Hyperthyroid is

29
PROJECT BASED LEARNING “HYPERTHYROID” Disusun untuk melengkapi tugas sistem endokrin Oleh: Kelompok I Ardianta Gede P 115070200131004 Carina Rega Utomo 115070200131005 Krisna Widya Baskoro 115070200131011 Dwi Setyo P 115070201131003 Kadek Kusuma Wardana 115070201131015 Nadia Oktiffany Putri 115070201131017 Ratna Wirawati R 115070201131020 Dita Febriana Fatmawati 115070201131018 Dina Mukmilah Maharika 115070201131024 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 2013/2014

description

fundamental patofisiologi

Transcript of Hyperthyroid is

Page 1: Hyperthyroid is

PROJECT BASED LEARNING

“HYPERTHYROID”

Disusun untuk melengkapi tugas sistem

endokrin

Oleh: Kelompok I

Ardianta Gede P 115070200131004

Carina Rega Utomo 115070200131005

Krisna Widya Baskoro 115070200131011

Dwi Setyo P 115070201131003

Kadek Kusuma Wardana 115070201131015

Nadia Oktiffany Putri 115070201131017

Ratna Wirawati R 115070201131020

Dita Febriana Fatmawati 115070201131018

Dina Mukmilah Maharika 115070201131024

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

2013/2014

Page 2: Hyperthyroid is

1. Definition of Hyperthyroidism

The term hyperthyroidism is best reserved for denoting only those disorders in which

sustained hyper-function of the thyroid gland (overproduction of thyroid hormones) leads to

thyrotoxicosis. Meanwhile, the complex of clinical, biochemical, and functional findings that originate

when the tissues are exposed to, and respond to, excessive quantities of the thyroid hormones is

termed thyrotoxicosis.

Thyrotoxicosis defined as the clinical syndrome of hyper-metabolism that results when the

serum concentrations of free T4, T3, or both are increased T4, T3, or both are increased. In addition,

Hyperthyroidism is defined as sustained increases in thyroid hormone biosynthesis and secretion by

the thyroid gland (Braverman LE et all, 2000)

2. Classification of Hyperthyroidism

A. Hyperthyroidism due to immunogenic thyroid autonomy

B. Hyperthyroidism due to non-immunogenic thyroid autonomy

a) Toxic multinodular goiter

b) Toxic adenoma

C. Hyperthyroidism due to nonimmunogenic abnormal thyroid stimulator

D. Hyperthyroidism due to increased TSH production

E. Iodine-induced hyperthyroidism

Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan.

Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan

goiter nodular toksik. Di samping itu juga terdapat klasifikasi dari hipertitorid yang lainnya.

a. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)

Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat

antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi

hormon tiroid terus menerus. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu

tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat

hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien

mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat

badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi dan takikardi, diare,

Page 3: Hyperthyroid is

dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati ditandai dengan mata

melotot, kedipan berkurang.

Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul

pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi

terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam

tubuh itu sendiri.

b. Nodular Thyroid Disease

Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan

rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya lebih sering ditemukan pada pasien

lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik, manifestasinya lebih ringan dari penyakit Graves

c. Subacute Thyroiditis

Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan

produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah

beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.

d. Postpartum Thyroiditis

Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama

1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.

(Schteingart, 2006)

Pada anak, hipertiroid bisa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: hipertiroid bawaan (congenital)

dan hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired). Hipertiroid jarang ditemukan pada bayi dan

anak.

Ø Hipertiroid bawaan (congenital)

Hipertiroid kongenital terjadi karena adanya tiro-toksikosis (keracunan tiroid yang

berlebihan) pada ibunya dan hanya ditemukan pada 1 dari 70 ibu dengan tirotoksikosis. Sedangkan

angka kejadian tirotoksikosis pada ibu hamil adalah 1-2 per 1.000 ibu hamil.

