7 sap ekg

28
Satuan Acuan Pembelajaran Prosedur Pemasangan ECG Definisi EKG (Elektrokardiografi) Elektrokardiografi ( EKG atau ECG ) adalah alat bantu diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan menggunakan Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu instrumen yang sangat peka sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan ( milivolt ) jantung (Sundana, 2008). Indikasi Pemasangan EKG Menurut Skill Lab. Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 2009 : 1) Pasien dengan kelainan irama jantung 2) Pasien dengan kelainan miokard seperti infark 3) Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis 4) Pasien dengan gangguan elektrolit 5) Pasien perikarditis 6) Pasien dengan pembesaran jantung 7) Pasien dengan kelainanPenyakit inflamasi pada jantung. 8) Pasien di ruang ICU Sadapan pada EKG 1

Transcript of 7 sap ekg

Page 1: 7 sap ekg

Satuan Acuan Pembelajaran

Prosedur Pemasangan ECG

Definisi EKG (Elektrokardiografi)

Elektrokardiografi ( EKG atau ECG ) adalah alat bantu diagnostik yang digunakan

untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial

listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven

pada tahun 1903 dengan menggunakan Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu

instrumen yang sangat peka sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan ( milivolt )

jantung (Sundana, 2008).

Indikasi Pemasangan EKG

Menurut Skill Lab. Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, 2009 :

1) Pasien dengan kelainan irama jantung

2) Pasien dengan kelainan miokard seperti infark

3) Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis

4) Pasien dengan gangguan elektrolit

5) Pasien perikarditis

6) Pasien dengan pembesaran jantung

7) Pasien dengan kelainanPenyakit inflamasi pada jantung.

8) Pasien di ruang ICU

Sadapan pada EKG

Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap

jantung. Menurut Sundana, 2008, Sadapan mesin EKG terbagi menjadi dua:

1. Sadapan bipolar(I,II,III)

Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode.

Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (atas ke bawah dan kesamping)

Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari

jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-

1

Page 2: 7 sap ekg

masing LA(left arm), RA (right arm), LF(left foot), dan RF(right foot). Dari empat electrode

ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut:

1. Sadapan I. Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara RA yang dibuat

bermuatan (-) dan LA yang dibuat bermuatan (+) sehingga arah listrik jantung bergerak

ke sudut 0o(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian bagian lateral jantung dapat

dilihat oleh sadapan I

2. Sadapan II. Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan (-)

dan LF yang dibuat bermuatan (+)sehingga arah listrik bergerak sebesar +60o(sudutnya

ke arah inferior) Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat dari sadapan II

3. Sadapan III. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan(-)

dan RF yang bermuatan (+) sehingga listrik bergerak sebesar sudut +120o(sudutnya ke

arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.

Gambar 1. Sadapan Bipolar

Gambar 1. sadapan bipolar

2

Page 3: 7 sap ekg

2. Sadapan Unipolar

a) Unipolar Ekstremitas

Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas.

Gabungan electrode pada ekstremitas lain membentuk electrode indifferent(potensial 0).

Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang

digunakan pada sadapan bipolar. Vector dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut

pandang terhadap jantung dalam arah vertical.

1. Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat

bermuatan (+) dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak kearah

-30o(sudutnya kearah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat

juga oleh sadapan aVL.

2. Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat

bermuatan (+) dengan RA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak kearah +90o

(tepat kearah inferior). Dengan demikian bagian inferior jantung selain sadapan II dan III

dapat juga dilihat oleh sadapan aVF

3. Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat

bermuatan (+) dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah

berlawanan dengan arah listrik jantung -150o (arah kanan ekstrem).

Sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas belum cukup sempurna untuk mengamati

adanya kelainan di seluruh jantung. Sehingga akan dilengkapi dengan unipolar prekordial.

Gambar 2. unipolar ekstremitas

3

Page 4: 7 sap ekg

Gambar 3. unipolar ekstremitas

b) Unipolar prekordial

Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensi listrik dengan electrode eksplorasi

diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari

penggabungan ketiga elektrode ekstremitas. Sadapan ini memandang jantung secara

horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).

