intemal, melainkan hanya kerja

    yang melibatkan antaraksi sistem dan lingkungannya. Bila sistem melakukan kerja

    ekstemal, perubahan yang terjadi dapat diperikan oleh kuantitas makroskopik

    yang berhubungan dengan sistem secara keseluruhan. Dalam hal seperti ini yang

    dimaksud dengan perubahan dapat berupa peristiwa penaikan atau penurunan

    benda yang tergantung, pemuluran atau pengerutan pegas, atau pada umumnya

    perubahan kedudukan atau penataan beberapa gawai mekanis. Hal ini dapat

    dianggap sebagai ukuran terakhir apakah kerja ekstemal dilakukan atau tidak.

    Temyata bahwa untuk selanjutnya sering menguntungkan untuk memerikan

    pelaksanaan kerja ekstemal yang dinyatakan dalam hal atau sehubungan dengan

    operasi gawai mekanis seperti sistem benda tergantung. Kecuali jika ada petunjuk

    lain, perkataan kerja yang tidak diberi keterangan kata sifat akan berarti kerja

    ekstemal.

    Beberapa contoh berikut dapat memperjelas hal ini. Jika suatu sel listrik dipasang

    pada rangkaian terbuka, perubahan yang terjadi dalam sel (seperti difusi) tidak

    disertai oleh kerja. Namun, jika sel itu dihubungkan dengan rangkaian ekstemal

    yang menampung pemindahan muatan listrik, arus yang timbul dibayangkan dapat

    menghasilkan perputaran jangkar motor, sehingga dapat mengangkat benda, atau

    memulurkan pegas. Jadi, supaya sel listrik dapat melakukan kerja, sel harus

    dihubungkan dengan rangkaian ekstemal. Dalam mekanika, kita membahas

  • 33

    kelakuan sistem yang dipengaruhi oleh gaya ekstemal. Jika gaya resultan yang

    beraksi pada sistem mekanis berarah sama dengan pergeseran sistem, kerja gaya

    itu positif; dikatakan bahwa kerja dilakukan pada sistem, dan energi sistem

    bertambah.

    Supaya termodinamika sesuai dengan mekanika, kita sepakat memberi tanda yang

    sama untuk kerja seperti yang dipakai dalam mekanika. Jadi, bila gaya ekstemal

    yang beraksi pada sistem termodinamik berarah sama dengan pergeseran sistem,

    maka kerja dilakukan pada sistem, dalam hal ini kerja ditentukan positif.

    Sebaliknya, bila gaya ekstemal berlawanan dengan pergeseran, kerja dilakukan

    oleh sistem; dalam hal ini kerja menjadi negatif.

    3.2 Proses Kuasistatik dan Kerja Kuasistatik

    3.2.1 Proses Kuasistatik

    Sistem dalam kesetimbangan termodinamik memenuhi persyaratan yang ketat

    sebagai berikut:

    1. kesetimbangan mekanis. Tidak terdapat gaya tak berimbang yang beraksi

    pada bagian manapun dari sistem atau pada sistem secara keseluruhan;

    2. kesetimbangan termal. Tidak ada perbedaan temperatur antar bagian

    sistem atau antara sistem dengan lingkungannya;

    3. kesetimbangan kimia. Tidak ada reaksi kimia dalam sistem dan tidak ada

    perpindahan unsur kimia dari satu bagian sistem ke bagian sistem yang

    lain.

    Sekali sistem dalam kesetimbangan termodinamik dan lingkungannya dibuat tidak

    berubah, tidak ada gerak yang terjadi dan tidak ada kerja yang dilakukan. Namun,

    jika jumlah gaya ekstemal diubah sehingga terjadi gaya berhingga yang

    takberimbang beraksi pada sistem, maka persyaratan kesetimbangan mekanis

    tidak lagi dipenuhi dan keadaan berikut ini timbul:

    1. gaya takberimbang dapat terbentuk dalam sistem; akibatnya, timbul turbu-

    lensi, gelombang, dan seterusnya. Selain itu, sistem secara keseluruhan

    dapat melakukan gerak dipercepat atau yang sejenis;

  • 34

    2. sebagai akibat turbulensi, percepatan, dan seterusnya ini, distribusi tem-

    peratur tak serba sama dapat timbul, atau dapat juga timbul perbedaan

    temperatur antara sistem dengan lingkungannya;

    3. perubahan gaya dan temperatur yang mendadak dapat menimbulkan reaksi

    kimia atau perpindahan unsur kimia.

