74972242 Kasus Kode Etik Notaris

15
1 Jika Notaris Merangkap Jadi Makelar Tanah http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol18121/jika-notaris- merangkap-jadi-makelar-tanah Kamis, 05 December 2007 Notaris Feny Sulifadarti dituding melanggar etika profesi notaris oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor. Tidak hanya berperan ganda, Fenny juga menggelapkan sejumlah data tanah dalam akta jual beli. Majelis Hakim Pengadilan Tipikor menuding notaris proyek pengadaan tanah Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Feny Sulifadarti melanggar etika profesi notaris. Tuduhan itu ditenggarai karena Fenny berperan ganda dalam proses penjualan tanah tersebut. Fenny mengaku berperan sebagai kuasa penjual dan pembuat akta jual beli tanah "Menurut etika, profesi saudara tidak benar. Kalau dibawa ke sidang, saudara bisa kena, ujar Majelis Hakim Mansyurdin Chaniago dalam persidangan dengan terdakwa Sugiyo Prasojo (Kepala Sub Bagian Rumah Tangga) dan Hieronimus Abdul Salam (Sekretaris Utama Bapeten), di Pengadilan Tipikor, Rabu (5/12) Mansyurdin menegaskan, seorang notaris tidak boleh menjadi pihak dalam akta yang dibuatnya. Sebaliknya, notaris boleh menjadi kuasa penjual dengan syarat akta jual beli itu dibuat

Transcript of 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

Page 1: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

1

Jika Notaris Merangkap Jadi Makelar Tanah

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol18121/jika-notaris-merangkap-jadi-makelar-

tanah

Kamis, 05 December 2007

Notaris Feny Sulifadarti dituding melanggar etika profesi notaris oleh majelis hakim

Pengadilan Tipikor. Tidak hanya berperan ganda, Fenny juga menggelapkan sejumlah

data tanah dalam akta jual beli.

Majelis Hakim Pengadilan Tipikor menuding notaris proyek pengadaan tanah Badan

Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Feny Sulifadarti melanggar etika profesi notaris.

Tuduhan itu ditenggarai karena Fenny berperan ganda dalam proses penjualan tanah

tersebut. Fenny mengaku berperan sebagai kuasa penjual dan pembuat akta jual beli tanah

"Menurut etika, profesi saudara tidak benar. Kalau dibawa ke sidang, saudara bisa kena,

ujar Majelis Hakim Mansyurdin Chaniago dalam persidangan dengan terdakwa Sugiyo

Prasojo (Kepala Sub Bagian Rumah Tangga) dan Hieronimus Abdul Salam (Sekretaris Utama

Bapeten), di Pengadilan Tipikor, Rabu (5/12)

Mansyurdin menegaskan, seorang notaris tidak boleh menjadi pihak dalam akta yang

dibuatnya. Sebaliknya, notaris boleh menjadi kuasa penjual dengan syarat akta jual beli itu

dibuat oleh notaris lain. Untuk menghindari hal itu, makanya saudara membuat surat kuasa

dibawah tangan kan, tegas Mansyurdin

Menanggapi tudingan itu, Fenny menyatakan bahwa itu adalah kemauan dari pemberi

kuasa. Menurutnya, pemilik tanah, Komarudin dan Lasiman, meminta dirinya untuk menjual

tanah mereka dengan harga sama dengan Indrawan Lubis. Mungkin mereka lebih percaya

pada notaris, terangnya. Fenny mengaku tidak pernah kenal mereka sebelumnya.

Page 2: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

2

Lasiman yang berada diruang sidang langsung membantah pernyataan Fenny. Tidak

benar Pak Hakim., Saya tidak pernah meminta! tegasnya. Sebelumnya, dalam kesaksiannya,

Lasiman membeberkan bahwa Fenny yang menawarkan jasa untuk menjadi kuasa penjual.

Hal senada juga diutarakan oleh Komarudin. Fenny yang menawarkan, katanya saat

memberikan kesaksian. Komarudin mengaku awam soal penjualan tanah, karena itu ia

menerima tawaran Fenny. Saya orang kampung, yang penting beres saja, terangnya.

Mendengar hal itu, Fenny bersikukuh dialah yang benar. Terserah kalau mereka tidak

mengakui, tapi saya sudah disumpah, kilahnya.

