66618457 Draft Tesis Dony3

180
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Komponen-komponen biaya konstruksi terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung (AACE, 1992). Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung dengan volume pekerjaan yang terdapat dalam pay item seperti biaya upah, biaya peralatan, biaya material, dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak terkait langsung dengan volume pekerjaan. Namun biaya tidak langsung berkontribusi dalam penyelesaian pekerjaan proyek yang mencakup biaya overhead, risiko, contingency, dan sebagainya. Estimasi biaya langsung dihitung berdasarkan perkalian harga satuan penawaran dengan volume pekerjaan yang mengacu pada gambar dan spesifikasi teknis, sedangkan perkiraan biaya tidak langsung tidak mudah dilakukan karena tidak adanya rujukan informasi yang akurat sebagaimana halnya dengan gambar dan spesifikasi teknis (Yusuf, 2010). Pada penelitian terdahulu mengenai pemodelan estimasi komponen biaya tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut: 1

Transcript of 66618457 Draft Tesis Dony3

Page 1: 66618457 Draft Tesis Dony3

Bab I Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Komponen-komponen biaya konstruksi terdiri dari biaya langsung dan biaya

tidak langsung (AACE, 1992). Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung

dengan volume pekerjaan yang terdapat dalam pay item seperti biaya upah, biaya

peralatan, biaya material, dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung adalah

biaya yang tidak terkait langsung dengan volume pekerjaan. Namun biaya tidak

langsung berkontribusi dalam penyelesaian pekerjaan proyek yang mencakup

biaya overhead, risiko, contingency, dan sebagainya.

Estimasi biaya langsung dihitung berdasarkan perkalian harga satuan penawaran

dengan volume pekerjaan yang mengacu pada gambar dan spesifikasi teknis,

sedangkan perkiraan biaya tidak langsung tidak mudah dilakukan karena tidak

adanya rujukan informasi yang akurat sebagaimana halnya dengan gambar dan

spesifikasi teknis (Yusuf, 2010).

Pada penelitian terdahulu mengenai pemodelan estimasi komponen biaya tidak

langsung proyek konstruksi bangunan gedung diperoleh suatu kesimpulan sebagai

berikut:

“Diperoleh adanya suatu pola karakteristik kontraktor dalam mengestimasi biaya

tidak langsung. Mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada kontraktor besar

dengan nilai tertentu dimana memiliki standar tersendiri diperusahaanya yang

ditetapkan berdasarkan dua hal diantaranya berdasarkan pengalaman proyek

sebelumnya dan perkiraan yang dilakukan oleh kontraktor. Kontraktor besar

menghitung komponen biaya tidak langsung satu persatu yang pada akhirnya nilai

tersebut dijadikan persentase terhadap biaya langsung sehingga setelah beberapa

proyek diestimasi kontraktor dapat menemukan suatu nilai yang menjadi

gambaran kasar berupa prosentase biaya tidak langsung. Pada kontraktor

menengah nilai tertentu diambil selain berdasarkan pengalaman proyek

sebelumnya juga berdasarkan standar tersendiri diperusahaannya seperti halnya

kontraktor besar, namun tidak seperti kontraktor besar terutama dalam hal

1

Page 2: 66618457 Draft Tesis Dony3

kelengkapan inventarisasi data proyek sebelumnya terutama proyek-proyek yang

khusus dan tingkat pengalaman serta sumberdaya manusia berupa tenaga ahli

yang terbatas di perusahaan. Sama halnya dengan kontraktor besar pada akhirnya

nilai tersebut dijadikan persentase terhadap biaya langsung. Pada kontraktor kecil

sebagian besar menetapkan nilai tertentu hanya berdasarkan pengalaman proyek

sebelumnya karena data historis proyek tidak terinventarisir dengan baik oleh

perusahaan dan pada akhirnya nilai tersebut diambil berupa persentase secara

umum terhadap biaya langsung untuk mempermudah penetapannya. Tidak

teridentifikasi secara detail komponen-komponen biaya tidak langsung apa saja

yang diperhitungkan, jadi hanya sebagai persentase perkiraan kasar yang sukses

pada proyek yang pernah dikerjakan sebelumnya” (Pradoto, 2010).

Beranjak dari kesimpulan penelitian tersebut, salah satu yang mempengaruhi

estimasi biaya tidak langsung pada proyek konstruksi adalah jenis kontrak

konstruksi yang terdapat pada dokumen proyek. Pada proyek bangunan gedung,

umumnya kontrak konstruksi yang digunakan adalah kontrak lump sum. Hipotesis

sementara bahwa pemodelan estimasi biaya tidak langsung setiap proyek

konstruksi berbeda-beda dikarenakan menggunakan kontrak konstruksi yang

berbeda. Pada proyek infrastruktur jalan kontrak konstruksi yang digunakan pada

umumnya adalah kontrak unit price (Soemardi, 2010).

Suatu survei pendahuluan mengenai estimasi biaya tidak langsung pada proyek

infrastruktur jalan telah diketahui bahwa estimasi biaya tidak langsung yang

dilakukan sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan memenangkan proyek

dalam proses pelelangan. Selain itu dengan melakukan estimasi biaya tidak

langsung secara tidak langsung dapat mengatasi resiko yang akan dihadapi dari

proyek tersebut. Pada umumnya penetapan besaran biaya tidak langsung

merupakan persentase dari total nilai proyek secara keseluruhan. Komponen biaya

tidak langsung yang sering digunakan oleh kontraktor jalan adalah pajak, jaminan,

asuransi, biaya umum, resiko, dan overhead.

Pada tahun 2008 jumlah kontraktor di Indonesia berdasarkan Asosiasi Kontraktor

Jalan Indonesia (AKJI) dan golongannya secara keseluruhan adalah sebesar 1.193

2

Page 3: 66618457 Draft Tesis Dony3

badan usaha dengan jumlah kontraktor kecil sebesar 921 badan usaha atau 77.20

%, kontraktor menengah sebesar 223 badan usaha atau 18.69 %, dan kontraktor

besar sebesar 49 badan usaha atau 4.10 % (LPJK, 2008). Dari data tersebut dapat

diketahui bahwa persaingan diantara kontraktor jalan pada tiap kualifikasinya

secara nasional begitu ketat. Dengan begitu ketatnya persaingan tersebut tentunya

untuk mendapatkan peluang pasar dan bertahan dalam dunia konstruksi nasional

sangat berat. Hal ini terutama terjadi pada kontraktor kualifikasi kecil dan

menengah dengan prosentase jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan

kontraktor kualifikasi besar. Untuk mendapatkan pasar konstruksi berupa proyek

konstruksi infrastruktur jalan yang dilelangkan, tentunya kontraktor harus pandai

dalam memenangkan setiap proses lelang yang diukutinya. Salah satu cara yang

dapat dilakukan kontraktor adalah dengan merancang dan mengajukan harga

penawaran yang kompetitif dan rancangan konstruksi yang baik. Isu dari salah

satu faktor tersebut adalah bagaimana cara untuk melakukan estimasi biaya

proyek dalam RAB yang diajukan dalam proses pelelangan, khususnya dalam

mengestimasi biaya tidak langsung pada proyek infrastruktur jalan. Namun

kendala utama dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung tersebut adalah

belum diperolehnya informasi yang pasti pada proyek non-gedung, khususnya

pada pekerjaan jalan.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahadian (2010) dan Yusuf

(2010) mengenai praktek estimasi komponen biaya tidak langsung pada proyek

bangunan gedung oleh kontraktor menengah dan besar di daerah Bandung dan

Jakarta, terdapat pola karakteristik estimasi biaya tidak langsung dengan

menentukan besarnya nilai biaya tidak langsung sebagai persentase dari biaya

langsung. Pada bagian lain dari penelitian mereka ditemukan pemodelan estimasi

biaya tidak langsung dengan model matematis regresi non linier yang memiliki

kecenderungan model menggambarkan hubungan semakin besar nilai kontrak

maka nilai persentase rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek akan

semakin kecil.

3

dony prastya kesuma, 09/24/11,
KSP: Merumuskan kembali masalah dengan tegas.
dony prastya kesuma, 09/24/11,
Rumusan masalah sudah diperbaiki.
Page 4: 66618457 Draft Tesis Dony3

Mekanisme penetapan biaya tidak langsung juga dipengaruhi oleh karakteristik

proyek konstruksi (Rahadian dan Yusuf, 2010). Hal ini berarti setiap proyek

konstruksi memiliki mekanisme yang berbeda satu dengan yang lain dalam

melakukan estimasi biaya tidak langsung. Jika dilihat dari karakteristik

proyeknya, proyek bangunan gedung pada umumnya memiliki tingkat

ketidakpastian dan variasi yang relatif lebih kecil karena volumenya telah dapat

diperkirakan dengan cukup akurat lewat spesifikasinya yang lengkap. Sementara

pada proyek non-gedung, khususnya pada proyek jalan, volumenya belum dapat

diketahui secara rinci lewat spesifikasinya, karena taksiran volume yang kurang

jelas terutama pada pekerjaan-pekerjaan bawah tanah seperti pekerjaan sub-base,

base, atau sub-grade.

Merujuk pada kondisi di atas, menarik untuk dilakukan penelitian mengenai

karakteristik estimasi biaya tidak langsung pada proyek non-gedung, khususnya

pada proyek jalan. Untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan dengan yang terjadi

pada proyek-proyek bangunan gedung. Dengan mengetahui ada tidaknya

kesamaan praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek jalan dan bangunan

gedung, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai informasi berupa referensi bagi

kontraktor dalam melakukan estimasi biaya pada setiap proyek konstruksi.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi apakah ada perbedaan prinsip dan mekanisme praktek

estimasi biaya tidak langsung pada proyek jalan terhadap proyek

bangunan gedung yang telah diteliti sebelumnya.

2. Mengetahui apakan ada persamaan atau tidak antara model estimasi

biaya tidak langsung proyek jalan dengan model estimasi biaya tidak

langsung proyek bangunan gedung.

I.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan

penelitian di bidang Manajemen dan Rekayasa Konstruksi serta dapat menjadi

informasi berupa referensi bagi kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak

4

dony prastya kesuma, 09/24/11,
Sudah diperbaiki
dony prastya kesuma, 09/22/11,
KSP: Definisikan kembali manfaat penelitian
Page 5: 66618457 Draft Tesis Dony3

langsung pada proyek jalan dalam upaya memingkatkan efektifitas pembiayaan

dan harga penawaran yang kompetitif. Peneltian ini juga memberikan informasi

tambahan mengenai informasi hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan

tentang estimasi biaya tidak langsung oleh peneliti sebelumnya. Pada akhirnya

diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi

penelitian berikutnya.

I.5. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam pembahasannya, penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Responden yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah kontraktor

kualifikasi kecil, menengah, dan besar berdasarkan pada penggolongan

kualifikasi kontraktor pada Peraturan LPJK No. 11a Tahun 2008 tentang

Registrasi Usaha Jasa Konstruksi.

2. Cakupan kuisioner adalah secara nasional yang diwakili oleh wilayah

Sumatera dan Jawa.

3. Data yang akan digunakan untuk pemodelan estimasi biaya tidak langsung

adalah data estimasi biaya proyek pada laporan aktual. Berdasarkan

penelitian terdahulu, data estimasi biaya proyek pada laporan aktual sulit

untuk diperoleh, sehingga memungkinkan untuk menggunakan data

alternatif berupa data estimasi biaya proyek pada RAB proyek

infrastruktur jalan yang meliputi data nilai total proyek dan biaya tidak

langsung proyek.

4. Kajian penelitian ini menitikberatkan pada proyek jalan. berupa proyek

rehabilitasi jalan, dan pembangunan jalan baru

I.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam tesis ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5

Page 6: 66618457 Draft Tesis Dony3

Meliputi landasan teori yang digunakan dalam tesis yang berisikan uraian yang

bersifat teoritis yang berisikan hal-hal yang terkait dengan estimasi biaya proyek,

proyek jalan, komponen biaya proyek konstruksi, kontrak konstruksi, dan

perusahaan kualifikasi perusahaan kontraktor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meliputi tahapan-tahapan penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian,

rancangan penelitian, target responden, perancangan model kuesioner, teknik

pengumpulan data dan jadwal pelaksanaan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Meliputi hasil analisa serta pembahasan terhadap data yang telah dikumpulkan

berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Meliputi kesimpulan dari uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, serta saran

yang berguna bagi penelitian selanjutnya.

6

Page 7: 66618457 Draft Tesis Dony3

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1. Penelitian Terkait

Telah banyak dilakukan penelitian mengenai estimasi biaya proyek konstruksi.

Hal tersebut terkait dengan estimasi estimasi biaya proyek keseluruhan, maupun

bersifat secara parsial mengenai estimasi biaya langsung proyek konstruksi.

Penelitian mengenai estimasi biaya tidak langsung proyek konstruksi masih

terbatas. Dari kajian literatur yang dilakukan, berikut penelitian mengenai estimasi

biaya tidak langsung pada proyek konstruksi yang telah dilakukan khususnya pada

bangunan gedung.

1. Rahadian (2010), melakukan penelitian berupa kajian praktek estimasi

biaya tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada kontraktor

kualifikasi menengah. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Kontraktor kualifikasi menengah sebagian besar melakukan estimasi

biaya tidak langsung dengan menetapkan nilai tertentu diambil selain

berdasarkan pengalaman proyek sebelumnya juga berdasarkan standar

tersendiri diperusahaannya. Pada akhirnya nilai tersebut dijadikan

persentase terhadap biaya langsung.

b. Ditemukannya pola suatu model estimasi biaya tidak langsung

berdasarkan data laporan biaya proyek pada RAB. Dari model tersebut

terdapat hubungan nonlinier antara nilai proyek dengan resiko biaya

tidak langsung terhadap nilai proyek. Besarnya rasio antara biaya

tidak langsung terhadap total nilai proyek cenderung menurun seiring

dengan kenaikan proyek. Model yang dihasilkan juga tidak

memprediksikan biaya tidak langsung yang hampir sama, yaitu

berkisar 10% meskipun dengan nilai proyek yang berbeda-beda. Hal

ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak

merepresentasikan nilai biaya tidak langsung secara actual pada suatu

proyek konstruksi.

2. Yusuf (2010), melakukan penelitian berupa kajian praktek estimasi biaya

tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada kontraktor

7

Page 8: 66618457 Draft Tesis Dony3

kualifikasi besar. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai

berikut:

a. kontraktor kualifikasi besar telah melakukan estimasi biaya tidak

langsung. Secara konsisten pola estimasi biaya tidak langsung

dilakukan dengan prosentase terhadap biaya langsung yang mengacu

kepada faktor internal yang meliputi data historis perusahaan serta

keahlian personil dan pengalaman perusahaan dalam estimasi. Selain

faktor internal, nilai prosentase biaya tidak langsung juga dipengaruhi

oleh faktor eksternal yang meliputi karakteristik proyek, dokumen

proyek, karakteristik perusahaan, situasi tender, situasi ekonomi,

karakteristik klien, dan karakteristik konsultan.

b. Ditemukan pola suatu model estimasi biaya tidak langsung

berdasarkan data laporan biaya proyek pada RAB. Dari hasil model

tersebut terdapat hubungan nonlinear antara nilai proyek dengan rasio

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek. Kecenderungan model

menggambarkan bahwa semakin besar nilai kontrak maka rasio biaya

tidak langsung terhadap nilai kontrak semakin kecil, artinya nilai

biaya tidak langsung semakin besar seiring dengan besarnya nilai

kontrak.

II.2. Estimasi Biaya Proyek Konstruksi

II.1.2. Definisi Estimasi Biaya Proyek Konstruksi

Estimasi biaya proyek konstruksi adalah perencanaan perkiraan biaya terhadap

sumberdaya yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu proyek. Dalam

perkiraan biaya yang dihasilkan juga mempertimbangkan penyebab variasi biaya

proyek dengan tujuan agar proyek dapat dikelola dengan baik (PMI, 2000).

Estimasi biaya proyek konstruksi merupakan proses analisis perhitungan

berdasarkan pada metode konstruksi, volume pekerjaan, dan ketersediaan

berbagai sumber daya, dimana keseluruhan membentuk operasi pelaksanaan

optimal yang membutuhkan pembiayaan (Muzayanah, 2008).

8

Page 9: 66618457 Draft Tesis Dony3

Estimasi biaya proyek konstruksi adalah perkiraan dari keseluruhan biaya yang

akan dikeluarkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi serta sumber daya apa saja

yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan proyek tersebut. Estimasi biaya

dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian anggaran biaya, tingkat resiko yang

mungkin terjadi secara efektifitas pebiayaan guna mencapai harga penawaran

yang kompetitif atau dapat bersaing dalam proses pelelangan konstruksi (Yusuf,

2010).

Estimasi biaya konstruksi merupakan perkiraan terhadap keseluruhan biaya yang

akan dikeluarkan dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi di masa yang akan

datang dimana sumberdaya apa saja yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan

seluruh kegiatan dalam proyek konstruksi. Perlunya melakukan proses estimasi

sebagai alas an akurasi yang dapat mengurangi ketidakpastian dan tingkat risiko

yang mungkin terjadi pada suatu proyek konstruksi, serta untuk mendapatkan

profit sesuai dengan yang diinginkan (Rahadian, 2010).

Estimasi biaya proyek adalah unsur penting dalam pengelolaan biaya proyek

secara keseluruhan karena memiliki fungsi yang amat luas dalam merencanakan

dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, waktu dan lain-

lain (Latupeirissa, 2007).

Estimasi biaya proyek (cost estimating) dapat digunakan untuk beberapa tujuan,

seperti penentuan kelayakan ekonomi suatu proyek, evaluasi beberapa alternatif

proyek, perencanaan anggaran proyek, dan penyediaan biaya proyek awal dan

pengendalian jadwal proyek (AACE, 1992).

II.2. Metode Estimasi Biaya Konstruksi

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam estimasi biaya sebagai berikut:

1. Berdasarkan AACE International - the Association for the Advancement of

Cost Engineering Tahun 1992 adalah:

a. Metodologi konseptual yang terdiri dari beberapa metodologi, yaitu:

1. Metode End-Product Units

9

Page 10: 66618457 Draft Tesis Dony3

Metode estimasi ini digunakan ketika estimator telah cukup memiliki

data historis yang sesuai untuk beberapa proyek yang sama. Metoda ini

melakukan pendekatan estimasi dengan cara menghubungkan total unit

produk yang dihasilkan (capacity units) dari suatu proyek terhadap

biaya konstuksi yang telah dikeluarkan untuk proyek tersebut. Metode

ini hanya memperkirakan secara cepat terhadap kapasitas produk akhir

dari suatu proyek. Beberapa contoh dari hubungan antara biaya

konstruksi dan produk akhir yang dihasilkan, seperti biaya konstruksi

dari sebuah pembangkit listrik terhadap kapasitas dari pembangkit itu

sendiri dalam kilowatt, dan biaya konstruksi dari pembangunan hotel

terhadap kapasitas kamar hotel tersebut.