    Jadi gaya takberimbang yang berhingga dapat mengakibatkan sistem mengalami

    keadaan taksetimbang. Jika kita ingin memerikan setiap keadaan sistem selama

    berlangsungnya proses dengan koordinat sistem yang berhubungan dengan sistem

    secara keseluruhan, maka proses itu tidak boleh diakibatkan oleh gaya takber-

    imbang yang berhingga. Jadi, kita didorong untuk menerima keadaan ideal dengan

    hanya mengubah sedikit saja gaya ekstemal yang beraksi pada sistem sehingga

    gaya takberimbanginya sangat kecil. Proses yang dilaksanakan dengan cara ideal

    ini disebut kuasistatik. Selama proses kuasistatik berlangsung, pada setiap saat

    keadaan sistem itu sangat menghampiri keadaan setimbang termodinamik dan

    semua keadaan yang dilewati oleh sistem dapat diperikan dengan memakai

    koordinat termodinamik yang mengacu pada sistem secara keseluruhan.

    3.2.2 Kerja dalam Proses Kuasistatik

    Gagasan yang telah dikemukakan sebelumnya dapat diperjelas dengan contoh

    sebagai berikut: Pemuaian atau pemampatan isoterm yang kuasistatik dari gas

    ideal

    =2

    1

    V

    VdVPW

    tetapi untuk gas ideal berlaku persamaan keadaan

    PV = nR

    dengan n dan R tetapan. Dengan mensubstitusi P, didapatkan

    =2

    1

    V

    VdV

    VRnW

  • 35

    dan karena juga tetapan, maka

    i

    f

    V

    V

    VV

    lnRn

    VdVRnW

    2

    1

    =

    =

    Pertambahan tekanan isoterm kuasi-statik pada zat padat. Andaikan tekanan pada

    102 kg tembaga padat ditambah secara kuasi-statik dan isoterm pada 00C dari 0

    hingga 1000 kali tekanan atmosfer baku. Kerja dihitung sebagai berikut:

    =2

    1

    V

    VdVPW

    dVdPPVdV

    P

    +

    =

    Karena ketermampatan isoterm ialah

    =PV

    V1

    kita dapatkan pada temperatur tetap,

    dV = - V dP

    Substitusi dV, kita peroleh

    =2

    1

    V

    VdPPVW

    Sekarang, perubahan dalam V dan , pada temperatur tetap sedemikian keci1

    sehingga perubahan itu dapat diabaikan. Jadi,

    ( )2i2f PP2VW

    Karena volum sama dengan massa dibagi dengan kerapatan , maka

  • 36

    ( )2i2f PP2mW

    Harga positif W menunjukkan bahwa kerja dilakukan pada tembaga.

    3.3 Kerja Pada Sistim Termodinamika

    3.3.1 Kerja sistem hidrostatik

    Bayangkan sistem hidrostatik dalam silinder

    yang dilengkapi dengan piston yang dapat

    bergerak, sehingga sistem dan

    lingkungannya dapat berantaraksi. silinder

    ini mempunyai luas penampang A, sehingga

    tekanan yang ditimbulkan oleh sistem pada

    permukaan

    piston ialah P, dan besar gaya P A. Lingkungannya juga menimbulkan gaya yang

    menentang gaya pada piston tersebut. Gaya ini bisa ditimbulkan oleh gesekan atau

    gabungan gesekan dan dorongan pada pegas. Jika dengan persyaratan ini piston

    bergerak sejauh dx, dalam arah yang berlawanan dengan gaya P A (gambar 3.1),

    timbul sejumlah kerja infinitesimal, dW, dengan

    dW = -PA dx.

    Tetapi A dx = dV,

    Sehingga dW = - P dv

    Tanda negatif di depan P dV menyatakan bahwa dV yang positif (pemuaian)

    menghasilkan kerja yang negatif dan sebaliknya, dV yang negatif (pemampatan)

    menghasilkan kerja positif.

    Dalam proses kuasi-statik berhingga dengan perubahan volum dari Vi ke Vf, kerja

    ialah

    =f

    i

    V

    VdVPW

    PA

    dx Gambar 3.1 Penyusutan kuasistatik

    sistem hidrostatik

  • 37

    Karena perubahan volumnya dilakukan secara kuasi-statik, tekanan sistem P pada

    setiap saat tidak hanya sama dengan tekanan ekstemal, tetapi juga merupakan

    suatu koordinat termodinamik. Jadi, tekanan dapat diungkapkan sebagai fungsi

    dari dan V dengan memakai persamaan keadaan. Di sepanjang suatu lintasan

    kuasistatik tertentu kerja yang dilakukan pada sistem ketika berubah dari volum Vi

    ke vo1um yang 1ebih kecil Vf, dinyatakan sebagai

    =f

    i

    V

    Vif dVPW

    sedangkan pemuaian dari f ke i sepanjang lintasan yang sama tetapi dengan arah

    yang berlawanan, menghasilkan kerja yang dilakukan oleh sistem sebesar

    =iV

    Vffi dVPW

    Bila 1intasannya kuasi-statik,

    Wif = - Wfi Satuan SI untuk P ia1ah 1 Pa (1 N/m2 = 1 Pa) dan untuk V ia1ah 1 m3. Jadi, satuan

    untuk kerja ia1ah 1 J.

