7 Makalah Lepra

8
1 | Page  Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Megala a/p Bala Krishnan 10-2009-343 [email protected]  Makalah PBL Lepra Abstrak Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri  Mycobacterium leprae hingga ditemukan bakteri  Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008 yang menyebabkan  endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri  Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Penyakit ini adalah tipe penyakit  granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Epidemiologi Lepra 1 Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Pada 1999,  

description

jhjhjhj

Transcript of 7 Makalah Lepra

  • 1 | P a g e

    Fakultas Kedokteran UKRIDA

    Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510

    Megala a/p Bala Krishnan

    10-2009-343

    [email protected]

    Makalah PBL

    Lepra

    Abstrak

    Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta

    atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya

    disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae hingga ditemukan bakteri Mycobacterium

    lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008 yang menyebabkan endemik sejenis

    kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous

    leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang

    ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873

    sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Penyakit

    ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan

    atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta

    dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak,

    dan mata.

    Epidemiologi Lepra1

    Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah

    negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Pada 1999,

  • 2 | P a g e

    insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284 kasus ditemukan.

    Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat daftar 91

    negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, danNepal.

    Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu,

    90% kasus kusta dunia terdapat diBrasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.

    Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan

    kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan

    gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem

    imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.

    NO Tanda Utama PB MB

    1

    Lesi kulit

    (makula datar, papul yang

    meninggi, nodus)

    1-5 lesi

    Hipopigmentasi/

    Eritema

    Distribusi tidak

    Simetris

    Hilangnya

    sensasi

    yang jelas

    5 lesi

    Distribusi

    lebih

    simetris

    Hilangnya

    sensasi

    2

    Kerusakan saraf

    (menyebabkan hilangnya

    sensasi/kelemahan otot

    yang dipersarafi oleh saraf

    yang terkena)

    Hanya satu

    cabang

    Saraf

    Banyak

    cabang

    Saraf

    Jadwal 1: Perbedaan antara multibasiler dan pausibasiler

  • 3 | P a g e

    Definisi Dokter Keluarga2

    Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang dicanangkan oleh

    WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan

    komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan

    oleh provider lain bila diperlukan.

    Cara Menegakkan Diagnosis-2

    Berdasarkan WHO pada tahun 1997 yang dikutip dari buku Pedoman Diagnosis dan

    Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dokter Soetomo Surabaya,

    diagnosis

    didasarkan adanya tanda utama atau Cardinal Sign

    berupa :

    1. Kelainan kulit yang hipopigmentasi atau eritematosa dengan anastesi yang jelas.

    2. Kelainan saraf tepi berupa penebalan saraf dengan anastesi.

    3. Hapusan kulit positif untuk kuman tahan asam.

    Diagnosis ditegakkan bila dijumpai satu tanda utama tersebut diatas.

    Pengobatan3

    Tujuan utama pemberantasan penyakit kusta adalah memutuskan rantai penularan untuk

    menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita serta mencegah

    timbulnya cacat. Sampai sekarang strategi pokok yang dilakukan masih didasarkan atas

    deteksi dini dan pengobatan penderita, yang tampaknya masih tetap diperlukan walaupun

    nanti vaksinmkusta yang efektif telah tersedia. Sejak dilaporkan adanya resistensi terhadap

    Dapson baik primer maupun sekunder, pada tahun 1977 WHO memperkenalkan pengobatan

    kombinasi yang terdiri paling tidak ada dua obat anti kusta yang efektif. Sayangnya anjuran

    ini tidak diikuti di lapangan\ dengan beberapa alasan. Oleh karena itu, pada tahun 1981

    WHO Study Group on Chemotherapy of Leprosy secara resmi mengeluarkan rekomendasi

    pengobatan kusta dengan regimen MDT (Multi Drug Therapy). (Marwali Harahap, 2000)

  • 4 | P a g e

    Pengobatan berdasarkan regimen MDT (Multi Drug Therapy) dalam buku Pedoman

    Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU

    Dokter Soetomo Surabaya adalah sebagai berikut :

    1. Pausibasiler

    Rifampicine 600 mg/bulan, diminum di depan petugas (dosis supervisi)

    DSS 100 mg/hari

    Pengobatan diberikan secara teratur selama 6 bulam dan diselesaikan dalam waktu maksimal

    19 bulan. Setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment)

    2. Multibasiler

    Rifampicine 600 mg/bulan, dosis supervisi.

    Lamprene 300 mg/hari, dosis supervisi.

    Ditambahkan

    Lamprene 50 mg/hari

    DDS 100 mg/hari

    Pengobatan dilakukan secara teratur sebanyak 12 dosis (bulan) dan deselesaikan dalam

    waktu maksimal 18 bulan. Setelah selesai 12 dosis dinyatakan RFT, meskipun secara klinis

    lesinya masih aktif dan BTA (+).