Tidak hanya itu, Fenny juga mengaku menerima uang penjualan tanah dari pihak

Bapeten. Anehnya, uang sebesar Rp19 miliar, tidak langsung diberikan kepada pemilik

tanah. Fenny langsung memotong uang tersebut dengan dalih untuk membayar pajak-pajak

dan fee buat dirinya. Mereka (pemilik tanah, red) maunya begitu, katanya.

Fenny menerangkan fee yang dia terima selaku kuasa penjual notaris sebesar Rp312

juta. Uang itu digelontorkan untuk biaya pembuatan akta jual beli plus pengurusan izin

lokasi.

Majelis Hakim Mansyurdin terkejut mendengar penjelasan Fenny. Kok besar sekali,

katanya. Padahal, menurut Fenny biaya notaris itu hanya satu persen dari nilai jual. Notaris

yang beroperasi diwilayah Bogor itu membenarkan hal itu. Sisanya untuk biaya pengurusan,

tegasnya. Namun, ia tidak merinci besarnya biaya pengurusan. Ia berdalih pengurusan itu

dilakukan anak buahnya. Belum dilaporkan pada saya, katanya.

Sementara itu untuk biaya pajak, Fenny menerangkan biaya pajak yang dikenakan terdiri

dari pajak penjual, pembeli dan pajak waris. Semua sudah saya laporkan kepada pemilik

tanah, terangnya.

Namun, setelah dikonfrontir dengan Komarudin dan Lasiman, keduanya membantah hal itu.

Keduanya menerangkan Fenny tidak pernah menunjukan bukti pembayaran pajak kepada

mereka.

Page 3: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

3

Ketua Majelis Hakim Sutiyono langsung membuat perhitungan sendiri. Setelah saya

hitung jauh diatas yang diterima penjual tanah, katanya. Ternyata ini disebabkan karena

Fenny menjual tanah tersebut jauh diatas harga tanah yang diterima pemilik tanah.

Komarudin dan Lasiman mengaku tanahnya hanya dihargai sebesar Rp170.000 per

meter. Apalagi dari nilai itu, mereka berjanji menyisihkan Rp20.000 untuk Jejen, calo tanah.

Komarudin, atas tanah seluas 3165 m2 hanya menerima pembayaran sebesar Rp500 juta.

Ijab kabulnya memang segitu, katanya. Komarudin mengaku tidak mengetahui deal yang

dilakukan Fenny kepada Bapeten.

Luas tanah yang tertuang dalam akta jual beli pun tidak sesuai dengan girik milik

Komarudin. Dalam akta jual beli hanya disebutkan tanah seluas 3100 m2. Yang 65 meter

saudara kemanakan, tanya hakim Sutiyono.

Fenny berdalih karena berbentuk girik maka luas tanahnya ditulis kurang lebih 3100

meter. Namun, ternyata, hakim Sutiyono mengungkap dalam Surat Kuasa Pengambilan

Uang tanah Komarudin juga tertulis kurang lebih 3165 meter

Yang lebih mencengangkan, Komarudin dan Lasiman mengaku mereka menandatangani

kuitansi kosong. Namun hal ini dibantah Fenny. Saya tidak pernah memberikan kuitansi

kosong dan saya sudah bacakan," tegasnya.

Terkait dengan penandatanganan akta jual beli, Fenny selaku notaris tidak pernah

mempertemukan pihak penjual dan pembeli untuk menandatangani akta. Saya sudah

membacakan akta dihadapan para pihak, terangnya. Hanya, para pihak tidak menghadap

bersamaan, tapi terpisah.

Mendengar jawaban Fenny yang kontradiktif, majelis hakim berkali-kali

memperingatkan Fenny. Terserah saudara, saudara itu saksi, saksi wajib menerangkan yang

benar dan tidak boleh berbohong, kata Sutiyono.

Fenny tetap cuek dengan peringatan hakim. Fenny bahkan menantang kedua pemilik

tanah untuk membuktikan keaslian tanda tangan mereka ke Bareskrim. Buktikan di

Bareskrim saja, katanya.

