7 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1PenelitianTerdahulueprints.umm.ac.id/51453/3/BAB II.pdf · dimaksud...
Transcript of 7 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1PenelitianTerdahulueprints.umm.ac.id/51453/3/BAB II.pdf · dimaksud...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh (Nurmasarie & Iriani, 2013) yang berjudul
“Pengaruh Promosi Penjualan dan Penjualan Perseorangan Terhadap Keputusan
Belanja Tidak Terencana Pada Pelanggan di Hypermart Royal Plaza Surabaya”
dengan metode analisis riset kausal yang bertujuan untuk menentukan hubungan
sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat dari suatu fenomena dan
untuk menentukan sifat dan pengaruh hubungan antara variabel. Variabel yang
diteliti adalah promosi penjualan dan penjualan personal dan satu variabel terikat
yaitu keputusan belanja tidak terencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
promosi penjualan (X1) dan penjualan perseorangan (X2) mempunyai pengaruh
yang signifikan secara simultan terhadap keputusan belanja tidak terencana.
Menurut penelitian (Pradana & Reventiary, 2016) yang berjudul “Pengaruh
Atribut Produk terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Merek Customade” dengan
metode analisis deskriptif dan analisis linier sederhana. Penelitian ini merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh atribut produk
terhadap keputusan pembelian sepatu merek customade. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Variabel Atribut produk (X) memiliki nilai t hitung lebih
besar dari nilai t tabel karena nilai t hitung (8.241) > t tabel (1.669) dan
tingkat signifikansi 000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari variabel Atirbut produk (X)
terhadap Keputusan pembelian (Y) sepatu Customade.
8
Penelitian yang dilakukan oleh (Aditya, Saryadi, & Hari, 2012) yang
berjudul “Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, Store Theatrics, dan Social
Factors Terhadap Pembelian Tidak Terencana” dengan metode analisis
eksplanatori yaitu penelitian menurut tingkat eksplanasinya yang bermaksud
menjelaskan kedudukan-kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan
antara satu variabel dengan variabel yang lain, dan termasuk dalam penelitian
asosiatif / hubungan yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol suatu gejala. Hubungan pada penelitian ini adalah hubungan kausal
atau sebab akibat, di mana terdapat variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Variabel yang
diteliti adalah Store Image, Store Atmospherics, Store Theatrics, dan Social
Factors. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara
variabel store atmospherics dan pembelian tidak terencana adalah sangat kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh (Gunawan Kwan, 2016) dengan
menggunakan analisis path dan alat bantu Partial Least Square atau PLS
menunjukkan bahwa sales promotion berpengaruh signifikan terhadap positive
emotion. Sales promotion yang baik akan menciptakan persepsi yang
menguntungkan bagi konsumen ketika membeli produk tersebut dan memaancing
ketertarikan konsumen untuk membeli produk di Planet Sports yang pada
akhirnya mempengaruhi perilaku pembelian sehingga sales promotion dapat
meningkatkan positive emotion dari konsumen. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap positive
emotions. Suasana toko yang secara tidak sadar dirasakan oleh pelanggan sangat
mempengaruhi emosi mereka dalam berbelanja sehingga pelanggan menjadi
9
nyaman dan dapat berbelanja berlama-lama di dalam toko. Ketika pelanggan
merasakan suasana yang baik, maka secara tidak langsung emosi positif yang
dimiliki pengunjung juga ikut meningkat. Hal ini menandakan bahwa konsumen
tersebut merasa nyaman dengan suasana yang ada di Planet Sports.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Promosi
Menurut (Maimunah, Sunarya, & Nina Larasati, 2012) promosi merupakan
salah satu penentu keberhasilan suatu program pemasaran dalam suatu perusahaan.
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang
dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Aktivitas promosi sebenarnya merupakan perwujudan dari fungsi informatif
sehingga dengan adanya promosi diharapkan akan ada reaksi dari pemakai, baik
aktual maupun potensial yang muncul dalam berbagai bentuk mulai dari
tumbuhnya kesadaran atau tahu akan keberadaan suatu produk, sampai kepada
tindakan untuk memanfaatkannya.