Untuk unipolar prekordial, sudut pandang jantung dapat diperluas ke daerah posterior

dan ventrikel kanan. Untuk posterior dapat ditambahkan V7, V8, dan V9, sedangkan untuk

ventrikel kanan dapat dilengkapi dengan V1R, V2R, V3R, V4R, V5R, V6R, V7R, V8R,

V9R.

Penempatan dilakukan berdasarkan urutan kbel-kabel yang terdapat pada mesin EKG

yang dimulai dari nomor V1-V6. Sekalipun mesin hanya menyediakan 6 elektrode

prekordial, namun untuk penambahan bagian-bagian pada V7-V9 dan V1R-V9R dapat

digunakan elektrode prekordial manapun sesuai keinginan, hanya nomor-nomornya diubah

4

Page 5: 7 sap ekg

secara manual pada kertas hasil rekaman dengan menggunakan bolpoin/tinta. Penentuan

letak disesuaikan pada urutan sebagai berikut.

Penempatan elektroda

Daerah kiri

V1: Ruang intercostal IV garis sternal kanan

V2: Ruang intercostal IV garis sternal kiri

V3: Pertengahan antara V2 dan V3

V4: Ruang interkostal V midclavikula kiri

V5: Sejajar V4 garis aksila depan

V6: Sejajar V4 garis mid aksila kiri

Bagian posterior

V7: Ruang interkostal V garis aksila posterior

kiri

V8: Ruang interkostal V garis skapula

posterior kiri

V9: Ruang interkostal V samping kiri tulang

belakang

Daerah kanan

V1R diletakkan seperti V1

V2R diletakkan seperti V2.

V3R: Antara V1-V4R

V4R:Ruang interkostal ke-5 garis

midklavikula kanan

V5R:Ruang interkostal ke-5 antara V4R-V5R

V6R: ICS ke-5 garis mid aksila kanan

5

Page 6: 7 sap ekg

Sebelum manambah bagian posterior (V7-V9) semua sadapan prekordial dari V1-V6

dilepas terlebih dulu dari dinding dada. Selanjutnya, untuk sadapan V7-V9 dapat digunakan

sadapan prekordial mana pun (elektrode prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).

Letak jantung di lihat dari sadapan

Menurut Sundana, 2008

Daerah jantung Sadapan

Inferior II, III, dan aVF

Anterior V3, V4

Septal V1, V2

Lateral I, aVL, V5, dan V6

Posterior V1-V4 resiprokal

Ventrikel kanan V3R-V6R

6

Page 7: 7 sap ekg

Kertas EKG

Gambar 4. kertas EKG

Ada 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04

detik x 0,04 detik. Yang kedua yaitu kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20

detik x 0,20 detik.

Normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili

25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal. Dengan standar voltase 1 mVolt, yang

artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau

10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan 0,1mVolt.

jadi,

1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt

7

Page 8: 7 sap ekg

5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar/sedang = 0,20 detik = 0,5 mVolt

10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar/sedang = 0,40 detik = 1 mVolt

25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar/sedang = 1 detik

15 kotak besar/sedang = 3 detik

30 kotak besar/sedang = 6 detik

Menghitung laju jantung

Gambar 5. perioda R-R

1. jarak R-R

1 kotak sedang : 300x/menit

2 kotak sedang : 150x/menit

3 kotak sedang : 100x/menit

4 kotak sedang : 75x/menit

5 kotak sedang : 60x/menit

6 kotak sedang : 50x/menit

2. hitung jumlah R-R dalam 6 kotak besar = 6 detik. Jumlah Rx10 = heart rate/ menit

3. 1500/jarak R-R (dalam mm) = heart rate/ menit

8

Page 9: 7 sap ekg

Cara Merekam EKG

Persiapan Pasien sebelum Prosedur EKG

Gambar 6. perekaman EKG

a. Persiapan pemasangan

1. Persiapan Pasien

a. Beri penjelasan mengenai tindakan dan tujuan tindakan

b. Atur posisi pasien terlentang,

c. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan gerakan selama pemeriksaan berlangsung

d. Pertahankan privasi pasien ( Anonim,2008 )

