66618457 Draft Tesis Dony3
-
Upload
sunnarno-incrd-houstond -
Category
Documents
-
view
146 -
download
6
Transcript of 66618457 Draft Tesis Dony3
Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Komponen-komponen biaya konstruksi terdiri dari biaya langsung dan biaya
tidak langsung (AACE, 1992). Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung
dengan volume pekerjaan yang terdapat dalam pay item seperti biaya upah, biaya
peralatan, biaya material, dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung adalah
biaya yang tidak terkait langsung dengan volume pekerjaan. Namun biaya tidak
langsung berkontribusi dalam penyelesaian pekerjaan proyek yang mencakup
biaya overhead, risiko, contingency, dan sebagainya.
Estimasi biaya langsung dihitung berdasarkan perkalian harga satuan penawaran
dengan volume pekerjaan yang mengacu pada gambar dan spesifikasi teknis,
sedangkan perkiraan biaya tidak langsung tidak mudah dilakukan karena tidak
adanya rujukan informasi yang akurat sebagaimana halnya dengan gambar dan
spesifikasi teknis (Yusuf, 2010).
Pada penelitian terdahulu mengenai pemodelan estimasi komponen biaya tidak
langsung proyek konstruksi bangunan gedung diperoleh suatu kesimpulan sebagai
berikut:
“Diperoleh adanya suatu pola karakteristik kontraktor dalam mengestimasi biaya
tidak langsung. Mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada kontraktor besar
dengan nilai tertentu dimana memiliki standar tersendiri diperusahaanya yang
ditetapkan berdasarkan dua hal diantaranya berdasarkan pengalaman proyek
sebelumnya dan perkiraan yang dilakukan oleh kontraktor. Kontraktor besar
menghitung komponen biaya tidak langsung satu persatu yang pada akhirnya nilai
tersebut dijadikan persentase terhadap biaya langsung sehingga setelah beberapa
proyek diestimasi kontraktor dapat menemukan suatu nilai yang menjadi
gambaran kasar berupa prosentase biaya tidak langsung. Pada kontraktor
menengah nilai tertentu diambil selain berdasarkan pengalaman proyek
sebelumnya juga berdasarkan standar tersendiri diperusahaannya seperti halnya
kontraktor besar, namun tidak seperti kontraktor besar terutama dalam hal
1
kelengkapan inventarisasi data proyek sebelumnya terutama proyek-proyek yang
khusus dan tingkat pengalaman serta sumberdaya manusia berupa tenaga ahli
yang terbatas di perusahaan. Sama halnya dengan kontraktor besar pada akhirnya
nilai tersebut dijadikan persentase terhadap biaya langsung. Pada kontraktor kecil
sebagian besar menetapkan nilai tertentu hanya berdasarkan pengalaman proyek
sebelumnya karena data historis proyek tidak terinventarisir dengan baik oleh
perusahaan dan pada akhirnya nilai tersebut diambil berupa persentase secara
umum terhadap biaya langsung untuk mempermudah penetapannya. Tidak
teridentifikasi secara detail komponen-komponen biaya tidak langsung apa saja
yang diperhitungkan, jadi hanya sebagai persentase perkiraan kasar yang sukses
pada proyek yang pernah dikerjakan sebelumnya” (Pradoto, 2010).
Beranjak dari kesimpulan penelitian tersebut, salah satu yang mempengaruhi
estimasi biaya tidak langsung pada proyek konstruksi adalah jenis kontrak
konstruksi yang terdapat pada dokumen proyek. Pada proyek bangunan gedung,
umumnya kontrak konstruksi yang digunakan adalah kontrak lump sum. Hipotesis
sementara bahwa pemodelan estimasi biaya tidak langsung setiap proyek
konstruksi berbeda-beda dikarenakan menggunakan kontrak konstruksi yang
berbeda. Pada proyek infrastruktur jalan kontrak konstruksi yang digunakan pada
umumnya adalah kontrak unit price (Soemardi, 2010).
Suatu survei pendahuluan mengenai estimasi biaya tidak langsung pada proyek
infrastruktur jalan telah diketahui bahwa estimasi biaya tidak langsung yang
dilakukan sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan memenangkan proyek
dalam proses pelelangan. Selain itu dengan melakukan estimasi biaya tidak
langsung secara tidak langsung dapat mengatasi resiko yang akan dihadapi dari
proyek tersebut. Pada umumnya penetapan besaran biaya tidak langsung
merupakan persentase dari total nilai proyek secara keseluruhan. Komponen biaya
tidak langsung yang sering digunakan oleh kontraktor jalan adalah pajak, jaminan,
asuransi, biaya umum, resiko, dan overhead.
Pada tahun 2008 jumlah kontraktor di Indonesia berdasarkan Asosiasi Kontraktor
Jalan Indonesia (AKJI) dan golongannya secara keseluruhan adalah sebesar 1.193
2
badan usaha dengan jumlah kontraktor kecil sebesar 921 badan usaha atau 77.20
%, kontraktor menengah sebesar 223 badan usaha atau 18.69 %, dan kontraktor
besar sebesar 49 badan usaha atau 4.10 % (LPJK, 2008). Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa persaingan diantara kontraktor jalan pada tiap kualifikasinya
secara nasional begitu ketat. Dengan begitu ketatnya persaingan tersebut tentunya
untuk mendapatkan peluang pasar dan bertahan dalam dunia konstruksi nasional
sangat berat. Hal ini terutama terjadi pada kontraktor kualifikasi kecil dan
menengah dengan prosentase jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan
kontraktor kualifikasi besar. Untuk mendapatkan pasar konstruksi berupa proyek
konstruksi infrastruktur jalan yang dilelangkan, tentunya kontraktor harus pandai
dalam memenangkan setiap proses lelang yang diukutinya. Salah satu cara yang
dapat dilakukan kontraktor adalah dengan merancang dan mengajukan harga
penawaran yang kompetitif dan rancangan konstruksi yang baik. Isu dari salah
satu faktor tersebut adalah bagaimana cara untuk melakukan estimasi biaya
proyek dalam RAB yang diajukan dalam proses pelelangan, khususnya dalam
mengestimasi biaya tidak langsung pada proyek infrastruktur jalan. Namun
kendala utama dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung tersebut adalah
belum diperolehnya informasi yang pasti pada proyek non-gedung, khususnya
pada pekerjaan jalan.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahadian (2010) dan Yusuf
(2010) mengenai praktek estimasi komponen biaya tidak langsung pada proyek
bangunan gedung oleh kontraktor menengah dan besar di daerah Bandung dan
Jakarta, terdapat pola karakteristik estimasi biaya tidak langsung dengan
menentukan besarnya nilai biaya tidak langsung sebagai persentase dari biaya
langsung. Pada bagian lain dari penelitian mereka ditemukan pemodelan estimasi
biaya tidak langsung dengan model matematis regresi non linier yang memiliki
kecenderungan model menggambarkan hubungan semakin besar nilai kontrak
maka nilai persentase rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek akan
semakin kecil.
3
Mekanisme penetapan biaya tidak langsung juga dipengaruhi oleh karakteristik
proyek konstruksi (Rahadian dan Yusuf, 2010). Hal ini berarti setiap proyek
konstruksi memiliki mekanisme yang berbeda satu dengan yang lain dalam
melakukan estimasi biaya tidak langsung. Jika dilihat dari karakteristik
proyeknya, proyek bangunan gedung pada umumnya memiliki tingkat
ketidakpastian dan variasi yang relatif lebih kecil karena volumenya telah dapat
diperkirakan dengan cukup akurat lewat spesifikasinya yang lengkap. Sementara
pada proyek non-gedung, khususnya pada proyek jalan, volumenya belum dapat
diketahui secara rinci lewat spesifikasinya, karena taksiran volume yang kurang
jelas terutama pada pekerjaan-pekerjaan bawah tanah seperti pekerjaan sub-base,
base, atau sub-grade.
Merujuk pada kondisi di atas, menarik untuk dilakukan penelitian mengenai
karakteristik estimasi biaya tidak langsung pada proyek non-gedung, khususnya
pada proyek jalan. Untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan dengan yang terjadi
pada proyek-proyek bangunan gedung. Dengan mengetahui ada tidaknya
kesamaan praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek jalan dan bangunan
gedung, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai informasi berupa referensi bagi
kontraktor dalam melakukan estimasi biaya pada setiap proyek konstruksi.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi apakah ada perbedaan prinsip dan mekanisme praktek
estimasi biaya tidak langsung pada proyek jalan terhadap proyek
bangunan gedung yang telah diteliti sebelumnya.
2. Mengetahui apakan ada persamaan atau tidak antara model estimasi
biaya tidak langsung proyek jalan dengan model estimasi biaya tidak
langsung proyek bangunan gedung.
I.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan
penelitian di bidang Manajemen dan Rekayasa Konstruksi serta dapat menjadi
informasi berupa referensi bagi kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak
4
langsung pada proyek jalan dalam upaya memingkatkan efektifitas pembiayaan
dan harga penawaran yang kompetitif. Peneltian ini juga memberikan informasi
tambahan mengenai informasi hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan
tentang estimasi biaya tidak langsung oleh peneliti sebelumnya. Pada akhirnya
diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi
penelitian berikutnya.
I.5. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam pembahasannya, penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Responden yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah kontraktor
kualifikasi kecil, menengah, dan besar berdasarkan pada penggolongan
kualifikasi kontraktor pada Peraturan LPJK No. 11a Tahun 2008 tentang
Registrasi Usaha Jasa Konstruksi.
2. Cakupan kuisioner adalah secara nasional yang diwakili oleh wilayah
Sumatera dan Jawa.
3. Data yang akan digunakan untuk pemodelan estimasi biaya tidak langsung
adalah data estimasi biaya proyek pada laporan aktual. Berdasarkan
penelitian terdahulu, data estimasi biaya proyek pada laporan aktual sulit
untuk diperoleh, sehingga memungkinkan untuk menggunakan data
alternatif berupa data estimasi biaya proyek pada RAB proyek
infrastruktur jalan yang meliputi data nilai total proyek dan biaya tidak
langsung proyek.
4. Kajian penelitian ini menitikberatkan pada proyek jalan. berupa proyek
rehabilitasi jalan, dan pembangunan jalan baru
I.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam tesis ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
Meliputi landasan teori yang digunakan dalam tesis yang berisikan uraian yang
bersifat teoritis yang berisikan hal-hal yang terkait dengan estimasi biaya proyek,
proyek jalan, komponen biaya proyek konstruksi, kontrak konstruksi, dan
perusahaan kualifikasi perusahaan kontraktor.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Meliputi tahapan-tahapan penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian,
rancangan penelitian, target responden, perancangan model kuesioner, teknik
pengumpulan data dan jadwal pelaksanaan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Meliputi hasil analisa serta pembahasan terhadap data yang telah dikumpulkan
berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah dilakukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Meliputi kesimpulan dari uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, serta saran
yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
6
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1. Penelitian Terkait
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai estimasi biaya proyek konstruksi.
Hal tersebut terkait dengan estimasi estimasi biaya proyek keseluruhan, maupun
bersifat secara parsial mengenai estimasi biaya langsung proyek konstruksi.
Penelitian mengenai estimasi biaya tidak langsung proyek konstruksi masih
terbatas. Dari kajian literatur yang dilakukan, berikut penelitian mengenai estimasi
biaya tidak langsung pada proyek konstruksi yang telah dilakukan khususnya pada
bangunan gedung.
1. Rahadian (2010), melakukan penelitian berupa kajian praktek estimasi
biaya tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada kontraktor
kualifikasi menengah. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kontraktor kualifikasi menengah sebagian besar melakukan estimasi
biaya tidak langsung dengan menetapkan nilai tertentu diambil selain
berdasarkan pengalaman proyek sebelumnya juga berdasarkan standar
tersendiri diperusahaannya. Pada akhirnya nilai tersebut dijadikan
persentase terhadap biaya langsung.
b. Ditemukannya pola suatu model estimasi biaya tidak langsung
berdasarkan data laporan biaya proyek pada RAB. Dari model tersebut
terdapat hubungan nonlinier antara nilai proyek dengan resiko biaya
tidak langsung terhadap nilai proyek. Besarnya rasio antara biaya
tidak langsung terhadap total nilai proyek cenderung menurun seiring
dengan kenaikan proyek. Model yang dihasilkan juga tidak
memprediksikan biaya tidak langsung yang hampir sama, yaitu
berkisar 10% meskipun dengan nilai proyek yang berbeda-beda. Hal
ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak
merepresentasikan nilai biaya tidak langsung secara actual pada suatu
proyek konstruksi.
2. Yusuf (2010), melakukan penelitian berupa kajian praktek estimasi biaya
tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada kontraktor
7
kualifikasi besar. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
a. kontraktor kualifikasi besar telah melakukan estimasi biaya tidak
langsung. Secara konsisten pola estimasi biaya tidak langsung
dilakukan dengan prosentase terhadap biaya langsung yang mengacu
kepada faktor internal yang meliputi data historis perusahaan serta
keahlian personil dan pengalaman perusahaan dalam estimasi. Selain
faktor internal, nilai prosentase biaya tidak langsung juga dipengaruhi
oleh faktor eksternal yang meliputi karakteristik proyek, dokumen
proyek, karakteristik perusahaan, situasi tender, situasi ekonomi,
karakteristik klien, dan karakteristik konsultan.
b. Ditemukan pola suatu model estimasi biaya tidak langsung
berdasarkan data laporan biaya proyek pada RAB. Dari hasil model
tersebut terdapat hubungan nonlinear antara nilai proyek dengan rasio
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek. Kecenderungan model
menggambarkan bahwa semakin besar nilai kontrak maka rasio biaya
tidak langsung terhadap nilai kontrak semakin kecil, artinya nilai
biaya tidak langsung semakin besar seiring dengan besarnya nilai
kontrak.
II.2. Estimasi Biaya Proyek Konstruksi
II.1.2. Definisi Estimasi Biaya Proyek Konstruksi
Estimasi biaya proyek konstruksi adalah perencanaan perkiraan biaya terhadap
sumberdaya yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu proyek. Dalam
perkiraan biaya yang dihasilkan juga mempertimbangkan penyebab variasi biaya
proyek dengan tujuan agar proyek dapat dikelola dengan baik (PMI, 2000).
Estimasi biaya proyek konstruksi merupakan proses analisis perhitungan
berdasarkan pada metode konstruksi, volume pekerjaan, dan ketersediaan
berbagai sumber daya, dimana keseluruhan membentuk operasi pelaksanaan
optimal yang membutuhkan pembiayaan (Muzayanah, 2008).
8
Estimasi biaya proyek konstruksi adalah perkiraan dari keseluruhan biaya yang
akan dikeluarkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi serta sumber daya apa saja
yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan proyek tersebut. Estimasi biaya
dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian anggaran biaya, tingkat resiko yang
mungkin terjadi secara efektifitas pebiayaan guna mencapai harga penawaran
yang kompetitif atau dapat bersaing dalam proses pelelangan konstruksi (Yusuf,
2010).
Estimasi biaya konstruksi merupakan perkiraan terhadap keseluruhan biaya yang
akan dikeluarkan dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi di masa yang akan
datang dimana sumberdaya apa saja yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan
seluruh kegiatan dalam proyek konstruksi. Perlunya melakukan proses estimasi
sebagai alas an akurasi yang dapat mengurangi ketidakpastian dan tingkat risiko
yang mungkin terjadi pada suatu proyek konstruksi, serta untuk mendapatkan
profit sesuai dengan yang diinginkan (Rahadian, 2010).
Estimasi biaya proyek adalah unsur penting dalam pengelolaan biaya proyek
secara keseluruhan karena memiliki fungsi yang amat luas dalam merencanakan
dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, waktu dan lain-
lain (Latupeirissa, 2007).
Estimasi biaya proyek (cost estimating) dapat digunakan untuk beberapa tujuan,
seperti penentuan kelayakan ekonomi suatu proyek, evaluasi beberapa alternatif
proyek, perencanaan anggaran proyek, dan penyediaan biaya proyek awal dan
pengendalian jadwal proyek (AACE, 1992).
II.2. Metode Estimasi Biaya Konstruksi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam estimasi biaya sebagai berikut:
1. Berdasarkan AACE International - the Association for the Advancement of
Cost Engineering Tahun 1992 adalah:
a. Metodologi konseptual yang terdiri dari beberapa metodologi, yaitu:
1. Metode End-Product Units
9
Metode estimasi ini digunakan ketika estimator telah cukup memiliki
data historis yang sesuai untuk beberapa proyek yang sama. Metoda ini
melakukan pendekatan estimasi dengan cara menghubungkan total unit
produk yang dihasilkan (capacity units) dari suatu proyek terhadap
biaya konstuksi yang telah dikeluarkan untuk proyek tersebut. Metode
ini hanya memperkirakan secara cepat terhadap kapasitas produk akhir
dari suatu proyek. Beberapa contoh dari hubungan antara biaya
konstruksi dan produk akhir yang dihasilkan, seperti biaya konstruksi
dari sebuah pembangkit listrik terhadap kapasitas dari pembangkit itu
sendiri dalam kilowatt, dan biaya konstruksi dari pembangunan hotel
terhadap kapasitas kamar hotel tersebut.
2. Metode Physical Dimentions
Pendekatan sama seperti metode End-Product Units, namun metode
Physical Dimentions menggunakan dimensi fisik, seperti panjang,
volume, area, luasan tertentu. Dimensi tersebut digunakan sebagai
faktor pengendali dalam estimasi. Contohnya estimasi bangunan
dilakukan dengan pendekatan square feet/meters atau volume dari
bangunan tersebut.
3. Metode Capacity Factor
Suatu pendekatan estimasi biaya dengan perkiraan faktor kapasitas
adalah satu dimana biaya fasilitas baru berasal dari biaya fasilitas
semacam itu dari kapasitas yang diketahui. Itu bergantung pada
hubungan non-linier antara kapasitas (capacity) dan biaya (cost).
Pendekatan estimasi biaya dengan metode ini cepat dan cukup akurat
khususnya untuk persiapan estimasi lebih awal selama perencanaan
proyek. Metode ini membutuhkan data biaya historis dan data kapasitas
untuk proses dan kegiatan yang sama. Selain itu pendekatan metode ini
sering digunakan untuk estimasi akurat secara cepat dan sering
digunakan untuk pengambilan keputusan pada masa pra perencanaan
suatu proyek.
10
4. Metode Ratio or Factor
Metode ratio or factor adalah suatu pendekatan estimasi yang
digunakan dalam situasi dimana biaya total dari suatu item atau fasilitas
dapat secara andal di estimasi dari biaya komponen utamanya.
5. Metode Parametric
Pendekatan estimasi biaya proyek dengan metode parametic adalah satu
pendekatan ekstrim untuk persiapan awal estimasi konseptual ketika
tidak terdapat banyak data teknik sebagai dasar untuk estimasi dengan
metode estimasi yang lebih detail. Metode parametric adalah sebuah
representasi matematik dari hubungan biaya yang mencakup keterkaitan
yang logis dan dapat diprediksi antara karakteristik fungsional dari
suatu proses dan biayanya.
b. Metodologi Deterministic (Detail) Estimating
Adalah suatu pendekatan estimasi biaya proyek secara detail yang mana
dipersiapkan untuk mendukung anggaran final yang telah direncanakan,
dokumen penawaran, cost control selama proyek berjalan, dan lainnya.
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam persiapan sebuah detail
estimasi:
1. Mempersiapkan jadwal dan dasar estimasi proyek,
2. Mempersiapkan estimasi biaya langsung proyek,
3. Mempersiapkan estimasi biaya tidak langsung proyek,
4. Mempersiapkan estimasi biaya kantor (operasional kantor),
5. Mempersiapkan estimasi pajak penjualan,
6. Mempersiapkan eskalasi estimasi,
7. Mempersiapkan estimasi fee proyek (untuk kontraktor),
8. Mepersiapkan analisis biaya resiko, analisis contingency, dan
9. Melihat ulang setiap estimasi yang telah dilakukan.
2. Berdasarkan Project Manajement institute (PMI) tahun 2000 adalah:
a. Estimasi Analogi
Estimasi analogi atau estimasi top-down adalah estimasi yang
menggunakan biaya aktual dari proyek yang pernah dikerjakan
sebelumnya dimana proyek sebelumnya memiliki persamaan karakteristik
11
dengan proyek yang akan dikerjakan. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan informasi yang diperoleh mengenai proyek yang akan
dikerjakan. Estimasi analogi juga merupakan bentuk lain dari expert
judgement.
Secara umum estimasi analogi menghabiskan biaya yang sedikit
dibandingkan metode lainnya, namun hasilnya kurang akurat. Metode ini
biasanya digunakan bila:
1. Proyek yang sebelumnya pada kenyataannya sama bukan hanya dari
tampilannya saja.
2. Individu atau kelompok membutuhkan keahlian dalam mengestimasi.
b. Model Parameter
Model parameter melibatkan penggunaan karakteristik proyek yang
digunakan sebagai parameter dalam model matematis untuk memprediksi
biaya. Model parameter dapat berupa persamaan sederhana dimana biaya
dapat ditentukan berdasarkan luas bangunan ataupun suatu persamaan
yang kompleks dimana diperlukan alat bantu perangkat lunak dalam
aplikasinya dan melibatkan banyak variabel pengaruh dalam
perhitungannya. Antara biaya dan tingkat akurasi dalam metode ini sangat
besar variasinya. Metode ini umumnya digunakan bila:
3. Informasi proyek sebelumnya digunakan untuk mengembangkan
model agar menjadi akurat.
4. Parameter yang digunakan dalam model sudah terukur.
5. Model terskala (contohnya model dapat digunakan untuk proyek
dengan skala kecil maupun besar).
c. Estimasi Bottom-up
Metode ini melibatkan proses estimasi secara individual dari masing-
masing kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek
kemudian dirangkum dalam biaya proyek keseluruhan. Biaya dan tingkat
akurasi estimasi bottom up adalah digerakkan berdasarkan ukuran item
pekerjaan individual, semakin sedikit item pekerjaan dapat meningkatkan
biaya dan tingkat akurasi. Tim manajemen proyek harus
12
mempertimbangkan penambahan tingkat akurasi dibandingkan dengan
penambahan biaya.
d. Komputerisasi
Penggunaan alat bantu komputer dalam estimasi biaya seperti penggunaan
WinEst atau software lainnya yang menggunakan analisa statistik sudah
banyak digunakan dan sangat membantu dalam proses estimasi biaya yang
menghasilkan perkiraan biaya yang akurat.
e. Metode lain
Metode lainnya yang dapat digunakan adalah analisis penawaran yang
dilakukan oleh kontraktor dalam dokumen penawaran suatu proyek
konstruksi.
3. Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) dalam Estimating Construction
Costs, estimasi biaya konstruksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Estimasi Taksiran (Approximate Estimate)
Estimasi ini biasanya dilakukan untuk memberikan informasi bagi pemilik
(owner) secara cepat untuk memutuskan apakah proyek akan dibangun
atau tidak. Selain itu estimasi taksiran juga untuk tujuan perhitungan pajak
yang perlu dibayarkan jika proyek diimplementasikan (Litupeirissa, 2007).
b. Estimasi Secara Rinci
Estimasi secara rinci dilakukan untuk dua penggunaan, yaitu untuk
mengajukan penawaran harga terhadap suatu pekerjaan dan digunakan
sebagai basis dalam melakukan kontrol dari suatu proyek. Estimasi biaya
secara rinci dapat dilakukan setelah lengkap data/informasi dari proyek
seperti tersedianya dokumen gambar, spesifikasi teknis dan persyaratan
pendukung lainnya. Estimasi ini akan memberikan hasil yang lebih akurat
dengan semakin lengkapnya dukungan dari data/informasi yang dimiliki.
Estimasi ini juga dapat dilakukan oleh owner guna dijadikan acuan bagi
harga penawaran yang diajukan oleh penawar. Tingkat akurasi dari
estimasi ini berkisar antara + 15% dan – 15% (Litupeirissa, 2007).
Beberapa input yang digunakan untuk mengestimasi biaya adalah:
1. Work Breakdown Structure (WBS).
2. Jenis resource dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap komponen WBS.
13
3. Unit rate resource, seperti pekerja biaya per jam dan material biaya per m3.
4. Estimasi durasi kegiatan.
5. Informasi historis yang berasal dari proyek-proyek sebelumnya, atau data
biaya estimasi komersil atau pengetahuan tim proyek.
6. Bagan yang menjelaskan kode yang digunakan untuk melaporkan informasi
keuangan dalam buku kas perusahaan.
II.3. Proyek Konstruksi
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan dan kejadian yang saling terkait
untuk mencapai tujuan tertentu dan membuahkan hasil dalam suatu jangka
tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Muzayanah, 2008).
Proyek didefinisikan sebagai suatu usaha yang bersifat sementara yang berada
dalam suatu keterbatasan untuk menciptakan suatu produk atau pelayanan yang
unik (PMI Guide to Project Management Body of Knowledge, 2000).
Definisi dari proyek konstruksi adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung
dalam waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan
untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas.
II.3.1. Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Jenis proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Proyek konstruksi bangunan gedung
Adalah proyek konstruksi yang menghasilkan tempat orang bekerja atau
tinggal. Proyek konstruksi bangunan gedung meliputi rumah, kantor,
pabrik, apartemen, dan sebagainya.
2. Proyek konstruksi non-gedung (Bangunan Sipil)
Proyek konstruksi Proyek konstruksi yang digunakan untuk
mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia. Proyek
bangunan sipil meliputi infrastruktur jalan, jembatan, dan bendungan.
Proyek konstruksi tentunya memiliki suatu karakteristik tersendiri yang bersifat
heterogen, artinya antara jenis proyek yang satu berbeda dengan proyek lainnya
14
baik dari segi perencanaan, spesifikasi dan volume pekerjaan, komponen estimasi
biaya proyek, dan ketidakpastian dan tingkat resikonya. Pada proyek bangunan
gedung memiliki tingkat ketidakpastian, dan variasi yang lebih kecil. Hal ini
dikarenakan pada proyek bangunan gedung memiliki spesifikasi dan volum
pekerjaan yang rinci dan lengkap. Sedangkan pada proyek konstruksi non-gedung,
seperti proyek infrastruktur jalan, tidak seperti pada proyek bangunan gedung.
