76917981-FARINGITIS-AKUT

9

Click here to load reader

description

FARINGITIS-AKUT

Transcript of 76917981-FARINGITIS-AKUT

Page 1: 76917981-FARINGITIS-AKUT

FARINGITIS AKUT

PENDAHULUAN

Definisi

Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring yang

disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala

infeksi umum dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal yang

spesifik di faring.(1)

Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti corong,

yang besar dibagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar

tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra ke-6. Ke atas, faring

berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan

rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah

berhubungan melalui auditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus.

Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa lebih kurang 14 cm,

bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.

Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam ke luar) mukosa, fasia

faringobasiler, fasia otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Berdasarkan letaknya

faring terdiri dari nasofaring, orofaring laringofaringeal

Emilda Krissanty 1

Page 2: 76917981-FARINGITIS-AKUT

1. Nasofaring

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah

adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang

adalah vertebra servikal.

Nasofaring relatif kecil, berhubungan erat dengan beberapa struktur

penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan

resesus faring yang disebut fossa rosenmuller, kantong ratke, yang merupakan

invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi

mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba eustachius, koana, foramen

jugulare yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n. asesorius spinal saraf

kranial dan v. jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen

laserum dan muara tuba eustachius.

2. Orofaring

Orafaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole,

batas bawah aalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut,

sedangkan ke belakang adalah dinding podterior faring, tonsil palatina, fossa

tonsil serta arkus faring anterior dan postrior, uvula tonsil, tonsi lingual dan

foramen sekum.

3. laringofaring

Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas

anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah

vertebra servikal. Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada

pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan Emilda Krissanty 2

Page 3: 76917981-FARINGITIS-AKUT

langsung, maka struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah

valekula.

Di bawah valekula terdapat epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk

melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat

bolus tersebut menuju sinus piriformis dan ke esofagus.

Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada

tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian

anestesi lokal di faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.(4,5)

EPIDEMIOLOGI

Frekuensi

Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat

ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa

mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut) tiap

tahunnya.

Mortalitas

Faringitis akut merupakan salah satu penyebab terbesar absensi anak di

sekolah dan absensi di tempat kerja bagi orang dewasa.

Ras

Faringitis akut mengenai semua golongan ras dan suku bangsa secara merata

Jenis Kelamin

Faringitis akut mengenai kedua jenis kelamin dalam komposisi yang sama

Emilda Krissanty 3

Page 4: 76917981-FARINGITIS-AKUT

Usia

Faringitis akut mengenai semua golongan usia, tetapi yang terbesar mengenai anak-

anak.(1,6)

PATOFISIOLOGI

Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organisme yang mengahasilkan

eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan

ulserasi. Organisme yang ditemukan termasuk streptokokus, pneumokokus dan

basillus influensa, diantar organisme yang lainnya. Pada stadium awal,terdapat

hiperemia, edema, dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi

menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cendrung menjadi kering dan

dapat melekat pada dinding faring.Dengan hyperemia, pembuluh darah dinding faring

menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abu

terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian

biasaanya difokuskan difokuskan pada faring, dan tampak bahwa folikel atau bercak-

bercak pada dinding faring posterior, atau terletaj lebih kelateral, menjadi meradang

dan membengkak. Terkenanya dinding lateral, jika tersendiri, disebut

sebagai”faringitis lateral”. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsila,

hanya faring saja yang terkena.

ETIOLOGI

Penyebab faringitis akut ialah kuman-kuman golongan Streptococcus B

hemoliticus, Streptococcus viridans serta golongan pyogenes. Sisanya disebabkan Emilda Krissanty 4

Page 5: 76917981-FARINGITIS-AKUT

oleh infeksi virus yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta Herpes. Cara infeksi

ialah oleh percikan ludah (droplet infektion).(1,3,4,5,6,

Tabel 1. Berbagai etiologi faringitis akut

Pathogen

Viral

• Rhinovirus (100 types and 1 subtype)

• Coronavirus (3 or more types)

• Adenovirus (types 3, 4,7, 14 and 21)

• Herpes simplex virus (types 1 and 2)

• Parainfluenza virus (types 1-4)

• Influenzavirus (types A and B)

• Coxsackivirus A (types 2, 4-6, 8 and 10)

• Epstein-Barr virus

• Cytomegalovirus

• Human immunodeficiency virus type I

Bacterial

Emilda Krissanty 5

Page 6: 76917981-FARINGITIS-AKUT

• Streptococcus pyogenes (group A b-hemolytic streptococci)

• Group C b-hemolytic streptococci

• Neisseria gonorrhoeae

• Corynebacterium diphtheria

• Arcanobacterium haemolyticum

Chlamydial

• Chlamydia penumoniae

Mycoplasmal

• Mycoplasma pneumoniae

Persentase dari etiologi faringitis akut dapat dilihat pada tabel di bawah

Emilda Krissanty 6

Page 7: 76917981-FARINGITIS-AKUT

Tabel 2. Persentase etiologi faringitis akut

GEJALA KLINIS

Gejala yang sering ditemukan ialah:

- Gatal dan kering pada tenggorokkan

- Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C

- Rasa lesu dan nyeri disendi

- Tidak nafsu makan (anoreksia)

- Rasa nyeri ditelinga (otalgia)

- Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak

- Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering, gambaran

seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus.

- Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak (1,4,5,6)

DIAGNOSIS BANDING(5)

- Mononukleus infeksiosa

- Tonsilitis difteri

- Scarlet fever

- Angina agranulositosis

- Tonsilitis kronis

Emilda Krissanty 7

Page 8: 76917981-FARINGITIS-AKUT

PENATALAKSANAAN (5)

- Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari

- Antipiretik

- Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan

- Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin

PROGNOSIS

Prognosis penyakit ini umumnya baik bila penyakit cepat diketahui dan

diterapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila pasien

datang terlambat dan penyakit sudah berlanjut maka prognosis akan kurang baik.(6)

KESIMPULAN

- Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring dan/atau

tonsil yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat

merupakan gejala infeksi umum dari saluran nafas bagian atas atau

merupakan suatu infeksi lokal yang spesifik di faring.

- Etiologi yang paling sering ditemukan adalah virus

- Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala

penyakit.

- Umumnya prognosis baik bila penyakit cepat diketahui dan diterapi dengan

tepat.

Emilda Krissanty 8

Page 9: 76917981-FARINGITIS-AKUT

DAFTAR PUSTAKA

1. Aung K, Pharyngitis Viral, internet http://www.emedicine.com/oto/topic568.htm, January 23, 2003.

2. Pracy R, Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorkkan, Gramedia, Jakarta, 1989: 145-9.

3. Cody DT, Eugen K, Pearson B, Text Books Otolaryngology,

cetakan V, EGC, Jakarta, 1991; 279-98.

4. Adam GL, Boeis, Hilger PA, Boeis Fundamentals of

Otolaryngology, edisi 6, WB Sounders, Philadelphia, 1998: 320-36.

5. Soepardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokkan, Kepala, Leher, Edisi V, FK-UI, Jakarta, 2001: 47.

6. Marcus L, Acute Pharyngitis, internet http://www.nejm.com/ topic342.html, 2003. -1.

7. Hall I, Colman BH, Disease of the Nose, Throat and Ear, 13 th edition, Oxford, 1987: 143-53.

Emilda Krissanty 9