2. Persiapan alat dan bahan

Menurut Waluya, 2009 :

1. Persiapan alat :

a. Persiapkan alat EKG, misalnya EKG dari “Fukuda” model FJC-7110 yang

memiliki dua tombol untuk power, lengkap dengan kabel power, kabel pasien,

kabel ground, elektroda ekstermitas dan elektroda precordial serta kertas perekam

khusus atau termal paper.

b. Bengkok

2. Persiapan bahan:

a.Pasta/jelly elektroda

b. Alkohol 70 %

c.Kapas

9

Page 10: 7 sap ekg

b. Prosedur

1. Mempersiapkan alat EKG

2. Menghubungkan kabel power ke Saklar.

3. Menghubungkan kabel ground ke saluran ledeng atau ke tanah dengan kabel dibungkus

kasa lembab

4. Memastikan alat berfungsi dengan baik.

5. Mempersiapkan Pasien

6. Pasien dipersilahkan membuka baju atas dan kaos dalamnya serta berbaring di atas

tempat tidur, dan dianjurkan untuk tidak tegang (rileks) serta memberitahu prosedur

yang akan dilakukan.

7. Membersihkan tempat-tempat yang akan ditempel elektroda dengan kapas alkohol 70 %

pada bagian ventral kedua lengan bawah (dekat pergelangan tangan) dan bagian lateral

ventral kedua tungkai bawah ( dekat pergelangan kaki), serta dada. Jika perlu dada dan

pergelangan kaki dicukur.

8. Keempat elektroda ekteremitas diberi jelly.

9. Oleskan sedikit pasta elektroda pada tempat-tempat yang akan dipasangkan elektroda.

10. Pasang keempat elektroda ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki,

dengan ketentuan sbb:

Merah : lengan kanan (RA)

Kuning : lengan kiri (LA)

Hijau : Tungkai kiri (LF)

Hitam : tungkai kanan (RF)

11. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi untuk elektroda

12. Pasang elektroda prekordial (V1-V6) disesuaikan dengan kabel.

13. Tekan “On” untuk menghidupkan alat.

14. Atur posisi jarum penulis agar terletak ditengah lebar kertas, kemudian membuat

rekaman kalibrasi.

15. Membuat rekaman EKG dari ; Lead I, Lead II. Lead III, aVR, aVL, aVf, V1, V2, V3, V4,

V5, dan V6.

16. Rekaman setiap sadapan dibuat minimal 3 siklus.

10

Page 11: 7 sap ekg

17. Setelah selesai membuat rekaman tekan power “Off “, elektroda dilepas, sisa pasta

elektroda pada orang coba dibersihkan dan dipersilahkan mengenakan baju kembali.

18. Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempat seperti semula.

Hal-hal berikut ini harus diperhatikan untuk memastikan tidak adanya artefak dan teknik

perekaman yang jelek :

1. EKG sebaiknya direkam pada pasien yang berbaring di tempat tidur yang nyaman atau

pada meja yang cukup lebar untuk menyokong seluruh tubuh. Pasien harus istirahat total

untuk memastikan memperoleh gambar yang memuaskan. Hal ini paling baik dengan

menjelaskan tindakan terlebih dahulu kepada pasien yang takut untuk menghilangkan

ansietas. Gerakan atau kedutan otot oleh pasien dapat merubah rekaman.

2. Kontak yang baik harus terjadi antara kulit dan elektroda. Kontak yang jelek dapat

mengakibatkan rekaman suboptimal.

3. Alat elektrokardiografi harus distandarisasi dengan cermat sehingga 1 milivolt (mV) akan

menimbulkan defleksi 1 cm. Standarisasi yang salah akan menimbulkan kompleks

voltase yang tidak akurat, yang dapat menimbulkan kesalahan penilaian.