    3.3.2 DiagramPV

    Ketika volum sistem hidrostatik berubah karena gerakan piston dalam sebuah

    silinder, kedudukan piston pada setiap saat berbanding 1urus dengan volum. Pena

    yang geraknya sepanjang sumbu X suatu diagram mengikuti gerak piston akan

    merunut garis yang setiap saat titiknya menggambarkan harga sesaat vo1um itu.

    Diagram dengan tekanan dirajah sepanjang sumbu Y dan vo1um sepanjang sumbu

    X disebut diagram P V .

  • 38

    Gambar 3.2 Digram PV. (a)Kurva I, pemuaian; (b) Kurva II, Pemampatan;

    (c) kurva I dan II membentuk daur

    Dalam gambar 3.2a, perubahan tekanan dan vo1um gas se1ama pemuaian

    ditunjukkan oleh kurva I. Integral - dVP untuk proses ini jelas sama dengan

    luas bidang berwama ke1abu di bawah kurva I. Demikian juga untuk pemampat-

    an, kerja yang diserap oleh gas digambarkan oleh 1uas bidang berwama ke1abu di

    bawah kurva II da1am gambar 3.2 b. Sesuai dengan kesepakatan tanda untuk

    kerja, 1uas bidang di bawah I dipandang sebagai negatif dan di bawah II sebagai

    positif. Dalam gambar 3.2c, kurva I dan II digambar bersama sehingga mem-

    bentuk sederetan proses yang membawa gas itu ke keadaan awal. Sederetan

    proses seperti itu digambarkan oleh gambar tertutup yang disebut daur. Luas di

    dalam gambar tertutup itu jelas merupakan selisih antara luas bidang di bawah

    kurva I dan II sehingga menggambarkan kerja neto yang dilakukan dalam daur.

  • 39

    3.3.3 Kerja Bergantung Pada Lintasan

    Pada diagram PV yang

    tercantum dalam gambar 3.3,

    keadaan setimbang awal dan

    akhir sistem hidrostatik

    digambarkan oleh dua titik i

    dan f. Sistem dapat dibawa dari

    i ke f dengan banyak cara.

    Gambar 3.3 Kerja bergantung pada lintasan

    Misalnya, tekanan dapat dipertahankan tetap dari i ke a (proses isobar), lalu

    volum dipertahankan tetap dari a ke f (proses isovolum/isokhor). Dalam hal ini

    kerja yang dilakukan sama dengan luas di bawah garis ia, yang sama dengan -2 P0

    V0. Kemungkinan lain ialah lintasan ibf, dalam hal ini kerja sama dengan luas di

    bawah garis bf atau -Po Vo. Garis lurus dari i ke f menggambarkan lintasan lain,

    dengan kerja 3/2 Po Vo. Jadi dapat kita mengerti bahwa kerja yang dilakuan

    oleh sistem tidak hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir, tetapi juga

    pada keadaan madyanya, misalnya pada lintasannya. Ini merupakan cara lain

    untuk mengatakan bahwa untuk proses kuasi-statik, ungkapan

    =f

    i

    V

    VdVPW

    tidak dapat diintegrasikan kecuali jikaP diketahui sebagai fungsi V.

    Ungkapan -P dV adalah sejumlah kerja infinitesimal dan digambarkan oleh

    lambang dW. Namun, ada perbedaan penting antara sejumlah kerja infinitesimal

    dan infinitesimal lain. Sejumlah kerja infinitesimal merupakan diferensial

    taksaksama, misalnya, bukan diferensial fungsi koordinat termodinamik

    sebenamya.

    Isobar

    Isovolum

    2 V0 V0

    2P0

    P0

    i

    b f

  • 40

    3.4 Beberapa Contoh Kerja Kuasistatik

    3.4.1 Kerja Untuk Mengubah Panjang Seutas Kawat

    Jika panjang seutas kawat yang ditarik gaya berubah dari L menjadi (L + dL),

    kerja infinitesimal yang dilakukan pada kawat ialah

    dW = dL

    Nilai dL positif berarti pemuaian kawat, artinya, kerja pasti terjadi pada kawat,

    yaitu kerja positif. Untuk perubahan panjang tertentu dari Li ke Lf

    =f

    i

    L

    LdLW

    dengan menyatakan besar gaya sesaat pada setiap saat selama proses itu

    berlangsung. Jika kawat mengalami gerak yang melibatkan gaya takberimbang

    yang besar, integralnya tidak dapat dicari dengan memakai koordinat

    termodinamik yang mengacu pada kawat secara keseluruhan. Jika gaya eksternal

    pada setiap saat dipertahankan hanya sedikit berbeda dari gaya tegangnya, maka

    proses itu cukup kuasi-statik, sehingga dapat menjamin berlakunya persamaan

    keadaan. Bila diukur dalam newton dan L dalam meter, W akan dinyatakan

    dalam joule.

