76644719-PERDARAHAN-ANTEPARTUM
-
Upload
melli-anna-jhaa -
Category
Documents
-
view
104 -
download
0
Transcript of 76644719-PERDARAHAN-ANTEPARTUM
TINJAUAN PUSTAKA
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Definisi
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi
pada kehamilan sebelum 22 minggu. Perdarahan antepartum umumnya bersumber
pada kelainan plasenta sedangkan yang tidask bersumber pada plasenta seperti
kelainan servik biasanya tidak berbahaya.
Klasifikasi klinis
1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan belum jelas sumbernya
PLASENTA PREVIA
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letak abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus.
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan.
4. Plasenta letak rendah apabila letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir
plasenta kira-kira 2-3 cm diatas pinggir pembukaan.
Frekuensi
Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Dirumah
sakit cipto mangunkusumo antara 1971-1975 terjadi kira-kira 37 kasus plasenta
previa.
Etiologi
Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas
dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan
atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat mengakibatkan plasenta
previa, tidaklah selalu benar karena tidak nyata dengan jelas plasenta previa
didapati pada paritas tinggi. Apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti
pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal akan memperluas
permukaannya sehingga mendekati atau menutupi pembukaan jalan lahir.
Gambaran Klinik
Gejala utamanya adalah perdarahan tanpa alasan tanpa nyeri. Perdarahan
dapat terjadi ketika penderita tidur. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikut biasanya lebih banyak
apalagi kalau dilakukan pemeriksaan dalam.
Darah berwarna merah segar, berlainan dengan solusio berwarna kehitam-
hitaman. Sumber perdarahan adalah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena serabut otot SBR tidak mampu
berkontraksi untuk menghentikan darah. Makin rendah letak plasenta makin dini
perdarahan
Turunnya bagian terbawah janin akan terhalang. Pada plasenta previa
totalis didapatkan kepala belum masuk pintu atas panggul, pada plasenta previa
parsialis didapatkan kepala mengolak kesamping, plasenta previa posterior kepala
menonjol diatas simpisis, plasenta previa anterior bagian terbawah janin sukar
ditentukan.
Diagnosis
Setiap perdarahan antepartum curigai plasenta previa sampai terbukti
bukan plasenta previa. Pada anamnesis didapatkan perdarahan setelah 22 minggu
tanpa nyeri, tanpa sebab. Pemeriksaan luar didapatkan bagian terbawah janin
belum masuk PAP dan sukar didorong kedalam. Inspekulo dapat melihat asal
darah dari OUE.
Penentuan letak plasenta tidak langsung dengan cara radiografi,
radioisotop, USG. Penentuan letak plasenta langsung dengan perabaan fornik
didapatkan lunak bila antara kepala janin terdapat plasenta, padat bila tidak
terdapat plasenta dan pemeriksaan melalui canalis servikalis teraba kotiledon.
Apabila kotiledon plasenta teraba segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis
servikalis. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan
perdarahan banyak.
Penanganan
Prinsip penaganan adalah setiap ibu perdarahan harus segera dikirim ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas transfusi dan operasi. Perdarahan yang terjadi
pertama kali jarang sekali menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak
dilakukan pemeriksaan dalam. Peradarahan berikutnya akan selalu lebih banyak
daripada perdarahan sebelumnya.
Apabila dengan penilaian ternyata perdarahan yang telah berlagsung atau
yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan anak, kehamilan belum
cukup 36 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2500 gram dan persalinan
belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat
hidup di luar kandungan.
Penanganan pasif., pada kasus tertentu sangat bermamfaat untuk
mengurangi angka kematian neonatus. Penderita dirawat di RS sejak perdarahan
pertama, operasi dan transfusi harus bisa setiap saat. Anemia harus segera diatasi
mengingat kemungkinan perdarahan berikutnya. Menilai perdarahan harus
didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin dan hematorit.
Memilih cara persalinan
Pada umumnya cara persalinan yang terbaik tergantung dari derajat
plasenta previa, paritas dan banyaknya perdarahan. Beberapa hal lain yang harus
diperhatikan ialah apakah pernah diperiksa dalam, atau sudah mengalami infeksi.
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea
tanpa menghiraukan faktor-faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada
primigravida sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak apalagi
berulang juga harus di seksio sesarea.