2.2.2 Tujuan Promosi
Setiap promosi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat
memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat dengan harapan dapat
mempengaruhi minat beli dari masyarakat. Menurut (Dita, 2011) tujuan promosi
dalam perusahaan, yaitu :
1. Modifikasi tingkah laku
10
Dengan promosi perusahaan berusaha menciptakan kesan yang baik tentang
dirinya dan dengan demikian bisa merubah tingkah laku serta pendapat konsumen
tentang produk perusahaan sehingga mendorong pembelian produk.
2. Memberitahu
Kegiatan promosi. Dilakukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang
penawaran perusahaan perihal suatu produk.
3. Membujuk
Diarahkan terutama untuk mendorong pembelian, sering perusahaan tidak ingin
mendapat tanggapan instan dari konsumen, tetapi lebih mengutamakan kesan
positif.
4. Mengingatkan
Promosi ini dilakukan terutama untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa
produk perusahaan masih ada dipasaran. Promosi merupakan salah satu bauran
pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi
dengan pasarnya. Promosi juga sering dikatakan sebagai proses berlanjut, karena
dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya bagi perusahaan.
2.2.3 Strategi Promosi
Menurut (Dita, 2011) strategi promosi dapat dilakukan dengan cara :
1.Periklanan
Periklanan adalah komunikasi non pribadi melalui bermacam-macam media yang
dibayar oleh sebuah perusahaan bisnis atau organisasi nirlaba atau individu yang
didalam beberapa cara teridentifikasi dalam pasar periklanan dan berharap
menginformasikan atau membujuk anggota-anggota.
2. Penjualan pribadi
11
Yaitu terjadi interaksi langsung, saling bertemu muka antara pembeli dan penjual.
Komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak bersifat individual, dalam hal
ini penjual dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mempengaruhi
atau memotivasi pembeli dengan cara mengemukakan manfaat yang akan
diperoleh pembeli sehingga terjadi persesuaian keuntungan.
3.Promosi penjualan
Promosi penjualan terdiri atas beraneka kumpulan alat insentif yang dirancang
untuk merangsang pembelian produk atau jasa tertentu secara lebih cepatatau
lebih banyak oleh para konsumen.
4.Hubungan masyarakat
Hubungan masyarakat adalah komunikasi dan hubungan perusahaan dengan
beragam jenis publiknya yang meliputi para pelanggan, pemasok, pemegang
saham, karyawan, pemerintah, masyarakat umum, dan masyarakat dimana
perusahaan berkecimpung.
2.2.4 Promosi penjualan (sales promotion)
Menurut (Gunawan Kwan, 2016) promosi penjualan (sales promotion)
adalah program promosi peritel dalam rangka mendorong terjadinya penjualan
atau untuk meningkatkan penjualan atau dalam rangka mempertahankan minat
pelanggan untuk tetap berbelanja padanya.
Promosi penjualan merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan
perusahaan atau peritel-peritel lainnya untuk meningkatkan penjualan.
2.2.5 Tujuan Promosi Penjualan
Tujuan promosi penjualan adalah agar masyarakat mengetahui atau
mengenal produk tersebut dan kemudian membelinya. Adapun tujuan lainnya
12
yang dapat diraih melalui aktivitasaktivitas promosi penjualan yaitu sebagai
berikut:
1.) Dorongan pembelian ulang,
2.) Membangun loyalitas pelanggan dalam jangka panjang,
3.) Dorongan konsumen untuk mengunjungi outlet penjualan secara khusus,
4.) Peningkatan frekuensi dan kuantitas,
5.) Membangun peningkatan ingatan konsumen,
6.) Memperluas dan meningkatkan distribusi produk maupun merek,
7.) Memperkuat brand image.
2.2.6 Alat -alat yang digunakan dalam sales promotion
Ada banyak alat-alat promosi penjualan yang dapat dipergunakan
perusahaan untuk mempengaruhi konsumen secara langsung, oleh karena itu
perusahaan harus mengadakan pemilihan alat-alat sales promotion secara tepat.
Berikut alat-alat yang digunakan dalam sales promotion:
1. Sampling/ contoh
Pemberian produk contoh secara gratis kepada semua orang, dengan
tujuan agar produk baru atau produk lama yang yang mengalami
pengembangan dapat diketahui banyak orang.