Jadi angka kejadian dari bayi dengan hipertiroid kongenital adalah sekitar 1-2 dari 70.000

kelahiran. Hipertiroid kongenital ini jarang terjadi, tetapi bila tidak diketahui dan bayi tidak mendapat

terapi, akibatnya bisa fatal.

Ø Hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired)

Page 4: Hyperthyroid is

Pada hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired), kejadiannya juga jarang. Biasanya,

hipertiroid didapat ini mengenai anak perempuan yang menginjak usia remaja dan berhubungan

dengan penyakit-penyakit autoimun seperti penyakit Grave dan penyakit Hashimoto (hipotiroid

autoimun) pada fase toksik akut.

3. Epidemiology of Hyperthyroidism

Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan jaringan terhadap

hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan penyakit yang banyak ditemui di masyarakat,

5% pada pria dan 15% pada wanita. Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum

dari hipertiroid. Penyakit Graves di Amerika sekitar 1% dan di Inggris 20-27/1000 wanita dan 1.5-

2.5/1000 pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun (Djokomoeljanto, 2007). Sekitar 60-80%

kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi

0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-

40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi

yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok

multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik

merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011). Di kawasan Asia, penyakit

hipertiroid dikatakan prevalensinya lebih tinggi dibanding yang non Asia (12% versus 2.5%)

(Djokomoeljanto, 2007).

Penelitian di Zimbabwe bahwa thyrotoxicosis naik tiga kali lipat setelah penggunaan garam

beriodium selama empat tahun yaitu 2,8 per 100.000 pada tahun 1991 menjadi 7,4 per 100.000 pada

tahun 1995 (Guyton,1991). Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih

kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di

atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria

(0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris

kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ). Hipertiroidisme

menyerang wanita 5 kali lebih sering dibanding laki-laki dan insidennya akan memuncak pada usia

ketiga serta keempat. Penderita penyakit tyroid saat ini 2% sampai dengan 5 % adalah kebanyakan

wanita, wanita tersebut 1% sampai dengan 2% adalah wanita reproduktif.

4. Etiology of Hyperthyroidism

Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk:

- Penyakit Graves

- Functioning adenoma ("hot nodule") dan Toxic Multinodular Goiter (TMNG)

- Pemasukkan yang berlebihan dari hormon-hormo tiroid

Page 5: Hyperthyroid is

- Pengeluaran yang abnormal dari TSH

- Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)

- Pemasukkan yodium yang berlebihan

Penyakit Graves

Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan dari kelenjar tiroid

yang disama ratakan, adalah penyebab yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar

tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ia telah kehilangan kemampuannya untuk merespon

pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitari via TSH. Penyakit Graves adalah

diturunkan/diwariskan dan adalah sampai lima kali lebih umum diantara wanita-wanita daripada

pria-pria. Penyakit Graves diperkirakan adalah suatu penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi yang

adalah karakteristik-karakteristik dari penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Antibodi-

antibodi ini termasuk thyroid stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid peroxidase

antibodies (TPO), dan antibodi-antibodi reseptor TSH. Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave

termasuk:

- stres

- merokok

- radiasi pada leher

- obat-obatan dan

- organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus.

Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat nuklir yang standar

yang menunjukkan secara panjang lebar pengambilan yang meningkat dari suatu yodium yang dilabel

dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin mengungkap tingkat-tingkat TSI

yang meningkat. Penyakit Grave' mungkin berhubungan dengan penyakit mata (Graves'

ophthalmopathy) dan luka-luka kulit (dermopathy). Ophthalmopathy dapat terjadi sebelum, sesudah,

atau pada saat yang sama dengan hipertiroid. Pada awalnya, ia mungkin menyebabkan kepekaan

terhadap cahaya dan suatu perasaan dari "ada pasir didalam mata-mata". Mata-mata mungkin

menonjol keluar dan penglihatan ganda (dobel) dapat terjadi. Derajat dari ophthalmopathy

diperburuk pada mereka yang merokok. Jalannya penyakit mata seringkali tidak tergantung dari

penyakit tiroid, dan terapi steroid mungkin perlu untuk mengontrol peradangan yang menyebabkan

ophthalmopathy. Sebagai tambahan, intervensi secara operasi mungkin diperlukan. Kondisi kulit

(dermopathy) adalah jarang dan menyebabkan suatu ruam kulit yang tanpa sakit, merah, tidak halus

yang tampak pada muka dari kaki-kaki.

Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter

Page 6: Hyperthyroid is

Kelenjar tiroid (seperti banyak area-area lain dari tubuh) menjadi lebih bergumpal-gumpal

ketika kita menua. Pada kebanyakan kasus-kasus, gumpal-gumpal ini tidak memproduksi hormon-

hormon tiroid dan tidak memerlukan perawatan. Adakalanya, suatu benjolan mungkin menjadi

"otonomi", yang berarti bahwa ia tidak merespon pada pengaturan pituitari via TSH dan

memproduksi hormon-hormon tiroid dengan bebas. Ini menjadi lebih mungkin jika benjolan lebih

besar dari 3 cm. Ketika ada suatu benjolan (nodule) tunggal yang memproduksi secara bebas

hormon-hormon tiroid, itu disebut suatu functioning nodule. Jika ada lebih dari satu functioning

nodule, istilah toxic multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning nodules mungkin siap

dideteksi dengan suatuthyroid scan.

Pemasukkan hormon-hormon tiroid yang berlebihan

Mengambil terlalu banyak obat hormon tiroid sebenarnya adalah sungguh umum. Dosis-

dosis hormon-hormon tiroid yang berlebihan seringkali tidak terdeteksi

disebabkan kurangnya follow-up dari pasien-pasien yang meminum obat tiroid mereka. Orang-orang

lain mungkin menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan lain seperti

menurunkan berat badan. Pasien-pasien ini dapat diidentifikasikan dengan mendapatkan suatu

pengambilan yodium berlabel radioaktif yang rendah (radioiodine) pada suatu thyroid scan.

Pengeluaran abnormal dari TSH

Sebuah tmor didalam kelenjar pituitari mungkin menghasilkan suatu pengeluaran dari TSH

(thyroid stimulating hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan

pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi ini adalah sangat jarang dan

dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk mengidentifikasi

kekacauan ini, seorang endocrinologist melakukan tes-tes terperinci untuk menilai pelepasan dari

TSH.

Tiroiditis (peradangan dari tiroid)

Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah suatu penyakit virus (subacute

thyroiditis). Kondisi ini berhubungan dengan suatu demam dan suatu sakit leher yang seringkali sakit

pada waktu menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin ada sakit-sakit leher dan

nyeri-nyeri yang disama ratakan. Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel darah putih

dikenal sebagai lymphocytes (lymphocytic thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-

kondisi ini, peradangan meninggalkan kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah hormon tiroid yang

masuk ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum setelah suatu kehamilan

dan dapat sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8 % dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada

kasus-kasus ini,fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan seringkali diikuti oleh

suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas

Page 7: Hyperthyroid is

dari wanita-wanita yang terpengaruh kembali ke suatu keadaan fungsi tiroid yang normal. Tiroiditis

dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan.

Pemasukkan Yodium yang berlebihan

Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon tiroid. Suatu

kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid yang dipengaruhi/diinduksi oleh

yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang

mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone), yang digunakan dalam

perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin

berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.

5. Risk Factor of Hyperthyroidism

Medical conditions may increase your risk of hyperthyroidism:

Certain common viral infections

Pregnancy—A small percentage of women develop postpartum thyroiditis (hyperthyroidism

followed by hypothyroidism).

A history of other autoimmune diseases

Age

Hyperthyroidism can happen at any age, but it is more common in people aged 60 and older. Graves

disease is more likely to occur between ages 40-60 years old.

Gender

Women are more likely than men to develop hyperthyroidism.

Genetic Factors

A family history of Graves disease or other forms of hyperthyroidism increases your risk.

Ethnic Background

People of Japanese ancestry appear to be at greater risk of hyperthyroidism. This may be attributed

to a diet high in saltwater fish, which are rich sources of iodine.

