72525539-DIURETIK.doc

47
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin,teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air,alkohol). Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuretika pada awal pemgobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin (dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus) sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel kembali menjadi normal. [Type text]

Transcript of 72525539-DIURETIK.doc

Page 1: 72525539-DIURETIK.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih

(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang

menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung

termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung

(digoksin,teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi

hormon antidiuretik ADH (air,alkohol). Jika pada peningkatan ekskresi garam-

garam maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam

arti sempit).

Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya

senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,

demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan

dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuretika pada

awal pemgobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin (dengan

mengurangi laju filtrasi glomerulus) sehingga akan memperburuk insufisiensi

ginjal. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema, yang

berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel

kembali menjadi normal.

Pembentukan Kemih Dan Fungsi Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan

mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat. Untuk ini

darah mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi saringan ginjal

kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1

juta filter kecil ini (glomeruli) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh (kurang

lebih 5 liter) sudah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut.

Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh.

Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostasis, yakni

keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan

volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama tergantung dari jumlah

[Type text]

Page 2: 72525539-DIURETIK.doc

ion Na+, yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan antar sel dan di

plasma darah. Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH di

neurohipofisis.

Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli

(gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli

inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,

garam dan glukosa. Ultrafitrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung

banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap

glomerulus seperti corong (kapsul bowman) da kemudian disalurkan ke pipa

kecil. Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknya masing-

masing dekat dan jauh dari glomerulus; kedua bagian ini dihubungi oleh sebuah

lengkungan (Henle’s loop).

Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang

sangat penting bagi tubuh seperti glukosa dan garam-garam, antara lain ion Na+.

zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kailer yang mengelilingi tubuli.

Sisanya yang tak berguna sepeti sampah perombakan metabolisme protein

(ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.

Akhirnya filtratdari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul

(ductus colligens), di mana terutama berlangsug penyeraan air kembali. Filtrat

akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun disini sebagai urin.

Dengan demikia ultrafiltrat yang setiap harinya dihasilkan rata-rata 180

liter oleh seorang dewasa, dipekatkan sampai hanya lebih kurang 1 liter air kemih.

Sisanya, lebih dari 99% direabsopsi dan dikembalikan pada darah. Dengan

demikian suatu obat yang Cuma sedikit mengurangi reabsorpsi tubule, misalnya

dengan 1%, mampu melipatgandakan volume kemih menjadi kurang lebih 2,6

liter.

B. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui

penjelasan secara rinci mengenai obat diuretik dan hubungan antara struktur dan

aktifitas obat diuretik tersebut.

[Type text]

Page 3: 72525539-DIURETIK.doc

BAB II

ISI

A. MEKANISME KERJA DIURETIKA

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,

sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini bekerja

khusus terhadap tubuli tetapi juga di tempat lain, yakni di:

1. Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di

sini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na+

dan air, begitu pula dengan glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi

berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan

tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manotol,sorbitol)

bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium.

2. Lengkungan henle. Di bagian menaik dari Henle’s loop ini kurang lebih

25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorsi secara aktif,

disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga

filtrat menjadi hipotonis. Diuretika loop seperti furosemida, bumetanida

dan etakrinat bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- dan

demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.

3. Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif

pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.

Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di empat ini

denganmemperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian

kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+. Proses ini

dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron

(spirolakton)dan zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik

kerja di sini dengan mengakibatkan ekskresi Na+ kurang dari 5% dan

retensi K+.

4. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofisis

bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air

dari sel-sel saluran ini.

[Type text]

Page 4: 72525539-DIURETIK.doc

B. MASALAH YANG TIMBUL PADA PEMBERIAN DIURETIK

1. Hipokalemia

Sekitar 50% kalium yang difiltrasi oleh glomerulus akan direabsorbsi

di tubulus proksimal dan sebagian besar dari sisanya direabsorbsi di ascending

limb loop dari Henle. Hanya 10% yang mencapai tubulus konvolutus distal.

Kalium ada yang disekresi di pars recta tubulus distal. Terjadinya hipokalemia

pada pemberian diuretik disebabkan oleh:

Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkan

sekresi kalium di tubulus distal.

Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip meningkat) dalam

tubulus distal akibat hambatan reabsorbsi di tubulus proksimal oleh

penghambat karbonik anhidrase akan meningkatkan sekresi kalium di

tubulus distal.

Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium di tubulus

proksimal.

Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thick ascending

limb.

Hipokalemia akibat pemberian diuretik dapat menyebabkan:

1. Gangguan toleransi glukosa. Hipokalemia menghambat pengeluaran

insulin endogen.

[Type text]

Page 5: 72525539-DIURETIK.doc

2. Hepatik ensefalopati. Pemberian diuretik harus hati-hati pada keadaan

hati yang dekompensasi.

3. Artimia. Bila penderita sedang mendapat digitalis, hipokalemia dapat

merangsang terjadinya aritmia. Penambahan kalium hanya diberikan

bila:

a. Kadar kalium darah kurang dari 3 meq/1.

b. Dekompensasi hati yang mendapat diuretik (bukan Spironolakton).

c. Penderita yang mendapat digitalis.