2. Kupon
Pembagian kupon potongan harga, yang memiliki dampak lebih baik dari
pada pemberian sampel. Dikarenakan kupon dapat meraih calon konsumen
dalam jumlah besar dan calon konsumen tersebut biasanya adalah
pengguna produk tersebut.
3. Trade coupons/ paket harga
13
Kupon yang memiliki syarat dengan melakukan pembelian produk A
maka dapat membeli produk B dengan harga yang lebih murah dari pada
harga sebelumnya. Biasanya pengecer atau toko bekerja sama dengan
pabrikan.
4. Potogan harga
Potongan harga yang terdapat langsung pada kemasan atau biasanya pada
display harga yang tertera disekitarnya.
5. Pemberian bonus
Pemberian bonus kepada konsumen unuk produk yang tingkat
keloyalitasan konsumennya tinggi. Seperti sabun cuci piring sunlight,
misalnya pembelian produk sabun cuci sunlight 780 mL akan
mendapatkan busa pencuci piring secara cuma-cuma.
6. Undian
Undian berhadiah dengan jangka waktu cukup lama. Dapat mempercepat
perputaran produk, meningkatkan penjualan secara signifikan. Tetapi
memerlukan biaya besar dan semakin menarik penawaran yang ditawarkan
maka semakin besar pula peningkatan penjualannya.
7. Tawaran Uang Kembali
Banyak konsumen yang tertarik dengan tawaran uang kembali,
dikarenakan yang dikembalikan ke konsumen adalah uang dan dapat
menciptakan model biaya yang adil.
14
2.3 Atribut Produk
2.3.1 Pengertian Atribut produk
Mengasosiasikan atribut atau karakterisitik suatu produk merupakan
strategi pemosisian (positioning) yang paling sering digunakan. Mengembangkan
asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat
secara langsung diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek.
Kemampuan manajemen untuk meletakkan posisi produk melalui atribut
produk yang dimiliki secara tepat di asar merupkan salah satu faktor penentu
kesuksesan suatu produk di pasaran. Menurut (Pradana & Reventiary, 2016)
atribut produk adalah unsur-unsur yang dianggap penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian . Atribut produk bagi usaha
pemasaran merupakan salah satu cara untuk dapat memenangkan persaingan di
pasaran, karena atribut produk tersebut merupakan alat untuk membedakan
produk perusahaan dengan produk pesaing. Atribut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah harga, kualitas, aroma, dan kemasan produk.
2.3.2 Unsur Atribut Produk
Atribut produk meliputi harga, kualitas, kemasan, kelengkapan fungsi,
desain, dan lain-lain.
1. Harga
Adalah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas
pengkonsumsian, penggunaan, atau kepemilikan barang atau jasa.
2. Kualitas
Adalah kemampuan suatu produk untuk memenuhi fungsi-fungsinya.
Dimensinya meliputi daya tahan, keandalan (kemampuan selalu dalam
15
keadaan baik atau siap pakai), dan atribut lain yang bernilai. Hal yang
perlu diperhatikan adalah tingkat dan konsistensi kualitas. Tingkat kualitas
tidak harus selalu tinggi. Kualitas bisa saja rendah, sedang, atau tinggi,
sesuai dengan positioning yang diinginkan. Misalnya, jika produk
diposisikan sebgai produk murah dan sasarannya adalah masyarakat
berkantong pas-pasan, maka akan berlebihan jika kualitas produk dibuat
istimewa. Lain halnya jika produk dipoisikan sebagai produk spesial
berharga premium. Maka kualitas produk harus istimewa. Jadi, kualitas
produk harus disesuaikan dengan produk dalam pasar.
3. Kemasan
Kemasan adalah wadah atau pembungkus suatu produk yang bersifat nyata.
Fungsi pertama kemasan adalah melindungi produk.hal ini sangat penting
supaya produk bisa tetap aman dan dapat digunakan seutuhnya. Fungsi
kedua adalah untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
konsumen. Sebab, dengan adanya kemasan, ukuran dan desain produk
dapat dirancang. Fungsi ketiga dari kemasan adalah untuk
mempromosikan produk kepada konsumen. Kemasan juga dapat
meningkatkan daya tarik produk. Selain karena enak dipandang, pada
kemasan juga dapat diinformasikan fitur, penggunaan, manfaat, dan citra
produk.