Other Factors

Page 8: Hyperthyroid is

If you had a diet that was deficient in iodine, then start taking iodine supplements, this can

increase your risk of hyperthyroidism.

6. Pathophysiology of Hyperthyroidism

*enclosed

7. Clinical Feature of Hyperthyroidism

Thyroid hormone plays a significant role in the pace of many processes in the body. These

processes are called your metabolism. If there is too much thyroid hormone, every function of the

body tends to speed up. It is not surprising then that some of the symptoms of hyperthyroidism are

nervousness, irritability, increased perspiration, heart racing, hand tremors, anxiety, difficulty

sleeping, thinning of your skin, fine brittle hair and weakness in your muscles—especially in the

upper arms and thighs. You may have more frequent bowel movements, but diarrhea is uncommon.

You may lose weight despite a good appetite and, for women, menstrual flow may lighten and

menstrual periods may occur less often. Since hyperthyroidism increases your metabolism, many

individuals initially have a lot of energy. However, as the hyperthyroidism continues, the body tends

to break down, so being tired is very common.

When hyperthyroidism develops, a goiter (enlargement of the thyroid) is usually present and

may be associated with some or many of the following features:

• Fast heart rate, often more than 100 beats per minute

• Anxious, irritable, argumentative

• Trembling hands

• Weight loss, despite eating the same amount or even more than usual

• Intolerance of warm temperatures and increased likelihood to perspire

• Loss of scalp hair

• Tendency of fingernails to separate from the nail bed

• Muscle weakness, especially of the upper arms and thighs

• Loose and frequent bowel movements

• Smooth skin

• Change in menstrual pattern

• Increased likelihood for miscarriage

• Prominent “stare” of the eyes

Page 9: Hyperthyroid is

• Protrusion of the eyes, with or without double vision (in patients with Graves’ disease)

• Irregular heart rhythm, especially in patients older than 60 years of age

• Accelerated loss of calcium from bones, which increases the risk of osteoporosis and

fractures

8. Diagnostic Test of Hyperthyroidism

Pemeriksaan diagnostic untuk Hipertiroid meliputi:

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis

hipertiroidisme

Selama pemeriksaan fisik dokter atau perawat akan mencoba mendeteksi tremor ringan di

jari, biasanya dengan menaruh kertaas di atas jari anda dengan keadaan tangan lurus ke depan,

selain itu dari pengkajian biasanya ditemukan overaktif reflek, perubahan mata dan suhu serta

kelembaban. Perawat atau dokter juga akan mengkaji kelenjar thyroid saat pasien menelan

(Mayoclinic, 2013).

Pemeriksaan Laboratorium

A thyroid-stimulating hormone (TSH) test

Merupakan tes darah yang digunakan untuk mengukur level TSH. Jika

TSH level ditemukan dalam jumlah yang rendah, dokter biasanya akan

melakukan pemeriksaan diagnostic yang lain. Dikatakan hipertiroid apabila kadar

TSH serum <0,3 µlU/ml atau FT4 > 2 nano gram/dl. Normalnya 2-10 mcg/ml

Thyroid hormone tests

Merupakan tes darah untuk mengukur level tiroid hormone yaitu T3 dan

T4. Ketika thyroid hormone tinggi, hal tersebut menegakkan adanya hipertiroid.

Pemeriksaan darah yang mengukur kadar TH (T3 dan T4), TSH, dan TRH

akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat SSP atau

kelenjar tiroid. Ketika treatment untuk hypertiroid telah dilakukan, dokter akan

memberikan uji diagnostic pada TSH dan hormon thyroid beberapa kali dalam

setahun untuk melihat perkembangan treatment. T3 normalnya 75-220 ng/dl; T4

normalnya 4-12 mcg/dl.

Lipid serum

Penurunan liid serum dapat menyertai hipertiroidisme.