2. Hiperkalemia

Pemberian diuretik jenis potassium-sparing akan meningkatkan- kadar

kalum darah. Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spironolakton,. Amiloride,

Triamterene. Kerja Spironolakton bergantung pada tinggi rendahnya kadar

Aldosteron. Amiloride dan Triamterene tidak tergantung pada Aldosteron.

Seluruhnya menghambat sekresi kalium di tubulus distal. Kita harus berhati-

hati atau sebaiknya diuretik jenis ini tidak diberikan pada keadaan gagal

ginjal, diabetes mellitus, dehidrasi berat atau diberikan bersama preparat yang

mengandung kalium tinggi.

3. Hiponatremia

Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar natrium urin >

20 mq/L, kenaikan ringan ureum dan kreatinin, hipokalemia dan terdapat

alkalosis metabolik. Hiponatremia dapat memberikan gejala-gejala bahkan

kematian. Cepatnya penurunan kadar natrium (kurang dari 12 jam), kadar

natrium < 110 meq/L, terdapat gejala susunan saraf pusat, merupakan pertanda

buruk akibat hponatremia. Keadaan ini harus ditanggulangi secepatnya.

4. Deplesi Cairan

Pengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama dalam

pemakaian diuretik. Keadaan ini sangat menguntungkan pada edema paru

akibat payah jantung.

[Type text]

Page 6: 72525539-DIURETIK.doc

Pada keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoalbuminemi yang

berat, pemberian diuretik dapat menimbulkan syok atau gangguan fungsi

ginjal. Tidak dianjurkan penurunan berat badan lebih dari 1 kg sehari.

5. Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Alkalosis metabolik terjadi akibat:

Pengurangan cairan ekstraseluler akan meningkatkan kadar HCO3 dalam

darah.

Peningkatan ekskresi ion-H meningkatkan pembentukan HCO3.

Deplesi asam hidroklorida.

Diuretik yang dapat menyebabkan alkalosis metabolik adalah tiasid

dan diuretik loop.

Alkalosis metabolik yang terjadi, biasanya disertai pengurangan

ekskresi klorida. Dipikirkan kemungkinan oleh sebab lain seperti muntah-

muntah, kehilangan asam lambung akibat pemasangan sonde lambung.

Asidosis metabolik terjadi akibat:

Sekresi ion H dihambat.

Reabsorbsi HCO3 dihambat.

Diuretik penghambat karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis

metabolik akibat dua proses di atas. Diuretik potassiumsparing menghambat

sekresi ionH sehingga dapat menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis

metabolik yang diakibatkan diuretik biasanya tidak disertai peninggian anion

gap (Na (HCO3 + Cl) < 16 mcq/L).

6. Gangguan Metabolik

a. Hiperglikemi

Diuretik dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa (hiperglikemi).

Hipokalemia akibat pemberian diuretik dibuktikan sebagai penyebab

gangguan toleransi ini (respon insulin terhadap glukosa pada fase I dan

fase II terganggu). Diuretik potassiumsparing tidak menyebabkan

gangguan toleransi glukosa.

[Type text]

Page 7: 72525539-DIURETIK.doc

b. Hiperlipidemia

Trigliserida, kolesterol, Cholesterol HDL, Cholesterol VLDL akan

meningkat dan Cholesterol HDL akan berkurang pada pemberian diuretik

jangka lama (> 4 minggu). Antagonis Aldosteron akan menghambat

ACTH, mengganggu hormon androgen (anti androgen). Mengakibatkan

terjadinya ginekomastia atau gangguan menstruasi.

c. Hiperurikemia

Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat.

Karena terjadi pengurangan volume plasma maka filtrasi melalui

glomerulus berkurang dan absorbsi oleh tubulus meningkat. Dipengaruhi

juga oleh ada atau tidaknya hiponatremi. Bila natrium dikoreksi, kliren

asam urat akan diperbaiki.

d. Hiperkalsemia

Pemberian diuretik tiasid akan meninggikan kadar kalsium darah. Ekskresi

kalsium melalui urin akan berkurang. Peninggian kalsium darah ini

disebutkan juga mempunyai hubungan dengan keadaan hiperparatiroid.

Dari penelitian epidemiologi di Stockholm dilaporkan bahwa 70% dari

orang yang hiperkalsemi setelah mendapat diuretik, menderita adenoma

paratiroid

e. Hipokalsemia

Diuretik loop menyebabkan hipokalsemi akibat peningkatan ekskresi

kalsium melalui urin.

7. Toksisitas

Diuretik dapat menyebabkan nefritis intersiil akut melalui reaksi

hipersensitifitas.

Dapat menginduksi terjadinya artritis goutdan pengeluaran batu asam

urat pada penderita dengan riwayat gout.

Hipokalemi kronik akibat penggunaan diuretik dapat menimbulkan

nefropati hipokalemi.

Diuretik loop terutama furosemid dapat menyebabkan ototoksisiti.

Lebih nyata lagi bila ada gagal ginjal. Gabungan dengan

[Type text]

Page 8: 72525539-DIURETIK.doc

aminoglikosida dapat menyebabkan gangguan menetap pada

pendengaran.

C. PENGGOLONGAN DIURETIKA

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini.

Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah

yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila

dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi

natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi

jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon

yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor.

Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa jenis diuretik yang diketahui pada saat

ini. Antara lain :

1. Diuretik osmotik dan Aquaretics. Obat-obat ini hanya direabsorpsi sedikit

oleh tubuli, hingga rabsorpsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis

osmotik dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi Na+. Contoh :

manitol, glukosa, sorbitol, sukrosa, dan urea.

2. Penghambat karbonik anhidrase ginjal. Diuretik jenis ini merintangi

enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat,

juga Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air.

Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi

tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens).

Contoh : asetazolamida.

3. Diuretik derifat tiasid. Efeknya lebih lemah dan lebih lambat, tetapi

bertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan pada terapi

pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (decompensatio cordis).

Obat-obat ini memiliki kurva dosis-efek datar, artinya bila dosis optimal

dinaikkan lagi efeknya tidak bertambah (diuresis, penurunan tekanan

darah). Contoh : hidroclorotiazid, talidon, indapamida dan klopamida.

4. Diuretik loop. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat

(4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema

otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis-efek curam, artinya bila

[Type text]

Page 9: 72525539-DIURETIK.doc

dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh : furosemida,

bumetanida dan etakrinat.

5. Diuretik hemat kalium (Potassium Sparing Diuretic). Efek obat ini hanya

lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna

menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorpsi Na+ dan

ekskresi K+ ; proses ini dihambat secara kompetitif oleh obat-obat ini.

Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanya lemah efek

ekskresinya mengenai Na+ dan K+. Tetapi pada penggunaan diuretika loop

tiazid terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka dengan pemberian

bersama penghemat ekskresi kalium ini menghambat ekskresi K+ dengan

kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.

6. Diuretik merkuri organik.

7. Diuretik pembentukan asam. Diuretika pembentuk asam adalah senyawa

anorganik yang dapat menyebabkan urin bersifat asam dan mempunyai

efek diuretik. Senyawa golongan ini efek diuretiknya lemah dan

menimbulkan asidosis hiperkloremik sistemik. Efek samping yang

ditimbulkan antara lain iritasi lambung, penurunan nafsu makan, mual,

asidosis dan ketidaknormalan fungsi ginjal. Contoh : amonium klorida,

amonium nitrat dan kalsium klorida.

D. HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS OBAT DIURETIK

1. Diuresis osmosis.

Diuretika osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi

urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa.

Diuretika osmotik mempunyai bobot molekul rendah, dalam tubuh tidak

mengalami metabolisme, secara pasif disaring melalui kapsula bowman ginjal,

dan tidak diabsorpsi kembali oleh tubulus renalis. Bila diberikan dalam dosis

besar atau larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke tubulus renalis yang

disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa sehingga terjadi diuresis.

Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi

natrium dan air. Efek samping diuretik osmotik antara lain adalah gangguan

keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur, nyeri kepala dan takikardia.

[Type text]

Page 10: 72525539-DIURETIK.doc

2. Penghambat karbonik anhidrase ginjal.

Senyawa penghambat karbonik anhidrase adalah saluretik, digunakan

secara luas untuk pengobatan sembab yang ringan dan moderat, sebelum

ditemukan diuretika turunan tiazida. Efek samping yang ditimbulkan golongan

ini antara lain adalah gangguan saluran cerna, menurunnya nafsu makan,

parestesia, asidosis sistemik, alkalinasi urin, dan hipokalemi. Adanya efek

asidosis sistemik dan alkalinasi urin dapat mengubah secara bermakna

perbandingan bentuk terioisasi dan yang tak terionisasi dari obat-obat lain

dalm cairan tubuh, sehingga mempengaruhi pengangkutan, penyimpanan,

metabolisme, ekskresi dan aktifitas obat-obat tersebut. Penggunaan diuretika

penghambat karbonik anhidrase terbatas karena cepat menimbulkan toleransi.

Sekarang diuretik pnghambat karbonik anhidrase lebih banyak dugunakan

sebagai obat penunjang pada pengobatan glaukoma, dikombinasi dengan

miotik, seperti pilokarpin, karena dapat menekan pembentukan aqueous

humour dan menurunkan tekanan dalam mata.

Mekanisme kerja

Karbonik anhidrase adalah metaloenzim yang berperan dalam

permbentukan asam karbonat, sebagai hasil reaksi antara air dan gas asam

arang. Asam karbonat yang terbentuk kemudian terdisosiasi menjadi H+ dan

HCO3-. Ion H+ inilah yang digunakan sebagai pengganti ion-ion Na+ dan K+

yang diabsorpsi kembali oleh tubulus renalis.

Mekanisme di atas digambarkan secara skematik sebagai berikut :

Bila kerja enzim dihambat maka produksi asam karbonat akan

menurun, sehingga jumlah ion H+ sebagai pengganti ion Na+ yang tertiggal,

bersama-sama dengan HCO3- dan air, akan meningkatkan volume urin, yang

kemudian dikeluarkan dan menyebabkan efek diuresis.

