76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

20

Click here to load reader

Transcript of 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

Page 1: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

UPAYA INDUSTRI PERBENIHAN DALAM PEMENUHAN

PRINSIP ENAM TEPAT BENIH

“Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Industri Perbenihan”

Disusun Oleh Kelompok 2:

Prestilia Ningrum 150310080098

Reza Putra Yodhana 150310080100

Rakhmi PrimadianthiS. 150310080103

Utari Nur Riski 150310080108

Gina Mariana Dewi 150310080124

Tiara Kusuma Dewi 150310080127

Risman Taufik 150310080133

Marlon Sipahutar 150310080134

Yogiandre Ravenalla 150310080136

Wendi Irawan Dediarta 150310080137

Rina Paramita 150310080139

Agribisnis Kelas C

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERISTAS PADJADJARAN

2011

Page 2: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih. Mutu

benih meliputi mutu genetik, fisiologik, dan fisik. Mutu benih mencakup semua

hal yang berkaitan dengan atribut fisik, biologis, patologis dan genetik yang akan

menentukan produksi tanaman. Mutu genetik adalah benih yang mempunyai

identitas genetik yang murni dan mantap, dan apabila ditanam mewujudkan

kinerja pertanaman yang homogen sesuai dengan yang didiskripsikan oleh

pemulianya (Sadjad, 1994). Mutu fisiologik adalah mutu benih yang ditentukan

oleh daya hidup (viabilitas) benih sehingga mampu menghasilkan tanaman yang

normal. Klasifikasi mutu benih didasarkan pada kinerja fisik seperti kebersihan,

kesegaran butiran serta keutuhan keadaan kulit benih, tanpa ada luka atau retak-

retak. Penampilan fisik penting artinya karena benih dalam kemasan akan menjadi

menarik bagi calon pembeli (Sadjad, 1997). Atribut kualitas yang paling penting

adalah viabilitas (mutu fisiologik).

Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produktivitas pertanian yang

lebih baik. Kondisi sebelum, selama dan sesudah panen menentukan mutu benih.

Walaupun mutu benih yang dihasilkan baik, penanganan yang kurang baik akan

menyebabkan mutu langsung menurun.

Untuk mendapatkan produktivitas dan kualitas yang tinggi maka perbaikan

teknik budi daya harus dimulai dari penggunaan benih unggul bermutu. Sejalan

dengan hal tersebut, maka proses produksi dan penanganan benih perlu mendapat

perhatian yang serius, agar target mendapatkan benih yang memenuhi kriteria

enam tepat, yaitu tepat jenis (varietas), tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tepat

lokasi, dan tepat harga dapat terpenuhi. Benih merupakan masukan yang penting

dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih sangat berpengaruh terhadap

penampilan dan hasil tanaman.

Produksi benih berkualitas merupakan proses yang panjang, dimulai dari

pemilihan bahan tanaman, pemeliharaan tanaman, panen serta penanganan setelah

panen. Agar produksi benih berhasil, selain mempertimbangkan aktor genetik

Page 3: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

(bahan tanaman), perlu pula diperhatikan faktor-faktor lainnya seperti lokasi

produksi, iklim, isolasi, ketersediaan serangga penyerbuk, tenaga yang terampil

dan murah, serta sistem transportasi yang memadai (Sukarman et al. 1997a:

1997b ).

Penanganan benih perlu dilakukan secara khusus dan serius. Kelalaian atau

keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya berkecambah

menurun atau kematian benih. Penanganan benih mencakup kegiatan pemanenan,

pengeringan, pemilahan (grading), perlakuan benih (seed treatment),

pengemasan, penyimpanan, dan pengujian. Penanganan benih perlu pula

memperhatikan kelompok benih, seperti benih ortodoks, rekalsitran (benih yang

tidak tahan terhadap desikasi), atau intermediate (semirekalsitran). Melalui cara

panen dan penanganan benih yang optimal, mutu fisiologis benih dapat

dipertahankan lebih lama. Kemampuan industri benih untuk memasok benih

bermutu sampai ke pedesaan merupakan prasyarat dalam mempercepat

pengembangan varietas unggul baru (VUB).

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat agar pembaca mengetahui mengenai Industri

Perbenihan khususnya dalam upaya pemenuhan enam tepat benih sehingga

Industri Perbenihan Nasional memiliki standar kualitas yang semakin baik.

1.3 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah melalui studi

pustaka yang bersumber dari media elektronik. Selain itu juga dengan mencari

berbagai informasi menyangkut enam tepat benih pada Industri Perbenihan di

Indonesia.

Page 4: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Industri Perbenihan

Industri benih merupakan syarat penting bagi pertanian tangguh yang

berorientasi pasar. Industri benih merupakan tahap akhir perkembangan

perbenihan dan termasuk dalam kelompok agribisnis. Disebut industri menurut

Sadjad (1997), karena prosesnya berawal dari produk yang belum siap pakai dan

berakhir menjadi produk siap pakai yang berupa benih suatu varietas tanaman.