Persalinan pervaginam dipertimbangkan pada multigravida dengan
plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, plasenta previa parsialis dengan
pembukaan >5 setalah dipecahkan ketuban. Bila tidak mengurangi perdarahan
maka harus di seksio sesarea. Hindari persalinan lama dan sulit karena dapat
bahaya bagi ibu dan janin
Tujuan pemecahan ketuban pada persalinan pervagainam:
• Bagian terbawah janin akan menekan plasenta dan bagian plasenta yang
berdarah
• Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti renggangan SBR
sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah rahim lebih lanjut dapat
dihindarkan
Bila pemecahan selaput ketuban belum menghentikan perdarahan terdapat
2 cara untuk menekan plasenta:
• 1. pemasangan cunam willett
• 2. Versi Braxton Hicks
Kedua cara ini sudah ditinggalkan dalam dunia kebidanan mutakhir karena
seksio sesarea lebih aman.
Seksio Sesaria
Dirumah sakit yang lengkap seksio sesaria merupakan cara terpilih.
Nesbitt (1962) melaporkan 65% plasenta previa diselesaikan dengan seksio
sesarea. Gawat janin atau kematian janin tidak boleh menjadi halangan untuk
dilakukan seksio sesarea demi keselamatan ibu. Akan tetapi gawat ibu mungkin
terpaksa menunda seksio sesarea sampai keadaannya dapat diperbaiki apabila
fasilitas memungkinkan. Apabila fasilitas tidak memungkinkan jangan ragu-ragu
untuk melakukan seksio sesarea jika itu satu-satunya tindakan terbaik.
Walaupun diakui bahwa seksio sesaria trasperitonealis profunda
merupakan jenis operasi yang terbaik akan tetapi hendaknya jangan ragu-ragu
untuk melakukan seksio sesaria korporalis apabila ternyata plasenta pada dinding
depan uterus, untuk menghindarkan sayatan pada plasenta dan menghindarakan
sayatan pada segmen bawah uterus yang biasanya rapuh dan dengan pembuluh
darah besar besar dengan demikian menghindarkan perdarahan post partum.
SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada triwulan ketiga walaupun
dapat pula terjadi setiap dalam kehamilan. Apabila terjadi sebelum 20 minggu
mungkin akan didiagnosis dengan abortus imminems. Plasenta dapat terlepas
seluruhnya disebut solusio plasenta totalis, sebagian solusio plasenta parsialis,
atau hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus
marginalis.
Klasifikasi secara klinis
1. Solusio plasenta ringan
2. Solusio plasenta sedang
3. Solusio plasenta berat
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinis sesuai dengan derajat
lepasnya plasenta.
Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 dalam 50 persalinan, di RSCM antara
tahun 1968-1971 solusio plasenta terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh
persalinan yang terdiri dari 14 % solusio plasenta sedang dan 85 % solusio
plasenta berat.
Etiologi
Etiologi solusio plasenta hingga saat ini belum dietahui dengan jelas,
walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertainya seperti umur ibu yang
tua, multiparitas, hipertensi menahun, preeklamsia, trauma, tali pusat pendek,
tekanan vena cava inferior dan defisiensi asam folik
Patologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma desidua sehingga plasenta terdesak dan kemudian terlepas.
Apabila perdarahan yang kecil hanya akan mendesak jaringan plasenta,
perdarahan antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta
gejalanyapun tidak jelas. Kejadian ini baru diketahui setelah lahir pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dan bekuandarah
lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus karena otot uterus yang
merenggang oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk menghentikan
perdarahan. Akibatnya hematom retroplasenter akan bertambah besar sehingga
sebagian dan akhirnya seluruhnya akan terlepas. Darah dapat menyeludup
kebawah selaput ketutuban keluar melalui vagina, atau masuk ke dalam kantong
ketuban, atau ekstravasasi ke serabut otot bila banyak warna uterus berbercak biru
atau ungu disebut uterus Couvelaire.
Kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter
menyebabkan banyak tromboplastin masuk ke peredaran darah ibu sehingga
terjadi pembekuan intra vaskuler dimana-mana yang menghabiskan sebagian
fibrinogen akibatnya hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan
pembekuan darah pada uterus dan alat-alat tubuh lain.
