673-1313-1-SM

13
Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) Email: [email protected] (081349295151) GAMBARAN PELAKSANAAN KEMOTERAPI DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Anastasya Donadear 1 , Ayu Prawesti 1 , Anastasia Anna 1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat ABSTRAK Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat sitostatika untuk membunuh sel kanker yang memiliki efek samping pada pasien dan petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaannya, seperti kerusakan fertilisasi, ruam kulit, kemandulan, keguguran, kecacatan bayi, risiko leukemia dan kanker lainnya. Sangat dibutuhkan pelaksanaan kemoterapi yang sesuai dengan SOP sehingga dapat meminimalisir efek samping yang muncul pada pasien dan petugas kesehatan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai persiapan pelaksanaan kemoterapi, pelaksanaan kemoterapi, dan monitoring serta evaluasi pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipatif dan wawancara bebas. Sampel yaitu tindakan pelaksanaan kemoterapi jumlah sampel sebanyak 84 tindakan, menggunakan accidental sampling. Analisa data menggunakan frekuensi persentase. Hasil penelitian didapatkan 72% tindakan dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Tahap persiapan sebesar 70,05% tindakan dilakukan, pelaksanaan sebesar 77,59% tindakan dilakukan, monitoring evaluasi sebesar 36,5% tindakan dilakukan sesuai SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Kesimpulan penelitian sebagian besar pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi. Perlu adanya penambahan jumlah petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi. Kata kunci: kanker, pelaksanaan kemoterapi, SOP. ABSTRACT Chemotherapy is using cytotoxic drugs. Cytotoxic drugs has many effects on patients and health workers who involved in the administration, such as fertilization disorder, skin rash, infertility, miscarriage, infant disability, the risk of leukemia and other cancers. Administration in accordance with chemotherapy SOP can reduce the side effects that occur in patients and health workers. The objective was to get an overview of the preparation of chemotherapy, chemotherapy implementation, and monitoring and evaluation of chemotherapy in the 2 nd Floor of Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. This a descriptive research, using participant observation method. Sampling technique using accidental sampling to 84 chemotherapy administration. Data were analyzed with percentage frequency. The study found 72% of the actions carried out in accordance with the hospital’s chemotherapy SOP. Preparation was 70.05% done, the implementation was 77.59% done, and monitoring and evaluation was 53.2% done in accordance to chemotherapy SOP. The conclusion is This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Transcript of 673-1313-1-SM

Page 1: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)1

GAMBARAN PELAKSANAAN KEMOTERAPI DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Anastasya Donadear1, Ayu Prawesti1, Anastasia Anna1

1Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

ABSTRAK

Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat sitostatika untuk membunuh sel kanker yang memiliki efek samping pada pasien dan petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaannya, seperti kerusakan fertilisasi, ruam kulit, kemandulan, keguguran, kecacatan bayi, risiko leukemia dan kanker lainnya. Sangat dibutuhkan pelaksanaan kemoterapi yang sesuai dengan SOP sehingga dapat meminimalisir efek samping yang muncul pada pasien dan petugas kesehatan. Tujuan penelitian untukmendapatkan gambaran mengenai persiapan pelaksanaan kemoterapi, pelaksanaan kemoterapi, dan monitoring serta evaluasi pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian deskriptif, teknikpengumpulan data yaitu observasi partisipatif dan wawancara bebas. Sampel yaitutindakan pelaksanaan kemoterapi jumlah sampel sebanyak 84 tindakan, menggunakan accidental sampling. Analisa data menggunakan frekuensi persentase. Hasil penelitian didapatkan 72% tindakan dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Tahap persiapan sebesar 70,05% tindakan dilakukan, pelaksanaan sebesar 77,59% tindakan dilakukan, monitoring evaluasi sebesar 36,5% tindakan dilakukan sesuai SOPpemberian kemoterapi di rumah sakit. Kesimpulan penelitian sebagian besar pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi. Perlu adanya penambahan jumlah petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi.

Kata kunci: kanker, pelaksanaan kemoterapi, SOP.