4. Pasien dan alat harus di arde dengan baik untuk menghindari gangguan arus bolak-balik.

5. Setiap peralatan elektronik yang kontak dengan pasien, misalnya pompa infus intravena

yang diatur secara elektrik dapat menimbulkan artefak pada EKG(anonim, 2008)

Gelombang EKG

gambar 7. hasil EKG normal

11

Page 12: 7 sap ekg

Gambar 8. hasil EKG di tiap lead

Menurut Sundana (2008) Gelombang PGelombang P merupakan gelombang awal hasil depolarisasi di kedua atrium. Normalnya kurang

dari 0,12 detik dan tingginya (amplitudo) tidak lebih dari 0,3 mV.

Gelombang P secara normal selalu defleksi positif (cembung ke atas) di semua sadapan dan

selalu defleksi negatif (cekung ke bawah) di sadapan aVR. Akan tetapi, kadang-kadang

ditemukan defleksi negatif di sadapan V1 dan hal ini merupakan sesuatu yang normal.

Kompleks QRS

Terdiri atas gelombangQ-R dengan / atau S. Gelombang QRS merupakan hasil depolarisasi

kedua ventrikel . Secara normal, lebar kompleks QRS adalah 0,06 detik-0,12 detik dengan

amplitudo yang bervariasi bergantung pada sadapan.

Cara penamaan kompleks QRS sebagai berikut:

1. Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke atas, hal ini dinamakan gelombang R, dan

selanjutnya turun hingga batas kiri isoelektris. Setelah melewati garis isoelektris,

gelombang tersebut turun yang dinamakan gelombang S. Setelah itu naik kembali hingga

batas isoelektris dan membentuk gelombang T.

2. Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke bawah, hal ini dinamakan gelombang Q,

lalu naik hingga batas garis isoelektris. Setelah melewati garis sioelektris, gelombang

teresbut naik dan dinamakan gelombang R. Setelah itu, R turun kembali hingga batas

isoelektris dan membentuk gelombang T.

Oleh karena kompleknya gelombang QRS ini, maka tidak harus selalu disertai gelombang Q

dan S.

12

Page 13: 7 sap ekg

Gambar 9. Beberapa contoh kompleks QRS (woods, froelicher Sivarajan, Motzer. Cardiac

Nursing. 4th Edition. Lippincot, philadelphia)

Gelombang Q

Gelombang ini merupakan gelombang defleksi negatif . Secara normal, lebarnya tidak lebih dari

0,04 detik dan dalamnya kurang dari 45% atau 1/3 tinggi gelombang R

Gelombang R

Merupakan gelombang defleksi positif di semua sadapan, kecuali aVR. Penampakannya di

sadapan V1 dan V2 kadang-kadang kecilatau tidak ada, tetapi masih normal.

Gelombang S

Gelombang ini merupakan gelombang defleksi negatif. Secara normal, gelombang S berangsur-

angsur menghilang pada sadapan V1-V6. gelombang ini sering terlihat lebih dalamdi sadapan V1

dan aVR, dan ini normal

Gelombang T

Gelombang T merupakan gelombang hasil repolarisasi di kedua ventrikel. Normalnya positif dan

terbalik di aVR.

Gelombang U

Gelombang U merupakan gelombang yang muncul setelah gelombang T dan sebelum

gelombang P berikutnya. Umumnya merupakan suatu kelainan hipokalemia

Interval PR

Interval PR adalah garis horizontal yang diukur dari awal gelombang P hingga awal komplek

QRS. Interval ini menggambarkan waktu yang diperlukan dari permulaan depolarisasi atrium

sampai awal depolarisasi ventrikel atau waktu yang diperlukan impuls listrik dari nodus SA

menuju serabut purkinye, dan normalnya 0,12-0,20 detik.