Page 4: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

4

Hakim Mansyurdin pun geram. Menurutnya, sebagai pejabat umum pembuat akta

harusnya Fenny bertindak profesional. Jangan jadi makelar tanah, tandasnya.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol18121/jika-notaris-merangkap-jadi-makelar-

tanah

ANALISA

Analisis Kasus

Berdasarkan kasus diatas telah dapat dibuktikan bahwa Notaris tersebut melakukan

pelanggaran, tidak hanya terhadap UU Jabatan Notaris tetapi juga Kode Etik Notaris.

Etika Kepribadian Notaris menyebutkan bahwa Notaris wajib:

a. memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik;

b. menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan Notari;

c. bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab.

Dengan menjadi kuasa penjual Notaris Feny Sulifadarti tersebut sudah bertindak tidak

menghormati dan tidak menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan Notaris, serta tidak

bertindak jujur, dan tidak penuh rasa tanggang jawab. Hal itu terlihat jelas karena pada

kenyataannya bahwa seyogyanya seorang Notaris tidak boleh menjadi kuasa penjual, tetapi ia

mengingkari hal tersebut dengan cara membuat Surat Kuasa dari penjual kepada dirinya selaku

kuasa penjual secara di bawah tangan. Selain itu, sikap tidak jujur Notaris tersebut juga terlihat

dalam hal ia memberikan kuitansi kosong untuk ditanda tangani oleh penjual.

Page 5: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

5

Majelis Pengawas merupakan institusi yang berwenang menjatuhkan sanksi terhadap

Notaris. Dalam menjatuhkan sanksi adminstratif, Majelis Pemeriksa Wilayah Jawa Timur dengan

Putusan Nomor W.10-19A-MPW.V.2005, tanggal 12 Mei 2005 yang telah menjatuhkan sanksi

dan memutuskan serta mengusulkan kepada MPP melalui MPW agar Notaris JS yang

berkedudukan di Surabaya unruk diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatan Notaris

karena melanggar Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN. JS selaku Notaris telah melakukan

pengingkaran atas tanda tangan para pihak (penjual) di hadapannya, dan pengingkaran atas

tanda tangan para pihak (penjual) yang tercantum dalam Minuta akta yang bersangkutan yang

ditandatangani oleh para pihak dihadapannya. Pengingkaran atau penyangkalan tersebut

dilakukan oleh Notaris JS di dalam persidangan pengadilan. Atas dasar dan alasan serta situasi

batin apa yang ada pada diri Notaris JS sehingga melakukan pengingkaran seperti itu, yang

berakibat merugikan dirinya sendiri dan merugikan pembeli.

Kasus tersebut berawal ketika Notaris JS atas permintaan LT, RC, dan JC selaku ahli waris

dari TJ (penjual) menjual sebidang tanah kepada BT (pembeli), dan keinginan para pihak

tersebut dibuatkan dalam Akta Ikatan Jual Beli Nomor 64, dan Kuasa Jual Nomor 65, kedua akta

tertanggal 19 Juli 1996. Kemudian antara penjual dan pembeli terjadi sengketa, penjual

melaporkan pembeli kepada kepolisian, dan BT menjadi tersangka kemudian menjadi terdakwa.

Dalam kedudukan sebagai saksi dalam perkara pidana tersebut, pada kesaksian yang

pertama Notaris JS telah bersaksi dan menerangkan bahwa para pihak menghadap diriny dan

menandatangani kedua kata tersebut dihadapannya. Pada kesaksian yang berikutnya setelah

Page 6: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

6

Notaris JS ditahan Kepolisian Daerah Jawa Timur selama 23 hari, Notaris JS bersaksi kembali dan

menerangkan bahwa para pihak tersebut tidak pernah menghadap dirinya dan tidak

menandatangani kedua akta tersebut di hadapannya. Dengan kata lain, Notaris JS mengingkari

dan menyangkal kehadiran penjual dan pembeli tersebut di hadapannya dan tanda tangan

dilakukan di hadapannya, ketidaktegasan Notaris JS dalam memberikan kesaksian elah

membuat pembeli merasa dirugikan. Kemudian pembeli mengadukan tindakan JS tersebut ke

Majelis Pengawas Wilayah Notaris Jawa Timur.