2. Metode Physical Dimentions

Pendekatan sama seperti metode End-Product Units, namun metode

Physical Dimentions menggunakan dimensi fisik, seperti panjang,

volume, area, luasan tertentu. Dimensi tersebut digunakan sebagai

faktor pengendali dalam estimasi. Contohnya estimasi bangunan

dilakukan dengan pendekatan square feet/meters atau volume dari

bangunan tersebut.

3. Metode Capacity Factor

Suatu pendekatan estimasi biaya dengan perkiraan faktor kapasitas

adalah satu dimana biaya fasilitas baru berasal dari biaya fasilitas

semacam itu dari kapasitas yang diketahui. Itu bergantung pada

hubungan non-linier antara kapasitas (capacity) dan biaya (cost).

Pendekatan estimasi biaya dengan metode ini cepat dan cukup akurat

khususnya untuk persiapan estimasi lebih awal selama perencanaan

proyek. Metode ini membutuhkan data biaya historis dan data kapasitas

untuk proses dan kegiatan yang sama. Selain itu pendekatan metode ini

sering digunakan untuk estimasi akurat secara cepat dan sering

digunakan untuk pengambilan keputusan pada masa pra perencanaan

suatu proyek.

10

Page 11: 66618457 Draft Tesis Dony3

4. Metode Ratio or Factor

Metode ratio or factor adalah suatu pendekatan estimasi yang

digunakan dalam situasi dimana biaya total dari suatu item atau fasilitas

dapat secara andal di estimasi dari biaya komponen utamanya.

5. Metode Parametric

Pendekatan estimasi biaya proyek dengan metode parametic adalah satu

pendekatan ekstrim untuk persiapan awal estimasi konseptual ketika

tidak terdapat banyak data teknik sebagai dasar untuk estimasi dengan

metode estimasi yang lebih detail. Metode parametric adalah sebuah

representasi matematik dari hubungan biaya yang mencakup keterkaitan

yang logis dan dapat diprediksi antara karakteristik fungsional dari

suatu proses dan biayanya.

b. Metodologi Deterministic (Detail) Estimating

Adalah suatu pendekatan estimasi biaya proyek secara detail yang mana

dipersiapkan untuk mendukung anggaran final yang telah direncanakan,

dokumen penawaran, cost control selama proyek berjalan, dan lainnya.

Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam persiapan sebuah detail

estimasi:

1. Mempersiapkan jadwal dan dasar estimasi proyek,

2. Mempersiapkan estimasi biaya langsung proyek,

3. Mempersiapkan estimasi biaya tidak langsung proyek,

4. Mempersiapkan estimasi biaya kantor (operasional kantor),

5. Mempersiapkan estimasi pajak penjualan,

6. Mempersiapkan eskalasi estimasi,

7. Mempersiapkan estimasi fee proyek (untuk kontraktor),

8. Mepersiapkan analisis biaya resiko, analisis contingency, dan

9. Melihat ulang setiap estimasi yang telah dilakukan.

2. Berdasarkan Project Manajement institute (PMI) tahun 2000 adalah:

a. Estimasi Analogi

Estimasi analogi atau estimasi top-down adalah estimasi yang

menggunakan biaya aktual dari proyek yang pernah dikerjakan

sebelumnya dimana proyek sebelumnya memiliki persamaan karakteristik

11

Page 12: 66618457 Draft Tesis Dony3

dengan proyek yang akan dikerjakan. Hal ini dilakukan karena

keterbatasan informasi yang diperoleh mengenai proyek yang akan

dikerjakan. Estimasi analogi juga merupakan bentuk lain dari expert

judgement.

Secara umum estimasi analogi menghabiskan biaya yang sedikit

dibandingkan metode lainnya, namun hasilnya kurang akurat. Metode ini

biasanya digunakan bila:

1. Proyek yang sebelumnya pada kenyataannya sama bukan hanya dari

tampilannya saja.

2. Individu atau kelompok membutuhkan keahlian dalam mengestimasi.

b. Model Parameter

Model parameter melibatkan penggunaan karakteristik proyek yang

digunakan sebagai parameter dalam model matematis untuk memprediksi

biaya. Model parameter dapat berupa persamaan sederhana dimana biaya

dapat ditentukan berdasarkan luas bangunan ataupun suatu persamaan

yang kompleks dimana diperlukan alat bantu perangkat lunak dalam

aplikasinya dan melibatkan banyak variabel pengaruh dalam

perhitungannya. Antara biaya dan tingkat akurasi dalam metode ini sangat

besar variasinya. Metode ini umumnya digunakan bila:

3. Informasi proyek sebelumnya digunakan untuk mengembangkan

model agar menjadi akurat.

4. Parameter yang digunakan dalam model sudah terukur.

5. Model terskala (contohnya model dapat digunakan untuk proyek

dengan skala kecil maupun besar).

c. Estimasi Bottom-up

Metode ini melibatkan proses estimasi secara individual dari masing-

masing kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek

kemudian dirangkum dalam biaya proyek keseluruhan. Biaya dan tingkat

akurasi estimasi bottom up adalah digerakkan berdasarkan ukuran item

pekerjaan individual, semakin sedikit item pekerjaan dapat meningkatkan

biaya dan tingkat akurasi. Tim manajemen proyek harus

12

Page 13: 66618457 Draft Tesis Dony3

mempertimbangkan penambahan tingkat akurasi dibandingkan dengan

penambahan biaya.

d. Komputerisasi

Penggunaan alat bantu komputer dalam estimasi biaya seperti penggunaan

WinEst atau software lainnya yang menggunakan analisa statistik sudah

banyak digunakan dan sangat membantu dalam proses estimasi biaya yang

menghasilkan perkiraan biaya yang akurat.

e. Metode lain

Metode lainnya yang dapat digunakan adalah analisis penawaran yang

dilakukan oleh kontraktor dalam dokumen penawaran suatu proyek

konstruksi.

3. Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) dalam Estimating Construction

Costs, estimasi biaya konstruksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Estimasi Taksiran (Approximate Estimate)

Estimasi ini biasanya dilakukan untuk memberikan informasi bagi pemilik

(owner) secara cepat untuk memutuskan apakah proyek akan dibangun

atau tidak. Selain itu estimasi taksiran juga untuk tujuan perhitungan pajak

yang perlu dibayarkan jika proyek diimplementasikan (Litupeirissa, 2007).

b. Estimasi Secara Rinci

Estimasi secara rinci dilakukan untuk dua penggunaan, yaitu untuk

mengajukan penawaran harga terhadap suatu pekerjaan dan digunakan

sebagai basis dalam melakukan kontrol dari suatu proyek. Estimasi biaya

secara rinci dapat dilakukan setelah lengkap data/informasi dari proyek

seperti tersedianya dokumen gambar, spesifikasi teknis dan persyaratan

pendukung lainnya. Estimasi ini akan memberikan hasil yang lebih akurat

dengan semakin lengkapnya dukungan dari data/informasi yang dimiliki.

Estimasi ini juga dapat dilakukan oleh owner guna dijadikan acuan bagi

harga penawaran yang diajukan oleh penawar. Tingkat akurasi dari

estimasi ini berkisar antara + 15% dan – 15% (Litupeirissa, 2007).

Beberapa input yang digunakan untuk mengestimasi biaya adalah:

1. Work Breakdown Structure (WBS).

2. Jenis resource dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap komponen WBS.

13

Page 14: 66618457 Draft Tesis Dony3

3. Unit rate resource, seperti pekerja biaya per jam dan material biaya per m3.

4. Estimasi durasi kegiatan.

5. Informasi historis yang berasal dari proyek-proyek sebelumnya, atau data

biaya estimasi komersil atau pengetahuan tim proyek.

6. Bagan yang menjelaskan kode yang digunakan untuk melaporkan informasi

keuangan dalam buku kas perusahaan.

II.3. Proyek Konstruksi

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan dan kejadian yang saling terkait

untuk mencapai tujuan tertentu dan membuahkan hasil dalam suatu jangka

tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Muzayanah, 2008).

Proyek didefinisikan sebagai suatu usaha yang bersifat sementara yang berada

dalam suatu keterbatasan untuk menciptakan suatu produk atau pelayanan yang

unik (PMI Guide to Project Management Body of Knowledge, 2000).

Definisi dari proyek konstruksi adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung

dalam waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan

untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas.

II.3.1. Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Jenis proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Proyek konstruksi bangunan gedung

Adalah proyek konstruksi yang menghasilkan tempat orang bekerja atau

tinggal. Proyek konstruksi bangunan gedung meliputi rumah, kantor,

pabrik, apartemen, dan sebagainya.

2. Proyek konstruksi non-gedung (Bangunan Sipil)

Proyek konstruksi Proyek konstruksi yang digunakan untuk

mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia. Proyek

bangunan sipil meliputi infrastruktur jalan, jembatan, dan bendungan.

Proyek konstruksi tentunya memiliki suatu karakteristik tersendiri yang bersifat

heterogen, artinya antara jenis proyek yang satu berbeda dengan proyek lainnya

14

Page 15: 66618457 Draft Tesis Dony3

baik dari segi perencanaan, spesifikasi dan volume pekerjaan, komponen estimasi

biaya proyek, dan ketidakpastian dan tingkat resikonya. Pada proyek bangunan

gedung memiliki tingkat ketidakpastian, dan variasi yang lebih kecil. Hal ini

dikarenakan pada proyek bangunan gedung memiliki spesifikasi dan volum

pekerjaan yang rinci dan lengkap. Sedangkan pada proyek konstruksi non-gedung,

seperti proyek infrastruktur jalan, tidak seperti pada proyek bangunan gedung.

Dimana proyek infrastruktur jalan memiliki tingkat ketidakpastian, dan variasi

yang lebih besar. Hal ini dikarenakan spesifikasi dan volume pekerjaan yang

kurang jelas terutama untuk pekerjaan bawah tanah seperti pekerjaan subbase,

base, dan subgrade.

II.3.2. Komponen Biaya Proyek Konstruksi

Pada perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek konstruksi, komponen yang

terkait di dalamnya adalah biaya, mutu, dan waktu. Ketiga komponen tersebut

merupakan suatu batasan yang harus dipenuhi oleh kontraktor. Ketiga batasan di

atas disebut sebagai tiga kendala (triple constraint) (Ahuja; Dozzi; Abourizk,

1994).

Terkait dengan penjelasan di atas, komponen terpenting dari ketiga batasan di atas

adalah biaya. Hal ini berkaitan langsung dengan terlaksana atau tidaknya suatu

proyek. Dalam proses pelelangan pun kontraktor harus dapat mengestimasi biaya

proyek sebaik mungkin agar dapat bersaing dengan kontraktor lainnya. Hal yang

dijadikan sebagai penilaian utama dari suatu proses pelelangan proyek adalah

kontraktor yang dapat memberikan penawaran yang paling rendah diantara

kontraktor-kontraktor pesaing lainnya. Setelah proyek konstruksi dimenangkan,

maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh kontraktor adalah

mengupayakan pengawasan dan pengendalian anggaran biaya yang telah

ditetapkan dalam kontrak kontruksi sesuai dengan perencanaan sebelumnya.

Rekayasa biaya konstruksi (cost engineering) adalah area dari kegiatan

engineering dimana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada

aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan dalam masalah perkiraan

biaya, pengendalian biaya, rencana bisnis dan pengetahuan manajemen, analisa

15

Page 16: 66618457 Draft Tesis Dony3

Estimasi Biaya

Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung

Pajak Kondisi Umum Risiko OverheadPekerja Material Peralatan Subkontraktor

Keuntungan Biaya tidak terduga

keuangan, manajemen proyek, dan perencanaan dan penjadwalan (AACE

International, 1992).

Dalam melakukan estimasi biaya proyek secara keseluruhan tentunya memiliki

komponen-komponen yang menentukan besaran total biaya proyek tersebut.

Menurut AACE Iternational Tahun 1992, struktur dari biaya konstruksi terdiri

dari dua komponen utama, yaitu biaya langsung (direct cost), dan biaya tidak

langsung (indirect cost). Secara umum struktur biaya proyek konstruksi

digambarkan sebagai berikut.

(Sumber: The Assosiation for the Advancement of Cost Engineering, 1992)

Gambar II.1. Struktur Biaya Proyek Konstruksi

16

Page 17: 66618457 Draft Tesis Dony3

Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002), komponen estimasi biaya konstruksi

dalam estimasi biaya secara rinci adalah sebagai berikut:

Gambar II.2 Komponen-Kompnen Estimasi Biaya Konstruksi Dalam Estimasi

Biaya Secara Rinci

Menurut Direktorat Bina Marga dalam Panduan Analisis Harga Satuan (PAHS) (2006),

komponen estimasi biaya konstruksi adalah sebagai berikut:

Gambar II.3 Struktur Estimasi Biaya Dalam Panduan Analisis Harga Satuan

(PAHS)

Dari ketiga jenis struktur biaya konstruksi, terdapat perbedaan yang mencolok.

Pada struktur estimasi biaya yang dimiliki oleh AACE memperlihatkan lebih

detail jika dibandingkan dengan yang lainnya. Terlihat pada komponen-komponen

biaya tidak langsung, yaitu adanya pemisahan antara komponen overhead dan

kondisi umum (general condition). Sedangkan pada struktur kedua tidak terlihat

dalam komponen biaya tidak langsung yang merupakan komponen kondisi umum.

Pada struktur ketiga, biaya umum masuk ke dalam overhead.

II.3.2.1. Biaya Langsung Proyek Konstruksi

Biaya langsung proyek konstruksi adalah komponen biaya yang berkaitan

langsung dengan volume pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran atau

komponen hasil akhir proyek berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis

dalam kontrak konstruksi. Komponen biaya langsung terdiri dari biaya upah

17

dony prastya kesuma, 24/09/11,
Struktur lain dari estimasi biaya tidak langsung berdasarkan PAHS
dony prastya kesuma, 23/09/11,
KSP: Struktur lain dari estimasi biaya tidak langsung berdasarkan pada estimasi biaya secara rimci (Oberlender dan Peurifoy, 2002).
Page 18: 66618457 Draft Tesis Dony3

tenaga kerja, operasi peralatan, material, dan semua biaya yang berada di bawah

kendali sub-kontraktor (AACE,1992).

Biaya langsung adalah semua biaya yang menjadi komponen permanen hasil akhir

proyek, terdiri dari biaya material, biaya peralatan, biaya upah tenaga kerja dan

biaya subkontraktor (Oberlender dan Peurifoy, 2002).

II.3.2.2. Biaya Tidak Langsung Proyek Konstruksi

Biaya tidak langsung proyek konstruksi adalah biaya yang tidak berkaitan secara

langsung dalam pelaksanaan proyek konstruksi, namun memiliki support dalam

pelaksanaan proyek konstruksi yang terkait dengan beberapa pekerjaan

konstruksi. Biaya tidak langsung dialokasikan untuk pekerjaan yang berdasarkan

pada beberapa komponen biaya langsung seperti waktu penyelesaian pekerjaan,

biaya material atau keduanya (AACE, 1992).

Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) biaya tidak langsung adalah semua

biaya yang mendukung pekerjaan tetapi tidak tercantum dalam mata pembayaran

dari pekerjaan seperti biaya overhead (general overhead dan project overhead),

contingencies dan keuntungan (profit).

Komponen-komponen biaya tidak langsung menurut AACE International - the

Association for the Advancement of Cost Engineering Tahun 1992 adalah sebagai

berikut:

1. Pajak (Taxes)

Pajak yang termasuk dalam komponen biaya tidak langsung bermacam-

macam, yaitu pajak material, pajak peralatan, pajak pekerja, dsb. Nilai

pajak bervariasi secara signifikan tergantung dari lokasi dan status pajak

owner. Pada umumnya mereka mempunyai katalog secara terpisah untuk

memfasilitasi kegiatan keuangan.

2. Kondisi Umum (General Condition)

18

dony prastya kesuma, 09/24/11,
KSP: Sudah diperbaiki
Page 19: 66618457 Draft Tesis Dony3

Persyaratan umum kontrak menetapkan dan mendefinisikan hak dan

kewajiban dari tiap pihak yang terlibat dalam kontrak dan membuat

peraturan-peraturan proyek yang bersifat non teknis atau administratif.

Peraturan ini masih bersifat umum dan tergantung dari karakteristik

proyek.

Hal yang termasuk ke dalam kondisi umum adalah pekerjaan yang tidak

terdapat dalam dokumen kontrak yang harus dilaksanakan oleh kontraktor

guna menunjang kegiatan konstruksi yang akan dilakukan sesuai dengan

dokumen kontrak. Sebagai contoh adalah pekerjaan pembangunan jalan

akses menuju lokasi proyek. Jika tidak terdapat di dalam spesifikasi

pekerjaan dalam dokumen kontrak, maka pekerjaan pembangunan jalan

akses tersebut masuk ke dalam kondisi umum.

Selain itu yang termasuk dalam kondisi umum salah satunya adalah

eskalasi. Eskalasi adalah kenaikan biaya dari suatu barang dan jasa yang

diakibatkan karena faktor inflasi. Eskalasi berpengaruh pada biaya proyek

dan pada umumnya dihitung dengan rumus tertentu sesuai dengan

peraturan yang ada dan telah disepakati sebelumnya oleh kontraktor dan

owner.

3. Biaya Resiko (Risk)

Elemen risiko terdiri dari dua kategori, yaitu:

a. Keuntungan (Profit)

Keuntungan adalah sejumlah uang yang oleh kontraktor dimasukkan

kedalam harga sebagai kompensasi risiko, upaya, dan usaha untuk

menjalankan sebuah proyek. Keuntungan sebenarnya adalah "sisa" dari

uang yang tersisa setelah kontraktor telah memenuhi semua biaya (baik

langsung maupun tidak langsung) pada suatu proyek. Jumlah

keuntungan yang akan ditambahkan adalah sangat subjektif dan

tergantung pada pertimbangan seperti kompetisi, seberapa penting

proyek, pasar kerja, kondisi pasar lokal dan ekonomi.

b. Biaya Tak Terduga (Contigency Fee)

19

dony prastya kesuma, 23/09/11,
KSP: Perjelas istilah contingency fee
Page 20: 66618457 Draft Tesis Dony3

Biaya tak terduga adalah sejumlah nilai yang dimasukkan dalam

estimasi bilamana terjadi perubahan atau penambahan biaya proyek

yang diperlukan berdasarkan pengalaman. Biaya tak terduga dapat

dihitung melalui analisis statistik proyek dimasa lalu dengan

menerapkan biaya atau pengalaman yang diperoleh pada proyek-proyek

yang sejenis. Hal ini biasanya tidak termasuk perubahan kejadian tidak

terduga yang besar seperti pemogokan atau gempa bumi. Biaya tak

terduga mencakup biaya yang mungkin disebabkan oleh desain yang

tidak lengkap, kondisi yang tak terduga, atau ketidakpastian dalam

lingkup proyek yang ditetapkan. Jumlah kontingensi akan tergantung

pada status desain, pengadaan dan konstruksi, serta kompleksitas dan

ketidakpastian dari bagian komponen proyek.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), contingency adalah tak

terduga, kemungkinan dan ketidaktentuan. Sedangkan contingency fee

adalah biaya tak terduga.

Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) dalam Estimating

Construction Costs, contingency adalah komponen yang diperlukan

dalam suatu estimasi. Contingency dimasukkan ke dalam estimasi

berdasarkan pada ketidakpastian (uncertainty) seperti harga satuan,

eskalasi / kenaikan, jadwal, kelalaian, dan kesalahan dalam pelaksanaan

proyek. Dalam pengertian sederhana, contingency adalah sejumlah uang

yang ditambahkan ke dalam estimasi awal yang bertujuan untuk

memperoleh prediksi biaya total proyek yang lebih baik (Oberlender

dan Peurifoy, 2002).

4. Overhead

Overhead dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Overhead Kantor (Home Office Overhead)

Overhead kantor adalah biaya akhir dan berdasarkan pengalaman

dikeluarkan dalam melakukan bisnis, terlepas dari jumlah pekerjaan

yang sudah diselesaikan atau kontrak yang diterima. Overhead kantor

meliputi item seperti sewa kantor, utilitas, peralatan komunikasi

20

dony prastya kesuma, 2011-09-23,
KSP: Penjelasan mengenai contingency dalam Estimating Construction Costs (2002)
dony prastya kesuma, 2011-09-23,
KSP: Penjelasan mengenai contingency
Page 21: 66618457 Draft Tesis Dony3

(telepon dan mesin faks), iklan, gaji pegawai kantor (misalnya, direksi,

estimator, dan staf pendukung lainnya), sumbangan, biaya hukum, dan

pengeluaran akuntansi. Dengan kata lain, overhead kantor mewakili

biaya overhead yang tidak dibebankan pada suatu proyek tertentu.

Salah satu metode penghitungan biaya overhead kantor adalah dengan

menggunakan metode prosentase dimana prosentase yang digunakan

adalah rasio total biaya proyek tertentu terhadap seluruh total biaya

divisi atau perusahaan.

2. Overhead Proyek (Job Site Overhead)

Overhead proyek adalah ketentuan yang terdapat di dalam kontrak,

pemesanan pembelian, atau spesifikasi yang tidak khusus untuk

transaksi tertentu, tetapi yang berlaku untuk semua transaksi. Biasanya,

item ini tidak dapat dibebankan pada elemen pekerjaan tertentu. Pada

umumnya mencakup pengawasan, fasilitas sementara, kantor proyek,

toilet, utilitas, transportasi, pengujian, ijin, foto, alat-alat kecil dan item

serupa lainnya. Hal ini juga mungkin termasuk biaya obligasi dan

asuransi yang terkait dengan suatu proyek tertentu.

Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002), Komponen biaya tidak langsung dalam

estimasi biaya konstruksi pada estimasi secara rinci, yaitu:

1. Biaya overhead, dibagi atas:

a. General Overhead / Overhead kantor, merupakan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk operasional perusahaan ke dalam paket pekerjaan,

seperti sewa kantor, gaji dan segala tunjangan direksi, karyawan (fasilitas

karyawan, asuransi), biaya utilitas (listrik, air, telepon, retribusi lainnya),

pemasaran, depresiasi dan lain-lain.

b. Project Overhead / Overhead Proyek, merupakan biaya tidak langsung

yang dikeluarkan untuk keperluan proyek dan dialokasikan proporsional

terhadap paket pekerjaan seperti: biaya untuk melakukan estimasi; biaya

mengikuti tender; biaya untuk jaminan proyek (Bid bond, performance

bond, dll); biaya asuransi tenaga kerja, peralatan, material; perijinan; biaya

utilitas proyek.

21

Page 22: 66618457 Draft Tesis Dony3

2. Contingencies (Kontijensi)

Biaya ini dialokasikan untuk mengantisipasi atas kekurangan informasi dan

kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh sehingga

menimbulkan suatu ketidakpastian (uncertainty) Hal ini dapat menjadi salah

satu risiko yang akan dihadapi dalam pelaksanaan nantinya. Sebaiknya

pengalokasian biaya kontijensi diminimalkan dengan melakukan estimasi

dengan sebaik-baiknya dan melengkapi ketidakjelasan atau kekurangan

informasi tersebut dengan menanyakan langsung kepada untuk mendapatkan

nilai-niilai penawaran yang tetap.

3. Keuntungan (Profit)

Tujuan estimator dalam menganalisis keuntungan adalah mengharapkan

keuntungan yang maksimal. Keuntungan dapat diartikan sebagai suatu yang

diperoleh atas risiko yang dihadapi. Besarnya nilai keuntungan dapat

ditambahkan pada nilai estimasi yang dibuat.

II.4. Model Estimasi Biaya

Model estimasi biaya adalah serangkaian hubungan matematis yang diatur dalam

urutan yang sistematis untuk merumuskan metodologi biaya dimana output,

berupa estimasi biaya, berasal dari input yang terdiri dari kuantitas dan harga.

Model estimasi biaya dapat disebut sebagai Cost Estimating Relationship (CER),

yang dinyatakan dalam suatu persamaan matematis dimana biaya dapat dihitung

secara proporsional dari variabel-variabel pembentuknya. Masing-masing

variabel mempunyai parameter tersendiri untuk membentuk persamaan tersebut

(US DOE, 1997).

Cost behaviour merupakan cara biaya untuk mengubah kedalam volume atau

kegiatan. Analisa cost behaviour adalah pengujian dari variabel biaya yang

spesifik untuk menentukan tanggapan mereka untuk mengubah kedalam produksi

atau volume penjualan. Metode untuk menentukan cost behaviour adalah melalui

model biaya (cost model) yang dapat ditentukan dengan engineering method,

account analysis, scatter plot, high low dan statistical methods (regression)

(Yusuf, 2010).

22

Page 23: 66618457 Draft Tesis Dony3

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam membuat suatu model estimasi

biaya dengan pendekatan analisa statistik adalah dengan analisis regresi.

Pendekatan analisis statistik dengan analisis regresi ini merupakan pendekatan

yang baik dalam menentukan hubungan antara parameter dengan biaya serta

menentukan persamaan matematis yang digunakan sebagai model estimasi biaya.

Pemodelan estimasi biaya dengan bentuk regresi sangat tergantung pada

banyaknya data historis yang diolah dalam analisis statistik. Berikut merupakan

hasil penelitian mengenai pemodelan estimasi biaya, khususnya yang

menggunakan pendekatan analisis statistik dengan analisis regresi:

1. US DOE (1997),

Melakukan perhitungan biaya tidak langsung dengan memplot rasio

perbandingan antara biaya material dengan biaya tenaga kerja pada

Gambar 2.2 sehingga didapatkan prosentase biaya tidak langsung terhadap

biaya langsung. Gambar tersebut adalah sebuah diagram yang

dikembangkan melalui serangkaian kerangka waktu untuk rata-rata biaya

tidak langsung dari berbagai kontraktor fixed price yang bekerja di Idaho

Laboratorium Energi Nasional.

(Sumber: US DOE, 1997)

Gambar II.2 Idaho International Energy Laboratory Indirect Cost

23

Page 24: 66618457 Draft Tesis Dony3

2. Rahadian (2010),

Melakukan perhitungan biaya tidak langsung dengan memodelkan

estimasi biaya tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada

kontraktor kualifikasi menengah berdasarkan data laporan biaya proyek

pada RAB. Dari model tersebut terdapat hubungan nonlinier antara nilai

proyek dengan resiko biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.

Besarnya rasio antara biaya tidak langsung terhadap total nilai proyek

cenderung menurun seiring dengan kenaikan proyek. Model yang

dihasilkan juga tidak memprediksikan biaya tidak langsung yang hampir

sama, yaitu berkisar 10% meskipun dengan nilai proyek yang berbeda-

beda. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak

merepresentasikan nilai biaya tidak langsung secara aktual pada suatu

proyek konstruksi.

3. Yusuf (2010),

Melakukan perhitungan biaya tidak langsung dengan memodelkan

estimasi biaya tidak langsung proyek konstruksi bangunan gedung pada

kontraktor kualifikasi besar berdasarkan data laporan biaya proyek pada

RAB. Dari hasil model tersebut terdapat hubungan nonlinear antara nilai

proyek dengan rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.

Kecenderungan model menggambarkan bahwa semakin besar nilai kontrak

maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai kontrak semakin kecil,

artinya nilai biaya tidak langsung semakin besar seiring dengan besarnya

nilai kontrak.

II.5. Kontrak Konstruksi

Kontrak kerja adalah suatu persetujuan yang dibuat oleh satu pihak untuk

mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang

telah ditentukan dan disepakati bersama (Artikel non-personal, 2010).

Kontrak konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum

antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan

konstruksi (UUJK No.18, 1999).

24

Page 25: 66618457 Draft Tesis Dony3

Kontrak konstruksi pada dasarnya adalah suatu bentuk formal perjanjian yang

mengalihkan penanggungan suatu resiko dari satu pihak ke pihak lainnya melalui

mekanisme pemberian suatu imbalan tertentu. Resiko pembangunan yang

dihadapi oleh pemilik dialihkan kepada kontraktor melalui perjanjian kontrak

konstruksi. Sebaliknya, pemilik berjanji menanggung resiko pembayaran kepada

kontraktor sebagai imbalan melaksanakan pembangunan konstruksi yang

diinginkannya (Patar, 2005).

Penyebab suatu proyek konstruksi memiliki ketidakpastian dan tingkat resiko

tertentu salah satunya oleh jenis kontrak konsrtuksi yang dipakai oleh. Hal ini

memungkinkan untuk setiap proyek konstruksi memiliki perlakukan yang berbeda

dalam melakukan estimasi biaya total proyek.

II.5.1. Jenis-Jenis Kontrak Konstruksi

Pemilihan jenis kontrak konstruksi dalam suatu proyek didasarkan pada

karakteristik proyek yang akan diselesaikan. Kontrak kontsruksi untuk peruntukan

proyek bangunan gedung tentunya berbeda dengan kontrak konstruksi untuk

peruntukan proyek non-gedung.

Salah satu jenis kontrak konstruksi adalah kontrak fixed price. Kontrak Fixed

price adalah kontrak konstruksi yang mengatur proses penyelesaian pekerjaan

konstruksi didasarkan pada harga yang disetujui dan pelaksanaannya menurut

bestek (tender dokumen) yang ditetapkan dan diterima kontraktor. Kontrak fixed

price terdiri dari dua, yaitu kontrak lump sum dan kontrak unit price.

II.5.1.1. Kontrak Lump Sum

Definisi kontrak lum sump adalah kontrak jasa atas penyelesaian seluruh

pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap serta

semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang

sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan sepesifikasi

tidak berubah (PP No. 29 Tahun 2000 Pasal 21 tentang Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi).

25

Page 26: 66618457 Draft Tesis Dony3

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pada kontrak lump sum terdapat hal-

hal sebagai berikut:

1. Jumlah harga tidak berubah kecuali adanya perintah perubahan jumlah

harga dari pengguna jasa konstruksi (owner).

2. Volume pekerjaan dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.

3. Nilai kontrak berubah bila ada perintah perubahan seperti kerja tambah,

kurang atau perubahan spek.

4. Resiko salah hitung volume ada pada penyedia jasa.

II.5.1.2. Kontrak Unit Price

Kontrak unit price adalah kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam

jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap

satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume

pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan

yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa (PP No. 29 Tahun 2000

Pasal 21 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi).

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pada kontrak unit price terdapat hal-

hal sebagai berikut:

1. Tidak ada resiko bagi pengguna jasa terhadap kelebihan membayar.

2. Tidak ada keuntungan mendadak bagi penyedia jasa.

3. Memungkinkan terjadinya pekerjaan ulang sehingga dapat menimbulkan

terjadinya tindakan kolusi.

26

Page 27: 66618457 Draft Tesis Dony3

II.6. Kualifikasi Perusahaan Kontraktor

Berdasarkan Perlem LPJK No. 11a Tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Konstruksi Pasal 10, perusahaan kontraktor

dikualifikasikan ke dalam tiga kelompok utama, yaitu kontraktor kualifikasi kecil, menengah, dan besar. Kemudian dalam peraturan

tersebut, perusahaan kontraktor dikualifikasikan sebagai berikut:

Tabel II.1. Persyaratan Penetapan Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi

No. Gol. Usaha

Kualifikasi Batas Nilai Satu Pekerjaan

(Rp)

Jumlah Paket Pek

Sesaat

Keuangan

Kekayaan Bersih (Rp)

Kemampuan Keuangan Sesaat (Seluruh Paket) (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.KECIL

Grd 10

s/d50.000.000

2 Tidak Persyaratkan

Grd 20

s/d300.000.000

350.000.000

s/d600.000.000

90.000.000s/d

1.080.000.000

Grd 3 0

s/d600.000.000

3100.000.000

s/d800.000.000

180.000.000s/d

1.440.000.000

Grd 40

s/d1000.000.000

3400.000.000

s/d1000.000.000

720.000.000s/d

1.800.000.000M

27

Page 28: 66618457 Draft Tesis Dony3

2.

ENENGAH

Grd 5>1000.000.000

s/d10.000.000.000

51000.000.000

s/d10.000.000.000

4.200.000.000s/d

42.000.000.000

3.

BESAR

Grd 6>1000.000.000

s/d25.000.000.000

83000.000.000

s/d25.000.000.000

64.000.000.000s/d

160.000.000.000Grd 7

> 1000.000.000s/d

Tak Terbatas

8Atau

1, 2, NN = Jumlah

Paket Sesaat

10.000.000.000s/d

Tak Terbatas

64.000.000.000s/d

Tak Terbatas

28

Page 29: 66618457 Draft Tesis Dony3

Bab III Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah suatu kajian mengenai praktek estimasi biaya tidak langsung

proyek infrastruktur jalan yang dilakukan oleh kontraktor kualifikasi kecil,

menengah, dan besar termasuk mengidentifikasi komponen-komponen biaya tidak

langsung yang diestimasi. Bagian lain penelitian ini juga dibuat suatu model biaya

tidak langsung yang dapat digunakan dalam estimasi biaya proyek konstruksi,

khususnya pada proyek infrastruktur jalan.

III.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian dirancang sebagai studi yang bertujuan sebagai berikut:

1. Mempelajari prinsip-prinsip, dan mekanisme estimasi biaya tidak langsung

pada proyek jalan.

2. Membuat model estimasi biaya tidak langsung sehingga dapat digunakan

untuk menghitung besarnya biaya tidak langsung pada proyek jalan.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif dan

kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran

karakteristik dan prilaku praktek estimasi biaya tidak langsung proyek

infrastruktur jalan yang dilakukan oleh kontraktor kualifikasi kecil, menengah,

dan besar. Sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk merumuskan model

estimasi biaya berdasarkan data empirik berupa data estimasi biaya proyek pada

laporan aktual, dan data estimasi biaya proyek pada RAB.

Pengambilan data akan dilakukan dengan melalui mekanisme wawancara,

penyebaran kuesioner dan pengumpulan data laporan aktual dan data RAB dari

calon responden yang berasal dari kontraktor kualifikasi kecil, menengah, dan

besar di Indonesia. Dengan pendekatan yang ada, maka survei dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

1. Kuesioner

Pengambilan data dengan kuesioner dilakukan dengan melakukan

pendekatan secara kualitatif untuk memperoleh gambaran bagaimana cara

29

Page 30: 66618457 Draft Tesis Dony3

setiap manajer konstruksi melakukan penetapan dan perhitungan biaya

tidak langsung dalam suatu proyek jalan. Selain itu dengan menggunakan

kuesioner untuk mendapatkan variabel-variabel yang digunakan dalam

menentukan besaran biaya tidak langsung tersebut.

2. Wawancara

Pengambilan data dengan wawancara ini dilakukan dengan pendekatan

kualitatif untuk mendukung data kualitatif hasil kuesioner yang telah

dilakukan, dan untuk mengetahui setiap biaya tidak langsung serta

variabel-variabelnya disetiap proyek jalan yang ditangani oleh kontraktor

di Indonesia.

Pengambilan data dengan wawancara ini bersifat optional, jika dari

responden bersedia untuk diwawancara lebih lanjut, maka akan dilakukan

wawancara langsung kepada responden. Namun jika tidak bersedia untuk

diwawancara lebih lanjut, maka hanya dilakukan pengambilan data dengan

kuesioner. Pengambilan data kepada setiap responden bisa dilakukan

dengan kedua instrumen survei tersebut berupa kuesioner, dan wawancara

atau hanya dengan kueasioner saja.

3. Pengambilan data

Pendekatan lainnya adalah pendekatan kuantitatif yang dilakukan untuk

merumuskan model estimasi biaya berdasarkan data empirik dengan

metode yang digunakan adalah pengumpulan data estimasi biaya proyek

dari RAB, dan data laporan aktual proyek.

III.2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan sama seperti penelitian terdahulu,

yaitu praktek estimasi biaya tidak langsung yang dilakukan kontraktor pada

proyek bangunan gedung. Rancangan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pertama

Pada tahap pertama dilakukan kajian literatur terkait dengan referensi

mengenai estimasi biaya konstruksi. Kajian literatur dilakukan bertujuan

untuk menyusun instrumen penelitian kajian praktek estimasi biaya tidak

langsung pada proyek infrastruktur jalan. Hasil output dari tahap pertama

30

Page 31: 66618457 Draft Tesis Dony3

adalah instrumen penelitian berupa kuesioner kajian praktek estimasi biaya

tidak langsung pada proyek infrastruktur jalan. Kuesioner dilampirkan

pada bagian lampiran.

2. Tahap Kedua

Pada tahapan kedua berupa rancangan instrumen penelitian dalam bentuk

survei dan pengambilan data. Penelitian dilakukan dengan dua cara

pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan kualitatif berupa survei yang dilakukan dengan

pengisian kuesioner dan wawancara. Pendekatan ini dilakukan

bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik dan prilaku

praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek infrastruktur

jalan secara nasional.

b. Pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data empirik berupa

hasil estimasi biaya proyek dilakukan untuk merumuskan model

estimasi biaya berdasarkan data empirik berupa data estimasi

biaya pada saat proses lelang dan aporan Pelaksanaan Proyek

Infrastruktur Jalan.

