Hyperthyroid is
-
Upload
dian-aristanti -
Category
Documents
-
view
33 -
download
1
description
Transcript of Hyperthyroid is
PROJECT BASED LEARNING
“HYPERTHYROID”
Disusun untuk melengkapi tugas sistem
endokrin
Oleh: Kelompok I
Ardianta Gede P 115070200131004
Carina Rega Utomo 115070200131005
Krisna Widya Baskoro 115070200131011
Dwi Setyo P 115070201131003
Kadek Kusuma Wardana 115070201131015
Nadia Oktiffany Putri 115070201131017
Ratna Wirawati R 115070201131020
Dita Febriana Fatmawati 115070201131018
Dina Mukmilah Maharika 115070201131024
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
2013/2014
1. Definition of Hyperthyroidism
The term hyperthyroidism is best reserved for denoting only those disorders in which
sustained hyper-function of the thyroid gland (overproduction of thyroid hormones) leads to
thyrotoxicosis. Meanwhile, the complex of clinical, biochemical, and functional findings that originate
when the tissues are exposed to, and respond to, excessive quantities of the thyroid hormones is
termed thyrotoxicosis.
Thyrotoxicosis defined as the clinical syndrome of hyper-metabolism that results when the
serum concentrations of free T4, T3, or both are increased T4, T3, or both are increased. In addition,
Hyperthyroidism is defined as sustained increases in thyroid hormone biosynthesis and secretion by
the thyroid gland (Braverman LE et all, 2000)
2. Classification of Hyperthyroidism
A. Hyperthyroidism due to immunogenic thyroid autonomy
B. Hyperthyroidism due to non-immunogenic thyroid autonomy
a) Toxic multinodular goiter
b) Toxic adenoma
C. Hyperthyroidism due to nonimmunogenic abnormal thyroid stimulator
D. Hyperthyroidism due to increased TSH production
E. Iodine-induced hyperthyroidism
Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan.
Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan
goiter nodular toksik. Di samping itu juga terdapat klasifikasi dari hipertitorid yang lainnya.
a. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat
antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormon tiroid terus menerus. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu
tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien
mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat
badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi dan takikardi, diare,
dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati ditandai dengan mata
melotot, kedipan berkurang.
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul
pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam
tubuh itu sendiri.
b. Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan
rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya lebih sering ditemukan pada pasien
lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik, manifestasinya lebih ringan dari penyakit Graves
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan
produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah
beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama
1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
(Schteingart, 2006)
Pada anak, hipertiroid bisa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: hipertiroid bawaan (congenital)
dan hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired). Hipertiroid jarang ditemukan pada bayi dan
anak.
Ø Hipertiroid bawaan (congenital)
Hipertiroid kongenital terjadi karena adanya tiro-toksikosis (keracunan tiroid yang
berlebihan) pada ibunya dan hanya ditemukan pada 1 dari 70 ibu dengan tirotoksikosis. Sedangkan
angka kejadian tirotoksikosis pada ibu hamil adalah 1-2 per 1.000 ibu hamil.
Jadi angka kejadian dari bayi dengan hipertiroid kongenital adalah sekitar 1-2 dari 70.000
kelahiran. Hipertiroid kongenital ini jarang terjadi, tetapi bila tidak diketahui dan bayi tidak mendapat
terapi, akibatnya bisa fatal.
Ø Hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired)
Pada hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired), kejadiannya juga jarang. Biasanya,
hipertiroid didapat ini mengenai anak perempuan yang menginjak usia remaja dan berhubungan
dengan penyakit-penyakit autoimun seperti penyakit Grave dan penyakit Hashimoto (hipotiroid
autoimun) pada fase toksik akut.
3. Epidemiology of Hyperthyroidism
Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan jaringan terhadap
hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan penyakit yang banyak ditemui di masyarakat,
5% pada pria dan 15% pada wanita. Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum
dari hipertiroid. Penyakit Graves di Amerika sekitar 1% dan di Inggris 20-27/1000 wanita dan 1.5-
2.5/1000 pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun (Djokomoeljanto, 2007). Sekitar 60-80%
kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi
0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-
40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi
yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok
multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik
merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011). Di kawasan Asia, penyakit
hipertiroid dikatakan prevalensinya lebih tinggi dibanding yang non Asia (12% versus 2.5%)
(Djokomoeljanto, 2007).