Interval QT

Interval QT merupakan garis horizontal yang diawali dari gelombang Q sampai akhir gelombang

T. Interval ini merupakan waktu yang diperlukan ventrikel dari awal terjadinya depolarisasi

sampai akhir polarisasi. Panjang interval QT bervariasi tergantung pada frekuensi jantung (Heart

13

Page 14: 7 sap ekg

rate). Perhitungan akuratdari QTc (QT correction)ini dapat dibantu dengan menggunakan alat

nomogram atau dengan formulasi berikut

QTc=QT/(jarakR-R)1/2

Batas normal interval QT pada laki-laki berkisar 0,42-0,44 detik, sedangkan pada wanita 0,43-

0,47.

Segmen ST

Segmen ST merupakan garis horizontal setelah akhir QRS sampai awal gelombang T. segmen ini

merupakan waktu depolarisasi ventrikel ynag masih berlangsung sampai dimulainya awal

repolarisasi ventrikel. Normalnya, sejajar garis isoelektris.

Segmen ST yang naik di atas isoelektris dinamakan elevasi yang turun di bawah isoelektris

dinamakan ST depresi. ST elevasi dapat menunjukkan dadanya suatu infark miokard dan ST

depresi menunjukkan adanya iskemik miokard.

Aksis jantung

Gambar 10. aksis jantung

Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan

horisontal. Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang horisontal

dengan melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung frontal berkisar -

30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110

s/d -180 derajat.

Cara menginterpretasikan ECG strip

a. Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak

14

Page 15: 7 sap ekg

b. Tentukan irama jantung ( “Rhytm”)

c. Tentukan frekwensi (“Heart rate”)

d. Tentukan sumbu jantung (“Axis”)

e. Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel)

f. Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark)

g. Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan keseimbangan

elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang terpasang pacu jantung)

1. Menentukan frekwensi jantung

Cara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara

yaitu :

a. 300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’

b. 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R – R’

c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik

tersebut kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12 detik, kalikan 5

2. Menentukan Irama Jantung

Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai

berikut :

a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak

b. Tentukan berapa frekwensi jantung (HR)

c. Tentukan gelombang P ada/tidak dan normal/tidak

d. Tentukan interval PR normal atau tidak

e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak

Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka

irmanya disebut dengan Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)

Kriteria Irama Sinus adalah :

a. Iramanya  teratur

b. frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit

c. Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T

d. Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)

e. PR interval normal (0,12-0,20 detik)

15

Page 16: 7 sap ekg

Menurut anonym (2008), kelainan jantung jika dilihat dari gelombang PQRST yaitu:

A. Irama atrial (non sinus) dapat mempunyai gelombang P di depan kompleks QRS, tapi sumbu

P abnormal (diluar quadrant 0 sampai + 90o).

B. Sumbu QRS, Sumbu T, Sudut QRS-T

1) Sumbu QRS

Tabel sumbu QRS normal

Umur Normal

1 minggu – 1 bulan

1 – 3 bulan

3 bulan – 3 tahun

> 3 tahun

Dewasa

+ 110o (+30o sampai + 180o)

+  70o (+10o sampai + 125o)

+  60o (+10o sampai + 110o)

+  60o (+20o sampai + 120o)

+  50o (–30o sampai + 105o)

Sumbu QRS yang tidak normal:

a. LAD dengan sumbu QRS lebih rendah dari batas normal terlihat pada LVH, LBBB

dan Left Anterior Hemiblock (atau sumbu QRS superior khas pada Atrio Ventricular

Septal Defect dan atresia trikuspid)

b. RAD dengan sumbu QRS lebih besar dari batas normal terlihat pada RVH dan RBBB

c. Sumbu QRS superior terjadi bila gelombang S di aVF lebih besar dari gelombang R,

termasuk disini

2) Sumbu T yang normal berada dalam batas 0 sampai +90o (gelombang T di I dan aVF

tegak). Sumbu T yang abnormal yakni diluar quadran 0 sampai +90o (gelombang T di I

dan aVF terbalik) biasanya menghasilkan sudut QRS-T yang lebar, tampak pada

repolarisasi miokard yang abnormal (miokarditis dan iskemia miokard), hipertrofi

ventrikel dengan strain atau RBBB.