Dimana proyek infrastruktur jalan memiliki tingkat ketidakpastian, dan variasi
yang lebih besar. Hal ini dikarenakan spesifikasi dan volume pekerjaan yang
kurang jelas terutama untuk pekerjaan bawah tanah seperti pekerjaan subbase,
base, dan subgrade.
II.3.2. Komponen Biaya Proyek Konstruksi
Pada perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek konstruksi, komponen yang
terkait di dalamnya adalah biaya, mutu, dan waktu. Ketiga komponen tersebut
merupakan suatu batasan yang harus dipenuhi oleh kontraktor. Ketiga batasan di
atas disebut sebagai tiga kendala (triple constraint) (Ahuja; Dozzi; Abourizk,
1994).
Terkait dengan penjelasan di atas, komponen terpenting dari ketiga batasan di atas
adalah biaya. Hal ini berkaitan langsung dengan terlaksana atau tidaknya suatu
proyek. Dalam proses pelelangan pun kontraktor harus dapat mengestimasi biaya
proyek sebaik mungkin agar dapat bersaing dengan kontraktor lainnya. Hal yang
dijadikan sebagai penilaian utama dari suatu proses pelelangan proyek adalah
kontraktor yang dapat memberikan penawaran yang paling rendah diantara
kontraktor-kontraktor pesaing lainnya. Setelah proyek konstruksi dimenangkan,
maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh kontraktor adalah
mengupayakan pengawasan dan pengendalian anggaran biaya yang telah
ditetapkan dalam kontrak kontruksi sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
Rekayasa biaya konstruksi (cost engineering) adalah area dari kegiatan
engineering dimana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada
aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan dalam masalah perkiraan
biaya, pengendalian biaya, rencana bisnis dan pengetahuan manajemen, analisa
15
Estimasi Biaya
Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung
Pajak Kondisi Umum Risiko OverheadPekerja Material Peralatan Subkontraktor
Keuntungan Biaya tidak terduga
keuangan, manajemen proyek, dan perencanaan dan penjadwalan (AACE
International, 1992).
Dalam melakukan estimasi biaya proyek secara keseluruhan tentunya memiliki
komponen-komponen yang menentukan besaran total biaya proyek tersebut.
Menurut AACE Iternational Tahun 1992, struktur dari biaya konstruksi terdiri
dari dua komponen utama, yaitu biaya langsung (direct cost), dan biaya tidak
langsung (indirect cost). Secara umum struktur biaya proyek konstruksi
digambarkan sebagai berikut.
(Sumber: The Assosiation for the Advancement of Cost Engineering, 1992)
Gambar II.1. Struktur Biaya Proyek Konstruksi
16
Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002), komponen estimasi biaya konstruksi
dalam estimasi biaya secara rinci adalah sebagai berikut:
Gambar II.2 Komponen-Kompnen Estimasi Biaya Konstruksi Dalam Estimasi
Biaya Secara Rinci
Menurut Direktorat Bina Marga dalam Panduan Analisis Harga Satuan (PAHS) (2006),
komponen estimasi biaya konstruksi adalah sebagai berikut:
Gambar II.3 Struktur Estimasi Biaya Dalam Panduan Analisis Harga Satuan
(PAHS)
Dari ketiga jenis struktur biaya konstruksi, terdapat perbedaan yang mencolok.
Pada struktur estimasi biaya yang dimiliki oleh AACE memperlihatkan lebih
detail jika dibandingkan dengan yang lainnya. Terlihat pada komponen-komponen
biaya tidak langsung, yaitu adanya pemisahan antara komponen overhead dan
kondisi umum (general condition). Sedangkan pada struktur kedua tidak terlihat
dalam komponen biaya tidak langsung yang merupakan komponen kondisi umum.
Pada struktur ketiga, biaya umum masuk ke dalam overhead.
II.3.2.1. Biaya Langsung Proyek Konstruksi
Biaya langsung proyek konstruksi adalah komponen biaya yang berkaitan
langsung dengan volume pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran atau
komponen hasil akhir proyek berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis
dalam kontrak konstruksi. Komponen biaya langsung terdiri dari biaya upah
17
tenaga kerja, operasi peralatan, material, dan semua biaya yang berada di bawah
kendali sub-kontraktor (AACE,1992).
Biaya langsung adalah semua biaya yang menjadi komponen permanen hasil akhir
proyek, terdiri dari biaya material, biaya peralatan, biaya upah tenaga kerja dan
biaya subkontraktor (Oberlender dan Peurifoy, 2002).
II.3.2.2. Biaya Tidak Langsung Proyek Konstruksi
Biaya tidak langsung proyek konstruksi adalah biaya yang tidak berkaitan secara
langsung dalam pelaksanaan proyek konstruksi, namun memiliki support dalam
pelaksanaan proyek konstruksi yang terkait dengan beberapa pekerjaan
konstruksi. Biaya tidak langsung dialokasikan untuk pekerjaan yang berdasarkan
pada beberapa komponen biaya langsung seperti waktu penyelesaian pekerjaan,
biaya material atau keduanya (AACE, 1992).
Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) biaya tidak langsung adalah semua
biaya yang mendukung pekerjaan tetapi tidak tercantum dalam mata pembayaran
dari pekerjaan seperti biaya overhead (general overhead dan project overhead),
contingencies dan keuntungan (profit).
Komponen-komponen biaya tidak langsung menurut AACE International - the
Association for the Advancement of Cost Engineering Tahun 1992 adalah sebagai
berikut:
1. Pajak (Taxes)
Pajak yang termasuk dalam komponen biaya tidak langsung bermacam-
macam, yaitu pajak material, pajak peralatan, pajak pekerja, dsb. Nilai
pajak bervariasi secara signifikan tergantung dari lokasi dan status pajak
owner. Pada umumnya mereka mempunyai katalog secara terpisah untuk
memfasilitasi kegiatan keuangan.
2. Kondisi Umum (General Condition)
18
Persyaratan umum kontrak menetapkan dan mendefinisikan hak dan
kewajiban dari tiap pihak yang terlibat dalam kontrak dan membuat
peraturan-peraturan proyek yang bersifat non teknis atau administratif.
Peraturan ini masih bersifat umum dan tergantung dari karakteristik
proyek.
Hal yang termasuk ke dalam kondisi umum adalah pekerjaan yang tidak
terdapat dalam dokumen kontrak yang harus dilaksanakan oleh kontraktor
guna menunjang kegiatan konstruksi yang akan dilakukan sesuai dengan
dokumen kontrak. Sebagai contoh adalah pekerjaan pembangunan jalan
akses menuju lokasi proyek. Jika tidak terdapat di dalam spesifikasi
pekerjaan dalam dokumen kontrak, maka pekerjaan pembangunan jalan
akses tersebut masuk ke dalam kondisi umum.
Selain itu yang termasuk dalam kondisi umum salah satunya adalah
eskalasi. Eskalasi adalah kenaikan biaya dari suatu barang dan jasa yang
diakibatkan karena faktor inflasi. Eskalasi berpengaruh pada biaya proyek
dan pada umumnya dihitung dengan rumus tertentu sesuai dengan
peraturan yang ada dan telah disepakati sebelumnya oleh kontraktor dan
owner.
3. Biaya Resiko (Risk)
Elemen risiko terdiri dari dua kategori, yaitu:
a. Keuntungan (Profit)
Keuntungan adalah sejumlah uang yang oleh kontraktor dimasukkan
kedalam harga sebagai kompensasi risiko, upaya, dan usaha untuk
menjalankan sebuah proyek. Keuntungan sebenarnya adalah "sisa" dari
uang yang tersisa setelah kontraktor telah memenuhi semua biaya (baik
langsung maupun tidak langsung) pada suatu proyek. Jumlah
keuntungan yang akan ditambahkan adalah sangat subjektif dan
tergantung pada pertimbangan seperti kompetisi, seberapa penting
proyek, pasar kerja, kondisi pasar lokal dan ekonomi.
b. Biaya Tak Terduga (Contigency Fee)
19
Biaya tak terduga adalah sejumlah nilai yang dimasukkan dalam
estimasi bilamana terjadi perubahan atau penambahan biaya proyek
yang diperlukan berdasarkan pengalaman. Biaya tak terduga dapat
dihitung melalui analisis statistik proyek dimasa lalu dengan
menerapkan biaya atau pengalaman yang diperoleh pada proyek-proyek
yang sejenis. Hal ini biasanya tidak termasuk perubahan kejadian tidak
terduga yang besar seperti pemogokan atau gempa bumi. Biaya tak
terduga mencakup biaya yang mungkin disebabkan oleh desain yang
tidak lengkap, kondisi yang tak terduga, atau ketidakpastian dalam
lingkup proyek yang ditetapkan. Jumlah kontingensi akan tergantung
pada status desain, pengadaan dan konstruksi, serta kompleksitas dan
ketidakpastian dari bagian komponen proyek.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), contingency adalah tak
terduga, kemungkinan dan ketidaktentuan. Sedangkan contingency fee
adalah biaya tak terduga.
Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) dalam Estimating
Construction Costs, contingency adalah komponen yang diperlukan
dalam suatu estimasi. Contingency dimasukkan ke dalam estimasi
berdasarkan pada ketidakpastian (uncertainty) seperti harga satuan,
eskalasi / kenaikan, jadwal, kelalaian, dan kesalahan dalam pelaksanaan
proyek. Dalam pengertian sederhana, contingency adalah sejumlah uang
yang ditambahkan ke dalam estimasi awal yang bertujuan untuk
memperoleh prediksi biaya total proyek yang lebih baik (Oberlender
dan Peurifoy, 2002).
4. Overhead
Overhead dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Overhead Kantor (Home Office Overhead)
Overhead kantor adalah biaya akhir dan berdasarkan pengalaman
dikeluarkan dalam melakukan bisnis, terlepas dari jumlah pekerjaan
yang sudah diselesaikan atau kontrak yang diterima. Overhead kantor
meliputi item seperti sewa kantor, utilitas, peralatan komunikasi
20
(telepon dan mesin faks), iklan, gaji pegawai kantor (misalnya, direksi,
estimator, dan staf pendukung lainnya), sumbangan, biaya hukum, dan
pengeluaran akuntansi. Dengan kata lain, overhead kantor mewakili
biaya overhead yang tidak dibebankan pada suatu proyek tertentu.
Salah satu metode penghitungan biaya overhead kantor adalah dengan
menggunakan metode prosentase dimana prosentase yang digunakan
adalah rasio total biaya proyek tertentu terhadap seluruh total biaya
divisi atau perusahaan.
2. Overhead Proyek (Job Site Overhead)
Overhead proyek adalah ketentuan yang terdapat di dalam kontrak,
pemesanan pembelian, atau spesifikasi yang tidak khusus untuk
transaksi tertentu, tetapi yang berlaku untuk semua transaksi. Biasanya,
item ini tidak dapat dibebankan pada elemen pekerjaan tertentu. Pada
umumnya mencakup pengawasan, fasilitas sementara, kantor proyek,
toilet, utilitas, transportasi, pengujian, ijin, foto, alat-alat kecil dan item
serupa lainnya. Hal ini juga mungkin termasuk biaya obligasi dan
asuransi yang terkait dengan suatu proyek tertentu.
Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002), Komponen biaya tidak langsung dalam
estimasi biaya konstruksi pada estimasi secara rinci, yaitu:
1. Biaya overhead, dibagi atas:
a. General Overhead / Overhead kantor, merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk operasional perusahaan ke dalam paket pekerjaan,
seperti sewa kantor, gaji dan segala tunjangan direksi, karyawan (fasilitas
karyawan, asuransi), biaya utilitas (listrik, air, telepon, retribusi lainnya),
pemasaran, depresiasi dan lain-lain.
b. Project Overhead / Overhead Proyek, merupakan biaya tidak langsung
yang dikeluarkan untuk keperluan proyek dan dialokasikan proporsional
terhadap paket pekerjaan seperti: biaya untuk melakukan estimasi; biaya
mengikuti tender; biaya untuk jaminan proyek (Bid bond, performance
bond, dll); biaya asuransi tenaga kerja, peralatan, material; perijinan; biaya
utilitas proyek.
21
2. Contingencies (Kontijensi)
Biaya ini dialokasikan untuk mengantisipasi atas kekurangan informasi dan
kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh sehingga
menimbulkan suatu ketidakpastian (uncertainty) Hal ini dapat menjadi salah
satu risiko yang akan dihadapi dalam pelaksanaan nantinya. Sebaiknya
pengalokasian biaya kontijensi diminimalkan dengan melakukan estimasi
dengan sebaik-baiknya dan melengkapi ketidakjelasan atau kekurangan
informasi tersebut dengan menanyakan langsung kepada untuk mendapatkan
nilai-niilai penawaran yang tetap.
3. Keuntungan (Profit)
Tujuan estimator dalam menganalisis keuntungan adalah mengharapkan
keuntungan yang maksimal. Keuntungan dapat diartikan sebagai suatu yang
diperoleh atas risiko yang dihadapi. Besarnya nilai keuntungan dapat
ditambahkan pada nilai estimasi yang dibuat.
II.4. Model Estimasi Biaya
Model estimasi biaya adalah serangkaian hubungan matematis yang diatur dalam
urutan yang sistematis untuk merumuskan metodologi biaya dimana output,
berupa estimasi biaya, berasal dari input yang terdiri dari kuantitas dan harga.
Model estimasi biaya dapat disebut sebagai Cost Estimating Relationship (CER),
yang dinyatakan dalam suatu persamaan matematis dimana biaya dapat dihitung
secara proporsional dari variabel-variabel pembentuknya. Masing-masing
variabel mempunyai parameter tersendiri untuk membentuk persamaan tersebut
(US DOE, 1997).
Cost behaviour merupakan cara biaya untuk mengubah kedalam volume atau
kegiatan. Analisa cost behaviour adalah pengujian dari variabel biaya yang
spesifik untuk menentukan tanggapan mereka untuk mengubah kedalam produksi
atau volume penjualan. Metode untuk menentukan cost behaviour adalah melalui
model biaya (cost model) yang dapat ditentukan dengan engineering method,
account analysis, scatter plot, high low dan statistical methods (regression)
(Yusuf, 2010).
22
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam membuat suatu model estimasi
biaya dengan pendekatan analisa statistik adalah dengan analisis regresi.
Pendekatan analisis statistik dengan analisis regresi ini merupakan pendekatan
yang baik dalam menentukan hubungan antara parameter dengan biaya serta
menentukan persamaan matematis yang digunakan sebagai model estimasi biaya.
Pemodelan estimasi biaya dengan bentuk regresi sangat tergantung pada
banyaknya data historis yang diolah dalam analisis statistik. Berikut merupakan
hasil penelitian mengenai pemodelan estimasi biaya, khususnya yang
menggunakan pendekatan analisis statistik dengan analisis regresi:
1. US DOE (1997),
Melakukan perhitungan biaya tidak langsung dengan memplot rasio
perbandingan antara biaya material dengan biaya tenaga kerja pada
Gambar 2.2 sehingga didapatkan prosentase biaya tidak langsung terhadap
biaya langsung. Gambar tersebut adalah sebuah diagram yang
dikembangkan melalui serangkaian kerangka waktu untuk rata-rata biaya
tidak langsung dari berbagai kontraktor fixed price yang bekerja di Idaho
Laboratorium Energi Nasional.
(Sumber: US DOE, 1997)
Gambar II.2 Idaho International Energy Laboratory Indirect Cost
23
2. Rahadian (2010),
Melakukan perhitungan biaya tidak langsung dengan memodelkan
estimasi biaya tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada
kontraktor kualifikasi menengah berdasarkan data laporan biaya proyek
pada RAB. Dari model tersebut terdapat hubungan nonlinier antara nilai
proyek dengan resiko biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.
Besarnya rasio antara biaya tidak langsung terhadap total nilai proyek
cenderung menurun seiring dengan kenaikan proyek. Model yang
dihasilkan juga tidak memprediksikan biaya tidak langsung yang hampir
sama, yaitu berkisar 10% meskipun dengan nilai proyek yang berbeda-
beda. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak
merepresentasikan nilai biaya tidak langsung secara aktual pada suatu
proyek konstruksi.
3. Yusuf (2010),
Melakukan perhitungan biaya tidak langsung dengan memodelkan
estimasi biaya tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada
kontraktor kualifikasi besar berdasarkan data laporan biaya proyek pada
RAB. Dari hasil model tersebut terdapat hubungan nonlinear antara nilai
proyek dengan rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.
Kecenderungan model menggambarkan bahwa semakin besar nilai kontrak
maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai kontrak semakin kecil,
artinya nilai biaya tidak langsung semakin besar seiring dengan besarnya
nilai kontrak.
II.5. Kontrak Konstruksi
Kontrak kerja adalah suatu persetujuan yang dibuat oleh satu pihak untuk
mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang
telah ditentukan dan disepakati bersama (Artikel non-personal, 2010).
Kontrak konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum
antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi (UUJK No.18, 1999).
24
Kontrak konstruksi pada dasarnya adalah suatu bentuk formal perjanjian yang
mengalihkan penanggungan suatu resiko dari satu pihak ke pihak lainnya melalui
mekanisme pemberian suatu imbalan tertentu. Resiko pembangunan yang
dihadapi oleh pemilik dialihkan kepada kontraktor melalui perjanjian kontrak
konstruksi. Sebaliknya, pemilik berjanji menanggung resiko pembayaran kepada
kontraktor sebagai imbalan melaksanakan pembangunan konstruksi yang
diinginkannya (Patar, 2005).
Penyebab suatu proyek konstruksi memiliki ketidakpastian dan tingkat resiko
tertentu salah satunya oleh jenis kontrak konsrtuksi yang dipakai oleh. Hal ini
memungkinkan untuk setiap proyek konstruksi memiliki perlakukan yang berbeda
dalam melakukan estimasi biaya total proyek.
II.5.1. Jenis-Jenis Kontrak Konstruksi
Pemilihan jenis kontrak konstruksi dalam suatu proyek didasarkan pada
karakteristik proyek yang akan diselesaikan. Kontrak kontsruksi untuk peruntukan
proyek bangunan gedung tentunya berbeda dengan kontrak konstruksi untuk
peruntukan proyek non-gedung.
Salah satu jenis kontrak konstruksi adalah kontrak fixed price. Kontrak Fixed
price adalah kontrak konstruksi yang mengatur proses penyelesaian pekerjaan
konstruksi didasarkan pada harga yang disetujui dan pelaksanaannya menurut
bestek (tender dokumen) yang ditetapkan dan diterima kontraktor. Kontrak fixed
price terdiri dari dua, yaitu kontrak lump sum dan kontrak unit price.
II.5.1.1. Kontrak Lump Sum
Definisi kontrak lum sump adalah kontrak jasa atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap serta
semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan sepesifikasi
tidak berubah (PP No. 29 Tahun 2000 Pasal 21 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi).
25
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pada kontrak lump sum terdapat hal-
hal sebagai berikut:
1. Jumlah harga tidak berubah kecuali adanya perintah perubahan jumlah
harga dari pengguna jasa konstruksi (owner).
2. Volume pekerjaan dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.
3. Nilai kontrak berubah bila ada perintah perubahan seperti kerja tambah,
kurang atau perubahan spek.
4. Resiko salah hitung volume ada pada penyedia jasa.
II.5.1.2. Kontrak Unit Price
Kontrak unit price adalah kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume
pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan
yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa (PP No. 29 Tahun 2000
Pasal 21 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi).
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pada kontrak unit price terdapat hal-
hal sebagai berikut:
1. Tidak ada resiko bagi pengguna jasa terhadap kelebihan membayar.
2. Tidak ada keuntungan mendadak bagi penyedia jasa.
3. Memungkinkan terjadinya pekerjaan ulang sehingga dapat menimbulkan
terjadinya tindakan kolusi.
26
II.6. Kualifikasi Perusahaan Kontraktor
Berdasarkan Perlem LPJK No. 11a Tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Konstruksi Pasal 10, perusahaan kontraktor
dikualifikasikan ke dalam tiga kelompok utama, yaitu kontraktor kualifikasi kecil, menengah, dan besar. Kemudian dalam peraturan
tersebut, perusahaan kontraktor dikualifikasikan sebagai berikut:
Tabel II.1. Persyaratan Penetapan Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi
No. Gol. Usaha
Kualifikasi Batas Nilai Satu Pekerjaan
(Rp)
Jumlah Paket Pek
Sesaat
Keuangan
Kekayaan Bersih (Rp)
Kemampuan Keuangan Sesaat (Seluruh Paket) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.KECIL
Grd 10
s/d50.000.000
2 Tidak Persyaratkan
Grd 20
s/d300.000.000
350.000.000
s/d600.000.000
90.000.000s/d
1.080.000.000
Grd 3 0
s/d600.000.000
3100.000.000
s/d800.000.000
180.000.000s/d
1.440.000.000
Grd 40
s/d1000.000.000
3400.000.000
s/d1000.000.000
720.000.000s/d
1.800.000.000M
27
2.
ENENGAH
Grd 5>1000.000.000
s/d10.000.000.000
51000.000.000
s/d10.000.000.000
4.200.000.000s/d
42.000.000.000
3.
BESAR
Grd 6>1000.000.000
s/d25.000.000.000
83000.000.000
s/d25.000.000.000
64.000.000.000s/d
160.000.000.000Grd 7
> 1000.000.000s/d
Tak Terbatas
8Atau
1, 2, NN = Jumlah
Paket Sesaat
10.000.000.000s/d
Tak Terbatas
64.000.000.000s/d
Tak Terbatas
28
Bab III Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah suatu kajian mengenai praktek estimasi biaya tidak langsung
proyek infrastruktur jalan yang dilakukan oleh kontraktor kualifikasi kecil,
menengah, dan besar termasuk mengidentifikasi komponen-komponen biaya tidak
langsung yang diestimasi. Bagian lain penelitian ini juga dibuat suatu model biaya
tidak langsung yang dapat digunakan dalam estimasi biaya proyek konstruksi,
khususnya pada proyek infrastruktur jalan.
III.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian dirancang sebagai studi yang bertujuan sebagai berikut:
1. Mempelajari prinsip-prinsip, dan mekanisme estimasi biaya tidak langsung
pada proyek jalan.
2. Membuat model estimasi biaya tidak langsung sehingga dapat digunakan
untuk menghitung besarnya biaya tidak langsung pada proyek jalan.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
karakteristik dan prilaku praktek estimasi biaya tidak langsung proyek
infrastruktur jalan yang dilakukan oleh kontraktor kualifikasi kecil, menengah,
dan besar. Sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk merumuskan model
estimasi biaya berdasarkan data empirik berupa data estimasi biaya proyek pada
laporan aktual, dan data estimasi biaya proyek pada RAB.
Pengambilan data akan dilakukan dengan melalui mekanisme wawancara,
penyebaran kuesioner dan pengumpulan data laporan aktual dan data RAB dari
calon responden yang berasal dari kontraktor kualifikasi kecil, menengah, dan
besar di Indonesia. Dengan pendekatan yang ada, maka survei dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Kuesioner
Pengambilan data dengan kuesioner dilakukan dengan melakukan
pendekatan secara kualitatif untuk memperoleh gambaran bagaimana cara
29
setiap manajer konstruksi melakukan penetapan dan perhitungan biaya
tidak langsung dalam suatu proyek jalan. Selain itu dengan menggunakan
kuesioner untuk mendapatkan variabel-variabel yang digunakan dalam
menentukan besaran biaya tidak langsung tersebut.
2. Wawancara
Pengambilan data dengan wawancara ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif untuk mendukung data kualitatif hasil kuesioner yang telah
dilakukan, dan untuk mengetahui setiap biaya tidak langsung serta
variabel-variabelnya disetiap proyek jalan yang ditangani oleh kontraktor
di Indonesia.
Pengambilan data dengan wawancara ini bersifat optional, jika dari
responden bersedia untuk diwawancara lebih lanjut, maka akan dilakukan
wawancara langsung kepada responden. Namun jika tidak bersedia untuk
diwawancara lebih lanjut, maka hanya dilakukan pengambilan data dengan
kuesioner. Pengambilan data kepada setiap responden bisa dilakukan
dengan kedua instrumen survei tersebut berupa kuesioner, dan wawancara
atau hanya dengan kueasioner saja.
3. Pengambilan data
Pendekatan lainnya adalah pendekatan kuantitatif yang dilakukan untuk
merumuskan model estimasi biaya berdasarkan data empirik dengan
metode yang digunakan adalah pengumpulan data estimasi biaya proyek
dari RAB, dan data laporan aktual proyek.
III.2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan sama seperti penelitian terdahulu,
yaitu praktek estimasi biaya tidak langsung yang dilakukan kontraktor pada
proyek bangunan gedung. Rancangan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama dilakukan kajian literatur terkait dengan referensi
mengenai estimasi biaya konstruksi. Kajian literatur dilakukan bertujuan
untuk menyusun instrumen penelitian kajian praktek estimasi biaya tidak
langsung pada proyek infrastruktur jalan. Hasil output dari tahap pertama
30
adalah instrumen penelitian berupa kuesioner kajian praktek estimasi biaya
tidak langsung pada proyek infrastruktur jalan. Kuesioner dilampirkan
pada bagian lampiran.
2. Tahap Kedua
Pada tahapan kedua berupa rancangan instrumen penelitian dalam bentuk
survei dan pengambilan data. Penelitian dilakukan dengan dua cara
pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan kualitatif berupa survei yang dilakukan dengan
pengisian kuesioner dan wawancara. Pendekatan ini dilakukan
bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik dan prilaku
praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek infrastruktur
jalan secara nasional.
b. Pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data empirik berupa
hasil estimasi biaya proyek dilakukan untuk merumuskan model
estimasi biaya berdasarkan data empirik berupa data estimasi
biaya pada saat proses lelang dan aporan Pelaksanaan Proyek
Infrastruktur Jalan.