3. Tahap Ketiga

Pada tahapan ketiga adalah menganalisis data yang telah diperoleh baik

dari survei yang telah dilakukan, kemudian merumuskan model estimasi

biaya tidak langsung pada proyek infrastruktur jalan. Pada proses analisa

data, adanya tahapan normalisasi data empirik yang diperoleh.

Normalisasi data dilakukan dengan cara menjadikan angka moneter nilai

proyek dalam waktu yang sama pada saat penelitian terjadi, yaitu pada

tahun 2011. Nilai proyek tiap tahunnya dapat dipengaruhi oleh inflasi

sehingga perlu adanya normalisasi menjadi nilai sekarang (present worth).

Data indeks biaya yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan

sumber lain yang dipakai untuk mengoreksi data.

Setelah proses normalisasi, data kemudian dianalisis berdasarkan

instrumen survei yang dipakai, yaitu kuesioner untuk melihat praktek

estimasi biaya tidak langsung yang dilakukan oleh kontraktor kecil,

menengah, dan besar pada proyek infrastruktur jalan. Dalam kuisioner

31

Page 32: 66618457 Draft Tesis Dony3

dapat terlihat karakteristik kontraktor dari instrumen pertanyaan yang

diberikan, yang mana adalah pengetahuan kontraktor mengenai pengertian

biaya tidak langsung, bagaimana penetapan dan pengendalian estimasi

biaya tidak langsung, data pengalaman mengerjakan proyek infrastruktur

jalan, dan komponen-komponen yang mempengaruhi biaya tidak langsung

pada proyek infrastruktur jalan.

Untuk data empirik berupa data laporan biaya pelaksanaan proyek

infrastruktur jalan yang diperoleh dari kontraktor kecil, menengah, dan

besar dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Parameter yang

digunakan dalam biaya tidak langsung diidentifikasikan berdasarkan

pengaruhnya terhadap estimasi biaya proyek. Berdasarkan pendekatan

tersebut, maka data dianalisis dengan pendekatan regresi non-linier untuk

mendapatkan hubungan antara parameter dan persamaan matematis untuk

mengestimasi biaya tidak langsung.

4. Tahap Akhir

Pada tahap akhir adalah perumusan gambaran karakteristik praktek

estimasi biaya dan pemodelan estimasi biaya tidak langsung yang

dilakukan oleh kontraktor kualifikasi kecil, menengah, dan besar di

Indonesia.

32

Page 33: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berikut ini bagan proses penelitian yang akan dilakukan.

Gambar III.1. Bagan Proses Penelitian

III.3. Target Responden

Berdasarkan pada Peraturan LPJK No.11a Tahun 2008 tentang Registrasi Usaha

Jasa Pelaksanaan Konstruksi, definisi dari klasifikasi adalah bagian kegiatan

registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha jasa pelaksanaan konstruksi

menurut bidang, subbidang dan bagian subbidang. Sedangkan kualifikasi adalah

bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha jasa

pelaksanaan konstruksi menurut tingkat atau kedalaman kompetensi dan potensi

kemampuan usaha.

TAHAPAN PENELITIAN OUTPUT

Penajaman Rumusan Masalah dan Metodologi Penelitian

Pernyataan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan ruang lingkup penelitian

TAHAP IKajian Literatur

1. Komponen biaya proyek2. Metode dalam model biaya

TAHAP IIRancangan Survei dan

Pengumpulan Data Empirik

Instrumen survai berupa Kuesioner

Data empirik berupa data estimasi biaya proyek untuk proses lelang dan data laporan aktual proyek

TAHAP IIIAnalisis Data dan

Pembuatan Model Estimasi Biaya Tidak Langsung

1. Desain instrumen survei (wawancara dan kuesioner)2. Kumpulan data hasil dari survei yang dilakukan

TAHAP IVKesimpulan Praktek Estimasi Biaya Tidak

Langsung Proyek Infrastruktur Jalan

1. Praktek yang digunakan kontraktor dalam mengestimasi biaya tidak langsung2. Model estimasi biaya tidak langsung

Rumusan gambaran karakteristik pola estimasi biaya tidak langsung yang dapat dijadikan sebagai referensi oleh kontraktor kecil, menengah, dan besar dalam melakukan estimasi biaya proyek

33

Page 34: 66618457 Draft Tesis Dony3

Pada Pasal 10 Peraturan LPJK No.11 Tahun 2008, yang termasuk dalam golongan

kualifikasi usaha kecil adalah badan usaha gred 1, gred 2, gred 3 dan red 4.

Kualifikasi usaha menengah adalah badan usaha gred 5. Sedangkan kualifikasi

usaha besar adalah badan usaha gred 6 dan gred 7.

Responden yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kontraktor dengan

klasifikasi usaha bidang infrastruktur jalan (berupa proyek rehabilitasi jalan yang

sudah ada dan proyek pembangunan jalan baru) dan golongan kualifikasi kecil,

menengah dan besar di Indonesia.

Responden yang diharapkan menjawab kuesioner ini adalah orang yang

berpengalaman dalam pembiayaan proyek konstruksi, baik terlibat langsung

dalam melakukan estimasi biaya proyek pada proses pelelangan maupun

pengendalian dalam pelaksanaan biaya konstruksi khususnya biaya tidak

langsung.

III.4. Perancangan Model Kuesioner

Kuesioner digunakan sebagai instrumen yang menggambarkan karakteristik

kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung proyek infrastruktur

jalan. Melalui pengisian kuesioner ini diharapkan dapat diketahui seberapa jauh

pengetahuan yang dimiliki kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak

langsung dan apakah metode yang dipakai selama ini cukup efektif atau tidak.

Model kuesioner yang digunakan adalah model kuesioner tertutup namun tetap

memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan alternatif jawaban

dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Selanjutnya kuesioner akan dianalisisi

berdasarkan analisis statistik deskriptif.

34

Page 35: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berikut adalah alur pertanyaan dan tujuan dari setiap bagian kuesioner.

Gambar III.2. Bagan Pertanyaan dan Tujuan Kuesioner

Penjelasan bagan alur kuesioner:

1. Pada Bagian A output yang diperoleh adalah tingkat validasi dari

kuesioner yang telah diisi. Bagian ini merupakan bagian penting dari

Pendahuluan

Tujuan Survei

Instrumen Survei

Disclaimer

Bag. A Informasi Umum

A.1. Data PerusahaanA.2. Data Resoponden

Bag. BPengertian

Biaya Tidak Langsung

Bag. C Mekanisme Penetapan dan

Pengendalian Estimasi Biaya Tidak Langsung

Bag. DPengalaman Mengerjakan Proyek Infrastruktur Jalan

Bag. EKomponen

Biaya Tidak Langsung

TUJUAN:Untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap responden.

TUJUAN:Untuk mengetahui apakah responden memahami tentang biaya tidak langsung dan mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap biaya tidak langsung.

TUJUAN:1. Untuk mengetahui bagaimana cara responden menghitung besarnya biaya tidak langsung dalam suatu proyek konstruksi.

TUJUAN:1. Untuk mendapatkan data empirik nilai proyek dan besarnya biaya tidak langsung.2. Untuk mengetahui jenis kontrak yang sering digunakan dalam proyek infrastruktur jalan.

TUJUAN:

Untuk menelusuri apakah

mekanisme yang dilakukan

dalam mengestimasi biaya

tidak langsung sama? Bila

tidak, dimana letak

perbedaaannya dan faktor-

faktor apa saja yang

mempengaruhi perbedaan

tersebut.

35

Page 36: 66618457 Draft Tesis Dony3

semua bagian kuesioner karena digunakan sebagai penilaian awal untuk

mensortir kuesioner yang telah diperoleh kembali dari responden.

2. Setelah Bagian A dinyatakan valid, maka analisa kuesioner dapat

dilanjutkan ke bagian berikutnya, yaitu pada Bagian B, C, D, dan E. pada

Bagian B untuk menentukan apakah responden menggunakan estimasi

biaya tidak langsung sebagai suatu metoda dalam menentukan estimasi

biaya proyek.

3. Setelah Bagian B diketahui, maka peneliti dapat mengatahui mekanisme

dari responden dalam menetapkan estimasi biaya tidak langsung dengan

melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada pada Bagian C. Jika pada Bagian

B diketahui bahwa responden tidak memahami mengenai biaya tidak

langsung, maka responden tidak diharuskan untuk mengisi pertanyaan-

pertanyaan pada Bagian E.

4. Pada Bagian D digunakan untuk mendapatkan data empirik pengalaman

kontraktor dalam melaksanakan proyek infrastruktur jalan. Data tersebut

berupa data nilai proyek dan besarnya biaya tidak langsung dari nilai

proyek yang ditetapkan. Besaran biaya tidak langsung ini dapat berupa

nilai moneter atau prosentase tertentu dari nilai total proyek yang

ditetapkan.

5. Pada Bagian E berkaitan dengan kuesioner Bagian B. Dengan mengetahui

informasi bahwa responden memahami mengenai biaya tidak langsung,

maka peneliti dapat menelusuri apakah mekanisme yang dilakukan oleh

responden dalam menetapkan biaya tidak langsung sama. Jika terdapatnya

suatu perbedaan, maka dimana letak perbedaan tersebut, factor-faktor apa

saja yang mempengaruhinya.

36

Page 37: 66618457 Draft Tesis Dony3

III.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner ke kontraktor

kualifikasi kecil, menengah dan besar di Indonesia melalui pos. dalam jangka

waktu 2 (dua) bulan peneliti menunggu jawaban responden. Selanjutnya kuesioner

yang telah dijawab dan dikembalikan oleh responden ditindak lanjuti untuk

dilakukan wawancara. Upaya wawancara dilakukan untuk mengetahui data

informasi yang lebih detail mengenai biaya tidak langsung. Proses pengumpulan

data dari pengiriman berkas kuesioner, pengembalian sampai wawancara

direncanakan akan memakan waktu sekitar 3 (tiga) bulan.

37

Page 38: 66618457 Draft Tesis Dony3

Bab IV Analisis Data

IV.1. Rekap Data Kuesioner

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan melalui survei dengan instrumen

kuesioner dan wawancara. Pada tahap awal dilakukan survei pendahuluan, berupa

penyebaran kuesioner dan wawancara di Kota Palembang. Survei dilakukan

dengan penyebaran kuesioner ke tujuh kontraktor dengan kualifikasi kontraktor

menengah dan besar. Kemudian kuesioner yang telah dijawab ditindaklanjuti

dengan wawancara kepada resoponden. Tujuan dilakukannya wawancara adalah

untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih detail dan jelas mengenai

estimasi biaya tidak langsung yang dilakukan oleh responden.

Pada survei selanjutnya, penyebaran kuesioner dilakukan melalui pos dan email

dari bulan Desember 2010 hingga bulan Juni 2011 mencapai 21 kuesioner atau

32.30% dari total pengiriman kuesioner untuk wilayah Medan, Padang,

Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, dan Purwokerto. Kuesioner yang tidak

dikembalikan oleh responden berjumlah 44 kuesioner atau 67%. Berikut

rekapitulasi jumlah data responden pada kontraktor menengah dan besar.

Tabel IV.1. Rekapitulasi Pengembalian Kuesioner

No. Wilayah

Jumlah Kuesioner

Kuesioner Disebar

Kuesioner Kembali

Kuesioner Tidak

Kembali

1 Medan 5 1 42 Padang 10 1 93 Palembang 15 10 54 Bengkulu 10 0 105 Jakarta 10 5 56 Bandung 10 3 77 Purwokerto 5 1 4

Jumlah65 21 44

100% 32.30% 67,69%

38

Page 39: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.1 menjelaskan informasi rekapitulasi dari jawaban responden

berdasarkan survei dengan instrumen kuesioner dan wawancara yang telah

dilakukan. Pertanyaan yang diberikan terdiri dari lima bagian, yaitu Informasi

Umum berupa Data Perusahaan dan Data Responden, Pengertian Biaya Tidak

Langsung, Mekanisme Penetapan dan Pengendalian Estimasi Biaya Tidak

Langsung, Pengalaman Mengerjakan Proyek Jalan, dan Komponen Biaya Tidak

Langsung. Pada bagian informasi umum berupa data perusahaan, dan data

responden terdapat dua kelompok pertanyaan, yaitu data perusahaan yang terdiri

dari 11 pertanyaan, dan data responden yang terdiri dari sembilan pertanyaan.

Pada bagian pengertian biaya tidak langsung hanya terdiri dari satu pertanyaan

yang berkaitan dengan informasi mengenai pengertian biaya tidak langsung yang

diketahui oleh responden. Pada bagian mekanisme penetapan dan pengendalian

estimasi biaya tidak langsung terdiri dari delapan pertanyaan yang berkaitan

dengan informasi mengenai mekanisme penetapan dan pengendalian estimasi

biaya tidak langsung yang diketahui oleh responden. Pada bagian pengemalam

kontraktor mengerjakan proyek jalan terdiri dari tiga pertanyaan yang berkaitan

dengan pengalaman dalam mengerjakan proyek jalan, jumlah, jenis proyek dan

tipe kontrak yang sering digunakan serta data proyek jalan yang pernah atau

sedang dikerjakan. Pada bagian komponen biaya tidak langsung terdapat empat

pertanyaan mengenai informasi komponen yang terdapat dalam estimasi biaya

tidak langsung yang diketahui oleh responden.

IV.2. Informasi Umum

Pada bagian kelompok pertanyaan ini mengenai profil perusahaan yang mencakup

data perusahaan dan data responden. Bagian ini digunakan untuk mengetahui

tingkat kepercayaan terhadap responden, sejauh mana responden dapat

memberikan informasi terhadap pertanyaan yang diberikan, apakah profil

perusahaan dan profil responden sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan

apakah responden adalah orang yang tepat sebagai perwakilan dari perusahaan

untuk diwawancara. Berikut merupakan informasi hasil pengumpulan data yang

telah dilakukan.

39

Page 40: 66618457 Draft Tesis Dony3

a. Data Perusahaan

Data perusahaan menggambarkan informasi berupa profil. Bagian ini memberikan

informasi mengenai validitas perusahaan sesuai dengan objek dalam penelitian

ini.

Gambar IV.1 Persentase Jenis Usaha

28.57%

71.43%

Persentase Kategori Perusahaan

BUMNSwasta NasionalSwasta Asing

Gambar IV.2 Persentase Kategori Perusahaan

40

Page 41: 66618457 Draft Tesis Dony3

Gambar IV.3 Persentase Kualifikasi Perusahaan Berdasarkan Klasifikasinya

Gambar IV.4 Persentase Umur Perusahaan

Gambar IV.5 Persentase Klasifikasi Perusahaan

41

Page 42: 66618457 Draft Tesis Dony3

Gambar IV.6 Persentase Jenis Proyek Yang Sering Ditangani

76.19%

23.81%

Persentase Ketersediaan Divisi Estimasi Biaya Pada Perusahaan

AdaTidak Ada

Gambar IV.7 Persentase Ketersediaan Divisi Estimasi Biaya Pada Perusahaan

23%

20%43%

13%

Persentase Latar Belakang Pendidikan Personil Estimasi

SMPSMA/STMD3S1S2

Gambar IV.8 Persentase Latar Belakang Pendidikan Personil Estimasi

42

Page 43: 66618457 Draft Tesis Dony3

32%

36%

32%

Persentase Pengalaman Personil Estimasi

< 5 tahun5-10 tahun> 10 tahun

Gambar IV.9 Persentase Pengalaman Personil Estimasi

Informasi yang dapat diperoleh berdasarkan Gambar IV.1 – Gambar IV.9 di atas

berupa kategori kontraktor yang dijadikan objek penelitian adalah kontraktor

nasional, yaitu kontraktor BUMN dan swasta nasional (kontraktor besar dan

menengah) dengan didominasi sebagian besar adalah kontraktor besar yang

memiliki pengalaman di dunia konstruksi lebih dari 10 tahun dengan klasifikasi

perusahaan adalah infrastruktur jalan dan bangunan lainnya. Kebanyakan proyek

yang ditangani sejalan dengan klasifikasi perusahaan, yaitu jenis proyek jalan dan

bangunan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan kontraktor di

Indonesia dalam skala nasional adalah general contractor dalam menjalankan

kegiatannya.

Informasi lainnya yang dapat diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki

divisi estimasi, sehingga dapat dikatakan bahwa responden baik kontraktor

BUMN maupun swasta nasional telah fokus mengenai estimasi biaya. Hal ini

didukung juga dengan latar belakang pendidikan dari personil estimasi yang

sebagian besar berasal dari latar belakang pendidikan S1 dengan pengalaman

kerja dibagian estimasi 5-10 tahun.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden adalah kontraktor besar dan menengah swasta nasional dengan

pengalaman lebih dari 10 tahun dan sebagian besar perusahaan memiliki divisi

estimasi dengan personil estimasi berlatar belakang pendidikan S1 dan

pengalaman 5-10 tahun dibagian estimasi. Hal ini dianggap dapat mewakili

43

Page 44: 66618457 Draft Tesis Dony3

pandangan industri konstruksi secara nasional mengenai praktek estimasi biaya

tidak langsung pada proyek jalan di Indonesia.

a. Data Responden

Data responden memperlihatkan informasi berupa profil responden yang mengisi

kuesioner dan diwawancara. Dengan adanya informasi tersebut dapat diketahui

apakah responden orang yang tepat untuk mewakili perusahaannya dalam

menjawab kuesioner dan diwawancara mengenai praktek estimasi biaya tidak

langsung pada perusahaannya. Berikut informasi yang diperoleh mengenai data

profil responden.

28.57%

23.81%

23.81%

14.29%4.76%

Persentase Jabatan Responden

Estimator/EngineerStaf EngineeringKepala DepartemenManajerDirektur

Gambar IV.10 Persentase Jabatan Responden

9.52%

76.19%

14.29%

Persentase Pendidikan Terakhir Responden

D3S1S2S3

Gambar IV.11 Persentase Pendidikan Terakhir Responden

44

Page 45: 66618457 Draft Tesis Dony3

9.52%

85.71%

4.76%

Persentase Latar Belakang Keilmuan Responden

PoliteknikTeknik SipilArsitektur

Gambar IV.12 Persentase Latar Belakang Keilmuan Responden

38.10%

33.33%

4.76%

19.05%

Persentase Pengalaman Kerja Responden Di Perusahaan

<5 tahun5-10 tahun11-15 tahun>15 tahun

Gambar IV.13 Persentase Pengalaman Kerja Responden Di Perusahaan

19.05%

9.52%

9.52%

Persentase Pengalaman Kerja Responden Sebagai Profesional

<5 tahun5-10 tahun11-15 tahun>15 tahun

Gambar IV.14 Persentase Pengalaman Kerja Responden Sebagai Profesional

Dari Gambar IV.10 – Gambar IV.14 di atas terlihat bahwa sebagian besar

responden adalah estimator/engineer, staf engineer dan kepala departemen dengan

latar belakang pendidikan S1 teknik sipil yang memiliki pengalaman kerja < 5

tahun di perusahaan dan sebagai profesional. Responden dapat memenuhi target

45

Page 46: 66618457 Draft Tesis Dony3

yang diharapkan karena responden adalah orang yang dapat mewakili perusahaan

mengenai pandangan praktek estimasi biaya tidak langsung untuk memenangkan

suatu proyek konstruksi. Namun jika dibandingkan secara statistik jumlah

responden yang didapat dengan jumlah perusahaan konstruksi secara nasional,

data perusahaan dan responden memiliki tingkat keandalan yang rendah.

