BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

35
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Spektrum Autisme 2.1.1. Definisi Gangguan Spektrum Autisme merupakan salah satu jenis gangguan neurodevelopmental yang biasanya muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini dahulu juga dikenal dengan istilah Autisme Infantil. Menurut Kriteria ICD-X dikenal dengan istilah gangguan perkembangan pervasif. Karakteristik dari gangguan ini adalah pada interaksi sosial, pola komunikasi, minat dan gerakan yang terbatas, stereotipik dan diulang-ulang (Kaligis, 2017). Kondisi seperti ini tentulah akan sangat mempengaruhi perkembangan baik mental maupun fisik anak tersebut. Apabila tidak dilakukan intervensi secara dini, dan tatalaksana yang tepat, sulit diharapkan perkembangan yang optimal akan terjadi pada anak-anak ini. Mereka akan semakin terisolir dari dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri, dengan berbagai gangguan mental dan perilaku yang semakin mengganggu dan tentunya semakin banyak dampak negatif yang akan terjadi kemudian hari (Widyawati, 2017). 2.1.2. Epidemiologi Prevelensi di dunia dilaporkan 1 %, dengan jumlah anak laki-laki yang lebih banyak mengalami gangguan ini. Bedasarkan data tahun 2011-2012, prevelnsinya di Amerika Serikan pada anak laki-laki sekitar 3,23% sementara pada anak perempuan 0,7%. Suatu penelitian retrospesifik juga mendapatkan

Transcript of BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

Page 1: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Spektrum Autisme

2.1.1. Definisi

Gangguan Spektrum Autisme merupakan salah satu jenis gangguan

neurodevelopmental yang biasanya muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan

ini dahulu juga dikenal dengan istilah Autisme Infantil. Menurut Kriteria

ICD-X dikenal dengan istilah gangguan perkembangan pervasif.

Karakteristik dari gangguan ini adalah pada interaksi sosial, pola komunikasi,

minat dan gerakan yang terbatas, stereotipik dan diulang-ulang (Kaligis,

2017).

Kondisi seperti ini tentulah akan sangat mempengaruhi perkembangan

baik mental maupun fisik anak tersebut. Apabila tidak dilakukan intervensi

secara dini, dan tatalaksana yang tepat, sulit diharapkan perkembangan yang

optimal akan terjadi pada anak-anak ini. Mereka akan semakin terisolir dari

dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri, dengan berbagai gangguan

mental dan perilaku yang semakin mengganggu dan tentunya semakin

banyak dampak negatif yang akan terjadi kemudian hari (Widyawati, 2017).

2.1.2. Epidemiologi

Prevelensi di dunia dilaporkan 1 %, dengan jumlah anak laki-laki yang

lebih banyak mengalami gangguan ini. Bedasarkan data tahun 2011-2012,

prevelnsinya di Amerika Serikan pada anak laki-laki sekitar 3,23% sementara

pada anak perempuan 0,7%. Suatu penelitian retrospesifik juga mendapatkan

Page 2: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

21

hubungan antara meningkatnya usia orang tua lebih dari 35 tahun dengan

kejadian autisme (Widyawati, 2017).

Di Indoneisa belum ada angka yang pasti mengenai prevelensi autisme

namun dari data yang ada di poliklinik Psikiatri Anak dan Remaja RSCM

pada tahun 1989 hanya ditemukan 2 pasien, dan pada tahun 2000 tercatat 103

pasien baru, terjadi peningkatan sekitar 50 kali. Dikatakan bahwa anak

laki-laki mudah mendapat gangguan fungsi otak. Namun anak perempuan

penyandang autisme biasanya mempunyai gejala yang lebih berat dan pada

test intelegensi mempunyai hasil yang lebih rendah dibanding pada anak

laki-laki (Widyawati, 2017).

2.1.3. Gambaran Klinis Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme

1. Gangguan kualitatif pada interaksi dan komunikasi sosial

Gangguan interaksi dan komunikasi sosial merupakan katakteristik

gangguan spektrum autisme. Gejalanya termasuk gangguan pada

non-verbal yang digunakan untuk berinteraksi sosial, kegagalan dalam

membentuk hubungan sosial yang sesuai dengan tingkat

perkembangan anak, dan kurangnya minat spontanitas untuk berbagi

kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain

(Widyawati, 2017).

Gambaran kualitatif pada komunikasi dapat berupa:

a. Keterlambatan atau tidak adanya sama sekali perkembangan

berbahasa untuk bicara, dan tidak disertai dengan usaha untuk

mengkompensasi keadaan terebut, misalnya anak-anak dengan

disabilitas dan sensorik biasanya akan berusaha untuk

Page 3: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

22

mengkompensasinya dengan menggunakan cara-cara non-verbal

seperti bahasa tubuh untuk berkomunikasi (Widyawati, 2017).

b. Gangguan yang nyata pada kemampuan untuk memulai atau

mempertahankan pembicaraan, tampak pada anak gangguan

spektrum autisme yang memiliki kemampuan verbal baik. Hal ini

termasuk kurangnya kemampuan melakukan pembicaraan ringan

sehari-hari, tidak dapat memberikan informasi yang cukup, sulit

untuk menanyakan informasi dan tidak merespon komentar orang

lain secara tepat (Widyawati, 2017).

c. Bahasa yang stereotipikal, repetitif, atau idiosinkratik.

Terdapatnya ekolalia, yaitu repetisi dari kata-kata orang lain

adalah hal yang sering muncul. Kecepatan, volume dan intonasi

berbicara dapat tinggi, rendah, cepat, pelan, menyentak, monoton,

dan tampil tidak seperti pembicaraan biasa. Mungkin dapat

menciptakan kata-kata sendiri atau repetitif pada frase dan bahasa,

dapat mengulang frase yang sama, bahkan saat tidak sesuai

dengan konteks (Widyawati, 2017).