Apabila suatu produk memiliki atribut atau sifat-sifat yang sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh pembelinya maka produk tersebut akan dianggap cocok
dan akan diikuti dengan tindakan pembelian oleh konsumen.
16
2.4 Suasana Toko
2.4.1 Pengertian Suasana Toko
Salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh retailer salah
satunya yaitu dengan menciptakan store atmosphere yang nyaman yang akan
menimbulkan kesan menarik kepada konsumen dan dapat mempengaruhi tingkat
keputusan pembelian yang umumnya dilakukan di dalam toko, serta dapat
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian diluar apa yang
direncanakan (impulse buying).
(Cindy, 2013) mendefinisikan Store atmosphere merupakan kombinasi
dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, Store atmosphere dapat
digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian
yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen
melakukan tindakan pembelian.
2.4.2 Jenis-jenis Store Atmosphere
Menurut Resti (Meldarianda, Lisan, Kristen, & Bandung, 2010) Store
atmosphere terdiri dari dua hal, yaitu Instore dan Outstore Atmosphere.
a.) Instore atmosphere
Instore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan yang
menyangkut:
1.) Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam
ruangan yang terdiri dari tata letak meja dan kursi pengunjung, tata
letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound.
17
2.) Suara keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk
menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan
hypermart dan alunan suara musik dari sound system.
3.) Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk
aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.
4.) Tekstur merupakan tampilan bahan-bahan fisik yang digunakan untuk
meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.
5.) Desain interior merupakan penataan ruang-ruang dalam hypermart
meliputi kesesuaian luas ruangan pengunjung dengan ruas jalan yang
memberikan kenyamanan, penataan rak, pemajangan produk-produk,
dan sistem pencahayaan dalam ruangan.
b.) Outstore Atmosphere
Outstore Atmosphere adalah pengaturan-pengaturan diluar ruangan yang
menyangkut:
1.) Eksternal Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas gerai
diluar ruangan yang meliputi fasilitas lahan parkir pengunjung,
papannama, dan lokasi yang strategis.
2.) Tekstur yaitu tampilan fisik dari bangunan maupun fasilitas diluar
ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan.
3.) Desain Esterior yaitu penataan ruangan luar gerai meliputi desain logo
toko, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan
sistem pencahayaan diluar ruangan.
18
2.4.3 Elemen Instore Atmosphere
General Interior adalah display suatu toko yang membuat pengunjung
merasa nyaman berada di toko. Display yang baik yaitu yang dapat menarik
perhatian konsumen dan akhirnya melakukan pembelian. Desain interior dari
suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display
yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu meraka
agar mudah mengamati,memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya melakukan
pembelian. Ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi konsumen pada
toko tersebut. Menurut (Meldarianda et al., 2010) elemen-elemen general interior
terdiri dari:
a. Flooring (Lantai)
Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting,
karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang
mereka lihat.
b. Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)
Setiap toko harus menpunyai pencahayaan yang cukup untuk
mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko.
Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang
berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan
warna yang dapat membuat suasana yang ditawarkan terlihat lebih menarik,
terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.
c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik)
Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini
dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khusunya
19
konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan
kejenuhan, kebosanan, maupun stress sambil menikmati makanan.
d. Fixture (Penempatan)
Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus dilakukan
dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena penempatan
meja yangsesuai dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.
e. Wall Texture (Tekstur Tembok)
Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan
dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.
f. Temperature (Suhu Udara)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agara udara dalam ruangan
jangan terlalu panas atau dingin.
g. Width of Aisles (Lebar Gang)
Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar konsumen
merasa nyaman dan betah berada di toko.
h. Dead Area
Dead Area merupakan ruang di dalam toko dimana display yang normal
tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misal : pintu masuk, toilet, dan
sudut ruangan.
i. Personel (Pramusaji)
Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat, dan tanggap
akan menciptakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen.
j. Service Level
20
Macam-macam tingkat pelayanan menurut (Meldarianda et al., 2010) yang
adalah self service, self selection, limited service, dan full service.
k. Price (Harga)
Pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar menu yang diberikan agar
konsumen dapat mengetahui harga dari makanan tersebut.
