7. Protein
-
Upload
fikri-muhammad -
Category
Documents
-
view
95 -
download
5
description
Transcript of 7. Protein
KIMIA PANGAN 2012
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung
unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang
dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti
besi dan tembaga. Sebagai alat pembangun protein merupakan
bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi
dalam tubuh (Winarno, 2004).
Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang
tersusun oleh mata rantai asam-asam amino. Asam amino
aladalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil
(-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang salah
satunya terlebih pada atom C tepat disebelah gugus karboksil
(atom C alfa). Asam-asam amino yang beerbeda-beda (ada 20
jenis asam amino dalam protein alamiah) bersambung melalui
ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil satu asam
amino dengan gugus amino yang disampingnya (Maryati, 2003).
Protein adalah senyawa organik kompleks yang
mengandung asam amino yang terikat satu sama lain. Molekul
ikatan peptida-peptida mengandung atom karbon, oksigen dan
nitrogen sulfur. Protein merupakan komponen-komponen banyak
terdapat pada makanan, pada tanaman dan hewan sebagai
penyusun sel. Protein yang berasal dari bahasa yunani berarti
“pertama” atau primer sebab perannya yang sangat penting
dalam kehidupan (Kusnandar, 2010).
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada
jumlah dan jenis asam aminonya. Berat molekul yang sangat
besar, menyebabkan bila dilarutkan dalam air akan membentuk
dispersi koloidal. Protein ada yang larut dalam air, namun ada
PROTEIN 159
KIMIA PANGAN 2012
pula yang tidak larut d alam pelarut lemak seperti etil eter dan
petroleum eter. Kelarutan merupakan salah satu sifat fungsional
protein yang sangat berperan didalam aplikasi makanan namun
dalam aplikasi pakan belum banyak penelitiannya. Sifat-sifat
fungsional protein yang sangat dipengaruhi oleh sumber-sumber
atau asal protein, komposisidan struktur protein serta perlakuan-
perlakuan selama pengolahan. Kelarutan protein dipengaruhi
oleh ukuran molekul-molekul protein dimana semakin besar
ukurannya semakin sulit larut sehingga mempengaruhi proses
pemanasan (Qomariyah, 2004).
PROTEIN 160
KIMIA PANGAN 2012
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum kimia pangan materi protein adalah
untuk mempelajari faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi
kerusakan protein pada bahan pangan.
Tujuan dari praktikum kimia pangan materi protein adalah
untuk mengetahui pengaruh fisika dan kimia terhadap protein
seperti denaturasi, koagulasi, prespitasi dan salting out.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Pangan dengan materi protein
dilaksanakan pada hari kamis, 04 Oktober 2012 pada pukul
08:00-13:00 WIB bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil
Perikanan Gedung C Lantai 1 Fakultas Perikan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya, Malang.
PROTEIN 161
KIMIA PANGAN 2012
2. METODOLOGI
2.1 Alat dan FungsiAlat yang digunakan pada praktikum Kimia Pangan materi
protein adalah :
Beaker Glass 600 ml : sebagai tempat asam asetat 70% dan
untuk tempat susu yang akan dicuci.
Beaker Glass 100 ml : sebagai tempat larutan MgSO4 jenuh.
Waterbath : untuk memanaskan putih telur pada
suhu 600C, 800C dan 1000C.
Pipet tetes : untuk mengambil asam asetat 70%.
Spatulla : untuk mengaduk susu dan putih telur
yang diberi MgSO4 jenuh atau asam asetat 70% dan untuk
menghomogenkan larutan.
Rak Tabung Reaksi : sebagai wadah tabung reaksi.
Tabung Reaksi : untuk tempat putih telur yang diberi
asam asetat atau dipanaskan pada suhu 600C, 800C dan 1000C.
Penjepit Kayu : untuk mengambil tabung reksi setelah
dipanaskan.
Gelas Ukur : untuk mengambil susu 25 ml dan
MgSO4 jenuh 20 ml.
Pipet volume : untuk mengambil asam asetat 70%.
Termometer : untuk mengukur suhu pada waterbath
pada saat pemanasan.
Bola Hisap : untuk membantu mengambil
larutan MgSO4 jenuh dan asam asetat 70%.
Nampan : untuk tempat alat-alat yang digunakan.