Selanjutnya dinyatakan sebagai industri hilir, industri benih menghadapi

permintaan benih berkualitas yang bersumber dari permintaan pasar untuk suatu

komoditas dengan syarat-syarat tertentu.

Dalam pertanian maju, benih memegang peranan penting sebagai sistem

penyalur ("delivery system") atau pembawa teknologi baru ("carrier of new

technology"). Beberapa teknologi baru (varietas baru) disampaikan ke petani

melalui benih bermutu. Kualitas benih varietas unggul harus diketahui baik

sebagai komponen kunci di dalam paket input yang dibutuhkan untuk

memperbaiki produksi tanaman maupun sebagai katalis untuk mengeksploitasi

teknologi baru dalam produksi tanaman.

Untuk memenuhi permintaan, benih tidak dapat diproduksi secara

mendadak atau secara langsung, tetapi memerlukan perencanaan yang baik.

Perencanaan dan penanganan yang kurang baik dapat merugikan produksi benih.

Pemuliaan tanaman yang aktif dan produktif merupakan dasar untuk industri

benih. Varietas baru yang dilepas harus sampai ke petani dengan sifat-sifat yang

unggul (produksi tinggi, resisten terhadap hama dan penyakit utama dan lain-lain).

Keaslian kultivar atau klon dapat dijamin melalui pengawasan mutu yang ketat

yang merupakan komponen industri benih.

2.2 Prinsip Enam Tepat Benih

Permasalahan dalam bidang industri perbenihan haruslah dapat diatasi

dengan segera karena hal tersebut akan mempengaruhi produktivitas hasil

Page 5: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

pertanian, salah satu cara untuk memperbaiki permasalahan dalam bidang

perbenihan adalah dengan menerapkan prinsip enam tepat benih yaitu:

1) Tepat varietas

2) Tepat jumlah

3) Tepat mutu

4) Tepat waktu

5) Tepat lokasi

6) Tepat harga

1. Prinsip Tepat Varietas

Seiring dengan kemajuan pertanian tanaman pangan, maka semakin besar

pula tuntutan terhadap ketersediaan benih varietas unggul bermutu sebagai salah

satu faktor yang menentukan keberhasilan produksi tanaman pangan.

Untuk mencapai maksud tersebut, maka program-program pengembangan

perbenihan diarahkan pada optimalisasi sistem perbenihan. Berikut adalah

beberapa value chain components yang seharusnya dapat menjadi acuan dalam

Prinsip Tepat Varietas :

• Pengembangan Varietas

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkat pula

kebutuhan pangan nasional. Dukungan penyediaan benih varietas unggul

bermutu bagi petani merupakan bagian yang penting dalam mendukung

upaya peningkatan produktivitas tanaman. Dalam melaksanakan upaya

tersebut diperlukan peran pihak-pihak terkait baik yang berhubungan dengan

legislasi maupun teknis di Pusat dan Daerah. Untuk melancarkan dan

mensinergikan pelaksanaan kegiatan dan memantau serta mengevaluasi

perkembangan pelaksanaan program-program pengembangan perbenihan

dalam upaya penyediaan, produksi dan distribusi benih varietas unggul

bermutu diperlukan adanya koordinasi, pengawalan, monitoring dan evaluasi

serta pelaporan secara intensif dan terpadu.

• Produksi Benih

Penggunaan benih varietas unggul bermutu, merupakan salah satu

faktor dalam mencapai keberhasilan peningkatan produktivitas dan produksi

Page 6: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

tanaman pangan. Sementara itu, peningkatan produksi pangan belum

diimbangi oleh produksi pangan yang lebih rendah dari laju peningkatan

kebutuhannya.Untuk itu benih varietas unggul bermutu harus tersedia secara

berkesinambungan mulai dari pengadaan Benih Penjenis, perbanyakan Benih

Dasar, Benih Pokok sampai kepada Benih Sebar.

Upaya yang dilakukan untuk peningkatan produksi ditempuh melalui

sistem ekstensifikasi dan intensifikasi. Guna tercapainya tujuan tersebut

tentunya ditunjang dengan keberadaan institusi perbenihan yang salah

satunya adalah Penangkar Benih yang sampai saat ini penumbuhannya belum

optimal.

• Seed Processing

Guna melindungi para konsumen benih dalam hal ini petani, maka

benih yang beredar harus memenuhi standar minimal yang telah

ditetapkan. Untuk mengetahui mutu benih tersebut, sebelum benih

disalurkan terlebih dahulu harus di uji di laboratorium. Dengan demikian

laboratorium uji merupakan instalasi yang mempunyai andil cukup penting

dalam menentukan mutu benih. Sehubungan dengan hal tersebut, mulai

dari peralatan sampai sumberdaya manusianya dalam hal ini analis

hendaknya harus benar-benar dipersiapkan sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan. Hal ini perlu memperhatikan sarana dan prasarana yang

lengkap dan terkalibrasi dengan baik, oleh karena peralatan yang tidak

memadai akan menyebabkan hasil uji yang tidak sempurna. Demikian

juga sumber daya yang tidak memenuhi kualifikasi tertentu akan dapat

mempengaruhi hasil ujinya.