2. Gambaran klinis lainnya pada gangguan spektrum dengan autisme

i. Pola perilaku, aktifitas, dan minat yang repetitif, terbatas,

stereotipikal

ii. Gangguan kognitif

iii. Gangguan pada perilaku motorik

iv. Reaksi abnormal terhadap perangsangan indera

v. Gangguan tidur dan makan

Page 4: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

23

vi. Gangguan afek dan mood/perasaan/emosi

vii. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan agresivitas

melawan orang lain

viii. Gangguan kejang

2.1.4. Kriteria Diagnosis Gangguan Spektrum Autisme

Kriteria Diagnosis Gangguan Spektrum Autisme Menurut DSM - V:

1. Terdapat defisit yang persisten dari komunikasi dan interaksi sosial

terhadap berbagai konteks, yang bermanifestasi sebagai berikut, pada

saat ini atau adanya riwayat (contoh adalah ilustratif, bukan secara

lengkap):

a. Defisit pada timbal balik sosial- emosional, yang misalnya

mencakup mulai dari pendekatan sosial yang abnormal dan

kegagalan dalam percakapan timbal - balik normal; hingga

berkurangnya berbagai minat, emosi, atau mempengaruhi; hingga

kegagalan untuk memulai atau merespon interaksi sosial.

b. Defisit pada perilaku komunikatif nonverbal yang digunakan

untuk interaksi sosial, yang misalnya mencakup mulai dari

buruknya integrasi komunikasi verbal dan nonverbal; hingga

abnormalitas pada kontak mata dan bahasa tubuh atau defisit

dalam memahami dan penggunaan isyarat; hingga tidak adanya

ekspresi wajah dan komunikasi nonverbal.

c. Defisit dalam mengembangkan, mempertahankan, dan memahami

hubungan, yang misalnya mencakup dari kesulitan dalam

menyesuaikan perilaku terhadap bermacam - macam konteks

Page 5: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

24

sosial; hingga kesulitan dalam berbagi permainan imajinatif atau

dalam mencari teman; hingga tidak adanya minat terhadap teman

sebaya.

2. Pola perilaku, atau aktifitas yang terbatas atau repetitif, yang

bermanifestasi sebagai paling tidak dua dari hal berikut, pada saat ini

atau adanya riwayat (contoh adalah ilustrasi, bukan secara lengkap):

a. Gerakan motorik, penggunaan obyek, atau berbicara stereotipikal

atau misalnya repetitif misalnya stereotipe motorik simpel,

memberikan mainan atau membalikan barang, ekolalia, frase

idiosinkratik.

b. Desakan terhadap kesamaan, keterikatan yang kaku pada rutinitas,

atau pola perilaku verbal atau nonverbal, sebagai contoh adalah

tekanan yang ekstrim pada sedikit perubahan, kesulitan terhadap

transisi, pola pemikiran yang kaku, ritual dalam menyapa, harus

melalui rute yang sama atau memakan makanan yang sama setiap

hari.

c. Minat dengan keterbatasan dan fiksasi tinggi dengan intensitas

atau fokus yang abnormal, misalnya adalah keterikatan yang kuat

atau preokupasi terhadap obyek yang tidak biasa, minat yang

sangat terbatas atau perseveratif.

d. Hiper-atau hipoaktivitas terhadap input snsorik atau minat yang

tidak biasa dalam aspek sensorik dari lingkungan, sebagai contoh

adalah mengabaikan rasa nyeri/suhu, respon buruk terhadap suara

Page 6: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

25

atau tekstur spesifik, mengendus atau menyentuh benda secara

berlebihan, kesenangan visual saat melihat cahaya atau gerakan.

3. Gejala - gejala harus ada saat periode awal perkembangan (tetapi

mungkin tidak menjadi manifestasi penuh hingga kebutuhan sosial

telah melebihi batas kapasitas, atau dapat ditutupi dengan strategi yang

dipelajari pada kehidupan mendatang).

4. Gejala - gejala menyebabkan gangguan klinis yang signifikan dalam

fungsi sosial, okupasional, atau area penting lainnya pada saat ini

5. Gangguan - gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan lebih baik

dengan disabilitas intelektual (gangguan perkembangan intelektual)

atau keterlambatan perkembangan global. Disabilitas intelektual dan

gangguan spektrum autism biasanya terjadi secara bersamaan; dimana

untuk membuat diagnosis komorbid dari gangguan spectrum autism

dan disabilitas intelektual, komunikasi sosial harus lebih rendah

dibandingankan dengan tingkat perkembangan yang seharusnya.

Catatan: individu dengan diagnosis gangguan autistik DSM-IV yang sesuai,

gangguan Asperger, atau gangguan perkembangan pervasif yang tidak

terspesifikasikan seharusnya diberikan diagnosis gangguan spektrum

autism. Individu yang mempunyai defisit jelas pada komunikasi sosial,

tetapi dengan gejala yang tidak memenuhi kriteria gangguan spektrum

autism, harus dievaluasi untuk gangguan komunikasi sosial.

Tentukan keparahan saat ini: Keparahan berdasarkan dari gangguan

komunikasi sosial dan pola perilaku yang terbatas dan repetitif (lihat tabel)

Page 7: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

26

Gambar 1. Severity levels for autism spectrum disorder

Sumber: DSM - V, 2013

2.1.5. Diagnosis Banding

1. Retardasi mental : keterampilan sosial dan komunikasi

verbal/nonverbal pada anak retardasi mental adalah sesuai dengan usia

mental mereka. Tes intelegensi biasanya menunjukan suatu penurunan

yang menyeluruh dari berbagai tes, berbeda dengan anak autistik hasil

tes-nya tidak menunjukkan hasil yang rata-rata sama. Kebanyakan

anak dengan taraf retardasi berat dan usia mental yang sangat rendah

menunjukkan tanda-tanda autisme yang khas, seperti gangguan dalam

interaksi sosial, stereotipi, dan buruknya kemampuan berkomunikasi

(Kaligis, 2017).

2. Skizofrenia : kebanyakan anak dengan skizofrenia secara umum

nampak normal pada saat bayi sampai akhir usia 2-3 tahun, dan baru

Page 8: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

27

kemudian muncul halusinasi dan waham, gejala yang tidak terdapat

pada autisme. Gejala negatif skizofrenia (mis., Penurunan fungsi

normal) seperti pembatasan dalam ekspresi emosional, kelancaran

bicara, dan perilaku yang diarahkan pada tujuan, dll (Suthar, 2020).

3. Gangguan perkembangan bahasa: kondisi ini menunjukkan adanya

gangguan pada pemahaman dan dalam mengekspresikan pembicaraan.

Namun berkomunikasi nonverbal-nya baik, dengan memakai gerakan

tubuh dan ekspresi wajah. Juga tidak ditemukan adanya stereotipi dan

gangguan yang berat dalam interaksi sosial (Suthar, 2020).