Stopwatch : unyuk menghitung waktu.
2.2 Bahan dan FungsiBahan yang digunakan pada praktikum Kimia Pangan
materi protein adalah :
PROTEIN 162
KIMIA PANGAN 2012
Susu 25 ml : sebagai sampel uji protein.
Putih telur +/- 5 ml : sebagai sampel uji protein.
MgSO4 jenuh 20 ml : sebagai reagen koagulasi protein (sifat
asam).
Asam asetat 70% : sebagai reagen koagulasi protein (sifat
basa).
Air : untuk media pemanas pada waterbath.
Kertas Label : untuk menandai tiap tabung reaksi
dengan beaker glass.
2.3 Skema KerjaPERCOBAAN 1
PROTEIN 163
Ditambah asam asetat pH 4,9-4,7 (45 tetes)
Ditambah 20 ml MgSO4
Jenuh
Diaduk
Diamati
25 ml susu
Putih telur +/- 5 ml
Dimasukkan 4 tabung reaksi
Diamati tiap 3 menit selama 15 menit
Ditambah asam asetat
Dipanaskan suhu 1000C
Dipanaskan suhu 800C
Dipanaskan suhu 600C
Hasil
Diamati perubahannya
KIMIA PANGAN 2012
Gambar 15. Skema Kerja Protein (Percobaan 1)
PERCOBAAN 2
Gambar 16. Skema Kerja Protein (Percobaan 2)
3. HASIL PENGAMATAN
3.1 Data Hasil Pengamatan Uji Protein Pada Susu
No
PerlakuaanHasil Pengamatan
Sebelum Sesudah1 Susu ditambah 25 ml
MgSO4 Jenuh Bewarna putih keruh dan encer
Susu mengendap
dibagian bawah
tabung reaksi2 Susu Ditaambah 70%
Asam Asetat (45 Tetes)
Bewarna putih keruh dan encer
Susu menggumpal
bewarna putih
Tabel 21. Uji Protein Pada Susu
PROTEIN 164
Hasil
KIMIA PANGAN 2012
3.2 Data Hasil Pengamatan Putih Telur yang DipanaskanPerlakua
nWaktu (menit)
3 6 9 12 15Suhu 600
C
Bau
Warna
Kekentala
n
Agak amis
Kuning
Sudah
mulai
mengental
Agak amis
Sedikit
kuning
Agak
kental ada
gelembun
g
Amis
Agak
kuning
Agak
kental
ada
sedikit
gelembu
ng
Lebih
amis
Putih
keruh
Kental
ada
sedikit
gelembu
ng
Lebih amis
Putih
keruh
Kental
sudah
mulai
memadat
Suhu 800
C
Bau
Warna
Kekental
an
Amis
Putih
keruh
Menggum
pal
Amis
Putih
keruh
Menggum
pal
Amis
Putih
keruh
Menjadi
gumpala
Amis
sekali
Putih
keruh
Menjadi
Amis
sekali
Putih
keruh
Menggum
PROTEIN 165
KIMIA PANGAN 2012
n padat gumpala
n
pal
Suhu
1000 C
Bau
Warna
Kekental
an
Amis
Putih
keruh
Menggum
pal ada
gelembun
g
Amis
Putih
keruh
Semakin
padat ada
gelembun
g
Amis
sekali
Putih
keruh
Semakin
padat
ada
gelembu
ng
Amis
sekali
Putih
keruh
Semakin
padat
ada
gelembu
ng
Amis
sekali
Putih
keruh
Padat ada
gelembun
g
Tabel 22. Pengamatan Putih Telur yang Dipanaskan
4. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
Dalam praktikum kimia pangan materi protein , hal
pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang
digunakan antara lain Beaker Glass 600 ml, Beaker Glass 100 ml,
Waterbath, Pipet tetes, Spatulla, Rak Tabung Reaksi, Tabung
Reaksi, Penjepit Kayu, Gelas Ukur, Pipet volume, Termometer,
Bola Hisap, Nampan, Stopwatch. Bahan yang digunakan
antara lain Susu 25 ml, Putih telur +/- 5 ml, MgSO4 jenuh 20 ml,
Asam asetat, Air, Kertas Label.