[Type text]

Page 11: 72525539-DIURETIK.doc

Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme

pada tingkat molekul.

a. Karena struktur gugus sulomil mirip dengan asam karbonat, diuretika yang

mengandung gugus sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida, dapat

menghambat enzim karbonik anhidrase dan antagonis ini bukan tipe

kompetitif. Hipotesis pembentuka kompleks dan penghambatan enzim

karbonik anhidrase dapat dilihat pada gambar berikut :

Pembentukan kompleks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase ada

sisi aktif melalui ikatan hidrogen.

b. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan bahwa adanya atom nitrogen

pada gugus sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat bereaksi

dengan karbonik anhidrase dan menghambat kerja enzim.

Hubungan struktur-aktivitas

1. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonik anhidrase

adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi pada gugus sulfamil

akan menghilangkan aktivitas diuretik karena pengikatan obat-reseptor

menjadi lemah.

2. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid) dapat

meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja obat. Hal ini

disebabkan karena metazolamid mempunyai kelarutan dalam lemak lebih

besar, absorpsi kembali pada tubulus menjadi lebih baik dan afinitas

[Type text]

Page 12: 72525539-DIURETIK.doc

terhadap enzim lebih besar. Metazolamid mempunyai aktivitas diuretik ± 5

kali lebih besar dibanding asetazolamid.

3. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secara umum akan

menurunkan aktivitas. Deasetilasi akan menurunkan aktivitas dan

memperpanjang gugus alkil pada rantai asetil akan meningkatkan

toksisitas.

Contoh :

a. Asetazolamid (diamox, glaupax), diabsorpsi secara cepat dalam

saluran cerna, diekskresikan melalui urin dalam bentuk tak berubah ±

70%. Kadar plasma tertinggiobat dicapai dalam ± 2 jam setelah

pemberian oral, dengan waktu paro ± 5 jam. Asetazolamid juga

digunakan untuk pengobatan glaukoma dan sebagai penunjang pada

pengobatan epilepsi petit mal, dikombinasi dengan obat anti kejang,

seperti phenitoin. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan

glaukoma : 250 mg 2-4 dd.

b. Metazolamid, dianjurkan sebagai penunjang pada pengobatan

glaukoma kronik. Penurunan tekanan intraokuler terjadi 4 jam setelah

pemberian oral, dengan efek puncak dalam 6-8 jam, dan masa kerja

10-18 jam. Dosis untuk pengobatan glaukoma : 50-100 mg 2-3 dd.

c. Etokzolamid, mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih besar

dibanding asetazolamid, digunakan untuk pengobatan glaukoma dan

mengontrol serangan epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat dicapai

dalam ± 2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8-12 jam.

Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma : 150-250 mg

2-4 dd.

d. Diklorfenamid, aktivitas diuretiknya sama dengan metazolamid,

digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan

[Type text]

Page 13: 72525539-DIURETIK.doc

epilepsi. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma : 25-

100 mg 2-4 dd.

3. Diuretik derifat tiasid.

Diuretika turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan

absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan

ekskresi ion K+, Mg++ dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat.

Diuretik turunan tiazid terutama digunakan untuk pengobatan sembab pada

keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada pengobatan

hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara lengsung

menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering

dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti resepin dan hidralazin,

untuk pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi. Diuretika

turunan tiazid menimbulkan efek samping hipokalemi, gangguan

keseimbangan elektrolit dan menimbulkan penyakit pirai yang akut.

Mekanisme kerja

Diuretika turunan tiazid mengandung gugus sulfamil sehingga dapat

menghambat enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek

saluretiknya terjadi karena adanya pemblok proses pengangkutan aktif ion

klorida dan absorpsi kembali ion yang menyertainya pada loop of henle,

dengan mekanisme yang belum jelas, kemungkinan karena peran dari

prostaglandin. Turunan tiazid juga menghambat enzim karbonik anhidrase di

tubulus distal tetapi efeknya relatif lemah.

Hubungan struktur dan aktifitas

Studi hubungan struktur-aktivitas diuretik turunan tiazid menunjukkan

bahwa aktivitas diuretik meningkat bila senyawa mempunyai gambaran

struktur sebagai berikut:

[Type text]

Page 14: 72525539-DIURETIK.doc

1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2- Gugus SO2

mempunyai aktivitas yang lebih besar.

2. Pada posisi 2 ada substituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus

metil.

3. Pada posisi 3 ada substituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2Cl,

CH2SCH2CF3), CH2-C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.

4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat

meningkatkan aktivitas diuretik ± 10 kali.

5. Substitusi langsung pada posisi 4,5 atau 8 dengan gugus alkil akan

menurunkan aktifitas diuretik.

6. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti Cl

dan CF3. Hilangnya gugus tersebut membuat senyawa kehilangan

aktivitas. Penggantian gugus Cl dengan CF3 dapat meningkatkan kelarutan

senyawa dalam lemak sehingga memperpanjang masa kerja obat.

7. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan mono

dan disubstitusi dari gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas diuretik.

8. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus

elektronegatif lain, membentuk gugus induk baru yang dinamakan

diuretika seperti tiazid (tiazide-like diuretics) seperti pada turunan

salisilanilid (xipamid), turunan benzhidrazid (klopamid dan indopamid),

dan turunan ptalimidin (klortalidon).