ABSTRACT

Chemotherapy is using cytotoxic drugs. Cytotoxic drugs has many effects on patients and health workers who involved in the administration, such as fertilization disorder, skin rash, infertility, miscarriage, infant disability, the risk of leukemia andother cancers. Administration in accordance with chemotherapy SOP can reduce the side effects that occur in patients and health workers. The objective was to get an overview of the preparation of chemotherapy, chemotherapy implementation, and monitoring and evaluation of chemotherapy in the 2nd Floor of Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. This a descriptive research, using participant observation method. Sampling technique using accidental sampling to 84 chemotherapy administration. Data were analyzed with percentage frequency. The study found 72% of the actions carried out in accordance with the hospital’s chemotherapy SOP. Preparation was 70.05% done, the implementation was 77.59% done, and monitoring and evaluation was 53.2% done in accordance to chemotherapy SOP. The conclusion is

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 2: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)2

most of chemotherapy administration in 2nd floor of Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung was conducted in accordance with the chemotherapy SOP. It is important to increase the number of health workers who involved in the chemotherapyadministration.

Keyword: cancer, chemotherapy administration, SOP

PENDAHULUAN

Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang

berkembang secara tidak terkendali sehingga pertumbuhannya menyebabkan kerusakan bentuk

dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh (Sjamsuhidajat & De Jong, 2004).

Salah satu bentuk penanganan kanker adalah kemoterapi. Dalam pelaksanaannya,

kemoterapi menggunakan obat-obatan sitostatika. Sitostatika adalah kelompok obat (bersifat

sitotoksik) yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Obat sitotoksik adalah

obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-sel propaganda. Obat ini termasuk obat-obat

berbahaya (OB), yaitu obat-obat yang genotoksik, karsinogenik, dan teratogenik, dan atau

menyebabkan kerusakan fertilisasi.

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH, 2004)

mengemukakan bahwa bekerja dengan atau dekat dengan obat-obat berbahaya di

tatanan kesehatan dapat menyebabkan ruam kulit, kemandulan, keguguran, kecacatan

bayi, dan kemungkinan terjadi leukemia dan kanker lainnya.

Mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kemoterapi pada

pasien, petugas kesehatan yang terlibat, dan lingkungan di sekitarnya, dibutuhkan

standar operasional prosedur kemoterapi yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan

untuk melakukan pemberian kemoterapi yang aman. Prosedur pelaksanaan yang

dilakukan dengan baik dan sesuai SOP dapat meminimalisir risiko.

Pelaksanaan kemoterapi yang direkomendasikan oleh ASCO/ONS

Chemotherapy Administration Safety Standards (2009), secara umum menjelaskan

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 3: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)3

pelaksanaan pemberian kemoterapi meliputi persiapan (tenaga medis, pasien, obat),

pelaksanaan atau pengelolaan, dan monitoring dan evaluasi.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah rumah

sakit pemerintah yang berada di Kota Bandung merupakan rumah sakit terbesar di

Provinsi Jawa Barat yang juga merupakan rumah sakit pendidikan. Selain itu, RSHS

telah mendapat sertifikasi ISO (International Organization for Standarization) yang

menjadikan seluruh jajaran direksi dan pegawai RSHS untuk selalu memberikan

pelayanan yang lebih baik sesuai standar internasional.

Pelayanan Kemoterapi di RSHS terdapat di beberapa ruangan baik rawat jalan

maupun rawat inap, salah satunya di Ruang Kemuning lantai 2. Pelayanan kemoterapi

di Ruang Kemuning lantai 2 adalah bagian dari Poliklinik Bedah Onkologi yang

melayani pemberian kemoterapi bagi pasien rawat jalan. Jumlah bed yang tersedia di

ruangan ini untuk pelayanan kemoterapi sebanyak 12 buah dengan jumlah pasien yang

menjalani kemoterapi di ruangan ini rata-rata 10 orang perhari, dan dalam sebulan

mencapai 150 orang.

Berdasarkan uraian di atas, sangat diperlukan pelaksanaan kemoterapi yang

aman dan sesuai prosedur mengingat efek samping yang dapat timbul dalam

pelaksanaan kemoterapi berlaku bagi pasien, petugas kesehatan, dan lingkungan di

sekitarnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana pelaksanaan

kemoterapi yang dilakukan di Ruang Kemuning lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung dan mengangkat judul “Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi di Ruang

Kemuning lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.”

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 4: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)4

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan

kemoterapi di Ruang Kemuning lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tujuan

khusus penelitian ini adalah:

Mengidentifikasi persiapan pelaksanaan kemoterapi.

Mengidentifikasi pelaksanaan pemberian kemoterapi.

Mengidentifikasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi kemoterapi.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan data dilakukan selama 8

hari, dilakukan di Ruang Rawat Jalan Poli Bedah Onkologi Gedung Kemuning lantai 2.

Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kemoterapi, dengan sub variabelnya

yaitu persiapan kemoterapi, pelaksanaan kemoterapi, serta monitoring dan evaluasi.

Populasi penelitian ini adalah pelaksanaan kemoterapi baik yang dilakukan oleh

perawat ataupun dokter di Ruang Kemuning lantai 2 RSHS dalam 3 bulan terakhir,

sebanyak 537 tindakan. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik accidental

sampling, dan dihitung menggunakan rumus Slovin didapatkan sampel sebanyak 84

pelaksanaan.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang dimodifikasi dari

prosedur tetap yang digunakan di RSHS dengan jumlah butir daftar kegiatan sebanyak

60 item. Metode pengumpulan data dengan pengamatan atau observasi dengan jenis

observasi partisipan dan wawancara dengan jenis wawancara bebas sebagai pembantu

utama dari metode observasi.

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 5: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)5

Analisa data menggunakan analisa univariat yang menggambarkan distribusi

frekuensi dan cara penghitungannya dilakukan dengan menggunakan persentase tiap

variabel dan subvariabel.

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis data menggunakan frekuensi persentasi didapatkan sebagai berikut:

Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=5040)

Tabel 1 menunjukkan secara umum sebagian besar tindakan dalam pelaksanaan

kemoterapi dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit.

Indikator tertinggi yaitu tahap pelaksanaan, diikuti tahap persiapan, dan yang terendah

adalah tahap monitoring evaluasi.

Tabel 2. Distribusi Kegiatan Persiapan Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=2100)

Tabel 2 menunjukkan indikator tertinggi dalam tahap persiapan adalah persiapan

alat dan obat, diikuti persiapan petugas kesehatan, dan indikator terendah adalah

persiapan pasien.

Tabel 3. Distribusi Kegiatan Pelaksanaan Pemberian Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=2184)

Variabel / Sub Variabel ∑ Dilakukan % ∑ Tidak Dilakukan

%

Pelaksanaan kemoterapi 3545 70,34 1494 29,66a. Persiapan 1471 70,05 629 29,95b. Pelaksanaan 1722 78,85 462 21,15c. Monitoring evaluasi 352 46,56 404 53,44

Jenis Tindakan ∑ Dilakukan % ∑ Tidak dilakukan %Persiapan pasienPersiapan alatPersiapan obatPersiapan petugas kesehatan

345504420211

45,63100100

50,24

41100

209

54,3700

49,76

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 6: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)6

Tabel 3 menunjukkan indikator tertinggi dalam tahap pelaksanaan adalah mencuci

tangan, pemberian obat pre dan post medikasi, diikuti pemberian obat kemoterapi,

pengelolaan alat dan bahan bekas pakai, APD dalam pelarutan obat, dan indikator

terendah adalah salam terapeutik.

Tabel 4. Distribusi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=756)

Tabel 4 menunjukkan indikator tertinggi dalam tahap monitoring evaluasi adalah

perencanaan tidakan selanjutnya dan dokumentasi, indikator terendah adalah penilaian

respon dan efek samping kemoterapi.

PEMBAHASAN

Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian kemoterapi yang dilakukan

oleh petugas kesehatan baik dokter ataupun perawat mulai dari persiapan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi. Petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi

terdiri dari 2 orang perawat tetap dan lebih dari 10 dokter dari bagian Poli Bedah

Onkologi. Dengan karakteristik, dua orang perawat dengan pendidikan D3, satu orang

diantaranya pernah mendapatkan pelatihan mengenai pelaksanaan kemoterapi.

Jenis Tindakan ∑ Dilakukan % ∑ Tidak Dilakukan

%

Cuci tangan Salam terapeutikPemberian pre-medikasiAPD dalam pelarutan obatPemberian obat kemoterapiPemberian post-medikasiPengelolaan alat & bahan bekas pakai

1680

252230440336296

1000

10054,7687,3100

70,48

0840

190640

124

0100

045,2412,7

029,52

Jenis Tindakan ∑ Dilakukan % ∑ Tidak Dilakukan

%

Penilaian respon dan efek samping kemoterapiRencana tindakan selanjutnyaDokumentasi

16168168

6,3566,6766,67

2368484

93,6533,3333,33

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 7: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)7

Pelaksanaan kemoterapi di ruang Kemuning lantai 2 RSHS secara umum sebagian

besar telah dilakukan sesuai SOP yang berlaku di ruangan. Hal-hal yang tidak dilakukan

dikarenakan jumlah petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaannya dianggap

belum mendukung pelaksanaan kemoterapi yang baik, serta ketersediaan alat yang ada

di ruangan kurang memenuhi standar.