2.5 Pembelian Tidak Terencana (Impulse Buying)
2.5.1 Pengertian Pembelian Tidak Terencana
Pembelian secara impulsif sering dialami seseorang ketika berbelanja di
pusat-pusat perbelanjaan. Menurut (Kosyu, Hidayat, & Abdillah, 2014) pembelian
impulsif adalah pembelian yang terjadi ketika konsumen melihat produk atau
merk tertentu, kmudian konsumen tertarik untuk mendapatkannya, biasanya
karena adanya rangsangan yang menarik dari toko tersebut. Lebih luas (Kosyu et
al., 2014) menjelaskan “pembelian barang secara impulsif terjadi ketika
konsumen merasakan pengalaman, terkadang keinginan kuat, untuk membeli
barang secara tiba-tiba tanpa ada rencana terlebih dahulu”. Impulse buying juga
dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan secara tiba-tiba untuk
membeli secara langsung dengan tidak memperhatikan akibatnya. Atau kata lain
juga pembelian secara mendadak tanpa ada perencanaan terlebih dahulu pada saat
memasuki suatu toko.
Perilaku impulse buying terjadi begitu saja karena adanya dorongan untuk
membeli secara spontan dan tanpa banyak pemikiran, sehingga konsumen tidak
memikirkan konsukensi dari pembelian yang dilakukan konsumen disini
memikirkan konsekuensi setelah terjadinya keputusan pembelian.
21
2.5.2 Tipe-Tipe Pembelian Tidak Terencana
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pembelian tidak terencana dapat
diklaasifasikan dalam empat tipe: planned impulse buying, reminded impulse
buying, suggestion impulse buying, dan pure impulse buying (A. Ida, 2018)
1. Pure Impulse (pembelian Impulse murni)
Suatu pembelian yang murni disebabkan oleh suatu pola pembelian yang
menyimpang dari pembelian normal. Pada proses impulsif murni, maka
calon pembeli langsung mengarahkan pada suatu merek tertentu dan
melakukan pembelian secara cepat. Kebutuhan akan kategori barang
tersebut mungkin timbul di bawah sadar. Dimana tidak ada informasi yang
dicari dan tidak ada merek lain yang dipertimbangkan.
2. Reminder Impulse (pembelian impulse karena pengalaman masa lampau)
Pembelian yang terjadi ketika seorang pembeli “diingatkan” oleh sebuah
stimulus atau rangsangan yang timbul setelah di dalam toko yang
bersangkutan.
3. Suggestion Impulse (Pembelian impuls yang timbul karena sugesti)
Pembelian tidak terencana ini terjadi ketika konsumen yang bersangkutan
baru pertama kali melihat barang tersebut dimana kualitas, fungsi, dan
kegunaan barang tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya.
4. Pembelian tidak terencana yang disebabkan situasi tertentu
Pembelian tidak terencana ini terjadi pada saat pusat perbelanjaan
melakukan promosi seperti pemberian potongan harga ataupun pemberian
kupon berhadiah.
22
Selain memiliki jenis atau tipe-tipe impulse buying juga memiliki
karakteristik-karakteristik. Menurut (Edwin Japarianto & Sugiono Sugiharto,
2011) impulse buying memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut :
1. Spontanitas
Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli
sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung
di tempat toko
2. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas
Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan
bertindak seketika
3. Kegairahan dan stimulasi
Desakan mendadak untuk membeli sering disertai emosi yang dicirikan
sebagai “menggairahkan”, “menggetarkan”, “liar”.
4. Ketidakpedulian akan akibat
Desakan untuk membeli akan menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat
yang mungkin negatif diabaikan
2.5.3 Elemen Pembelian Tidak Terencana
(Erminati, 2017) mengemukakan bahwa terdapat dua elemen penting
dalam penelitian tidak terencana, yaitu:
1.) Koginitif
Elemen ini berfokus pada konflik yang terjadi pada kognitif invidu yang
meliputi: (1) tidak mempertimbangkan harga dan kegunaan suatu produk,
(2) tidak melakukan evaluasi terhadap suatu pembelian produk, (3) tidak
23
melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk yang
mungkin lebih berguna.
2.) Emosional
Elemen ini berfokus pada kondisi emosional konsume yang meiputi: (1)
timbulnya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian, (2)
timbul perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian, dan (3)
tipe-tipe pembelian impulsif.