Pada percobaan 1 yaitu menggunakan sampel susu murni
cair. Langkah pertama yaitu susu diukur sebanyak 25 ml dengan
menggunakan gelas ukur. Kemudian dimasukkan kedalam 2
buah beaker glass, untuk beaker glass 1 ditambah 2 ml MgSO4
jenuh sebagai reagen koagulasi protein. Selanjutnya pada beaker
glass 2 ditambahkan asam asetat sampai pH 4,9-4,7 sebanyak
PROTEIN 166
KIMIA PANGAN 2012
45 tetes dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan asam asetat sebagai reagen dalam koagulasi
protein. Pengambilan larutan MgSO4 jenuh dan asam asetat
menggunakan gelas ukur dan pipet volume dengan bantuan bola
hisap. Kemudian kedua beaker glass yang telah diisi masing-
masing reagen (MgSO4 jenuh dan asam asetat) diaduk dengan
spatulla agar homogen. Lalu diamati perubahan yang terjadi.
Dicatat hasilnya.
Pada percobaan 2 menggunakan sampel putih telur +/- 5
ml. Langkah pertama yaitu putih telur +/- 5 ml dimasukkan ke
dalam 4 buah tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi berisi
5 ml putih telur. Pada tabung reaksi 1, ditambahkan asam asetat
sebanyak 1 ml bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya
sebagai reagen dalam koagulasi protein. Pada tabung reaksi 2, 3
dan 4 dipanaskan dalam waterbath pada suhu 600C, 800C dan
1000C. Pengambilan asam asetat menggunakan pipet volume
sebanyak 1 ml dengan bantuan bola hisap. Selanjutnya untuk
tabung reaksi 1 diamati perubahan yang terjadi. Sedangkan
untuk tabung reaksi 2, 3 dan 4 diamati perubahan yang terjadi
setiap 3 menit selama 15 menit. Dicatat hasinya.
Pada hidrolisis danging ikan dapat dihambat oleh produk
hidrolisis kondisi optimal kerja enzim, jumlah senyawa peptida
dan asam amino sebagai hasil pemecahan protein oleh enzim
menjadi semakin besar. Karena derajat hidrolisis diukur dari
perbandingan α-amino nitrogen dengan total nitrogen (AN/TN)
maka dengan semakin tinggi tingkat pemecahan protein menjadi
senyawa berantai pendek termasuk senyawa α-amino nitrogen,
derajat hidrolisisnya menjadi semakin tinggi. Jenis enzim akan
sangat berpengaruh pada besarnya perbandingan antara α-
amino nitrogen dengan nitrogen terlarut dalam filtrat (Aryani,
etal., 2003).
PROTEIN 167
KIMIA PANGAN 2012
4.2 Analisa Hasil
Dari hasil praktikum kimia pangan materi protein diperoleh
hasil pada percobaan 1, yaitu pada sampel susu sebelum
ditambah MgSO4 jenuh 25 ml adalah tekstur encer, warna putih
keruh dan baunya spesifik susu. Dan sesudah ditambah MgSO4
jenuh 25 ml diperoleh hasil yaitu tekstur susu ada mengendap
dibagian bawah tabung reaksi , warna putih keruh dan bau
spesifik bau susu agak hilang. Pada sampel susu sebelum
ditambah asam asetat pH 4,9-4,7 sebanyak 45 tetes diperoleh
hasil yaitu terjadi perubahan menjadi tekstur susu menggumpal,
warna putih, baunya menyengat asam.
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa
pasa sampel susu ditambah MgSO4 jenuh 25 ml terjadi persipitasi
sedangkan susu ditambah asam asetat pH 4,9-4,7 sebanyak 45
tetes terjadi koagulasi protein.
Pada percobaan 2, yaitu diperoleh hasil pengamatan pada
sampel putih telur pada perlakuan pemanasan suhu 600C pada
waktu 3 menit yaitu baunya amis, bewarna kuning, dan
kekentalannya sudah mulai mengental. Pada menit ke 6 yaitu
baunya agak amis, warnanya sedikit kuning dan kekentalannya
agak kental ada gelembung. Pada menit ke 9 yaitu baunya amis,
warnanya putih keruh, dan kekentalannya agak kental ada
sedikit gelembung. Pada menit ke 12 yaitu baunya lebih amis ,
warnanya putih keruh dan kekentalannya itu kental ada sedikit
gelembung. Pada menit ke 15 yaitu baunya lebih amis, warnanya
putih keruh dan kekentalannya itu kental sudah mulai memadat.