3. Tahap Ketiga
Pada tahapan ketiga adalah menganalisis data yang telah diperoleh baik
dari survei yang telah dilakukan, kemudian merumuskan model estimasi
biaya tidak langsung pada proyek infrastruktur jalan. Pada proses analisa
data, adanya tahapan normalisasi data empirik yang diperoleh.
Normalisasi data dilakukan dengan cara menjadikan angka moneter nilai
proyek dalam waktu yang sama pada saat penelitian terjadi, yaitu pada
tahun 2011. Nilai proyek tiap tahunnya dapat dipengaruhi oleh inflasi
sehingga perlu adanya normalisasi menjadi nilai sekarang (present worth).
Data indeks biaya yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
sumber lain yang dipakai untuk mengoreksi data.
Setelah proses normalisasi, data kemudian dianalisis berdasarkan
instrumen survei yang dipakai, yaitu kuesioner untuk melihat praktek
estimasi biaya tidak langsung yang dilakukan oleh kontraktor kecil,
menengah, dan besar pada proyek infrastruktur jalan. Dalam kuisioner
31
dapat terlihat karakteristik kontraktor dari instrumen pertanyaan yang
diberikan, yang mana adalah pengetahuan kontraktor mengenai pengertian
biaya tidak langsung, bagaimana penetapan dan pengendalian estimasi
biaya tidak langsung, data pengalaman mengerjakan proyek infrastruktur
jalan, dan komponen-komponen yang mempengaruhi biaya tidak langsung
pada proyek infrastruktur jalan.
Untuk data empirik berupa data laporan biaya pelaksanaan proyek
infrastruktur jalan yang diperoleh dari kontraktor kecil, menengah, dan
besar dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Parameter yang
digunakan dalam biaya tidak langsung diidentifikasikan berdasarkan
pengaruhnya terhadap estimasi biaya proyek. Berdasarkan pendekatan
tersebut, maka data dianalisis dengan pendekatan regresi non-linier untuk
mendapatkan hubungan antara parameter dan persamaan matematis untuk
mengestimasi biaya tidak langsung.
4. Tahap Akhir
Pada tahap akhir adalah perumusan gambaran karakteristik praktek
estimasi biaya dan pemodelan estimasi biaya tidak langsung yang
dilakukan oleh kontraktor kualifikasi kecil, menengah, dan besar di
Indonesia.
32
Berikut ini bagan proses penelitian yang akan dilakukan.
Gambar III.1. Bagan Proses Penelitian
III.3. Target Responden
Berdasarkan pada Peraturan LPJK No.11a Tahun 2008 tentang Registrasi Usaha
Jasa Pelaksanaan Konstruksi, definisi dari klasifikasi adalah bagian kegiatan
registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha jasa pelaksanaan konstruksi
menurut bidang, subbidang dan bagian subbidang. Sedangkan kualifikasi adalah
bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha jasa
pelaksanaan konstruksi menurut tingkat atau kedalaman kompetensi dan potensi
kemampuan usaha.
TAHAPAN PENELITIAN OUTPUT
Penajaman Rumusan Masalah dan Metodologi Penelitian
Pernyataan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan ruang lingkup penelitian
TAHAP IKajian Literatur
1. Komponen biaya proyek2. Metode dalam model biaya
TAHAP IIRancangan Survei dan
Pengumpulan Data Empirik
Instrumen survai berupa Kuesioner
Data empirik berupa data estimasi biaya proyek untuk proses lelang dan data laporan aktual proyek
TAHAP IIIAnalisis Data dan
Pembuatan Model Estimasi Biaya Tidak Langsung
1. Desain instrumen survei (wawancara dan kuesioner)2. Kumpulan data hasil dari survei yang dilakukan
TAHAP IVKesimpulan Praktek Estimasi Biaya Tidak
Langsung Proyek Infrastruktur Jalan
1. Praktek yang digunakan kontraktor dalam mengestimasi biaya tidak langsung2. Model estimasi biaya tidak langsung
Rumusan gambaran karakteristik pola estimasi biaya tidak langsung yang dapat dijadikan sebagai referensi oleh kontraktor kecil, menengah, dan besar dalam melakukan estimasi biaya proyek
33
Pada Pasal 10 Peraturan LPJK No.11 Tahun 2008, yang termasuk dalam golongan
kualifikasi usaha kecil adalah badan usaha gred 1, gred 2, gred 3 dan red 4.
Kualifikasi usaha menengah adalah badan usaha gred 5. Sedangkan kualifikasi
usaha besar adalah badan usaha gred 6 dan gred 7.
Responden yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kontraktor dengan
klasifikasi usaha bidang infrastruktur jalan (berupa proyek rehabilitasi jalan yang
sudah ada dan proyek pembangunan jalan baru) dan golongan kualifikasi kecil,
menengah dan besar di Indonesia.
Responden yang diharapkan menjawab kuesioner ini adalah orang yang
berpengalaman dalam pembiayaan proyek konstruksi, baik terlibat langsung
dalam melakukan estimasi biaya proyek pada proses pelelangan maupun
pengendalian dalam pelaksanaan biaya konstruksi khususnya biaya tidak
langsung.
III.4. Perancangan Model Kuesioner
Kuesioner digunakan sebagai instrumen yang menggambarkan karakteristik
kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung proyek infrastruktur
jalan. Melalui pengisian kuesioner ini diharapkan dapat diketahui seberapa jauh
pengetahuan yang dimiliki kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak
langsung dan apakah metode yang dipakai selama ini cukup efektif atau tidak.
Model kuesioner yang digunakan adalah model kuesioner tertutup namun tetap
memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan alternatif jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Selanjutnya kuesioner akan dianalisisi
berdasarkan analisis statistik deskriptif.
34
Berikut adalah alur pertanyaan dan tujuan dari setiap bagian kuesioner.
Gambar III.2. Bagan Pertanyaan dan Tujuan Kuesioner
Penjelasan bagan alur kuesioner:
1. Pada Bagian A output yang diperoleh adalah tingkat validasi dari
kuesioner yang telah diisi. Bagian ini merupakan bagian penting dari
Pendahuluan
Tujuan Survei
Instrumen Survei
Disclaimer
Bag. A Informasi Umum
A.1. Data PerusahaanA.2. Data Resoponden
Bag. BPengertian
Biaya Tidak Langsung
Bag. C Mekanisme Penetapan dan
Pengendalian Estimasi Biaya Tidak Langsung
Bag. DPengalaman Mengerjakan Proyek Infrastruktur Jalan
Bag. EKomponen
Biaya Tidak Langsung
TUJUAN:Untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap responden.
TUJUAN:Untuk mengetahui apakah responden memahami tentang biaya tidak langsung dan mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap biaya tidak langsung.
TUJUAN:1. Untuk mengetahui bagaimana cara responden menghitung besarnya biaya tidak langsung dalam suatu proyek konstruksi.
TUJUAN:1. Untuk mendapatkan data empirik nilai proyek dan besarnya biaya tidak langsung.2. Untuk mengetahui jenis kontrak yang sering digunakan dalam proyek infrastruktur jalan.
TUJUAN:
Untuk menelusuri apakah
mekanisme yang dilakukan
dalam mengestimasi biaya
tidak langsung sama? Bila
tidak, dimana letak
perbedaaannya dan faktor-
faktor apa saja yang
mempengaruhi perbedaan
tersebut.
35
semua bagian kuesioner karena digunakan sebagai penilaian awal untuk
mensortir kuesioner yang telah diperoleh kembali dari responden.
2. Setelah Bagian A dinyatakan valid, maka analisa kuesioner dapat
dilanjutkan ke bagian berikutnya, yaitu pada Bagian B, C, D, dan E. pada
Bagian B untuk menentukan apakah responden menggunakan estimasi
biaya tidak langsung sebagai suatu metoda dalam menentukan estimasi
biaya proyek.
3. Setelah Bagian B diketahui, maka peneliti dapat mengatahui mekanisme
dari responden dalam menetapkan estimasi biaya tidak langsung dengan
melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada pada Bagian C. Jika pada Bagian
B diketahui bahwa responden tidak memahami mengenai biaya tidak
langsung, maka responden tidak diharuskan untuk mengisi pertanyaan-
pertanyaan pada Bagian E.
4. Pada Bagian D digunakan untuk mendapatkan data empirik pengalaman
kontraktor dalam melaksanakan proyek infrastruktur jalan. Data tersebut
berupa data nilai proyek dan besarnya biaya tidak langsung dari nilai
proyek yang ditetapkan. Besaran biaya tidak langsung ini dapat berupa
nilai moneter atau prosentase tertentu dari nilai total proyek yang
ditetapkan.
5. Pada Bagian E berkaitan dengan kuesioner Bagian B. Dengan mengetahui
informasi bahwa responden memahami mengenai biaya tidak langsung,
maka peneliti dapat menelusuri apakah mekanisme yang dilakukan oleh
responden dalam menetapkan biaya tidak langsung sama. Jika terdapatnya
suatu perbedaan, maka dimana letak perbedaan tersebut, factor-faktor apa
saja yang mempengaruhinya.
36
III.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner ke kontraktor
kualifikasi kecil, menengah dan besar di Indonesia melalui pos. dalam jangka
waktu 2 (dua) bulan peneliti menunggu jawaban responden. Selanjutnya kuesioner
yang telah dijawab dan dikembalikan oleh responden ditindak lanjuti untuk
dilakukan wawancara. Upaya wawancara dilakukan untuk mengetahui data
informasi yang lebih detail mengenai biaya tidak langsung. Proses pengumpulan
data dari pengiriman berkas kuesioner, pengembalian sampai wawancara
direncanakan akan memakan waktu sekitar 3 (tiga) bulan.
37
Bab IV Analisis Data
IV.1. Rekap Data Kuesioner
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan melalui survei dengan instrumen
kuesioner dan wawancara. Pada tahap awal dilakukan survei pendahuluan, berupa
penyebaran kuesioner dan wawancara di Kota Palembang. Survei dilakukan
dengan penyebaran kuesioner ke tujuh kontraktor dengan kualifikasi kontraktor
menengah dan besar. Kemudian kuesioner yang telah dijawab ditindaklanjuti
dengan wawancara kepada resoponden. Tujuan dilakukannya wawancara adalah
untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih detail dan jelas mengenai
estimasi biaya tidak langsung yang dilakukan oleh responden.
Pada survei selanjutnya, penyebaran kuesioner dilakukan melalui pos dan email
dari bulan Desember 2010 hingga bulan Juni 2011 mencapai 21 kuesioner atau
32.30% dari total pengiriman kuesioner untuk wilayah Medan, Padang,
Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, dan Purwokerto. Kuesioner yang tidak
dikembalikan oleh responden berjumlah 44 kuesioner atau 67%. Berikut
rekapitulasi jumlah data responden pada kontraktor menengah dan besar.
Tabel IV.1. Rekapitulasi Pengembalian Kuesioner
No. Wilayah
Jumlah Kuesioner
Kuesioner Disebar
Kuesioner Kembali
Kuesioner Tidak
Kembali
1 Medan 5 1 42 Padang 10 1 93 Palembang 15 10 54 Bengkulu 10 0 105 Jakarta 10 5 56 Bandung 10 3 77 Purwokerto 5 1 4
Jumlah65 21 44
100% 32.30% 67,69%
38
Tabel IV.1 menjelaskan informasi rekapitulasi dari jawaban responden
berdasarkan survei dengan instrumen kuesioner dan wawancara yang telah
dilakukan. Pertanyaan yang diberikan terdiri dari lima bagian, yaitu Informasi
Umum berupa Data Perusahaan dan Data Responden, Pengertian Biaya Tidak
Langsung, Mekanisme Penetapan dan Pengendalian Estimasi Biaya Tidak
Langsung, Pengalaman Mengerjakan Proyek Jalan, dan Komponen Biaya Tidak
Langsung. Pada bagian informasi umum berupa data perusahaan, dan data
responden terdapat dua kelompok pertanyaan, yaitu data perusahaan yang terdiri
dari 11 pertanyaan, dan data responden yang terdiri dari sembilan pertanyaan.
Pada bagian pengertian biaya tidak langsung hanya terdiri dari satu pertanyaan
yang berkaitan dengan informasi mengenai pengertian biaya tidak langsung yang
diketahui oleh responden. Pada bagian mekanisme penetapan dan pengendalian
estimasi biaya tidak langsung terdiri dari delapan pertanyaan yang berkaitan
dengan informasi mengenai mekanisme penetapan dan pengendalian estimasi
biaya tidak langsung yang diketahui oleh responden. Pada bagian pengemalam
kontraktor mengerjakan proyek jalan terdiri dari tiga pertanyaan yang berkaitan
dengan pengalaman dalam mengerjakan proyek jalan, jumlah, jenis proyek dan
tipe kontrak yang sering digunakan serta data proyek jalan yang pernah atau
sedang dikerjakan. Pada bagian komponen biaya tidak langsung terdapat empat
pertanyaan mengenai informasi komponen yang terdapat dalam estimasi biaya
tidak langsung yang diketahui oleh responden.
IV.2. Informasi Umum
Pada bagian kelompok pertanyaan ini mengenai profil perusahaan yang mencakup
data perusahaan dan data responden. Bagian ini digunakan untuk mengetahui
tingkat kepercayaan terhadap responden, sejauh mana responden dapat
memberikan informasi terhadap pertanyaan yang diberikan, apakah profil
perusahaan dan profil responden sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan
apakah responden adalah orang yang tepat sebagai perwakilan dari perusahaan
untuk diwawancara. Berikut merupakan informasi hasil pengumpulan data yang
telah dilakukan.
39
a. Data Perusahaan
Data perusahaan menggambarkan informasi berupa profil. Bagian ini memberikan
informasi mengenai validitas perusahaan sesuai dengan objek dalam penelitian
ini.
Gambar IV.1 Persentase Jenis Usaha
28.57%
71.43%
Persentase Kategori Perusahaan
BUMNSwasta NasionalSwasta Asing
Gambar IV.2 Persentase Kategori Perusahaan
40
Gambar IV.3 Persentase Kualifikasi Perusahaan Berdasarkan Klasifikasinya
Gambar IV.4 Persentase Umur Perusahaan
Gambar IV.5 Persentase Klasifikasi Perusahaan
41
Gambar IV.6 Persentase Jenis Proyek Yang Sering Ditangani
76.19%
23.81%
Persentase Ketersediaan Divisi Estimasi Biaya Pada Perusahaan
AdaTidak Ada
Gambar IV.7 Persentase Ketersediaan Divisi Estimasi Biaya Pada Perusahaan
23%
20%43%
13%
Persentase Latar Belakang Pendidikan Personil Estimasi
SMPSMA/STMD3S1S2
Gambar IV.8 Persentase Latar Belakang Pendidikan Personil Estimasi
42
32%
36%
32%
Persentase Pengalaman Personil Estimasi
< 5 tahun5-10 tahun> 10 tahun
Gambar IV.9 Persentase Pengalaman Personil Estimasi
Informasi yang dapat diperoleh berdasarkan Gambar IV.1 – Gambar IV.9 di atas
berupa kategori kontraktor yang dijadikan objek penelitian adalah kontraktor
nasional, yaitu kontraktor BUMN dan swasta nasional (kontraktor besar dan
menengah) dengan didominasi sebagian besar adalah kontraktor besar yang
memiliki pengalaman di dunia konstruksi lebih dari 10 tahun dengan klasifikasi
perusahaan adalah infrastruktur jalan dan bangunan lainnya. Kebanyakan proyek
yang ditangani sejalan dengan klasifikasi perusahaan, yaitu jenis proyek jalan dan
bangunan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan kontraktor di
Indonesia dalam skala nasional adalah general contractor dalam menjalankan
kegiatannya.
Informasi lainnya yang dapat diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki
divisi estimasi, sehingga dapat dikatakan bahwa responden baik kontraktor
BUMN maupun swasta nasional telah fokus mengenai estimasi biaya. Hal ini
didukung juga dengan latar belakang pendidikan dari personil estimasi yang
sebagian besar berasal dari latar belakang pendidikan S1 dengan pengalaman
kerja dibagian estimasi 5-10 tahun.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden adalah kontraktor besar dan menengah swasta nasional dengan
pengalaman lebih dari 10 tahun dan sebagian besar perusahaan memiliki divisi
estimasi dengan personil estimasi berlatar belakang pendidikan S1 dan
pengalaman 5-10 tahun dibagian estimasi. Hal ini dianggap dapat mewakili
43
pandangan industri konstruksi secara nasional mengenai praktek estimasi biaya
tidak langsung pada proyek jalan di Indonesia.
a. Data Responden
Data responden memperlihatkan informasi berupa profil responden yang mengisi
kuesioner dan diwawancara. Dengan adanya informasi tersebut dapat diketahui
apakah responden orang yang tepat untuk mewakili perusahaannya dalam
menjawab kuesioner dan diwawancara mengenai praktek estimasi biaya tidak
langsung pada perusahaannya. Berikut informasi yang diperoleh mengenai data
profil responden.
28.57%
23.81%
23.81%
14.29%4.76%
Persentase Jabatan Responden
Estimator/EngineerStaf EngineeringKepala DepartemenManajerDirektur
Gambar IV.10 Persentase Jabatan Responden
9.52%
76.19%
14.29%
Persentase Pendidikan Terakhir Responden
D3S1S2S3
Gambar IV.11 Persentase Pendidikan Terakhir Responden
44
9.52%
85.71%
4.76%
Persentase Latar Belakang Keilmuan Responden
PoliteknikTeknik SipilArsitektur
Gambar IV.12 Persentase Latar Belakang Keilmuan Responden
38.10%
33.33%
4.76%
19.05%
Persentase Pengalaman Kerja Responden Di Perusahaan
<5 tahun5-10 tahun11-15 tahun>15 tahun
Gambar IV.13 Persentase Pengalaman Kerja Responden Di Perusahaan
19.05%
9.52%
9.52%
Persentase Pengalaman Kerja Responden Sebagai Profesional
<5 tahun5-10 tahun11-15 tahun>15 tahun
Gambar IV.14 Persentase Pengalaman Kerja Responden Sebagai Profesional
Dari Gambar IV.10 – Gambar IV.14 di atas terlihat bahwa sebagian besar
responden adalah estimator/engineer, staf engineer dan kepala departemen dengan
latar belakang pendidikan S1 teknik sipil yang memiliki pengalaman kerja < 5
tahun di perusahaan dan sebagai profesional. Responden dapat memenuhi target
45
yang diharapkan karena responden adalah orang yang dapat mewakili perusahaan
mengenai pandangan praktek estimasi biaya tidak langsung untuk memenangkan
suatu proyek konstruksi. Namun jika dibandingkan secara statistik jumlah
responden yang didapat dengan jumlah perusahaan konstruksi secara nasional,
data perusahaan dan responden memiliki tingkat keandalan yang rendah.
IV.3. Pemahaman Kontraktor Mengenai Biaya Tidak Langsung
Objektif dari kelompok pertanyaan ini adalah untuk mengetahui apakah
responden, kontraktor, mengerti tentang biaya tidak langsung atau tidak, sejauh
mana pemahaman responden mengenai biaya tidak langsung dan dari mana
mereka mengetahuinya. Berikut informasi yang diperoleh mengenai pemahaman
kontraktor mengenai biaya tidak langsung.
90.48%
4.76%
Persentase Responden Mengerti Yang Dimaksud Dengan Biaya Tidak Langsung
YaTidak
Gambar IV.15 Persentase Responden Mengerti Mengenai Biaya Tidak Langsung
Gambar IV.16 Persentase Alasan Responden Mengetahui Biaya Tidak Langsung
46
Berdasarkan hasil survei pada Gambar IV.15 terlihat bahwa sebagian besar
responden mengerti tentang biaya tidak langsung. Sedangkan untuk mengetahui
dari mana responden mengetahui mengenai biaya tidak langsung dapat dilihat
pada Gambar IV.16. Sebagian besar responden menjawab mengetahui biaya tidak
langsung karena bagian dari pekerjaan. Namun beberapa dari responden
menjawab alasan mengetahui biaya tidak langsung adalah gabungan dari bagian
dari pekerjaan, berdasarkan pengalaman dan dari informasi dan pengetahuan.
Berdasarkan fakta yang ada, maka kontraktor besar dan menengah telah
mengetahui pengertian biaya tidak langsung. Untuk dapat mengetahui sejauh
mana pengetahuan kontraktor dalam mendeskripsikan dan memahami biaya tidak
langsung dapat dianalisis dari mana mereka mengetahuinya.
Sebagian besar responden menjawab bahwa mengetahui pengertian biaya tidak
langsung karena merupakan bagian dari pekerjaan mereka. Artinya responden
mengetahui bahwa biaya tidak langsung adalah bagian dari tahap perencanaan
pembiayaan proyek untuk membuat suatu pengajuan harga penawaran yang akan
diikutkan dalam pelelangan proyek konstruksi, sehingga dalam masa tahap
perencanaan perlu dilakuakannya estimasi biaya untuk mendapatkan nilai yang
optimal.
Beberapa responden menjawab mengetahui biaya tidak langsung dari gabungan
pekerjaan, berdasarkan pengalaman, dan informasi dan pengetahuan. Hal ini dapat
berarti bahwa responden mengenal cukup jauh apa itu biaya tidak langsung,
sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengetahui mekanisme,
dan faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam mengestimasi biaya
tidak langsung.
Dari informasi data responden, sebagian besar jabatan responden adalah
estimator/engineer di perusahaannya dengan pengalaman < 5 tahun dan beberapa
responden lainnya sebagai staf engineer dan kepala departemen dengan
pengalaman 5-10 tahun. Informasi ini berkaitan dengan informasi responden
mengetahui pengertian biaya tidak langsung dari informasi dan pengetahuan
sebagaimana dijelaskan di atas. Responden mengestimasi biaya lebih banyak
47
menggunakan informasi dan pengetahuan mereka dengan latar belakang
pendidikan S1 dan dari lingkungan kerja.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden, baik kontraktor
menengah maupun besar memiliki pemahaman yang baik mengenai biaya tidak
langsung. Dapat dijelaskan dari personil dengan latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang baik, diwakili oleh estimator/engineer, staf engineer dan kepala
departemen dengan pengalaman 5-10 tahun. Selain itu didukung juga perusahaan
kontraktor menengah dan besar (BUMN dan swasta nasional) dengan pengalaman
10-20 tahun. Pemahaman responden mengenai biaya tidak langsung sebagian
besar diperoleh dari pekerjaan mereka dalam mengestimasi biaya dan berdasarkan
pengalaman. Ini artinya responden telah dapat mengidentifikasi mekanisme yang
dipakai dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dalam mengestimasi
biaya tidak langsung.
IV.4. Mekanisme Penetapan dan Pengendalian Estimasi Biaya Tidak
Langsung
Objektif dari kelompok pertanyaan ini secara umum adalah untuk mengetahui
bagaimana mekanisme kontraktor dalam menetapkan dan menghitung besarnya
biaya tidak langsung dalam suatu proyek konstruksi, apakah setiap proyek
memiliki perlakuan yang sama atau berbeda dalam mengestimasi biaya
proyeknya, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya serta apa saja usaha
kontraktor dalam upaya mengendalikan biaya tidak langsung.
a. Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung
Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui seberapa penting
responden menganggap estimasi biaya tidak langsung dalam tahapan
mengestimasi biaya proyek konstruksi dan alasan yang menganggap hal tersebut
menjadi penting. Berikut informasi yang diperoleh berdasarkan hasil survei
mengenai pentingnya estimasi biaya tidak langsung.
48
95.24%
4.76%
Persentase Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung
Tidak pentingPentingTidak Menjawab
Gambar IV.17 Persentase Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung
Gambar IV.18 Persentase Alasan Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung
Dari hasil survei yang dilihatkan pada Gambar IV.17 mengenai pentingnya
estimasi biaya tidak langsung terlihat bahwa sebagian besar responden menjawab
estimasi biaya tidak langsung penting. Kemudian pada Gambar IV.18
menjelaskan alasan responden menganggap estimasi biaya tidak langsung penting.
Dari hasil survei terlihat bahwa sebagian besar responden karena dapat
mempengaruhi keuntungan dan berguna untuk antisipasi biaya risiko. Ini berarti
bahwa responden tidak hanya fokus kepada pencapaian target keuntungan namun
juga telah memikirkan lebih jauh mengenai antisipasi biaya risiko. Selanjutnya
setelah kedua hal tersebut terpenuhi, barulah responden berfikir untuk
49
mengestimasi biaya tidak langsung dengan optimal untuk menang dalam
penawaran.
Sebagian dari responden beralasan pentingnya estimasi biaya tidak langsung
adalah karena gabungan untuk mempengaruhi kesempatan menang dalam
penawaran, mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh dan berguna untuk
mengantisipasi biaya risiko. Hal ini berarti responden dengan jawaban tersebut
menganggap estimasi biaya tidak langsung sangat penting dengan berusaha
menerapkan ketiganya. Selain itu jika dikaitkan dengan hasil survei sebelumnya
pada Gambar IV.7 dimana sebagian besar kontraktor telah memiliki divisi
estimasi dalam perusahaannya. Dengan adanya divisi estimasi dan kesadaran yang
tinggi akan pentingnya estimasi biaya serta didukung dengan sumber daya
manusia (personil estimasi) dengan latar belakang pendidikan yang baik,
memperlihatkan bahwa kontraktor telah fokus untuk mendukung hasil estimasi
biaya yang baik.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden menganggap
melakukan estimasi biaya tidak langsung akan berpengaruh pada besar-kecilnya
keuntungan yang akan diperoleh dan berguna untuk mengantisipasi biaya risiko,
sehingga menganggap penting untuk melakukan estimasi biaya tidak langsung.
b. Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung
Objektif dari bagian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme yang
dilakukan oleh kontraktor dalam menetapkan biaya tidak langsung. Setiap
kontraktor memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengestimasi biaya tidak
langsung. Semakin tinggi kualifikasi perusahaan konstruksi, semakin kompleks
organisasinya dan semakin detail bagian-bagian divisi di dalamnya termasuk
divisi estimasi. Hal ini dikarenakan semakin besarnya nilai proyek yang mereka
ikutkan dalam penawaran. Sebaliknya semakin rendah kualifikasi kontraktor,
maka semakin sederhana organisasi yang dimiliki perusahaan dan tentunya
bagian-bagian divisi dalam manajemen perusahaan semakin ramping.
