7 hardiningsih-patogenitas phytoptora

5

Click here to load reader

Transcript of 7 hardiningsih-patogenitas phytoptora

Page 1: 7 hardiningsih-patogenitas phytoptora

Sri Hardaningsih : Patogenisitas Phytophthora Sp. Pada Beberapa Genotip Kacang Hijau Dan Prospek Pengendaliannya Menggunakan Trichoderma Spp.

23

PATOGENISITAS Phytophthora sp. PADA BEBERAPA GENOTIP KACANG HIJAU DAN PROSPEK PENGENDALIANNYA MENGGUNAKAN Trichoderma spp.

Sri Hardaningsih Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

P.O.Box 66 Malang 65101

ABSTRAK

Penyakit rebah semai yang disebabkan oleh Phytophthora sp. merupakan penyakit penting pada tanaman kacang hijau di Indonesia selain itu penyakit penting lainnya adalah penyakit bercak daun yang disebabkan Cercospora canescens dan embun tepung.yang disebabkan oleh Erysiphe polygoni. Di beberapa Kebun Percobaan lingkup Balitkabi menunjukkan bahwa penyakit rebah semai yang sebagian besar disebabkan oleh jamur Phytophthora sp. ternyata sangat merugikan. Sebagian besar genotip kacang hijau koleksi Balitkabi rentan terhadap patogen ini, dan serangan tertinggi terlihat pada stadium awal pertumbuhan dan mampu mengurangi populasi tanaman..Delapan genotip kacang hijau diuji reaksinya terhadap serangan Phytophthora sp. dan lima isolate Trichoderma (MR 35, Ptr 1, Pl 4, L 4, dan L 22) diuji daya hambatnya untuk mngetahui prospek pengendaliannya secara hayati dengan menggunakan uji kultur ganda di laboratorium Mikologi Balitkabi. selama bulan Maret – April 2007. Genotipe yang menunjukkan reaksi tahan terhadap Phytophthora sp. adalah Merpati, Parkit, Kutilang, dan Mlg 44, sedangkan hasil uji kultur ganda menunjukkan bahwa Trichoderma isolat L-4 paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Phytophthora sampai 56%, dibanding isolat lain. Isolat L-4 yang berasal dari Lampung mempunyai peluang sebagai agens hayati dalam menekan serangan rebah semai.

. Kata kunci : Trichoderma, Phytophthora, antagonisme, kacang hijau

ABSTRACT

Damping-off disease caused by Phytophthora sp. is important on mungbean in Indonesia beside the other important disease are leaf spot caused by Cercospora canescens and powdery mildew caused by Erysiphe polygoni. At some experimental farm belonging to ILETRI showed if destructive because most of mungbean genotype collection of ILETRI was susceptible to this pathogen and highest severity shows in early stage because able to decrease population.Eight of genotypes were tested to Phytophthora sp.during March – April 2007 to know the pathogenicity. The antagonistic fungi, Trichoderma spp. (MR 35, Ptr-1, Pl-4, L-4, and L-22) were tested its effectiveness to Phytophthorasp. using multiple cultured in Mycology laboratory of ILETRI. The multiple cultured indicated isolate L-4 most effective for inhibit pathogen up to 56,60% compared with other isolates. Isolate L-4 originally from Lampung and has a chance as biological agents for suppress damping-off disease caused by Phytophthora sp. in vivo. Genotype MLG-44, variety Merpati, Parkit, and Kutilang were resistance to Phytophthora sp. Key words : Phytophthora, Trichoderma, antagonism, mungbean

PENDAHULUAN

Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Cercospora canescens, dan embun tepung yang

Page 2: 7 hardiningsih-patogenitas phytoptora

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011

24

disebabkan oleh Erysiphe polygoni merupakan penyakit penting pada kacang hijau di Indonesia (Semangun, 1991; Sri Hardaningsih dkk.,1992). Sejak lebih dari lima tahun terakhir tanaman kacang hijau di beberapa Kebun Percobaan lingkup Balitkabi banyak yang mati, dan dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa Pythium sp. merupakan patogen yang dominan di samping Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dan Colletotrichum sp. (Sri Hardaningsih dan Yusnawan, 2003). Selanjutnya pada dua tahun terakhir tanaman layu pada kacang hijau semakin meningkat ternyata penyebab utamanya adalah pathogen Phytophthora sp.