4. Sindrom Landau - Kleffner: afasia yang didapat dengan epilepsi atau

sindrom Landau-Kleffner ditandai oleh perkembangan normal pada

usia tiga sampai empat tahun diikuti oleh gangguan pada bahasa

reseptif, dan kemudian ekspresif, ditandai dengan adanya kejang atau

gambaran elektroencefalogram yang abnormal (Fuentes, 2014).

5. Gangguan kelekatan yang reaktif: suatu gangguan dalam hubungan

sosial pada bayi dan anak kecil. Keadaan ini dikarenakan pengasuhan

yang buruk, sehingga dengan terapi dan pengasuhan yang baik dan

sesuai, kondisi ini dapat kembali normal (Fuentes, 2014).

6. Semua gangguan yang termasuk dalam kelompok Gangguan

Perkembangan Pervasif: Sindrom Asperger, Sindrom Rett, Autisme

Tak Khas, Gangguan Desintegratif Masa Kanak (Matson, 2015).

7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH): banyak

anak autisme yang juga mempunyai gejala hiperaktif, implusif, dan

inatensi, namun dangan pemngamatan klinis yang teliti akan tampak

Page 9: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

28

bedanya dengan GPPH. Pada GPPH anak masih mempunyai interaksi

sosial yang baik, komunikasi non verbal yang baik dan minat/aktivitas

motorik yang sesuai dan terarah, ada tujuan walau tidak sesuai

(Fuentes, 2014).

2.1.6. Terapi

Tujuan dari terapi pada gangguan autistik adalah untuk:

1. Mengurangi masalah perilaku

2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama

dalam penguasaan bahasa

3. Mampu bersosialisasi dan beradaptasi di lingkungan sosialnya.

Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi

yang menyeluruh dan bersifat individu, dimana pendidikan khusus dan

terapi wicara merupakan komponen yang penting. Namun tidak boleh

dilupakan adalah bahwa masing - masing inividu anak adalah unik, sehingga

jangan beranggapan bahwa satu metode berhasil untuk satu anak berarti

metode tersebut akan berhasil pula untuk anak yang lain. Akan lebih

bijaksana bila metodenyalah yang disesuaikan untuk si anak, bukan anak

yang harus menyesuaikan diri untuk metode terapi tertentu (Kaligis, 2017).

1. Pendekatan Edukatif

Prinsip pendekatan edukatif sangat tergantung pada

kondisi/ringannya gangguan yang ada. Pada ank yang mempunyai

intelegensi normal - tinggi sebaiknya tetap dimasukkan ke sekolah

formal umum, sedangkan yang mempunyai intelegensi di bawah

Page 10: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

29

rata - rata normal sebaiknya bersekolah di SLB-C, tentu dengan

catatan perilaku dan emosinya telah terkendali (Kaligis, 2017)

Idealnya anak ikut serta menyusun pelatihan dengan tujuan agar

ia dapat mengatur sendiri pikiran dan tindakannya, dengan harapan

ia dapat memperoleh kemampuan untuk bekerja mandiri.

Pendekatan ini tentunya membutuhkan suatu kelas yang

perbandingan murid dan gurunya rendah. Contoh: Treatment and

Education of Autistic and Related Communication Handicapped

Children (TEACCH). Dalam pelajaran bahsa, anak lebih mudah

mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi bila fokus

pembicaraan mengenai hal - hal yang ada didalam kehidupan sehari

- hari (Subramanyam, 2019).

2. Terapi Perilaku

Dengan modifikasi perilaku yang spesifik, yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan anak, diharapkan dapat membantu

anak autistik dalam mempelajari perilaku yang diharapkan dan

membuang perilaku yang bermasalah. Beberapa jenis terapi perilaku

yang digunakan menurut Center for Disease Control and Prevention

(CDC) :

a. Metode ABA (Applied Behavioral Analysis): terapi dilakukan

dengan memberikan positive reinforcement bila anak menuruti

perintah terapis. Disini anak diarahkan untuk mengubah

perilaku yang tidak diinginkan dan menggantikannya dengan

perilaku yang lebih bisa diterima.

Page 11: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

30

b. Metode Option: lebih child centered, dimana terapis selalu

mengikuti perilaku anak. Yang ditekankan disini adalah

“acceptance” and “love”. orang tua justru harus berusaha untuk

masuk kedalam dunia anak tersebut.

c. Metode Floor Time. Ini sejenis terapi bermain yang dilakukan

pada anak.

3. Terapi khusus

Terapi wicara, terapi okupasi, sensori integrasi dan fisioterapi.

Dari satu penelitian pada anak autistik didapatkan hasil: 9% tidak

dapat bicara, dengan intervensi yang sesuai ada harapan anak

autistik dapat belajar bicara (Hasnita, 2015).

4. Psikoterapi

Dengan adanya pengetahuan tentang faktor biologi pada

autisme, psikodinamik psikoterapi yang dilakukan pada anak yang

masih kecil termasuk disini terapi bermain yang tidak terstruktur,

adalah tidak sesuai lagi. Psikoterapi individual, baik dengan atau

tanpa obat, mungkin lebih sesuai pada mereka yang telah

mempunyai fungsi hati lebih baik, saat usia mereka meningkat,

mungkin timbul perasaan cemas dan depresi ketika mereka

menyadari kelainan dan kesukaran dalam membina hubungan

dengan orang lain (Kaligis, 2017).

5. Terapi Obat

Menurut CDC, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan

autisme atau mengobati gejala inti. Namun, ada obat yang dapat

Page 12: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

31

membantu beberapa orang dengan autisme. Misalnya, pengobatan

dapat membantu mengelola tingkat energi yang tinggi,

ketidakmampuan untuk fokus, kegelisahan dan depresi, reaktivitas

perilaku, cedera diri, atau kejang.

Pemeriksaan lengkap dari kondisi fisik dan laboratorium harus

dilakukan sebelum memulai pemberian obat - obatan. Periode

istirahat dari obat, setiap 6 bulan, dianjurkan untuk menilai lagi

apakah obat masih diperlukan dalam terapi. Orang tua dan terapis

harus memantau dengan cermat perkembangan dan reaksi anak saat

dia sedang minum obat untuk memastikan bahwa efek samping

negatif dari perawatan tidak melebihi manfaatnya.