• Pasar dan Pemasaran Benih

Dalam upaya tetap terjaminnya mutu benih yang beredar di

pasaran sampai ke tangan petani atau konsumen pengguna benih, maka

kegiatan pengawasan mutu tidak hanya berhenti sampai pada pengadaan

benih dan pelabelan saja, tetapi mutu benih tetap diawasi sampai

peredarannya di pasaran, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

kemungkinan terjadinya pemalsuan dan masih diperdagangkannya benih-

benih yang sudah kadaluarsa atau menjelang atau habis masa berlakunya

Page 7: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

label. Apabila pengawas benih menemukan benih yang labelnya sudah

kadaluarsa maka harus segera menghentikan penjualan/peredarannya.

Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pengecekan mutu benih yang beredar

atau pengawasan terhadap benih-benih yang beredar dipasaran yang

bertujuan untuk menjaga agar benih yang diperdagangkan selalu

memenuhi standar mutu dan ketentuan lain yang berlaku, pengecekan

mutu benih terutama dilakukan pada kelompok benih yang mutunya

diragukan.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan pengawasan

terhadap peredaran benih serta untuk mendapatkan data-data yang lebih

akurat perlu adanya bimbingan terhadap para pengawas benih di daerah

serta optimalisasi dan keseriusan para pengawas benih dalam kegiatan

pengawasan mutu benih yang beredar di pasaran.

2. Prinsip Tepat jumlah

Penyediaan benih bermutu harus mengikuti prinsip tepat jumlah.

Maksudnya adalah ketersediaan benih haruslah sesuai dengan luas tanam yang

ada. Adanya ketidakseimbangan antara stok dan kebutuhan inilah yang pada

umumnya memicu maraknya peredaran benih palsu atau benih kualitas rendah.

Benih seperti ini sangat merugikan petani dan menghilangkan kepercayaan petani

terhadap benih bermutu.

3. Prinsip Tepat mutu

Benih bermutu tentulah mempunyai kelebihan dibandingkan benih asalan.

Keterangan mutu dicantumkan pada label yang tertera pada kemasan benih.

Artinya bila lingkungan mendukung maka potensi produksinya menyamai seperti

tertera pada labelnya. Prinsip tepat mutu juga dijadikan pedoman untuk

menentukan jumlah benih yang diperlukan dalam luasan areal pertanaman.

4. Prinsip Tepat Waktu

Page 8: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

Prinsip tepat waktu adalah benih tersedia pada saat musim tanam tiba. Stok

benih yang banyak tidak berarti bila saat dibutuhkan ketersediaan tidak ada. Hal-

hal yang secamam ini dapat disebabkan transportasi yang terhambat.

Value Chain Marketing (Subsistem Perbenihan) meliputi :

• Pengembangan dan Pelepasan Varietas

Yaitu suatu usaha agar varietas yang diproduksi memiliki sifat yang sama

seperti pada saat varietas ini dicipta oleh pemulia tanaman. Perubahan sifat

genetik mempengaruhi kepekaan benih terhadap hama penyakit dan ekologis,

respon terhadap pemupukan sehingga mempengaruhi kualitas dan hasil panen.

• Produksi dan Sertifikasi Benih

Yaitu sama dengan produksi biji, tetapi harus memenuhi persyaratan yang

ditentukan BPSB yang telah memberi persyaratan untuk kelas benih tertentu.

• Pengolahan dan Penyimpanan Benih

Pengolahan Proses pengolahan benih tidak sama dengan proses

pengolahan biji. Setelah proses berlangsung, benih harus tetap ‘hidup’ dan

memenuhi persyaratan yang ditentukan BPSB (misal: batas maks k.a, %

viabilitas, kemurnian benih, kesehatan benih).

Penyimpanan Penyimpanan dilakukan untuk benih yang tidak langsung

dipakai (karena kelebihan memang harus disimpan dulu sebelum ditanam). Untuk

menghambat deteriorasi (kemunduran), harus disimpan dengan metode tertentu

agar benih tidak mengalami kerusakan/penurunan mutu.

• Pasar dan Pemasaran

Jalur Produsen Benih ke Konsumen (petani) harus diatur sedemikian rupa

sehingga sampai ke petani tepat waktu dan kondisi tetap prima (sesuai saat selesai

proses).

Dalam upaya menjamin ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul

serta meningkatkan penggunaannya oleh petani maka program pengembangan

perbenihan dari hulu sampai hilir harus lebih terarah, terpadu, dan

berkesinambungan.