Gambaran klinik
Solusio plasenta ringan terjadi ruptur sinus marginalis atau terlepasnya
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu maupun janin. Apabila terjadi perdarahan pervaginam
warnanya akan kehitm-hitaman dan sedikit sekali. Perut terasa agak sakit, terus
tegang, bagian bagian janin mudah diraba.
Solusio plasenta sedang bila plasenta terlepas lebih dari 1/4 tapi belum
sampai 2/3. tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio
plasenta ringan atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,
perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam sedikit, seluruh
perdarahan mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin jatuh kedalam syok,
janin kalau masih hidup dalam keadaan gawat, dinding uterus tegang terus
menerus, nyeri tekan , bagian janin sukar diraba, kelainan pembekuan dan ginjal
mungkin telah terjadi.
Solusio Plasenta Berat bila plasenta terlepas >2/3. Terjadinya sangat tiba-
tiba, Ibu telah jatuh dalam syok, janin meninggal, uterus sangat tegang sepeti
papan, sangat nyeri, perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan syok ibu,
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
Diagnosis
Tanda-tanda solusio plasenta berat ialah sakit perut terus menerus,
perdarahan pervaginam, syok, bunyi jantung janin tidak terdengar lagi, air
ketuban berwarna kemerah-merahan bercampur darah
Solusio plasenta sedang tidak semua tanda dan gejala nyata seperti sakit
perut terus menerus, nyeri tekan, uterus tegang terus menerus selalu ada, juga
pada solusio plasenta ringan
Komplikasi
Komplikasi pada ibu tergantung luas plasenta yang lepas dan lamanya
solusio berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi ialah perdarahan, kelainan
pembekuan, oliguria, dan gawat janin sampai kematian janin.
Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak
dapat dicegah kecuali dengan menyelesaikan persalinan. Setelah persalinanpun
juga dapat terjadi perdarahan postpartum karena kontraksi uterus tidak kuat yang
sering pada uterus couvelaire.
Pada tahap oliguria keadaan umum penderita biasanya baik. Terjadinya
oliguria belum dapat diterangakan dengan jelas, sangat mungkin berhubungan
dengan hipovolemia dan penyempitan pembuluh darah ginjal.
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan
oleh hipofibrinogenemi terjadi kira-kira 10%. Kadar fibrinogen wanita hamil
cukup bulan 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. apabila kadar fibrinogen
lebih rendah dari 100mg% akan terjadi gangguan pembukuan darah. Jarang kasus
solusio plasenta yang datang ke rumah sakit dengan janin masih hidup, kalaupun
masih hidup sudah sedemikian gawatnya.
Penatalaksanaan
Pada sulusio plasenta ringan bila kehamilan <36 mg kemudian perdarahan
berhenti, uterus tidak menjadi tegang maka rawat konservatif dengan observasi
yang ketat. Apabila perdarahan berlangsung terus dan gejala solusio plasenta itu
bertambah jelas atau dalam pemantauan dengan USG solusio plasenta bertambah
maka kehamilan harus diakhiri.
Pada solusio plasenta sedang dan berat penanganan di rumah sakit
meliputi trasfusi darah, pemecahan ketuban, infus oksitosin, jika perlu seksio
sesarea. Ketuban harus segera dipecahkan tidak peduli bagaimana keadaan umum
penderita dan tidak peduli apakah persalinan akan diselesaika pervaginam atau
perabdominam. Pemecahan ketuban in merangsang dimulainya persalinan dan
mengurangai tekanan intrauterin yang dapat menyebabkan komplikasi nekrosis
ginjal mugnkin melalui apa yang disebut reflek uterorenal. Apabila perlu
persalinan dengan pemberian oksitosin.
Pencegahan payah ginjal meliputi pergantian darah yang hilang
secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemi, menyelesaikan persalinan
dan mengatasi kelainan pembekuan. Untuk mengatasi hipofibrinogen maka
diberikan fibrinogen. 1 gram fibrinogen menaikkan fibrinogen darah 40%. Kadar
kritis fibrinogen 150 mg% Apabila persalinan tidak selesai dalam 6 jam setelah
terjadi solusio harus dilakukan seksio sesarea
Uterus covelaire bukan merupakan indikasi histerektomi tapi bila
perdarahan tidak dapat diatasi setelah seksio sesarea maka histerektomi
dipertimbangkan.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan, ada tidaknya preeklamsia, tersembunyi
tidaknya perdarahan. Prognosis janin pada solusio berat hampir 100% mati. Pada
solusio ringan dan sedang tergantung luasnya plasenta yang terlepas.