    Pencegahan Lepra4

    a. Pencegahan primer (primary Prevention)

    Adalah Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pd periode pre-

    patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit

    Tujuan: mengurangi insiden penyakit dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan

    faktor risikonya

    Upaya yang dilakukan adalah untuk memutus mata rantai infeksi agent host -

    environment

  • 5 | P a g e

    Terdiri dari:

    1. Health promotion (promosi kesehatan)

    Pendidikan kesehatan, penyuluhan

    Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan

    Penyediaan perumahan yg sehat

    Rekreasi yg cukup

    Pekerjaan yg sesuai

    Konseling perkawinan

    Genetika

    Pemeriksaan kesehatan berkala

    2. Specific protection (perlindungan khusus)

    Kebersihan perorangan

    Imunisasi

    Sanitasi lingkungan

    Perlindungan thdp kecelakaan akibat kerja

    Penggunaan gizi tertentu

    Perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker

    Menghindari zat-zat alergenik

    b. Pencegahan sekunder (Secondary Prevention)

    Adalah Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun

    belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak

    berlanjut

    Tujuan: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi

    Terdiri dari :

    Deteksi dini

    Penemuan kasus (individu atau masal)

    Skrining

    Pemberian pengobatan (yang tepat

  • 6 | P a g e

    Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit

    mencegah komplikasi dan sekuele yg lebih parah

    Penyediaan fasilitas khusus untuk membatasi ketidakmampuan dan

    mencegah kematian

    c. Pencegahan Tersier (tertiary Prevention)

    Adalah Pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode

    patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacad dan mengembalikan penderita ke status

    sehat

    Tujuan: menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu

    penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati

    lagi

    1. Disability limitation

    Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar tidak terjadi

    komplikasi.

    Pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah sembuh.

    Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk pengobatan dan

    perawatan yang lebih intensif.

    mengusahakan pengurangan beban beban non medis ( sosial ) pada

    penderita untuk memungkinkan meneruskan pengobatan dan

    perawatannya.

    2. Rehabilitasi

    Penempatan secara selektif

    Mempekerjakan sepenuh mungkin

    penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat

    dimanfaatkan sebaik-baiknya

    Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar menggunakan mereka

    yang telah direhabilitasi

    Penyuluhan dan usaha usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan

    seseorang setelah ia sembuh.

  • 7 | P a g e

    Peningkatan terapi kerja untuk memungkinkan pengrmbangan kehidupan

    sosial setelah ia sembuh.

    Mengusahakan suatu perkampungan rehabilitasi sosial.

    Penyadaran masyarakat untuk menerima mereka dalam fase rehabilitasi.

    Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi

    Penanggulangan Penyakit Kusta5

    Penanggulangan penyakit kusta telah banyak didengar dimana-mana dengan maksud

    mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan

    percaya diri. Metode penanggulangan ini terdiri dari : metode pemberantasan dan

    pengobatan, metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial,

    rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi,

    dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga

    metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Di

    Indonesia, tujuan program pemberantasan penyakit kuista adalah menurunkan angka

    prevalensi penyakit kustra menjadi 0,3 per 1000 penduduk pada tahun 2000. Upaya yang

    dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta melalui :

    1. Penemuan penderita secara dini.

    2. Pengobatan penderita.

    3. Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.

    4. Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta.

    5. Rehabilitasi penderita kusta.

    Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang sulit diketahui awal penyakitnya, maka

    para medis dan medis hendaknya perlu informasi yang lebih banyak tentang penyakit kusta

    ini. Agar terhindar dari penyakit kusta ini perlu dilakukan pencegahan penyakit dengan tiga

    tahap pencegahan penyakit yaitu primary prevention, secondary prevention, tertiery

    pervention.

    Penderita penyakit kusta bisa sembuh dengan melakukan pencegahan dan pengobatan yang

    teratur. Penderita kusta sebagai manusia yang juga mendapat perlakuan secara manusia,

    sehingga tidak perlu untuk dijauhi jadi keluarga dan masyarakat tidak perlu mendorong untuk

  • 8 | P a g e

    mengasingkan penderita kusta tersebut, karena kesembuhan dari penderita kusta tersebut juga

    memerlukan dukungan keluarga dan masyarakat sekitar.

    Penutup

    Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang sulit diketahui awal penyakitnya, maka

    para medis dan medis hendaknya perlu informasi yang lebih banyak tentang penyakit kusta

    ini. Agar terhindar dari penyakit kusta ini perlu dilakukan pencegahan penyakit dengan tiga

    tahap pencegahan penyakit yaitu primary prevention, secondary prevention, tertiery

    pervention.

    Penderita penyakit kusta bisa sembuh dengan melakukan pencegahan dan pengobatan yang

    teratur. Penderita kusta sebagai manusia yang juga mendapat perlakuan secara manusia,

    sehingga tidak perlu untuk dijauhi jadi keluarga dan masyarakat tidak perlu mendorong untuk

    mengasingkan penderita kusta tersebut, karena kesembuhan dari penderita kusta tersebut juga

    memerlukan dukungan keluarga dan masyarakat sekitar.

    Daftar pustaka

    1. CDC. (2003). Hansens's Disease (Leprosy), retrieved December 2003

    fromhttp://cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/hansen-a.htm.htm. Last update:

    February 11, 2004 Daili, dkk. 1998. Kusta. UI PRES. Jakarta.

    2. Djuanda.A., Menaldi. SL., Wisesa.TW., dan Ashadi. LN. (1997). Kusta : diagnosis

    dan Penatalaksanaan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

    3. Djuanda. A.,Djuanda. S., Hamzah. M., dan Aisah.A. (1993). Ilmu Penyakit Kulit

    dan Kelamin.Jakarta: Balai Penrbit FKUI

    4. Graham, Robin. 2002. Lecture Notes Dermatologi. Erlangga. Jakarta.

    5. Nadesul, Hendrawan. 1995. Bagaimana Kalau Terkena Penyakit Kulit.