Menurut National Institute of Child Health and Human

Development (NICHD), obat - obat yang digunakan antara lain :

A. Antipsikotik - memblok reseptor dopamin

Risperidone efektif untuk terapi anak gangguan spektrum

autisme yang disertai dengan emosi dan perilaku yang

maladaptif, seperti tantrums, agresivitas, dan perilaku yang

membahayakan diri sendiri, iritabel, stereotipik, hiperaktif, dan

gangguan komunikasi. Beberapa antipsikotik atipikal lain juga

mempunyai efek positif namun masih diperlukan penelitian

lebih lanjut:

- Olanzapine (Zyprexa): beberapa penelitian menunjukan adanya

perbaikan dalam iritabilitas, hiperaktivitas, bicara yang

Page 13: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

32

berlebihan, dan komunikasi. Efek samping yang sering muncul

penambahan BB dan mengantuk .

- Aripiprazole (Abilify): mempunyai efek terapi yang hampir

sama.

B. SSRI - merupakan selective serotonin reuptake inhibitor

Fluoxetine (prozac), sertralin (Zoloft), fluvoxamine (Luvox),

sangat efektif untuk depresi, cemas, dan obsesif, juga

meningkatkan perilaku secara umum menjadi lebih terkendali,

interest yang terbatas, inatensi, hiperaktif, labilitas mood,

proses belajar, bahasa, dan sosialisasi.

C. Antikonvulsan - hampir sepertiga orang dengan gejala autisme

mengalami kejang atau gangguan kejang

D. Antiansietas - kelompok obat ini dapat membantu meringankan

kecemasan dan gangguan panik, yang sering dikaitkan dengan

gangguan spektrum autisme.

E. Naltrexone - antagonis opioida

F. Andtidepresan - Clomipramine

G. Clonidine - menurunkan aktivitas noradrenergik.

2.1.7 Pendidikan Bagi Penyandang Autisme

Pendidikan bagi anak autisme memiliki tujuan agar anak mandiri

dalam memenuhi kebutuhannya sendiri/melakukan aktivitas mengurus diri

sendiri, dengan tujuan khusus agar anak mampu berkomunikasi dengan

baik dan mampu bersosialisasi (Goldstein, 2018). Prinsip - prinsip untuk

pembelajaran anak autis, meliputi:

Page 14: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

33

1. Terstruktur

Materi pengajaran dimulai dari bahan ajar yang paling mudah dan

yang dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut

dikuasai, selanjutnya ditingkatkan ke bahan ajar yang setingkat

diatasnya yang masih merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan

dari materi sebelumnya. Struktur pengajarannya meliputi; struktur

waktu, struktur ruang, dan strutur kegiatan.

2. Terpola

Pada umumnya kegiatan anak autis terbentuk dari rutinitas yang

terpola dan terjadwal, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.

Oleh karena itu, dalam pendidikannya harus dikondisikan atau

dibiasakan dengan pola yang teratur. Untuk anak autis yang

kemampuan kognitifnya telah berkembang, dapat dilatih dengan

memakai jadwal yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

lingkungannya, agar anak dapat menerima perubahan dari rutinitas

yang sudah berlaku agar menjadi lebih fleksibel. Dengan demikian

diharapkan anak autis akan menjadi lebih mudah menerima

perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya

(adaptif) dan dapat berperilaku secara wajar (sesuai dengan tujuan

pembelajarannya) .

3. Teprogram

Dalam program materi pendidikannya harus dilakukan secara

bertahap dan berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga target

program pertama akan menjadi dasar target program yang kedua,

Page 15: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

34

dan seterusnya. Prinsip dasar terprogram ini berguna untuk memberi

arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam

melakukan evaluasi (Goldstein, 2018).

4. Konsisten

Konsisten artinya tetap dalam berbagai hal, ruang, dan waktu.

Konsisten bagi guru berarti tetap dalam bersikap, merespon dan

memperlakukan anak sesuai dengan karakter dan kemampuannya.

Konsisten bagi anak artinya tetap dalam menguasai kemampuan

sesuai dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu yang

berbeda. Peran orang tua dituntut konsisten dalam pendidikan bagi

anaknya, yakni dengan bersikap dan memberikan perlakuan

terhadap anak sesuai dengan program pendidikan yang telah disusun

bersama dengan gurunya (Goldstein, 2018).

5. Kontinyu

Pendidikan dan pengajaran bagi anak autis bersifat kontinyu, artinya

berkesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program

pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyu dalam pelaksanaan

pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindak lanjuti

di rumah dan lingkungan sekitar anak agar berkesinambungan,

simultan dan integral (menyeluruh dan terpadu) (Goldstein, 2018).

Ada beberapa gaya belajar yang dominan pada anak autis yang

dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pembelajaran. Beberapa gaya

belajar yang dominan tersebut menurut Susman (dalam Buku Pedoman

Penanganan dan Pendidikan Autisme YPAC, 2015) antara lain adalah :

Page 16: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

35

1. Rote Learner

Anak yang menggunakan gaya belajar ini cenderung menghafalkan

informasi apa adanya, tanpa memahami arti simbol yang mereka

hapalkan.

2. Gestal Learner

Anak cenderung belajar melihat sesuatu secara global. Anak

menghafalkan kalimat-kalimat secara utuh tanpa mengerti arti

kata-per-kata yang terdapat pada kalimat tersebut.

3. Visual Learner

Anak dengan gaya belajar visual senang melihat-lihat buku atau

gambar atau menonton TV, pada umumnya lebih mudah mencerna

informasi yang dapat mereka lihat dari pada yang hanya mereka

dengar.

4. Hand on Learner

Anak yang belajar dengan gaya ini, senang mencobacoba dan

biasanya mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya.

Mulanya mungkin ia tidak tahu apa arti kata ”buka”, setelah

tangannya diletakkan di pegangan pintu dan membantu tangannya

membuka pintu sambil kita katakan ”buka”, ia segera tahu bahwa

bila kita mengatakan ”buka” berarti ...ia kepintu dan membuka pintu

itu.

Page 17: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

36

5. Auditory Learner

Anak dengan gaya belajar ini senang bicara dan mendengarkan

orang lain bicara. Anak mendapatkan informasi melalui

pendengarannya.

6. Visual Thinking

Anak dengan gaya berfikir seperti ini lebih mudah memahami

hal-hal yang konkrit (dapat dilihat dan dipegang) dari pada hal yang

abstrak.

7. Processing Problems

Anak dengan gaya belajar ini sulit memahami informasi verbal yang

panjang. Mereka cenderung terbatas dalam memahami dan

menggunakan akal sehat/nalarnya.