Hal ini penting artinya mengingat sistem produksi benih melibatkan

berbagai institusi. Pelaksanaan program pengembangan perbenihan perlu

mempertimbangkan potensi, permasalahan, dan kendala yang dihadapi serta

Page 9: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

sumber daya yang mendukung. Secara umum rangkaian kegiatan dalam

pengembangan perbenihan meliputi optimalisasi dukungan penelitian dalam

produksi dan distribusi benih sumber dan benih sebar, pengendalian mutu melalui

sertifikasi benih, dan optimalisasi fungsi kelembagaan perbenihan.

Beberapa saran yang dapat dilakukan oleh para industri perbenihan di

Indonesia agar dapat memenuhi prinsip tepat waktu baik dalam produksi maupun

dalam pemasarannya sehingga dapat diterima oleh konsumen yaitu petani secara

tepat waktu juga. Saran tersebut diantaranya:

1. Diperlukan tenaga terampil dan berpengalaman. Hal ini dikarenakan

pekerjaan pengadaan bibit bergenetik unggul merupakan pekerjaan yang

bersifat spesifik dan teknologinya memerlukan tenaga trampil dan

berpengalaman di bidangnya mengingat waktu yang dibutuhkan untuk riset

cukup lama jangka waktunya.

2. Pada proses produksi bibit, khususnya jenis tanaman hutan dan jenis

tanaman endemik tertentu memerlukan kualifikasi pengalaman dan

kemampuan teknis penyediaan bibit tertentu.

3. Proses produksi bibit sangat ditentukan oleh musim dimana pada saat

musim tanam yang jatuh pada musim hujan, bibit sudah harus tersedia dan

siap salur. Apabila produksi bibit tidak tepat waktu maka keberhasilan

tanaman akan berkurang.

4. Pada saat akan dilakukan sertifikasi dilakukan dengan segera agar kondisi

dari benihnya tidak cepat rusak.

5. Diperlukan jalur yang pasti dalam pendistribusian benih kepada petani

yakni harus diatur sedemikian rupa sehingga sampai ke petani tepat waktu

dan kondisi tetap prima (sesuai saat selesai proses).

Demikian beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh para industri

perbenihan di Indoneia. Selain itu dalam hal ini tidak luput juga dari campur

tangan pemerintah sebagai penentu kebijakan. Oleh karena itu, diperlukan juga

koordinasi dari pemerintah kepada para industri perbenihan di Indonesia

Dengan demikian untuk menjamin ketersediaan benih yang berkualitas

dalam jumlah yang mencukupi dan tepat waktu serta harga yang terjangkau oleh

masyarakat luas maka pengelolaan terhadap sumber-sumber benih yang telah ada

Page 10: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

perlu dilakukan secara terus menerus agar dapat berdaya guna dan berhasil guna

serta diperlukan adanya dukungan-dukungan baik kepada industri perbenihan itu

sendiri dan terutama kepada petani

5. Prinsip Tepat Lokasi

Prinsip tepat lokasi adalah ketersediaan benih pada areal-areal pertanaman.

Semakin luas areal pertanaman sepatutnya ketersediaan benih juga cukup.

6. Prinsip tepat harga

Benih sebagai sarana produksi yang membawa sifat-sifat varietas tanaman,

benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh.

Benih varietas unggul umumnya dirakit untuk memiliki sifat-sifat yang

menguntungkan, antara lain ;

1. daya hasil tinggi

2. tahan terhadap hama penyakit

3. umur panen yang singkat

4. mutu dan produksi hasil panen yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Salah satu kendala penggunaan benih bermutu dikalangan petani (terutama

petani kecil) adalah harga yang tidak terjangkau. Masalah harga benih bermutu

bersertifikat yang di produksi oleh industri perbenihan modern harganya lebih

mahal dari benih lokal dan benih yang tidak bersertifikat. Kita ketahui bahwa

untuk memperoleh benih yang berkualitas unggul/bermutu harus melalui proses

yang bertahap dan tidak mudah untuk direalisasikan, tahapan dalam memperoleh

benih unggul selain memakan waktu yang cukup lama juga memerlukan biaya

yang cukup besar mulai dari pengembangan varietas, pengujian lapangan,

pengujian laboratorium hingga kepada sertifikasi benih sehingga pada umumnya

benih yang berkualitas unggul dan bersertifikat mempunyai nilai jual/harga yang

lebih mahal jika dibandingkan dengan harga benih lokal yang kurang bermutu

atau benih yang tidak bersertifikat.

Selain itu tentu tidak dapat disamakan antara harga biji jagung yang akan

digunakan sebagai benih dengan jagung yang digunakan sebagai pangan atau

pakan. Prinsip tepat harga ini dapat terganggu disebabkan stok/ketersediaan yang

Page 11: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

kurang ataupun penyediaan yang tidak tepat waktu. Kondisi ini menyebabkan

petani tidak dapat membeli benih bermutu sehingga target penggunaan benih

bermutu tidak tercapai dan akhirnya berdampak pada produksi dan produktivitas.