    3.4.2 Kerja Untuk Mengubah Luas Bidang Selaput Permukaan

    Tinjaulah selaput permukaan ganda

    dengan cairan di antaranya, yang

    terbentang pada kerangka kawat

    dengan salah satu sisinya dapat

    digerakkan seperti terlihat dalam

    gambar 3.4.

    Jika kawat tergerakkan itu panjangnya L dan tegangan permukaannya , maka

    gaya yang beraksi pada kedua selaput itu ialah 2L. Untuk pergeseran

    infmitesimal dx, kerjanya ialah

    F L

    Gambar 3.4 Selaput Permukaan yang terbentang pada kerangka kawat

  • 41

    dW = 2L dx;

    tetapi untuk dua selaput

    2 L dx = d A

    Jadi, dW = dA

    Untuk perubahan berhingga dari Ai ke Af

    =f

    i

    A

    AdAW

    Proses kuasi-statik dapat diperikan dengan mempertahankan daya ekstemal agar

    berbeda hanya sedikit dengan daya yang dikeluarkan oleh selaput. Bila

    dinyatakan dalam newton/m dan A dalam m2, maka W dalam joule.

    3.4.3 Kerja Untuk Mengubah Muatan Sel Terbalikkan

    Menurut kesepakatan, arus listrik diperikan

    sebagai gerak muatan listrik positif dari daerah

    potensial lebih tinggi ke daerah potensial lebih

    rendah. Walau pun arah geraknya bertentangan

    dengan arah rimban elektron, kesepakatan itu

    tetap dipakai, dan menguntungkan bila dipakai

    juga dalam termodinamika. Bayangkan sel

    terbalikkan dengan elektromotansi dihubungkan dengan potensiometer sehingga

    perubahan beda potensial dengan variasi hampir

    malar bisa diperoleh dengan memindahkan

    penyentuh geser.

    Skema rangkaian terlihat pada gambar 3.5. Beda potensial luar dapat diatur agar

    atau > dengan cara memindahkan penyentuh geser.

    Jika beda potensial < maka selama selang waktu yang pendek, terdapat pemindahan sejumlah muatan dZ melalui rangkaian ekstemal, dari elektrode

    positif ke negatif. Kerja dilakukan oleh sel pada lingkungannya. Jika beda po-

    Gambar 3.5 Hampiran pemindah kuasistatik dari muatan dalam sel terbalikan

  • 42

    tensial > , muatan listrik dipindahkan dalam arah yang berlawanan dan kerja dilakukan pada sel. Dalam kedua kejadian ini jumlah kerjanya ialah

    dW = dZ Jika Z berubah dengan jumlah berhingga,

    =f

    i

    Z

    ZdZW

    Jika arusnya i, maka dalam jangka waktu d kuantitas dZ = I d; dan

    =f

    i

    Z

    ZdZW

    dalam volt dan muatan dalam coulomb, kerja akan dinyatakan dalam joule.

    Soal-Soal

    1. Satu mol gas mengalami pemuaian isotermal dari volum vi menjadi vf.

    Apabila gas tersebut memiliki persamaan keadaan P(v-b) = R. Hitung kerja

    yang dilakukan. Hitung pula kerja yang dilakukan oleh gas apabila persamaan

    keadaanya P(v-b) = R(1-(B/v)).

    2. Buktikan bahwa kerja yang dilakukan gas dapt ditulis sebagai :

    dW = pV dT - pV dp (kuasistatik)

    Selidik juga, apakah dW bersifat eksak atau tidak.

    3. Hitunglah usaha yang dilakukan suatu gas apabila mengembang secara

    isotermik dari volume Vi menjadi Vf , dengan mengetahui persamaan

    keadaanya PV = RT ( 1 B/T). R adalah tetapan, B adalah fungsi T saja.

    4. Hitunglah kerja yang dilakukan oleh 1 mol gas dalam proses pemuaian

    isoterm kuasi-statik dari volum awal vi ke volum akhir vr bila persamaan

    keadaannya ialah

    (a) P(u - b) = RO (R. b = tetapan).

    (b) Pv = R (1 - [R = tetapan: B = j(8)].

  • 43

    5. Sebuah silinder tegak yang bagian bawahnya tertutup diletakkan pada

    timbangan pegas. Silinder ituberisi gas yang volumnya bisa diubah dengan

    pertolongan piston bebas gesekan yang tidak bocor. Sekarang, piston itu

    ditekan ke bawah.