Berdasarkan hasil survei sebagian besar responden, kontraktor, telah memiliki
divisi estimasi. Artinya semakin fokus kontraktor menengah dan besar dalam
50
mengestimasi biaya proyek. Alasan mereka menganggap penting estimasi biaya
tidak langsung dikarenakan dapat mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh
dan berguna untuk mengantisipasi biaya risiko. Setiap kontraktor tentunya
berusaha untuk memiliki personil estimasi yang handal dalam melakukan
tugasnya, sehingga hasil estimasi biaya dapat bersaing dengan kontraktor lainnya
dengan harapan dapat memenangkan penawaran.
Tidak ada penjelasan yang pasti tentang standar perhitungan estimasi biaya tidak
langsung di Indonesia. Kontraktor dalam melakukan estimasi pun tidak memiliki
standar tertentu dan hanya tergantung dari kebijakan perusahaan masing-masing.
Namun secara umum kontraktor menetapkan mekanisme estimasi biaya tidak
langsung dengan nilai persentase dari biaya langsung ataupun dari total nilai
kontrak (Yusuf, 2010). Berikut hasil survei mengenai mekanisme penetapan biaya
tidak langsung.
Gambar IV.19 Persentase Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung
28.57%28.57%
Persentase Mekanisme % Nilai Dalam Penetapan Biaya Tidak Langsung
Total nilai kontrakNilai lain (biaya, upah, material, dll)Nilai item pekerjaan (pekerjaan subbase, subgrade, surface, dll)
Gambar IV.20 Persentase Mekanisme % Nilai Dalam Penetapan Biaya Tidak
Langsung
51
9.52%4.76%
9.52%
33.33%
14.29%
Persentase Mekanisme Nilai tertentu Dalam Penetapan Estimasi Biaya Tidak Langsung
Besarnya resiko proyekBesarnya nilai ProyekKarakteristik proyek Gabungan ketiganya
Gambar IV.21 Persentase Mekanisme Nilai Tertentu Dalam Penetapan Estimasi
Biaya Tidak Langsung
Dari hasil survei yang telah dilakukan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
IV.19 mengenai mekanisme penetapan biaya tidak langsung. Sebagian besar
responden menjawab bahwa mekanisme yang mereka gunakan adalah dengan
persen nilai. Besar/kecilnya persen nilai ditentukan dari pengalaman mereka
dalam mengestimasi biaya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada
responden, mereka menyatakan bahwa penetapan tersebut dilandaskan pada
proyek-proyek terdahulu. Untuk dapat melakukan analisis estimasi, maka
responden mencari proyek-proyek sejenis dengan karakteristik yang mendekati
proyek baru. Misal, jika kontraktor akan mengestimasi proyek jalan berupa
rehabilitasi jalan dengan panjang tertentu maka mereka akan mencari proyek
terdahulu dengan karakteritik sejenis. Hal tersebut lebih memudahkan kontraktor
dalam mengestimasi biaya, khususnya dalam menetapkan besaran persen nilai
biaya tidak langsung.
Penetapan persen nilai diestimasi terhadap total nilai kontrak dan nilai lainnya
( biaya, upah, material, dll) yang berkaitan langsung dengan volume pekerjaan. Ini
diperlihatkan pada Gambar IV.20. Nilai lainnya tersebut terdiri dari biaya, upah,
material yang merupakan komponen-komponen dari biaya langsung. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kontraktor dalam menetapkan mekanisme biaya tidak
langsung dengan persen nilai terhadap dua hal, yaitu total nilai proyek dan biaya
langsung.
52
Sebagian responden menjawab penetapan persen nilai berdasarkan pada total nilai
kontrak. Artinya responden telah memiliki pengalaman yang cukup sehingga
dapat menetapkan persen nilai biaya tidak langsung terhadap total nilai kontrak.
Jika dikaitkan dengan hasil survei sebelumnya yang diperlihatkan pada Gambar
IV.8 mengenai latar belakang pendidikan terakhir responden dan Gambar IV.9
mengenai pengalaman personil estimasi pada divisi estimasi, yaitu didominasi
dengan latar belakang pendidikan S1 Teknik sipil dan dengan pengalaman 5-10
tahun di divisi estimasi, maka hal ini cukup membuktikan mekanisme yang
digunakan kontraktor dalam mengestimasi biaya sesuai dengan kondisi
perusahaannya. kontraktor didukung oleh personil estimasi yang berpengalaman
dibidangnya dengan latar belakang yang baik.
Sebagian responden lainnya menjawab penetapan persen nilai terhadap nilai lain
seperti biaya, upah dan material yang merupakan komponen-komponen biaya
langsung. Artinya responden telah melakukan terlebih dahulu estimasi biaya
langsung berupa biaya yang berkaitan langsung dengan volume pekerjaan sesuai
dengan proyek yang ada. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada
responden diperoleh informasi bahwa responden dalam melakukan estimasi biaya
langsung berdasarkan cacatan estimasi proyek sebelumnya. Dapat dikatakan
bahwa responden telah memiliki cacatan tentang estimasi proyek yang cukup
baik.
Pada bagian lain dari hasil survei diperlihatkan pada Gambar IV.21, sebagian
responden menggunakan mekanisme nilai tertentu dalam mengestimasi biaya
tidak langsung. Mekanisme nilai tertentu berdasarkan pada gabungan dari
besarnya risiko proyek, besarnya nilai proyek dan karakteristik proyek. Informasi
ini dapat menjelaskan bahwa responden beranggapan dalam mengestimasi biaya
proyek agar mendapatkan hasil optimal, harus memikirkan juga alokasi biaya
untuk menutupi besarnya risiko yang dihadapi dan dari karakteristik proyek itu
sendiri. Dalam menetapkan biaya risiko, kontraktor juga melihat besarnya nilai
proyek yang bisa diestimasi, sehingga pada akhirnya kontraktor akan memperoleh
hasil estimasi biaya optimal yang dapat bersaing dalam proses penawaran dengan
kontraktor lainnya.
53
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kontraktor
menengah dan besar menggunakan mekanisme persen nilai dalam mengestimasi
biaya tidak langsung berdasarkan pada total nilai kontrak dan nilai lainnya (biaya,
upah, material, dll) / biaya langsung.
c. Tingkat Efektivitas Biaya Tidak Langsung
Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengukur apakah penetapan
besarnya biaya tidak langsung yang telah dilakukan cukup baik dan bagaimana
responden mengetahui apakah mekanisme penetapan tersebut efektif atau tidak.
Berikut hasil survei yang telah dilakukan.
61.90%
33.33%
4.76%
Persentase Ukuran Efektifitas Biaya Tidak Langsung
EfektifKurang efektifTidak efektifTidak Menjawab
Gambar IV.22 Persentase Ukuran Efektifitas Biaya Tidak Langsung
Gambar IV.23 Persentase Tingkat Efektifitas Biaya Tidak Langsung
Dari Gambar IV.22 diperlihatkan mengenai ukuran efektifitas biaya tidak
langsung. Sebagian besar responden menjawab bahwa mekanisme penetapan
biaya tidak langsung yang telah dilakukan sudah efektif. Tingkat efektifitasnya
54
diukur berdasarkan parameter yang diperlihatkan pada Gambar IV.23 di atas.
Berdasarkan informasi pada Gambar IV.23, sebagian besar responden menjawab
bahwa tingkat efektifitas estimasi biaya tidak langsung berdasarkan pada
kesesuaian risiko yang ditangani dan dari persentase keberhasilan memenangkan
penawaran. Artinya pertimbangan utama kontraktor dalam mengestimasi biaya
tidak langsung adalah risiko proyek. Risiko proyek merupakan bagian dari faktor
eksternal yang mempengaruhi kontraktor dalam mengestimasi biaya tidak
langsung. Pada faktor ekseternal, hal yang menjadi penting adalah informasi
proyek yang diperoleh pada tahapan disain dan data historis perusahaan. Informasi
yang banyak dan didukung dengan pengalaman perusahaan akan menghasilkan
hasil estimasi biaya yang lebih baik dan akurat (Yusuf, 2010).
Jika dikaitkan dengah hasil survei bagian pertanyaan mengenai pentingnya
estimasi biaya tidak langsung pada Gambar IV.17 dan alasan responden
menganggap penting estimasi biaya tidak langsung pada Gambar IV.18, estimasi
biaya tidak langsung dipengaruhi oleh karakteristik proyek dan risiko merupakan
bagian didalamnya. Artinya risiko menjadi bagian utama dalam kontraktor
mengestimasi biaya tidak langsung, sehingga dapat dikatakan bahwa tren yang
terjadi adalah biaya tidak langsung harus dapat mengcover biaya risiko proyek.
Jika hal ini dapat dilakukan dengan cukup baik, maka keuntungan yang
diharapkan oleh kontraktor dapat tercapai.
Beberapa responden menjawab efektivitas dinilai berdasarkan parameter biaya
pekerjaan, daerah / lokasi proyek dan perbandingan antara laporan aktual proyek
terhadap anggaran perencanaan. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat efektifitas
dari estimasi biaya tidak langsung dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal
perusahaan. Faktor eksternal tersebut berupa karakteristik proyek dengan salah
satu faktornya adalah lokasi proyek. Lokasi proyek dijadikan sebagai salah satu
parameter responden dalam menentukan tingkat efektivitas estimasi biaya tidak
langsung karena lokasi proyek jalan kebanyakan berada di daerah yang sulit
dijangkau, khususnya transportasi material dan alat berat yang digunakan. Jika
kontraktor salah perhitungan dalam mengestimasi biaya, maka keuntungan yang
diharapkan sulit untuk tercapai dengan kemungkinan besar mendapatkan
55
kerugian. Sedangkan faktor internal berupa biaya pekerjaan, dan perbandingan
antara laporan aktual proyek terhadap anggaran perencanaan. Hal ini sangat
bergantung pada personil estimasi yanng dimiliki kontraktor. Personil dengan
latar belakang yang sejalan dengan kebutuhan divisi estimasi serta berpengalaman
dapat menghasilkan estimasi biaya yang baik.
Dari penjelasan hasil survei di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum
mekanisme penetapan biaya tidak langsung yang dilakukan oleh kontraktor besar
dan menengah sudah baik. Hal ini dinilai berdasarkan asumsi kontraktor yang
menguraikan komponen-komponen biaya tidak langsung dengan aspek-aspek
ketidakpastian yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi estimasi baik
faktor internal maupun eksternal. Selain itu faktor-faktor tersebut dijadikan
sebagai parameter untuk menentukan tingkat efektivitas mekanisme estimasi
biaya tidak langsung. Mekanisme yang dilakukan berupa persen nilai terhadap
total nilai kontrak dan nilai lainnya (biaya, upah, material) / biaya langsung yang
menggambarkan satu hal, yaitu harus sesuai dengan tingkat risiko yang ditangani.
d. Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung Pada Setiap Proyek
Proyek konstruksi memiliki karakteristik yang unik dan berbeda satu dengan yang
lainnya. Objektif dari bagian pertanyan ini adalah untuk menelusuri apakah
mekanisme yang dilakukan kontraktor dalam mengestimasi biaya tidak langsung
sama untuk setiap proyeknya. Jika tidak, dimana letak perbedaannya dan faktor-
faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perbedaan tersebut. Berikut
hasil survei yang telah dilakukan mengenai mekanisme penetapan biaya tidak
langsung pada setiap proyek.
56
66.67%
28.57%
Persentase Membedakan Penetapan Biaya Tidak Langsung Mas-ing-Masing Proyek
YaTidak
Gambar IV.24 Persentase Membedakan Penetapan Biaya Tidak Langsung Masing-
Masing Proyek
23.81%
47.62%
19.05%
4.76%
Persentase Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung
Proyek pemerintah pusat atau daerah
Karakteristik proyek (bangunan gedung, bangunan air, bangunan lainnya)
Lain-lain: Lokasi proyek, pemilik proyek, sumber bahan baku, dll. Gabungan tergan-tung skope, karakteristik, waktu, dan organ-isasinya.
Tidak Menjawab
Gambar IV.25 Persentase Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Penetapan
Biaya Tidak Langsung
Dari Gambar IV.24 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden membedakan
penetapan biaya tidak langsung masing-masing proyek. Faktor yang
mempengaruhi adalah karakteristik proyek karena setiap proyek memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Hasil survei mengenai faktor tersebut
diperlihatkan pada Gambar IV.25 di atas. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada responden, karakteristik proyek yang mereka maksud mencakup
berbagai hal baik terkait langsung dengan proyek maupun hanya sebagai
pendukung, seperti jenis proyek, owner (pemerintah pusat / daerah), lokasi
proyek, aksesbilitas menuju lokasi proyek, jadwal proyek, lingkungan sekitar
proyek, proses birokrasi yang akan dilalui, risiko proyek, kompleksitas proyek,
57
pihak-pihak luar yang terlibat dalam proyek (pemerintah sebagai owner, konsultan
perencana, subkontraktor, suplier), spesifikasi, dokumen kontrak, organisasi
proyek, ketersediaan tenaga kerja dan lain sebagainya. Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa kontraktor dalam mengestimasi biaya sangat
membutuhkan banyak informasi terkait dengan proyek yang masuk dalam target
penawaran karena banyaknya ketidakpastian dan faktor yang komplek pada tahap
awal persiapan penawaran.
Sebagian responden lainnya beranggapan bahwa faktor owner (pemilik proyek)
pada proyek jalan, yaitu pemerintah pusat atau daerah. Berdasarkan dari
wawancara yang telah dilakukan kepada responden, mereka beranggapan bahwa
semakin kompleks kondisi proyek jika ownernya adalah pemerintah pusat.
Kompleksitas tersebut dapat berupa spesifikasi teknis, dokumen kontrak,
persyaratan terntentu selama pelaksanaan proyek dan jalur birokrasi yang harus
dilalui.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kontraktor besar dan
menengah membedakan mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada setiap
proyek konstruksi. Faktor utama yang membuat kontraktor membedakan
mekanismenya adalah karakteristik proyek, karena setiap proyek unik dan
memiliki karakteristik masing-masing. Oleh karena itu diperlukan mekanisme
yang berbeda dalam menetapkan biaya tidak langsung pada saat mengestimasi
harga penawaran.
e. Pengendalian Biaya Tidak Langsung
Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui apakah kontraktor
melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung dan mengetahui upaya apa
saja yang dilakukan oleh kontraktor untuk mengendalikan biaya tidak langsung.
Berikut hasil survei yang telah dilakukan mengenai pengendalian biaya tidak
langsung.
58
90.48%
4.76%
Persentase Pengendalian Terhadap Biaya Tidak Langsung
Ya Tidak
Gambar IV.26 Persentasi Pengendalian Terhadap Biaya Tidak Langsung
Gambar IV.27 Persentase Upaya Pengendalian Terhadap Biaya Tidak Langsung
Dari Gambar IV.26 dan Gambar IV.27 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung melalui laporan
keuangan proyek. Laporan keuangan proyek berisikan arus keluar masuk
keuangan yang terjadi pada suatu proyek. Segala kegiatan pengeluaran dan
pemasukan proyek dicatat melalui laporan keuangan (Yusuf, 2010). Kemudian
laporan keungan dilaporkan dengan periode tertentu. Biasanya dilaporkan setiap
minggu, setiap bulan, dan/ atau pertiga bulan melalui rapat personil lapangan
dengan perwakilan dari kantor pusat untuk kemudian dilakukan evaluasi apakah
kondisi keuangan sudah baik dan diharapkan perbedaan antara laporan aktual dan
rencana tidak begitu signifikan.
59
Berdasarkan informasi yang diperoleh di atas dapat dikatakan bahwa baik
kontraktor besar dan menengah telah melakukan pengendalian estimasi biaya
tidak langsung dengan menggunakan laporan keuangan proyek. Hal ini berarti
kontraktor telah memiliki catatan laporan keuangan proyek-proyek yang
dikerjakan dan selanjutnya laporan keuangang tersebut dijadikan sebagaian alat
untuk mengestimasi biaya tidak langsung proyek selanjutnya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada responden mengenai dengan
pengendalian biaya tidak langsung, sebagian responden menggunakan laporan
keuangan beberapa proyek beberapa tahun terakhir. Tidak ada penjelasan konkrit
mengenai batasan tahun laporan keuangan proyek yang digunakan untuk
mengestimasi biaya. Pada setiap akhir proyek laporan keuangan dievaluasi
terhadap laporan rencana yang telah disusun sebelumnya, sehingga jika terjadi
penyimpangan dapat dijadikan sebagai gambaran untuk mengestimasi proyek-
proyek selanjutnya.
Beberapa dari responden menjawab bahwa mereka melakukan pengendalian
terhadap biaya tidak langsung dengan melakukan analisis dan manajemen
terhadap risiko masing-masing komponen biaya tidak langsung berdasarkan
kebiasaan dan kondisi saat itu dari kelancaran proyek dan rapat mingguan,
bulanan dan per tiga bulanan sesuai dengan progres.
Pada bagian lain dari pertanyaan tersebut terdapat responden menjawab tidak
melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung dikarenakan keterbatasan
tenaga ahli. Jika diurut mengenai data perusahaan, maka responden termasuk ke
dalam kontraktor kualifikasi menengah dan tidak memiliki divisi estimasi
diperusahaannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dapat
membuat rekapitulasi pengeluaran dan pemasukan biaya proyek dalam bentuk
laporan keuangan proyek. Laporan tersebut digunakan untuk melakukan
pengendalian terhadap biaya tidak langsung. Keterbatasan tenaga ahli merupakan
faktor utama mengapa responden tidak melakukan pengendalian terhadap biaya
tidak langsung.
60
IV.5. Pengalaman Kontraktor Dalam Melaksanakan Proyek Jalan
Objektif kelompok pertanyan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengalaman kontraktor dalam melaksanakan proyek jalan. Jika dikaitkan dengan
hasil survei sebelumnya pada Gambar IV.6 mengenai jenis proyek yang sering
ditangani kebanyakan responden mengerjakan proyek infrastruktur jalan dan
bangunan sipil lainnya. Artinya responden termasuk dalam kontraktor umum
(general contractor), sehingga dengan adanya bagian pertanyaan ini dapat
diketahui lebih mendalam mengenai pengalaman kontraktor dalam mengerjakan
proyek jalan. Berikut hasil survei yang telah dilakukan mengenai pengalaman
kontraktor dalam mengerjakan proyek jalan.
14.29%
23.81%
9.52%
9.52%
Persentase Pengalaman Kontraktor Mengerjakan Proyek Jalan
<5 tahun5-10 tahun10-20 tahun>20 tahun
Gambar IV.28 Persentase Pengalam Kontrakto Mengerjakan Proyek Jalan
Tabel IV.2 Pelaksanaan Proyek Jalan Dalam Dua Tahun Terakhir Terhitung
Tahun 2008
No.Jenis Proyek Jalan
Jawaban Jumlah
Persentas
e
1 Rehabilitasi jalan baru:
Jumlah proyek yang
ditangani
<5 proyek 6 28.57%
5-10 proyek 4 19.05%
>10 proyek 1 4.76%
Nilai proyek rata-rata <5 M 5 23.81%
5-10 M 2 9.52%
>10 M 3 14.29%
Nilai proyek terbesar <5 M 4 19.05%
5-10 M 1 4.76%
61
>10 M 6 28.57%
Durasi proyek rata-rata <3 bulan 0 0%
3-6 bulan 6 28.57%
>6 bulan 2 9.52%
Jenis kontrak yang
digunakan
Unit price 10 47.62%
Lump sum 1 4.76%
Lainnya 0 0%
2 Pembangunan jalan baru:
Jumlah proyek yang
ditangani
<5 proyek 7 33.33%
5-10 proyek 4 19.05%
>10 proyek 1 4.76%
Nilai proyek rata-rata <5 M 3 14.29%
5-10 M 5 23.81%
>10 M 3 14.29%
Nilai proyek terbesar <5 M 1 4.76%
5-10 M 4 19.05%
>10 M 5 23.81%
Durasi proyek rata-rata <3 bulan 0 0%
3-6 bulan 2 9.52%
>6 bulan 5 23.81%
Jenis kontrak yang
digunakan
Unit price 10 47.62%
Lump sum 1 4.76%
Lainnya 0 0%
Dari Gambar IV.28 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki
pengalaman mengerjakan proyek jalan selama 5-10 tahun. Ini berarti responden
telah memiliki cukup pengalaman dalam mengerjakan proyek jalan. Sedangkan
pada Tabel IV.2 menunjukkan sebagian besar responden menjawab kontrak
konstruksi yang sering digunakan dalam proyek jalan baik berupa proyek
rehabilitasi jalan dan pembangunan jalan baru adalah kontrak unit price.
Pada bagian pertanyaan lainnya jumlah proyek rata-rata dalam dua tahun terakhir
terhitung tahun 2008 yang dikerjakan oleh kontraktor adalah < 5 proyek jalan.
62
Sedangkan besarnya nilai proyek jalan yang dikerjakan oleh kontraktor rata-rata <
5 Milyar untuk proyek rehabilitasi jalan dan 5-10 Milyar untuk proyek
pembangunan jalan baru.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kontraktor besar
dan menengah memiliki pengalaman 5-10 tahun dalam mengerjakan proyek jalan
dengan kontrak yang sering digunakan adalah kontrak unit price.
IV.6. Komponen-komponen Biaya Tidak Langsung
Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui komponen apa saja
yang dihitung oleh kontraktor yang masuk ke dalam komponen-komponen biaya
tidak langsung pada harga penawaran dan mengetahui mekanisme responden
dalam menetapkan nilai komponen-komponen tersebut. Berdasarkan AACE
(1992), komponen biaya tidak langsung adalah pajak, kondisi umum, risiko dan
overhead. Selain itu untuk mengetahui apakah standar komponen-komponen
biaya tidak langsung yang ditetapkan oleh AACE diterapkan oleh kontraktor di
Indonesia khususnya dalam perhitungan harga penawaran proyek jalan.
a. Komponen-komponen Biaya Tidak Langsung Yang Berpengaruh Pada
Harga Penawaran
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan mengenai komponen-komponen biaya
tidak langsung yang diisi oleh 11 responden, sebagian besar responden
beranggapan bahwa komponen-komponen estimasi biaya tidak langsung yang
masuk dalam harga penawaran adalah pajak, biaya jaminan (bond), asuransi,
biaya umum (general condition), risiko dan overhead (kantor&proyek). Kemudan
responden merinci kembali dengan ditail komponen-komponen biaya tidak
langsung tersebut perbagian. Komponen yang sangat berpengaruh pada estimasi
biaya tidak langsung adalah komponen risiko dan overhead karena keduanya
memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi.
63
Tabel IV.3 Komponen-komponen Biaya Tidak Langsung
Ya Persentase Tidak Persentase
Pajak Penghasilan (PPh) 12 57.14% 2 9.52%Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 47.62% 5 23.81%Pajak Upah 9 42.86% 6 28.57%Lainnya: Subkontraktor. 2 9.52% 0 0%
Penawaran 10 47.62% 5 23.81%Pelaksanaan 10 47.62% 5 23.81%Pembayaran 5 23.81% 10 47.62%Uang Muka 9 42.86% 6 28.57%Lainnya:Retensi. Pemeliharaan 2 9.52% 0 0%
Asuransi Proyek (CAR) 9 42.86% 6 28.57%Asuransi Pihak Ketiga 6 28.57% 9 42.86%Asuransi Tenaga Kerja 10 47.62% 5 23.81%J amsostek 9 42.86% 6 28.57%Lainnya: Angkutan mineral. 1 4.76% - -
Operasional Kendaraan 12 57.14% 3 14.29%Operasional Peralatan 11 52.38% 4 19.05%Pemeliharaan Kendaraan 11 52.38% 4 19.05%Pemeliharaan Peralatan 9 42.86% 5 23.81%Biaya Perlengkapan Rumah Tangga 8 38.10% 6 28.57%Retribusi/ Ijin 10 47.62% 5 23.81%Biaya Keberhasilan Proyek 6 28.57% 8 38.10%Biaya Keamanan Proyek 11 52.38% 4 19.05%Lainnya: Biaya melancarkan proyek (uang pelicin).
2 9.52% 0 0%
Keuntungan (profit) 13 61.90% 1 4.76%Biaya Tidak Terduga (contingency) 12 57.14% 2 9.52%Lainnya:
Direksi 12 57.14% 3 14.29%Gaji Karyawan Kantor 11 52.38% 4 19.05%Sewa Kantor 10 47.62% 5 23.81%Biaya Perlengkapan Kantor 10 47.62% 4 19.05%Lainnya: Biaya makan dan minum. 1 4.76% 0 0%
Biaya Administrasi Proyek 11 52.38% 4 19.05%Listrik, Air & Telepon Proyek 12 57.14% 3 14.29%Gaji Pegawai Proyek 11 52.38% 4 19.05%Kantor Proyek 11 52.38% 4 19.05%Gudang 10 47.62% 5 23.81%Biaya Perlengkapan Camp. Karyawan 9 42.86% 5 23.81%Biaya Peralatan Proyek 8 38.10% 7 33.33%Biaya Cetak Gambar 9 42.86% 6 28.57%Biaya Engineering 10 47.62% 5 23.81%Biaya Pengujian 10 47.62% 5 23.81%Biaya Survei 10 47.62% 5 23.81%Kerja Ulang 9 42.86% 4 19.05%Lainnya: Dari nilai proyek untuk pemeliharaan selama 6 bulan.
1 4.76% 0 0%
6a. Kantor:
b. Proyek:
3
4
Overhead:
Komponen Biaya Tidak LangsungNo.