Sebagian besar Petani di Indonesia adalah kecil/gurem yang luas tanah dan

permodalan yang kecil, skala produksi dan skala ekonomi yang kecil sehingga

bagaimana para petani ini dapat menggunakan benih bermutu yang bersertifikat

mengingat benih merupakan salah satu faktor produksi dalam usaha tani.

2.3 Industri Perbenihan di Indonesia

Sektor industri sebagaimana yang dimaksud dalam APBN adalah usaha

industri yang berciri ekonomi masyarakat sebagai penggerak ekonomi melalui

pemerataan pembangunan, menetapkan program penghapusan kemiskinan serta

memperluas kesemptan kerja dan kesempatan berusaha. Dengan demikian usaha

pengembangan ektor agroindustri akan dapat mempercepat pengentasan

kemiskinan yang dirasakan masyarakat indonesia saat ini.

Dampak langsung dari pengembangan agroindustri adalah kebutuhan bibit

yang sangat tinggi, secara komvensional kebutuhan tersebut sulit dipenuhi secara

cepat. Dinegara maju, aflikasi teknologi baru seperti penggunaan benih sintetik

telah dirasakan manfaatnya.

Industri benih merupakan syarat penting bagi pertanian yang berorentasi

pasar. Industri merupakan tahap akhir perkembangan perbenihan dan termasuk

dalam kelompok agribisnis. Disebut ndustri menurut sadjad (1997), karena

prosesnya berawal dari produk yang belum siap pakai dn berakhir menjadi produk

siap pakai yang berupa benih suatu varietas tanaman. Industri benih menghadapi

permintaan benih berkualitas dari permintaan pasar dengan syarat syarat tertentu.

Industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional adalah seluruh kegiatan

dalam menghasilkan benih/bibit unggul baru berproduktivitas tinggi dan

berkualitas tinggi dengan daya saing tinggi, memperbanyaknya, mengedarkannya

dan memasarkannya, baik dalam satu kelembagaan usaha ataupun bagiannya,

seperti penangkar benih dan lain-lain, yang memanfaatkan potensi sumber daya

hayati nasional secara bijak dan lestari.

Page 12: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional

merupakan upaya mendasar dalam pembangunan sektor pertanian keseluruhan.

Sebab benih dan bibit varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas

produktivitas dan kualitas produk suatu usaha tani, baik itu usaha tani besar

maupun usaha tani kecil. Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta

nasional merupakan landasan yang baik bagi proses produksi dan industri pangan

dan industri lainnya yang berbasis produk pertanian.

Berdasarkan teknologi yang digunakan industri benih dapat dibagi menjadi

lima tingkat yaitu:

1. Industri benih tingkat satu, teknologi yang digunakan sederhana,

pembersihan benih hanya menggunakan tampah.

2. Industri benih tingkat dua.industri menggunakan mesin mesin pembersih

seperti”air screen cliner”.

3. Industri benih tingkat tiga.industri ini melaksanakan pemilahan benih yang

sudah bersih. setelah dibersikan benih ipilah berdasarkan besar, panjang,

lebar, tebal atau berat butiran. Industri benih ini benih yang prima.

4. Industri benih tingkat empat.industri ini selau berhubungan dengan

kegiatan lembaga penelitian dan pengembangan disamping proses

produksinya seperti industri tingkat tiga

5. Industri benih tingkat lima. Industri ini memiliki kemampuan untuk

memproduksi benih hasil litbang sendiri. Kegiatan penelitian dan

pengembangan disini,selain memproduksi hibrida yang selalu

diperbaharui,juga melakukan penelitian dan pengembangan bioteknologi.

Industri benih tingkat lima menerapkan teknologi sangat canggih dan

memeiliki kemampuan dalam mengusahankan rekayasa genetik sehingga

benih yang dihasilkan memiliki keunggulan yang sangat spesifik. Industri

benih tingkat lima tidak memerlukan lembaga sertifikasi eksternal karena

program sertifikasnya diakreditasi sehingga kebenaran informasi mutunya

terpercaya(sadjad 1997).

Berdasarkan dasar usahanya industri benih dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

Page 13: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

1) Usaha perbenihan kecil (UPK), yaitu usaha benih yang dikelola oleh

rakyat dan relatif kecil serta pemasarannya terbatas pada daerah setempat.

Kelompok ini mungkin dapat disamakan dengan industri benih tingkat satu.

2) Usaha perbenihan besar (UPB), yaitu usaha benih yang dilakukan oleh

perusahaan atau koperasi dengan skala yang relative besar dan jangkauan

pemasaran yang lebih luas (Direktorat bina perbenihan,1998).