    (a) Berapa jurnlah kerja yang dilakukan oleh lingkungan untuk

    memampatkan gas sejumlah dV, sedangkan skala pegas turun sejarak

    dy?

    (b) Jika gawai ini hanya dipakai untuk menimbulkan efek dalam gas itu -

    dengan perkataan lain, jika gas itu dengan perkataan lain, jika gas

    adalah sistemnya - ungkapan kerja yang mana yang sesuai ?

  • 44

    BAB IV

    Kalor dan Hukum I Termodinamika

    4.1. Kerja dan Kalor

    Kerja adiabat, sejumlah fluida mengalami pemuaian adiabat, benda terangkat dan fluida tetap dekat dengan kesetimbangan

    Aliran kalor tanpa kerja, sejumlah cairan dalam kesetimbangan dengan uapnya, dinding diaterm bersentuhan dengan hasil bakar terjadi pemuaian, p,t tanpa dilakukan kerja

    Kerja dan kalor, sejumlah fluida memuai ketika bersentuhan dengan api

  • 45

    Apa yang terjadi bila dua sistim pada temperatur yang berbeda diletakan bersama

    ?????

    Sesuatu yang berpindah antara sistim dan lingkungannya akibat adanya perbedaan

    temperatur saja.

    Apakah perubahan keadaan tertentu menyangkut pelaksanaan kerja atau

    pemindahan kalor???

    T1 T2 T1 > T2

    Berpindahnya sesuatu dari

    T1 ke T2

    Sesuatu (KALOR)

    Takhir T1 + T2

    KALOR

    - R dalam air mengalir arus I dari suatu pembangkit listrik yang diputar dengan pertolongan benda yang sedang turun, jika tidak ada gesekan pada poros katrol dan tidak ada hambatan dalam pembangkit listrik maka sistim air + R bisa diubah dengan melakukan kerja.

    - Sistim R dan Lingkungan air ; terjadi pemindahan kalor T

    - Sebagian air sistim, sebagian lagi lingkungan pemindahan kalor

    SISTIMNYA ???

    LINGKUNGAN ???

  • 46

    4.2 Kerja Adiabat

    dalam diagram tvv

    keadaan awal (i) menuju keadaan akhir (f) dimana tf > ti

    iaf ia pemampatan tanpa gesekan (adiabat kuasistatik) = ai af disipasi adiabat energi listrik t stabil (adiabat isoterm) proses satu

    arah memberi energi tidak bisa menarik

    ibf ib proses disipasi dengan menggunakan hambatan bf proses kuasistatik = fb

    SISTIM FLUIDA + HAMBATAN

    INTERAKSI ADIABAT DENGAN LINGKUNGAN

    - PROSES KUASISTATIK (GERAK PISTON PERLAHAN) P SETIMBANG

    - PROSES NON KUASITATIK P < SETIMBANG

  • 47

    icdf cd pemuaian non kuasistatik (gerak cepat) df menjaga piston tidak bergerak

    lintasan adiabat lain gerak cepat piston pemuaian non kuasistatik diikuti disipasi isovolum dari energi listrik eb dan diikuti pemampatan

    kuasistatik bf.

    maka walaupun lintasan yang berbeda, kerja adiabatnya sama sepanjang lintasan

    yang berbeda tersebut hk. i termodinamika

    jika suatu sistim diubah dari keadaan awal ke keadaan akhir hanya secara

    adiabat, maka keerja yang dilakukan sama besar untuk semua lintasan

    adiabat yang menghubungkannya

    4.3 Fungsi Energi Internal

    u = uf ui perubahan energi sistim

    u = wi f (adiabat)

    energi internal merupakan suatu fungsi koordinat termodinamika yang banyaknya

    sama dengan yang diperlukan untuk memerinci keadaan suatu sistim hidrostatik

    yang setimbang, yang diperikan oleh p, v, t (2 saja boleh). jadi energi internal

    dapat dibayangkan sebagai fungsi dari 2 koordinat termodinamika (yang mana

    saja)

    Fungsi Koordinat Yang Harganya Tergantung KEADAAN AWAL & AKHIR (KERJA ADIABAT)

    Fungsi Ini Dikenal Sebagai FUNGSI ENERGI INTERNAL

    Wi f (adiabat) = Uf Ui

    U i i t l

    HK. I TERMODINAMIKA

    PRINSIP

  • 48

    dVTV

    UdTVT

    UdU)V,T(U

    +

    =

    dPTP

    UdTPT

    UdU)P,T(U

    +

    =

    4.4 Perumusan Matematis Hukum I Termodinamika

    misalkan suatu sistim dilakukan 2 percobaan i f

    1. kerja adiabat w i f = uf - ui

    2. kerja non adiabat w i f uf - ui

    supaya hukum kekekalan energi berlaku, energi harus dipindahkan dengan cara yang lain dari pelaksanaan kerja.