IV.3. Pemahaman Kontraktor Mengenai Biaya Tidak Langsung

Objektif dari kelompok pertanyaan ini adalah untuk mengetahui apakah

responden, kontraktor, mengerti tentang biaya tidak langsung atau tidak, sejauh

mana pemahaman responden mengenai biaya tidak langsung dan dari mana

mereka mengetahuinya. Berikut informasi yang diperoleh mengenai pemahaman

kontraktor mengenai biaya tidak langsung.

90.48%

4.76%

Persentase Responden Mengerti Yang Dimaksud Dengan Biaya Tidak Langsung

YaTidak

Gambar IV.15 Persentase Responden Mengerti Mengenai Biaya Tidak Langsung

Gambar IV.16 Persentase Alasan Responden Mengetahui Biaya Tidak Langsung

46

Page 47: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berdasarkan hasil survei pada Gambar IV.15 terlihat bahwa sebagian besar

responden mengerti tentang biaya tidak langsung. Sedangkan untuk mengetahui

dari mana responden mengetahui mengenai biaya tidak langsung dapat dilihat

pada Gambar IV.16. Sebagian besar responden menjawab mengetahui biaya tidak

langsung karena bagian dari pekerjaan. Namun beberapa dari responden

menjawab alasan mengetahui biaya tidak langsung adalah gabungan dari bagian

dari pekerjaan, berdasarkan pengalaman dan dari informasi dan pengetahuan.

Berdasarkan fakta yang ada, maka kontraktor besar dan menengah telah

mengetahui pengertian biaya tidak langsung. Untuk dapat mengetahui sejauh

mana pengetahuan kontraktor dalam mendeskripsikan dan memahami biaya tidak

langsung dapat dianalisis dari mana mereka mengetahuinya.

Sebagian besar responden menjawab bahwa mengetahui pengertian biaya tidak

langsung karena merupakan bagian dari pekerjaan mereka. Artinya responden

mengetahui bahwa biaya tidak langsung adalah bagian dari tahap perencanaan

pembiayaan proyek untuk membuat suatu pengajuan harga penawaran yang akan

diikutkan dalam pelelangan proyek konstruksi, sehingga dalam masa tahap

perencanaan perlu dilakuakannya estimasi biaya untuk mendapatkan nilai yang

optimal.

Beberapa responden menjawab mengetahui biaya tidak langsung dari gabungan

pekerjaan, berdasarkan pengalaman, dan informasi dan pengetahuan. Hal ini dapat

berarti bahwa responden mengenal cukup jauh apa itu biaya tidak langsung,

sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengetahui mekanisme,

dan faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam mengestimasi biaya

tidak langsung.

Dari informasi data responden, sebagian besar jabatan responden adalah

estimator/engineer di perusahaannya dengan pengalaman < 5 tahun dan beberapa

responden lainnya sebagai staf engineer dan kepala departemen dengan

pengalaman 5-10 tahun. Informasi ini berkaitan dengan informasi responden

mengetahui pengertian biaya tidak langsung dari informasi dan pengetahuan

sebagaimana dijelaskan di atas. Responden mengestimasi biaya lebih banyak

47

Page 48: 66618457 Draft Tesis Dony3

menggunakan informasi dan pengetahuan mereka dengan latar belakang

pendidikan S1 dan dari lingkungan kerja.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden, baik kontraktor

menengah maupun besar memiliki pemahaman yang baik mengenai biaya tidak

langsung. Dapat dijelaskan dari personil dengan latar belakang pendidikan dan

pengalaman yang baik, diwakili oleh estimator/engineer, staf engineer dan kepala

departemen dengan pengalaman 5-10 tahun. Selain itu didukung juga perusahaan

kontraktor menengah dan besar (BUMN dan swasta nasional) dengan pengalaman

10-20 tahun. Pemahaman responden mengenai biaya tidak langsung sebagian

besar diperoleh dari pekerjaan mereka dalam mengestimasi biaya dan berdasarkan

pengalaman. Ini artinya responden telah dapat mengidentifikasi mekanisme yang

dipakai dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dalam mengestimasi

biaya tidak langsung.

IV.4. Mekanisme Penetapan dan Pengendalian Estimasi Biaya Tidak

Langsung

Objektif dari kelompok pertanyaan ini secara umum adalah untuk mengetahui

bagaimana mekanisme kontraktor dalam menetapkan dan menghitung besarnya

biaya tidak langsung dalam suatu proyek konstruksi, apakah setiap proyek

memiliki perlakuan yang sama atau berbeda dalam mengestimasi biaya

proyeknya, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya serta apa saja usaha

kontraktor dalam upaya mengendalikan biaya tidak langsung.

a. Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung

Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui seberapa penting

responden menganggap estimasi biaya tidak langsung dalam tahapan

mengestimasi biaya proyek konstruksi dan alasan yang menganggap hal tersebut

menjadi penting. Berikut informasi yang diperoleh berdasarkan hasil survei

mengenai pentingnya estimasi biaya tidak langsung.

48

Page 49: 66618457 Draft Tesis Dony3

95.24%

4.76%

Persentase Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung

Tidak pentingPentingTidak Menjawab

Gambar IV.17 Persentase Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung

Gambar IV.18 Persentase Alasan Pentingnya Estimasi Biaya Tidak Langsung

Dari hasil survei yang dilihatkan pada Gambar IV.17 mengenai pentingnya

estimasi biaya tidak langsung terlihat bahwa sebagian besar responden menjawab

estimasi biaya tidak langsung penting. Kemudian pada Gambar IV.18

menjelaskan alasan responden menganggap estimasi biaya tidak langsung penting.

Dari hasil survei terlihat bahwa sebagian besar responden karena dapat

mempengaruhi keuntungan dan berguna untuk antisipasi biaya risiko. Ini berarti

bahwa responden tidak hanya fokus kepada pencapaian target keuntungan namun

juga telah memikirkan lebih jauh mengenai antisipasi biaya risiko. Selanjutnya

setelah kedua hal tersebut terpenuhi, barulah responden berfikir untuk

49

Page 50: 66618457 Draft Tesis Dony3

mengestimasi biaya tidak langsung dengan optimal untuk menang dalam

penawaran.

Sebagian dari responden beralasan pentingnya estimasi biaya tidak langsung

adalah karena gabungan untuk mempengaruhi kesempatan menang dalam

penawaran, mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh dan berguna untuk

mengantisipasi biaya risiko. Hal ini berarti responden dengan jawaban tersebut

menganggap estimasi biaya tidak langsung sangat penting dengan berusaha

menerapkan ketiganya. Selain itu jika dikaitkan dengan hasil survei sebelumnya

pada Gambar IV.7 dimana sebagian besar kontraktor telah memiliki divisi

estimasi dalam perusahaannya. Dengan adanya divisi estimasi dan kesadaran yang

tinggi akan pentingnya estimasi biaya serta didukung dengan sumber daya

manusia (personil estimasi) dengan latar belakang pendidikan yang baik,

memperlihatkan bahwa kontraktor telah fokus untuk mendukung hasil estimasi

biaya yang baik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden menganggap

melakukan estimasi biaya tidak langsung akan berpengaruh pada besar-kecilnya

keuntungan yang akan diperoleh dan berguna untuk mengantisipasi biaya risiko,

sehingga menganggap penting untuk melakukan estimasi biaya tidak langsung.

b. Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung

Objektif dari bagian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme yang

dilakukan oleh kontraktor dalam menetapkan biaya tidak langsung. Setiap

kontraktor memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengestimasi biaya tidak

langsung. Semakin tinggi kualifikasi perusahaan konstruksi, semakin kompleks

organisasinya dan semakin detail bagian-bagian divisi di dalamnya termasuk

divisi estimasi. Hal ini dikarenakan semakin besarnya nilai proyek yang mereka

ikutkan dalam penawaran. Sebaliknya semakin rendah kualifikasi kontraktor,

maka semakin sederhana organisasi yang dimiliki perusahaan dan tentunya

bagian-bagian divisi dalam manajemen perusahaan semakin ramping.

Berdasarkan hasil survei sebagian besar responden, kontraktor, telah memiliki

divisi estimasi. Artinya semakin fokus kontraktor menengah dan besar dalam

50

Page 51: 66618457 Draft Tesis Dony3

mengestimasi biaya proyek. Alasan mereka menganggap penting estimasi biaya

tidak langsung dikarenakan dapat mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh

dan berguna untuk mengantisipasi biaya risiko. Setiap kontraktor tentunya

berusaha untuk memiliki personil estimasi yang handal dalam melakukan

tugasnya, sehingga hasil estimasi biaya dapat bersaing dengan kontraktor lainnya

dengan harapan dapat memenangkan penawaran.

Tidak ada penjelasan yang pasti tentang standar perhitungan estimasi biaya tidak

langsung di Indonesia. Kontraktor dalam melakukan estimasi pun tidak memiliki

standar tertentu dan hanya tergantung dari kebijakan perusahaan masing-masing.

Namun secara umum kontraktor menetapkan mekanisme estimasi biaya tidak

langsung dengan nilai persentase dari biaya langsung ataupun dari total nilai

kontrak (Yusuf, 2010). Berikut hasil survei mengenai mekanisme penetapan biaya

tidak langsung.

Gambar IV.19 Persentase Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung

28.57%28.57%

Persentase Mekanisme % Nilai Dalam Penetapan Biaya Tidak Langsung

Total nilai kontrakNilai lain (biaya, upah, material, dll)Nilai item pekerjaan (pekerjaan subbase, subgrade, surface, dll)

Gambar IV.20 Persentase Mekanisme % Nilai Dalam Penetapan Biaya Tidak

Langsung

51

Page 52: 66618457 Draft Tesis Dony3

9.52%4.76%

9.52%

33.33%

14.29%

Persentase Mekanisme Nilai tertentu Dalam Penetapan Estimasi Biaya Tidak Langsung

Besarnya resiko proyekBesarnya nilai ProyekKarakteristik proyek Gabungan ketiganya

Gambar IV.21 Persentase Mekanisme Nilai Tertentu Dalam Penetapan Estimasi

Biaya Tidak Langsung

Dari hasil survei yang telah dilakukan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar

IV.19 mengenai mekanisme penetapan biaya tidak langsung. Sebagian besar

responden menjawab bahwa mekanisme yang mereka gunakan adalah dengan

persen nilai. Besar/kecilnya persen nilai ditentukan dari pengalaman mereka

dalam mengestimasi biaya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada

responden, mereka menyatakan bahwa penetapan tersebut dilandaskan pada

proyek-proyek terdahulu. Untuk dapat melakukan analisis estimasi, maka

responden mencari proyek-proyek sejenis dengan karakteristik yang mendekati

proyek baru. Misal, jika kontraktor akan mengestimasi proyek jalan berupa

rehabilitasi jalan dengan panjang tertentu maka mereka akan mencari proyek

terdahulu dengan karakteritik sejenis. Hal tersebut lebih memudahkan kontraktor

dalam mengestimasi biaya, khususnya dalam menetapkan besaran persen nilai

biaya tidak langsung.

Penetapan persen nilai diestimasi terhadap total nilai kontrak dan nilai lainnya

( biaya, upah, material, dll) yang berkaitan langsung dengan volume pekerjaan. Ini

diperlihatkan pada Gambar IV.20. Nilai lainnya tersebut terdiri dari biaya, upah,

material yang merupakan komponen-komponen dari biaya langsung. Sehingga

dapat dikatakan bahwa kontraktor dalam menetapkan mekanisme biaya tidak

langsung dengan persen nilai terhadap dua hal, yaitu total nilai proyek dan biaya

langsung.

52

dony prastya kesuma, 09/22/11,
KSP: Berdasarkan hasil survei memperlihatkan gambaran mekanisme estimasi BTL berupa % nilai terhadap total nilai kontrak dan biaya langsung.
Page 53: 66618457 Draft Tesis Dony3

Sebagian responden menjawab penetapan persen nilai berdasarkan pada total nilai

kontrak. Artinya responden telah memiliki pengalaman yang cukup sehingga

dapat menetapkan persen nilai biaya tidak langsung terhadap total nilai kontrak.

Jika dikaitkan dengan hasil survei sebelumnya yang diperlihatkan pada Gambar

IV.8 mengenai latar belakang pendidikan terakhir responden dan Gambar IV.9

mengenai pengalaman personil estimasi pada divisi estimasi, yaitu didominasi

dengan latar belakang pendidikan S1 Teknik sipil dan dengan pengalaman 5-10

tahun di divisi estimasi, maka hal ini cukup membuktikan mekanisme yang

digunakan kontraktor dalam mengestimasi biaya sesuai dengan kondisi

perusahaannya. kontraktor didukung oleh personil estimasi yang berpengalaman

dibidangnya dengan latar belakang yang baik.

Sebagian responden lainnya menjawab penetapan persen nilai terhadap nilai lain

seperti biaya, upah dan material yang merupakan komponen-komponen biaya

langsung. Artinya responden telah melakukan terlebih dahulu estimasi biaya

langsung berupa biaya yang berkaitan langsung dengan volume pekerjaan sesuai

dengan proyek yang ada. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada

responden diperoleh informasi bahwa responden dalam melakukan estimasi biaya

langsung berdasarkan cacatan estimasi proyek sebelumnya. Dapat dikatakan

bahwa responden telah memiliki cacatan tentang estimasi proyek yang cukup

baik.

Pada bagian lain dari hasil survei diperlihatkan pada Gambar IV.21, sebagian

responden menggunakan mekanisme nilai tertentu dalam mengestimasi biaya

tidak langsung. Mekanisme nilai tertentu berdasarkan pada gabungan dari

besarnya risiko proyek, besarnya nilai proyek dan karakteristik proyek. Informasi

ini dapat menjelaskan bahwa responden beranggapan dalam mengestimasi biaya

proyek agar mendapatkan hasil optimal, harus memikirkan juga alokasi biaya

untuk menutupi besarnya risiko yang dihadapi dan dari karakteristik proyek itu

sendiri. Dalam menetapkan biaya risiko, kontraktor juga melihat besarnya nilai

proyek yang bisa diestimasi, sehingga pada akhirnya kontraktor akan memperoleh

hasil estimasi biaya optimal yang dapat bersaing dalam proses penawaran dengan

kontraktor lainnya.

53

Page 54: 66618457 Draft Tesis Dony3

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kontraktor

menengah dan besar menggunakan mekanisme persen nilai dalam mengestimasi

biaya tidak langsung berdasarkan pada total nilai kontrak dan nilai lainnya (biaya,

upah, material, dll) / biaya langsung.

c. Tingkat Efektivitas Biaya Tidak Langsung

Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengukur apakah penetapan

besarnya biaya tidak langsung yang telah dilakukan cukup baik dan bagaimana

responden mengetahui apakah mekanisme penetapan tersebut efektif atau tidak.

Berikut hasil survei yang telah dilakukan.

61.90%

33.33%

4.76%

Persentase Ukuran Efektifitas Biaya Tidak Langsung

EfektifKurang efektifTidak efektifTidak Menjawab

Gambar IV.22 Persentase Ukuran Efektifitas Biaya Tidak Langsung

Gambar IV.23 Persentase Tingkat Efektifitas Biaya Tidak Langsung

Dari Gambar IV.22 diperlihatkan mengenai ukuran efektifitas biaya tidak

langsung. Sebagian besar responden menjawab bahwa mekanisme penetapan

biaya tidak langsung yang telah dilakukan sudah efektif. Tingkat efektifitasnya

54

Page 55: 66618457 Draft Tesis Dony3

diukur berdasarkan parameter yang diperlihatkan pada Gambar IV.23 di atas.

Berdasarkan informasi pada Gambar IV.23, sebagian besar responden menjawab

bahwa tingkat efektifitas estimasi biaya tidak langsung berdasarkan pada

kesesuaian risiko yang ditangani dan dari persentase keberhasilan memenangkan

penawaran. Artinya pertimbangan utama kontraktor dalam mengestimasi biaya

tidak langsung adalah risiko proyek. Risiko proyek merupakan bagian dari faktor

eksternal yang mempengaruhi kontraktor dalam mengestimasi biaya tidak

langsung. Pada faktor ekseternal, hal yang menjadi penting adalah informasi

proyek yang diperoleh pada tahapan disain dan data historis perusahaan. Informasi

yang banyak dan didukung dengan pengalaman perusahaan akan menghasilkan

hasil estimasi biaya yang lebih baik dan akurat (Yusuf, 2010).

Jika dikaitkan dengah hasil survei bagian pertanyaan mengenai pentingnya

estimasi biaya tidak langsung pada Gambar IV.17 dan alasan responden

menganggap penting estimasi biaya tidak langsung pada Gambar IV.18, estimasi

biaya tidak langsung dipengaruhi oleh karakteristik proyek dan risiko merupakan

bagian didalamnya. Artinya risiko menjadi bagian utama dalam kontraktor

mengestimasi biaya tidak langsung, sehingga dapat dikatakan bahwa tren yang

terjadi adalah biaya tidak langsung harus dapat mengcover biaya risiko proyek.

Jika hal ini dapat dilakukan dengan cukup baik, maka keuntungan yang

diharapkan oleh kontraktor dapat tercapai.

Beberapa responden menjawab efektivitas dinilai berdasarkan parameter biaya

pekerjaan, daerah / lokasi proyek dan perbandingan antara laporan aktual proyek

terhadap anggaran perencanaan. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat efektifitas

dari estimasi biaya tidak langsung dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal

perusahaan. Faktor eksternal tersebut berupa karakteristik proyek dengan salah

satu faktornya adalah lokasi proyek. Lokasi proyek dijadikan sebagai salah satu

parameter responden dalam menentukan tingkat efektivitas estimasi biaya tidak

langsung karena lokasi proyek jalan kebanyakan berada di daerah yang sulit

dijangkau, khususnya transportasi material dan alat berat yang digunakan. Jika

kontraktor salah perhitungan dalam mengestimasi biaya, maka keuntungan yang

diharapkan sulit untuk tercapai dengan kemungkinan besar mendapatkan

55

Page 56: 66618457 Draft Tesis Dony3

kerugian. Sedangkan faktor internal berupa biaya pekerjaan, dan perbandingan

antara laporan aktual proyek terhadap anggaran perencanaan. Hal ini sangat

bergantung pada personil estimasi yanng dimiliki kontraktor. Personil dengan

latar belakang yang sejalan dengan kebutuhan divisi estimasi serta berpengalaman

dapat menghasilkan estimasi biaya yang baik.