3) Untuk benih “ortodoks”, kelompok ini biasa digolongkan pada industri

benih tingkat IIV seperti untuk benih kapas, rosella, kenap, yute, linum,

wijen, bunga matahari, jarak, ketumbar, jinten, adas dan juga jambu mete asal

teknologinya disesuaikan. Untuk UPK dan UPB biasanya dilakukan oleh

lembaga lembaga penelitian, sedangkan untuk usaha usaha ketiga dan

keempat biasa dilakukan oleh pengusaha baik pemerintah atau swasta.

Industri perbenihan dan perbibitan nasional merupakan salah satu industri

hulu di sektor pertanian praproduksi, yang berperan sangat menentukan

keberhasilan sektor pertanian secara keseluruhan, termasuk industri pasca panen,

seperti industri pangan dan lain-lain. Yang dimaksud dengan industri perbenihan

dan perbibitan nasional adalah seluruh kegiatan dalam menghasilkan benih/bibit

unggul baru berproduktivitas tinggi dan berkualitas tinggi dengan daya saing

tinggi, memperbanyaknya, mengedarkannya dan memasarkannya, baik dalam satu

kelembagaan usaha ataupun bagiannya, seperti: penangkar benih dan lain-lain,

yang memanfaatkan potensi sumber daya hayati nasional secara bijak dan lestari.

Membangun industri perbenihan dan perbibitan nasional merupakan upaya

mendasar dalam pembangunan sektor pertanian keseluruhan. Sebab benih dan

bibit varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas dan

kualitas produk suatu usaha tani, baik itu usaha tani besar maupun usaha tani

kecil.

Membangun industri perbenihan dan perbibitan merupakan landasan yang

baik bagi proses produksi dan industri pangan dan industri lainnya yang berbasis

produk pertanian. Produk industri perbenihan dan perbibitan yang unggul dan

berkualitas tinggi serta murah akan menjamin keuntungan dan memperkecil

resiko bagi petani produsen, baik itu dari usaha tani kecil ataupun besar (komoditi

pangan dan komoditi lainnya). Bagi petani tanaman pangan penggunaan benih/

Page 14: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

bibit unggul yang spesifik wilayah dari produk industri benih, akan memberikan

jaminan keuntungan bagi usaha taninya. Dengan demikian upaya tersebut

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para petani di desa-desa, serta

membantu mengentaskan kemiskinan di desa-desa.

Namun demikian, khusus untuk komoditi tanaman, sekalipun UU No. 29

Th. 2000 Tentang PVT telah diundangkan 7 (tujuh) tahun yang lalu dan Kantor

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman telah bertugas selama kurang lebih 4 tahun

terakhir, kenyataan menunjukkan jumlah varietas unggul yang diusulkan untuk

dilindungi di Kantor Pusat PVT relatif masih sedikit, sekalipun dalam tahun yang

sedang berjalan ini tendensinya menunjukkan adanya peningkatan dalam jumlah

varietas yang didaftarkan untuk dilindungi. Sebagian besar varietas yang akan

dilindungi tersebut bersal dari industri benih multinasional. Industri perbenihan

nasional nampaknya belum bangkit seperti yang diharapkan. Demikian juga

varietas unggul produk kelembagaan penelitian milik Pemerintah masih sedikit

yang diajukan untuk dilindungi.

Kondisi tersebut tidak menguntungkan bagi pembangunan pertanian dan

khususnya para petani produsen, serta menghambat upaya pengentasan

kemiskinan di kalangan petani produsen usaha tani kecil. Pembangunan dan

pengembangan usaha industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional tingkat

menengah dan kecil perlu dipacu. Sementara itu impor benih cenderung

meningkat dan industri benih multinasional berupaya mendominasi pasar benih

dalam negeri. Belum bangkitnya industri perbenihan dan perbibitan swasta

nasional perlu dicari kendalanya. Demikian juga penyebab masih sedikitnya

produk pemuliaan lembaga penelitian pemerintah yang didaftarkan untuk

dilindungi.

2.4 Permasalahan Pelaku Industri Perbenihan

Permasalahan pelaku industri perbenihan dapat digolongkan menjadi 4 kategori

yaitu:

1) Umum

• Terdapat kerancuan persepsi mengenai sertifikat benih, OECD Scheme,

ISTA Rules yang menghambat perkembangan industri benih. Beberapa

Page 15: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

prinsip sertifikat benih tidak diterapkan, reproducibility hasil uji

laboratorium belum mendapatkan perhatian yang memadai. Tidak terdapat

pemilihan antara mekanisme produksi benih komersial dengan produksi

benih untuk rescue programs (missal antisipasi kekeringan, penanggulangan

eksplosi hama). Akibatnya, penerapan sertifikat benih belum mampu

memberikan jaminan mutu sebagaimana mestinya.

• Belum terdapat kebijakan yang jelas mengenai pemilihan peranan antara

sector swasta dengan pemerintah dengan perbenihan. Pemerintah bersaing

dengan swasta dalam produksi dan distribusi benih komersial, padahal

partisipasi swasta juga ingin ditingkatkan. Inisiasi upaya perbaikan dari

kelemahan ini telah mulai tampak.