Pada perlakuan pemanasan suhu 800C diperoleh hasil pada
waktu 3 menit yaitu baunya amis, bewarna putih keruh, dan
kekentalannya menggumpal. Pada menit ke 6 yaitu baunya amis,
warnanya putih keruh dan kekentalannya menggumpal. Pada
menit ke 9 yaitu baunya amis, warnanya putih keruh, dan
kekentalannya menjadi gumpalan padat. Pada menit ke 12 yaitu
PROTEIN 168
KIMIA PANGAN 2012
baunya lebih amis , warnanya putih keruh dan kekentalannya
menggumpal. Pada menit ke 15 yaitu baunya lebih amis,
warnanya putih keruh dan kekentalannya menggumpal.
Pada perlakuan pemanasan suhu 1000C diperoleh hasil
pada waktu 3 menit yaitu baunya amis, bewarna putih keruh,
dan kekentalannya menggumpal ada gelembung. Pada menit ke
6 yaitu baunya amis, warnanya putih keruh dan kekentalannya
semakin padat ada gelembung. Pada menit ke 9 yaitu baunya
lebih amis, warnanya putih keruh, dan kekentalannya semakin
padat ada gelembung. Pada menit ke 12 yaitu baunya lebih amis
, warnanya putih keruh dan kekentalannya semakin padat ada
gelembung. Pada menit ke 15 yaitu baunya lebih amis, warnanya
putih keruh dan kekentalannya padat ada gelembung.
Pada penambahan asam asetat pada putih telur diperoleh
hasil yaitu baunya agak amis, warnanya putih keruh dan
kekentalannya agak kental ada gelembung.
Proses pembekuan akan menyebabkan protein
terkoagulasi, dan sebagian protein mengalami denaturasi. Proses
koagulasi ini akan menyebankan renggangnya ikatan antara air
dengan gluten dan rejadi penggumpalan molekul air (Sugito dan
Hayati, 2006).
Menurut Winarno (2004), bila unit ikatan terbentuk cukup
banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu
koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi.
Protein adalah sebagai salah satu komponen penyusun
bahan pangan menpunyai peranan yang sangat besar dalam
menentukan mutu produk pangan. Protein mampu berinteraksi
dengan senyawa-senyawa lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga berpengaruh dalam aplikasi proses dan
penerimaan produk. Sifat-sifat inilah yang disebut dengan sifat
fungsional protein, seperti water biding, kekentalan, viskositas,
PROTEIN 169
KIMIA PANGAN 2012
pembentukan gel, flavor biding dan aktivitas permukaan
(Subagio, et al., 2004).
4.3 Klasifikasi Protein
Menurut Winarno (2004), protein dapat digolongkan
menurut struktur molekulnya, kelarutannya, adanya senyawa
lain dalam molekul, tingkat degradasi dan fungsinya.
1. Struktur susunan molekul
a. Protein fibriler / skeleroprotein : Protein fibriler f
skeleroprotein adalah protein yang berbentuk serabut. Protein
ini tidak larut dalam pelarut - pelarut enoer, baik larutan
garam, asam, basa, maupun alkohol. Berat molekulnya yang
besar belum dapat ditentukan dengan pasti dan sukar
dimurnikan. Susunan molekulnya terdiri dari rantai molekul
yang panjang dan sejajar dengan rantai utama, tidak
membentuk kristal, dan bila rantai ditarik memanjang dapat
kembali pada keadaan semula. Contoh protein fibriler adalah
kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot,
keratin pada rambut, fibrin pada gumpalan darah.
b. Protein globuler / steroprotein : Protein globuler /
steroprotein yaitu protein yang berbentuk bola. Protein ini
banyak terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur, dan
daqing. Protein ini larut pada larutan garam dan asam encer,
juga lebih mudah berubah di bawah pengaruh suhu,
konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan
protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan
molekulnya berubah yang diikuti dengan perubahan sifat fisik
dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormon.
2. Kelarutan
Menurut kelarutannya, protein goluber dibagi dalam
beberapa grup, yaitu albumin, globulin, histon, dan protamin.