8. Sensory Sensitivities

a. Sound Sensitivity

Takut berlebihan pada suara yang keras/bising, sehingga membuat

mereka bingung, merasa cemas atau terganggu yang

termanifestasikan dalam bentuk perilaku yang buruk.

b. Touch Sensitivity

Anak memiliki kepekaan terhadap sentuhan ringan yang terwujud

dalam bentuk masalah perilaku. Apabila anak terganggu dengan

sentuhan kita, maka pelukan kita justru ia artikan sebagai hukuman

yang menyakitkan.

9. Communications Frustrations

Page 18: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

37

Mereka dapat mengerti orang lain, bila orang lain bicara langsung

pada mereka, seolah mereka tidak mendengar. Anak autis juga sulit

mengungkapkan diri, oleh karena itu lalu berteriak atau berperilaku

negative hanya sekedar untuk mendapatkan sesuatu yang

diinginkan.

10. Social and Emotional Issues

Keterpakuan akan sesuatu yang membuat anak autis cenderung

berfikir kaku. Akibatnya, anak autis sulit adaptasi atau memahami

perubahan yang terjadi di lingkungan sehari-hari .

Individu autis lebih mudah belajar dengan melihat (visual

learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk

mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar,

misalnya dengan metode PECS (Picture Exchange Communication System).

Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan

ketrampilan komunikasi. Contoh lain menggunakan Computer picture

(Banire, 2015.)

Anak-anak dengan autisme memiliki kekuatan dalam beberapa

keterampilan seperti pemrosesan visual (Grandin dalam Alter-Muri, 2017)

dan memori hafalan, sementara beberapa kelemahan mereka adalah

perhatian pada tugas belajar dan pemrosesan audio( Alter-Muri, 2017).

Gaya visual ini dipertimbangkan untuk memfasilitasi pemahaman

dalam pembelajaran. Video representasional diadopsi dari teknik

pemodelan video dimana ia digunakan untuk ilustrasi konten dalam belajar

untuk anak-anak dengan autisme yang mendukung kebutuhan mereka akan

Page 19: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

38

skenario nyata (memberi mereka perhatian selektif) dalam tampilan visual

(Banire, B, 2015).

Page 20: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

39

2.1.8 Teori Neuroplastisitas Pada Autisme

Neuroplastisitas ditetapkan sebagai kemampuan reorganisasi

fungsional dalam jaringan saraf, dimediasi oleh perubahan sirkuit saraf.

Belajar adalah produk sampingan dari neuroplastisitas. Dengan kata lain,

neuroplastisitas bergantung pada pengalaman, dan terapi perilaku adalah

kunci untuk meningkatkan reorganisasi otak. Konsep neuroplastisitas

menyiratkan bahwa otak pada dasarnya melakukan perbaikan sendiri

dengan menyesuaikan "geografi" dalam hal representasi kortikal

berdasarkan perubahan lingkungan. Sekarang diketahui bahwa keterlibatan

dalam berpikir, bertindak, dan belajar menghasilkan perubahan signifikan

pada struktur dan fungsi fisik otak (Debowska, 2016).

Gejala-gejala perilaku Autisme Spectrum Disorder (ASD) mulai

muncul di beberapa tahun pertama kehidupan ketika perkembangan otak

terjadi dengan sangat cepat (Losardo, 2016). Studi neuroimaging struktural

pada ASD secara konsisten melaporkan perkembangan otak terjadi antara 2

dan 5 tahun. Pertumbuhan kortikal atipikal ini tampaknya paling jelas di

lobus frontal; Namun, area lain seperti otak kecil dan sistem limbik telah

diidentifikasi.

Di lobus frontal, kelainan berkaitan dengan pembelajaran dan

pemecahan masalah, fungsi eksekutif, dan respons sosial-emosional. Selain

itu, kelainan ini dianggap berkontribusi pada ketidak mampuan untuk

menafsirkan keadaan emosional orang lain yang mengakibatkan kesulitan

memusatkan perhatian, perilaku sosial-emosional, dan perilaku komunikasi

sosial. Meskipun tidak dipahami dengan baik, otak kecil dianggap

Page 21: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

40

Gambar 2. Strategi Intervensi untuk Mendukung Neuroplastisitas

memainkan peran dalam memproses bahasa, keterampilan

visuospatial, dan fungsi eksekutif (Losardo, 2016).

Beberapa penelitian telah dilakukan pada pengembangan

keterampilan verbal pada populasi anak-anak dengan autisme di bawah

usia 3. Teori yang berkaitan dengan neuroplastisitas dan perkembangan

otak sebelum usia 3 tahun mendukung gagasan periode kritis di mana

sirkuit kortikal di otak disempurnakan berdasarkan pengalaman. Salah satu

tanggung jawab dokter adalah memberikan stimulasi yang akan

menghasilkan perubahan positif pada struktural dan kimia di otak untuk

secara positif mengubah manifestasi klinis ASD. Peningkatan yang cukup

besar dalam keterampilan komunikasi anak-anak muda dengan autisme

dapat dikaitkan dengan intervensi awal yang diberikan sebelum usia 4

tahun dan keterlibatan pengasuh dan praktisi dalam proses intervensi

(Losardo, 2016).

Page 22: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

41

2.2. Neuro Linguistik Programming

2.2.1 Definisi

Neurolinguistik adalah suatu bidang kajian dalam ilmu linguistik

yang membahas struktur otak yang dimiliki seseorang untuk memproses

bahasa, termasuk di dalamnya gangguan yang terjadi dalam memproses

bahasa (Sastra, 2011). Neurolinguistik berasal dari dua cabang ilmu, yaitu

bidang ilmu neurologi dan bidang ilmu linguistic. Neurologi, sasaran kajian

atau obyek kajiannya adalah anatomi saraf otak manusia (bidang ilmu

kedokteran), sedangkan linguistic, obyek kajiannya adalah bahasa.

Neurologi dan Linguistik bekerja sama dalam bidang pragmatic

(interdisipliner), sehingga melahirkan ilmu baru yang bernama

“Neurolinguistik”, yaitu ilmu tentang hubungan antara bahasa dan saraf

otak (Nur, 2016). Neurolinguistik adalah cabang linguistik yang

mempelajari prakondisi neurologis untuk perkembangan bahasa (Sastra,

2011)

Istilah Neuro Linguistik Programming atau NLP menekankan tiga

tema; bagian "neuro" mengimplikasikan anggapan bahwa semua perilaku

berasal dari proses neurologis, seperti visual, audio, taktil, penciuman,

dan pengecapan. Dengan bantuan panca indera, orang merasakan dunia,

menerima informasi, dan kemudian menggunakan informasi terapeutik ini.