Penelitian di Zimbabwe bahwa thyrotoxicosis naik tiga kali lipat setelah penggunaan garam
beriodium selama empat tahun yaitu 2,8 per 100.000 pada tahun 1991 menjadi 7,4 per 100.000 pada
tahun 1995 (Guyton,1991). Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih
kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di
atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria
(0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris
kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ). Hipertiroidisme
menyerang wanita 5 kali lebih sering dibanding laki-laki dan insidennya akan memuncak pada usia
ketiga serta keempat. Penderita penyakit tyroid saat ini 2% sampai dengan 5 % adalah kebanyakan
wanita, wanita tersebut 1% sampai dengan 2% adalah wanita reproduktif.
4. Etiology of Hyperthyroidism
Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk:
- Penyakit Graves
- Functioning adenoma ("hot nodule") dan Toxic Multinodular Goiter (TMNG)
- Pemasukkan yang berlebihan dari hormon-hormo tiroid
- Pengeluaran yang abnormal dari TSH
- Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)
- Pemasukkan yodium yang berlebihan
Penyakit Graves
Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan dari kelenjar tiroid
yang disama ratakan, adalah penyebab yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar
tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ia telah kehilangan kemampuannya untuk merespon
pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitari via TSH. Penyakit Graves adalah
diturunkan/diwariskan dan adalah sampai lima kali lebih umum diantara wanita-wanita daripada
pria-pria. Penyakit Graves diperkirakan adalah suatu penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi yang
adalah karakteristik-karakteristik dari penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Antibodi-
antibodi ini termasuk thyroid stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid peroxidase
antibodies (TPO), dan antibodi-antibodi reseptor TSH. Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave
termasuk:
- stres
- merokok
- radiasi pada leher
- obat-obatan dan
- organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus.
Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat nuklir yang standar
yang menunjukkan secara panjang lebar pengambilan yang meningkat dari suatu yodium yang dilabel
dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin mengungkap tingkat-tingkat TSI
yang meningkat. Penyakit Grave' mungkin berhubungan dengan penyakit mata (Graves'
ophthalmopathy) dan luka-luka kulit (dermopathy). Ophthalmopathy dapat terjadi sebelum, sesudah,
atau pada saat yang sama dengan hipertiroid. Pada awalnya, ia mungkin menyebabkan kepekaan
terhadap cahaya dan suatu perasaan dari "ada pasir didalam mata-mata". Mata-mata mungkin
menonjol keluar dan penglihatan ganda (dobel) dapat terjadi. Derajat dari ophthalmopathy
diperburuk pada mereka yang merokok. Jalannya penyakit mata seringkali tidak tergantung dari
penyakit tiroid, dan terapi steroid mungkin perlu untuk mengontrol peradangan yang menyebabkan
ophthalmopathy. Sebagai tambahan, intervensi secara operasi mungkin diperlukan. Kondisi kulit
(dermopathy) adalah jarang dan menyebabkan suatu ruam kulit yang tanpa sakit, merah, tidak halus
yang tampak pada muka dari kaki-kaki.
Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter
Kelenjar tiroid (seperti banyak area-area lain dari tubuh) menjadi lebih bergumpal-gumpal
ketika kita menua. Pada kebanyakan kasus-kasus, gumpal-gumpal ini tidak memproduksi hormon-
hormon tiroid dan tidak memerlukan perawatan. Adakalanya, suatu benjolan mungkin menjadi
"otonomi", yang berarti bahwa ia tidak merespon pada pengaturan pituitari via TSH dan
memproduksi hormon-hormon tiroid dengan bebas. Ini menjadi lebih mungkin jika benjolan lebih
besar dari 3 cm. Ketika ada suatu benjolan (nodule) tunggal yang memproduksi secara bebas
hormon-hormon tiroid, itu disebut suatu functioning nodule. Jika ada lebih dari satu functioning
nodule, istilah toxic multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning nodules mungkin siap
dideteksi dengan suatuthyroid scan.