PROTEIN 170
KIMIA PANGAN 2012
a. Albumin, larut dalam air dan terkoagulasi dalam panas, larut
dalam larutan garam eneer, dan
mengendap dalam lar-utan gar-am konsentrasi tinggi (salting
out).
b. Glutelin, tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam
asam / basa encer.
c. Prolamin f Gliadin, larut dalam alkohol 70 - 80% dan tidak
larut dalam air maupun alkohol absolut.
d. Histon, larut dalam air dan tidak larut dalam amino encer.
Histon dapat mengendap dalam pelarut protein lainnya.
Histon yang terkoagulasi karena pemanasan dapat larut laqi
dalam larutan asam encer.
e. Protamin, protein paling sederhana dibandingkan protein-
protein lain, tetapi lebih kompleks daripada pepton dan
peptida. Protein ini larut dalam air dan tidak terkoagulasi oleh
panas. Larutan protamin encer dapat mengendapkan protein
lain, bersifat basa kuat dan dengan asam kuat membentuk
qaram kuat.
3. Protein Konjugasi
Ada bermacam-macam protein konyugasi, yang
perbedaannya terletak gada senyawa non protein yang
bergabung dengan molekul proteinnya.
4. Tingkat Degradasi
Protein dapat dibedakan menurut tingkat
degradasinya.degaradasi biasanya merupakan tingkat
permulaan dar denaturasi.
Klasifikasi protein pada biokimia didasarkan atas fungsi
biologinya menurut Azza (2009) :
1. Enzim
PROTEIN 171
KIMIA PANGAN 2012
Merupakan golongan protein yang terbesar dan paling
penting. Kira-kira seribu macam enzim telah diketahui, yang
masing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia
dalam jasad hidup. pada jasad hidup yang berbeda terdapat
macam jenis enzim yang berbeda pula. Molekul enzim
biasanya berbentuk bulat (globular), sebagian terdiri atas satu
rantai polipeptida dan sebagian lain terdiri lebih dari satu
polipeptida. Contoh enzim: ribonuklease, suatu enzim yang
mengkatalisa hidrolisa RNA (asam poliribonukleat); sitokrom,
berperan dalam proses pemindahan electron; tripsin;
katalisator pemutus ikatan peptida tertentu dalam
polipeptida.
1. Protein Pembangun
Protein pembangun berfungsi sebagai unsure pembentuk
structur. Beberapa contoh misalnya: protein pembukus virus,
merupakan selubung pada kromosom; glikoprotein,
merupakan penunjang struktur dinding sel; struktur
membrane, merupakan protein komponen membrane sel; a-
Keratin, terdapat dalam kulit, bulu ayam, dan kuku; sklerotin,
terdapat dalam rangka luar insekta; fibroin, terdapat dalam
kokon ulat sutra; kolagen, merupakan serabut dalam jaringan
penyambung; elastin, terdapat pada jaringan penyambung
yang elastis (ikat sendi); mukroprotein, terdapat dalam
sekresi mukosa (lendir).
2. Protein Kontraktil
Protein kontraktil merupakan golongan protein yang berperan
dalam proses gerak. Sebaqai eontoh misalnya; miosin,
merupakan unsure filamen tak bergerak dalam myofibril;
dined, terdapat dalam rambut getar dan flagel (bulu cambuk).
1. Protein Pengangkut
Protein pengangkut mempunyai kemampuan mengikat
molekul tertentu dan melakukan pengangkutan berbagai
PROTEIN 172
KIMIA PANGAN 2012
macam zat melalui aliran darah. Sebagai contoh misalnya:
hemoglobin, terdiri atas gugus senyawa heme yang
mengandung besi terikat pada protein globin, berfungsi
sebagai alat pengangkut oksigen dalam darah vertebrata;
hemosianin, befungsi sebagai alat pengangkut oksigen dalam
darah beberapa maeam invertebrate; mioglobin, sebagai alat
pengangkut oksigen dalam jaringan otot; serum albumin,
sebagai alat pengangkut asam lemak dalam darah; a-
lipoprotein, sebagai alat pengangkut lipid dalam darah;
seruloplasmin, sebagai alat pengangkut ion tembaga dalam
darah.
2. Protein Hormon
Seperti enzim, hormon juga termasuk protein yang aktif.