Phytophthora sp.dan Pythium sp. sangat merugikan karena menyebabkan tanaman muda mati dengan gejala layu dan juga mampu menyerang tanaman dewasa. Pengamatan selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar genotipe koleksi Balitkabi ternyata peka terhadap Phytophthora sp (Sri Hardaningsih, 2007).

Jamur antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan jamur patogen di laboratorium, diantaranya adalah Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, Fusarium sp. (Sri Hardaningsih, 1997; Sri Hardaningsih, 1999; Sri Hardaningsih, 2000; Sri Hardaningsih dan Prayogo, 2001; Sri Hardaningsih dan Prayogo, 2002), sehingga mempunyai peluang untuk mengendalikan jamur patogen yang sangat virulen tersebut. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui patogenisitas Phytophthora sp. pada delapan genotipe kacang hijau dan mengetahui daya hambat lima isolat Trichoderma dalam menekan serangan Phytophthora sp di laboratorium.

BAHAN DAN METODE

I. Pengujian ketahanan genotipe kacang hijau terhadap Phytophthora sp. : Isolat Phytophthora sp. berasal dari tanaman koleksi plasma nutfah dan pemuliaaan Balitkabi

pada tahuan 2007 dan kemudian diperbanyak dalam media agar miring PDA. Isolasi dilakukan dengan memotong batang tanaman kacang hijau terserang layu Phytophthora

sp. Potongan batang tersbut direndam selama satu menit dalam larutan kloroks (Na2So3) 0,5 % selanjutnya dibersihkan dalam air steril selama 5 menit. Kemudian potongan batang tersebut dikeringkan dalam kertas saring steril dan ditumbuhkan dalam cawan petri kemudian dimurnikan, setelah itu diisolasi pada media agar miring yang berisi media PDA. Setelah biakan tumbuh dan berumur dua minggu, dilakukan inokulasi dengan larutan spora (dalam hal ini berbentuk oogonium) sebanyak 104/ml disemprotkan pada tanah/bagian pangkal batang tanaman umur tiga hari.

Sepuluh genotipe kacang hijau : Merak, Merpati, Parkit, Kutilang, Lokal Wongsorejo, Mlg 44, Mlg 87, dan Mlg 716 di tanam dalam pot yang berisi 10 kg tanah tanpa disterilkan dalam Rancangan Acak Lengkap diulang tiga kali pada periode November – Desember 2007.. Pada waktu tanaman berumur tiga hari diinokulasi dengan Phytophthora sp. (6 tanaman/genotipe) dan diamati persentase jumlah tanaman yang mati setelah 7 – 14 hari dengan kriteria sebagai berikut : Terserang 0 – 10% : tahan; terserang 11-25% = agak tahan; terserang 26-50% = agak rentan ; terserang 51-100% = sangat rentan.

II, Efektivitas isolat Trichoderma terhadap Phytophthora sp. : Efektivitas Trichoderma dilakukan dengan menggunakan metode kultur ganda di laboratorium

Mikologi Balitkabi selama bulan Maret – April 2007 menggunakan lima isolat jamur antagonis Trichoderma spp. : MR 35, Ptr 1, Pl-4, L-4, dan L-22 menggunakan Rancangan Acak Lengkap diulang empat kali. Setiap isolat Trichoderma diuji daya hambatnya terhadap Phytophthora sp., dengan menumbuhkan Trichoderma bersama-sama dengan Phytophthora sp. dalam satu cawan petri yang sama dengan jarak kira-kira 3 - 4 cm.

Selanjutnya dihitung persentase penghambatan Trichodema spp. pada 7 hari setelah pengujian kultur ganda. Cara menghitung persentase penghambatan menggunakan rumus sebagai berikut :

Page 3: 7 hardiningsih-patogenitas phytoptora

Sri Hardaningsih : Patogenisitas Phytophthora Sp. Pada Beberapa Genotip Kacang Hijau Dan Prospek Pengendaliannya Menggunakan Trichoderma Spp.

25

R1 - R2 Prosentase Penghambatan = P = ------------ x 100% R1

R1 = Jarak pertumbuhan koloni Phytophthora sp. yang berlawanan dengan Trichoderma spp. R2 = Jarak pertumbuhan koloni Phytophthora sp yang berhadapan dengan Trichodema spp

Gambar 1. Serangan rebah kecambah pada kacang hijau umur 10 hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

I.Pengujian ketahanan genotipe kacang hijau terhadap Phytophthora sp. Gejala serangan biasanya dimulai sejak tanaman berumur 1 – 4 minggu, dengan gejala hawar pada

pangkal batang, kadang-kadang pada ujung batang, dan kemudian layu dan mati (Gambar 1). Apabila tanaman terserang tidak mati pada awal serangan biasanya setelah tanaman dewasa gejala serangan masih terlihat dan kadang-kadang diikuti oleh serangan patogen lemah yang lain, yaitu Colletotrichum dan Fusarium, sehingga spora Phytophthora tidak teramati lagi secara mikroskopis.