Dari penjelasan hasil survei di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum

mekanisme penetapan biaya tidak langsung yang dilakukan oleh kontraktor besar

dan menengah sudah baik. Hal ini dinilai berdasarkan asumsi kontraktor yang

menguraikan komponen-komponen biaya tidak langsung dengan aspek-aspek

ketidakpastian yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi estimasi baik

faktor internal maupun eksternal. Selain itu faktor-faktor tersebut dijadikan

sebagai parameter untuk menentukan tingkat efektivitas mekanisme estimasi

biaya tidak langsung. Mekanisme yang dilakukan berupa persen nilai terhadap

total nilai kontrak dan nilai lainnya (biaya, upah, material) / biaya langsung yang

menggambarkan satu hal, yaitu harus sesuai dengan tingkat risiko yang ditangani.

d. Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung Pada Setiap Proyek

Proyek konstruksi memiliki karakteristik yang unik dan berbeda satu dengan yang

lainnya. Objektif dari bagian pertanyan ini adalah untuk menelusuri apakah

mekanisme yang dilakukan kontraktor dalam mengestimasi biaya tidak langsung

sama untuk setiap proyeknya. Jika tidak, dimana letak perbedaannya dan faktor-

faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perbedaan tersebut. Berikut

hasil survei yang telah dilakukan mengenai mekanisme penetapan biaya tidak

langsung pada setiap proyek.

56

Page 57: 66618457 Draft Tesis Dony3

66.67%

28.57%

Persentase Membedakan Penetapan Biaya Tidak Langsung Mas-ing-Masing Proyek

YaTidak

Gambar IV.24 Persentase Membedakan Penetapan Biaya Tidak Langsung Masing-

Masing Proyek

23.81%

47.62%

19.05%

4.76%

Persentase Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Penetapan Biaya Tidak Langsung

Proyek pemerintah pusat atau daerah

Karakteristik proyek (bangunan gedung, bangunan air, bangunan lainnya)

Lain-lain: Lokasi proyek, pemilik proyek, sumber bahan baku, dll. Gabungan tergan-tung skope, karakteristik, waktu, dan organ-isasinya.

Tidak Menjawab

Gambar IV.25 Persentase Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Penetapan

Biaya Tidak Langsung

Dari Gambar IV.24 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden membedakan

penetapan biaya tidak langsung masing-masing proyek. Faktor yang

mempengaruhi adalah karakteristik proyek karena setiap proyek memiliki

karakteristik yang berbeda-beda. Hasil survei mengenai faktor tersebut

diperlihatkan pada Gambar IV.25 di atas. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan kepada responden, karakteristik proyek yang mereka maksud mencakup

berbagai hal baik terkait langsung dengan proyek maupun hanya sebagai

pendukung, seperti jenis proyek, owner (pemerintah pusat / daerah), lokasi

proyek, aksesbilitas menuju lokasi proyek, jadwal proyek, lingkungan sekitar

proyek, proses birokrasi yang akan dilalui, risiko proyek, kompleksitas proyek,

57

Page 58: 66618457 Draft Tesis Dony3

pihak-pihak luar yang terlibat dalam proyek (pemerintah sebagai owner, konsultan

perencana, subkontraktor, suplier), spesifikasi, dokumen kontrak, organisasi

proyek, ketersediaan tenaga kerja dan lain sebagainya. Hal ini dapat

mengindikasikan bahwa kontraktor dalam mengestimasi biaya sangat

membutuhkan banyak informasi terkait dengan proyek yang masuk dalam target

penawaran karena banyaknya ketidakpastian dan faktor yang komplek pada tahap

awal persiapan penawaran.

Sebagian responden lainnya beranggapan bahwa faktor owner (pemilik proyek)

pada proyek jalan, yaitu pemerintah pusat atau daerah. Berdasarkan dari

wawancara yang telah dilakukan kepada responden, mereka beranggapan bahwa

semakin kompleks kondisi proyek jika ownernya adalah pemerintah pusat.

Kompleksitas tersebut dapat berupa spesifikasi teknis, dokumen kontrak,

persyaratan terntentu selama pelaksanaan proyek dan jalur birokrasi yang harus

dilalui.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kontraktor besar dan

menengah membedakan mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada setiap

proyek konstruksi. Faktor utama yang membuat kontraktor membedakan

mekanismenya adalah karakteristik proyek, karena setiap proyek unik dan

memiliki karakteristik masing-masing. Oleh karena itu diperlukan mekanisme

yang berbeda dalam menetapkan biaya tidak langsung pada saat mengestimasi

harga penawaran.

e. Pengendalian Biaya Tidak Langsung

Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui apakah kontraktor

melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung dan mengetahui upaya apa

saja yang dilakukan oleh kontraktor untuk mengendalikan biaya tidak langsung.

Berikut hasil survei yang telah dilakukan mengenai pengendalian biaya tidak

langsung.

58

Page 59: 66618457 Draft Tesis Dony3

90.48%

4.76%

Persentase Pengendalian Terhadap Biaya Tidak Langsung

Ya Tidak

Gambar IV.26 Persentasi Pengendalian Terhadap Biaya Tidak Langsung

Gambar IV.27 Persentase Upaya Pengendalian Terhadap Biaya Tidak Langsung

Dari Gambar IV.26 dan Gambar IV.27 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung melalui laporan

keuangan proyek. Laporan keuangan proyek berisikan arus keluar masuk

keuangan yang terjadi pada suatu proyek. Segala kegiatan pengeluaran dan

pemasukan proyek dicatat melalui laporan keuangan (Yusuf, 2010). Kemudian

laporan keungan dilaporkan dengan periode tertentu. Biasanya dilaporkan setiap

minggu, setiap bulan, dan/ atau pertiga bulan melalui rapat personil lapangan

dengan perwakilan dari kantor pusat untuk kemudian dilakukan evaluasi apakah

kondisi keuangan sudah baik dan diharapkan perbedaan antara laporan aktual dan

rencana tidak begitu signifikan.

59

Page 60: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berdasarkan informasi yang diperoleh di atas dapat dikatakan bahwa baik

kontraktor besar dan menengah telah melakukan pengendalian estimasi biaya

tidak langsung dengan menggunakan laporan keuangan proyek. Hal ini berarti

kontraktor telah memiliki catatan laporan keuangan proyek-proyek yang

dikerjakan dan selanjutnya laporan keuangang tersebut dijadikan sebagaian alat

untuk mengestimasi biaya tidak langsung proyek selanjutnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada responden mengenai dengan

pengendalian biaya tidak langsung, sebagian responden menggunakan laporan

keuangan beberapa proyek beberapa tahun terakhir. Tidak ada penjelasan konkrit

mengenai batasan tahun laporan keuangan proyek yang digunakan untuk

mengestimasi biaya. Pada setiap akhir proyek laporan keuangan dievaluasi

terhadap laporan rencana yang telah disusun sebelumnya, sehingga jika terjadi

penyimpangan dapat dijadikan sebagai gambaran untuk mengestimasi proyek-

proyek selanjutnya.

Beberapa dari responden menjawab bahwa mereka melakukan pengendalian

terhadap biaya tidak langsung dengan melakukan analisis dan manajemen

terhadap risiko masing-masing komponen biaya tidak langsung berdasarkan

kebiasaan dan kondisi saat itu dari kelancaran proyek dan rapat mingguan,

bulanan dan per tiga bulanan sesuai dengan progres.

Pada bagian lain dari pertanyaan tersebut terdapat responden menjawab tidak

melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung dikarenakan keterbatasan

tenaga ahli. Jika diurut mengenai data perusahaan, maka responden termasuk ke

dalam kontraktor kualifikasi menengah dan tidak memiliki divisi estimasi

diperusahaannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dapat

membuat rekapitulasi pengeluaran dan pemasukan biaya proyek dalam bentuk

laporan keuangan proyek. Laporan tersebut digunakan untuk melakukan

pengendalian terhadap biaya tidak langsung. Keterbatasan tenaga ahli merupakan

faktor utama mengapa responden tidak melakukan pengendalian terhadap biaya

tidak langsung.

60

Page 61: 66618457 Draft Tesis Dony3

IV.5. Pengalaman Kontraktor Dalam Melaksanakan Proyek Jalan

Objektif kelompok pertanyan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

pengalaman kontraktor dalam melaksanakan proyek jalan. Jika dikaitkan dengan

hasil survei sebelumnya pada Gambar IV.6 mengenai jenis proyek yang sering

ditangani kebanyakan responden mengerjakan proyek infrastruktur jalan dan

bangunan sipil lainnya. Artinya responden termasuk dalam kontraktor umum

(general contractor), sehingga dengan adanya bagian pertanyaan ini dapat

diketahui lebih mendalam mengenai pengalaman kontraktor dalam mengerjakan

proyek jalan. Berikut hasil survei yang telah dilakukan mengenai pengalaman

kontraktor dalam mengerjakan proyek jalan.

14.29%

23.81%

9.52%

9.52%

Persentase Pengalaman Kontraktor Mengerjakan Proyek Jalan

<5 tahun5-10 tahun10-20 tahun>20 tahun

Gambar IV.28 Persentase Pengalam Kontrakto Mengerjakan Proyek Jalan

Tabel IV.2 Pelaksanaan Proyek Jalan Dalam Dua Tahun Terakhir Terhitung

Tahun 2008

No.Jenis Proyek Jalan

Jawaban Jumlah

Persentas

e

1 Rehabilitasi jalan baru:  

Jumlah proyek yang

ditangani

<5 proyek 6 28.57%

5-10 proyek 4 19.05%

>10 proyek 1 4.76%

Nilai proyek rata-rata <5 M 5 23.81%

5-10 M 2 9.52%

>10 M 3 14.29%

Nilai proyek terbesar <5 M 4 19.05%

5-10 M 1 4.76%

61

Page 62: 66618457 Draft Tesis Dony3

>10 M 6 28.57%

Durasi proyek rata-rata <3 bulan 0 0%

3-6 bulan 6 28.57%

>6 bulan 2 9.52%

Jenis kontrak yang

digunakan

Unit price 10 47.62%

Lump sum 1 4.76%

Lainnya 0 0%

2 Pembangunan jalan baru:  

Jumlah proyek yang

ditangani

<5 proyek 7 33.33%

5-10 proyek 4 19.05%

>10 proyek 1 4.76%

Nilai proyek rata-rata <5 M 3 14.29%

5-10 M 5 23.81%

>10 M 3 14.29%

Nilai proyek terbesar <5 M 1 4.76%

5-10 M 4 19.05%

>10 M 5 23.81%

Durasi proyek rata-rata <3 bulan 0 0%

3-6 bulan 2 9.52%

>6 bulan 5 23.81%

Jenis kontrak yang

digunakan

Unit price 10 47.62%

Lump sum 1 4.76%

Lainnya 0 0%

Dari Gambar IV.28 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki

pengalaman mengerjakan proyek jalan selama 5-10 tahun. Ini berarti responden

telah memiliki cukup pengalaman dalam mengerjakan proyek jalan. Sedangkan

pada Tabel IV.2 menunjukkan sebagian besar responden menjawab kontrak

konstruksi yang sering digunakan dalam proyek jalan baik berupa proyek

rehabilitasi jalan dan pembangunan jalan baru adalah kontrak unit price.

Pada bagian pertanyaan lainnya jumlah proyek rata-rata dalam dua tahun terakhir

terhitung tahun 2008 yang dikerjakan oleh kontraktor adalah < 5 proyek jalan.

62

Page 63: 66618457 Draft Tesis Dony3

Sedangkan besarnya nilai proyek jalan yang dikerjakan oleh kontraktor rata-rata <

5 Milyar untuk proyek rehabilitasi jalan dan 5-10 Milyar untuk proyek

pembangunan jalan baru.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kontraktor besar

dan menengah memiliki pengalaman 5-10 tahun dalam mengerjakan proyek jalan

dengan kontrak yang sering digunakan adalah kontrak unit price.

IV.6. Komponen-komponen Biaya Tidak Langsung

Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui komponen apa saja

yang dihitung oleh kontraktor yang masuk ke dalam komponen-komponen biaya

tidak langsung pada harga penawaran dan mengetahui mekanisme responden

dalam menetapkan nilai komponen-komponen tersebut. Berdasarkan AACE

(1992), komponen biaya tidak langsung adalah pajak, kondisi umum, risiko dan

overhead. Selain itu untuk mengetahui apakah standar komponen-komponen

biaya tidak langsung yang ditetapkan oleh AACE diterapkan oleh kontraktor di

Indonesia khususnya dalam perhitungan harga penawaran proyek jalan.

a. Komponen-komponen Biaya Tidak Langsung Yang Berpengaruh Pada

Harga Penawaran

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan mengenai komponen-komponen biaya

tidak langsung yang diisi oleh 11 responden, sebagian besar responden

beranggapan bahwa komponen-komponen estimasi biaya tidak langsung yang

masuk dalam harga penawaran adalah pajak, biaya jaminan (bond), asuransi,

biaya umum (general condition), risiko dan overhead (kantor&proyek). Kemudan

responden merinci kembali dengan ditail komponen-komponen biaya tidak

langsung tersebut perbagian. Komponen yang sangat berpengaruh pada estimasi

biaya tidak langsung adalah komponen risiko dan overhead karena keduanya

memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi.

63

Page 64: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.3 Komponen-komponen Biaya Tidak Langsung

Ya Persentase Tidak Persentase

Pajak Penghasilan (PPh) 12 57.14% 2 9.52%Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 47.62% 5 23.81%Pajak Upah 9 42.86% 6 28.57%Lainnya: Subkontraktor. 2 9.52% 0 0%

Penawaran 10 47.62% 5 23.81%Pelaksanaan 10 47.62% 5 23.81%Pembayaran 5 23.81% 10 47.62%Uang Muka 9 42.86% 6 28.57%Lainnya:Retensi. Pemeliharaan 2 9.52% 0 0%

Asuransi Proyek (CAR) 9 42.86% 6 28.57%Asuransi Pihak Ketiga 6 28.57% 9 42.86%Asuransi Tenaga Kerja 10 47.62% 5 23.81%J amsostek 9 42.86% 6 28.57%Lainnya: Angkutan mineral. 1 4.76% - -

Operasional Kendaraan 12 57.14% 3 14.29%Operasional Peralatan 11 52.38% 4 19.05%Pemeliharaan Kendaraan 11 52.38% 4 19.05%Pemeliharaan Peralatan 9 42.86% 5 23.81%Biaya Perlengkapan Rumah Tangga 8 38.10% 6 28.57%Retribusi/ Ijin 10 47.62% 5 23.81%Biaya Keberhasilan Proyek 6 28.57% 8 38.10%Biaya Keamanan Proyek 11 52.38% 4 19.05%Lainnya: Biaya melancarkan proyek (uang pelicin).

2 9.52% 0 0%

Keuntungan (profit) 13 61.90% 1 4.76%Biaya Tidak Terduga (contingency) 12 57.14% 2 9.52%Lainnya:

Direksi 12 57.14% 3 14.29%Gaji Karyawan Kantor 11 52.38% 4 19.05%Sewa Kantor 10 47.62% 5 23.81%Biaya Perlengkapan Kantor 10 47.62% 4 19.05%Lainnya: Biaya makan dan minum. 1 4.76% 0 0%

Biaya Administrasi Proyek 11 52.38% 4 19.05%Listrik, Air & Telepon Proyek 12 57.14% 3 14.29%Gaji Pegawai Proyek 11 52.38% 4 19.05%Kantor Proyek 11 52.38% 4 19.05%Gudang 10 47.62% 5 23.81%Biaya Perlengkapan Camp. Karyawan 9 42.86% 5 23.81%Biaya Peralatan Proyek 8 38.10% 7 33.33%Biaya Cetak Gambar 9 42.86% 6 28.57%Biaya Engineering 10 47.62% 5 23.81%Biaya Pengujian 10 47.62% 5 23.81%Biaya Survei 10 47.62% 5 23.81%Kerja Ulang 9 42.86% 4 19.05%Lainnya: Dari nilai proyek untuk pemeliharaan selama 6 bulan.

1 4.76% 0 0%

6a. Kantor:

b. Proyek:

3

4

Overhead:

Komponen Biaya Tidak LangsungNo.

Berpengaruh Pada Penawaran

1 Pajak:

2 Biaya J aminan (Bond):

Asuransi:

Biaya Umum (General Condition):

5 Resiko:

64

Page 65: 66618457 Draft Tesis Dony3

Dari hasil survei pada Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa komponen-komponen biaya

tidak langsung secara detail adalah sebagai berikut:

1. Pajak

Sebagian besar responden menjawab bahwa jenis pajak yang masuk dalam

komponen biaya tidak langsung adalah Pajak Penghasilan (PPh). Artinya

pajak yang sering dimasukkan dalam estimasi biaya tidak langsung pada

harga penawaran adalah Pajak Penghasilan (PPh). Beberapa responden

menjawab selain Pajak Penghasilan (PPh) terdapat jenis pajak lainnya

yang masuk dalam estimasi biaya tidak langsung, yaitu Pajak Pertambahan

Nilai (PPN), dan Pajak Upah.

2. Biaya Jaminan (Bond)

Sebagian responden menjawab bahwa biaya jaminan yang masuk dalam

komponen biaya tidak langsung adalah penawaran, pelaksanaan dan uang

muka. Namun beberapa responden menjawab bahwa pembayaran tidak

termasuk dalam komponen biaya jaminan (bond) yang merupakan bagian

dari komponen estimasi biaya tidak langsung pada harga penawaran.

Artinya komponen biaya jaminan (bond) yang masuk dalam komponen

estimasi biaya tidak langsung adalah penawaran, pelaksanaan dan uang

muka.

3. Asuransi

Sebagian besar responden menjawab bahwa komponen asuransi yang

masuk dalam komponen estimasi biaya tidak langsung adalah asuransi

proyek (CAR), asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Namun berdasarkan

hasil wawancara yang dilakukan kepada responden, asuransi yang sering

digunakan dalam estimasi biaya tidak langsung pada penawaran adalah

asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Hal ini berarti pada proyek jalan

tetap mengalokasikan sejumlah biaya untuk menjamin keselamatan kerja

dilapangan bagi personilnya dalam bentuk asuransi. Pada bagian lain

beberpa responden beranggapan asuransi pihak ketiga tidak termasuk ke

dalam komponen estimasi biaya tidak langsung.