Pemasukkan hormon-hormon tiroid yang berlebihan
Mengambil terlalu banyak obat hormon tiroid sebenarnya adalah sungguh umum. Dosis-
dosis hormon-hormon tiroid yang berlebihan seringkali tidak terdeteksi
disebabkan kurangnya follow-up dari pasien-pasien yang meminum obat tiroid mereka. Orang-orang
lain mungkin menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan lain seperti
menurunkan berat badan. Pasien-pasien ini dapat diidentifikasikan dengan mendapatkan suatu
pengambilan yodium berlabel radioaktif yang rendah (radioiodine) pada suatu thyroid scan.
Pengeluaran abnormal dari TSH
Sebuah tmor didalam kelenjar pituitari mungkin menghasilkan suatu pengeluaran dari TSH
(thyroid stimulating hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan
pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi ini adalah sangat jarang dan
dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk mengidentifikasi
kekacauan ini, seorang endocrinologist melakukan tes-tes terperinci untuk menilai pelepasan dari
TSH.
Tiroiditis (peradangan dari tiroid)
Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah suatu penyakit virus (subacute
thyroiditis). Kondisi ini berhubungan dengan suatu demam dan suatu sakit leher yang seringkali sakit
pada waktu menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin ada sakit-sakit leher dan
nyeri-nyeri yang disama ratakan. Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel darah putih
dikenal sebagai lymphocytes (lymphocytic thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-
kondisi ini, peradangan meninggalkan kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah hormon tiroid yang
masuk ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum setelah suatu kehamilan
dan dapat sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8 % dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada
kasus-kasus ini,fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan seringkali diikuti oleh
suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas
dari wanita-wanita yang terpengaruh kembali ke suatu keadaan fungsi tiroid yang normal. Tiroiditis
dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan.
Pemasukkan Yodium yang berlebihan
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon tiroid. Suatu
kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid yang dipengaruhi/diinduksi oleh
yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang
mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone), yang digunakan dalam
perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin
berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.
5. Risk Factor of Hyperthyroidism
Medical conditions may increase your risk of hyperthyroidism:
Certain common viral infections
Pregnancy—A small percentage of women develop postpartum thyroiditis (hyperthyroidism
followed by hypothyroidism).
A history of other autoimmune diseases
Age
Hyperthyroidism can happen at any age, but it is more common in people aged 60 and older. Graves
disease is more likely to occur between ages 40-60 years old.
Gender
Women are more likely than men to develop hyperthyroidism.
Genetic Factors
A family history of Graves disease or other forms of hyperthyroidism increases your risk.
Ethnic Background
People of Japanese ancestry appear to be at greater risk of hyperthyroidism. This may be attributed
to a diet high in saltwater fish, which are rich sources of iodine.
Other Factors
If you had a diet that was deficient in iodine, then start taking iodine supplements, this can
increase your risk of hyperthyroidism.
6. Pathophysiology of Hyperthyroidism
*enclosed
7. Clinical Feature of Hyperthyroidism
Thyroid hormone plays a significant role in the pace of many processes in the body. These
processes are called your metabolism. If there is too much thyroid hormone, every function of the
body tends to speed up. It is not surprising then that some of the symptoms of hyperthyroidism are
nervousness, irritability, increased perspiration, heart racing, hand tremors, anxiety, difficulty
sleeping, thinning of your skin, fine brittle hair and weakness in your muscles—especially in the
upper arms and thighs. You may have more frequent bowel movements, but diarrhea is uncommon.
You may lose weight despite a good appetite and, for women, menstrual flow may lighten and
menstrual periods may occur less often. Since hyperthyroidism increases your metabolism, many
individuals initially have a lot of energy. However, as the hyperthyroidism continues, the body tends
to break down, so being tired is very common.