Majelis Pemeriksa Notaris yang dibentuk oleh MPW Jawa Timur berdasarkan hasil

pemeriksaannya menilai bahwa Notaris JS telah melanggar Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN, yaitu

bertindak tidak jujur, tidak seksama, tidak mandiri, berpihak, dan tidak menjaga kepentingan

pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Hal itu termasuk dalam kategori melakukan

pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan, dalam hal ini Notaris JS dalam

kesaksiannya telah mengingkari dan menyangkal kehadiran dan tanda rangan para pihak di

hadapannya. Majelis Pemeriksa Wilayah Notaris Jawa Timur memutuskan dan mengusulkan

kepada MPP melalui MPW agar Notaris JS yang berkedudukan di Surabaya untuk diberhentikan

dengan tidak hormat dari jabatan Notaris.[38]

Putusan tersebut oleh Terlapor.Pembanding (Notaris JS) kemudian diajukan banding ke

MPP dan dalam putusan MPP No. 01/B/MJ.PPN/2005 tanggal 20 Desember 2005 memutuskan

permohonan banding dari Notaris JS dinyatakan tidak dapat diterima, dengan alasan tenggang

waktu untuk mengajukan banding telah lampau. Dengan demikian, usulan MPW Jawa Timur

tetap berlaku untuk Notaris JS dan putusan tersebut diajukan oleh Menteri.

Dalam putusan tersebut menurut hemat penulis, sebaiknya sebelum menjatuhkan

sanksi administratif berupa mengusulkan untuk pemberhentian dengan tidak hormat Notaris JS,

ditempuh dulu penjatuhan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis, untuk kemudian

mengusulkan pemberian sanksi pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6

Page 7: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

7

(enam) bulan dan selanjutnya mengusulkan untuk pemberhentian dengan tidak hormat dari

jabatannya. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan

untuk membela diri dan memperbaiki diri. Tapi dalam hal ini Majelis Pemeriksa menilai bahwa

pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris JS sangat berat, sehingga diusulkan untuk dijatuhi

sanksi pemberhentian tidak hormat dari jabatannya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada Wasilah Achmad Sungkar, S.H. dinyatakan

bahwa penerapan Kode Etik sudah baik dan efektifitasnya juga pas, artinya dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawabnya Notaris telah melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga

apabila terjadi pelanggaran maka diselesaikan secara internal dan bersifat kekeluargaan

Page 8: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

8

Kasus Notaris Wahyudi Dilaporkan ke Mabes

Ngendon di Polrestabes Terkait Perkara Budi Said

Selasa, 19 April 2011 | 02:31 WIB

TERKAIT:

Budi Said Dipaksa Bayar Rp 447,6 M Bukti Menguat, Budi Said Layak Diadili Kejaksaan Mandeg,

Polisi Jalan Terus Bos Plasa Marina Diistimewakan Uang Beli Penahanan Budi Said MERASA tidak

pernah mendapat pemberitahuan tentang perkembangan penyidikan terhadap tersangka

notaris Wahyudi Susanto di Polrestabes Surabaya. Pihak Sally Paduli melalui kuasa hukumnya

Herry Kairupan meminta perlindungan hukum ke Mabes Polri Jakarta.

Permohonan tersebut ditujukan pada Kapolri, Kabareskrim, Kadivkum dan Kadivpropam Mabes

Polri serta Kapolda Jatim.

Dalam suratnya, Herry menjelaskan berdasarkan informasi tanggal 17 Desember 2010 telah

dilakukan gelar perkara di Satreskrim Polrestabes Surabaya oleh tim pengawasan penyidikan

Bareskrim Polri. Hasilnya telah menetapkan notaris Wahyudi Suyanto sebagai tersangka dalam

perkara dugaan tindak pidana melepaskan benda yang telah disita oleh Pengadilan Negeri (PN)

Surabaya dalam perkara perdata No.488/PDT/G/1999/PN.Sby.

“Sejak tanggal surat Kadivkum Polri NO B/4327/XI/2010 tanggal 26 November 2010 sampai

tanggal 12 April 2011 klien kami belum pernah mendapat pemberitahuan tentang

perkembangan penyidikan terhadap tersangka notaris Wahyudi Suyanto,” ucap Herry yang

dihubungi kemarin.