After you are diagnosed with hyperthyroidism, your doctor may also want to do:

Page 10: Hyperthyroid is

An antithyroid antibody test

To see if you have the kind of antibodies that attack thyroid tissue. This test

can help diagnose Graves' disease and autoimmune thyroiditis.

Radioactive iodine uptake tests

For this test, you take a small, oral dose of radioactive iodine (radioiodine).

Over time, the iodine collects in your thyroid gland because your thyroid uses iodine

to manufacture hormones. You'll be checked after two, six or 24 hours — and

sometimes after all three time periods — to determine how much iodine your

thyroid gland has absorbed.

A high uptake of radioiodine indicates your thyroid gland is producing too

much thyroxine. The most likely cause is either Graves' disease or hyper-functioning

nodules. If you have hyperthyroidism and your radioiodine uptake is low, you may

have thyroiditis.

Be sure to tell your doctor if you have had a recent X-ray or a computerized

tomography scan in which you had contrast material was injected. The results of

your radioiodine test may be influenced by these procedures.

Knowing what's causing your hyperthyroidism can help your doctor plan the

appropriate treatment. A radioactive iodine uptake test isn't uncomfortable, but it

does expose you to a small amount of radiation.

Thyroid scan

During this test, you'll have a radioactive isotope injected into the vein on

the inside of your elbow or sometimes into a vein in your hand. You then lie on a

table with your head stretched backward while a special camera produces an image

of your thyroid on a computer screen.

The time needed for the procedure may vary, depending on how long it

takes the isotope to reach your thyroid gland. You may have some neck discomfort

with this test, and you'll be exposed to a small amount of radiation.

Page 11: Hyperthyroid is

Sometimes you may have a thyroid scan as part of a radioactive iodine uptake test. In that

case, orally administered radioactive iodine is used to image your thyroid gland (Corwin, 2009;

Mayoclinic, 2013).

9. Treatment and Management of Hyperthyroidism

Krisis tiroid merupakan suatu keadaan gawat darurat dan memerlukan diagnosis dini dan

tepat serta terapi yang intensif. Pemberian terapi tidak perlu menunggu hasil laboratorium dan

pasien sebaiknya dirawat dengan intensif. Terapi yang perlu segera diberikan meliputi

(Fitzgerald, 2003) :

1. Obat anti tiroid

Prophyltiouracil (PTU) dengan dosis 600-1200 mg/hari dibagi 3-4 dosis atau karbirnazol

dengan dosis 60-100 mg/hari diberikan 15-25 mg setiap 6 jam peroral atau dengan sonde.

Bila perlu dosis pemeliharaan diberikan setelah adanya perbaikan gejala klinik.

2. Betabloker

Propanolol dapat diberikan intravena dengan dosis 1-5 mg, setiap 6 jam atau 20-80 mg

peroral setiap 6 jam, kecuali bila ada kontra indikasi seperti adanya gagal jantung atau asrna

bronkiale.

3. Kortikosteroid

Pemberian Dexametason 2 mg i.v setiap 6 jam telah terbukti dapat menghambat

pengeluaran horrnon tiroid dan menghambat perubahan T4 menjadi T3, selain meningkatkan

fungsi adrenal. Hidrokortison dapat juga diberikan dengan dosis 200-400 mg/hari i.m. Setelah

satu hingga dua jam pemberian obat-obatan diatas, terapi dengan iodium diberikan untuk

menghambat sekresi hormon tiroid

Terapi penunjang (Fitzgerald, 2003) :

1. Untuk mengatasi demam diberikan kompres dengan es atau alkohol. Parasetamol dapat

diberikan sebagai anti piretik.

2. Terapi cairan dan keseimbangan elektrolit diberikan untuk mengatasi dehidrasi dan

gangguan elektrolit. Hal ini terjadi akibat banyaknya keringat yang keluar, hiperventilasi,

rnuntah dan diare.

3. Bila diperlukan sedasi untuk mengatasi kecemasan dapat diberikan Chlorpromazine (CPZ) 25

mg i.m atau 50 mg peroral tiap 6-8 jam. CPZ juga mempunyai efek hipotermia.