3) Sudut QRS-T adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu QRS dan sumbu T, nilai normal

kurang dari 60o (kecuali pada neonatus yang kemungkinan lebih dari 60o). Sudut QRS-T

lebih dari 90o dipastikan abnormal, misalnya pada hipertrofi ventrikel dengan strain,

16

Page 17: 7 sap ekg

gangguan antaran ventrikular, dan disfungsi miokard akibat gangguan metabolik atau

iskemia.

C. Interval dan Durasi

1. Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS. Semakin tua usia dan

semakin lambat denyut jantung, interval PR semakin panjang. Interval PR yang panjang

(AV blok derajat 1) terlihat pada: disfungsi miokard, miokarditis, penyakit jantung

tertentu (Atrial Septal Defect primum, AtrioVentricular Septal Defect, anomali Ebstein),

intoksikasi digitalis, hiperkalemia, tetapi bisa pada jantung yang normal. Interval PR

yang pendek terjadi pada preeksitasi (sindroma Wolff Parkinson White – WPW),

sindroma Lown Ganong Levine dan glycogen storage disease. Interval PR yang

berubah-ubah tampak pada wandering atrial pacemaker, dan Wenkebach (Mobitz tipe

I) AV blok derajat 2.

2. Interval QT yang panjang tampak pada hipokalsemia, miokarditis, peyakit miokard yang

difus, sindroma Long QT, dan trauma kepala. Pemakaian obat anti aritmia golongan I-A,

I-C dan III, antipsikotik phenothiazin, antidepresan trisiklik, antibiotik, antihistamin,

arsenik dan organofosfat juga dapat memperpanjang interval QT. Interval QT yang

pendek terlihat sebagai efek digitalis dan hipercalcemia.

3. Durasi QRS adalah waktu depolarisasi ventrikel, diukur dari awal gelombang Q (atau R

bila Q tidak ada) sampai akhir gelombang S. QRS yang memanjang khas untuk

gangguan antaran ventrikel, misalnya pada bundle branch block (BBB), preeksitasi

(sindroma WPW) dan blok intraventrikuler, atau hipertrofi ventrikel.

Tabel Durasi QRS rerata (batas atas) sesuai usia.

0–1

bulan

1-6 bulan6 bln – 1

th

1 – 3 th 3-8 th 8-12 th 12-16 th Dewasa

Detik

0.05

(0.07)

0.05

(0.07)

0.05

(0.07)

0.06

(0.07)

0.07

(0.08)

0.07

(0.09)

0.07

(0.10)

0.08

(0.10)

D.  Durasi dan amplitudo gelombang P

Gelombang P yang tinggi mengindikasikan hipertrofi atrium kanan (RAH), sedangkan

gelombang P yang durasinya panjang mengindikasikan hipertrofi atrium kiri (LAH).

17

Page 18: 7 sap ekg

Kalau gelombang P meruncing keatas (peaked P wave) – jadi kesamping mungkin normal

(1-3 kotak kecil) dan keatas (lebih dari 3 kotak kecil) berarti ada gangguan yang

kemungkinan disebabkan oleh :

a. COPD (Chronic Obstruction Pulmonary Diseases) – Astma bronkhiale, Emphysema

atau Bronchitis kronik

b. Kelainan katup jantung kiri (mitral) atau kanan (trikuspid) seperti MS (mitral stenosis)

atau MI (Mitral insufisiensi)

c. Atrial Hipertropi juga bisa; contoh (di lead II), dapat membentuk huruf seperti v

(notchead P wave) seperti pada Left Atrial Hipertropi( anonim, 2007).

Kalau gelombang P melebar kesamping (lebih dari 3 kotak kecil) keatas bisa normal atau

lebih dari 3 biasanya akibat : Sino atrial block/gangguan hantaran jantung

Kalau gelombang P negatif (kebawah) pada lead II biasanya disebabkan adanya pacemaker

(pasien menggunakan alat pacu jantung) atau ectopic focus (adanya impuls diluar dari SA

node) (anonim,2007).