Bagian "linguistik" menyiratkan gagasan bahwa individu menggunakan

bahasa untuk menyesuaikan perilaku dan pikirannya sendiri, dan untuk

menjalin komunikasi dengan orang lain. Bagian "Pemrograman" termasuk

Page 23: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

42

memilih cara-cara di mana seseorang dapat memperoleh hasil yang

dimaksudkan untuk mengatur perilaku (Abdivarmazan, 2016)

Dari uraian tersebut dapat didefinisikan bahwa NLP merupakan

sebuah model yang memprogram interaksi antara pikiran dan bahasa

(verbal dan nonverbal) sehingga dapat menghasilkan pikiran dan perilaku

yang diharapkan. tujuan NLP di antaranya adalah membantu manusia

berkomunikasi lebih baik dengan diri mereka sendiri, mengurangi

ketakutan tanpa alasan, mengontrol emosi negatif, stres, dan kecemasan

(Abdivarmazan, 2016).

Dengan melakukan cara ini, orang merasa, berpikir, berbicara, dan

dengan demikian mampu mengatur diri sendiri dan mempengaruhi orang

lain. NLP mencari hubungan antara pemikiran, ucapan (linguistik), dan

pola perilaku (Farhadi, 2016)

2.2.2. Pilar NLP

Ada empat pilar yang penting diperhatikan dalam Neuro Linugistik

Prgoram (NLP). Pilar-pilar tersebut menjadi syarat utama yang harus

dimiliki untuk mencapai perubahan diri sesuai apa yang diinginkan.

(O’Conner, 2011). Keempat pilar tersebut, adalah:

1. Outcome (Tujuan atau Hasil Spesifik yang ingin dicapai).

Outcome adalah tujuan atau hasil. NLP memaknainya sebagai

suatu kondisi yang ingin dicapai oleh diri kita, dan tidak hanya

berwujud sebagai sesuatu yang tampak, melainkan juga termasuk

perasaan puas yang muncul karena keberhasilan yang telah dicapai.

Dalam menerapkan NLP, menentukan hasil spesifik sangatlah

Page 24: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

43

penting karena akan menjadikan konsep maupun teknik yang

diterapkan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Dengan

tujuan yang spesifik dan teknik yang sesuai hasil akhirnya pun bisa

bertahan lebih lama.

2. Rapport (membangun kedekatan).

Rapport bisa juga diartikan sebagai hubungan keakraban.

Pembangunan rapport yang berhasil adalah yang bisa membuat

lawan komunikasi/lawan bicara kita menjadi lebih nyaman sehingga

proses komunikasi antar kita berjalan lancar dan efektif. Oleh karena

itu, pada saat kita berhasil menciptakan rapport pada lawan

komunikasi kita, maka kondisi lawan bicara merasa pada situasi

yang bebas sehingga dia bebas berbicara, menyampaikan semua

unek-unek yang ada dalam pikirannya tanpa dia menyembungikan

sesuatu, karena apapun yang dia kemukakan tetap mendapat

respon/tanggapan yang baik dari kita. Rapport berperan layaknya

sebuah jembatan yang menghubungkan jarak panjang antara

pembicara dan lawan bicara menuju sikap saling pengertian dan

proses intervensi yang tepat sasaran (O’Conner, 2011).

Ada tiga teknik dalam membangun rapport, yakni

pacing-leading, matching dan mirroring. Dalam NLP Pacing bisa

diartikan dengan menyamakan atau menyelaraskan, langkah

menyamakan model dunia yang dimiliki orang lain. (Widodo (2008)

dalam Sailendra, 2014:71). Adapun Leading artinya memimpin.

Selanjutnya pacing dapat dilakukan dengan cara memberi umpan

Page 25: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

44

balik pada komunikasi verbal dan nonverbalnya, sebuah perasaan

akrab. Dengan demikian dapat diberikan umpan balik, seperti

mengangguk-angguk, menatap mata lawan bicara, tersenyum ketika

ia berhenti bicara, memberi komentar, menjawab pertanyaan, atau

meyampaikan afirmasi.

Kemudian, upaya mengajak lawan bicara ke arah yang kita

rancang, itulah yang disebut leading. Matching dan mirroring bisa

diartikan sebagai proses memahami orang lain dengan cara

menyamakan proses berpikir, berbicara, dan bertindak.Untuk

mempraktekkan matching dan mirroring, yaitu dengan melakukan

pengamatan terhadap lawan bicara, yakni dari segi fisiologi, suara,

posisi tubuh, gerakan tubuh, ekspresi wajah, gerakan mata, kata-kata

yang diucapkan, gerakan kepala, dsb. Apabila lawan bicara

mengikuti apa yang kita lakukan, berarti kita sudah berhasil

membangun rapport dengan baik.

3. Sensory Acuity (Kepekaan yang tinggi)

Pilar yang ketiga ini adalah sensory acuity, yakni melibatkan

kemampuan penggunaan panca indra dalam mengamati lawan

bicara secara cermat tanpa asumsi ataupun penilaian tertentu

sebelumnya sehingga lawan bicara dapat memberikan respon

dengan rapport yang maksimal. Setiap pencapaian yang diinginkan

hendaknya dapat terukur secara indrawi. Kepekaan yang tinggi yang

kita miliki membawa kita menuju tujuan yang sudah ditentukan

sebelumnya menjadi lebih dekat. Oleh karena itu, dengan kepekaan,

Page 26: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

45

kita akan tahu perkembangan yang kita lakukan, sudah sejauh mana

kita melangkah di jalur yang tepat. Kunci dari keakraban adalah

pemahaman, dan kunci dari pemahaman adalah kepekaan

(O’Conner, 2011).

4. Fleksibilitas (Fleksibel/tidak kaku)

Dibutuhkan sikap fleksibel (tidak kaku) dalam proses mencapai

perubahan atau hasil akhir yang diinginkan, karena dalam perjalanan

mencapai perubahan itu, akan ada beberapa hal tak terduga dari

bermacam kondiisi lingkungan yang ada. Dalam menerapkan NLP,

pilar yang keempat ini sangat penting dalam menyikapi sebuah

masalah. Jika sebuah masalah yang dihadapi pembicara terhadap

lawan bicaranya, apabila tidak berhasil dengan satu cara, maka

hendaklah menggunakan cara lain. Inilah yang dimaksud dengan

fleksibel dalam NLP, yakin bahwa jika sesuatu yang sudah

dirumuskan dengan baik, tidak pernah ada tujuan yang tidak bisa

dicapai. Cara mencapai tujuan itulah diperlukan strategi yang tepat

berdasarkan situasi dan kondisi lawan bicara/lawan komunikasi

(O’Conner, 2011)

Page 27: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

46

2.2.3 Model NLP

NLP memiliki beberapa model utama, diantaranya: Meta Model,

Represantional System Model,Milton Model.