Hubungan struktur-aktivitas diuretik turunan tiazid dapat dilihat pada

tabel berikut:

[Type text]

Page 15: 72525539-DIURETIK.doc

[Type text]

Page 16: 72525539-DIURETIK.doc

Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak ada korelasi yang bermakna

antara potensi naturetik oral dengan aktivitas penghambatan karbonik

anhidrase, yang dapat dilihat dari dosis penggunaan.

Contoh :

1. Hidroklortiazid (H.C.T), merupakan obat pilihan untuk mengontrol

sembab jantung dan sembab yang berhubungan dengan penggunaan

kortikosteroid atau hormon estrogen. Hidroklortiazid juga digunakan

untuk mengontrol hipertensi ringan, kadang-kadang dikombinasi dengan

obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es) atau

β-bloker, seperti asebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2 jam

setelah pemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4

jam, dengan masa kerja ± 10 jam. Ketersediaanhayatinya ± 65% dan dapat

meningkat menjadi ± 75% bila diberikan bersama-sama makanan. Dosis

diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi : 25-50 mg 1-2

dd.

[Type text]

Page 17: 72525539-DIURETIK.doc

2. Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik yang lebih

tinggi dan masa kerja yang lebuh panjang (± 18 jam) dibanding

hidroklortiazid. Bendroflumetiazid digunakan untuk mengontrol sembab

dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol sembab : 5 mg 1 dd, mengontrol

hipertensi : 5 mg 1-4 dd.

3. Xipamid (diurexan), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang

cukup kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi yang moderat dan

berat serta untuk mengatasi sembab yang berhubungan dengan penyakit

jantung, ginjal, hati dan rematik. Masa kerja antihipertensinya ± 24 jam,

dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis : 10-40 mg/hari.

4. Indapamid (natrilix), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang

kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat.

Indapamid dapatmenurunkan kontraksi pembuluh darah sel otot polos

karena mempengaruhi pertukaran ion antar membran, terutama Ca, dan

merangsang sintesis prostaglandin PGE, sehingga terjadi vasodilatasi dan

efek hipotensi. Absorpsi indapamiddalam saluran cerna cepat dan

sempurna, kadar darah tertinggi dicapai 1-2 jam setelah pemberian oral,

dan ± 79% obat terikat oleh plasma protein. Waktu paro eliminasinya ±

15-18 jam. Dosis : 2,5 mg/hari.

5. Klopamid, merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat,

digunakan untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat.

Absorpsi klopamid dalam saluran cerna cepat dan sempurna, ± 40-50%,

obat terikat oleh plasma protein dengan waktu paro eliminasi ± 6 jam.

Dosis : 5 mg/hari.

6. Klortalidon (hygroton), merupakan diuretik kuat dengan masa kerja

panjang (±48-72 jam). Klortalido juga dipergunakan untuk hipertensi

ringan, kadang-kadang dikombinasi dengan β-bloker, seperti

atenolol(tenoretik) dan oksprenolol (transitensin). Absorpsi klortalidon

relatif lambat dan tidak sempuna, waktu paro absorpsi ± 2-6 jam, kadar

darah maksimal dicapai setelah ± 2-4 jam. Klortalidon terikat secara kuat

dalam sel darah merah sehingga mempuyai wktu paro plasma cukup

panjang ± 35-60 jam. Dosis oral untuk diuretik : 50-100 mg, 3 kali per

[Type text]

Page 18: 72525539-DIURETIK.doc

minggu, sesudah makan pagi. Dosis untuk mengotrol hipertensi : 25 mg, 1

kali sehari.

4. Diuretik loop

Diuretika loop merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat,

aktivitasnya jauh lebih besar dibanding turunan tiazid dan senyawa saluretik

lain. Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada loop of henle

sehingga menurunkan absorpsi kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi

NaCl lebih dari 25%.

Mekanisme kerja

Model kerja diuretik loop pada tingkat molekul belum diketahui

secara pasti, tetapi ada tiga hipotesis yang kemungkinan dapat digunakan

untuk menjelaskan model kerja tesebut, yaitu:

1. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPase

2. Penghambatan atau pemindahan siklik-AMP

3. Penghambatan glikolisis.

Diuretik loop menimbulkan efek samping yang cukup serius, seperti

hiperurisemi, hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi, hipokloremik alkalosis,

kelainan hematologis dan dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan

sembab paru yang akut, sembab karena kelainan jantung, ginjal atau hati,

sembab karena keracunan kehamilan, sembab otak dan untuk pengobatan

hipertensi ringan. Untuk pengobatan hipertensi yang cukupan dan berat

biasanya dikombinasi dengan obat antihipertensi seperti L-α-metildopa.

Struktur kimia obat ini bervariasi dan secara umum dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu turunan asam fenoksiasetat dan turunan

sulfonamida.

1. Turunan asam fenoksiasetat

Contoh : asam etakrinat.

Asam etakrinat menimbulkan aktivitas diuretik karena dapat berinteraksi

dengan gugus sulfhidril enzim yang bertanggung jawab pada proses

[Type text]

Page 19: 72525539-DIURETIK.doc

absorpsi kembali Na+ di tubulus renalis. Yang berperan pada interaksi

tersebut adalah gugus α-β ikatan rangkap tidak jenuh.