    energi yang berpindah dari sistim ke lingkungan karena adanya perbedaan temperatur adalah kalor.

    kalor : bila suatu sistim yang lingkungannya berbeda temperatur dan kerja bisa

    dilakukan padanya mengalami suatu proses, maka energi yang

    dipindahkan dengan cara non mekanis sama dengan perbedaan antara

    perubahan energi internal dan kerja yang dilakukan (q)

    q = uf - ui - w

    q (+) bila masuk sistim ; q ( - ) bila keluar sistim

    perumusan hk. i termodinamika mengandung tiga hal :

    1. keberadaan fungsi energi dalam

    2. prinsip kekekalan energi

    3. definisi kalor sebagai energi yang berpindah akibat t

    atau,

    Perumusan HK. I Uf - Ui = Q + W

  • 49

    4.5 Konsep Kalor

    kalor adalah perpindahan energi internal yang mengalir dari satu bagian sistim ke

    sistim lain akibat adanya perubahan temperatur. kalor tidak diketahui selama

    proses berlangsung, kuantitas yang diketahui adalah laju aliran q (t)

    =2

    1

    t

    t

    dtQQ

    misalkan sistim a bersentuhan termal dengan sistim b, keduanya dilingkungi oleh

    dinding adiabat

    untuk a ( uf - ui ) = q + w

    untuk b (uf - ui) = q + w

    ( uf + uf ) + (ui + ui) adalah perubahan energi sistim gabungan

    w + w adalah kerja yang dilakukan sistim gabungan

    q + q adalah kalor yang dipindahkan sistim gabungan

    karena sistim gabungan dilingkungi oleh dinding adiabat, maka :

    artinya : dalam kondisi adiabat kalor yang dibuang (diterima) oleh a sama dengan

    kalor yang diterima (dibuang) b

    4.6 Bentuk Diferensiasi Hukum I Termodinamika

    Proses yang menyangkut perubahan infinitesimal dari koordinat termodinamika

    suatu sistim dikenal sebagai prosses infinitesimal, maka :

    Jumlahkan

    ( Uf - Ui ) + (Uf - Ui) = Q + W + Q + W

    ( Uf + Uf ) - (Ui + Ui) = Q + Q + W + W

    Q + Q = 0 Q = Q

  • 50

    du = dq + dw

    jika proses ini kuasistatik infinitesimal, maka proses yang sistimnya berpindah

    dari keadaan setimbang awal menuju keadaan setimbang berikutnya,

    du = dq - p dv

    dq = du + p dv

    4.7 Kapasitas Kalor dan Pengukurannya

    Sistim berubah tf ke ti selama berlangsungnya perpindahan q satuan kalor maka

    iTfT

    Qrata-ratakalor Kapasitas

    =

    jika q dan (tf ti)

  • 51

    3. Cairan diaduk dalam suatu wadah yang tersekat dengan baik sehingga

    mengalami kenaikan temperatur. Jika kita pandang cairan itu sebagai sistem,

    (a) apakah sudah terjadi pemindahan kalor?

    (b) apakah kerja sudah dilakukan?

    (c) apakah tanda dari AU?

    4. Jumlah air dalam danau ditambah oleh sumber air di bawah tanah, oleh aliran

    sungai, dan oleh hujan. Jumlah air bisa berkurang karena terjadi berbagai

    aliran ke luar dan penguapan.

    (a) Apakah tepat jika kita bertanya: 'Berapa banyak hujan dalam danau itu'?

    b) Bukankah lebih baik dan lebih masuk akal jika kita bertanya: 'Berapa

    banyak air dalam danau yang ditirnbulkan oleh hujan'?

    (c) Konsep apakah yang analog dengan 'hujan dalam danau'?

    5. Bejana berdinding tegar yang dilingkungi oleh asbes dibagi menjadi dua

    bagian oleh suatu dinding. Satu bagian berisi gas, dan yang lain dikosongkan.

    Jika dinding tiba-tiba dipecahkan, tunjukkan bahwa energi internal awal dan

    akhir dari gas sarna besar.

  • 52

    BAB V

    GAS IDEAL

    5.1. Persamaan Keadaan Gas

    Kita telah ketahui bersama bahwa gas memiliki kelakuan termometrik terbaik.

    Perbandingan tekanan gas terhadap tekanan gas pada titik tripelnya tidak

    bergantung pada jenis gasnya, bila tekanan tersebut menuju nol. Sifat ini bisa

    dipelajari bila kita selidiki kerepotan gas bila massanya konstan.

    Hasil percobaan menunjukkan bahwa bila temperature kita pertahankan konstan,

    maka hubungan antara tekanan P, dengan volum molar v dinyatakan sebagai

    P v = A ( 1 + + + + .), (5.1)

    A, B, C, dan D disebut koefisien virial.