When hyperthyroidism develops, a goiter (enlargement of the thyroid) is usually present and
may be associated with some or many of the following features:
• Fast heart rate, often more than 100 beats per minute
• Anxious, irritable, argumentative
• Trembling hands
• Weight loss, despite eating the same amount or even more than usual
• Intolerance of warm temperatures and increased likelihood to perspire
• Loss of scalp hair
• Tendency of fingernails to separate from the nail bed
• Muscle weakness, especially of the upper arms and thighs
• Loose and frequent bowel movements
• Smooth skin
• Change in menstrual pattern
• Increased likelihood for miscarriage
• Prominent “stare” of the eyes
• Protrusion of the eyes, with or without double vision (in patients with Graves’ disease)
• Irregular heart rhythm, especially in patients older than 60 years of age
• Accelerated loss of calcium from bones, which increases the risk of osteoporosis and
fractures
8. Diagnostic Test of Hyperthyroidism
Pemeriksaan diagnostic untuk Hipertiroid meliputi:
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis
hipertiroidisme
Selama pemeriksaan fisik dokter atau perawat akan mencoba mendeteksi tremor ringan di
jari, biasanya dengan menaruh kertaas di atas jari anda dengan keadaan tangan lurus ke depan,
selain itu dari pengkajian biasanya ditemukan overaktif reflek, perubahan mata dan suhu serta
kelembaban. Perawat atau dokter juga akan mengkaji kelenjar thyroid saat pasien menelan
(Mayoclinic, 2013).
Pemeriksaan Laboratorium
A thyroid-stimulating hormone (TSH) test
Merupakan tes darah yang digunakan untuk mengukur level TSH. Jika
TSH level ditemukan dalam jumlah yang rendah, dokter biasanya akan
melakukan pemeriksaan diagnostic yang lain. Dikatakan hipertiroid apabila kadar
TSH serum <0,3 µlU/ml atau FT4 > 2 nano gram/dl. Normalnya 2-10 mcg/ml
Thyroid hormone tests
Merupakan tes darah untuk mengukur level tiroid hormone yaitu T3 dan
T4. Ketika thyroid hormone tinggi, hal tersebut menegakkan adanya hipertiroid.
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar TH (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat SSP atau
kelenjar tiroid. Ketika treatment untuk hypertiroid telah dilakukan, dokter akan
memberikan uji diagnostic pada TSH dan hormon thyroid beberapa kali dalam
setahun untuk melihat perkembangan treatment. T3 normalnya 75-220 ng/dl; T4
normalnya 4-12 mcg/dl.
Lipid serum
Penurunan liid serum dapat menyertai hipertiroidisme.
After you are diagnosed with hyperthyroidism, your doctor may also want to do:
An antithyroid antibody test
To see if you have the kind of antibodies that attack thyroid tissue. This test
can help diagnose Graves' disease and autoimmune thyroiditis.
Radioactive iodine uptake tests
For this test, you take a small, oral dose of radioactive iodine (radioiodine).
Over time, the iodine collects in your thyroid gland because your thyroid uses iodine
to manufacture hormones. You'll be checked after two, six or 24 hours — and
sometimes after all three time periods — to determine how much iodine your
thyroid gland has absorbed.
A high uptake of radioiodine indicates your thyroid gland is producing too
much thyroxine. The most likely cause is either Graves' disease or hyper-functioning
nodules. If you have hyperthyroidism and your radioiodine uptake is low, you may
have thyroiditis.
Be sure to tell your doctor if you have had a recent X-ray or a computerized
tomography scan in which you had contrast material was injected. The results of
your radioiodine test may be influenced by these procedures.
Knowing what's causing your hyperthyroidism can help your doctor plan the
appropriate treatment. A radioactive iodine uptake test isn't uncomfortable, but it
does expose you to a small amount of radiation.
Thyroid scan
During this test, you'll have a radioactive isotope injected into the vein on
the inside of your elbow or sometimes into a vein in your hand. You then lie on a
table with your head stretched backward while a special camera produces an image
of your thyroid on a computer screen.
The time needed for the procedure may vary, depending on how long it
takes the isotope to reach your thyroid gland. You may have some neck discomfort
with this test, and you'll be exposed to a small amount of radiation.
Sometimes you may have a thyroid scan as part of a radioactive iodine uptake test. In that
case, orally administered radioactive iodine is used to image your thyroid gland (Corwin, 2009;
Mayoclinic, 2013).
9. Treatment and Management of Hyperthyroidism
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan gawat darurat dan memerlukan diagnosis dini dan
tepat serta terapi yang intensif. Pemberian terapi tidak perlu menunggu hasil laboratorium dan
pasien sebaiknya dirawat dengan intensif. Terapi yang perlu segera diberikan meliputi
(Fitzgerald, 2003) :
1. Obat anti tiroid
Prophyltiouracil (PTU) dengan dosis 600-1200 mg/hari dibagi 3-4 dosis atau karbirnazol
dengan dosis 60-100 mg/hari diberikan 15-25 mg setiap 6 jam peroral atau dengan sonde.