1. Meta Model

Menurut Andreas (2003) (dalam O’Conner, 2011), Meta Model

dijelaskan sebagai berikut: "Orang merespons peristiwa berdasarkan

gambar internal mereka, suara dan perasaan. Mereka juga

mengumpulkan pengalaman ini ke dalam kelompok atau kategori

yang diberi label dengan kata-kata. Meta Model adalah metode

untuk membantu seseorang beralih dari peta informasi- kata kunci

kembali ke pengalaman berbasis sensorik spesifik yang menjadi

basisnya. Di sinilah dalam pengalaman spesifik yang kaya informasi

bahwa perubahan yang bermanfaat dapat dilakukan yang akan

menghasilkan perubahan perilaku”. Tujuan Meta Model bukanlah

untuk menemukan jawaban yang 'benar', tetapi untuk mengajukan

pertanyaan yang lebih baik - untuk memperluas peta dunia kita dari

pada untuk menemukan 'peta dunia yang tepat'.

Filosofi dari konsep Meta-Model adalah diyakini bahwa

manusia saat merekam realita (external world) adalah berupa

kesatuan utuh, akan tetapi saat mereka mengungkapkannya kembali

secara verbal, biasanya dalam konteks tertentu, maka terjadi proses

pelucutan dari kesatuan utuh yang ada sebelumnya, dimana dikenal

dengan proses yang diistilahkan sebagai : Distortion, Deletion, dan

Generalization. Teknik Meta-Model adalah sebuah analisa praktis

Page 28: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

47

linguistik untuk membantu seseorang agar kembali melengkapi

suatu hal yang mungkin telah dilucuti oleh proses : Distortion,

Deletion, dan Generalization tersebut (O’Conner, 2011).

2. Representational System

Bradbury (dalam O’Conner, 2011) berpendapat bahwa

Representational System pada dasarnya adalah penggunaan panca

indera seseorang. Dengan demikian, ada tiga bagian dari

representational system yang utama: Auditorik (suara), Kinestetik

(perasaan, sentuhan dan emosi), Visual (gambar), dan dua sistem

lain yang cenderung lebih jarang digunakan, setidaknya di

masyarakat negara - negara bagian barat: Penciuman dan

Pengecapan. Representational system juga berkaitan dengan

penggunaan bahasa verbal dalam pembelajaran yang bergantung

pada gaya belajar yang dikuasai oleh masing-masing individu,

seperti gaya visual, audiori atau kinestetik.

Bradbury mengklarifikasi bahwa manusia menggunakan panca

indera mereka untuk mengumpulkan dan memproses semua

informasi sensorik. Meskipun mereka menggunakan semua panca

indera mereka sepanjang waktu, beberapa orang cenderung hanya

dapat fokus menggunakan satu atau dua dari bagian representational

system mereka, tergantung pada konteks yang ada. Misalnya, jika

seseorang sedang duduk di rumah, mendengarkan radio, dia

mungkin lebih fokus pada apa yang didengar. Tetapi jika orang itu

tiba-tiba mencium (atau paling tidak mengira dia mencium) sesuatu

Page 29: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

48

yang terbakar, dia mungkin dengan cepat memfokuskan kembali

perhatiannya pada apa yang dia cium, sampai dia menemukan

darimana asal bau terbakar itu datang (O’Conner, 2011)

3. Milton Model

Milton Model merupakan model komunikasi yang lebih dikenal

dengan Hypnotic Language Pattern. Milton Model merupakan hasil

dari permodelan Milton H. Erickson yang lebih dikenal sebagai

legenda dalam dunia Hypnotherapi Modern. Ketika Meta Model

digunakan untuk mendetailkan suatu informasi, berbeda dengan

Milton Model yang justru menggunakan informasi yang abstrak

yang bertujuan untuk membuat seseorang masuk pada kondisi

“Trance” atau berada di alam bawah sadar, sehingga setiap sugesti

yang diberikan dapat masuk dengan sedikit intervensi (O’Conner,

2011).

Trance dapat digambarkan sebagai suatu kondisi dimana

seseorang fokus pada sesuatu hal (Fokus Tunggal). Sehari-hari

manusia mengalami trance secara alamiah dan terus berpindah

kondisi dari normal – trance – normal. Trance juga dapat dicapai

dengan induksi hypnosis. Contoh kondisi trance sehari-hari; Ketika

anda sedang asik membaca buku atau nonton televisi, anda mungkin

tidak menyadari kondisi sekitar anda, inilah salah satu kondisi

trance, tanpa anda sadari informasi pada buku atau film tersebut

masuk pada pikiran bawah sadar anda, atau ketika anda sedang

berjalan disuatu pusat perbelanjaan, dan tanpa sengaja anda melihat

Page 30: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

49

suatu iklan yang menarik dan sesuai dengan “keinginan” anda,

kemudian tanpa disadari anda pun mencari informasi tentang produk

itu lebih lengkap lagi.

Dapat dikatakan setiap hari manusia masuk pada kondisi trance

tanpa disadari, dan komunikator handal mampu

memanfaatkan kondisi trance tersebut. Milton Model digunakan

untuk menciptakan dan memanfaatkan kondisi trance, sehingga

informasi yang hendak disampaikan dapat masuk pada lapisan

pikiran bawah sadar seseorang (Subconscious Mind) (O’Conner,

2011).

2.3 Hubungan Otak dan Bahasa

Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan bahasa dengan otak melalui

sudut pandang neurolinguistik, maka di bawah ini akan dibahas pengertian

bahasa (Budianingsih, 2015).

Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa

adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu

masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,

berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Pendapat bahasa

menurut Brown adalah seperangkat symbol (vokal maupun visual) yang

sistematis, memasukan, mengkonvensionalkan makna kata yang dirujuk, dan

dipakai untuk berkomunikasi oleh manusia, dalam sebuah komunitas atau

budaya wicara, dan dikuasai oleh semua orang dalam cara yang sama

(Mayberry et al., 2018).