65

Page 66: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berdasarkan pada Panduan Analisis Harga Satuan, komponen asuransi

masuk dalam komponen pajak dan dihitung berupa persen (%) nilai

terhadap biaya langsung keseluruhan (Direktorat Jenderal Bina Marga,

2006).

4. Biaya Umum (General Condition)

Sebagian besar responden menjawab bahwa komponen biaya umum yang

masuk dalam komponen estimasi biaya tidak langsung adalah biaya

operasional kendaraan, biaya operasional peralatan, biaya pemeliharaan

kendaraan, biaya pemeliharaan peralatan, retribusi/ijin dan biaya

keamanan proyek. Beberapa responden memasukkan biaya untuk

melancarkan proyek yang diberikan kepada pihak tertentu dalam estimasi

biaya tidak langsung. Berdasarkah hasil wawancara responden

beranggapan bahwa pengalokasian biaya untuk melancarkan proyek perlu

dilakukan karena jika tidak dialokasikan maka dapat mempengaruhi

besarnya keuntungan yang diperoleh. Terkadang jika jalur birokrasi yang

dilalui terbilang sulit dan berliku, maka akan membutuhkan biaya

melancarkan proyek yang lebih besar jumlahnya dari perencanaan awal.

Berdasarkan Panduan Analisis Harga Satuan, komponen biaya umum

dalam komponen biaya overhead dan dihitung beruap persen (%) nilai

terhadap biaya langsung keseluruhan (Direktorat Jenderal Bina Marga,

2006). Sehingga dapat dikatakan biaya umum (overhead) adalah biaya

yang diperhitungakan sebagai biaya operasional dan pengeluaran biaya

kantor pusat yang bukan dari biaya pengadaan untuk setiap mata

pembayaran, biaya manajemen, akuntansi, pelatihan dan auditing,

perjanjian, registrasi, biaya iklan, humas dan promosi, dan lain sebagainya.

5. Risiko

Sebagian besar responden menjawab bahwa komponen dari risiko yang

masuk dalam estimasi biaya tidak langsung pada biaya penawaran adalah

keuntungan (profit) dan biaya tak terduga (contingency). Kedua komponen

ini mengandung ketidakpastian yang tinggi, sehingga diperlukan

66

dony prastya kesuma, 09/24/11,
KSP: Biaya umum adalah biaya overhead berdasarkan PAHS.
dony prastya kesuma, 09/24/11,
Sudah dibahas
dony prastya kesuma, 09/24/11,
KSP: Pembahasan mengenai uang pelicin proyek.
Page 67: 66618457 Draft Tesis Dony3

ketajaman analisa dari divisi estimasi dalam mengestimasi komponen

tersebut. Jika salah perhitungan, bukan tidak mungkin kontraktor akan

mengalami kerugian.

6. Overhead

Yang termasuk dalam overhead adalah overhead kantor dan overhead

proyek. Berdasarkan hasil survey sebagian besar responden memasukkan

komponen overhead kantor dalam estimasi tidak langsung seperti fee

direksi, gaji karyawan kantor, sewa kantor dan biaya peralatan kantor.

Sedangkan untuk overhead proyek, sebagian responden memasukkan

komponen-komponen seperti biaya administrasi proyek, biaya listrik, air

dan telepon, gaji karyawan proyek, sewa kantor proyek, gudang, biaya

perlengkapan camp karyawan proyek, biaya cetak gambar, biaya

engineering, biaya survey, biaya pengujian dan biaya kemungkinan

terjadinya kerja ulang. Pada bagian lain terdapat responden yang

memasukkan biaya lainnya berupa biaya selama masa pemeliharaan ke

dalam komponen overhead.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontraktor besar dan menengah

telah memikirkan secara detail komponen-komponen apa saja yang masuk ke

dalam estimasi biaya tidak langsung pada harga penawaran. Walaupun pada

kenyataannya tidak ada perhitungan secara ditail mengenai hal tersebut.

Komponen yang paling berpengaruh besar terhadap biaya penawaran adalah

komponen risiko karena komponen risiko memiliki tingkat ketidakpastian yang

tinggi dibandingkan komponen-komponen lainnya. Pada bagian lain beberapa

responden menjawab biaya penawaran dan asuransi pihak ketiga tidak

berpengaruh pada estimasi biaya tidak langsung pada harga penawaran.

b. Mekanisme Kontraktor Dalam Menetapkan Besarnya Komponen-

komponen Estimasi Biaya Tidak Langsung

Objektif dari bagian pertanyaan ini adalah untuk mengetahui mekanisme apa yang

digunakan kontraktor dalam menetapkan besarnya komponen komponen estimasi

biaya tidak langsung pada harga penawaran. Berdasarkan hasil survei yang dapat

dilihat pada Tabel IV.4 di bawah metode yang dipakai dalam menetapkan besaran

67

Page 68: 66618457 Draft Tesis Dony3

komponen-komponen tersebut adalah dengan persentase nilai dan nilai tertentu.

Komponen-komponen yang dihitung dengan menggunakan persentase nilai

adalah pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya umum, risiko dan overhead. Berikut

penjelasan mengenai berapa besarnya persentase komponen-komponen terserbut

yang ditetapkan oleh kontraktor.

68

Page 69: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.4 Metode Yang Digunakan Dalam Estimasi Komponen Biaya Tidak

Langsung

% Nilai Persentase Nilai Tertentu Persentase Lainnya Persentase

Pajak Penghasilan (PPh)8 38.10% 1 4.76%

0 0%Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 8 38.10% 1 4.76% 0 0%Pajak Upah 6 28.57% 1 4.76% 0 0%Lainnya: Subkontraktor. 2 9.52% 0 0% 0 0%

Penawaran7 33.33% 1 4.76%

0 0%Pelaksanaan 6 28.57% 1 4.76% 0 0%Pembayaran 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Uang Muka 7 33.33% 1 4.76% 0 0%Lainnya:Retensi. Pemeliharaan 0 0% 0 0% 0 0%

Asuransi Proyek (CAR) 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Asuransi Pihak Ketiga 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Asuransi Tenaga Kerja 4 19.05% 1 4.76% 0 0%J amsostek 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Lainnya: Angkutan mineral. 0 0% 0 0% 0 0%

Operasional Kendaraan 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Operasional Peralatan 2 9.52% 1 4.76% 0 0%Pemeliharaan Kendaraan 4 19.05% 2 9.52% 0 0%Pemeliharaan Peralatan 3 14.29% 0 0% 0 0%Biaya Perlengkapan Rumah Tangga 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Retribusi/ I jin 2 9.52% 1 4.76% 0 0%Biaya Keberhasilan Proyek 2 9.52% 0 0% 0 0%Biaya Keamanan Proyek 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Lainnya: Biaya melancarkan proyek (uang pelicin).

0 0% 0 0%0 0%

Keuntungan (profit) 9 42.86% 1 4.76% 0 0%Biaya Tidak Terduga (contingency) 7 33.33% 1 4.76% 0 0%Lainnya: 0 0% 0 0% 0 0%

0 0%Direksi 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Gaji Karyawan Kantor 4 19.05% 3 14.29% 0 0%Sewa Kantor 1 4.76% 2 9.52% 0 0%Biaya Perlengkapan Kantor 2 9.52% 2 9.52% 0 0%Lainnya: Biaya makan dan minum. 0 0% 0 0% 0 0%

Biaya Administrasi Proyek 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Listrik, Air & Telepon Proyek 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Gaji Pegawai Proyek 4 19.05% 3 14.29% 0 0%Kantor Proyek 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Gudang 3 14.29% 3 14.29% 0 0%Biaya Perlengkapan Camp. Karyawan 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Biaya Peralatan Proyek 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Biaya Cetak Gambar 3 14.29% 2 9.52% 0 0%Biaya Engineering 4 19.05% 1 4.76% 0 0%Biaya Pengujian 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Biaya Survei 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Kerja Ulang 3 14.29% 1 4.76% 0 0%Lainnya: Dari nilai proyek untuk pemeliharaan selama 6 bulan.

1 4.76% - -0 0%

Asuransi:

Biaya Umum (General Condition):

No. Komponen Biaya Tidak LangsungMetode yang Digunakan

Resiko:

6a. Kantor:

1

2

Pajak:

Biaya J aminan (Bond):

Overhead:

b. Proyek:

3

4

5

69

Page 70: 66618457 Draft Tesis Dony3

1. Pajak

Jenis pajak yang diestimasi adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak upah dimana besarannya berkisar

antara 3-10%, 5-10%, dan 1.5-5%.

2. Biaya Jaminan (Bond)

Besarnya persentase komponen-komponen biaya jaminan berkisar antara

1-10% untuk biaya penawaran, 5-10% untuk biaya pelaksanaan dan 5-20%

untuk uang muka.

3. Asuransi

Besarnya persentase komponen-komponen asuransi berkisar antara 0.2-5%

untuk asuransi proyek, 0.2-2% untuk asuransi tenaga kerja dan 0.15-0.2%

untuk Jamsostek.

4. Biaya Umum (General Condition)

Besarnya persentase komponen-komponen biaya umum berkisar antara

0.2-0.8% untuk biaya operasional kendaraan, 0.002-0.005% untuk biaya

pemeliharaan kendaraan, dan 0.001% untuk biaya keamanan. Namun ada

beberapa kontraktor yang menghitung besarnya persentase biaya umum

secara keseluruhan terhadap komponen-komponen didalamnya, yaitu

berkisar antara 2-5%.

5. Risiko

Besarnya persentase komponen-komponen risiko berkisar antara 1-20%

untuk keuntungan (profit) dan 0.5-5% untuk biaya tak terduga

(contingency).

6. Overhead

Untuk overhead kantor, besarnya persentase berkisar antara 0.2-1% untuk

direksi, 0.3-1% untuk gaji karyawan kantor dan 0.001-0.003% untuk biaya

peralatan kantor. Sedangkan untuk overhead proyek, besarnya persentase

berkisar antara 0.01% untuk biaya administrasi proyek, 0.2% untuk biaya

listrik, air dan telepon, 0.05-1% untuk gaji karyawan proyek, 0.02% untuk

kantor proyek, 0.5-1% untuk gudang, 0.002% untuk biaya camp karyawan

proyek, 0.001-1% untuk biaya peralatan proyek, biaya cetak gambar, biaya

70

Page 71: 66618457 Draft Tesis Dony3

pengujian dan biaya survey, 0.05% untuk biaya kerja ulang, dan 0.02%

untuk biaya lainnya berupa biaya selama masa pemeliharaan proyek.

Komponen yang dihitung dengan metode nilai tertentu adalah beberapa

komponen biaya umum, overhead kantor dan biaya overhead proyek. Untuk

komponen biaya umum yang dihitung dengan metode nilai tertentu seperti biaya

operasional kendaraan dan biaya pemeliharaan kendaraan. Besarnya nilai tertentu

tersebut dihitung berdasarkan lamanya waktu pelaksanaan proyek yang

dikonversikan menjadi pengeluaran per bulan. Besarnya nilai tertentu tersebut

berkisar Rp.6000.000-12.000.000/bulan dan Rp. 500.000/bulan. Untuk komponen

biaya overhead kantor yang dihitung dengan metode nilai tertentu seperti gaji

karyawan kantor, biaya sewa kantor dan biaya perlengkapan kantor. Besarnya

nilai tertentu tersebut berkisar Rp.4000.000/bulan, Rp.40.000.000/bulan dan

Rp.500.000/bulan. Untuk komponen biaya overhead proyek yang dihitung dengan

metode nilai tertentu seperti biaya listrik, air dan telepon, gaji pegawai proyek,

biaya kantor proyek, gudang, biaya perlengkapan camp karyawan, biaya peralatan

proyek, dan biaya cetak gambar. Besarnya biaya tersebut dihitung per bulan dan

tergantung dari lamanya waktu pelaksanaan proyek. Besarnya biaya tersebut

berkisar Rp.15.000.000/bulan, Rp.3000.000/bulan, Rp.1.500.000/bulan,

Rp.1.200.000/bulan, Rp.1.500.000/waktu pelaksanaan proyek,

Rp.2.000.000/bulan, dan Rp.2.500.000/bulan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontraktor besar dan menengah

telah melakukann perhitungan besarnya komponen estimasi biaya tidak langsung

secara detail dan berdasarkan dengan pengalaman melaksanakan proyek

sebelumnya. Jika dikaitkan dengah hasil survei sebelumnya mengenai upaya

pengendalian biaya tidak langsung dengan laporan keuangan proyek, maka

laporan tersebut dapat dijadikan acuan kontraktor dalam mengestimasi biaya

proyek.

71

Page 72: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berikut tabel rangkuman penelitian estimasi biaya tidak langsung. Tabel ini

merupakan rangkuman jawaban responden kontraktor menengah dan besar

berdasarkan pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner.

Tabel IV.5 Rangkuman Penelitian Bagian A. Informasi Umum

Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik KesimpulanInformasi Umum

Sebagian besar responden memiliki divisi estimasi biaya pada perusahaannya.

Sebagian besar responden memiliki latar belakang keilmuan teknik sipil.

Sebagian besar responden memiliki pengalaman di perusahaan, yaitu <5 tahun

dan 5- 10 tahun. Sebagian kecil dari responden memiliki pengalaman sebagai

profesional, yaitu <5 tahun dan >15 tahun.

Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar berpendidikan S1

dengan latar belakang keilmuan teknik sipil. Responden merupakan

estimator/engineer, staf engineer, kepala departemen terkait dengan

estimasi biaya, dan pemilik perusahaan, sehingga data yang

diperoleh pada penelitian ini dapat dipercaya.

Data Responden

Mengetahui tingkat kepercayaan terhadap responden, sejauh

mana responden dapat memberikan informasi terhadap

pertanyaan yang diberikan, apakah profil perusahaan dan

profil responden sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan

apakah responden adalah orang yang tepat sebagai perwakilan

dari perusahaan untuk diwawancara.

1Responden merupakan kontraktor

spesialis jalan, kontraktor umum, dan kontraktor yang pernah melaksanakan

proyek jalan yang terdiri dari 21 perusahaan konstruksi dengan

kualifikasi besar dan menengah. Responden sebagian besar memiliki

divisi estimasi biaya pada perusahaannya dimana sebagian

besar pegawainya memiliki tingkat pendidikan S1, D3, dan SMA dengan

pengalaman setiap personalnya merata, yaitu <5 tahun, 5- 10 tahun,

dan >10 tahun.

Data Perusahaan

Staf divisi estimasi memiliki pengalaman yang merata, yaitu <5 tahun, 5- 10 tahun, dan >10

tahun.

Sebagian besar staf di divisi estimasi biaya berpendidikan S1, D3, dan SMA.

Sebagian besar responden bersedia untuk melakukan wawancara lebih lanjut.

J abatan responden yang mengisi kuesioner sebagian besar adalah estimator/engineer, staf engineering, dan kepala departemen

terkait dengan estiamasi biaya.

Sebagian besar responden berpendidikan S1.

Kontraktor yang menjadi responden adalah kontraktor BUMN dan swasta nasional dengan

kualifikasi besar dan menengah.

Tabel IV.6 Rangkuman Penelitian Bagian B. Pemahaman Kontraktor Mengenai

Biaya Tidak Langsung

Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik Kesimpulan

Mengetahui apakan responden, kontraktor, mengerti tentang

biaya tidak langsung atau tidak.

2 Sebagian besar responden mengerti tentang biaya tidak langsung.

Sebagian besar responden mengerti tentang biaya tidak langsung karena bagian dari

pekerjaan mereka.

Sebagian besar responden mengerti tentang biaya tidak langsung karena

bagian dari pekerjaan mereka.

Biaya Tidak Langsung

72

Page 73: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.7 Rangkuman Penelitian Bagian C. Mekanisme Penetapan dan

Pengendalian Biaya Tidak Langsung

Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik Kesimpulan

Sebagian besar responden dapat membuat rekapitulasi pengeluaran dan

pemasukan biaya proyek dalam bentuk laporan keuangan proyek yang

digunakan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung. Keterbatasan tenaga ahli merupakan faktor utama mengapa

responden tidak melakukan pengendalian terhadap biaya tidak

langsung.

Responden yang tidak melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung

beralasan karena adanya keterbatasan tenaga ahli yang dimiliki perusahaan.

Sebagian besar responden melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung

melalui laporan keuangan proyek.

Estimasi Biaya Tidak LangsungSebagian besar responden

menganggap bahwa melakukan estimasi biaya tidak langsung berpengaruh besar- kecilnya

keuntungan yang akan diperoleh dan berguna untuk mengantisipasi biaya

resiko, sehingga menganggap penting untuk melakukan estimasi biaya tidak

langsung.

Sebagian besar responden menganggap penting estimasi biaya tidak langsung.

Sebagian besar responden yang menganggap penting estimasi biaya tidak langsung, karena beralasan dapat mempengaruhi keuntungan

dan berguna untuk mengantisipasi biaya resiko.

Sebagian besar responden menggunakan mekanisme % Nilai

terhadap total nilai kontrak dan nilai lainnya dalam mengestimasi besarnya

biaya tidak langsung dan mereka menganggap bahwa mekanisme penetapan biaya tidak langsung

tersebut sudah cukup efektif. Akan tetapi mekanisme yang dilakukan

terhadap total nilai kontrak dan nilai lainnya merepresentasikan satu hal, yaitu sesuai dengan tingkat resiko

proyek yang ditangani.

Sebagian besar responden menggunakan mekanisme % Nilai terhadap total nilai

kontrak dan biaya langsung.

Sebagian besar responden menganggap estimasi biaya tidak langsung yang telah dilakukan selama ini sudah efektif yang

diketahui dari adanya kesesuaian dengan resiko yang ditangani.

Karakteristik proyek merupakan faktor utama mengapa responden

membedakan mekanisme penetapan biaya tidak langsung karena masing-masing proyek dengan karakteristik yang berbeda memiliki tingkat resiko

yang berbeda- beda.

Sebagian responden membedakan mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada masing-

masing proyek dan faktor yang paling mempengaruhinya adalah karakteristik

proyek.

Sebagian besar responden sudah melakukan pengendalian terhadap biaya tidak langsung.

3

Mengetahui bagaimana mekanisme kontraktor dalam

menetapkan biaya tidak langsung dan faktor- faktor apa

saja yang menjadi pertimbangannya.

Tabel IV.8 Rangkuman Penelitian Bagian D. Pengalaman Kontraktor Mengerjakan

Proyek Jalan

Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik Kesimpulan

Sebagian besar responden memiliki pengalaman dalam mengerjakan proyek jalan

adalah 5- 10 tahun.

Pengalaman Mengerjakan Proyek J alan

Sebagian besar responden dalam menangani proyek jalan berupa rehabilitasi jalan selama

dua tahun terakhir, jumlah proyek yang ditangani <5 proyek, nilai rata- rata

proyeknya adalah <5 M, proyek terbesar bernilai >10 M, lamanya proyek berjalan rata-rata 3- 6 bulan, dan jenis kontrak yang sering

digunakan adalah kontrak unit price.