    Beberapa nilai koefisien virial untuk gas nitrogen ditunjukkan oleh Tabel 5.1.

    Tabel 5.1. Koefiien Virial Nitogen

    T

    B

    10-3 m3Kmol-1 C

    10-4m6Kmol-2 D

    10-5m9K mol-3

    80 100

    120

    150

    200

    -250,80

    -162,10

    -114,62

    -17,16

    -34,33

    210

    85

    48

    22

    12

    -2000

    -600

    -27

    13

    14

    Sifat termometri gas sekarang bisa kita ketahui. Saat tekanan menuju nol

    perkalian Pv mendekati harga yang sama, sebab saat itu v menuju tak berhingga

    dan koefisien virial yang dominan hanyalah suku pertama A. Suku yang lain

    menuju nol. Sehingga persamaan (5.1) dapat dituliskan

    lim (5.2)

    P 0

  • 53

    A adalah besaran konstan terhadap Pv, jadi hanya mungkin tergantung pada

    temepartur. Temperatur gas ideal didefinisikan

    = 273,16 K lim

    Atau

    = 273,16 K lim = 273,16 lim

    lim (PV) =

    Suhu di dalam tanda kurung disebut tetapan gas universal molar R. Jadi, nilai R

    adalah

    R = (5.3)

    Besarnya R menurut Batuecas (1972) adalah 8,31411 J/mol K. Jadi, pada

    tekanan rendah b

    erlaku

    lim (PV) = nR (5.4)

    Dan uraian virialnya dapat ditulis

    = 1 + + . . . . . .

    kita dapat lihat bahwa daerah kecil maka fungsi menjadi linier, sebab ini sesuai

    dengan

    1 = B + + . . .

    5.2 Energi Internal Gas

    Pada umumnya energy internal gas merupakan fungsi dua koordinat dari P, V dan

    . Bila U sebagai fungsi dan V, maka didapat

    dU = d + dV

    Bila U sebagai fungsi dan P, maka didapat

    dU = d + dP

    Untuk mempelajari energy dalam gas, kita tinjau proses pemuaian bebas. Pada

  • 54

    proses ini tidak ada kerja yang dilakukan ataupun pertukaran kalor. Jadi, tenaga

    dalam system konstan.

    Sekarang bila dalam pemuaian bebas diusahakan supaya temperatur konstan,

    maka pada pemuaian tersebut berlaku dU = 0 dan d = 0. Sehingga, pernyataan

    dU dengan U (,V) dan U (,P) memberikan

    = = 0

    Hal ini berarti bahwa energy internal atau tenaga dalam sistem gas hanya

    merupakan fungsi saja, bila tidak ada perubahan temperatur. Hasil percobaan

    Rossini dan Frodsen pada tahun 1932 menunjukkan bahwa bila tekanan

    dibolehkan berubah maka tenaga molar gas dapat dituliskan

    U = f () P + F ()

    5.3. Penentuan Kapasitas Kalor Secara Percobaan Kapasitas kalor pada tekanan tetap dan volume tetap untuk bermacam-macam gas

    dapat ditentukan lewat eksperimen sebagaimana dijelaskan pada bab 4.4, hanya

    dengan sedikit perubahan karena zat yang diselidiki adalah gas.

    Pada pengukuran Cv, misalnya volume gas dipertahankan konstan dengan cara

    memasukkannya pada tabung logam. Pemanasan dilakukan melalui filament yang

    dililitkan pada tabung tersebut. Sedangkan yang diukur selanjutnya adalah

    perubahan temperature sebagai fungsi waktu. Selanjutnya kapasitas kalor dapat

    ditentukan lewat analisa data kalor yang diberikan dan perubahan temperature

    tadi. Hal yang serupa dapat dilakukan untuk menentukan Cp, hanya saja tekanan

    yang harus dipertahankan untuk pengukuran Cp ini. Hal ini dapat dilakukan

    dengan cara mengalirkan gas tersebut dan menjaga tekanannya.

    Hasil penentuan Cp dan Cv secara percobaan menunjukan adanya keteraturan yang

    besar, yaitu bahwa untuk semua gas berlaku

    a) Cp dan Cv hanya fungsi

    b) Cp Cv = R = konstan

    c) = Cp/Cv > 1 dan hanya fungsi

    Untuk gas yang beratom tunggal atau eka atom, seperti He, Ne, Ar dan uap Na,

  • 55

    Cd, Hg dan uap logam.

    Kapasitas panasnya mempunyai sifat

    a) Cp dan Cv bernilai tetap untuk kisaran temperature yang besar, yang

    nilainya berturut-turut 5/3 R dan 3/2 R.

    b) = 5/3 dan berlaku untuk kisaran temperature yang besar.