Sebagai contoh misalnya: insulin, berfungsi mengatur
metabolisme glukosa, hormone adrenokortikotrop, ber-peran
pengatur sintesis kortikosteroid; hormone pertumbuhan,
berperan menstimulasi pertumbuhan tulang.
1. Protein Bersifat Raeun
Beberapa protein yang bersifat racun terhadap hewan kelas
tinggi yaitu misalnya: racun dari Clostridium botulimum,
menyebabkan keracunan bahan makanan; racun ular, suatu
protein enzim yang dapat menyebabkan terhidrolisisnya
fosfogliserida yang terdapat dalam membrane sel; risin,
protein racun dari beras.
2. Protein Pelindung
Golongan protein pelindung umumnya terdapat dalam darah
vertebrata. Sebagai contoh misalnya: antibody merupakan
protein yang hanya dibentuk jika ada antigen dan dengan
antigen yang merupakan protein asing, dapat membentuk
senyawa kompleks; fibrinogen, merupakan sumber
PROTEIN 173
KIMIA PANGAN 2012
pembentuk fibrin dalam proses pembekuan darah; trombin,
merupakan komponen dalam mekanisme pembekuan darah.
3. Protein Cadangan
Protein cadangan disimpan untuk berbagai proses
metabolisme dalam tubuh. Sebagai eontoh misalnya:
ovalbvmin, merupakan protein yangterdapat dalam putih
telur; kasein, merupakan protein dalam biji jagung.
4.4 Macam-macam Kerusakan Protein
Menurut Winarno (2004), denaturasi diartikan suatu
proses terpecahnya ikatan Hidrogen, interaksi hidrofobik,
ikatan garam, dan terbukanya lipatan atau win molekul. Ada
dua macam denaturasi, yaitu pengembangan rantai peptida
dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa
disertai pengembangan molekul ikatan. Ikatan yang
dipengaruhi oleh proses denaturasi adalah :
a. Ikatan Hidrogen
b. Ikatan hidrofobik
c. Ikatan ionik
d. Ikatan intramolekuler.
Persipitasi adalah suatu metode menggunakan
penambahan reagen atau mengubah kondisi lingkungan yang
menyebabkan protein meninggalkan larutan dan membentuk
partikel tidak larut dalam bentuk endapan (Rochima, 2008).
Menurut Winarno (2004), salting out merupakan proses
dimana dalam suatu larutan protein yang ditambahkan garam,
daya larut protein berkurang akibatnya protein akan terpisah
sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut
salting out. Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu
molekul protein berubah, maka protein dikatakan
terdenaturasi.
PROTEIN 174
KIMIA PANGAN 2012
Menurut Oktavia (2007),Denaturasi protein adalah
modifikasi konformasi struktur, tersier dan kuartener.
Denaturasi merupakan fenomena di mana terbentuk
konformasi baru dari struktur yang telah ada. Denaturasi
protein mengakibatkan turunnya kelarutan, hilangnya aktivitas
biologi, peningkatan viskositas dan protein mudah diserang
oleh enzim proteolitik.
4.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan
Protein
Penurunan ATP akan meningkatkan kerusakan struktur
protein. Perubahan muatan ionik dapat menyebabkan
perubahan struktur ruang protein yang berbeda dengan
keadaan alami (Purnomo et a1., 2001).
Menurut Damodaran dan Paraf (1997), faktor-faktor
yang mempengaruhi kerusakan protein adalah :
1. Panas merupakan agen fisik umum yang dapat
mendenaturasikan protein
2. pH (derajat keasaman) : Dalam larutan encer,
denaturasi yang dipengaruhi oleh pH dan suhu sangat dekat
hubungannya dengan proses denaturasi yang jarang halnya
yang dapat digunakan dengan panas saja.
3. Ion Logam :Kedua pH dan kekuatan ion suatu larutan
menentukan beban sepenuhnya molekul protein dan
kerentana mereka terhadap denaturasi panas
4. Gula dan Polyols :Gula dan polyols dapat
menunjukkan pengaruh stabilitas panas pada protein
makanan.
5. Sifat Protein :Penambahan bahan kimia seperti Urea,
Guadinin, Klorida dan detergen tidak bermuatan ion dapat
mengubah struktur dan mempengaruhi jalannya panas.