Bila perlu dosis pemeliharaan diberikan setelah adanya perbaikan gejala klinik.
2. Betabloker
Propanolol dapat diberikan intravena dengan dosis 1-5 mg, setiap 6 jam atau 20-80 mg
peroral setiap 6 jam, kecuali bila ada kontra indikasi seperti adanya gagal jantung atau asrna
bronkiale.
3. Kortikosteroid
Pemberian Dexametason 2 mg i.v setiap 6 jam telah terbukti dapat menghambat
pengeluaran horrnon tiroid dan menghambat perubahan T4 menjadi T3, selain meningkatkan
fungsi adrenal. Hidrokortison dapat juga diberikan dengan dosis 200-400 mg/hari i.m. Setelah
satu hingga dua jam pemberian obat-obatan diatas, terapi dengan iodium diberikan untuk
menghambat sekresi hormon tiroid
Terapi penunjang (Fitzgerald, 2003) :
1. Untuk mengatasi demam diberikan kompres dengan es atau alkohol. Parasetamol dapat
diberikan sebagai anti piretik.
2. Terapi cairan dan keseimbangan elektrolit diberikan untuk mengatasi dehidrasi dan
gangguan elektrolit. Hal ini terjadi akibat banyaknya keringat yang keluar, hiperventilasi,
rnuntah dan diare.
3. Bila diperlukan sedasi untuk mengatasi kecemasan dapat diberikan Chlorpromazine (CPZ) 25
mg i.m atau 50 mg peroral tiap 6-8 jam. CPZ juga mempunyai efek hipotermia.
4. Pemberian diet dan vitamin. Pada keadaan krisis tiroid terjadi keadaan hipermetabolik
sehingga terjadi penurunan glikogen dihati dan vitamin terutama thiamine(B1). Untuk
mencegah defisiensi thiamine secara mendadak dapat diberikan thiamine 500 mg i.m
5. Antibiotik spektrum luas diberikan bila diperkirakan terjadi infeksi sambil menunggu hasil
kultur.
6. Untuk memperbaiki fungsi jantung akibat gagal jantung dapat diterapi dengan diuretik, ACE
inhibitor digoksin dan pemberian oksigen. Bila terjadi fibrilasi atrium dapat diberikan terapi
digitalisasi cepat.
10. Complication of Hyperthyroidism
1. Badai tiroid (Thyroid Storm) merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid
biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat
dan bisa dipicu oleh :
Infeksi, pembedahan, stress, diabetes yang kurang terkendali, ketakutan, kehamilan atau
persalinan.
Badai tiroid bisa menyebabkan :
Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Penyakit jantung terkait dengan :
-denyut jantung cepat
-gagal jantung kongestif
-atrial fibrilasi
2. Komplikasi operasi yang berhubungan termasuk :
-jaringan parut leher
-suara serak akibat kerusakan saraf ke kotak suara
-tingkat kalsium yang rendah akibat kerusakan kelenjar paratiroid (terletak di dekat dekat
kelenjar tiroid)
3. Graves' ophthalmopathy
This is known as Graves' ophthalmopathy and is thought to be caused by the immune system
mistakenly attacking the tissues of the eyes. It affects around 1 in 20 people with Graves’ disease.
Symptoms of Graves' ophthalmopathy include:
your eyes feel dry and gritty
sensitivity to light (photophobia)
excessive tearing
double vision
some loss of vision
a feeling of pressure behind the eyes
In more severe cases your eyes can bulge prominently from your eye sockets.
11. Prevention of Hyperthyroidism
Hipertiroidisme disebabkan oleh minum obat tiroid terlalu banyak dapat dicegah. Ikuti
petunjuk dokter. Berkala mendapatkan tes darah untuk memeriksa kadar tiroid.