Genotipe MLG–716 dan varietas lokal Wongsorejo ternyata paling peka terhadap serangan rebah kecambah yang disebabkan oleh Phytophthora sp. dengan persentase serangan 64,44% dan 62,22%. Varietas Merak terserang layu sebanyak 44,44% dan MLG-87 terserang layu sebanyak 16,67%, sedangkan genotipe yang lain (MLG-44, Merpati, Parkit, dan Kutilang) tidak terserang sama sekali (Tabel 1). Dari pengamatan secara visual tanaman kacang hijau varietas Kutilang batangnya sangat kokoh, sehingga diduga faktor ketahanan mekanis pada varietas tersebut yang mengakibatkan tahan terhadap serangan Phytophthora sp. Varietas Merpati dan Parkit berasal dari AVRDC, Taiwan, dan diduga memang mempunyai ketahanan terhadap penyakit–penyakit terbawa tanah. MLG-44 adalah varietas lokal yang berasal dari Bogor dan seperti kebanyakan varietas lokal mempunyai ketahanan tinggi/mampu beradaptasi terhadap serangan patogen tertentu.

II, Efektivitas isolat Trichoderma terhadap Phytophthora sp. Isolat L-22 dari Lampung dan PL-4 dari Palembang ternyata tidak efektif, karena hanya dapat

menghambat pertumbuhan Phytophthora sp. sebesar 9,94% dan 13,75%. Isolat MR-35 dari Jawa Timur dan Ptr-1 dari Balitkabi hanya menghambat sebesar 28,28% dan 32,65%. Isolat L-4 dari Lampung ternyata paling efektif dengan daya hambat 56,60% (Tabel 2).

Page 4: 7 hardiningsih-patogenitas phytoptora

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011

26

Tabel 1. Patogenisitas Phytophthora sp.pada 8 genotipe kacang hijau umur 1 – 4 mst

No. Nama genotipe % Tanaman mati Kriteria Ketahanan 1 MLG-44 0 b Tahan 2 MLG-87 16,67 a b Agak tahan 3 MLG-716 64,44 a Rentan 4 Lokal Wongsorejo 62,22 a Rentan 5 Merak 44,44 a b Agak rentan 6 Merpati 0 b Tahan 7 Parkit 0 b Tahan 8 Kutilang 0 b Tahan K.K (%) 21,46 LSD (5%) 49,58

Tabel 2. Persentase penghambatan isolat Trichoderma spp. terhadap Phytophthora sp.

No. Nama Isolat Trichoderma Asal Isolat Persentase penghambatan (%)

1 MR 35 Jawa Timur 28,28 a b 2 Ptr-1 Balitkabi 32,65 a b 3 PL-4 Palembang 13,75 b 4 L-4 Lampung 56,60 a 5 L-22 Lampung 9,94 b K.K (%) 24,10 LSD (5%) 35,67

Penghambatan tertinggi terhadap serangan Phytophthora sp. ditunjukkan oleh Trichoderma

isolat L–4 yang berasal dari Lampung hanya sebesar 56,60% karena tidak mampu melawan Phytophthora sp., patogen yang sangat virulen. Jamur Phytophthora spp. termasuk dalam klas Pythiaceae, merupakan patogen yang paling virulen dalam klas tersebut (Alexopoulos dan Mims, 1979). Phytophthora mempunyai beberapa jenis spora, yaitu oogonium/antheridium, sporangium, spora kembara (zoospora), dan oospora yang merupakan spora yang mengalami dormansi sehingga mampu bertahan bertahun-tahun di dalam tanah dalam kondisi cekaman lingkungan yang tidak menguntungkan, dan akan aktif bila keadaan menguntungkan baginya. (Schmitthenner, 2000). Di samping itu Phytophthora. terdiri atas bermacam-macam species, dan agak sukar untuk diidentifikasi apalagi mencapai tahap spesies, hal ini disebabkan untuk membedakan antara Phytophthora dan Pythium saja tidak mudah. Karena pada umumnya hanya spora oogonium yang terbentuk, dan untuk membedakan kedua genus tersebut harus melihat spora lain yaitu sporangium dan harus memerlukan perlakuan khusus. Sporangium pada Phytophthora umumnya berbentuk lonjong dan ujungnya terbentuk papilla (tonjolan) sedangkan pada Pythium umumnya berbentuk bulat dan tanpa papilla (von Arx, 1981). Phytophthora mampu menyebabkan penyakit pada beberapa jenis tanaman inang terutama dari familia tanaman sayuran sampai kacang-kacangan : Cruciferae, Cucurbitaceae, Amaranthaceae, Spinaceae, Solanaceae, dan Leguminosae (Waterhouse dan Waterston, 1966). Trichoderma isolat L-4 dari Lampung yang daya hambat 56,60% mempunyai peluang digunakan untuk pengendalian di lapangan dengan kondisi drainage yang baik akan lebih baik pengendaliannya apabila dikombinasi dengan tanaman yang tahan terhadap Phytophthora, yaitu MLG-44, Kutilang, Merpati, atau Parkit