2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Tidak Terencana
(Hetharie, 2012) mengemukakan bahwa reaksi impulsif yang
memunculkanya pembelian impulsif karena tekanan ditempat kerja dan adanya
waktu luang, mobilitas geografi, semakin banyak suami istri yang bekerja,
pendapatan semakin bertambah tinggi sehingga konsumen kurang cukup memiliki
waktu dan berupaya membuat perencanaan pembelian. Faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya impulse buying adalah suasana hati konsumen atau
pernyataan emosional, evaluasi normatif untuk melakukan impulse buying,
stimulus, identitas diri dan faktor demografi.
2.5.5 Karakteristik Dari Pembelian Tidak Terencana
Karakteristik-karakteristik dari pembelian impulsif menurut (Hetharie,
2012) diuraikan sebagai berikut:
1.Merasa adanya kekuatan yang muncul dari suatu produk;
2.Merasa mempunyai kekuatan untuk membeli produk dengan segera
3.Mengabaikan segala konsekuensi negatif dari pembelian;
4.Perasaan gembira, bahkan euforia;
24
5.Konflik antara kontrol dan kegemaran yang tidak dapat ditahan.
2.5.6 Keputusan Pembelian Impulsif
Keputusan belanja tidak terencana atau spontan atau tiba-tiba merupakan
keputusan belanja jenis pemecahan masalah secara terbatas, yang berarti
keputusan pembelian yang dibuat oleh pelanggan secara spontan atau seketika
setelah melihat barang dagangan.
Menurut (Nurmasarie & Iriani, 2013) menyatakan bahwa pembelanjaan
impuls dapat diukur dengan sejumlah karakteristik yaitu adanya perasaan yang
berlebihan akan ketertarikan dari produk yang dijual, perasaan untuk segera
memilih produk yang dijual, mengabaikan segala konsekuensi dari pembelian
sebuah produk, adanya perasaan puas dan menyenangkan, adanya konflik yang
terjadi antara pengendalian dengan kegemaran di dalam diri orang tersebut.
2.6 Hubungan Promosi Penjualan (Sales Promotion) Dengan PembelianTidak Terencana (Impulse Buying)
Salah satu cara yang dilakukan peritel untuk mempertahankan keunggulan
bersaing dan menjaga gross profit adalah dengan promosi. Banyak perusahaan-
perusahaan yang menggunakan promosi untuk kemajuan perusahaannya. Promosi
dapat dilakukan dengan berbagai macam jenis media baik diluar toko atau
promosi didalam toko (in store promotion). Promosi yang dilakukan diluar toko
dapat menarik konsumen mengunjungi toko dan promosi yang dilakukan didalam
toko bertujuan untuk menjadi stimulus yang dapat merangsang keputusan
pembelian konsumen didalam toko, baik keputusan yang telah direncanakan
ataupun keputusan yang belum direncanakan sebelum datang ke toko. In store
promotion merupakan salah satu bentuk promosi yang dapat dilakukan peritel
25
ataupun pemilik produk. Dalam usaha ritel tujuan dilakukannya in store
promotion adalah untuk mempercepat pergerakan barang yang pada akhirnya
dapat berdampak pada penjualan. Selain itu tujuan lain diadakannya promosi
penjualan adalah untuk mengurangi penumpukan barang yang sudah out of date
atau dengan kata lain mendekati tanggal kadaluarsa. Peritel juga melakukan
promosi untuk menjaga keseimbangan barang yang disediakan dengan barang
yang dibutuhkan oleh konsumen. Belakangan ini strategi instore promotion
banyak dilakukan oleh para peritel. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
banyaknya iklan-iklan yang dibuat melalui display toko baik berupa iklan banner,
potongan harga, undian berhadiah, bonus tambahan, poster yang ditempelkan rak
didalam toko, iklan yang ditempelkan pada keranjang belanja, bahkan tayangan
iklan melalui video didalam toko. Dengan adanya hal tersebut diharapkan dapat
menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut. Iklan atau berbagai
promosi yang dilakukan peritel ataupun supplier didalam toko merupakan daya
tarik yang secara langsung dapat mengingatkan konsumen terhadap suatu produk
tertentu. Promosi tersebut dapat menimbulkan keinginan membeli oleh konsumen
walaupun sebelumnya konsumen tidak merencanakan membeli produk tersebut.