Persiapan pasien sebagian besar (54,37%) tidak dilakukan atau hanya hampir

setengahnya saja dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Tindakan dalam

persiapan pasien yang paling banyak tidak dilakukan adalah pemeriksaan TTV dan

pemberian informed consent. Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan hanya satu,

yaitu tekanan darah. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan menganggap pemeriksaan

lain yang telah dilakukan sebelumnya serta surat rujukan oleh dokter sudah cukup

menjadi landasan untuk pasien dapat dilakukan kemoterapi. Perawat juga mengatakan

kendala lain terkendala dengan jumlah petugas kesehatan yang dianggap kurang.

Pemberian informed consent jarang dilaksanakan oleh petugas kesehatan karena

sebagian besar pasien yang datang setiap harinya adalah pasien yang sudah berkali-kali

mejalani kemoterapi sehingga pasien dianggap sudah mengetahui tentang tindakan yang

akan dilakukan dan tidak perlu meminta persetujuan kembali. Menurut teori, informed

consent sangat erat kaitannya dengan transaksi terapeutik yang artinya adalah suatu

transaksi untuk menentukan atau upaya untuk mencari terapi yang paling tepat bagi

pasien yang dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan.

Persiapan petugas kesehatan setengahnya (50,23%) dilakukan oleh petugas

kesehatan sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan APD yang

digunakan oleh petugas kesehatan di ruangan adalah sarung tangan latex, masker

surgical, dan baju pelindung. Pemakaian APD di ruangan yang tidak lengkap

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 8: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)8

dikarenakan ketersediaan sarana yang tidak sesuai dengan standar dan juga kepatuhan

petugas kesehatan dalam penggunaan APD.

Menurut Power & Polovich (2003), APD digunakan untuk melindungi kulit dan

selaput lendir petugas dari risiko pajanan. APD yang dianjurkan dalam pelaksanaan

kemoterapi antara lain sarung tangan nitril tidak berpowder, pelindung kepala,

pelindung mata dan wajah, masker respirator, dan baju pelindung tahan air.

Penelitian Horisson (2001, dalam NIOSH, 2004) melaporkan bahwa enam obat

kemoterapi yang berbeda terdeteksi dalam urin perawat yang terlibat dalam pelaksanaan

kemoterapi. Sebuah penelitian lanjutan menyatakan bahwa peningkatan keamanan

penanganan obat sitotoksik dapat menurunkan risiko hal tersebut.

Perlu diperhatikan juga petugas kesehatan yang dapat terlibat dalam pelaksanaan

kemoterapi. Menurut Sutarni (2003, dalam Maridi, 2009), petugas kesehatan yang

diizinkan untuk memberikan obat sitostatika adalah mereka yang sudah mendapat

pendidikan tentang cara menangani obat sitostatika, mengetahui kemungkinan risiko

yang terjadi akibat obat sitostatika, penatalaksanaan alat-alat yang terkontaminasi,

pencegahan paparan terhadap petugas kesehatan. Petugas yang tidak diizinkan untuk

memberikan obat sitostatika seperti wanita hamil, petugas kesehatan yang tidak

memakai pelindung, atau mahasiswa yang sedang praktik.

Dalam pelaksanaan kemoterapi, pemakaian APD dalam pelarutan obat sebagian

besar (54,28%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Petugas

kesehatan, dalam hal ini dokter, menggunakan masker, sarung tangan latex, dan baju

pelindung, sementara pelindung kepala dan kacamata pelindung tidak digunakan dan

tempat preparasi obat tidak memenuhi standar. Petugas kesehatan tidak menggunakan

APD yang sesuai karena menganggap alat preparasi (inkubator yang sudah

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 9: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)9

dimodifikasi) sudah cukup melindungi diri dalam melarutkan obat. Sementara itu,

dalam Otto (2005) APD yang dianjurkan dalam pelarutan obat antara lain sarung tangan

karet, dan baju pelindung tahan air berlengan panjang, dan dengan manset elastis atau

mempunyai kait. Kacamata pelindung atau pentutup wajah digunakan jika saat

menyiapkan obat tidak menggunakan lemari khusus yang aman secara biologis.