    Kapasitas panas gas dwi atom, seperti H2, O2, N2, NO dan CO memiliki sifat

    a) Cv = 5/2 R dan Cp = 7/2 R pada temperature biasa dan bertambah bila

    temperature dinaikkan.

    b) = 7/5 pada temperature biasa dan berkurang bila suhu dinaikkan.

    Untuk gas poliatomik, seperti CO2, NH3, CH4, CCl2, nilai kapasitas panasnya

    bervariasi secara lebih tak teratur terhadap temperature. Orang lebih suka

    memakai persamaan empiris untuk menentukan nilai kapasitas panas gas,

    meskipun persamaan kapasitas panas dapat pula diketahui lewat persamaan

    eksakteoritis.

    Untuk daerah suhu 300 1500 K, misalnya, dipakai persamaan

    = a + b + c 2

    Dengan a, b dan c adalah konstan yang dapat ditentukan dan yang tergantung pada

    jenis gas.

    5.4. Persamaan Gas Ideal Telah kita ketahui melalui pembahasan bab 5.1, bahwa pada limit tekanan menuju

    nol, bentuk persamaan gas umum menjadi sederhana, yaitu PV = nR. Gas yang

    demikian kita sebut sebagai gas ideal, yang merupakan gas umum pada tekanan

    rendah. Berdasarkan definisi tersebut, maka gas ideal memenuhi persamaan

    PV = nR = 0 (5.5)

    Kita perlu ingat bahwa juga diambil pada tekanan rendah dan nilainya nol.

    Kita juga dapat menuliskan

    = 0 (5.6)

    Sebab

  • 56

    = = ,

    - P/V

    Sedangkan P/V tidak nol.

    Akibat dari persamaan (5.5) dan (5.6) adalah bahwa gas ideal memiliki tenaga

    dalam yang hanya tergantung pada temperature, atau

    U = f () (5.7)

    Kecocokan gas ideal dengan hasil percobaan sangatlah tergantung pada

    keberlakuan pembatasan-pembatasan tersebut di atas pada percobaan.

    Sekarang, kita akan tinjau kapasitas panas gas ideal. Proses kuasistatik sistem

    hidrostatik memberikan bentuk hokum pertama sebagai

    dQ = dU + P dV

    Cv gas ideal, karena U = f (), berbentuk

    (5.8)

    Akibatnya, hokum pertama termodinamika dapat ditulis

    dQ = Cv d + P dV (5.9)

    Penurunan proses kuasistatik pada gas ideal dengan persamaan

    PV = nR

    Menghasilkan

    P dV + V dP = n R d

    Penyulihan P dV ke persamaan (5.9) menghasilkan

    dQ = (Cv + nR) d - V dP

    dan

    = Cv + nR V

    Pada tekanan tetap, ruas kiri menjadi Cp, yang berhubungan dengan Cv sebagai

    Cp = Cv + nR (5.10)

    Jadi kita peroleh pula sebuah kenyataan tentang kapasitas kalor gas yang sesuai

    dengan hasil percobaan. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa karena U hanya

  • 57

    sebagai fungsi , maka

    CV = = sebagai fungsi

    Cp = Cv + nR = sebagai fungsi ,

    Dan diperoleh pula persamaan

    dQ = (Cv + nR) d - V dP

    atau

    dQ = Cp d - V dP (5.11)

    Yang dapat kita pelajari dengan uraian tentang gas ideal ini adalah bahawa gas

    ideal adalah gas pendekatan yang beberapa besaran fisisnya masih sesuai dengan

    hasil-hasil percobaan. Besaran-besaran tersebut misalnya Cp dan Cv, yang

    keakuannya merupakan taksiran pendekatan dari Cp dan Cv gas umum.

    5.5. Proses Adiabatik Kuasistatik Bila gas ideal mengalami proses kuasistatik, maka tekanan, volume, dan

    temperature berubah melalui hubungan P dan V, atau V dan P, . Untuk melihat

    proses tersebut kita tuliskan lagi persamaan (5.9) dan (5.11), yaitu

    dQ = Cv d + P dV,

    dQ = Cp d - V dP,

    Pada proses adiabatic dQ = 0

    P dV = - Cv d,

    dan

    V dP = Cp d,

    Dengan membagi persamaan kedua dengan persamaan pertama, diperoleh

    = -

    Atau

    = -

    Kita dapat mengintegrasikan persamaan ini setelah kita tahu kelakuan . Pada bab

    yang lalu kita ketahui bahwa nilai berubah terhadap temperature. Untuk

    beberapa gas pada temperature kamar nilai ditunjukkan oleh Tabel 5.2 yang

  • 58

    diambil dari daftar pustaka ( ).

    Tabel 5.2. Cp dan Cv serta molar

    Gas Cp/R Cv/R (Cp Cv)/R