Page 12: Hyperthyroid is

4. Pemberian diet dan vitamin. Pada keadaan krisis tiroid terjadi keadaan hipermetabolik

sehingga terjadi penurunan glikogen dihati dan vitamin terutama thiamine(B1). Untuk

mencegah defisiensi thiamine secara mendadak dapat diberikan thiamine 500 mg i.m

5. Antibiotik spektrum luas diberikan bila diperkirakan terjadi infeksi sambil menunggu hasil

kultur.

6. Untuk memperbaiki fungsi jantung akibat gagal jantung dapat diterapi dengan diuretik, ACE

inhibitor digoksin dan pemberian oksigen. Bila terjadi fibrilasi atrium dapat diberikan terapi

digitalisasi cepat.

10. Complication of Hyperthyroidism

1. Badai tiroid (Thyroid Storm) merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan

memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan

ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid

biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat

dan bisa dipicu oleh :

Infeksi, pembedahan, stress, diabetes yang kurang terkendali, ketakutan, kehamilan atau

persalinan.

Badai tiroid bisa menyebabkan :

Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan

Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa

Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)

Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan

Penyakit jantung terkait dengan :

-denyut jantung cepat

-gagal jantung kongestif

-atrial fibrilasi

2. Komplikasi operasi yang berhubungan termasuk :

-jaringan parut leher

-suara serak akibat kerusakan saraf ke kotak suara

-tingkat kalsium yang rendah akibat kerusakan kelenjar paratiroid (terletak di dekat dekat

kelenjar tiroid)

Page 13: Hyperthyroid is

3. Graves' ophthalmopathy

This is known as Graves' ophthalmopathy and is thought to be caused by the immune system

mistakenly attacking the tissues of the eyes. It affects around 1 in 20 people with Graves’ disease.

Symptoms of Graves' ophthalmopathy include:

your eyes feel dry and gritty

sensitivity to light (photophobia)

excessive tearing

double vision

some loss of vision

a feeling of pressure behind the eyes

In more severe cases your eyes can bulge prominently from your eye sockets.

11. Prevention of Hyperthyroidism

Hipertiroidisme disebabkan oleh minum obat tiroid terlalu banyak dapat dicegah. Ikuti

petunjuk dokter. Berkala mendapatkan tes darah untuk memeriksa kadar tiroid.

12. Nursing Care Plans of Hyperthyroidism

A. Pengkajian

a. Identitas klien :

Nama : Ny. X

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : -

b. Keluhan utama :

Pasien mengeluh tubuhnya terasa lemas.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Sebulan yang lalu klien mengeluh nafsu makan meningkat tapi merasa lemas, banyak

berkeringat meskipun dimalam hari. Kemudian terjadi penurunan berat badan secara

Page 14: Hyperthyroid is

beransur. Dan sebulan yang lalu pasien memeriksakan diri kedokter dengan diagnosa

medis Hipertiiroid. Pada minggu lalu pasien memeriksakan diri ke SDMC karena badannya

semakin lemas dan pusing.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Klien pernah menderita penyakit maag, panas, batuk.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien pernah menderita hipertensi, asam urat dan ayah klien pernah menderita

penyakit gatal – gatal.

f. Pemeriksaan fisik

i. Tanda – tanda vital

Suhu : 39ºC

Nadi : 110 x / menit

RR : 27 x / menit

BB : 48 kg

TB : 150 cm

TD : 130/80 mmHg

ii. Keadaan umum

Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien.

g. Pemeriksaan Head to toe

Kulit dan rambut

Inspeksi

- Warna kulit : merah muda (normal), tidak ada lesi

- Jumlah rambut : sedikit, rontok

- Warna rambut : hitam

- Kebersihan rambut : bersih

Palpasi

- Suhu >37ºC

- Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit kering tidak ada edema,

tidak ada lesi.