Hal ini dapat disebut dengan impulse buying. Untuk menetapkan promosi didalam
toko yang tepat yaitu promosi yang dapat meningkatkan keputusan berdasarkan
impulse, peritel dan supplier perlu mengetahui bagaimana promosi didalam toko
dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk tertentu.
26
2.7 Hubungan Atribut Produk Dengan Pembelian Tidak Terencana (Impulse
Buying)
Salah satu cara yang dilakukan peritel untuk meningkatkan volume
penjualan produknya yaitu dengan meningkatkan pada bagian atribut produk yang
ditawarkan. Banyak pula peritel yang menggunakan teknik ini untuk kemajuan
perusahaannya. Atribut produk dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk,
mulai dari kemasan produk, kualitas produk, desain produk, aroma, dan masih
banyak lagi lainnya. Atribut produk yang ditawarkan merupakan salah satu solusi
untuk menarik perhatian konsumen karena berhadapan langsung dengan
konsumen. Seiring dengan berkembangnya jaman dan meningkatnya persaingan,
fungsi atribut produk yang dulunya hanya sebagai wadah atau pelindung berubah
menjadi alat jual yang memberikan dan menciptakan citra kepada produk yang
dijualnya. Atribut produk merupakan satu bagian dari desain komunikasi visual
yang menuntut banyak pertimbangan dalam proses pembuatannya karena selain
mempertimbangkan faktor estetis dan fungsionalnya. Untuk itu atribut produk
harus mampu menciptakan daya tarik emosional terhadap konsumen, atribut
produk yang menarik mampu mencerminkan prinsip persepsi manusia dan
penggunanya, untuk menimbulkan daya tarik kemasan harus menyenangkan baik
dari jarak dekat maupun jauh, disamping itu atribut produk harus mudah dikenali
konsumen tanpa pengamatan yang mendalam, serta mampu menunjukkan
identitas diri dan tidak bercampur dengan produk lain. Daya tarik ini yang pada
akhirnya mampu menarik perhatian konsumen sehingga menimbulkan emosi
positif yang pada akhirnya akan menciptakan keputusan pembelian impulsif.
27
2.8 Hubungan Suasana Toko Dengan Pembelian Tidak Terencana (Impulse
Buying)
Faktor suasana toko mengacu pada semua karakteristik fisik, seperti
kebersihan, kerapian, pencahayaan, temperatur udara, dan aroma dalam toko
terdapat hubungan antara pembelian tidak terencan, dimana konsumen akan
berlama-lama berada dalam keadaan toko yang nyaman. Penataan suasana
didalam toko dapat menimbulkan beberapa manfaat seperti membantu
mengarahkan perhatian konsumen (dalam hal ini erat kaitannya dengan
memperbesar ketertarikan mereka), dan menggerakkan reaksi dan emosi
konsumen. Peritel menggunakan teknik ini kepada konsumen dalam bentuk
keadaan suasan toko yang menyenangkan, nyaman, aman, dan tenang. Hal ini
bertujuan untuk memberikan positive emoional sehingga konsumen dapat betah
dan berlama-lama didalam toko kemudian pada akhirnya akan menciptakan
keputusan pembelian impulsif.
2.9 Makanan Siap Saji
2.9.1 Pengertian Makanan Siap Saji
Makanan siap saji modern (fast food) adalah jenis makanan yang mudah
disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan
dengan teknologi tinggi. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain
penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan dianggap
sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul.
28
2.10 Perilaku Konsumen
2.10.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut (Mamang Etta & Sopiah, 2013) mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka
harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
2.10.2 Tahap-tahap Perilaku Konsumen
Adapun tahap-tahap perilaku konsumen yaiu meliputi:
1. Tahap untuk merasakan adanya kebutuhan dan keinginan
2. Usaha untuk mendapatkan produk, mencari informasi tentang
produk,harga, dan saluran distribusi
3. Pengonsumsian, penggunaan, dan pengevaluasian produk setelah
digunakan
4. Tindakan pascapembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas
2.10.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Konsumen
Menurut (Sunyoto Danang, 2012) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
pilihan konsumenyaitu sebagai berikut:
1. Konsumen Individual
Pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi
oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. Kebutuhan persepsi terhadap
karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup dan
karakteristik kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu itu
terhadap berbagai alternatif merek yang tersedia.