Page 9: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

9

Padahal, lanjut Herry, perkara Budi Said sendiri sudah dinyatakan lengkap dan telah

dilimpahkan kepada kejaksaan negeri (Kejari) Surabaya pada 1 Maret 2011 sebagai pelimpahan

tahap 2.

Untuk diketahui notaris Wahyudi adalah notaris yang membuat akta hak tanggungan kasus atas

tersangka Budi Said. Karena itu dalam pengembangan kasus Budi Said dan sesuai petunjuk jaksa

dalam P19 Notaris Wahyudi oleh penyidik Satreskrim Polrestabes Surabaya telah ditetapkan

sebagai tersangka dengan sangkaan membuat akta palsu sebagaimana dimaksud dalam pasal

266, 231 jo pasal 55 dan 56 KUHP.

Untuk itu, Herry meminta agar petinggi Mabes Polri memerintahkan penyidik Satreskrim

Polrestabes memberikan informasi hasil perkembangan penyidikan terhadap notaris Wahyudi

dan bila pemeriksaan telah selesai agar berkas perkara beserta tersangkanya segera

dilimpahkan pada jaksa penuntut umum. “Sehingga mempunyai kepastian hukum sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku,” tegas Herry.

Sedangkan mengenai perkara Budi Said yang sejak 1 Maret 2011 telah dinyatakan P21 dan

hingga saat ini masih ngendon dikejaksaan. Herry Kairupan akan mengirimkan surat pada

kejaksaan agung. “Secepatnya kita akan kembali melaporkan perkara ini ke Kejagung. Demi

kepastian hukum,” ucap Herry.

“Sesuai ketentuan KUHAP, maka JPU harus segera melimpahkan perkara ini ke PN Surabaya.

Tidak ada alasan JPU menunda atau menghentikan penuntutannya,” imbuhnya.

Dijelaskannya, sesuai pasal 231 KUHP, menyangkut melepaskan benda yang disita oleh

pengadilan padahal berdasarkan putusan PN Surabaya No 488/Pdt.G/1999/PN.Sby yang

diperkuat oleh putusan PK MA No.635/PK/PDT.G/2008. tanah tersebut diletakkan sita jaminan.

“Perbuatan tersangka memenuhi unsur pasal 231 artinya perbuatannya telah dijalankan

Page 10: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

10

dengan diselesaikannya perbuatan yang dilarang undang-undang. Tersangka juga memenuhi

unsur-unsur Pasal 266,” tandasnya. Nbd

Page 11: 74972242 Kasus Kode Etik Notaris

11

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadwalkan pemeriksaan

empat notaris dalam penyidikan kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) terkait

proyek simulator ujian surat izin mengemudi (SIM) yang menjerat Inspektur Jenderal Djoko

Susilo, Rabu (30/1/2013). Keempat notaris itu dimintai keterangan sebagai saksi.

"Diperiksa sebagai saksi untuk DS (Djoko Susilo)," kata Kepala Bagian Pemberitaan dan

Informasi KPK Priharsa Nugraha.

Keempat notaris itu adalah Toto Susmono Hadi, Buntario Tigris Darmawa, Aryanti Artisari,

dan Bernadette Wirastuti. Mereka diperiksa karena dianggap tahu soal aset Djoko Susilo. Selain

empat notaris, KPK menjadwalkan pemeriksaan kerabat Djoko, Dipta Anindita. Wanita yang

disebut sebagai ibu rumah tangga itu diketahui memenuhi panggilan pemeriksaan KPK hari ini.

KPK menetapkan Djoko sebagai tersangka TPPU berkaitan dengan kepemilikan asetnya. Nilai

pencucian uang yang diduga dilakukan Djoko tersebut mencapai Rp 45 miliar. Modus pencucian

uang dilakukan, antara lain, melalui pembelian aset berupa properti, baik tanah maupun lahan,

dan diatasnamakan kerabat serta orang dekat Djoko.

Informasi yang diperoleh Kompas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

menyebutkan, nilai aset yang diperoleh sejak tahun 2012 mencapai Rp 15 miliar. Sementara

nilai aset yang diduga diperoleh sejak Djoko menjabat Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya

sebesar Rp 30 miliar. Nilai aset ini belum termasuk yang berupa sejumlah lahan di

Leuwinanggung, Tapos, Bogor, dan Cijambe, Subang.