7. BAB Is

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu suatu ilmu yang mempelajari gejala, peristiwa atau fenomena alam serta mengungkap segala rahasia hukum semesta. Dalam mempelajari fisika banyak memerlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam tiap materi pelajaran tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada umumunya siswa berpendapat bahwa belajar fisika membosankan, tidak menarik dan sulit dipahami. Hal ini dapat disebabkan karena cara penyajian pelajaran yang kurang menarik, kurangnya pemahaman dan penguasaan materi pelajaran, gaya (modalitas) belajar, daya intelegensi yang rendah serta adanya perbedaan individual dalam proses belajar- mengajar. Dalam situasi belajar mengajar, cara penyajian pelajaran yang kurang menarik menyebabkan siswa merasa terpaksa untuk belajar fisika. Mereka terpaksa karena beberapa alasan seperti takut dimarah oleh guru dan takut tidak lulus ujian. Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (2005:41) bahwa: ”Siswa yang tidak tertarik atau benci fisika, biasanya kurang memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang baru. 1

description

skripsi

Transcript of 7. BAB Is

Page 1: 7. BAB Is

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu suatu

ilmu yang mempelajari gejala, peristiwa atau fenomena alam serta mengungkap

segala rahasia hukum semesta. Dalam mempelajari fisika banyak memerlukan

pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam tiap materi pelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada umumunya siswa berpendapat

bahwa belajar fisika membosankan, tidak menarik dan sulit dipahami. Hal ini

dapat disebabkan karena cara penyajian pelajaran yang kurang menarik,

kurangnya pemahaman dan penguasaan materi pelajaran, gaya (modalitas) belajar,

daya intelegensi yang rendah serta adanya perbedaan individual dalam proses

belajar- mengajar.

Dalam situasi belajar mengajar, cara penyajian pelajaran yang kurang

menarik menyebabkan siswa merasa terpaksa untuk belajar fisika. Mereka

terpaksa karena beberapa alasan seperti takut dimarah oleh guru dan takut tidak

lulus ujian. Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (2005:41) bahwa: ”Siswa

yang tidak tertarik atau benci fisika, biasanya kurang memperhatikan penjelasan

guru mengenai pengertian fisika yang baru. Mereka bahkan tidak mau

mendengarkan gurunya menjelaskan fisika. Mereka juga tidak mau mempelajari

sendiri bahan-bahan fisika dari buku dengan sungguh-sungguh. Akibatnya mereka

akan lebih mudah salah menangkap suatu bahan yang diajarkan” .

Menghadapi keterpaksaan dalam belajar bukan hal yang menyenangkan.

Tidak akan mudah bagi siswa untuk berkonsentrasi belajar jika berada dalam

keadaan terpaksa.hal ini berakibat pada hasil belajar fisika yang diperoleh oleh

siswa. Kenyataan ini diperkuat oleh pencapaian nilai rata-rata yang diperoleh

siswa dalam Ujian Akhir Nasional pada tahun 2005/2006 sebagai berikut : Bahasa

Indonesia ( 6,45 ); Bahasa Inggris (6,54 ); Matematika ( 6,68 ); IPA ( 6,50 ); IPS

(6,56 ), (Sumber DIKNAS Deli Serdang ). Dalam UAN tersebut dapat dilihat nilai

1

Page 2: 7. BAB Is

IPA masih dibawah nilai pelajaran yang lain. Hal ini membuktikan bahwa siswa

belum dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan.

Sudah terbukti bahwa fisika dianggap salah satu ”momok” yang ditakuti oleh banyak siswa, baik itu pelajar tingkat menengah, umum bahkan diperguruan tinggi. Banyak siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit yang hanya bisa dipahami orang-orang jenius mungkin menjadi gambaran yang terlintas pertama kali dibenak siswa. Hal demikian menjadi penyebab minimnya prestasi siswa pelajar Indonesia pada mata pelajaran fisika. (http://www.wahyumedia.com/kabar_wahyu media/fisika_siapa_takut!.htm). Hal ini sependapat dengan jensen (dalam Deporter, 2005:87) yang mengatakan bahwa : ”kita tahu bahwa kesulitan pelajaran atau derajat resiko pribadi itu sendiri cukup untuk membuat siswa menahan diri atau mengalami Down shift, menyebabkan belajar mandek”.