Mekanisme reaksi asam etakrinat dengan gugus sulfhidril enzim dijelaskan

sebagai berikut :

Asam etakrinat mempunyai awal kerja yang cepat ± 30 menit setelah

pemerian oral dan efeknya berakhir setelah 6-8 jam. Dosis : 50-100 mg 2-

3 dd.

Aktifitas relatif beberapa turunan asam etakrinat dapat dilihat pada tabel

berikut:

Pada turunan fenoksiasetat aktivitas optimal dicapai bila :

a. Gugus asam oksiasetat terletak pada posisi 1 cincin benzen

b. Gugus akriloil sulfhidril yang reaktif terletak pada posisi para dari

gugus asam oksiasetat.

c. Gugus aktivasi (CH3 atau Cl) terletak pada posisi 3 atau posisi 2 dan 3.

[Type text]

Page 20: 72525539-DIURETIK.doc

d. Substituen alkil dari 2 sampai 4 panjang atom C terletak pada posisi a

dari karbonil pada gugus akriloil.

e. Atom-atom H terletak pada posisi ujung –C=C- dari gugus akriloil

Hubungan struktur dan aktivitas :

a. Reduksi gugus α,β-keton tidak jenuh akan menghilangkan aktivitas,

karena senyawa tidak mampu berinteraksi dengan gugus SH enzim.

b. Substitusi H pada atom Cα dengan gugus alkil akan menurunkan

aktivitas.

c. Adanya gugus etil pada Cβ membuat senyawa mempunyai aktivitas

maksimal. Makin besar jmlah atom C, aktivitasnya makin menurun.

d. Substitusi pada cincin aromatik. Adanya gugus Cl pada posisi orto

cincin aromatik, dapat meningkatkan aktivitas lebih besar dibanding

substitusi pada posisi meta, karena efek induktif gugus penarik

elektron tersebutdapat menunjang serangan nukleofil terhadap gugus

SH. Disubstitusi gugus Cl atau metil pada posisi orto dan meta akan

lebih meningkatkan aktivitas.

e. Adanya gugus pendorong alaktron kuat pada cincin aromatik, seperti

gugus amino atau alkoksi, akan menurunkan aktivitas secara drastis.

f. Adanya gugus oksiasetat pada posisi para dapat meningkatkan

aktivitas, letak gugus pada posisi orto atau meta akan menurunkan

aktivitas.

2. Turunan sulfonamida

Turunan ini dibagi menjadi dua golongan yaitu turunan asam 5-sulfamoil-

2-aminobenzoat dan 5- sulfamoil-3-aminobenzoat.

Contoh turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat : furosemid dan

azosemid

Contoh turunan asam 5- sulfamoil-3-aminobenzoat : bumetanid dan

piretanid.

[Type text]

Page 21: 72525539-DIURETIK.doc

Hubungan struktur dan aktivitas

a. Substituen pada posisi 1 harus bersifat asam, gugus karboksilat

mempunyai aktivitas diuretik optimum.

b. Gugus sulfamoil pada posisi 5 merupakan gugus fungsi untuk aktivitas

diuretik yang optimum.

c. Gugus aktivasi pada posisi 4 bersifat penarik elektron, seperti gugus Cl

dan CF3., dapat pula diganti dengan gugus fenoksi (C6H5-O-), alkoksi,

anilino (C6H5-NH-), benzil, benzoil, atau C6H5-S-, disertai penurunan

aktivitas.

d. Pada turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat, substituen pada gugus

2 amino relatif terbatas, hanya dengan gugus furfuril, benzil dan

tienilmetil yang menunjukkan aktivitas diuretik optimal.

e. Pada turunan asam 5-sulfamoil-3-aminobenzoat, substituen pada gugus

3 amino relatif lebih banyak tanpa mempengaruhi aktivitas diuretik

optimal.

Contoh :

Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan), merupakan diuretika

saluretik yang kuat, aktivitasnya 8-10 kali diuretika tiazid. Awal

kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan

masa kerja yang relatif pendek ± 6-8 jam. Absorpsi furosemid

dalam saluran cerna cepat, ketersediaanhayatinya 60-69% pada

subyek normal, dan ± 91-99% obat terikat oleh plasma protein.

Kadar darah maksimal dicapai dalam 0,5-2 jam setelah pemberian

oral, dengan waktu paro biologis ± 2 jam. Furosemid digunakan

untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat, karena dapat

menurunkan tekanan darah. Dosis : 20-80 mg/hari.

[Type text]

Page 22: 72525539-DIURETIK.doc

Bumetanid (burinex), merupakan diuretika yang kuat dengan masa

kerja pendek (± 4 jam). Bumetanid terutama untuk pengobatan

sembab yang berhubungan dengan penyakit jantung, hati dan

ginjal. Pemindahan gugus amin dari posisi 2 ke posisi 3, dapat

meningkatkan aktivitas diuretik sampai ± 50 kali, tetapi senyaa

mempunyai masa kerja yang pendek. Bumetanid diabsorpsi dalam

saluran cerna cepat dan sempurna, ± 98% terikat oleh plasma

protein. Efek maksimum dicapai ± 2 jam setelah pemberian oral,

waktu paro biologis ± 1 jam. Selain sebagai diuretik, bumetanid

juga mempunyai efek antihipertensi. Dosis : 1-2 mg/hari.

5. Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas

natriuretik rigan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+.

senyawatersebut bekerja pada tubulus distal dengan cara memblok pertukaran

ion Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan

sekresi ion Na+ dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan

bersama-sama dengan diuretik turunan tiazid. Kombinasi ini menguntungkan

karena dapat mengurangi sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya

hipokalemi dan menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan

efek samping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan pirai,

sertadapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna.

Mekanisme kerja

Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan

mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok

absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan sekresi

ion Na+ dan Cl- dalam urin.

Diuretik hemat kalium dibagi menjadi dua kelompok, yaitu diuretika

dengan efek langsung dan antagonis aldosteron.

1. Diuretik dengan efek langsung

Contoh : amilorid dan triamteren.

[Type text]

Page 23: 72525539-DIURETIK.doc

a. Amilorid HCl (puritrid), selain bekerja melalui mekanisme kerja di

atas juga dapat permeabilitas membran terhadap on Na+ dan

menyebabkan retensi ion K+ dan H+. amilorid digunakan untuk

mengontrol sembab dan hipertensi. Awal kerja amilorid terjadi 2-3 jam

setelah pemberian secara oral, kadar serum tinggi dicapai dalam 3-4

jam, waktu paro ± 6 jam dan mempunyai masa kerja yang cukup

panjang ± 24 jam. Penggunaan obat ini dapat dalam bentuk tunggal

atau dikombinasi dengan diuretik turunan tiazid. Dosis oral untuk

diuretik : 5 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi : 5 mg 1 dd.

b. Triamteren, adalah diuretik turunan pteridin, absorpsi dalam saluran

cerna cepat tetapi tidak sempurna. Ketersediaanhayatinya 30-70%,

pada cairan tubuh ± 45-75% terikat oleh protein plasma. Kadar plasma

tertinggi obat dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan

waktu paro biologis 2-4 jam. Dosis diuretik : 150-300 mg/hari.

2. Antagonis aldosteron

Aldosteron, adalah mineralokortikoid yang dikeluarkan oleh korteks

adrenalis. Merupakan senyawa yang sangat aktif untuk menahan elektrolit,

dapat meningkatkan absorpsi kembali ion Na+ dan Cl- serta ekskresi ion K+

dalam saluran pegumpul.

[Type text]

Page 24: 72525539-DIURETIK.doc

Senyawa yang mempunyai struktur mirip dengan aldosteron, seperti

spironolakton, bekerja sebagai antagonis melalui mekanisme

penghambatan bersaing pada sisi reseptor pada saluran pengumpul,

dimana terjadi pertukaran ion Na+ dan K+. penghambatan tersebut

menyebabkan peningkatan ekskresi ion Na+ dan Cl- serta retensi ion K+.

Contoh :

Spironolakton (aldactone, idrolatton), diabsorpsi dengan baik dalam

saluran cerna, ± 98% terikat oleh protein plasma. Spironolakton cepat

dimetabolisme oleh hati menjadi kanrenon yaitu bentuk yang bertanggung

jawab terhadap 80% aktivitas diuretiknya. Waktu paronya cukup lama,

antara 10-35 jam. Aktivitasnya meningkat bila diberikn bersama-sama

dengan diuretika turunan tiazid atau diuretika loop. Dosis : 50-100

mg/hari.

6. Diuretik merkuri organik.

Diuretik merkuri organik adalah saluretik karena dapat menghambat

absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Absorpsi pada saluran cerna rendah

dan menimbulkan iritasi lambung sehingga pada umumnya diberikan secara

parenteral. Dibanding obat diuretik lain, penggunaan diuretik merkuri organik

mempunyai beberapa keuntungan, antara lain tidak menimbulkan hipokalemi,

tidak mengubah keseimbangan elektrolit, dan tidak mempengaruhi

metabolisme karbohidrat dan asam urat. Efek iritasi setempat besar dan

menimbulkan nekrosis jaringan. Diuretika merkuri organik menimbulkan

reaksi sistemik yang berat sehingga sekarang jarang digunakan sebagai obat

diuretik.

Diuretika merkuri organik mengandung ion merkuri, yang dapat

berinteraksi dengan gugus SH enzim ginjal (Na, K-dependent ATP-ase) yang

berperan pada produksi energi yang diperlukan untuk absorpsi kembali

elektrolit dalam membran tubulus, sehingga enzim menjadi tidak aktif.

Akibatnya absorpsi kembali ion-ion Na+ dan Cl- di tubulus menurun,

kemudian dikeluarkan bersama-sama dengan sejumlah ekivalen air sehingga

terjadi efek diuresis.

[Type text]

Page 25: 72525539-DIURETIK.doc

Mekanisme reaksi diuretik merkuri organik dengan gugus SH enzim

dijelaskan sebagai berikut:

Keterangan: GH dapat berupa gugus nukleofil, seperti OH, COOH,

NH2, SH atau cincin imidazol.

Hubungan struktur-aktifitas

Diuretika merkuri organik mempunyai rantai yang terdiri dari 3 atom

C dan satu atom Hg pada salah satu ujung rantai yang mengikat gugus

hidrofil, X.

R = gugus aromatik, heterosiklik atau alisiklik yang terikat pada rantai

propil melalui gugs karbamoil. Gugus R sangat menentukanvdistribusi dan

kecepatan ekskresi diuretika.