• Implementasi kebijakan pembangunan pertanian, masih sangat terfokus

pada peningkatan kualitas produk. Komitmen terhadap kebijakan yang

terkait dengan peningkatan mutu produk pertanian baru mulai tampak jelas

dalam beberapa tahun terakhir.

• Perlindungan HAKI (hak atas kekayaan Intelektual), masih lemah,

perlindungan varietas tanaman belum efektif menyebabkan partisipasi

swasta dalam penelitian (pemuliaan) dan dalam industri benih sangat

terbatas.

• Beberapa peraturan perundangan terlalu ketat dan tidak practicable dan

kontradiktif. Contoh: dalam Undang-undang no.12/1992 semua benih bina

(varietas unggul) yang diperdagangkan harus disertifikasi tanpa

memperhatikan skala, komersialisasinya; sertifikat benih (berdasarkan

OECD Scheme) merupakan satu-satunya mekanisme pengawasan mutu

dalam produksi dan distribusi benih, padahal telah terbit PP 15 1991,

Keppres 12/1992, SK Mentan 303/1994 tentang standardisasi yang

membuka peluang penerapan manajemen mutu

2) R & D : plasmanutfah dan pelepasan varietas

• Perlindungan dan pengelolaan (terutama karakterisasi, dokumentasi dan

konservasi) plasma nutfah masih lemah. Ketersediaan plasma nutfah untuk

pemuliaan menjadi lebih terbatas.

Page 16: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

• Pengembangan varietas oleh lembaga penelitian milik pemerintah belum

banyak berorientasi pasar, sehingga volume permintaan benih dari banyak

varietas tidak feasible secara komersial karena varietasnya kurang sesuai

dengan preferensi pasar.

• DUS (distinctness, uniformity, stability) test belum diterapkan dalam

evaluasi varietas. Tanpa DUS, varietas akan sulit diidentifikasi secara

objektif sehingga akan menimbulkan masalah dalam sertifikat benih dan

dalam perlindungan varietas tanaman.

• Penyusunan dan revisi berkala terhadap daftar varietas komersial atau

varietas yang layak untuk belum dilaksanakan secara efektif. Sertifikasi

benih diterapkan terhadap semua varietas (komersial dan non komersial)

tanpa memperhatikan kelayakannya, sehingga menimbulkan inefisiensi.

• Kegiatan produksi dan penyimpanan BS (breeder seed) dari varietasvarieats

yang telah dilepas sangat lemah, fasilitas sangat tidak memadai sehingga

kontinuitas ketersediaan BS bagi produsen benih tidak terjamin.

• Mekanisme pengendalian mutu dalam produksi dan distribusi BS belum

mengikuti jalur formal (sertifikasi benih berdasarkan OECD Scheme, ISTA

Rules atau system mutu ISO seri 9000), sehingga belum mampu

menunjukkan jaminan mutu.

3) Produksi dan pemasaran

• Benih bersertifikat masih Efisiensi produksi rendah. Nisbah anatara volume

benih lulus uji lab dengan luas tanaman lulus inspeksi lapangan sangat

rendah dan beragam. Untuk FS, SS dan ES kedelai di Jawa pada MK 93 dan

MH 93/94 berkisar antara 23 kg/ha – 1500 kg/ha dan untuk padi MK 97 dan

MH 97/98 berkisar antara 1,10 ton/ha – 5,82 ton/ha (Nugraha, 2000),

sehingga belum memadai untuk menghadapi persaingan sehat dalam bisnis.

• Penyebab rendahnya efisiensi adalah produktivitas (seed yield) rendah,

pembatalan kontrak sepihak oleh penangkar karena harga calon benih tidak

menarik, penjualan sebagai calon benih untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah (khusus kasus di BBI, BBU), dan pengendalian mutu tidak efektif

(tingkat ketidak-lulusan tinggi)

Page 17: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

• Pada tahun 2000, total produksi benih padi (ES) diperkirakan mencapai 38%

dari kebutuhan (lebih dari 90.000 ton/tahun), dan hanya sekitar 8 varietas

yang penyerapan pasarnya (annual seed sale) lebih dari 1800 ton/tahun (PT,

SHS, 1999)

4) Pengawasan dan pengendalian mutu

• Beberapa prinsip dari sertifikasi berdasarkan OECD Scheme seperti

evaluasi kelayakan varietas untuk sertifikasi, penentuan kelas benih,

verifikasi varietas dalam produksi benih (BS, FS, SS, dan ES), dan sealing

belum diterapkan secara lugas.

• Beberapa prinsip dalam pengujian mutu benih berdasarkan ISTA Rules

seperti standardisasi metode (validitas, reproducibility), sealing,

standardisasi alat, lab acuan yang terakreditasi, dan efisiensi pengujian

belum mendapatkan perhatian yang memadai.

• Penerapan sertifikasi benih tanpa memperhatikan feasibility-nya, dan tanpa

dikaitkan dengan kaidahkaidah komersialisasi.