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. S
Umur : 33 tahun Umur : 34
tahun
Pendidikan : SD Pendidikan
: SD
Pekerjaan : Ibu RT Pekerjaan :
Swasta
Agama : Islam Agama
: Islam
Suku : Jawa Sunda Suku : Islam
Nomor MR : 73 58 54
Alamat : Kompleks Depkes L.M. SLTN. Pauh.
II. ANAMNESA
Seorang pasien masuk ke Poli Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil pada
tanggal 13 April 2011 jam 11.44 WIB kiriman dating sendiri dengan :
Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit,
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar darah dari kemaluan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakut,
warna merah tersng, membasahai dua pembalut
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
Keluar lendir campur daah dari kemaluan (-)
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)tidak haid sejak 7 bulan
yang lalu
HPHT lupa TP sulit ditentukan
Gerak anak dirasakan sejak 3 bulan yang lalu
Pendarahan sebelumnya tidak ada
Riwayat Hamil Muda
Mual (-) Muntah (-) Pendarahan (-)
Riwayat Hamil Tua
(-)
ANC
Kontrol teratur ke Bidan
Riwayat Makan Obat
(-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, hati, paru, ginjal, DM
dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan,
kejiwaan dan menular.
Riwayat Haid
Menarche usia 13 tahun, siklus teratur, 1 x setiap bulan, lamanya 7
hari, banyaknya 2-3 x ganti duk/ hari.
Riwayat Perkawinan
1 x tahun 2002
Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan
2/0/1
1. Tahun 2005, laki-lai, BB 3200gr, cukup bulan, vakum a.i partus
lama, dengan dokter, hidup.
2. Sekarang
Riwayat KB
(-)
Riwayat Imunisasi
(-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
TD : 110/70
Nadi : 88 x/i
Nafas : 22 x/i
Suhu : af
Gizi : sedang
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Anemis : (-)
TB : 148 cm
BB : 54 kg
Kepala : Tidak ada kelainan, rambut tidak mudah dicabut.
Leher : JVP 5-2 mmH2O, tidak ada pembesaran tiroid
THT : tidak ada kelainan
Dada : Paru : Inspeksi : gerakan simetriis kiri dan
kanan
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikuler, Rh -/- , Wh -/-
: Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari
medial LMCS
RIC V
Perkusi : Batas-batas jantung dalam
keadaan
normal
Auskultasi : Reguler, Bising (-)
Abdomen : Status Obstetrikus
Genitalia : Status Obstetrikus
Extremitas : Edema (-), RF +/+, RP -/-
IV. STATUS OBSTETRIKUS
Muka : Kloasma gravidarum (+)
Mammae : Tampak membesar, A/P hiperpigmentasi
Abdomen : L/M hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (-)
Inspeksi : Tampak membuncit sesuai usia kehamilan
preterm
Palpasi :
LI : FUT teraba antara pertengahan pusat – proc.
Xiph, teraba
massa lunak, besar, noduler.
LII : Teraba tahanan terbesar pada sebelah kiri pasien,
bagian-
bagian kecil teraba di bagian kanan
LIII : Teraba massa keras, floating
LIV : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJA : 150 x/i
: BU (+) N
Genitalia :
Inspeksi : Vulva / Uretra tenang
Inspekulo : Vagina : Tumor (-) Laserasi (-) Fluksasi (+)
tampak
darah merah terang menumpuk di
forniks posterior
: PPV (+)
: Porsio : Tumor (-) Laserasi (-) Fluksasi (+)
tampak
darah merah terang merembes dari
kanalis servikalis
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Hb : 10,4 gr/Dl
VI. DIAGNOSA
G2P1A0H1, gravid preterm 28 – 30 minggu + HAP ec. Plasenta Previa
Totalis, Janin hidup tunggal Intra Uterine, presentasi kepala floating.
VII. SIKAP
- Kontrol KU / VS / His / BJA / PPV
- Bedrest
- Skin test antibiotic
VIII. RENCANA
Konservatif