Salam terapeutik tidak dilakukan sama sekali. Petugas kesehatan hanya

memanggil nama pasien untuk memastikan obat diberikan pada pasien yang tepat,

bukan untuk tujuan salam terapeutik. Perawat beranggapan bahwa tindakan harus

dilakukan dengan cepat mengingat jumlah petugas kesehatan yang terbatas, sehingga

hal-hal yang dianggap tidak berhubungan dengan inti pelaksanaan kemoterapi tidak

harus dilakukan.

Pemberian obat kemoterapi sebagian besar (87,3%) dilakukan oleh petugas

kesehatan sesuai SOP. Dalam tindakan pemberian kemoterapi perlu diperhatikan prinsip

6 benar, yaitu benar pasien, benar rute, benar dosis, benar obat, benar waktu, dan

dokumentasi (ASCO, 2009). Dalam pemberian obat, baik pre-medikasi, obat

kemoterapi, dan post-medikasi sudah dilakukan sesuai dengan SOP.

Pengelolaan alat dan bahan bekas pakai sebagian besar (70,47%) dilakukan oleh

petugas kesehatan. Menurut Power & Polovich, (2003) dalam pembuangan alat dan

bahan bekas pakai terdapat juga standar keamanan yang harus diperhatikan oleh petugas

kesehatan yang terlibat, mengingat bahaya yang sama yang mungkin timbul pada saat

pembuangan. Hasil penelitian menunjukkan 70% kecelakaan kerja terjadi sesudah

pemakaian dan saat pembuangan alat dan bahan bekas pakai (Depkes RI 2003, dalam

Parsihaningsih, 2008).

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 10: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)10

Dalam monitoring dan evaluasi, perencanaan tindakan pasien selanjutnya

(dilakukan 66,67%). Dari hasil penelitian, kolaborasi petugas kesehatan untuk tindakan

selanjutnya tidak dilaksanakan. Penentuan tindakan selanjutnya lebih banyak dilakukan

oleh dokter sendiri. Hal ini kurang sesuai dengan pengertian kolaborasi menurut

American Medical Assosiation (AMA, 1994) yang menyatakan bahwa kolaborasi adalah

proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega,

bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan

berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang

berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Penting bagi petugas kesehatan untuk memberitahu pasien mengenai rencana

tindakan selanjutnya dan kapan tindakan selanjutnya akan dilakukan, karena dalam

pemberian kemoterapi, prinsipnya, semua obat harus diberikan seluruhya atau tidak

sama sekali.

Dokumentasi sebagian besar (66,67%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai

dengan SOP. Dari hasil penelitian, hal yang tidak dituliskan dalam dokumentasi adalah

pencatatan respon atau efek samping yang timbul pada klien. Hal ini dikarenakan dokter

yang datang ke ruang kemoterapi hanya untuk melarutkan obat dan mencatat tindakan

yang sudah dilakukan serta menuliskan rencana tindakan selanjutnya, tanpa

memonitoring pasien sampai proses pemberian kemoterapi selesai. Hal ini tidak sesuai

seperti yang dikemukakan oleh Joshi M (2007), yang menyatakan bahwa petugas

kesehatan harus mendokumentasikan setiap detail yang berkaitan dengan pemberian

obat kemoterapi, pemberiannya, cara pelarutannya, dan hal lain yang berhubungan.

Penilaian respon dan efek samping kemoterapi hanya sebagian kecil (6,35%)

dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukan dari hasil

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 11: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)11

penelitian didapatkan penilaian respon pasien selama dilakukan kemoterapi hanya

sebagian kecil yang dilakukan. Sangat penting bagi petugas kesehatan untuk selalu

memperhatikan reaksi atau efek samping yang timbul pada saat pelaksanaan atau

setelah pelaksanaan kemoterapi berlangsung. Sehingga apabila timbul reaksi yang

berlebihan dapat segera dicegah. Respon pasien dapat berupa respon objektif atau

respon subjektif. (Sander, 2010).

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning dilaksanakan sesuai SOP pemberian

kemoterapi di rumah sakit. Tahap persiapan kemoterapi sebagian besar tindakan

dilakukan sesuai SOP dan hampir setengahnya tidak dilakukan sesuai dengan SOP.