29
2. Lingkungan yang mempengaruhi konsumen
Pilihan-pilha konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang
mengitarinya. Ketika seorang melakukan pembelian suatu merek produk,
mungkin didasari oleh banyak pertimbangan. Mungkin sesorang membeli
sesuatu merek produk karena meniru orang lain.
3. Stimulu pemasaran atau strategi pemasaran
Strategi pemasaran yang banyak dibahas adalah satu-satunya variabel
dalam model ini yang dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini pemasar
berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli-stimuli
pemasaran seperti iklandan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih
merek produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran yang lazim
dikembangkan oleh pemasar yaitu yang berhubungan dengan produk apa
yang akan ditawarkan, penentuan harga jual produknya, strategi
promosinya dan bagaimana melakukan distribusi produk kepada
konsumen.
2.11 Kerangka Pemikiran
Pembelian secara tidak terencana oleh konsumen merupakan tujuan utama
yang diinginkan perusahaan-perusahaan. Saat ini banyak digunakan perusahaan-
perusahaan peritel untuk mengembangkan bisnisnya dan menghabiskan stok
produknya. Salah satu teknik yang digunakan perusahaan agar pembelian tidak
terencana terjadi adalah dengan adannya promosi penjualan, atribut produk, dan
suasana toko. Hal ini merupakan tolak ukur dan cara yang sudah banyak
digunakan perusahaan saat ini.
30
Banyak cara-cara yang dilakukan untuk promosi penjualan yaitu mulai
dari potongan harga, kupon (voucher), hadiah undian, premi, dan paket harga.
Atribut produk mulai dari kemasan, kualitas, harga, desain, dan lain sebagainya
yang mempengaruhi pembelian tidak terencana. Suasana toko juga mempengaruhi
konsumen membeli secara tidak terencana. Suasana toko (Instore Atmosphere)
mencakup lantai, warna dan pencahayaan, aroma dan musik, suhu udara, lebar
gang, pramusaji, dan pemberian label harga.
Alat-alat inilah yang digunakan perusahaan untuk membuat konsumen
merasa tertarik terhadap produk dan konsumen membelinya secara tak berencana.
Adapun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
31
Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Sumber: Data Primer, 2019
Promosi
Penjualan (X1)
Iklan
(X1.1)
Suhu (X3.1) Pencahayaan
(X3.2)
Kebersihan
(X3.4)
Pengelompokan
produk (X3.3)
Suasana Didalam
Toko (X3)
Atribut Produk
(X2)
Rasa (X2.5) Kualitas (X2.6)
Aroma (X2.3)Isi (X2.2)Harga (X2.1)
Kemasan
(X2.4)
Keinginan untuk
memiliki (Y1.1)
Tidak memperdulikan
akibat (Y1.2)
Diskon
(X1.2)
Undian Berhadiah
(X1.3)
Bonus
Tambahan
32
Penjelasan dari kerangka penelitian ini menggambarkan setiap varibael
memiliki indikator. Pada varibael (X1) diukur dari indikator (X1.1) hingga (X1.4),
variabel (X2) diukur dengan indikator (X2.1) hingga (X2.6), variabel (X3) diukur
dengan indikator (X3.1) hingga (X3.4), sedangkan variabel (Y1) memiliki indikator
penilaian dari (Y1.1) hingga (Y1.2). Selain itu, kerangka pemikiran tersebut
menggambarkan adanya pengaruh dari variabel independen yaitu promosi
penjualan (X1) terhadap pembelian tidak terencana (Y1), adanya pengaruh
langsung atribut produk (X2) terhadap pembelian tidak terencana (Y1), adanya
pengaruh suasana di dalam toko (X3) terhadap pembelian tidak terencana (Y1).
2.12 Hipotesis
Berdasarkan teori pendukung dan kerangka pemikiran dalam penelitian ini,
maka dapat dihipotesiskan:
�� : Promosi penjualan berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana
�� : Atribut produk berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana
��: Suasana di dalam toko berpengaruh terhadap pembelian tidak
terencana