• Efisiensi pengendalian mutu internal masih rendah seperti terlihat dalam

tingkat kel ulusan inspeksi lapangan dan kelulusan uji lab yang rendah.

Untuk benih padi (kelas ES), kelulusan inspeksi lapangan berkisarantara 78

– 86 %, dan kelulusan uji lab antara 73 – 99 % (Nugraha, 2000).

• Penerapan sistem standardisasi nasional dalam produksi benih, misal

sertifikasi sistem mutu berdasarkan ISO seri 9000) belum secara lugas,

missal LSSM dan lab uji belum diakreditasi, kompetensi personel dan mutu

produk belum teruji, sehingga jaminan mutu belum dapat diharapkan.

2.5 Solusi Permasalahan Industri Perbenihan

Motivasi dan sosialisasi kepada mereka dan tenaga-tenaga senior untuk

bergerak di bidang industri perbenihan/perbibitan swasta nasional perlu dilakukan

secara intensif, disertai dengan investasi permodalan yang besar untuk

menumbuhkan industri perbenihan/perbibitan nasional tingkat menengah dan

kecil. Perlu dikembangkan pula “participatory plant breeding” untuk menunjang

pengembangan industri perbenihan/perbibitan oleh Perguruan Tinggi dan

Page 18: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

kelembagaan penelitian milik negara yang memiliki tenaga-tenaga senior

pemuliaan.

Selain dari pada hal-hal yang diuraikan tadi, perlu pula ditekankan bahwa

sejalan dengan pengembangan industri perbenihan/perbibitan swasta nasional,

diarahkan pula agar industri tersebut dalam menghasilkan varietas/jenis unggul

baru yang bermutu lebih didorong menghasilkan varietas/jenis yang sesuai dengan

daya dukung wilayah spesifik (Interaksi Genotip × Lingkungan, atau G × E harus

diperhatikan). Varietas/jenis unggul spesifik wilayah akan memiliki daya saing

yang tinggi di pasar dalam negeri dibanding benih impor dan akan lebih

terjangkau oleh para petani produsen.

Satu hal yang perlu dicermati dan difikirkan secara seksama adalah

mengenai keanggotaan Negara Republik Indonesia dalam organisasi dunia

UPOV. Banyak keuntungan yang bisa diraih dari keanggotaan UPOV dan juga

kerugian yang perlu diwaspadai bila Indonesia menjadi anggota UPOV. Sejak

awal penyusunan RUU PVT telah digariskan agar undang-undang yang tersusun

“in conformity” dengan perundangan UPOV, namun tetap mendahulukan

kepentingan negara dan bangsa. Salah satu pasal dalam UU No. 29 Th. 2000

Tentang PVT, yaitu Pasal 7 dengan seluruh ayat-ayatnya, melindungi varietas

lokal milik masyarakat, sebagai milik negara, dan peraturan UPOV tidak

menghendaki adanya pasal tersebut. Keanggotaan Indonesia dalam organisasi

UPOV sebaiknya menunggu sampai produk industri perbenihan/perbibitan swasta

nasional mampu bersaing di pasar, terutama di pasar dalam negeri. Untuk sampai

ke titik tersebut perlu dilakukan pengkajian aspek sosial, ekonomi dan peraturan

perundangan yang seksama. Perlu waktu untuk sampai ke sana dan harus dikaji

secara seksama.

Page 19: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah di atas mengenai upaya industi perbenihan

dalam pemenuhan prinsip enam tepat benih, maka dapat ditarik kesimpulan antara

lain :

• Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih.

• Salah satu cara untuk memperbaiki permasalahan dalam bidang

perbenihan adalah dengan menerapkan prinsip enam tepat benih yaitu:

1. Tepat varietas

2. Tepat jumlah

3. Tepat mutu

4. Tepat waktu

5. Tepat lokasi

6. Tepat harga

• Penggunaan prinsip enam tepat harus konsisten untuk memperluas

penggunaan benih bermutu di kalangan petani.

• Permasalahan pelaku industri perbenihan terdapat 4 kategori yaitu:

Umum

R & D : plasmanutfah dan pelepasan varietas

Produksi dan pemasaran

Pengawasan dan pengendalian mutu

Page 20: 76402533 Upaya Industri Perbenihan Dalam Pemenuhan Prinsip Enam Tepat Benih

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Diakses melalui:

http://www.sinartani.com/komoditas/pangan/4553-sistem-perbenihan-

tanaman-pangan.html [Pada tanggal 5 Oktober 2011].

Anonim. 2011. Diakses melalui:

http://produksibenih.wordpress.com/2010/12/11/modul-karakteristik-

benih.html [Pada tanggal 5 Oktober 2011].

Anonim. 2010. Diakses melalui:

http://www.4shared.com/file/K145nRXS/MODUL_Karakteristik_Benih_t

ana.html [Pada tanggal 5 Oktober 2011].