Tahap pelaksanaan kemoterapi hampir seluruh tindakan dilakukan sesuai dengan SOP

dan sebagian kecil tidak tindakan dilakukan sesuai dengan SOP. Tahap monitoring

evaluasi hampir setengah tindakan dilakukan sesuai SOP dan sebagian besar tidak

dilakukan sesuai dengan SOP.

Saran bagi perawat: melakukan tindakan pelaksanaan kemoterapi sesuai prosedur

yang ada dan memperhatikan respon yang timbul pada pasien selama tindakan

kemoterapi diberikan untuk mencegah reaksi berlebihan yang mungkin membahayakan.

Perawat juga diharapkan dapat lebih memperhatikan keamanan kerja dengan

menggunakan APD seperti baju pelindung tahan air, sarung tangan nitril atau

menggunakan sarung tangan berlapis (double), pelindung kepala dan pelindung mata

saat melakukan tindakan pemberian kemoterapi sehingga dapat mengurangi risiko dan

efek samping yang dapat ditimbulkan.

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 12: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)12

Saran bagi institusi rumah sakit: diharapkan dapat lebih memperhatikan mengenai

sarana dan prasarana yang tersedia, seperti penggunaan Biological Safety Cabinet kelas

2 atau ruangan khusus untuk proses pencampuran obat, baju pelindung tahan cairan

sekali pakai, sarung tangan nitril, masker respirator. Selain itu juga Rumah Sakit

diharapkan dapat menambah jumlah perawat dan dokter yang bertugas di bagian

kemoterapi sehingga proses pemberian kemoterapi dapat berjalan maksimal.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Ayu Prawesti Priambodo, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen pembimbing utama

penulis.

2. Anastasia Anna, S.Kp., M.Kes. selaku dosen pendamping penulis.

3. Teristimewa orangtua penulis (A. Purba dan Elisabeth F. Rikin).

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, W. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga (alih bahasa oleh Astoeti Suharto Heerdjan). Jakarta: Arcan.

Dirdjo, M.M., 2009. Penatalaksanaan Kemoterapi Yang Aman. Available at: http://maridimdirdjo.blogspot.com/2009/07/penatalaksanaan-kemoterapi-yang-aman-ns.html. (Diakses tanggal 20 Maret 2012)

Jacobson, J.O.; M. Polovich, et.al. 2009. American society of clinical oncology/oncology nursing society chemotherapy administration safety standards. Oncology Nursing Forum Vol. 36, No. 36. Available at: http://search.proquest.com/docview/223114498/fulltextPDF/135959E9F8965B113C4/3?accountid=48290. (Diakses tanggal 20 Maret 2012)

Joshi, M. 2007. Cytotoxic drugs: towards safer chemotherapy practises. Indian Journal of Cancer Vol. 44, No 1. Available at: http://search.proquest.com/ (Diakses tanggal 20 Maret 2012)

Otto, S.E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. (alih bahasa oleh Jane Freyana Budi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Parsinahingsih, S.H., dan Supratman. 2008. Gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di rumah sakit umum daerah dr. Moewardi surakarta. Majalah Berita Ilmu Keperawatan Vol. 1, No. 1. Available at: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11081924.pdf. (Diakses tanggal 24 Maret 2012)

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Page 13: 673-1313-1-SM

Anastasya DonadearFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang)

Email: [email protected] (081349295151)13

Power, L.A., and M. Polovich. 2003. Special Reports: Safe Handling of Hazardous Drugs. Ce Certified November 2003.

Polovich, M. 2004. Safe handling of hazardous drugs.online journal of issues in nursing. Vol. 9 no. 3, manuscript 5. Available at: http://www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/ANAPeriodicals/OJIN/TableofContents/Volume92004/No3Sept04/HazardousDrugs.aspx(Diakses tanggal 24 Maret 2012)

Rasjidi, I. 2007. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari. Jakarta: Sagung Seto.

Setiyawati, E.; E. Yustin; dan R.P. Satiti. 2008. Manifestasi klinis dan penatalaksanaan efek samping sitostatika pada kulit. Berkala Kesehatan Klinik Vol. XIV, No. 2. Available at: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/14208120126.pdf (Diakses tanggal 22 Maret 2012)

Smeltzer, S.C.; B.G. Bare, et. al. 2009. Brunner And Suddarth’s Textbook Of Medical Surgical Nursing. Wolters Kluwer.

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1