Page 15: Hyperthyroid is

Leher

Inspeksi :

- Bentuk leher simetris

Palpasi :

- Ada pembesaran kelenjar tyroid

Ekstremitas :

Inspeksi :

- Tremor

h. Pemeriksaan laboratorium

Kadar Free T4 : 4,8 mg/dl

Kadar Free T3 : > 2000 mg/dl

TSH : 0,03 mlu/l

i. Pola fungsi kesehatan :

1) Pola persepsi terhadap kesehatan

Nafsu makan klien bertambah tetapi berat badan klien berkurang, dan klien

mengalami gangguan pada sistem metabolisme.

2) Pola istirahat tidur

Pada pasien hipertiroid terjadi gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.

3) Pola nutrisi metabolic

Pada pasien hipertiroid terjadi gangguan metabolik yaitu berta badan menurun

meskipun nafsu makan meningkat.

4) Pola eliminasi

Klien mengatakan terkadang eliminasi klien terganggu, terkadang klien mengalami

diare.

5) Pola koping

Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klein sering lemas dan capek

sehingga tidak mampu mengerjakan pekerjaan secara menyeluruh.

Kehilangan atau perubahan yang terjadiyaitu perubahan yang klien menjadi malas

untuk melakukan aktivitas sehari – hari.

Page 16: Hyperthyroid is

B. Analisa data

Data Etiologi Masalah

Ds :

penurunan berat badan

secara beransur selama

sebulan terakhir

Pasien mengeluh

tubuhnya terasa lemas.

Do :

Faktor resiko

Gangguan kelenjar tiroid

Produksi hormon tiroksin

T3 & T4 , TSH

Metabolisme tubuh

Aktivitas GI

Nasfsu makan

BB

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Ds :

Pasien mengeluh

tubuhnya terasa lemas.

Do :

Suhu : 39ºC

Faktor resiko

Gangguan kelenjar tiroid

Produksi hormon tiroksin

T3 & T4 , TSH

Metabolisme tubuh

Hipertermia

Page 17: Hyperthyroid is

Produksi kalor tubuh

Suhu tubuh

Hipertermia

Ds :

Pasien mengeluh

tubuhnya terasa lemas.

Do :

RR : 27 x / menit

Faktor resiko

Gangguan kelenjar tiroid

Produksi hormon tiroksin

T3 & T4 , TSH

Metabolisme tubuh

Aktivitas GI

Nasfsu makan

BB

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Intake makanan

Kebutuhan energi

Keletihan

Page 18: Hyperthyroid is

Keletihan

C. Prioritas diagnosa

1. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d peningkatan suhu di atas kisaran

normal.

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis d.d klien

mengalami penurunan berat badan.

3. Keletihan b.d status penyakit d.d kurang energi dan lemas

D. Rencana keperawatan

1. Diagnosa :

Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d peningkatan suhu di atas kisaran normal.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam

Kriteria hasil : vital sign

Indicator 1 2 3 4 5

1. Body temperature (36 C – 37 C)

2. Respiratory rate (16 – 20 x / menit)

3. Respiratory rhythm

4. Systolic blood presure (110 – 130

mmHg)

5. Diastolic blood presure (75 – 85

mmHg)

Keterangan :

1. Severe deviation from normal range

2. Subtantial deviation from normal range

3. Moderate deviation from normal range

4. Mild deviation from normal range

5. No deviation from normal range

Intervensi : temperature regulation

Page 19: Hyperthyroid is

1. Monitor suhu tubuh pasien kurang lebih setiap 2 jam sekali.

2. Monitor tekanan darah, nadi dan pola nafas klien.

3. Monitor adanya tanda dan gejala dari hipertermia.

4. Kolaborasi dengan tenaga medis (dokter) dalam pemberian obat hipertermia.

2. Diagnosa :

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis d.d klien

mengalami penurunan berat badan

Tujuan :

Setelah dilakukan asuahan keperawatan selama ... x 24 jam berat badan klien tidak lagi

berkurang

Kriteria hasil : nutitional status : nutrient inake

Indicator : nutitional status : nutrient inake

1. Caloric intake

2. Protein intake

Keterangan : nutrient intake

1. Not adequate

2. Slightly adequate

3. Moderate adequate

4. Subtantially adequate

5. Totally adequate

Intervensi : nutrition therapy

1. Hitung dan monitor berapa kebutuhan nutrisi dari klien.

2. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang berprotein serta kalori tinggi agar

dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya.