12. Nursing Care Plans of Hyperthyroidism
A. Pengkajian
a. Identitas klien :
Nama : Ny. X
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : -
b. Keluhan utama :
Pasien mengeluh tubuhnya terasa lemas.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Sebulan yang lalu klien mengeluh nafsu makan meningkat tapi merasa lemas, banyak
berkeringat meskipun dimalam hari. Kemudian terjadi penurunan berat badan secara
beransur. Dan sebulan yang lalu pasien memeriksakan diri kedokter dengan diagnosa
medis Hipertiiroid. Pada minggu lalu pasien memeriksakan diri ke SDMC karena badannya
semakin lemas dan pusing.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah menderita penyakit maag, panas, batuk.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien pernah menderita hipertensi, asam urat dan ayah klien pernah menderita
penyakit gatal – gatal.
f. Pemeriksaan fisik
i. Tanda – tanda vital
Suhu : 39ºC
Nadi : 110 x / menit
RR : 27 x / menit
BB : 48 kg
TB : 150 cm
TD : 130/80 mmHg
ii. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien.
g. Pemeriksaan Head to toe
Kulit dan rambut
Inspeksi
- Warna kulit : merah muda (normal), tidak ada lesi
- Jumlah rambut : sedikit, rontok
- Warna rambut : hitam
- Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
- Suhu >37ºC
- Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit kering tidak ada edema,
tidak ada lesi.
Leher
Inspeksi :
- Bentuk leher simetris
Palpasi :
- Ada pembesaran kelenjar tyroid
Ekstremitas :
Inspeksi :
- Tremor
h. Pemeriksaan laboratorium
Kadar Free T4 : 4,8 mg/dl
Kadar Free T3 : > 2000 mg/dl
TSH : 0,03 mlu/l
i. Pola fungsi kesehatan :
1) Pola persepsi terhadap kesehatan
Nafsu makan klien bertambah tetapi berat badan klien berkurang, dan klien
mengalami gangguan pada sistem metabolisme.
2) Pola istirahat tidur
Pada pasien hipertiroid terjadi gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
3) Pola nutrisi metabolic
Pada pasien hipertiroid terjadi gangguan metabolik yaitu berta badan menurun
meskipun nafsu makan meningkat.
4) Pola eliminasi
Klien mengatakan terkadang eliminasi klien terganggu, terkadang klien mengalami
diare.
5) Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klein sering lemas dan capek
sehingga tidak mampu mengerjakan pekerjaan secara menyeluruh.
Kehilangan atau perubahan yang terjadiyaitu perubahan yang klien menjadi malas
untuk melakukan aktivitas sehari – hari.
B. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds :
penurunan berat badan
secara beransur selama
sebulan terakhir
Pasien mengeluh
tubuhnya terasa lemas.
Do :
Faktor resiko
Gangguan kelenjar tiroid
Produksi hormon tiroksin
T3 & T4 , TSH
Metabolisme tubuh
Aktivitas GI
Nasfsu makan
BB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ds :
Pasien mengeluh
tubuhnya terasa lemas.
Do :
Suhu : 39ºC
Faktor resiko
Gangguan kelenjar tiroid
Produksi hormon tiroksin
T3 & T4 , TSH
Metabolisme tubuh
Hipertermia
Produksi kalor tubuh
Suhu tubuh
Hipertermia
Ds :
Pasien mengeluh
tubuhnya terasa lemas.
Do :
RR : 27 x / menit
Faktor resiko
Gangguan kelenjar tiroid
Produksi hormon tiroksin
T3 & T4 , TSH
Metabolisme tubuh
Aktivitas GI
Nasfsu makan
BB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Intake makanan
Kebutuhan energi
Keletihan
Keletihan
C. Prioritas diagnosa
1. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d peningkatan suhu di atas kisaran
normal.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis d.d klien
mengalami penurunan berat badan.
3. Keletihan b.d status penyakit d.d kurang energi dan lemas
D. Rencana keperawatan
1. Diagnosa :
Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d peningkatan suhu di atas kisaran normal.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam
Kriteria hasil : vital sign
Indicator 1 2 3 4 5
1. Body temperature (36 C – 37 C)
2. Respiratory rate (16 – 20 x / menit)
3. Respiratory rhythm
4. Systolic blood presure (110 – 130
mmHg)
5. Diastolic blood presure (75 – 85
mmHg)
Keterangan :