Page 31: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

50

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa bahasa adalah

suatu sistem lambang atau simbol yang sistematis yang digunakan oleh suatu

komunitas bahasa dan dikuasai oleh semua orang dalam cara yang sama untuk

berkomunikasi (Budianingsih, 2015).

Perihal bagaimana otak manusia menghasilkan dan memproses bahasa

dikaji dalam neurolinguistik sebagai perkembangan dari psikolinguistik. Dalam

hal ini yang perlu diangkat bukanlah perbedaan pengaruh otak kanan dan otak

kiri pada perilaku manusia, melainkan bagaimana secara anatomis hemisfer

kanan dan kiri bekerjasama dalam mengolah informasi kebahasaan. Inilah yang

menjadi fungsi utama corpus callosum yang menjadi panel penghubung kedua

sisi hemisfer (Schovel, dalam Rohmani 2017).

Untuk komunikasi linguistik pada bagian cortex otak dikenal dua area

yang dinamakan area Broca dan Wernicke. Paul Broca, ilmuwan Prancis, yang

juga sebagai penemu istilah aphasia, hilangnya kemampuan berbicara atau

berbahasa akibat cidera otak, menamai area dasar motor cortex yang

mempengaruhi kefasihan berbicara. Kerusakan pada area Broca berakibat pada

kemunduran kemampuan baca tulis, keraguan berbicara dan bahkan pada

beberapa kasus muncul gagap. Namun demikian kemampuan memahami

bahasa tidak bermasalah. Apabila cidera otak terjadi pada bagian belakang

telinga, yaitu pada area Wernicke, akibatnya akan berbeda. Karl Wernicke,

penerus Broca yang berasal dari Austria, meneliti dampak cidera pada sensory

cortex. Penderitanya akan mengalami kesulitan dalam mengolah masukan

linguistik meskipun secara umum kemampuan baca tulis tidak terlalu

terpengaruh. Penderita Wernicke’s aphasia lebih fasih daripada penderita

Page 32: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

51

Broca’s aphasia, namun demikian cara bicaranya cenderung bergumam dan

tidak jelas ke mana arah pembicaraan yang dimaksudnya (Sastra, 2011).

Area utama untuk pemahaman bahasa disebut area Wernicke dan terletak

di belakang korteks auditorik primer pada bagian posterior girus temporalis di

lobus temporalis. Regio ini merupakan regio yang paling penting di seluruh

otak untuk fungsi intelektual yang lebih tinggi karena hampir semuanya

didasarkan pada bahasa. Pada bagian posterior area pemahaman bahasa,

terutama terletak di regio anterolateral pada lobus oksipitalis, terdapat area

asosiasi pengelihatan yang mencerna informasi pengelihatan dari kata-kata yang

dibaca ke dalam area Wernicke, yakni area pemahaman bahasa. Girus yang

disebut girus angularis diperlukan untuk mengartikan kata-kata yang diterima

secara visual. Bila area ini tidak ada, seseorang masih dapat memiliki

pemahaman bahasa yang sangat baikdengan cara mendengar tetapi tidak dengan

cara membaca (Mayberry et al., 2018).

Di daerah paling lateral dari lobus oksipitalis anterior dan lobus

temporalis posterior terdapat area untuk memberi nama suatu objek.

Nama-nama ini terutama dipelajari melalui input pendengaran sedangkan sifat

fisik suatu objek dipelajari terutama melalui input visual. Selanjutnya

nama-nama penting untuk pemahaman bahasa visual dan pendengaran dimana

fungsi yang dilakukan oleh area Wernicke terletak tepat di superior regio

penamaan auditoris dan di anterior dari area pemrosesan kata visual (Mayberry

et al., 2018).

Regio khusus pada korteks frontalis yang disebut area Broca

memilikilintasan saraf untuk pembentukan kata. Area ini sebagian terletak di

Page 33: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

52

korteks prefrontal bagian posterior lateral dan sebagian lagi terletak di area

premotorik. Diarea ini rancangan dan pola motorik untuk menyatakan kata-kata

atau bahkan kalimat pendek dicetuskan dan dilaksanakan. Area ini bekerja sama

dengan area Wernicke di korteks asosiasi temporal (Sastra, 2011).

Cidera pada otak berakibat fatal terhadap perkembangan dan

kemampuan berbahasa. Adanya kelainan dalam sistem otak yang kompleks

dipelajari dalam relasi neuropatologi dan gangguan komunikasi. Gleason dan

Ratner (dalam Rohmani 2017) menjelaskan bahwa terdapat penyebab cidera

otak selain kecelakaan yaitu karena adanya penyakit cerebrovascular yang

membunuh jaringan saraf dan memotong aliran darah ke otak yang

membutuhkan suplai glukosa dan oksigen. Penyakit lainnya yaitu trauma, tumor

dan hydrosephalus yang menggerogoti jaringan saraf sehingga fungsinya

terganggu. Penyakit lain seperti multiple sclerosis mengikis lapisan myelin pada

otak sehingga hubungan antar saraf terganggu. Penyakit Hutington dan

Parkinson juga muncul akibat ketidaksingkronan hubungan antar saraf. Relasi

antara cidera otak dan gangguan berkomunikasi ditunjukkan pada tabel berikut.

Page 34: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

53

Gambar 3. Relasi Cidera Otak dan Gangguan KomunikasiSumber: Rohmani, 2017

Cidera pada otak sebagaimana yang dijelaskan di atas mengarah pada

hilangnya kemampuan berbahasa. Kompleksitas bahasa manusia tercermin dari

munculnya beberapa anomali komunikasi seperti yang dicontohkan pada tabel

di atas. Selain itu, dalam neurolinguistik telah dikaji bahwa kemampuan

berbahasa sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak memproses informasi.

Sebagaimana yang dibuktikan dalam beragam aphasia, kemampuan berbahasa

lebih banyak dipengaruhi hemisfer kiri. Namun dari beberapa bukti

keberhasilan operasi otak ternyata dapat disimpulkan bahwa kemampuan

berbahasa dan berbicara tidak mutlak terpusat pada satu area sisi otak. Pada

anak kecil, awalnya fungsi kebahasaan dikendalikan oleh kedua belah hemisfer.

Dalam perkembangannya kendali itu akan menyempit sehingga lebih cenderung

Page 35: BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1.GangguanSpektrumAutisme ...

54

memaksimalkan fungsi kebahasaan dari salah satu hemisfer baik itu kanan

maupun kiri (Gleason dan Ratner, dalam Rohmani 2017).