PROTEIN 175
KIMIA PANGAN 2012
Proses pembekuan akan menyebabkan protein
terkoagulasi, dan sebagian protein mengalami denaturasi.
Proses koagulasi ini akan menyebabkan renggangnya ikatan
antara air dengan gluten dan terjadi penggumpalan molekul
air (Sugito dan Hayati, 2006).
4.6 Pemutusan Ikatan Peptida
Beberapa asam amino, biasanya lebih dari 100 buah,
dapat mengadakan ikatan peptida dan membentuk rantai
polipeptida yang tidak bereabang. Rantai polipeptida
mempunyai arah karena mempunyai 2 residu uJung yang
berbeda yaitu gugus amino ujung dan gugus karboksil ujung.
Ujung amino diambil sebagai ujung awal dari rantai
polipeptida, karena itu dalam tripeptida seperti alanin, glisin,
triptofan, alanin, merupakan ujung amin dan triptofan
merupakan ujunq karboksil. Pada beberapa protein terdapat
rantai cabang yang mengadakan ikatan selang yang disebut
ikatan disulfida. Adanya ikatan disulfida diakibatkan terjadinya
oksidasi dari dua residu. Sistein menghasilkan suatu senyawa
baru sistin. Dipeptidamasih mempunyai gugus amino dan
gugus karboksil bebas sehingga dapat bereaksi dengan
dipeptida. Dipeptida lain membentuk polipetida dan akhirnya
membentuk molekul protein (Winarno, 2004).
Menurut Almatsier (2003), protein adalah molekul makro
yang mempunyai karat melekul anatara 500 hingga beberapa
juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino
yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida.
Menurut Gaman dan Sherrington (1997), satu molekul
protein mengandung 500 asam amino, tergabung bersama
dengan ikatan peptida terbentuk jika gugus amino (NH2) dari
suatu asam amino bereaksi dengan gugus asam (COOH) dar-i
asam amino berikutnya. Dalam pembentukan ikatan peptida,
PROTEIN 176
KIMIA PANGAN 2012
dibebaskan satu molekul air. Tipe reaksi ini adlah salah satu
eontoh dari polimerasi kondensasi.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kimia pangan materi protein diperoleh
kesimpulan:
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung
unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat.
Susunan struktur protein meliputi fibriel sepetri serabut dan
strobulel (globuler) yang berbentuk bola.
Berdasarkan kelarutan protein dibagi pada protein albumin,
globulin, glutelin, prolamin, histon, protamin.
Macam-macam kerusakan protein antara lain denaturasi,
koagulasi, autolisis, salting out, perombakan dan pelarutan.
Susu yang ditambahkan MgSO4 jenuh dapat rusak karena
MgSO4 jenuh termasuk garam yang dapat mengakibatkan
salting out yaitu mengendapnya protein dalam larutan garam
karena konsentrasi tinggi.
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa pasa
sampel susu ditambah MgSO4 jenuh 25 ml terjadi persipitasi
PROTEIN 177
KIMIA PANGAN 2012
sedangkan susu ditambah asam asetat pH 4,9-4,7 sebanyak
45 tetes terjadi koagulasi protein.
Pada penambahan asam asetat pada putih telur diperoleh
hasil yaitu baunya agak amis, warnanya putih keruh dan
kekentalannya agak kental ada gelembung.
Pada sampel putih telur terjadi peristiwa denaturasi yang
dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan.
5.2 Saran
Dalam praktikum kimia pangan materi protein sebaiknya
praktikan lebih mempelajari materi yang akan dipraktikumkan
agar pada saat praktiku lebih dapat berjalan lancar dan lebih
mempersingkat waktu.
PROTEIN 178
KIMIA PANGAN 2012
RINGKASAN MATERI
Protein merupakan suatu zat makanan yang sang sangat
penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai
bahan bakar dalam tubuh juga sebagai zat pembangun dn
pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh
lemak atau karbonhidrat. Molekul protein mengandung pospor,
belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga.
Protein dapat digolongkan menurut struktur susunan
molekulnya, kelarutennya, dan adanya senyawa lain dalam
molekul, tingkat degradasi, dan fungsinya. Menurut struktur
molekul dibagi menjadi a) protein fibrilar adalah protein serabut,
b) protein globular yaitu protein yang berbentuk bola.
faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan protein
adalah :
1. Panas merupakan agen fisik umum yang dapat
mendenaturasikan protein.