Berpengaruh Pada Penawaran
1 Pajak:
2 Biaya J aminan (Bond):
Asuransi:
Biaya Umum (General Condition):
5 Resiko:
64
Dari hasil survei pada Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa komponen-komponen biaya
tidak langsung secara detail adalah sebagai berikut:
1. Pajak
Sebagian besar responden menjawab bahwa jenis pajak yang masuk dalam
komponen biaya tidak langsung adalah Pajak Penghasilan (PPh). Artinya
pajak yang sering dimasukkan dalam estimasi biaya tidak langsung pada
harga penawaran adalah Pajak Penghasilan (PPh). Beberapa responden
menjawab selain Pajak Penghasilan (PPh) terdapat jenis pajak lainnya
yang masuk dalam estimasi biaya tidak langsung, yaitu Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), dan Pajak Upah.
2. Biaya Jaminan (Bond)
Sebagian responden menjawab bahwa biaya jaminan yang masuk dalam
komponen biaya tidak langsung adalah penawaran, pelaksanaan dan uang
muka. Namun beberapa responden menjawab bahwa pembayaran tidak
termasuk dalam komponen biaya jaminan (bond) yang merupakan bagian
dari komponen estimasi biaya tidak langsung pada harga penawaran.
Artinya komponen biaya jaminan (bond) yang masuk dalam komponen
estimasi biaya tidak langsung adalah penawaran, pelaksanaan dan uang
muka.
3. Asuransi
Sebagian besar responden menjawab bahwa komponen asuransi yang
masuk dalam komponen estimasi biaya tidak langsung adalah asuransi
proyek (CAR), asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Namun berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan kepada responden, asuransi yang sering
digunakan dalam estimasi biaya tidak langsung pada penawaran adalah
asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Hal ini berarti pada proyek jalan
tetap mengalokasikan sejumlah biaya untuk menjamin keselamatan kerja
dilapangan bagi personilnya dalam bentuk asuransi. Pada bagian lain
beberpa responden beranggapan asuransi pihak ketiga tidak termasuk ke
dalam komponen estimasi biaya tidak langsung.
65
Berdasarkan pada Panduan Analisis Harga Satuan, komponen asuransi
masuk dalam komponen pajak dan dihitung berupa persen (%) nilai
terhadap biaya langsung keseluruhan (Direktorat Jenderal Bina Marga,
2006).
4. Biaya Umum (General Condition)
Sebagian besar responden menjawab bahwa komponen biaya umum yang
masuk dalam komponen estimasi biaya tidak langsung adalah biaya
operasional kendaraan, biaya operasional peralatan, biaya pemeliharaan
kendaraan, biaya pemeliharaan peralatan, retribusi/ijin dan biaya
keamanan proyek. Beberapa responden memasukkan biaya untuk
melancarkan proyek yang diberikan kepada pihak tertentu dalam estimasi
biaya tidak langsung. Berdasarkah hasil wawancara responden
beranggapan bahwa pengalokasian biaya untuk melancarkan proyek perlu
dilakukan karena jika tidak dialokasikan maka dapat mempengaruhi
besarnya keuntungan yang diperoleh. Terkadang jika jalur birokrasi yang
dilalui terbilang sulit dan berliku, maka akan membutuhkan biaya
melancarkan proyek yang lebih besar jumlahnya dari perencanaan awal.
Berdasarkan Panduan Analisis Harga Satuan, komponen biaya umum
dalam komponen biaya overhead dan dihitung beruap persen (%) nilai
terhadap biaya langsung keseluruhan (Direktorat Jenderal Bina Marga,
2006). Sehingga dapat dikatakan biaya umum (overhead) adalah biaya
yang diperhitungakan sebagai biaya operasional dan pengeluaran biaya
kantor pusat yang bukan dari biaya pengadaan untuk setiap mata
pembayaran, biaya manajemen, akuntansi, pelatihan dan auditing,
perjanjian, registrasi, biaya iklan, humas dan promosi, dan lain sebagainya.
5. Risiko
Sebagian besar responden menjawab bahwa komponen dari risiko yang
masuk dalam estimasi biaya tidak langsung pada biaya penawaran adalah
keuntungan (profit) dan biaya tak terduga (contingency). Kedua komponen
ini mengandung ketidakpastian yang tinggi, sehingga diperlukan
66
ketajaman analisa dari divisi estimasi dalam mengestimasi komponen
tersebut. Jika salah perhitungan, bukan tidak mungkin kontraktor akan
mengalami kerugian.
6. Overhead
Yang termasuk dalam overhead adalah overhead kantor dan overhead
proyek. Berdasarkan hasil survey sebagian besar responden memasukkan
komponen overhead kantor dalam estimasi tidak langsung seperti fee
direksi, gaji karyawan kantor, sewa kantor dan biaya peralatan kantor.
Sedangkan untuk overhead proyek, sebagian responden memasukkan
komponen-komponen seperti biaya administrasi proyek, biaya listrik, air
dan telepon, gaji karyawan proyek, sewa kantor proyek, gudang, biaya
perlengkapan camp karyawan proyek, biaya cetak gambar, biaya
engineering, biaya survey, biaya pengujian dan biaya kemungkinan
terjadinya kerja ulang. Pada bagian lain terdapat responden yang
memasukkan biaya lainnya berupa biaya selama masa pemeliharaan ke
dalam komponen overhead.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontraktor besar dan menengah
telah memikirkan secara detail komponen-komponen apa saja yang masuk ke
dalam estimasi biaya tidak langsung pada harga penawaran. Walaupun pada
kenyataannya tidak ada perhitungan secara ditail mengenai hal tersebut.
Komponen yang paling berpengaruh besar terhadap biaya penawaran adalah
komponen risiko karena komponen risiko memiliki tingkat ketidakpastian yang
tinggi dibandingkan komponen-komponen lainnya. Pada bagian lain beberapa
responden menjawab biaya penawaran dan asuransi pihak ketiga tidak
berpengaruh pada estimasi biaya tidak langsung pada harga penawaran.
b. Mekanisme Kontraktor Dalam Menetapkan Besarnya Komponen-
komponen Estimasi Biaya Tidak Langsung
Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui mekanisme apa yang
digunakan kontraktor dalam menetapkan besarnya komponen komponen estimasi
biaya tidak langsung pada harga penawaran. Berdasarkan hasil survei yang dapat
dilihat pada Tabel IV.4 di bawah metode yang dipakai dalam menetapkan besaran
67
komponen-komponen tersebut adalah dengan persentase nilai dan nilai tertentu.
Komponen-komponen yang dihitung dengan menggunakan persentase nilai
adalah pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya umum, risiko dan overhead. Berikut
penjelasan mengenai berapa besarnya persentase komponen-komponen terserbut
yang ditetapkan oleh kontraktor.
68
Tabel IV.4 Metode Yang Digunakan Dalam Estimasi Komponen Biaya Tidak
Langsung
% Nilai Persentase Nilai Tertentu Persentase Lainnya Persentase
Pajak Penghasilan (PPh)8 38.10% 1 4.76%
0 0%Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 8 38.10% 1 4.76% 0 0%Pajak Upah 6 28.57% 1 4.76% 0 0%Lainnya: Subkontraktor. 2 9.52% 0 0% 0 0%
Penawaran7 33.33% 1 4.76%
0 0%Pelaksanaan 6 28.57% 1 4.76% 0 0%Pembayaran 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Uang Muka 7 33.33% 1 4.76% 0 0%Lainnya:Retensi. Pemeliharaan 0 0% 0 0% 0 0%
Asuransi Proyek (CAR) 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Asuransi Pihak Ketiga 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Asuransi Tenaga Kerja 4 19.05% 1 4.76% 0 0%J amsostek 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Lainnya: Angkutan mineral. 0 0% 0 0% 0 0%
Operasional Kendaraan 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Operasional Peralatan 2 9.52% 1 4.76% 0 0%Pemeliharaan Kendaraan 4 19.05% 2 9.52% 0 0%Pemeliharaan Peralatan 3 14.29% 0 0% 0 0%Biaya Perlengkapan Rumah Tangga 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Retribusi/ I jin 2 9.52% 1 4.76% 0 0%Biaya Keberhasilan Proyek 2 9.52% 0 0% 0 0%Biaya Keamanan Proyek 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Lainnya: Biaya melancarkan proyek (uang pelicin).
0 0% 0 0%0 0%
Keuntungan (profit) 9 42.86% 1 4.76% 0 0%Biaya Tidak Terduga (contingency) 7 33.33% 1 4.76% 0 0%Lainnya: 0 0% 0 0% 0 0%
0 0%Direksi 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Gaji Karyawan Kantor 4 19.05% 3 14.29% 0 0%Sewa Kantor 1 4.76% 2 9.52% 0 0%Biaya Perlengkapan Kantor 2 9.52% 2 9.52% 0 0%Lainnya: Biaya makan dan minum. 0 0% 0 0% 0 0%
Biaya Administrasi Proyek 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Listrik, Air & Telepon Proyek 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Gaji Pegawai Proyek 4 19.05% 3 14.29% 0 0%Kantor Proyek 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Gudang 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Biaya Perlengkapan Camp. Karyawan 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Biaya Peralatan Proyek 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Biaya Cetak Gambar 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Biaya Engineering 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Biaya Pengujian 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Biaya Survei 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Kerja Ulang 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Lainnya: Dari nilai proyek untuk pemeliharaan selama 6 bulan.
1 4.76% - -0 0%
Asuransi:
Biaya Umum (General Condition):
No. Komponen Biaya Tidak LangsungMetode yang Digunakan
Resiko:
6a. Kantor:
1
2
Pajak:
Biaya J aminan (Bond):
Overhead:
b. Proyek:
3
4
5
69
1. Pajak
Jenis pajak yang diestimasi adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak upah dimana besarannya berkisar
antara 3-10%, 5-10%, dan 1.5-5%.
2. Biaya Jaminan (Bond)
Besarnya persentase komponen-komponen biaya jaminan berkisar antara
1-10% untuk biaya penawaran, 5-10% untuk biaya pelaksanaan dan 5-20%
untuk uang muka.
3. Asuransi
Besarnya persentase komponen-komponen asuransi berkisar antara 0.2-5%
untuk asuransi proyek, 0.2-2% untuk asuransi tenaga kerja dan 0.15-0.2%
untuk Jamsostek.
4. Biaya Umum (General Condition)
Besarnya persentase komponen-komponen biaya umum berkisar antara
0.2-0.8% untuk biaya operasional kendaraan, 0.002-0.005% untuk biaya
pemeliharaan kendaraan, dan 0.001% untuk biaya keamanan. Namun ada
beberapa kontraktor yang menghitung besarnya persentase biaya umum
secara keseluruhan terhadap komponen-komponen didalamnya, yaitu
berkisar antara 2-5%.
5. Risiko
Besarnya persentase komponen-komponen risiko berkisar antara 1-20%
untuk keuntungan (profit) dan 0.5-5% untuk biaya tak terduga
(contingency).
6. Overhead
Untuk overhead kantor, besarnya persentase berkisar antara 0.2-1% untuk
direksi, 0.3-1% untuk gaji karyawan kantor dan 0.001-0.003% untuk biaya
peralatan kantor. Sedangkan untuk overhead proyek, besarnya persentase
berkisar antara 0.01% untuk biaya administrasi proyek, 0.2% untuk biaya
listrik, air dan telepon, 0.05-1% untuk gaji karyawan proyek, 0.02% untuk
kantor proyek, 0.5-1% untuk gudang, 0.002% untuk biaya camp karyawan
proyek, 0.001-1% untuk biaya peralatan proyek, biaya cetak gambar, biaya
70
pengujian dan biaya survey, 0.05% untuk biaya kerja ulang, dan 0.02%
untuk biaya lainnya berupa biaya selama masa pemeliharaan proyek.
Komponen yang dihitung dengan metode nilai tertentu adalah beberapa
komponen biaya umum, overhead kantor dan biaya overhead proyek. Untuk
komponen biaya umum yang dihitung dengan metode nilai tertentu seperti biaya
operasional kendaraan dan biaya pemeliharaan kendaraan. Besarnya nilai tertentu
tersebut dihitung berdasarkan lamanya waktu pelaksanaan proyek yang
dikonversikan menjadi pengeluaran per bulan. Besarnya nilai tertentu tersebut
berkisar Rp.6000.000-12.000.000/bulan dan Rp. 500.000/bulan. Untuk komponen
biaya overhead kantor yang dihitung dengan metode nilai tertentu seperti gaji
karyawan kantor, biaya sewa kantor dan biaya perlengkapan kantor. Besarnya
nilai tertentu tersebut berkisar Rp.4000.000/bulan, Rp.40.000.000/bulan dan
Rp.500.000/bulan. Untuk komponen biaya overhead proyek yang dihitung dengan
metode nilai tertentu seperti biaya listrik, air dan telepon, gaji pegawai proyek,
biaya kantor proyek, gudang, biaya perlengkapan camp karyawan, biaya peralatan
proyek, dan biaya cetak gambar. Besarnya biaya tersebut dihitung per bulan dan
tergantung dari lamanya waktu pelaksanaan proyek. Besarnya biaya tersebut
berkisar Rp.15.000.000/bulan, Rp.3000.000/bulan, Rp.1.500.000/bulan,
Rp.1.200.000/bulan, Rp.1.500.000/waktu pelaksanaan proyek,
Rp.2.000.000/bulan, dan Rp.2.500.000/bulan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontraktor besar dan menengah
telah melakukann perhitungan besarnya komponen estimasi biaya tidak langsung
secara detail dan berdasarkan dengan pengalaman melaksanakan proyek
sebelumnya. Jika dikaitkan dengah hasil survei sebelumnya mengenai upaya
pengendalian biaya tidak langsung dengan laporan keuangan proyek, maka
laporan tersebut dapat dijadikan acuan kontraktor dalam mengestimasi biaya
proyek.
71
Berikut tabel rangkuman penelitian estimasi biaya tidak langsung. Tabel ini
merupakan rangkuman jawaban responden kontraktor menengah dan besar
berdasarkan pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner.
Tabel IV.5 Rangkuman Penelitian Bagian A. Informasi Umum
Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik KesimpulanInformasi Umum
Sebagian besar responden memiliki divisi estimasi biaya pada perusahaannya.
Sebagian besar responden memiliki latar belakang keilmuan teknik sipil.
Sebagian besar responden memiliki pengalaman di perusahaan, yaitu <5 tahun
dan 5- 10 tahun. Sebagian kecil dari responden memiliki pengalaman sebagai
profesional, yaitu <5 tahun dan >15 tahun.
Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar berpendidikan S1
dengan latar belakang keilmuan teknik sipil. Responden merupakan
estimator/engineer, staf engineer, kepala departemen terkait dengan
estimasi biaya, dan pemilik perusahaan, sehingga data yang
diperoleh pada penelitian ini dapat dipercaya.
Data Responden
Mengetahui tingkat kepercayaan terhadap responden, sejauh
mana responden dapat memberikan informasi terhadap
pertanyaan yang diberikan, apakah profil perusahaan dan
profil responden sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan
apakah responden adalah orang yang tepat sebagai perwakilan
dari perusahaan untuk diwawancara.
1Responden merupakan kontraktor
spesialis jalan, kontraktor umum, dan kontraktor yang pernah melaksanakan
proyek jalan yang terdiri dari 21 perusahaan konstruksi dengan
kualifikasi besar dan menengah. Responden sebagian besar memiliki
divisi estimasi biaya pada perusahaannya dimana sebagian
besar pegawainya memiliki tingkat pendidikan S1, D3, dan SMA dengan
pengalaman setiap personalnya merata, yaitu <5 tahun, 5- 10 tahun,
dan >10 tahun.
Data Perusahaan
Staf divisi estimasi memiliki pengalaman yang merata, yaitu <5 tahun, 5- 10 tahun, dan >10
tahun.
Sebagian besar staf di divisi estimasi biaya berpendidikan S1, D3, dan SMA.
Sebagian besar responden bersedia untuk melakukan wawancara lebih lanjut.
J abatan responden yang mengisi kuesioner sebagian besar adalah estimator/engineer, staf engineering, dan kepala departemen
terkait dengan estiamasi biaya.
Sebagian besar responden berpendidikan S1.
Kontraktor yang menjadi responden adalah kontraktor BUMN dan swasta nasional dengan
kualifikasi besar dan menengah.
Tabel IV.6 Rangkuman Penelitian Bagian B. Pemahaman Kontraktor Mengenai
Biaya Tidak Langsung
Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik Kesimpulan
Mengetahui apakan responden, kontraktor, mengerti tentang
biaya tidak langsung atau tidak.
2 Sebagian besar responden mengerti tentang biaya tidak langsung.
Sebagian besar responden mengerti tentang biaya tidak langsung karena bagian dari
pekerjaan mereka.
Sebagian besar responden mengerti tentang biaya tidak langsung karena
bagian dari pekerjaan mereka.
Biaya Tidak Langsung
72
Tabel IV.7 Rangkuman Penelitian Bagian C. Mekanisme Penetapan dan
Pengendalian Biaya Tidak Langsung
Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik Kesimpulan
Sebagian besar responden dapat membuat rekapitulasi pengeluaran dan
pemasukan biaya proyek dalam bentuk laporan keuangan proyek yang
digunakan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung. Keterbatasan tenaga ahli merupakan faktor utama mengapa
responden tidak melakukan pengendalian terhadap biaya tidak
langsung.
Responden yang tidak melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung
beralasan karena adanya keterbatasan tenaga ahli yang dimiliki perusahaan.
Sebagian besar responden melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung
melalui laporan keuangan proyek.
Estimasi Biaya Tidak LangsungSebagian besar responden
menganggap bahwa melakukan estimasi biaya tidak langsung berpengaruh besar- kecilnya
keuntungan yang akan diperoleh dan berguna untuk mengantisipasi biaya
resiko, sehingga menganggap penting untuk melakukan estimasi biaya tidak
langsung.
Sebagian besar responden menganggap penting estimasi biaya tidak langsung.
Sebagian besar responden yang menganggap penting estimasi biaya tidak langsung, karena beralasan dapat mempengaruhi keuntungan
dan berguna untuk mengantisipasi biaya resiko.
Sebagian besar responden menggunakan mekanisme % Nilai
terhadap total nilai kontrak dan nilai lainnya dalam mengestimasi besarnya
biaya tidak langsung dan mereka menganggap bahwa mekanisme penetapan biaya tidak langsung
tersebut sudah cukup efektif. Akan tetapi mekanisme yang dilakukan
terhadap total nilai kontrak dan nilai lainnya merepresentasikan satu hal, yaitu sesuai dengan tingkat resiko
proyek yang ditangani.
Sebagian besar responden menggunakan mekanisme % Nilai terhadap total nilai
kontrak dan biaya langsung.
Sebagian besar responden menganggap estimasi biaya tidak langsung yang telah dilakukan selama ini sudah efektif yang
diketahui dari adanya kesesuaian dengan resiko yang ditangani.
Karakteristik proyek merupakan faktor utama mengapa responden
membedakan mekanisme penetapan biaya tidak langsung karena masing-masing proyek dengan karakteristik yang berbeda memiliki tingkat resiko
yang berbeda- beda.
Sebagian responden membedakan mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada masing-
masing proyek dan faktor yang paling mempengaruhinya adalah karakteristik
proyek.
Sebagian besar responden sudah melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung.
3
Mengetahui bagaimana mekanisme kontraktor dalam
menetapkan biaya tidak langsung dan faktor- faktor apa
saja yang menjadi pertimbangannya.
Tabel IV.8 Rangkuman Penelitian Bagian D. Pengalaman Kontraktor Mengerjakan
Proyek Jalan
Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik Kesimpulan
Sebagian besar responden memiliki pengalaman dalam mengerjakan proyek jalan
adalah 5- 10 tahun.
Pengalaman Mengerjakan Proyek J alan
Sebagian besar responden dalam menangani proyek jalan berupa rehabilitasi jalan selama
dua tahun terakhir, jumlah proyek yang ditangani <5 proyek, nilai rata- rata
proyeknya adalah <5 M, proyek terbesar bernilai >10 M, lamanya proyek berjalan rata-rata 3- 6 bulan, dan jenis kontrak yang sering
digunakan adalah kontrak unit price.
J alan Rehabilitasi
Sebagian besar responden dalam menangani proyek jalan berupa pembangunan jalan baru
selama dua tahun terakhir, jumlah proyek yang sering ditangani adalah <5 proyek, nilai
rata- rata proyek 5- 10 M, nilai proyek terbesar >10 M, durasi rata- rata
penyelesaian proyek >6 bulan, dan jenis kontrak yang sering digunakan adalah
kontrak unit price.
J alan Baru
Sebagian besar responden memiliki pengalaman 5- 10 tahun dalam
mengerjakan proyek jalan dan jenis kontrak yang sering digunakan dalam
proyek jalan adalah kontrak unit price.
4
Mengetahui sejauh mana pengalaman responden,
kontraktor, selama melaksanakan proyek jalan.
73
Tabel IV.9 Rangkuman Penelitian Bagian E1. Komponen-Komponen Biaya Tidak
Langsung
Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik KesimpulanKomponen Biaya Tidak Langsung
Mekanisme Menetapkan Besarnya Komponen Biaya Tidak Langsung
Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam menetapkan besarnya biaya penawaran,
biaya pelaksanaan dan uang muka.
Sebagian besar responden beranggapan komponen overhead yang berpengaruh pada
harga penawaran adalah; untuk overhead kantor, yaitu fee direksi, dan gaji karyawan kantor; untuk overhead proyek, yaitu biaya administrasi proyek, listrik, air dan telepon
proyek, gaji pegawai proyek, kantor proyek, gudang, biaya engineering, biaya pengujian,
dan biaya survei.
Pajak
Biaya J aminan (Bond )
Asuransi
Biaya Umum (General Condition )
Resiko
Overhead
Sebagian besar responden beranggapan bahwa pajak yang masuk ke dalam komponen
biaya tidak langsung yang berpengaruh terhadap harga penawaran adalah Pajak
Penghasilan (PPh).
Sebagian besar responden beranggapan komponen biaya jaminan (Bond) yang
berpengaruh pada harga penawaran adalah biaya penawaran, biaya pelaksanaan, dan
uang muka. Namun sebagian besar responden yang menjawab beranggapan bahwa biaya pembayaran tidak berpengaruh pada harga
penawaran.
Sebagian besar responden beranggapan bahwa asuransi yang berpengaruh pada harga penawaran, yaitu Asuransi Proyek
(CAR), Asuransi Tenaga Kerja, dan J amsostek. Namun sebagian besar responden yang menjawab beranggapan asuransi pihak
ke tiga tidak berpengaruh pada harga penawaran.
sebagian besar responden beranggapan komponen biaya umum (general condition) yang berpengaruh pada harga penawaran adalah biaya operasional kendaraan, biaya peralatan, biaya pemeliharaan kendaraan,
dan biaya keamanan proyek.
Sebagian besar responden beranggapan bahwa besarnya keuntungan dan biaya tak
terduga (contigency) berpengaruh pada harga penawaran.
Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam
menetapkan besarnya biaya overhead baik di kantor maupun di proyek.
Sebagian besar responden yang menjawab, kontraktor, menggunakan mekanisme % Nilai dalam menetapkan besarnya komponen - komponen biaya
tidak langsung, yaitu pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya umum, resiko dan overhead. Penetapan besarnya % Nilai dihitung terhadap total proyek.
Mengetahui mekanisme responden, kontraktor, dalam
menetapkan besarnya komponen-komponen biaya tidak langsung
pada harga penawaran.
5
Pajak
Biaya J aminan (Bond )
Asuransi
Biaya Umum (General Condition )
Resiko
Overhead
Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam
menetapkan besarnya biaya asuransi proyek (CAR), asuransi tenaga kerja dan J amsostek.
Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam
menetapkan besarnya komponen- komponen biaya umum, yaitu biaya operasional
kendaraan, biaya operasional peralatan, biaya pemeliharaan kendaraan, biaya
pemeliharaan peralatan, biaya perlengkapan rumah tangga, dan biaya keamanan proyek.
Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam
menetapkan besarnya keuntungan (profit), dan biaya tak terduga (contigency).
Sebagian besar responden beranggapan bahwa pajak, biaya
jaminan (bond), asuransi, biaya umum (general condition), resiko, dan
overhead (kantor&proyek) adalah merupakan komponen- komponen
biaya tidak langsung yang berpengaruh pada harga penawaran.
Namun sebagian responden yang menjawab beranggapan bahwa biaya penawaran dan asuransi pihak ketiga
tidak berpengaruh pada harga penawaran.
Mengetahui komponen biaya tidak langsung apa saja yang
berpengaruh pada harga penawaran.
Sebagian besar responden menggunakan mekanisme % nilai terhadap Pajak
Penghasilan (PPh).
74
IV.7. Pemodelan Estimasi Biaya Tidak Langsung
Pada bagian ini dibahas mengenai pembuatan suatu model estimasi estimasi biaya
tidak langsung proyek jalan dengan menggunakan pendekatan statistik berupa
analisa regresi. Untuk membuat suatu model estimasi biaya tidak langsung
sebaiknya merujuk pada laporan biaya pelaksanaan proyek yang dimiliki oleh
kontraktor. Data laporan biaya pelaksanaan dapat merepresentaseikan secara
akurat biaya proyek konstruksi yang sebenarnya dan selanjutnya dapat dijadikan
sebagai acuan estimasi biaya untuk harga penawaran tender (Rahadian, 2010).
Pemodelan estimasi biaya tidak langsung dilakukan dengan menggunakan data
laporan biaya beberapa proyek jalan. Sebaiknya laporan biaya proyek yang
seharusnya digunakan adalah laporan biaya pelaksanaan proyek. Namun
kenyataannya selama melakukan survei, kontraktor sulit untuk memberikan
laporan biaya pelaksanaan proyek. Kontraktor hanya mau memberikan informasi
mengenai total nilai suatu proyek besarta nilai biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek serta karakteristik dari proyek tersebut. Informasi tersebut diperoleh
berdasarkan rekaman data historis yang dimiliki oleh responden dari kontraktor
besar dan menengah.