1. Severe deviation from normal range
2. Subtantial deviation from normal range
3. Moderate deviation from normal range
4. Mild deviation from normal range
5. No deviation from normal range
Intervensi : temperature regulation
1. Monitor suhu tubuh pasien kurang lebih setiap 2 jam sekali.
2. Monitor tekanan darah, nadi dan pola nafas klien.
3. Monitor adanya tanda dan gejala dari hipertermia.
4. Kolaborasi dengan tenaga medis (dokter) dalam pemberian obat hipertermia.
2. Diagnosa :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis d.d klien
mengalami penurunan berat badan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuahan keperawatan selama ... x 24 jam berat badan klien tidak lagi
berkurang
Kriteria hasil : nutitional status : nutrient inake
Indicator : nutitional status : nutrient inake
1. Caloric intake
2. Protein intake
Keterangan : nutrient intake
1. Not adequate
2. Slightly adequate
3. Moderate adequate
4. Subtantially adequate
5. Totally adequate
Intervensi : nutrition therapy
1. Hitung dan monitor berapa kebutuhan nutrisi dari klien.
2. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang berprotein serta kalori tinggi agar
dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya.
3. Diagnosa :
Keletihan b.d status penyakit d.d kurang energi dan lemas
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam klien tidak lagi merasa lemas
Kriteria hasil : energy coservation
Indicator : fatique level 1 2 3 4 5
1. Thiroid level
2. Metabolism
Indicator : energy conservation
1. balance activity and rest
2. recognizes energy limitation
3. organizes activity to conserve
energy
4. adapt lifestyle to energy level
Keterangan : fatique level
1. severe compromised
2. subtantially compromised
3. moderate compromised
4. mildly compromised
5. not compromised
keterangan : energy conservation
1. never demonstrated
2. rarely demonstrated
3. sometimes demonstrated
4. often demonstrated
5. consistently demonstrated
Intervensi :
1. Monitor fungsi kelenjar tiroid klien, kaji apakah klien berada pada nilai normal atau tidak
2. Hitung basal metabolic rate dan tentukan apakah klien sudah bisa memenuhi energi yang
dibutuhkan tubuhnya atau tidak.
3. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat anti tiroid
4. Monitor tiroid level pada klien
Intervensi : energy menegement
1. Ajarkan klien untuk memahami prinsip konservasi energi (batasan aktivitas / bedrest)
2. Bantu klien untuk memilih aktivitas apa saja yang dapat dilakukan olehnya
3. Anjurkan klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya dan hindarkan klien
dari kelelahan karena aktivitas
4. Ajarkan klien untuk mengenali tanda dan gejala yang timbul jika keletihan muncul, serta
segera melaporkan ke tenaga kesehatan terdekat.
5. Kurangi rasa keletihan klien dengan menggunakan kombinasi farmakologi dan non
farmakologi.
BIBLIOGRAPHY
American Association of Clinical Endocrinologists (AACE). 2008. Hyperthyroidism. Accessed at
www.thyroidawarness.com.
American thyroid association. 2012. Hyperthyroidsm. Accessed at www.thyroid.org.
Anonim . 2008. Hipertiroidisme. http://www.medicastore.com
Adam. 2013. Hyperthyroidism. http://www.nytimes.com/health/guides/disease/hyperthyroidism/
overview . html
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mayoclinic, 2013. Hyperthiroidism (Overactive thyroid).
http://www.mayoclinic.com/health/hyperthyroidism/DS00344/DSECTION=tests-and-
diagnosis. Diakses tanggal 20 November 2013.
Djokomoeljanto. 2007. “Gangguan Akibat Kurang Iodium” dalam Sudoyo A. W. et al, (Eds.) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam (4th Ed). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, (hal. 1944-1948).
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011
Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department of Physiologi and
Biophysics. Mississippi
Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H., Natalia S., Pita W., Dewi A.M
(Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Dalam. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36
American Association of Clinical Endocrinologists website. Available at: http://www.aace.com.
American Women’s Medical Association website. Available at: http://www.amwa-doc.org.
Graves' disease. Davidson College website. Available at:
http://www.bio.davidson.edu/Courses/Immunology/Students/Spring2003/Breedlove/
GravesDisease.html. Accessed December 9, 2009.
Kasper DL, Harrison TR. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York, NY: McGraw-
Hill; 2005.
Pearce EN. Diagnosis and management of thyrotoxicosis. Brit Med J. 2006;332:1369-1373.
Fitzgerald PA. Endocrine Disorders. Dalam: McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM, penyunting.
Current Medical Diagnosis and Treatment 2008. Edisi ke-47. New York: McGraw Hill; 2007.
h.716-720