R’ = biasanya gugus metil, dapat pula gugus etil, secara umum pengaruh

gugus terhadap sifat senyawa adalah kecil.

X = substituen yang bersifat hidrofil. Biasanya X adalah gugus teofilin,

yang dapat menurunkan toksisitas obat, mengurangi efek iritasi setempat,

meningkatkan kecepatan absorpsi, dan uga mempunyai efek diuretik

(terjadi potensiasi). Bila X adalah gugus tiol, seperti asam merkaptoasetat,

atau tiosorbitol, dapat mengurangi toksisitas terhadap jantung dan efek

iritasi setempat.

[Type text]

Page 26: 72525539-DIURETIK.doc

7. Diuretik pembentukan asam.

Mekanisme terjadinya efek diuresis oleh diuretik golongan ini adalah

pembentukan garam dan kemudian diekskresikan bersama-sama dengan

sejumlah ekivalen air dan terjadi diuresis.

Penggunaan amonium klorida dalam sediaan tunggal kurang efektif

karena setelah 1-2 hari, tubuh (ginjal) mengadakan kompensasi dengan

memproduksi amonia, yang akan menetralkan kelebihan asam, membentuk

NH4+, yang segera berinteraksi dengan ion Cl- membentuk NH4Cl dan

[Type text]

Page 27: 72525539-DIURETIK.doc

kemudian diekskresikan, sehingga efek diuretiknya akan menurun secara

drastis. Oleh karena itu di klinik biasanya digunakan bersama-sama dengan

diuretik lain, seperti turunan merkuri organik. Dosis oral untuk diuretik : 1-1,5

g 4 dd.

NH4Cl lebih sering digunakan sebagai ekspektoran dalam campuran

obat batuk, karena dapat meningkatkan sekresi cairan saluran nafas sehingga

mudah dikeluarkan.

[Type text]

Page 28: 72525539-DIURETIK.doc

BAB III

PENUTUP

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih

(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang

menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak

termasuk dalam defenisi ini, misalnya, zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung

(digoksin, teofilin),memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi

hormon anti diuretik ADH.

Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine

disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang

menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam

jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang

mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic.

Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena

Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus

ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic

meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion

didalam urine dan darah.

Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan

dalam pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-

jenis tersebut adalah diuretik osmotik, diuretik penghambat karbonik anhidrase

ginjal, diuretik derifat tiasid, diuretik loop, diuretik hemat kalium, diuretik

merkuri organik dan diuretik pembentukan asam.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama,

tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi

natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan

diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status

fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal.

Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.

Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui,

diuretik digunakan untuk merangsang terjadinya diuresis.

[Type text]

Page 29: 72525539-DIURETIK.doc

DAFTAR PUSTAKA

Soekardjo, Bambang dan Siswando. 2008. KIMIA MEDISINAL 2 cetakan kedua.

Surabaya: Airlangga University Press

Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar edisi kelima. Bandung:

Penerbit ITB

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Larasati. 2007. Obat-Obat Penting Edisi Ke Enam

Cetakan Pertama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Tim Editor. 2007. FARMAKOLOGI DAN TERAPI Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru

http://pharmafemme.blogspot.com/2009/06/25/diuretik.html

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09_MasalahPenggunaanDiuretika.html

[Type text]

Page 30: 72525539-DIURETIK.doc

MAKALAH DIURETIK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia medisinal

Dosen Pengampu : Sikni Retno K, S.Farm., Apt.

Disusun oleh :

1. Dian Hapsari Putri (050701010)

2. I Wayan Eka Mertanaya (050701016)

3. Merry Ramdhani (050701028)

4. Ferdhy Ari Santoso (050601017)

5. Ade Sukma Hamdani (050501001)

6. Olivia Ananda (050501016)

PROGRAM STUDI FARMASI

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

2009

[Type text]

Page 31: 72525539-DIURETIK.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan Rahmat dan Hidayah Nya, yang akhirnya kami dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul diuretik ini.

Makalah ini kami susun demi melengkapi tugas kimia medisinal, program

studi farmasi STIKES Ngudi Waluyo. Dalam makalah ini berisi tentang diuretik,

jenis-jenis obat diuretika dan hubungan struktur-aktivitas diuretik tersebut,

sehingga kami semua memiliki pedoman dan dasar dalam pengobatan. Sebagai

farmasis kita dituntut untuk lebih tanggap dalam segala hal. Salah satunya dengan

memperbanyak ilmu dalam bidang pengetahuan sehingga farmasis dapat lebih

tepat dalam pemberian saran dan obat sesuai dengan kebutuhannya.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga

kami masih membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca

Ungaran, 06 Desember 2009

Penyusun

[Type text]

Page 32: 72525539-DIURETIK.doc

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG..................................................................................

TUJUAN.......................................................................................................

BAB II ISI

A. MEKANISME KERJA DIURETIK ......................................................

B. MASALAH YANG TIMBUL PADA PEMBERIAN DIURETIK........

C. PENGGOLONGAN DIURETIKA........................................................

D. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR DAN AKTIVITAS OBAT

DIURETIK.............................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

[Type text]