Jumlah data yang didapat dari hasil survei sebanyak 41 data proyek jalan di
beberapa Propinsi di Indoensia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Data yang diperoleh merupakan data biaya proyek yang berasal dari kontraktor
besar dan menengah terdiri dari kontraktor BUMN dan kontraktor swasta
nasional. Data ditampilkan dalam bentuk tabel yang berisikan informasi
karakteristik proyek, total nilai kontrak dan nilai biaya tidak langsung. Nilai biaya
tidak langsung yang diberikan oleh responden adalah jumlah dari biaya tidak
langsung yang dijabarkan dengan persen (%) nilai terhadap nilai proyek yang
mencakup risiko biaya tak terduga (contigency) dan keuntungan (profit).
Informasi karakteristik proyek yang diberikan mencakup jenis proyek, lokasi
proyek, tahun konstruksi, panjang jalan, jenis proyek berupa proyek rehabilitasi
jalan dan pembangunan jalan baru, dan waktu pelaksanaan proyek. Berikut data
proyek yang diperoleh dari hasil survei.
75
Tabel IV.10 Data Proyek Jalan Di Indonesia
Nilai Proyek Tahun Panjang Jalan Jenis (Rp) Kontrak (km) Proyek * )
1 Proyek J alan 1 130,000,000,000.00 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 2 900,000,000,000.00 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln3 Proyek J alan 3 40,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln4 Proyek J alan 4 29,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln5 Proyek J alan 5 75,000,000,000.00 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 6 16,000,000,000.00 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln7 Proyek J alan 7 75,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln8 Proyek J alan 8 26,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln9 Proyek J alan 9 2,416,695,051.00 8% DI Yogyakarta 2010 1.10 km Rehab. 4 Bln10 Proyek J alan 10 1,933,429,000.00 5% J awa Tengah 2009 - Rehab. 6 Bln11 Proyek J alan 11 2,358,358,000.00 8% J awa Tengah 2009 - Rehab. 6 Bln12 Proyek J alan 12 2,364,168,000.00 8% J awa Tengah 2008 - Rehab. 6 Bln13 Proyek J alan 13 1,034,326,000.00 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln14 Proyek J alan 14 1,107,107,000.00 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln15 Proyek J alan 15 1,268,789,000.00 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln16 Proyek J alan 16 7,898,000,000.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln17 Proyek J alan 17 1,669,998,000.00 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln18 Proyek J alan 18 1,014,877,000.00 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln19 Proyek J alan 19 1,705,705,000.00 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln20 Proyek J alan 20 1,027,027,000.00 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln21 Proyek J alan 21 1,933,933,000.00 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln22 Proyek J alan 22 5,699,049,503.00 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 180 hari23 Proyek J alan 23 15,698,572,000.00 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln24 Proyek J alan 24 6,311,000,000.00 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln25 Proyek J alan 25 5,273,217,273.00 19,94% Sumatera Utara 2009 1.5 km J ln Baru 5 bln26 Proyek J alan 26 12,996,914,259.00 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln27 Proyek J alan 27 9,521,906,575.00 4.50% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln28 Proyek J alan 28 12,093,800,105.00 3.80% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln29 Proyek J alan 29 5,273,217,273.00 5% J ambi 2009 2 km J alan baru -30 Proyek J alan 30 12,996,914,259.00 3% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 1 th31 Proyek J alan 31 9,521,906,575.00 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln32 Proyek J alan 32 12,093,800,105.00 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln33 Proyek J alan 33 14,900,000,000.00 4% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln34 Proyek J alan 34 9,521,906,575.00 3% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln35 Proyek J alan 35 12,093,800,105.00 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln36 Proyek J alan 36 14,900,000,000.00 4% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln37 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln38 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 3% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln39 Proyek J alan 39 14,900,000,000.00 23% Sumatera Barat 2010 8km J alan Baru -40 Proyek J alan 40 9,521,906,575.00 28% Sumatera Barat 2010 10km Rehab. -41 Proyek J alan 41 12,093,800,105.00 27% Sumatera Barat 2011 5km J alan Baru -
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Biaya Tidak Langsung ( Rp / % ) * ) Lokasi Waktu
76
Data proyek jalan yang diperlihatkan pada Tabel IV.10 di atas berasal dari proyek
jalan yang dikerjakan oleh kontraktor besar dan menengah selama lima tahun
terakhir terhitung dari tahun 2005 – tahun 2011. Dilihat dari besaran persentase
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek, maka terdapat beberapa proyek yang
memiliki besaran persentase biaya tidak langsung di luar data sampling. Idealnya
besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek adalah berbanding
terbalik, yaitu semakin besar nilai proyek maka semakin kecil rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek tersebut (Yusuf, 2010). Artinya biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek adalah berbanding lurus.
Proyek- proyek yang memiliki persentase biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek diluar dari data sampling yang ada adalah sebagai berikut:
Tabel IV.11 Proyek Jalan Diluar Populasi Data
Nilai Proyek Tahun Panjang Jalan Jenis (Rp) Kontrak (km) Proyek * )
1 Proyek J alan 25 5,273,217,273.00 19,94% Sumatera Utara 2009 1.5 km J ln Baru 5 bln2 Proyek J alan 39 14,900,000,000.00 23% Sumatera Barat 2010 8km J alan Baru -3 Proyek J alan 40 9,521,906,575.00 28% Sumatera Barat 2010 10km Rehab. -4 Proyek J alan 41 12,093,800,105.00 27% Sumatera Barat 2011 5km J alan Baru -
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Biaya Tidak Langsung ( Rp / % ) * ) Lokasi Waktu
Untuk mengurangi tingkat kesalahan (error sampling) dalam analisis regresi,
maka data tersebut dihilangkan. Jika dibandingkan dengan proyek lainnya, nilai
proyek terhadap persen (%) biaya tidak langsung tidak valid. Selain itu setelah
dilakukan penelusuran hasil kuesioner terhadap data tersebut, persentase biaya
tidak langsung yang diberikan oleh kontraktor merupakan persentase total dari
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.
Data proyek di atas diperoleh dari dokumen kontrak dan RAB kontraktor (data
fakta) dan dari hasil observasi berupa kuesioner dan wawancara. Sehingga dalam
menganalisis selanjutnya perlu dilakukan pengelompokan data menjadi dua
kelompok besar, yaitu data fakta dan data observasi. Masing-masing data tersebut
kemudian dinormalisasi menjadi kelompok data pada tahun yang sama, yaitu pada
Mei 2011. Normalisasi dilakukan pada nilai proyek setiap proyek jalan. Berikut
tahapan analisis model estimasi biaya tidak langsung ditampilkan dalam bentuk
bagan sebagai berikut:
77
Gambar IV. 29 Bagan Analisis Model Estimasi Biaya Tidak Langsung
Berdasarkan Data Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia (BPS,
2011) terjadi perbedaan kondisi ekonomi di Indonesia dari tahun 2005 hingga
tahun 20011. Berdasarkan besaran nilai inflasi tiap tahunnya, maka pada tahun
2005 dan tahun 2008 terjadi inflasi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 17.11 dan
11.06. Adanya perbedaan inflasi yang cukup tinggi pada tahun tersebut, maka data
kemudian dikelompokkan kembali menjadi dua kelompok, yaitu data kelompok
tahun 2005 dan 2008, dan data kelompok tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011.
Selanjutnya dari kelompok tahun tersebut data kemudian dikelompokkan kembali
menjadi dua kelompok proyek jalan berdasarkan jenis proyeknya, yaitu proyek
jalan baru dan proyek rehabilitasi jalan. Baru kemudian dilakukan analisis regresi
untuk masing-masing kelompok data tersebut. Analisis regresi yang dilakukan
dengan pendekatan regresi linier, eksponensial dan logaritmik. Kemudian dicari
nilai R kuadrat yang paling besar diantara ketiga pendekatan tersebut. Selanjutnya
dengan pendekatan regresi dengan nilai R kuadrat paling besar yang akan
ditetapkan sebagai model estimasi biaya tidak langsung yang paling mendekati
kondisi sebenarnya populasi.
Data Proyek Jalan
Data Hasil Observasi
Data Fakta
Kelompok Tahun2005 & 2008
Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009,
2010 & 2011
Jalan Baru
Rehabilitasi Jalan
Wilayah
Klasifikasi Kontraktor
WaktuPelaksanaan
Normalisasi Panjang Jalan
37 data proyek jalan di Indonesia
Normalisasi data dengan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Indonesia, BPS 2011
Sumatera & Jawa
Perlem LPJK No.11a Tahun 2008
≤ 5 bulan ≥ 6 bulan
Rp/KM
Pengelompokan tahun karena adanya perbedaan kondisi ekonomi
AnalisisRegresi
RegresiLinier
RegresiEksponensial
RegresiLogaritmik
Nilai R kuadrat paling besar
78
IV.7.1. Normalisasi Data
Normalisasi data dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan nilai moneter dari
nilai proyek dan biaya tidak langsung dari setiap data proyek jalan menjadi waktu
yang sama. Kontrak setiap proyek bervariasi dari tahun 2005 hingga 2011,
sehingga dibutuhkan kesamaan nilai jika data ingin dianalisis pada waktu tertentu.
Diasumsikan data dianalisis pada Mei 2011. Dalam melakukan normalisasi data
digunakan Data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Inflasi Bulanan Indonesia
Tahun 2005-2011. Data IHK yang digunakan adalah data IHK bulan Mei tahun
kontrak setiap proyek jalan. Berikut Data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan
Inflasi Bulanan Indonesia Tahun 2005-2011 ditampilkan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel IV.12 IHK dan Inflasi Bulanan Indonesia Tahun 2005-2011
IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi
Januari 118.53 1.43 138.72 1.36 147.41 1.04 158.26 1.77 113.78 -0.07 118.01 0.84 126.29 0.89
Februari 118.33 -0.17 139.53 0.58 148.32 0.62 159.29 0.65 114.02 0.21 118.36 0.30 126.46 0.13
Maret 120.59 1.91 139.57 0.03 148.67 0.24 160.81 0.95 114.27 0.22 118.19 -0.14 126.05 -0.32
April 121.00 0.34 139.64 0.05 148.43 -0.16 161.73 0.57 113.92 -0.31 118.37 0.15 125.66 -0.31
Mei 121.25 0.21 140.16 0.37 148.58 0.10 164.01 1.41 113.97 0.04 118.71 0.29 125.81 0.12
Juni 121.86 0.50 140.79 0.45 148.92 0.23 110.08*) 2.46*) 114.10 0.11 119.86 0.97 126.50 0.55
Juli 122.81 0.78 141.42 0.45 149.99 0.72 111.59 1.37 114.61 0.45 121.74 1.57
Agustus 123.48 0.55 141.88 0.33 151.11 0.75 112.16 0.51 115.25 0.56 122.67 0.76
September 124.33 0.69 142.42 0.38 152.32 0.80 113.25 0.97 116.46 1.05 123.21 0.44
Oktober 135.15 8.70 143.65 0.86 153.53 0.79 113.76 0.45 116.68 0.19 123.29 0.06
November 136.92 1.31 144.14 0.34 153.81 0.18 113.90 0.12 116.65 -0.03 124.03 0.60
Desember 136.86 -0.04 145.89 1.21 155.50 1.10 113.86 -0.04 117.03 0.33 125.17 0.92
Tingkat Inflasi 17.11 6.60 6.59 11.06 2.78 6.96 1.06*) Sejak Juni 2008, IHK didasarkan pada pola konsumsi pada survei biaya hidup di 66 kota tahun 2007 (2007=100)
Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia,
2005, 2006, 2007, Jan-Mei 2008 ( 2002=100 ), Juni - Desember 2008, 2009, 2010, 2011 ( 2007 = 100 )
Bulan2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
(Sumber: BPS, 2011)
Berikut contoh perhitungan normalisasi data proyek jalan:
Nilai Proyek Jalan 1 Tahun Kontrak 2007 = A = Rp. 130,000,000,000
CPI sesuai kontrak (Mei 2007) = B = 148.58
CPI Mei 2011 = C = 125.81
Nilai Proyek Jalan 1 Mei 2011 = D = A x (C/B)
= Rp. 130,000,000,000 x (125.81 / 148.58)
= Rp. 110,077,399,381
Jadi nilai Proyek Jalan 1 pada Mei 2011 adalah Rp. 110,077,399,381.
Untuk perhitungan selanjutnya ditabulasikan sebagai berikut:
79
Tabel IV.13 Data Proyek Jalan Setelah Normalisasi Data
No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Tahun Kontrak Lokasi CPI Sesuai Kontrak CPI Bulan Mei 2011 Nilai Proyek Bulan Mei 2011 (RP)1 Proyek J alan 1 130,000,000,000.00 2007 DKI J akarta 148.58 125.81 110,077,399,380.81 2 Proyek J alan 2 900,000,000,000.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 690,378,635,449.06 3 Proyek J alan 3 40,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 42,392,384,803.30 4 Proyek J alan 4 29,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 30,734,478,982.39 5 Proyek J alan 5 75,000,000,000.00 2009 J awa Barat 113.97 125.81 82,791,524,085.29 6 Proyek J alan 6 16,000,000,000.00 2009 J awa Barat 113.97 125.81 17,662,191,804.86 7 Proyek J alan 7 75,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 79,485,721,506.19 8 Proyek J alan 8 26,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 27,555,050,122.15 9 Proyek J alan 9 2,420,000,000.00 2010 DI Yogyakarta 118.71 125.81 2,564,739,280.60 10 Proyek J alan 10 2,358,358,000.00 2009 J awa Tengah 113.97 125.81 2,603,360,708.78 11 Proyek J alan 11 1,935,450,000.00 2009 J awa Tengah 113.97 125.81 2,136,518,070.54 12 Proyek J alan 12 2,364,168,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 1,813,523,419.79 13 Proyek J alan 13 1,034,236,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 793,349,376.01 14 Proyek J alan 14 7,898,000,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 6,058,456,069.75 15 Proyek J alan 15 1,268,789,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 973,272,020.55 16 Proyek J alan 16 1,669,998,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 1,414,069,513.93 17 Proyek J alan 17 1,107,107,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 849,247,799.95 18 Proyek J alan 18 1,014,877,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 859,346,314.24 19 Proyek J alan 19 1,705,705,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 1,444,304,388.54 20 Proyek J alan 20 1,027,027,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 869,634,317.34 21 Proyek J alan 21 1,933,933,000.00 2005 J awa Tengah 121.25 125.81 2,006,664,830.76 22 Proyek J alan 22 5,699,049,503.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 4,371,668,910.26 23 Proyek J alan 23 15,698,572,000.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 12,042,176,350.95 24 Proyek J alan 24 6,311,000,000.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 4,841,088,409.24 25 Proyek J alan 26 12,996,914,259.00 2009 Sumatera Utara 113.97 125.81 14,347,124,532.11 26 Proyek J alan 27 9,521,906,575.00 2010 Sumatera Utara 118.71 125.81 10,091,408,189.71 27 Proyek J alan 28 12,093,800,105.00 2010 Sumatera Utara 118.71 125.81 12,817,125,694.63 28 Proyek J alan 29 5,273,217,273.00 2009 J ambi 113.97 125.81 5,821,035,931.53 29 Proyek J alan 30 12,996,914,259.00 2007 Sumatera Selatan 148.58 125.81 11,005,127,089.28 30 Proyek J alan 31 9,521,906,575.00 2008 Sumatera Selatan 164.01 125.81 7,304,134,297.91 31 Proyek J alan 32 12,093,800,105.00 2009 Sumatera Selatan 113.97 125.81 13,350,188,569.01 32 Proyek J alan 33 14,900,000,000.00 2009 Sumatera Selatan 113.97 125.81 16,447,916,118.28 33 Proyek J alan 34 9,521,906,575.00 2009 Sumatera Selatan 113.97 125.81 10,511,108,767.23 34 Proyek J alan 35 12,093,800,105.00 2010 Sumatera Selatan 118.71 125.81 12,817,125,694.63 35 Proyek J alan 36 14,900,000,000.00 2010 Sumatera Selatan 118.71 125.81 15,791,163,339.23 36 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 2011 Sumatera Selatan 125.81 125.81 9,521,906,575.00 37 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 2011 Sumatera Selatan 125.81 125.81 12,093,800,105.00
IV.7.2. Data Observasi
Definisi dari data observasi pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
hasil pengisian kuesioner dan wawancara. Responden dalam memberikan
informasi data tersebut tidak berdasarkan dokumen kontrak yang ada. Namun data
tersebut diambil dari rekapitulasi proyek yang telah dikerjakan, sehingga besarnya
persentase biaya tidak langsung terhadap nilai kontrak diberikan berdasarkan
perkiraan responden. Berikut data observasi yang diperoleh dari hasil survei.
80
Tabel IV.14 Data Observasi
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 2 690,378,635,449.06 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln3 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln4 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln5 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln7 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln8 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln9 Proyek J alan 22 4,371,668,910.26 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 180 hari10 Proyek J alan 23 12,042,176,350.95 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln11 Proyek J alan 24 4,841,088,409.24 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln12 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln13 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln14 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 5% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln15 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 4% J ambi 2009 2 km J alan baru -16 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 1 th17 Proyek J alan 31 7,304,134,297.91 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln18 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln19 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln20 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln21 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln22 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln23 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln24 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan Jenis ProyekWaktu
Penyeleasai
IV.7.3. Data Fakta
Definisi dari data fakta pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
responden berdasarkan pada dokumen kontrak dan RAB yang dimiliki oleh
kontraktor. Sehingga persentasi biaya tidak langsung yang diberikan terhadap
nilai proyek bukan berdasarkan perkiraan responden. Berikut data fakta yang
diperoleh dari hasil survei.
Tabel IV.15 Data Fakta
1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% J awa Tengah 2009 12.21 Rehab. 6 Bln3 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% J awa Tengah 2009 15 Rehab. 6 Bln4 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln5 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln6 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln7 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln8 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln9 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln10 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln11 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln12 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln13 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
IV.8. Analisis Regresi
81
Pada bagian ini, data biaya tidak langsung dan nilai proyek yang terdapat pada
Tabel IV.14 dan Tabel IV.15 dikelompokkan kembali dalam kelompok tahun.
selanjutnya dikelompokkan lagi dalam kelompok jenis proyek jalan, yaitu
kelompok jalan baru dan rehabilitasi jalan seperti pada Gambar IV.29. Analisis
regresi dilakukan pada setiap kelompok data observasi dan data fakta dengan
pendekatan regresi linier, eksponensial, dan logaritmik. Seperti telah dijelaskan di
atas, dalam menentukan model estimasi biaya tidak langsung berdasarkan pada
nilai R2 yang paling besar dari ketiga pendekatan tersebut.
IV.8.1. Analisis Regresi Data Observasi
Data observasi pada Tabel IV.14 di atas dikelompokkan dalam kelompok tahun
2005 dan 2008, dan kelompok tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hal ini dilakuakan karena adanya perbedaan
kondisi ekonomi yang cukup siknifikan pada tahun 2005 dan 2008.
Tabel IV.16 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2005 dan 2008
1 Proyek J alan 2 690,378,635,449.06 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln2 Proyek J alan 22 4,371,668,910.26 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 7 bln3 Proyek J alan 23 12,042,176,350.95 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln4 Proyek J alan 24 4,841,088,409.24 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln5 Proyek J alan 31 7,304,134,297.91 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
Tabel IV.17 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011
82
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln8 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln9 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln10 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln11 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 3.80% J ambi 2009 2 km J alan baru -12 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 1 th13 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln14 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln15 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln16 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln17 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln18 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln19 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang J alan
J enis Proyek
IV.8.1.1. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2005 dan 2008
Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2005 dan 2008 pada Tabel IV.16
tidak dapat dilakukan langsung, karena terdapat karakteristik data yang berbeda,
yaitu adanya data proyek jalan baru dan proyek rehabilitasi jalan. Selanjutnya data
dikelompokkan terlebih dahulu sesuai dengan jenis proyeknya.
a. Data Proyek Jalan Baru
Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek jalan
baru.
Tabel IV.18 Data Proyek Jalan Baru
1 Proyek J alan 2 690,378,635,449.06 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln2 Proyek J alan 24 4,841,088,409.24 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang J alan
J enis Proyek
Dari Tabel IV.18 dapat terlihat karakteristik proyek jalan berupa jalan baru di
Provinsi Jawa Barat. Data tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis karena
jumlah data yang sedikit. Besarnya rasio biaya tidak langsung terhadap proyek
rata-rata 5%. Rata-rata penyelesaian proyeknya adalah 9 bulan.
b. Data Proyek Rehabilitasi Jalan
83
Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek
rehabilitasi jalan.
Tabel IV.19 Data Proyek Rehabilitasi Jalan
1 Proyek J alan 22 4,371,668,910.26 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 7 bln2 Proyek J alan 23 12,042,176,350.95 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln3 Proyek J alan 31 7,304,134,297.91 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang J alan
J enis Proyek
Dari Tabel IV.19 dapat terlihat karakteristik proyek jalan berupa rehabilitasi jalan
di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sumatera Selatan. Data tersebut tidak
memungkinkan untuk dianalisis karena jumlah data yang sedikit. Rata-rata
besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek pada data tersebut
sebesar IV% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp.7,905,993,186.38. Waktu
penyelesaian proyek rata-rata sebesar 5.67 bulan dengan panjang jalan rata-rata
sebesar 5.87 km.
IV.8.1.2. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011
Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011
pada Tabel IV.17 tidak dapat dilakukan langsung karena terdapat karakteristik
data proyek jalan yang berbeda, yaitu proyek jalan baru dan proyek rehabilitasi
jalan. Selanjutnya data dikelompokkan terlebih dahulu sesuai dengan jenis
proyeknya.
a. Data Proyek Jalan Baru
Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek jalan
baru.
Tabel IV.20 Data Proyek Jalan Baru
1 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 3.80% J ambi 2009 2 km J alan baru -2 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln3 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln4 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
84
Dari tabel IV.20 di atas dapat terlihat karakteristik proyek jalan berupa jalan baru
di wilayah Sumatera. Data tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis karena
jumlah data yang sedikit. Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.20 adalah
rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 3.IV5% dengan
nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 11,895,505,IV91.01. Waktu penyelesaian
proyek rata-rata 6 bulan dengan panjang jalan rata-rata 1.87 km.
b. Data Proyek Rehabilitasi Jalan
Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek
rehabilitasi jalan.
Tabel IV.21 Data Proyek Rehabilitasi Jalan
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln8 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln9 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln10 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln11 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln12 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln13 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln14 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln15 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
Dari Tabel IV.21 di atas dapat dilihat karakteristik proyek jalan berupa proyek
rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera dan Jawa. Rata-rata persentase rasio biaya
tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 4% dengan nilai proyek rata-rata
sebesar Rp. 32,515,IV50,621.77. Waktu penyelesaian proyek rata-rata selama
6.13 bulan dengan rata-rata panjang jalan 15.66 km.
b.1. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Tahapan analisis regresi yang dilakukan untuk data pada Tabel IV.21 adalah data
biaya tidak langsung dan nilai proyek diplot dalam grafik pada program exel
dengan sumbu x adalah nilai proyek dan sumbu y adalah rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek dalam persentase. Tren yang terjadi adalah
semakin besar nilai proyek maka persen rasio biaya tidak langsung terhadap nilai
85
proyek semakin kecil. Artinya semakin besar nilai proyek makan semakin besar
juga nilai biaya tidak langsungnya terhadap nilai proyek tersebut. Analisis regresi
dilakukan untuk melihat kuat atau lemahnya hubungan diantara keduanya. Nilai
proyek sebagai variable bebas dan persen rasio biaya tidak langsung sebagai
variable terikat. Setelah diplot ke dalam grafik, maka dilakukan analisis regresi
untuk mencari hubungan antara rasio biaya tidak langsung dengan nilai proyek.
Berikut hasil ploting data ditampilkan dalam gambar.
1,000,000,000.00
100,000,000,000.00
10,000,000,000,000.00
0%1%2%3%4%5%6%
f(x) = 0.00792841267000423 ln(x) − 0.147354015196476R² = 0.339656748729246
Proyek Rehabilitasi Jalan
Rehabilitasi JalanLogarithmic (Rehabilitasi Jalan)
Nilai Proyek
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
Gambar IV.30 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek
Rehabilitasi Jalan di Indonesia
Dari Gambar IV.30 terlihat bahwa analisis regresi dengan R2 terbesar adalah
regresi logaritmik dengan persamaannya adalah Y = 0.0079 In(X) – 0.1IV7IV.
Besarnya nilai R2 = 0.3397. Hal ini berarti terdapatnya hubungan yang sangat
lemah antara nilai proyek sebagai variabel bebas dan rasio biaya tidak langsung
terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat. Namun demikian, model regresi
yang dihasilkan merupakan representasi dari data observasi yang diperoleh dari
hasil survei.
Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung dengan nilai R2 yang
memperlihatkan hubungan yang kuat, maka peneliti melakukan penghilangan data
86
pada Tabel IV.21. berikut data proyek jalan yang dihilangkan dalam Tabel di
bawah ini.
Tabel IV.22 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Yang Dihilangkan
1 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 3.80% J ambi 2009 2 km J alan baru -2 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln3 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln4 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang J alan
J enis Proyek
Jika data pada Tabel IV.22 diplot pada Gambar IV.30, maka data proyek jalan
tersebut merupakan data yang memiliki simpangan yang besar dibandingkan
dengan data lainnya. Sehingga jika data tersebut dihilangkan dari Gambar IV.30,
maka akan diperoleh model estimasi biaya tidak langsung yang baru sebagai
berikut.
1,0
00,000,0
00.00
10,0
00,000,0
00.00
100,0
00,000,0
00.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = 0.00748980371540869 ln(x) − 0.130992825320858R² = 0.713192373386093
Proyek Rehabilitasi Jalan
Proyek Rehabilitasi JalanLogarithmic (Proyek Rehabili-tasi Jalan)
Nilai Proyek (Rp)
Ra
sio
BT
L T
erh
ad
ap
Nil
ai
Pro
ye
k (
%)
Gambar IV.31 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan Di
Indoensia
Dari Gambar IV.31 di atas terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan berupa
persamaan regresi logaritmik Y = 0.0075In(X) – 0.131 dengan nilai R2 = 0.7132.
Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung
87
terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Namun konsekuensinya jumlah data
menjadi lebih sedikit dari sebelumnya, sehingga model estimasi biaya tidak
langsung tidak langsung tersebut dapat dikatakan valid sepenuhnya untuk
merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi
jalan di Indonesia.
b.2. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Wilayah
Analisis model estimasi biaya tidak langsung selanjutnya adalah berdasarkan
wilayah. Pengelompokan wilayah menjadi dua kelompok besar, yaitu wilayah
Sumatera dan Jawa. Hal ini dikarenakan jumlah data yang terbatas jika
pengelompokan data berdasarkan provinsi. Pengelompokan data berdasarkan
wilayah ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel IV.23 Data Proyek Rehabilitasi Jalan di Wilayah Sumatera
1 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln2 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln3 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln4 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln5 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln7 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln8 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang J alan
J enis Proyek
Tabel IV.24 Data Proyek Rehabilitasi Jalan di Wilayah Jawa
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
Dari Tabel IV.23 dan Tabel IV.24, data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek dan nilai proyek diplot dalam grafik Exel. Hasil ploting data untuk
wilayah Sumatera dan Jawa dapat dililhat pada gambar sebagai berikut.
88
1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 100,000,000,000.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = − 1.98129149798791E-12 x + 0.0584063343807252R² = 0.0693011148685329
Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Sumatera
Wilayah SumateraLinear (Wilayah Sumatera)
Nilai Proyek
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
Gambar IV.32 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi
Jalan Di Wilayah Sumatera
1,000,000,000.00
100,000,000,000.00
10,000,000,000,000.00
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = 3.58103725087184E-32 ln(x) + 0.05R² = 1.04770918425508E-29
Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Jawa
Wilayah JawaLogarithmic (Wilayah Jawa)
Nilai Proyek
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
Gambar IV.33 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi
Jalan Di Wilayah Jawa
Dari Gambar IV.32 dapat dilihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung pada
proyek rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera memiliki persamaan Y = -2E-12X +
0.0584 yang merupakan regresi linier dengan nilai R2 = 0.0693. Hal ini berarti
antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek
89
memiliki hubungan yang sangat lemah. Sehingga model estimasi biaya tidak
langsung tersebut tidak dapat dijadikan sebagai model dasar untuk mengestimasi
biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera.
Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.23 adalah rata-rata rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek untuk proyek rehabilitasi jalan di wilayah
Sumatera sebesar 3% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp.
12,129,126,080.20. Waktu penyelesaian proyek rata-rata selama 6.625 bulan
dengan rata-rata panjang jalan 6.36 km.
Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung dengan nilai R2
memperlihatkan hubungan yang kuat, maka data proyek rehabilitasi jalan pada
Tabel IV.23 ada yang dihilangkan. Berikut data yang dihilangkan ditampilkan
dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.25 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Sumatera yang Dihilangkan
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
pada Tabel IV.25, jika dilihat dari karakteristik proyeknya, khususnya pada
besarnya persentase biaya tidak langsung sebesar 2% dengan nilai proyek Rp.
10,091,408,189.71 tidak sesuai dengan tren yang ada dengan perbandingan
terbalik antara rasio biaya tidak langsung nilai proyek dengan nilai proyek. Selain
itu jika dibandingkan dengan proyek jalan lainnya, yaitu Proyek Jalan 34 dengan
nilai proyek yang hampir sama berkisar 10 M sekian, besarnya persentase biaya
tidak langsung adalah 4%.
90
Berikut hasil ploting setelah data Proyek Jalan 27 dihilangkan dalam gambar di
bawah ini.
1,0
00,000,0
00.00
10,0
00,000,0
00.00
100,0
00,000,0
00.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = 0.355538052055886 exp( − 1.86571841867581E-10 x )R² = 0.631639665793421
Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Sumatera
Wilayah SumateraExponential (Wilayah Sumatera)
Nilai Proyek (Rp)
Ra
sio
BT
L T
erh
ad
ap
Nil
ai
Pro
ye
k (
%)
Gambar IV.34 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan Di
Wilayah Sumatera
Pada Gambar IV.34 dapat terlihat bahwa model estimasi setelah adanya
penghilangan data Proyek Jalan 27, dihasilkan persamaan regresi eksponensial Y
= 0.3555e-2E-10X dengan nilai R2 = 0.6316. Hal ini berarti hubungan yang terbentuk
antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek
memiliki hubungan yang kuat. Adanya peningkatan R2 yang siknifikan dengan
persamaan regresi yang sama, yaitu regresi eksponensial. Model estimasi biaya
tidak langsung tersebut dapat merepresntasikan praktek estimasi biaya tidak
langsung proyek rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera. Namun model estimasi
tersebut tidak dapat dikatakan valid sepenuhnya, karena adanya keterbatasan
jumlah data.
Pada Gambar IV.33 dapat dilihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung pada
proyek rehabilitasi jalan di wilayah Jawa tidak memiliki hubungan sama sekali
antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai varibel terikat
dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Hal ini terlihat dari nilai R 2 = 0.
Persamaan model estimasi biaya tidak langsung berupa persamaan regresi
91
logaritmik, yaitu Y = 0.05. Hal ini terjadi karena persentase rasio biaya tidak
langsung untuk semua proyek rehabilitasi jalan bernilai 5%.
Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.23 adalah rata-rata rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek sebesar 5% dengan rata-rata nilai proyek sebesar
Rp.55,81IV,107,2IV0.71. Waktu pelaksanaan rata-rata 5.57 bulan dengan rata-
rata panjang jalan 26.28 km.
b.3. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Proyek
Analisis model estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berdasarkan
waktu pelaksanaan proyek dikelompokkan dalam dua kelompok waktu, yaitu ≤ 5
bulan dan ≥ 6 bulan. Pengelompokan data berdasarkan waktu pelaksanaan proyek
ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel IV.26 Data Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5 bulan
1 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln2 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln3 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln4 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
Tabel IV.27 Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 bulan
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln4 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln5 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln8 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln9 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln10 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln11 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
Dari Tabel IV.26 dapat dilihat karakterisitik proyek jalan berupa proyek
rehabilitasi jalan dengan waktu pelaksanaan proyek ≤ 5 bulan. data tersebut tidak
memungkinkan untuk dianalisis karena jumlah data yang sedikit. Informasi yang
dapat diperoleh dari tabel tersebut adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung
92
terhadap nilai proyek sebesar 4% dengan nilai proyek rata-rata Rp.
18,890,230,253.50. Waktu pelaksanaan proyek rata-rata 4.25 bulan dengan rata-
rata panjang jalan 9.425 km.
Dari Tabel IV.27 data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dan data
nilai proyek diplot dalam grafik Exel. Informasi yang dapat diperoleh adalah rata-
rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 4% dengan nilai
proyek rata-rata sebesar Rp. 37,470,076,210.24. Rata-rata waktu pelaksanaan
proyek adalah 6.81 bulan dengan rata-rata panjang jalan 17.93 km.
Berikut hasil ploting data tersebut diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
1,000,000,000.00
100,000,000,000.00
10,000,000,000,000.00
0%1%2%3%4%5%6%
f(x) = 0.00653701156228768 ln(x) − 0.113236774798907R² = 0.37391706479187
Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan
≥ 6 BulanLogarithmic (≥ 6 Bulan)
Nilai Proyek
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
Gambar IV.35 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
dengan Waktu Pengerjaan ≥ 6 Bulan
Dari Gambar IV.35 dapat dilihat bahwa antara rasio biaya tidak langsung terhadap
nilai proyek dengan nilai proyek pada proyek rehabilitasi jalan dengan waktu
pengerjaan ≥ 6 bulan memiliki hubungan yang sangat lemah. Persamaan dari
model estimasi tersebut adalah Y = 0.0065 In(X) – 0.1132 yang merupakan
persamaan regresi logaritmik. Besarnya nilai R2 adalah 0.3739.
Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung yang memperlihatkan
hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
93
dengan nilai proyek, maka dilakukan penghilangan data proyek jalan pada Tabel
IV.27 berikut data yang dihilangkan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.28 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan
Yang Dihilangkan
1 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln2 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln3 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln4 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln
Waktu Penyeleasaian
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)
Tahun Kontrak
Panjang Jalan
Jenis Proyek
Data pada Tabel IV.28 jika dilihat pada Gambar IV.35 adalah data proyek jalan
yang memiliki simpangan terbesar jika dibandingkan dengan data lainnya.
Sehingga jika data pada tabel IV.27 diplot kembali dalam grafik, maka dihasilkan
grafik model estimasi biaya tidak langsung sebagai berikut.
1,000,0
00,000.0
0
100,000,000,0
00.00
10,000,0
00,000,0
00.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = 0.00410043956655854 ln(x) − 0.0524265115255151R² = 0.729921492621778
Proyek Rehabilitasi Jalan Dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan
Waktu Pelaksanaan ≥ 6 BulanLogarithmic (Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL
Ter
had
ap N
ilai
Pro
yek
(%
)
Gambar IV.36 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan
Dari Gambar IV.36 dapat dilihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang
dihasilkan setelah adanya penghilangan data proyek. persamaan yang dihasilkan
berupa persamaan regresi logaritmik Y = 0.004In(X) – 0.052 dengan nilai R2 =
0.729. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Jika dibandingkan dengan
nilai R2 sebelum adanya penghilangan data adanya peningkatan yang siknifikan
94
dengan persamaan regresi yang sama. Model estimasi biaya tidak langsung
tersebut dapat merepresentasikan estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi
jalan dengan waktu pelaksanaan ≥ 6 bulan. Namun hasil tersebut belum dapat
dikatakan valid sepenuhnya, karena adanya keterbatasan jumlah data.
b.4. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Kualifikasi Kontraktor
Analisis model estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan
berdasarkan kualifikasi kontraktor merujuk pada Peraturan Lembaga LPJK
No.11a Tahun 2008 Pasal 10 tentang Registrasi Usaha Konstruksi. Pada peraturan
lembaga tersebut kualifikasi kontraktor dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yaitu kualifikasi kecil, menengah dan besar serta terdiri dari 7 grade. Seperti telah
dijelaskan pada Sub Bab II.6. untuk kontraktor kecil terdiri dari grade 2-grade 4,
kontraktor menengah terdiri dari grade 5 dan kontraktor besar terdiri dari grade 6
dan 7.
Pada penelitian ini, data pada Tabel IV.21 dikelompokkan dalam kualifikasi
kontraktor sesuai dengan nilai kontrak proyek yang masuk dalam kualifikasi
mana. Berdasarkan nilai kontrak, maka data tersebut masuk dalam kelompok
kontraktor kualifikasi besar grade 6 dan 7. Berikut pengelompokan data
ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.29 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6
1 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln Grade 62 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln Grade 63 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln Grade 64 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln Grade 65 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln Grade 66 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln Grade 67 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln Grade 68 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln Grade 69 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln Grade 6
Lokasi (Provinsi) Tahun KontrakPanjang
Jalan Jenis
ProyekWaktu
PenyeleasaianNo. Nama Proyek
Karakteristik ProyekKualifikasi KontraktorNilai Proyek (Rp)
Biaya Tidak Langsung (% )
Tabel IV.30 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7
95
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln Grade 72 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln Grade 73 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln Grade 74 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln Grade 75 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln Grade 76 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln Grade 7
Kualifikasi KontraktorNilai Proyek (Rp)
Biaya Tidak Langsung (% )
Lokasi (Provinsi) Tahun KontrakPanjang
Jalan Jenis
ProyekWaktu
PenyeleasaianNo. Nama Proyek
Karakteristik Proyek
Dari Tabel IV.29 dan Tabel IV.30 data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek dengan data nilai proyek diplot dalam grafik exel kemudian dianalisis
regresi. Berikut hasil ploting ditampilkan dalam gambar di bawah ini.
1,000,000,000.00
10,000,000,000.00
100,000,000,000.00
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = 1.08793860281988E-12 x + 0.0222465182084583R² = 0.046311459111942
Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6
Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6Linear (Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.37 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6
96
1,000,000,000.00
100,000,000,000.00
10,000,000,000,000.00
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = 0.05 exp( 0 x )R² = NaN
Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7
Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7Exponential (Kontraktor Kuali-fikasi Besar Grade 7)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.38 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7
Dari Gambar IV.37 terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan memiliki
persamaan regresi linier Y = 1E-12 X + 0.02222 dengan R2 = 0.0463. Hal ini
berarti tidak terdapat hubungan antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Model
estimasi tersebut tidak dapat merepresentasikan hubungan antara biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek. Namun informasi yang dapat diperoleh dari Tabel
IV.29 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 4%
dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 12,743,911,160.72. Waktu pelaksanaan
proyek rata-rata 6.22 bulan dengan rata-rata panjang jalan 8.33 km.
Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung yang memperlihatkan
hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
dengan nilai proyek, maka data pada Tabel IV.29 ada yang dihilangkan. Berikut
data yang dihilangkan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
97
Tabel IV. 31 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6
Yang Dihilangkan
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln Grade 72 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% Jawa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln Grade 73 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% Jawa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln Grade 74 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% Jawa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln Grade 75 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% Jawa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln Grade 76 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% Jawa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln Grade 7
Kualifikasi KontraktorNilai Proyek (Rp)
Biaya Tidak Langsung (% )
Lokasi (Provinsi) Tahun KontrakPanjang
Jalan Jenis
ProyekWaktu
PenyeleasaianNo. Nama Proyek
Karakteristik Proyek
Dari Tabel IV.31 dapat dilihat bahwa jika data proyek jalan tersebut dilihat pada
grafik Gambar IV.37, maka merupakan data yang memiliki simpangan besar.
Selain itu jika dilihat kembali karakteristik proyeknya persentase biaya tidak
langsung kedua proyek tidak sesuai dengan tren yang terjadi, yaitu semakin besar
nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek semakin kecil.
Jika dibandingkan dengan data lainnya maka persentase biaya tidak langsungnya
tidak valid terhadap nilai proyek.
Berikut hasil ploting data pada Tabel IV.29 setelah dihilangkan data Proyek Jalan
6 dan Proyek Jalan 27 ditampilkan dalam gambar dibawah ini.
Gambar IV.39 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Pada Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6
Dari Gambar IV.39 terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang
dihasilkan berupa persamaan regresi eksponensial Y = 0.355e-2E-10x dengan nilai R2
= 0.631. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyeknya. Jika dibandingkan dengan
nilai R2 pada Gambar IV.37 adanya peningkatan yang siknifikan terhadap nilai R2.
98
Model estimasi biaya tidak langsung tersebut dapat merepresentasikan praktek
estimasi biaya tidak langsung proyek rehabiiitasi jalan pada kontraktor besar
grade 6. Namun model tersebut belum dapat dikatakan valid sepenuhnya karena
adanya keterbatasan jumlah data.
Dari Gambar IV.38 terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan memiliki
persamaan regresi eksponensial Y = 0.05e6E-26X dengan R2 = -2E-15. Hal ini berarti
tidak terdapat hubungan antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
sebagai variabel terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Model
estimasi tersebut tidak dapat merepresentasikan hubungan antara biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek. Sedangkan informasi yang dapat diperoleh dari
Tabel IV.27 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
sebesar 5% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 62,172,759,813.35. Waktu
pelaksanaan proyek rata-rata 6 bulan dengan rata-rata panjang jalan 26.5 km.
b.5. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Normalisasi Panjang Jalan
Data yang dinormalisasi adalah data nilai proyek terhadap panjang jalan dari
proyek tersebut. Analisis model estimasi biaya tidak langsung ini bertujuan untuk
melihat hubungan besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
dengan panjang jalan tertentu. Sehingga dapat diketahui dengan nilai proyek per
panjang jalan tertentu berapa besar biaya tidak langsungnya. Data normalisasi
nilai proyek terhadap panjang jalan pada proyek rehabilitasi jalan ditampilkan
dalam tabel sebagai berikut.
99
Tabel IV.32 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Berupa Normalisasi Nilai Proyek
Terhadap Panjang Jalan
1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% 42 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% 103 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% 44 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% 535 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% 256 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% 537 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% 358 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% 3.79 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% 2.610 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% 3.511 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% 2012 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% 2.2513 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% 1214 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% 515 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% 1.9
875,925,730.60 2,563,425,138.93 6,365,157,950.00
787,287,146.35 3,877,601,224.90 3,881,310,842.20 3,662,035,912.75 550,256,354.46 5,933,417,141.78
27,519,349,845.20 4,239,238,480.33 7,683,619,745.60 1,562,104,228.02 706,487,672.19 1,499,730,594.46
Normalisasi Nilai Proyek Terhadap Panjang J alan (Rp/ KM)
No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Biaya Tidak
Langsung (% )Panjang Jalan (KM)
Dari Tabel IV.32 data data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
dengan data normalisasi nilai proyek terhadap panjang jalan diplot dalam grafik
exel kemudian dianalisis regresi. Berikut hasil ploting ditampilkan dalam gambar
di bawah ini.
1 10 1000%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = − 0.00128571428571429 x + 0.051952380952381R² = 0.25954606141522
Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan
Normalisasi Panjang JalanLinear (Normalisasi Panjang Jalan)
Nilai Proyek (Rp/KM)
Ras
io B
TL
Ter
had
ap N
ilai
Pro
yek
(%
)
Gambar IV.40 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Berupa Normalisasi Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan
Dari Gambar IV.40 terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan memiliki
persamaan linier Y = -0.0013X + 0.052 dengan R2 = 0.2595. Hal ini berarti
terdapat hubungan yang sangat lemah antara rasio biaya tidak langsung terhadap
100
nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas.
Walaupun terdapat hubungan yang sangat lemah, model estimasi tersebut tidak
dapat merepresentasikan hubungan antara rasio biaya tidak langsung terhadap
nilai proyek yang dapat merefleksikan nilai biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek per panjang jalan tertentu. Sedangkan informasi yang dapat diperoleh dari
Tabel IV.32 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
sebesar 4% dengan nilai proyek per panjang jalan rata-rata sebesar Rp.
4,780,463,200.52.
Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung yang memperlihatkan
hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
dengan nilai proyek, maka data proyek jalan pada Tabel IV.32 ada yang
dihilangkan. Berikut data proyek jalan ditampilkan dalam table di bawah ini.
Tabel IV.33 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Berupa Nilai Proyek Terhadap Panjang
Jalan Yang Dihilangkan
Data yang dihilangkan adalah data yang memiliki simpangan besar. Berikut hasil
ploting Tabel IV.32 setelah dihilangkan data proyek jalan seperti pada Tabel
IV.33.
101
100,0
00,000.0
0
1,0
00,000,0
00.00
10,0
00,000,0
00.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
f(x) = − 0.00388965567889679 ln(x) + 0.130028372658062R² = 0.794366338807484
Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan
Nilai Proyek Terhadap Panjang JalanLogarithmic (Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan)
Axis Title
Axis Title
Gambar IV.41 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Berupa Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan
Dari Gambar IV.41 terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang
dihasilkan berupa persamaan regresi logaritmik Y = -0.00In(X) + 0.13 dengan
nilai R2 = 0.794. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya
tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyeknya. Jika dibandingkan
dengan nilai R2 pada Gambar IV.40 terdapat peningkatan nilai R2 yang siknifikan.
Model estimasi biaya tidak langsung tersebut dapat merepresentasikan praktek
estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berupa nilai proyek
terhadap panjang jalannya. Namun model tersebut belum dapat dikatakan valid
sepenuhnya karena adanya keterbatasan jumlah data.
IV.8.2. Analisis Regresi Data Fakta
Data fakta pada Tabel IV.15 di atas dikelompokkan dalam kelompok tahun 2005
dan 2008, dan kelompok tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011. Hal ini
dilakuakan karena adanya perbedaan kondisi ekonomi yang cukup siknifikan pada
tahun 2005 dan 2008. Berikut pengelompokan data fakta berdasarkan perbedaan
kondisi ekonomi yang terjadi dari tahun 2005 hingga 2011 ditampilkan dalam
tabel di bawah ini.
102
Tabel IV.34 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2005 dan 2008
1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln2 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln3 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln4 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln5 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
Tabel IV.35 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011
1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% J awa Tengah 2009 12.21 Rehab. 6 Bln3 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% J awa Tengah 2009 15 Rehab. 6 Bln4 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln5 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln6 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln7 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln8 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
IV.8.2.1. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2005 dan 2008
Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2005 dan 2008 pada Tabel IV.29
hanya mencakup karakteristik data proyek rehabilitasi jalan.
a. Data Proyek Rehabilitasi Jalan
Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.34 adalah data proyek rehabilitasi
jalan merupakan representasi proyek rehabilitasi jalan di Provinsi Jawa Tengah.
Rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai
proyek rata-rata sebesar Rp. 1,286,193,477.20 serta lamanya pelaksanaan proyek
rata-rata 3.5 bulan.
a.1. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Data proyek rehabilitasi jalan pada Tabel IV.34 yang diplot dalam grafik exel
berupa data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel tetap
dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan
dalam gambar di bawah ini.
103
100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
f(x) = 0.0365691377653055 exp( 3.68322099852475E-10 x )R² = 0.883515075523234
Proyek Rehabilitasi Jalan
Rehabilitasi JalanExponential (Rehabilitasi Jalan)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.42 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi
Jalan
Dari Gambar IV.42 di atas terlihat bahwa persamaan yang dihasilkan dari grafik
tersebut berupa persamaan regresi eksponensial Y = 0.0366e4e-10X dengan nilai R2
= 0.8835. Hal ini berarti bahwa model estimasi biaya tidak langsung proyek
rehabilitasi jalan untuk data fakta dapat merepresentasikan hubungan antara rasio
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Hubungan yang
terjadi sangat kuat dengan nilai R2 mendekati satu. Informasi yang dapat diperoleh
dari gambar tersebut adalah adanya hubungan terbalik antara rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek. Semakin besar nilai proyeknya maka rasio biaya
tidak langsungnya semakin kecil. Hal ini berarti besarnya biaya tidak langsung
linier dengan besarnya nilai proyek, yaitu semakin besar nilai proyek maka biaya
tidak langsung yang dibutuhkan akan semakin besar. Namun hal tersebut terbatas
pada jumlah data, sehingga model tersebut belum dapat dikatakan valid
sepenuhnya.
a.2. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Wilayah
Berdasarkan Tabel IV.34 terlihat bahwa data proyek rehabilitasi jalan hanya
mewakili satu provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah. Sehingga model estimasi
biaya tidak langsung Provinsi Jawa Tengah sama seperti model estimasi biaya
104
tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan pada pembahasan sebelumnya di
atas. berikut gambar grafik model estimasi biaya tidak langsung proyek
rehabilitasi jalan Provinsi Jawa Tengah.
100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
f(x) = 0.0365691377653055 exp( 3.68322099852475E-10 x )R² = 0.883515075523234
Proyek Rehabilitasi Jalan Di Provinsi Jawa Tengah
Rehabilitasi JalanExponential (Rehabilitasi Jalan)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.43 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi
Jalan Di Wilayah Jawa Tengah
Dari Gambar IV.43 terlihat model estimasi yang dihasilkan merupakan persamaan
regresi eksponensial Y = 0.0366e4e-10X dengan nilai R2 = 0.8835. Hal ini berarti
adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek dengan nilai proyek.
a.3. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Proyek
Analisis model estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berdasarkan
waktu pelaksanaan proyek dikelompokkan dalam dua kelompok waktu, yaitu ≤ 5
bulan dan ≥ 6 bulan. Pengelompokan data berdasarkan waktu pelaksanaan proyek
ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.
105
Tabel IV.36 Data Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5
Bulan
1 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln3 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln4 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
Tabel IV.37 Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 bulan
1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
Dari Tabel IV.36 dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai proyek rata-rata sebesar
Rp. 1,155,650,766.28 dan waktu pelaksanaan rata-rata selama 3.25 bulan. Dari
jumlah data yang sedikit tidak memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut. Sama
seperti pada Tabel IV.36, Tabel IV.37 memiliki jumlah data hanya satu proyek,
sehingga tidak memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.
a.4. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Berdasarkan Kualifikasi
Kontraktor
Analisis model estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan
berdasarkan kualifikasi kontraktor merujuk pada Peraturan Lembaga LPJK
No.11a Tahun 2008 Pasal 10 tentang Registrasi Usaha Konstruksi. Pada peraturan
lembaga tersebut kualifikasi kontraktor dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yaitu kualifikasi kecil, menengah dan besar serta terdiri dari 7 grade. Seperti telah
dijelaskan pada Sub Bab II.6. untuk kontraktor kecil terdiri dari grade 2-grade 4,
kontraktor menengah terdiri dari grade 5 dan kontraktor besar terdiri dari grade 6
dan 7.
Pada penelitian ini, data pada Tabel IV.21 dikelompokkan dalam kualifikasi
kontraktor sesuai dengan nilai kontrak proyek yang masuk dalam kualifikasi
mana. Berdasarkan pada nilai proyeknya sebelum dinormalisasi data proyek
106
termasuk dalam pekerjaan kontraktor kualifikasi menengah grade 5. Berikut data
ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.38 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontrakor Kualifikasi Menengah Grade 5
1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln Grade 52 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln Grade 53 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln Grade 54 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln Grade 55 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln Grade 5
Kualifikasi Kontraktor
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
Data pada Tabel IV.38 diplot dalam grafik exel dengan membandingkan rasio
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai
proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan dalam
gambar di bawah ini.
100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
f(x) = 0.0365691377653055 exp( 3.68322099852475E-10 x )R² = 0.883515075523234
Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5
Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5Exponential (Kontraktor Kuali-fikasi Menengah Grade 5)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.44 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5
Dari Gambar IV.44 dapat terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung
yang dihasilkan berupa persamaan regresi ekesponensial Y = 0.0366e4e-10X dengan
nilai R2 = 0.8835. Hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara rasio biaya
tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Hubungan ini dapat
merepresentasikan kondisi proyek jalan berupa proyek rehabilitasi jalan pada
kontraktor kualalifikasi menengah grade 5. Namun hal tersebut tidak dapat
dikatakan valid sepenuhnya karena adanya keterbatasan jumlah data.