Dalam proses pengajaran di kelas, sering kali (anak didik) dianggap

sebagai wadah kosong yang dapat diisi ilmu pengetahuan atau apapun oleh guru.

Seperti yang diungkapkan oleh Gunawan, Adi.W (2003:5) bahwa : ”jarang

ditemukan guru yang benar-benar memperhatikan aspek perasaan atau emosi

murid, kesiapan mereka untuk belajar baik secara fisik maupun psikis. Yang kerap

terjadi adalah guru masuk ke kelas, murid duduk manis dan diam, lalu guru

langsung mengajar ”.

Penyajian materi pelajaran yang kurang efektif dan kurang menarik dapat

dilihat dari metode mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajarkan

fisika di sekolah ini yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Metode ini kurang

memanfaatkan gaya belajar yang dimiliki setiap siswa dan masih menitikberatkan

guru sebagai sumber informasi sehingga murid tidak terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran di kelas. Akibatnya siswa tidak dapat menerima dan

memahami materi pelajaran yang disajikan guru dengan baik. Oleh karena itu

dalam proses pembelajaran di kelas guru harus mengetahui cara/gaya belajar

setiap siswa agar pengajaran dapat membuahkan hasil yang maksimum, Karena

pada dasarnya setiap orang belajar dengan cara yang berbeda-beda.

Seperti yang dikatakan oleh Madden,L (2002:131) bahwa : ”setiap orang

punya gaya belajar yang alami dan nyaman. Ketika dipaksa untuk belajar dengan

cara lain akan timbul rasa frustasi. Ketika pelajaran menjadi sulit, terutama

disebabkan oleh gaya atau cara belajar yang tidak sesuai, umumnya akan timbul

tindakan menyalahkan diri sendiri”.

2

Page 3: 7. BAB Is

Gaya belajar berkaitan dengan modalitas yang lebih dominan pada diri

seseorang dalam mengakses informasi atau stimulasi dari luar. Meskipun

kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial dan

kinistetik. Madden,L (2002:131) menyatakan bahwa : ”untuk membuat proses

pelajaran lebih efektif dan menyenangkan, maka harus dipahami gaya belajar dan

menjajaki teknik-teknik yang akan meningkatkan gaya belajar itu sendiri”.

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Deporter (2005:86) yang mengemukakan

bahwa : ”semakin banyak modalitas yang dilibatkan secara bersamaan belajar

akan semakin hidup, berarti dan melekat”. Gaya belajar yang ekstrim dapat

menghasilkan ketidakmampuan belajar. (http://www.kompas.com/wanita

/news/0612/13/142954. htm)

Hal ini dapat dilihat pada saat guru menerangkan di depan kelas, siswa

memiliki gaya yang berbeda dalam mengakses informasi yang disampaikan guru,

anak yang termasuk tipe pengamat akan mengalami kesulitan menguasai bidang

yang berhubungan dengan suara, tipe pendengar akan mengalami kesulitan dalam

bidang yang berhubungan dengan matematika dan tipe penggerak akan sulit

duduk tenang di dalam kelas. Begitu banyak fenomena yang menunjukkan bahwa

gaya belajar setiap individu berbeda-beda di dalam kelas.

Agar dalam pengajarannya guru dapat melibatkan gaya belajar setiap

siswa diperlukan pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar meliputi strategi

dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan merupakan salah satu faktor yang

sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Seperti yang diungkapkan

Syah, Muhibbin (2003:155) bahwa :” faktor pendekatan belajar juga berpengaruh

terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut”.

Quantum Teaching merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat

karena pembelajaran Quantum Teaching mencakup petunjuk untuk menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, merancang pengajaran, menyampaikan isi dan

memudahkan proses belajar. Seperti yang diungkapkan Deporter (2005:4) bahwa

” Quantum Teaching sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis dan

mudah diterapkan untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran”.

3

Page 4: 7. BAB Is

Pembelajaran ini diharapkan dapat memberi solusi terhadap kesulitan

guru, karena dalam pembelajaran Quantum Teaching guru dituntut untuk mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,

menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Pembelajaran Quantum

Teaching ini mempunyai kerangka pengajaran yang dikenal dengan TANDUR

yang merupakan singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi dan Rayakan. Apapun mata pelajaran, tingkat kelas ataupun kemampuan

siswa, kerangka ini dapat membantu siswa menjadi tertarik dan berminat pada

setiap pelajaran.