Page 5: 7 hardiningsih-patogenitas phytoptora

Sri Hardaningsih : Patogenisitas Phytophthora Sp. Pada Beberapa Genotip Kacang Hijau Dan Prospek Pengendaliannya Menggunakan Trichoderma Spp.

27

t

KESIMPULAN

Dari percobaan dapat diambil kesimpulan : 1. Varietas tahan terhadap penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh Phytophthora sp.

adalah Kutilang, Merpati, Parkit , dan MLG-44 2. Isolat Trichoderma L-4 berasal dari Lampung mempunyai daya hambat tertinggi, 56,6%

dibanding empat isolat Trichoderma lain. 3. Isolat Trichoderma L-4 dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit rebah kecambah secara

invivo dikombinasikan dengan varietas tahan Parkit, Merpati, Kutilang, atau MLG-44, dengan kondisi drainage baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, C.J. and C.W. Mims, 1979. Introductory Mycology. Third Edition. John Wiley & Sons. 632 p.

Arx, von, J.A.1981. The Genera of Fungi Sporulating in Pure Culture. J. Cramer. F.L-9490 VADUS. 424 p.

Schmitthenner, A.F., 1999. Phytophthora Rot of Soybean. In G.L. Hartman, J.B. Sinclair, A.J. Rupe (Eds.) Compendium of Soybean Diseases Fourth Edition. APS Press The American Phytopathological Society. p. 39-42.

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. 449 h.

Sri Hardaningsih, Baliadi, Y., dan N. Saleh. 1992. Penyakit Kacang hijau dan Penanggulangannya dalam Adisarwanto T., Sugiono, Sunardi dan A. Winarto (Eds.) Kacang Hijau. Monograf Balittan Malang No. 9

Sri Hardaningsih, 1997. Pemanfaatan Mikroorganisme Antagonis Untuk Mengendalikan Penyakit Jamur Tular Tanah. Laporan Teknik Balitkabi Tahun 1996/1997, 14 h.

Sri Hardaningsih, 1999. Pemanfaatan Jamur Trichoderma dan Gliocladium sp. Untuk Mengendalikan Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kacang Hijau dan Kacang Tanah di Lapang. Laporan Teknik Balitkabi Tahun 1998/1999. 8 h.

Sri Hardaningsih, 2000. Pengendalian Penyakit R. solani, S. rolfsii, dan A. niger dengan jamur antagonis T. harzianum dan G. roseum. Laporan Teknik Balitkabi Tahun 1999/2000. 7 h.

Sri Hardaningsih dan Prayogo, 2001.Identifikasi Jamur Antagonis Untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai. Laporan Teknik Balitkabi Tahun 2000. 8 h.

Sri Hardaningsih dan Prayogo, 2002. Identifikasi dan Aplikasi Jamur-jamur Antagonis Untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai. Laporan Teknik Balitkabi Tahun 2001.7 h.

Sri Hardaningsih dan Yusnawan, E. 2003. Identifikasi Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Kacang Hijau Di Instalasi Penelitian Balitkabi Malang. Jurnal Penelitian dan Informasi Penelitian “Agrin” 7 (2), Oktober, 2003.

Sri Hardaningsih. 2007. Antagonism of Trichoderma spp. to Mungbean Phy ophthora sp in Laboratory. Proceedings The Third Asian Conference on Plant Pathology. Yogyakarta, Indonesia August, 20 – 24, 2007. p.291.