107
a.5. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Normalisasi Nilai Proyek Panjang Jalan
Data yang dinormalisasi adalah data nilai proyek terhadap panjang jalan dari
proyek tersebut. Analisis model estimasi biaya tidak langsung ini bertujuan untuk
melihat hubungan besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
dengan panjang jalan tertentu. Sehingga dapat diketahui dengan nilai proyek per
panjang jalan tertentu berapa besar biaya tidak langsungnya. Data normalisasi
nilai proyek terhadap panjang jalan pada proyek rehabilitasi jalan ditampilkan
dalam tabel sebagai berikut.
Tabel IV.39 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Nilai Proyek Terhadap
Panjang Jalan
1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% 37.872 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% 1.83 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% 13.534 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% -5 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% -
47,888,128.33 440,788,007.71 62,767,760.53
- -
No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Biaya Tidak
Langsung (% )Panjang Jalan
(KM)Normalisasi Nilai Proyek
Terhadap Panjang Jalan (Rp/ KM)
Dari Tabel IV.39 di atas dengan kondisi jumlah data yang sedikit, maka tidak
memungkinkan untuk dianalisis berdasarkan nilai proyek terhadap panjang jalan.
Hal ini dikarenakan Proyek Jalan 15 dan Proyek Jalan 21 tidak memiliki informasi
mengenai panjang jalan, sehingga tidak valid dimasukkan dalam analisis data.
Informasi yang dapat diperoleh dari Proyek Jalan 12, 13 dan 14 adalah rata-rata
rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai proyek
rata-rata sebesar Rp. 1,152,063,211.21.
108
IV.8.2.2. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011
Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011
pada Tabel IV.35 hanya terdapat karakteristik data proyek jalan berupa proyek
rehabilitasi jalan.
a. Data Proyek Rehabilitasi Jalan
Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.35 adalah data proyek rehabilitasi
jalan merupakan representasi proyek rehabilitasi jalan di Provinsi DI Yogyakarta
dan Jawa Tengah. Rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
sebesar 7% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 2,305,103,659.12 serta
lamanya pelaksanaan proyek rata-rata 3.375 bulan.
a.1 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Data proyek rehabilitasi jalan pada Tabel IV.35 yang diplot dalam grafik exel
berupa data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel tetap
dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan
dalam gambar di bawah ini.
100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
f(x) = 0.025371142253163 ln(x) − 0.476248418004783R² = 0.804190075105889
Proyek Rehabilitasi Jalan
Proyek Rehabilitasi JalanLogarithmic (Proyek Rehabili-tasi Jalan)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.45 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi
Jalan
Dari Gambar IV.45 dapat terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung
yang dihasilkan berupa persamaan regresi logaritmik Y = 0.0245In(X) – 0.4762
109
dengan nilai R2 = 0.8042. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai
proyek sebagai variabel bebas. Model estimasi biaya tidak langsung ini dapat
merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan.
a.2. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Wilayah
Berdasarkan Tabel IV.35 terlihat bahwa data proyek rehabilitasi jalan mewakili
dua provinsi, yaitu Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Untuk data
proyek rehabilitasi jalan Provinsi DI Yogyakarta hanya diwakili oleh satu data
proyek jalan, yaitu Proyek Jalan 9. Dengan kondisi tersebut, maka analsis regresi
model estimasi biaya tidak langsung dianalisis berdasarkan wilayah, yaitu Jawa.
Sehingga model estimasi biaya tidak langsung wilayah Jawa sama seperti model
estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan pada pembahasan
sebelumnya di atas. berikut gambar grafik model estimasi biaya tidak langsung
proyek rehabilitasi jalan wilayah Jawa.
100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
f(x) = 0.025371142253163 ln(x) − 0.476248418004783R² = 0.804190075105889
Proyek Rehabilitasi Jalan Wilayah Jawa
Proyek Rehabilitasi JalanLogarithmic (Proyek Rehabili-tasi Jalan)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.46 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi
Jalan Di Wilayah Jawa.
Dari Gambar IV.46 terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang
dihasilkan berupa persamaan regresi logaritmik Y = 0.0245In(X) – 0.4762 dengan
nilai R2 = 0.8042. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya
110
tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek
sebagai variabel bebas. Model estimasi biaya tidak langsung ini dapat
merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung khususnya di wilayah
Jawa. Hal ini memperlihatkan bahwa antara rasio biaya tidak langsung terhadap
nilai proyek dengan nilai proyek memiliki hubungan berbanding terbalik,
sehingga semakin besar nilai proyek maka akan semakin besar biaya tidak
langsung yang dibutuhkan.
a.3. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Waktu Pelaksanaan
Analisis model estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berdasarkan
waktu pelaksanaan proyek dikelompokkan dalam dua kelompok waktu, yaitu ≤ 5
bulan dan ≥ 6 bulan. Pengelompokan data berdasarkan waktu pelaksanaan proyek
ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel IV.40 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Pada Waktu Pelaksanaan
Proyek ≤ 5 Bulan
1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln3 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln4 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln5 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
Tabel IV.41 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Pada Waktu Pelaksanaan
Proyek ≥ 6 Bulan
1 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln2 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
J alan (KM) J enis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.40 adalah rata-rata rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai proyek rata-rata Rp.
1,403,111,212.45 dan waktu pelaksanaan proyek rata-rata 3.2 bulan.
111
Dari Tabel IV.40 data proyek berupa rasio biaya tidak langsung terhadap nilai
proyek dan nilai proyek diplot dalam grafik exel. Berikut hasil ploting grafik
ditampilkan dalam gambar di bawah ini.
100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
f(x) = 1.81389576736208E-11 x + 0.0325490251059898R² = 0.937775983956064
Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5 Bulan
Waktu Pelaksanaan ≤ 5 BulanLinear (Waktu Pelaksanaan ≤ 5 Bulan)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.47 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5 Bulan
Dari Gambar IV.47 dapat dilihat bahwa persamaan regresi yang dihasilkan adalah
persamaan regresi linier Y = 2E-11X + 0.0325 dengan nilai R2 = 0.9378. Hal ini
berarti hubungan rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel
terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas memiliki hubungan yang sangat
kuat. Sehingga hal ini dapat merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak
langsung pada proyek rehabilitasi jalan dengan waktu pengerjaan ≤ 5 bulan.
Namun hal tersebut tidak dapat dikatakan valid sepenuhnya, karena adanya
keterbatasan jumlah data.
Pada Tabel IV.41 dengan kondisi jumlah data yang terbatas, maka tidak
memungkinkan data untuk dianalisis. Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel
IV.41 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 8%
dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 3,984,329,882.63 dan waktu
pelaksanaan proyek rata-rata selama 4 bulan.
112
a.4. Model Estimasi biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Kualifikasi Kontraktor
Analisis model estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan
berdasarkan kualifikasi kontraktor merujuk pada Peraturan Lembaga LPJK
No.11a Tahun 2008 Pasal 10 tentang Registrasi Usaha Konstruksi. Pada peraturan
lembaga tersebut kualifikasi kontraktor dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yaitu kualifikasi kecil, menengah dan besar serta terdiri dari 7 grade. Seperti telah
dijelaskan pada Sub Bab II.6. untuk kontraktor kecil terdiri dari grade 2-grade 4,
kontraktor menengah terdiri dari grade 5 dan kontraktor besar terdiri dari grade 6
dan 7.
Pada penelitian ini, data pada Tabel IV.35 dikelompokkan dalam kualifikasi
kontraktor sesuai dengan nilai kontrak proyek yang masuk dalam kualifikasi
mana. Berdasarkan pada nilai proyeknya sebelum normalisasi data proyek
termasuk dalam pekerjaan kontraktor kualifikasi menengah grade 5. Berikut data
ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.42 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Menengah
Grade 5
1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln Grade 52 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% J awa Tengah 2009 12.21 Rehab. 6 Bln Grade 53 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% J awa Tengah 2009 15 Rehab. 6 Bln Grade 54 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln Grade 55 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln Grade 56 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln Grade 57 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln Grade 58 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln Grade 5
Kualifikasi Kontraktor
No. Nama ProyekKarakteristik Proyek
Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak
Langsung (% ) Lokasi
(Provinsi)Tahun
KontrakPanjang
Jalan (KM) Jenis
ProyekWaktu
Penyeleasaian
Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.42 adalah rata-rata rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek sebesar 7% dengan nilai proyek rata-rata sebesar
Rp. 2,305,103,659.12 dengan waktu pelaksanaan proyek rata-rata 4.375 bulan.
Data pada Tabel IV.42 diplot dalam grafik exel dengan membandingkan rasio
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai
113
proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan dalam
gambar di bawah ini.
100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
f(x) = 0.025371142253163 ln(x) − 0.476248418004783R² = 0.804190075105889
Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5
Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5Logarithmic (Kontraktor Kuali-fikasi Menengah Grade 5)
Nilai Proyek (Rp)
Ras
io B
TL T
erha
dap
Nila
i Pro
yek
(%)
Gambar IV.48 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5
Dari Gambar IV.48 dapat dilihat bahwa persamaan model estimasi biaya tidak
langsung yang dihasilkan adalah persamaan regresi logaritmik Y = 0.0245In(X) –
0.4762 dengan nilai R2 = 0.8042. Hal ini berarti hubungan antara rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek
sebagai variabel bebas memiliki hubungan yang sangat kuat. Hal ini dapat
merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi
jalan kontraktor kualifikasi menengah grade 5.
a.5. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan
Berdasarkan Normalisasi Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan
Data yang dinormalisasi adalah data nilai proyek terhadap panjang jalan dari
proyek tersebut. Analisis model estimasi biaya tidak langsung ini bertujuan untuk
melihat hubungan besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek
dengan panjang jalan tertentu. Sehingga dapat diketahui dengan nilai proyek per
panjang jalan tertentu berapa besar biaya tidak langsungnya. Data normalisasi
nilai proyek terhadap panjang jalan pada proyek rehabilitasi jalan ditampilkan
dalam tabel sebagai berikut.
114
Tabel IV.43 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Normaliasai Nilai Proyek
Terhadap Panjang Jalan
1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% 1.12 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% 12.213 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% 154 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% -5 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% 16.566 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% -7 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% -8 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% -
- - -
2,328,396,967.14 174,798,289.51 173,557,380.59
- 77,357,148.45
No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Biaya Tidak
Langsung (% )Panjang Jalan
(KM)Normalisasi Nilai Proyek Terhadap
Panjang Jalan (Rp/ KM)
Dari Tabel IV.43 di atas dengan kondisi jumlah data yang sedikit, maka tidak
memungkinkan untuk dianalisis berdasarkan normalisasi nilai proyek terhadap
panjang jalan. Hal ini dikarenakan Proyek Jalan 15, 18, 19 dan Proyek Jalan 20
tidak memiliki informasi mengenai panjang jalan, sehingga tidak valid
dimasukkan dalam analisis data. Informasi yang dapat diperoleh dari Proyek Jalan
9, 10 11 dan Proyek Jalan 17 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap
nilai proyek sebesar 7% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp.
2,144,979,716.46.
IV.9. Pembahasan
Pada tahapan analisis data yang telah dilakukan di atas, bagian pertama berupa
identifikasi prinsip dan mekanisme praktek estimasi biaya tidak langsung pada
proyek jalan. Hasil survei memperlihatkan bahwa sebagian besar kontraktor
kualifikasi besar dan menengah mengerti dan memahami tentang biaya tidak
langsung. Hal ini dijelaskan dari adanya divisi estimasi baik di kontraktor besar
maupun kontraktor menengah. Jika dilihat dari personil estimasi yang dimiliki
oleh perusahaan, sebagian besar personil memiliki latar belakang pendidikan S1
dengan latar belakang kellmuan teknik sipil dan posisi mereka di perusahaan
sebagai estimator/engineer. Hal ini memperlihatkan bahwa kontraktor sudah
mapan dalam mengelola proyek konstruksi. Selain itu penjelasan lain pentingnya
kontraktor mengetahui biaya tidak langsung adalah merupakan bagian dari
pekerjaan mereka. Ini berarti kontraktor fokus dalam melakukan estimasi biaya
tidak langsung agar estimasi harga yang dihasilkan dapat menang dalam
115
penawaran. Alasan lainnya adalah agar kontraktor dapat mengatisipasi biaya
risiko dan dapat mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh.
Mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada proyek jalan dilakukan dengan
menetapkan persentase nilai dari nilai proyek keseluruhan. Besarnya persentase
nilai tersebut sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Catatan mengenai
proyek-proyek terdahulu menjadi faktor utama dalam menentukan besarnya
persentase nilai biaya tidak langsung tersebut. Sebagian besar kontraktor
kualifikasi besar dan menengah melakukan pengendalian biaya tidak langsung
setiap proyek melalui laporan keuangan proyek. Laporan keuangan proyek
berisikan arus keluar masuk uang yang terjadi pada suatu proyek. Hal ini berarti
kontraktor memiliki catatan laporan keuangan proyek-proyek yang dikerjakan dan
selanjutnya dijadikan sebagai alat untuk mengestimasi biaya tidak langsung
proyek selanjutnya. Berikut ini ditampilkan tabel perbandingan praktek estimasi
biaya tidak langsung antara proyek jalan dan proyek bangunan gedung di bawah
ini.
116
Tabel IV.44 Perbandingan Pratek Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek
Jalan dan Proyek Bangunan Gedung
117
Dari Tabel IV.44 terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan antara praktek
estimasi biaya tidak langsung pada proyek jalan dan proyek bangunan gedung.
Pertama adalah alasan kontraktor melakukan estimasi biaya tidak langsung. Pada
proyek jalan untuk mengantisipasi biaya risiko dan mempengaruhi besar
keuntungan yang diperoleh. Sedangkan pada proyek bangunan gedung hanya
untuk mengantisipasi biaya risiko.
Kedua adalah mekanisme penetapan biaya tidak langsung. Pada proyek jalan
menggunakan mekanisme persentase (%) nilai terhadap nilai kontrak, yang mana
nilai kontrak ini terdiri dari pajak (PPN+PPh) dan biaya langsung. Sedangkan
pada proyek bangunan gedung menggunakan mekanisme nilai tertentu terhadap
biaya langsung.
Ketiga adalah komponen-komponen estimasi biaya tidak langsung yang masuk
pada harga penawaran berupa komponen asuransi. Pada proyek jalan asuransi
yang masuk dalam harga penawaran adalah asuransi proyek (Construction All
Risk), asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Sedangkan pada proyek bangunan
gedung lebih kompleks dengan membagi jenis asuransi menjadi dua jenis, yaitu
asuransi internal berupa asuransi tenaga kerja, peralatan daan asuransi proyek,
asuransi yang mengcover proyek keseluruhan (construction all risk) serta asuransi
eksternal berupa asuransi third party liabilities.
Keempat adalah mekanisme penetapan komponen-komponen biaya tidak
langsung. Untuk proyek jalan mekanisme yang digunakan adalah persentasi nilai,
yaitu pada komponen pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya umum, risiko,
overhead kantor dan overhead proyek. Sedangkan pada proyek bangunan gedung
terdapat dua mekanisme yaitu dengan persentase (%) nilai dan nilai tertentu
terhadap biaya langsung. Untuk mekanisme penetapan dengan persentase (%)
nilai adalah komponen pajak, biaya jaminan, asuransi, risiko dan overhead kantor.
Sedangkan untuk mekanisme penetapan dengan nilai tertentu adalah komponen
biaya umum dan overhead kantor. Selain itu, perbedaan lainnya adalah besarnya
nilai untuk masing-masing komponen biaya tidak langsung. Pada proyek jalan
dapat diketahui besar nilai dari setiap komponennya. Sedangkan pada proyek
118
bangunan gedung masih sulit untuk mengetahuinya karena keterbatasan informasi
penelitian sebelumnya.
Bagian kedua berupa analisis permodelan estimasi biaya tidak langsung. Pada
proyek jalan model matematis yang dihasilkan berasal dari data observasi dan data
fakta. Model matematis yang dihasilkan dari data obervasi terdapat hubungan non
linier antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek.
Kecenderungan model matematis tersebut menggambarkan bahwa semakin besar
nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek semakin kecil.
Hal ini berarti besarnya biaya tidak langsung berbanding lurus terhadap nilai
proyek. Sedangkan model matematis yang dihasilkan dari data fakta terdapat
hubungan non linieer antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.
Kecenderungan model matematis tersebut menggambarkan bahwa semakin besar
nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek semakin besar.
Hal ini berarti besarnya biaya tidak langsung berbanding terbalik terbadap nilai
proyek.
Pada penelitian terdahulu model estimasi biaya tidak langsung yang dihasilkan
dari proyek bangunan gedung berupa data fakta yang diperoleh dari data historis
kontraktor berupa informasi total nilai suatu proyek, besarnya nilai biaya tidak
langsung dan informasi karakteristik proyek tersebut. Model matematis yang
dihasilkan terdapat hubungan non linier antara rasio biaya tidak langsung terhadap
nilai proyek dengan nilai proyek. Kecenderungan model matematis tersebut
menggambarkan bahwa semakin besar nilai proyek maka semakin kecil rasio
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek. Hal ini berarti semakin besar nilai
proyek maka semakin besar biaya tidak langsungnya.
Jika dibandingkan antara model estimasi biaya tidak langsung yang dihasilkan
dari proyek jalan dengan proyek bangunan gedung, maka adanya perbedaan
kecenderungan model matematis proyek jalan dengan proyek bangunan gedung.
Pada proyek jalan dan data fakta model matematis yang memiliki kecenderungan
model menggambarkan bahwa hubungan antara rasio biaya tidak langsung
terhadap nilai proyek dengan nilai proyek berbanding lurus. Sedangkan pada
119
proyek bangunan gedung model matematis yang dihasilkan memiliki
kecenderungan model menggambarkan bahwa hubungan antara rasio biaya tidak
langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek berbanding terbalik.
Bab V Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara umum terdapat perbedaan praktek estimasi
biaya tidak langsung pada proyek jalan dan proyek bangunan gedung. Pertama,
alasan kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung. Pada proyek
jalan alasan utama kontraktor adalah karena dapat mempengaruhi keuntungan dan
mengantisipasi biaya risiko. Sendangkan pada proyek bangunan gedung alasan
utamanya adalah untuk mengantisipasi biaya risiko. Hal ini berarti pada proyek
jalan kontraktor lebih sulit untuk menentukan besarnya keuntungan yang akan
diperoleh atau sebaliknya mengalami kerugian. jika dilihat dari karakteristik
proyek, maka proyek jalan memiliki ketidakpastian dan variasi yang lebih besar
karena belum dapat diketahui secara rinci dari spesifikasinya terutama pada
pekerjaan bawah tanah seperti sub base, base dan sub grade.
Kedua, mekanisme penetapan biaya tidak langsung. Pada proyek jalan mekanisme
yang digunakan berupa persen (%) nilai terhadap biaya langsung dan nilai proyek.
Sedangkan pada proyek bangunan gedung mekanisme yang digunakan berupa
nilai tertentu yang pada akhirnya besar nilai tersebut dijadikan sebagai proporsi
persentase biaya langsung.
Ketiga, komponen biaya tidak langsung yang masuk dalam harga penawaran
beruap komponen asuransi. Pada proyek jalan komponen asuransi berupa asuransi
proyek (Construction All Risk), asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Sedangkan
pada proyek bangunan gedung komponen asuransi lebih kompleks dengan
membagi jenis asuransi menjadi dua, yaitu: asuransi internal berupa asuransi
tenaga kerja, asuransi peralatan dan proyek, dan asuransi proyek (Construction All
Risk); dan asuransi eksternal berupa asuransi third party liabilities.
120
Keempat, mekanisme penetapan komponen-komponen biaya tidak langsung.
Untuk proyek jalan mekanisme yang digunakan adalah persen (%) nilai terhadap
biaya langsung dan nilai proyek untuk pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya
umum, risiko, dan overhead kantor dan proyek. Sedangkan pada proyek bangunan
gedung terdapat dua mekanisme, yaitu: Persen (%) nilai terhadap biaya langsung
untuk pajak, biaya jaminan, asuransi, risiko, dan overhead kantor dan proyek;
nilai tertentu terhadap biaya langsung untuk biaya umum dan overhead kantor.
Perbedaan lainnya adalah besarnya persentase komponen biaya tidak langsung
dapat diketahui dengan jelas untuk masing-masing komponen. Sedangkan pada
proyek bangunan gedung masih sulit untuk mengetahuinya karena keterbatasan
informasi penelitian sebelumnya.
Pada bagian lain dari penelitian ini ditemukan model estimasi biaya tidak
langsung proyek jalan berdasarkan data obesrvasi dan data fakta dari dokumen
kontrak dan RAB. Model yang dihasilkan pada proyek jalan memiliki kesamaan
dengan model yang dihasilkan pada protek bangunan gedung. Model tersebut
memiliki hubungan non linier. Namun terdapat perbedaan dari kecenderungan
model. Pada proyek jalan kecenderungan model menggambarkan bahwa rasio
biaya tidak langsung terhadap nilai proyek berbanding lurus, artinya semakin
besar nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung akan semakin besar.
Sedangkan pada proyek bangunan gedung, kecenderungan model
menggambarkan semakin besar nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung akan
semakin kecil.
V.2 Saran
Berikut ini saran yang diberikan terhadap hasil peneltian yang telah dilakukan:
a. Komponen-komponen biaya tidak langsung yang diidentifikasi dalam
peneltian ini dapat dijadikan informasi berupa referensi bagi kontarktor
dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung.
b. Model estimasi biaya tidak langsung yang dihasilkan belum dapat
merepresentasikan secara akurat mengenai praktek estimasi biaya tidak
langsung yang sebenarnya oleh kontraktor karena menggunakan data
121
berdasarkan pada dokumen kontrak dan RAB. Untuk mendapatkan model
estimasi yang lebih akurat sebaiknya pada penelitian selanjutnya
menggunakan data berdasarkan pada laporan aktual proyek dan jumlah
data yang banyak dengan karakteristik proyek yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of Cost engineering (AACE), (1992) Skills and Knowledge
of Cost Engineering, 3rd Edition, ACE, West Virginia.
Ang, A.H. dkk, (1992) Konsep-konsep Probabilitas dalam perencanaan dan
Perancangan Rekayasa-Prinsip-prinsip Dasar, Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Ang, A.H. dan Tang, W.H., (2007) Probability Concepts in Engineering 2nd
Edition, Wiley, United States of America.
Artikel non-personal, 2 Juli 2010, “Jenis – Jenis Kontrak dalam Konstruksi”,
http://iamnotthoseman.wordpress.com/2010/07/02/jenis-jenis-kontrak-
dalam-proyek-konstruksi-lanjutan/, diakses tanggal 8 Februari 2011.
Direktorat Jendral Bina Marga, (2006) Panduan Analisis Harga Satuan,
Pendukung Spesifikasi Umum Edisi Desember 2006, Departemen
Pekerjaan Umum.
L. Grant, Eugene, dkk., (2001) Dasar-Dasar Ekonomi Teknik, Jilid 1, Rineka
Cipta, Jakarta.
Latief, R., (2005) Kajian Kontrak Modified turn Key Sebagai Alternatif Pada
Penanganan Jalan Propinsi Jawa Barat, Tesis Program Magister,
Institut Teknologi Bandung.
Latupeirissa, Josefine Ernestine, (2005) Kerangka Penentuan Biaya Kontijensi Di
Dalam Pelaksanaan Konstruksi, Disertasi Proogram Doktor, Institut
Teknologi Bandung.
122
Liston, M. dan Patar, R., (2005) Implementasi Model Diekmann dan Girard untuk
Memprediksi Potensi Perselisihan Kontrak Pada Pelaksanaan Proyek
Jalan Nasional, Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung.
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, Peraturan Lembaga (Perlem) Nomor
11a Tahun 2008 Tentang Registrasi Usaha Jasa Konstruksi, LPJK,
Jakarta.
Muzayanah, Yannu, (2008) Pemodelan Proporsi Sumber Daya Proyek Konstruksi,
Tesis Program Magister, Universitas Diponegoro.
Oberlender, G. D. dan Peurifoy, R. L., (2002) Estimating Contsruction Costs,
McGrow-Hill Education, USA.
Pradoto, Rani G. K., (2010) Pemodelan Estimasi Komponen Biaya Tidak
Langsung Proyek Konstruksi, Laporan Penelitian Manajemen dan
Rekayasa Konstruksi, Insititut Teknologi Bandung.
PMI, (2000) A Giude to The Project Management Body of Knowlage, PMI
Standart, Pennsylvania.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun
2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, RI, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, Undang – Undang Jasa Konstruksi Nomor 18
Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, RI, Jakarta.
Rahadian, D., (2010) Kajian Terhadap Praktek Estimasi Biaya Tidak Langsung
Proyek Konstruksi Pada Perusahaan Kontraktor Menengah di Daerah
Bandung dan Jakarta, Tesis Program Magister, Institut Teknologi
Bandung.
Soemardi, Biemo W., (2010) Pengantar Studi Kajian Pengembangan Sistem
Penyelenggaraan Proyek Jalan Nasional Indonesia, Penelitian
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.
123
Statistik Badan Usaha Tahun 2008 Daftar Menurut Asosiasi Dan Golongan
www.lpjk.org. Di download tanggal 23 September 2009.
US Department of Energy, (1997), Cost Estimating Guide, DOE
Yusuf, D., (2010) Studi Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Konstruksi Pada
Perusahaan Konstraktor Kualifikasi Besar di Daerah Bandung dan
Jakarta, Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung.
124
LAMPIRAN I
Kuesioner Kajian Praktek Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Jalan
Di Indonesia
125
LAMPIRAN II
Rekapitulasi Hasil Penelitian
126
LAMPIRAN III
Bagan Alir Hasil Penelitian
127