3. Diagnosa :

Keletihan b.d status penyakit d.d kurang energi dan lemas

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam klien tidak lagi merasa lemas

Kriteria hasil : energy coservation

Page 20: Hyperthyroid is

Indicator : fatique level 1 2 3 4 5

1. Thiroid level

2. Metabolism

Indicator : energy conservation

1. balance activity and rest

2. recognizes energy limitation

3. organizes activity to conserve

energy

4. adapt lifestyle to energy level

Keterangan : fatique level

1. severe compromised

2. subtantially compromised

3. moderate compromised

4. mildly compromised

5. not compromised

keterangan : energy conservation

1. never demonstrated

2. rarely demonstrated

3. sometimes demonstrated

4. often demonstrated

5. consistently demonstrated

Intervensi :

1. Monitor fungsi kelenjar tiroid klien, kaji apakah klien berada pada nilai normal atau tidak

2. Hitung basal metabolic rate dan tentukan apakah klien sudah bisa memenuhi energi yang

dibutuhkan tubuhnya atau tidak.

3. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat anti tiroid

4. Monitor tiroid level pada klien

Intervensi : energy menegement

Page 21: Hyperthyroid is

1. Ajarkan klien untuk memahami prinsip konservasi energi (batasan aktivitas / bedrest)

2. Bantu klien untuk memilih aktivitas apa saja yang dapat dilakukan olehnya

3. Anjurkan klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya dan hindarkan klien

dari kelelahan karena aktivitas

4. Ajarkan klien untuk mengenali tanda dan gejala yang timbul jika keletihan muncul, serta

segera melaporkan ke tenaga kesehatan terdekat.

5. Kurangi rasa keletihan klien dengan menggunakan kombinasi farmakologi dan non

farmakologi.

Page 22: Hyperthyroid is

BIBLIOGRAPHY

American Association of Clinical Endocrinologists (AACE). 2008. Hyperthyroidism. Accessed at

www.thyroidawarness.com.

American thyroid association. 2012. Hyperthyroidsm. Accessed at www.thyroid.org.

Anonim . 2008. Hipertiroidisme. http://www.medicastore.com

Adam. 2013. Hyperthyroidism. http://www.nytimes.com/health/guides/disease/hyperthyroidism/

overview . html

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Mayoclinic, 2013. Hyperthiroidism (Overactive thyroid).

http://www.mayoclinic.com/health/hyperthyroidism/DS00344/DSECTION=tests-and-

diagnosis. Diakses tanggal 20 November 2013.

Djokomoeljanto. 2007. “Gangguan Akibat Kurang Iodium” dalam Sudoyo A. W. et al, (Eds.) Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam (4th Ed). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, (hal. 1944-1948).

Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011

Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department of Physiologi and

Biophysics. Mississippi

Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H., Natalia S., Pita W., Dewi A.M

(Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Dalam. Penerbit Buku

Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36

American Association of Clinical Endocrinologists website. Available at: http://www.aace.com.

American Women’s Medical Association website. Available at: http://www.amwa-doc.org.

Graves' disease. Davidson College website. Available at:

http://www.bio.davidson.edu/Courses/Immunology/Students/Spring2003/Breedlove/

GravesDisease.html. Accessed December 9, 2009.

Kasper DL, Harrison TR. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York, NY: McGraw-

Hill; 2005.

Pearce EN. Diagnosis and management of thyrotoxicosis. Brit Med J. 2006;332:1369-1373.

Page 23: Hyperthyroid is

Fitzgerald PA. Endocrine Disorders. Dalam: McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM, penyunting.

Current Medical Diagnosis and Treatment 2008. Edisi ke-47. New York: McGraw Hill; 2007.

h.716-720