Penelitian ini pernah dilakukan oleh Fitra (2006:52) yang menggunakan

Quantum Teaching pada materi pokok tata surya di kelas VII semester II SMP

Muhammadiyah 1 Medan T.A. 2005/2006. Hasilnya terlihat bahwa ada

peningkatan hasil belajar sebelum pengajaran, yang dilakukan melalui pretest

memiliki nilai 30,13 dan setelah dilakukan pengajaran dengan menggunakan

Quantum Teaching nilai yang diperoleh yaitu 68,68 . Peningkatan nilai hasil

belajar sebesar 38,55. Kelemahan dari penelitian ini adalah pada tahap alami dan

namai.

Selain Fitra penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Nelvi (2007:45), dari

hasil penelitian yang dilakukan terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar

49,14 dimana sebelum pengajaran siswa memiliki nilai 38,79 dan setelah

dilakukan pengajaran dengan menggunakan Quantum Teaching nilai yang

diperoleh 87,93. Kelemahan dari penelitian ini adalah keterbatasana sarana dan

prasarana yang menunjang proses pembelajaran.

Penelitian di atas kurang memanfaatkan gaya belajar siswa dalam

pembelajaran Quantum teaching Tipe TANDUR. Berdasarkan uraian diatas,

peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul : ”Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Quantum

Teaching Tipe TANDUR Di Kelas VII Semester I SMP Negeri 3 Tanjung

Morawa Tahun Ajaran 2008/2009”.

4

Page 5: 7. BAB Is

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalahnya

adalah:

1. Rendahnya hasil belajar siswa.

2. Guru kurang memanfaatkan gaya belajar yang dimiliki siswa.

3. Guru masih jarang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar

mengajar.

4. Cara penyajian materi yang kurang menarik dan kurang sesuai dengan

materi pelajaran.

5. Pendekatan pembelajaran yang diberikan guru dalam proses belajar-

mengajar kurang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga

penyajian materi pelajaran kurang menarik.

1.3. BATASAN MASALAH

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah Quantum Teaching Tipe

TANDUR.

2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 3

Tanjung Morawa T.A. 2008/2009.

3. Materi pokok dalam penelitian ini dibatasi hanya pada materi besaran dan

pengukuran.

1.4. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada materi pokok besaran dan

pengukuran dengan menggunakan pembelajaran Quantum teaching tipe

TANDUR dikelas VII semester I SMP Negeri 3 Tanjung morawa T.A

2008/2009?

5

Page 6: 7. BAB Is

2. Bagaimana psikomotor siswa saat melakukan praktikum pada materi

pokok besaran dan pengukuran dengan menggunakan pembelajaran

Quantum Teaching tipe TANDUR di kelas VII semester I SMP Negeri 3

Tanjung Morawa T.A 2008/2009?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok besaran dan

pengukuran di kelas VII semesater 1 SMP Negeri 3 Tanjung Morawa T.A.

2008/2009 dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching tipe

TANDUR?

1.5. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan diatas maka yang menjadi tujuan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada materi pokok besaran dan

pengukuran dengan menggunakan pembelajaran Quantum teaching tipe

TUNDUR dikelas VII semester I SMP Negeri 3 Tanjung morawa T.A

2008/2009.

2. Untuk mengetahui psikomotor siswa saat melakukan praktikum pada

materi pokok besaran dan pengukuran dengan menggunakan pembelajaran

Quantum Teaching tipe TUNDUR dikelas VII semester I SMP Negeri 3

Tanjung Morawa T.A 2008/2009.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok

besaran dan pengukuran di kelas VII semesater 1 SMP Negeri 3 Tanjung

Morawa T.A. 2008/2009 dengan menggunakan pembelajaran Quantum

Teaching tipe TUNDUR.

1.6. MANFAAT PENELITIAN

Sejalan dengan tujuan penelitaian diatas, maka penelitian ini diharapkan

bermanfaat sebagai :

1. Sebagai bahan informasi bagi guru fisika tentang pembelajaran dengan

Quantum Teaching tipe TUNDUR sebagai salah satu alternatif pengajaran

yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

6

Page 7: 7. BAB Is

2. Bahan masukan bagi peneliti untuk menambah dan memperluas wawasan

peneliti tentang pengajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa.

3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan mutu

pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar fisika di dalam

kelas.

4. Sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya.

7