Kalau gelombang P hilang /tidak ada : dapat terjadi pada VF (Ventrikel Fibrilasi) atau VT –

(Ventrikel Tacycardia)jadi tidak ada impuls SA node dari atrium, ventrikel cuma bergetar-

getar saja (sangat berbahaya, mengancam jiwa dan siapkan DC shock – 200 – 360 joules),

dan CPR – kalau gagal bisa asystole atau flat atau KO IT (+).

Contoh gambaran pada hiperkalemia gelombang P bisa juga hilang atau kecil dan juga pada

Atrial Fibrilasi ( anonim, 2007) .

E. Amplitudo QRS, rasio R/S dan gelombang Q yang abnormal

a. Amplitudo QRS

1. Amplitudo QRS yang tinggi terlihat pada hipertrofi ventrikel dan gangguan hantaran

ventrikel (misal sindroma WPW)

2. Amplitudo QRS yang rendah terlihat pada perikarditis, miokarditis, hipotiroid dan

neonatus yang normal.

b. Rasio R/S

1) Pada bayi dan anak yang normal, rasio R/S pada sadapan prekordial kanan besar

karena gelombang R yang tinggi, sedangkan pada sadapan prekordial kiri kecil karena

18

Page 19: 7 sap ekg

gelombang S yang dalam. Rasio R/S yang abnormal terlihat pada hipertrofi ventrikel

dan gangguan hantaran ventrikel.

c. gelombang Q yang abnormal

a) Gelombang Q yang dalam di sadapan prekordial kiri terlihat pada hipertrofi ventrikel

akibat kelebihan beban volum.

b) Gelombang Q yang dalam dan lebar terlihat pada infark miokard dan fibrosis

miokard.

c) Adanya gelombang Q di V1 terlihat pada RVH berat, inversi ventrikel, single

ventrikel, dan kadang-kadang juga pada neonatus.

d) Gelombang Q yang tak terlihat pada V6 terjadi pada inversi ventrikel.

F. Segmen ST dan gelombang T.

1. Depresi segmen ST terjadi pada perikarditis, iskemia atau infark miokard, hipertrofi

ventrikel yang berat dengan strain, dan efek digitalis. Umumnya depresi segmen ST

disertai gelombang T yang terbalik.

2. Gelombang T yang tinggi terlihat pada hiperkalemia, LVH akibat kelebihan volum, dan

cerebrovascular accident. Gelombang T yang datar atau rendah terlihat pada neonatus

yang normal, atau pada hipotiroid, hipokalemia, efek digitalis, perikarditis, miokarditis,

iskemia miokard, hiperglikemia atau hipoglikemia.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Disitasi dari : Elektrokardiografi.http://image.google.co.id/image/hl-id. Pada

tanggal 10-3-2010 jam 20:07

19

Page 20: 7 sap ekg

Anonim. 2007. EKG. Disitasi dari : http://www.alpensteel.com/tools/wikipedia-indonesia.html.

Pada tanggal 10-3-2010 jam 20:26

Anonim, 2007. Belajar Mudah Membaca EKG Untuk Perawat (2) - patologi gelombang P,

kompleks QRS, dan gelombang T . Disitasi dari

http://nurse-stock.blogspot.com/2007/08/belajar-mudah-membaca-ekg-untuk-perawat.html

Pada tanggal 19 Mei pukul 11.15

Anonim. 2008. ECG(ElektroCardioGram). Disitasi dari:

http:pdfcontac.com/ebook/cara_penggunaan_EKG.html pada tanggal 21 Mei pukul 15.00

Anonim, 2008. Elektrokardiogram. Disitasi dari http://elhafiz.sangpujangga.com/archives/249.

Pada tanggal 19 Mei pukul 11.00

Anonim. 2010. EKG. Disitasi dari: http://www. Biomedical Engineering/ EKG.html. Pada

tanggal 20 Mei 2010 pukul 14.00

Sundana, K. 2008. Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat. EGC : Jakarta.

Waluya .2009. Disitasi dari : Pemeriksaan Elektrokardiogram.http://www.pjnhk.go.id. Pada

tanggal 10-3-2010 jam 20:15

20