2. pH (derajat keasaman) dalam larutan encer, denaturasi yang
dipengaruhi oleh pH dan suhu sangat dekat hubungannya
dengan proses denaturasi yang jarang halnya yang dapat
digunakan dengan panas saja.
3. Ion Logam kedua pH dan kekuatan ion suatu larutan
menentukan beban sepenuhnya molekul protein dan
kerentanan mereka terhadap denaturasi panas.
4. Gula dan Polyols Gula dan polyols dapat menunjukkan
pengaruh stabilitas panas pada protein makanan.
DAFTAR PUSTAKA
PROTEIN 179
KIMIA PANGAN 2012
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia
Pustaka Utama ;Jakarta
Ariyani, Farida, M. Saleh Tazwir dan Nurul Hak. 2003. Optimasi
Proses Produksi Hidrolisat Protein Ikan (HPI) Dari
Mujair (Oreochromis mossambicus).Jurnal Penelitian
Prikanan Indonesia Volume 9 Nomor 5 Tahun 2003.
Azza, T. 2009. Klasifikasi Protein.
http:fftriazza.blogspot.com. Diakses pada tanggal 1
Desember 2010 pukul 22 15 WIB.
Damodaran, and Paraf. 1997. Food Protein and Their
Applications.IPB: Bogor.
Gaman,P.M., K.B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan,Nutrisi, dan Mikrobilogi. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Kusnandar. 2010. Teknik Analisa Sifat fan Fungsional
Komponen Pangan. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Marniyati, R.E. 2003. Pengaruh Protein Terhadap
Konduktansi Listrik Membran Filtrasi Pada Berbagai
Suhu. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
IPB. Bogor.
Oktavia, D. 2007. Kajian SNI 01-2886-2000 Makanan
Ringan Ekstrudat. Jurnal Standarisasi Nasional Vol. 9
No.l ;Jakarta.
Purnomo,H., D. Rosyidi dan N.R. Santoso. 2001. Kajian Tentang
pH, Daya Ikat Air, Keempukan, dan Kadar Protein
Daging Sapi Dengan Beberapa Waktu Pelayuan dan
Metode Pembekuan. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya: Malang.
Qomariyah, Novia. 2004. Uji Derajat Keasaman (pH),
Kelarutan, Kerapatan dan Sudut Tumpukan Untuk
Mengetahui Kualitas Bahan Pakan Sumber Protein.
Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak.
PROTEIN 180
KIMIA PANGAN 2012
Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas
Peternakan. IPB: Bogor.
Rochima. 2008. Kemurnian dan Karakterisasi Kitin
Deasitenase Termostabil dari Bacillus Papandayan
Asal Rawan Kamojang Jawa Barat. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Univesitas Padjajaran: Bandung.
Sugito dan Hayati, A. 2006. Penambahan Daging Ikan Gabus
(Ophicephallus strainus) dan Aplikasi Pembekuan
Pada Pembuatan Pempek Gluten. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia: Jakarta.
Subagio, Achmad, Wiwik Siti Windarti, Mukhammad Fauzi dan
Yuli Witono. 2004. Karakterisasi Protein Miofibril Dari
Ikan Kuniraan (Upenus moluccensis) Dan Ikan Mata
Besar (Selar crumenophthalmus). Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan. Vol XV No 1. Tahun 2004.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jalarta.
PROTEIN 181
KIMIA PANGAN 2012
LAMPIRAN
Gambar protein
Gambar 17. Susu Sebelum Ditambah Mgso4
Gambar 18. Susu Setelah Ditambah Mgso4
Gambar 19. Susu Sebelum Ditambah Asam Asetat
PROTEIN 182
KIMIA PANGAN 2012
Gambar 20. Susu Setelah Ditambah Asam Asetat
Data hasil pengamatan Putih Telur Yang dipanaskan
Gambar 21. Pengamatan Putih Telur pada Suhu 60oC
Menit 3 Menit 6 Menit 9
Menit 12 Menit 15
Gambar 21. Pengamatan Putih Telur pada Suhu 80OC
Menit 3 Menit 6 Menit 9
PROTEIN 183