J alan Rehabilitasi

Sebagian besar responden dalam menangani proyek jalan berupa pembangunan jalan baru

selama dua tahun terakhir, jumlah proyek yang sering ditangani adalah <5 proyek, nilai

rata- rata proyek 5- 10 M, nilai proyek terbesar >10 M, durasi rata- rata

penyelesaian proyek >6 bulan, dan jenis kontrak yang sering digunakan adalah

kontrak unit price.

J alan Baru

Sebagian besar responden memiliki pengalaman 5- 10 tahun dalam

mengerjakan proyek jalan dan jenis kontrak yang sering digunakan dalam

proyek jalan adalah kontrak unit price.

4

Mengetahui sejauh mana pengalaman responden,

kontraktor, selama melaksanakan proyek jalan.

73

Page 74: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.9 Rangkuman Penelitian Bagian E1. Komponen-Komponen Biaya Tidak

Langsung

Objektif No. Kelompok Pertanyaan Penjelasan Fakta Statistik KesimpulanKomponen Biaya Tidak Langsung

Mekanisme Menetapkan Besarnya Komponen Biaya Tidak Langsung

Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam menetapkan besarnya biaya penawaran,

biaya pelaksanaan dan uang muka.

Sebagian besar responden beranggapan komponen overhead yang berpengaruh pada

harga penawaran adalah; untuk overhead kantor, yaitu fee direksi, dan gaji karyawan kantor; untuk overhead proyek, yaitu biaya administrasi proyek, listrik, air dan telepon

proyek, gaji pegawai proyek, kantor proyek, gudang, biaya engineering, biaya pengujian,

dan biaya survei.

Pajak

Biaya J aminan (Bond )

Asuransi

Biaya Umum (General Condition )

Resiko

Overhead

Sebagian besar responden beranggapan bahwa pajak yang masuk ke dalam komponen

biaya tidak langsung yang berpengaruh terhadap harga penawaran adalah Pajak

Penghasilan (PPh).

Sebagian besar responden beranggapan komponen biaya jaminan (Bond) yang

berpengaruh pada harga penawaran adalah biaya penawaran, biaya pelaksanaan, dan

uang muka. Namun sebagian besar responden yang menjawab beranggapan bahwa biaya pembayaran tidak berpengaruh pada harga

penawaran.

Sebagian besar responden beranggapan bahwa asuransi yang berpengaruh pada harga penawaran, yaitu Asuransi Proyek

(CAR), Asuransi Tenaga Kerja, dan J amsostek. Namun sebagian besar responden yang menjawab beranggapan asuransi pihak

ke tiga tidak berpengaruh pada harga penawaran.

sebagian besar responden beranggapan komponen biaya umum (general condition) yang berpengaruh pada harga penawaran adalah biaya operasional kendaraan, biaya peralatan, biaya pemeliharaan kendaraan,

dan biaya keamanan proyek.

Sebagian besar responden beranggapan bahwa besarnya keuntungan dan biaya tak

terduga (contigency) berpengaruh pada harga penawaran.

Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam

menetapkan besarnya biaya overhead baik di kantor maupun di proyek.

Sebagian besar responden yang menjawab, kontraktor, menggunakan mekanisme % Nilai dalam menetapkan besarnya komponen - komponen biaya

tidak langsung, yaitu pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya umum, resiko dan overhead. Penetapan besarnya % Nilai dihitung terhadap total proyek.

Mengetahui mekanisme responden, kontraktor, dalam

menetapkan besarnya komponen-komponen biaya tidak langsung

pada harga penawaran.

5

Pajak

Biaya J aminan (Bond )

Asuransi

Biaya Umum (General Condition )

Resiko

Overhead

Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam

menetapkan besarnya biaya asuransi proyek (CAR), asuransi tenaga kerja dan J amsostek.

Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam

menetapkan besarnya komponen- komponen biaya umum, yaitu biaya operasional

kendaraan, biaya operasional peralatan, biaya pemeliharaan kendaraan, biaya

pemeliharaan peralatan, biaya perlengkapan rumah tangga, dan biaya keamanan proyek.

Sebagian besar responden yang menjawab menggunakan mekanisme % Nilai dalam

menetapkan besarnya keuntungan (profit), dan biaya tak terduga (contigency).

Sebagian besar responden beranggapan bahwa pajak, biaya

jaminan (bond), asuransi, biaya umum (general condition), resiko, dan

overhead (kantor&proyek) adalah merupakan komponen- komponen

biaya tidak langsung yang berpengaruh pada harga penawaran.

Namun sebagian responden yang menjawab beranggapan bahwa biaya penawaran dan asuransi pihak ketiga

tidak berpengaruh pada harga penawaran.

Mengetahui komponen biaya tidak langsung apa saja yang

berpengaruh pada harga penawaran.

Sebagian besar responden menggunakan mekanisme % nilai terhadap Pajak

Penghasilan (PPh).

74

Page 75: 66618457 Draft Tesis Dony3

IV.7. Pemodelan Estimasi Biaya Tidak Langsung

Pada bagian ini dibahas mengenai pembuatan suatu model estimasi estimasi biaya

tidak langsung proyek jalan dengan menggunakan pendekatan statistik berupa

analisa regresi. Untuk membuat suatu model estimasi biaya tidak langsung

sebaiknya merujuk pada laporan biaya pelaksanaan proyek yang dimiliki oleh

kontraktor. Data laporan biaya pelaksanaan dapat merepresentaseikan secara

akurat biaya proyek konstruksi yang sebenarnya dan selanjutnya dapat dijadikan

sebagai acuan estimasi biaya untuk harga penawaran tender (Rahadian, 2010).

Pemodelan estimasi biaya tidak langsung dilakukan dengan menggunakan data

laporan biaya beberapa proyek jalan. Sebaiknya laporan biaya proyek yang

seharusnya digunakan adalah laporan biaya pelaksanaan proyek. Namun

kenyataannya selama melakukan survei, kontraktor sulit untuk memberikan

laporan biaya pelaksanaan proyek. Kontraktor hanya mau memberikan informasi

mengenai total nilai suatu proyek besarta nilai biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek serta karakteristik dari proyek tersebut. Informasi tersebut diperoleh

berdasarkan rekaman data historis yang dimiliki oleh responden dari kontraktor

besar dan menengah.

Jumlah data yang didapat dari hasil survei sebanyak 41 data proyek jalan di

beberapa Propinsi di Indoensia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,

Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Data yang diperoleh merupakan data biaya proyek yang berasal dari kontraktor

besar dan menengah terdiri dari kontraktor BUMN dan kontraktor swasta

nasional. Data ditampilkan dalam bentuk tabel yang berisikan informasi

karakteristik proyek, total nilai kontrak dan nilai biaya tidak langsung. Nilai biaya

tidak langsung yang diberikan oleh responden adalah jumlah dari biaya tidak

langsung yang dijabarkan dengan persen (%) nilai terhadap nilai proyek yang

mencakup risiko biaya tak terduga (contigency) dan keuntungan (profit).

Informasi karakteristik proyek yang diberikan mencakup jenis proyek, lokasi

proyek, tahun konstruksi, panjang jalan, jenis proyek berupa proyek rehabilitasi

jalan dan pembangunan jalan baru, dan waktu pelaksanaan proyek. Berikut data

proyek yang diperoleh dari hasil survei.

75

dony prastya kesuma, 09/24/11,
KSP: Terhadap nilai proyek
dony prastya kesuma, 09/22/11,
KSP: Besarnya nilai BTL terhadap apa?
Page 76: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.10 Data Proyek Jalan Di Indonesia

Nilai Proyek Tahun Panjang Jalan Jenis (Rp) Kontrak (km) Proyek * )

1 Proyek J alan 1 130,000,000,000.00 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 2 900,000,000,000.00 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln3 Proyek J alan 3 40,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln4 Proyek J alan 4 29,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln5 Proyek J alan 5 75,000,000,000.00 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 6 16,000,000,000.00 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln7 Proyek J alan 7 75,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln8 Proyek J alan 8 26,000,000,000.00 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln9 Proyek J alan 9 2,416,695,051.00 8% DI Yogyakarta 2010 1.10 km Rehab. 4 Bln10 Proyek J alan 10 1,933,429,000.00 5% J awa Tengah 2009 - Rehab. 6 Bln11 Proyek J alan 11 2,358,358,000.00 8% J awa Tengah 2009 - Rehab. 6 Bln12 Proyek J alan 12 2,364,168,000.00 8% J awa Tengah 2008 - Rehab. 6 Bln13 Proyek J alan 13 1,034,326,000.00 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln14 Proyek J alan 14 1,107,107,000.00 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln15 Proyek J alan 15 1,268,789,000.00 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln16 Proyek J alan 16 7,898,000,000.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln17 Proyek J alan 17 1,669,998,000.00 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln18 Proyek J alan 18 1,014,877,000.00 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln19 Proyek J alan 19 1,705,705,000.00 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln20 Proyek J alan 20 1,027,027,000.00 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln21 Proyek J alan 21 1,933,933,000.00 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln22 Proyek J alan 22 5,699,049,503.00 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 180 hari23 Proyek J alan 23 15,698,572,000.00 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln24 Proyek J alan 24 6,311,000,000.00 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln25 Proyek J alan 25 5,273,217,273.00 19,94% Sumatera Utara 2009 1.5 km J ln Baru 5 bln26 Proyek J alan 26 12,996,914,259.00 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln27 Proyek J alan 27 9,521,906,575.00 4.50% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln28 Proyek J alan 28 12,093,800,105.00 3.80% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln29 Proyek J alan 29 5,273,217,273.00  5% J ambi 2009 2 km J alan baru -30 Proyek J alan 30 12,996,914,259.00 3% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 1 th31 Proyek J alan 31 9,521,906,575.00 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln32 Proyek J alan 32 12,093,800,105.00 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln33 Proyek J alan 33 14,900,000,000.00 4% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln34 Proyek J alan 34 9,521,906,575.00 3% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln35 Proyek J alan 35 12,093,800,105.00 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln36 Proyek J alan 36 14,900,000,000.00 4% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln37 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln38 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 3% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln39 Proyek J alan 39 14,900,000,000.00 23% Sumatera Barat 2010 8km J alan Baru -40 Proyek J alan 40 9,521,906,575.00 28% Sumatera Barat 2010 10km Rehab. -41 Proyek J alan 41 12,093,800,105.00 27% Sumatera Barat 2011 5km J alan Baru -

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Biaya Tidak Langsung ( Rp / % ) * ) Lokasi Waktu

76

Page 77: 66618457 Draft Tesis Dony3

Data proyek jalan yang diperlihatkan pada Tabel IV.10 di atas berasal dari proyek

jalan yang dikerjakan oleh kontraktor besar dan menengah selama lima tahun

terakhir terhitung dari tahun 2005 – tahun 2011. Dilihat dari besaran persentase

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek, maka terdapat beberapa proyek yang

memiliki besaran persentase biaya tidak langsung di luar data sampling. Idealnya

besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek adalah berbanding

terbalik, yaitu semakin besar nilai proyek maka semakin kecil rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek tersebut (Yusuf, 2010). Artinya biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek adalah berbanding lurus.

Proyek- proyek yang memiliki persentase biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek diluar dari data sampling yang ada adalah sebagai berikut:

Tabel IV.11 Proyek Jalan Diluar Populasi Data

Nilai Proyek Tahun Panjang Jalan Jenis (Rp) Kontrak (km) Proyek * )

1 Proyek J alan 25 5,273,217,273.00 19,94% Sumatera Utara 2009 1.5 km J ln Baru 5 bln2 Proyek J alan 39 14,900,000,000.00 23% Sumatera Barat 2010 8km J alan Baru -3 Proyek J alan 40 9,521,906,575.00 28% Sumatera Barat 2010 10km Rehab. -4 Proyek J alan 41 12,093,800,105.00 27% Sumatera Barat 2011 5km J alan Baru -

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Biaya Tidak Langsung ( Rp / % ) * ) Lokasi Waktu

Untuk mengurangi tingkat kesalahan (error sampling) dalam analisis regresi,

maka data tersebut dihilangkan. Jika dibandingkan dengan proyek lainnya, nilai

proyek terhadap persen (%) biaya tidak langsung tidak valid. Selain itu setelah

dilakukan penelusuran hasil kuesioner terhadap data tersebut, persentase biaya

tidak langsung yang diberikan oleh kontraktor merupakan persentase total dari

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.

Data proyek di atas diperoleh dari dokumen kontrak dan RAB kontraktor (data

fakta) dan dari hasil observasi berupa kuesioner dan wawancara. Sehingga dalam

menganalisis selanjutnya perlu dilakukan pengelompokan data menjadi dua

kelompok besar, yaitu data fakta dan data observasi. Masing-masing data tersebut

kemudian dinormalisasi menjadi kelompok data pada tahun yang sama, yaitu pada

Mei 2011. Normalisasi dilakukan pada nilai proyek setiap proyek jalan. Berikut

tahapan analisis model estimasi biaya tidak langsung ditampilkan dalam bentuk

bagan sebagai berikut:

77

Page 78: 66618457 Draft Tesis Dony3

Gambar IV. 29 Bagan Analisis Model Estimasi Biaya Tidak Langsung

Berdasarkan Data Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia (BPS,

2011) terjadi perbedaan kondisi ekonomi di Indonesia dari tahun 2005 hingga

tahun 20011. Berdasarkan besaran nilai inflasi tiap tahunnya, maka pada tahun

2005 dan tahun 2008 terjadi inflasi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 17.11 dan

11.06. Adanya perbedaan inflasi yang cukup tinggi pada tahun tersebut, maka data

kemudian dikelompokkan kembali menjadi dua kelompok, yaitu data kelompok

tahun 2005 dan 2008, dan data kelompok tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011.

Selanjutnya dari kelompok tahun tersebut data kemudian dikelompokkan kembali

menjadi dua kelompok proyek jalan berdasarkan jenis proyeknya, yaitu proyek

jalan baru dan proyek rehabilitasi jalan. Baru kemudian dilakukan analisis regresi

untuk masing-masing kelompok data tersebut. Analisis regresi yang dilakukan

dengan pendekatan regresi linier, eksponensial dan logaritmik. Kemudian dicari

nilai R kuadrat yang paling besar diantara ketiga pendekatan tersebut. Selanjutnya

dengan pendekatan regresi dengan nilai R kuadrat paling besar yang akan

ditetapkan sebagai model estimasi biaya tidak langsung yang paling mendekati

kondisi sebenarnya populasi.

Data Proyek Jalan

Data Hasil Observasi

Data Fakta

Kelompok Tahun2005 & 2008

Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009,

2010 & 2011

Jalan Baru

Rehabilitasi Jalan

Wilayah

Klasifikasi Kontraktor

WaktuPelaksanaan

Normalisasi Panjang Jalan

37 data proyek jalan di Indonesia

Normalisasi data dengan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Indonesia, BPS 2011

Sumatera & Jawa

Perlem LPJK No.11a Tahun 2008

≤ 5 bulan ≥ 6 bulan

Rp/KM

Pengelompokan tahun karena adanya perbedaan kondisi ekonomi

AnalisisRegresi

RegresiLinier

RegresiEksponensial

RegresiLogaritmik

Nilai R kuadrat paling besar

78

Page 79: 66618457 Draft Tesis Dony3

IV.7.1. Normalisasi Data

Normalisasi data dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan nilai moneter dari

nilai proyek dan biaya tidak langsung dari setiap data proyek jalan menjadi waktu

yang sama. Kontrak setiap proyek bervariasi dari tahun 2005 hingga 2011,

sehingga dibutuhkan kesamaan nilai jika data ingin dianalisis pada waktu tertentu.

Diasumsikan data dianalisis pada Mei 2011. Dalam melakukan normalisasi data

digunakan Data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Inflasi Bulanan Indonesia

Tahun 2005-2011. Data IHK yang digunakan adalah data IHK bulan Mei tahun

kontrak setiap proyek jalan. Berikut Data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan

Inflasi Bulanan Indonesia Tahun 2005-2011 ditampilkan dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel IV.12 IHK dan Inflasi Bulanan Indonesia Tahun 2005-2011

IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi

Januari 118.53 1.43 138.72 1.36 147.41 1.04 158.26 1.77 113.78 -0.07 118.01 0.84 126.29 0.89

Februari 118.33 -0.17 139.53 0.58 148.32 0.62 159.29 0.65 114.02 0.21 118.36 0.30 126.46 0.13

Maret 120.59 1.91 139.57 0.03 148.67 0.24 160.81 0.95 114.27 0.22 118.19 -0.14 126.05 -0.32

April 121.00 0.34 139.64 0.05 148.43 -0.16 161.73 0.57 113.92 -0.31 118.37 0.15 125.66 -0.31

Mei 121.25 0.21 140.16 0.37 148.58 0.10 164.01 1.41 113.97 0.04 118.71 0.29 125.81 0.12

Juni 121.86 0.50 140.79 0.45 148.92 0.23 110.08*) 2.46*) 114.10 0.11 119.86 0.97 126.50 0.55

Juli 122.81 0.78 141.42 0.45 149.99 0.72 111.59 1.37 114.61 0.45 121.74 1.57

Agustus 123.48 0.55 141.88 0.33 151.11 0.75 112.16 0.51 115.25 0.56 122.67 0.76

September 124.33 0.69 142.42 0.38 152.32 0.80 113.25 0.97 116.46 1.05 123.21 0.44

Oktober 135.15 8.70 143.65 0.86 153.53 0.79 113.76 0.45 116.68 0.19 123.29 0.06

November 136.92 1.31 144.14 0.34 153.81 0.18 113.90 0.12 116.65 -0.03 124.03 0.60

Desember 136.86 -0.04 145.89 1.21 155.50 1.10 113.86 -0.04 117.03 0.33 125.17 0.92

Tingkat Inflasi 17.11 6.60 6.59 11.06 2.78 6.96 1.06*) Sejak Juni 2008, IHK didasarkan pada pola konsumsi pada survei biaya hidup di 66 kota tahun 2007 (2007=100)

Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia,

2005, 2006, 2007, Jan-Mei 2008 ( 2002=100 ), Juni - Desember 2008, 2009, 2010, 2011 ( 2007 = 100 )

Bulan2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(Sumber: BPS, 2011)

Berikut contoh perhitungan normalisasi data proyek jalan:

Nilai Proyek Jalan 1 Tahun Kontrak 2007 = A = Rp. 130,000,000,000

CPI sesuai kontrak (Mei 2007) = B = 148.58

CPI Mei 2011 = C = 125.81

Nilai Proyek Jalan 1 Mei 2011 = D = A x (C/B)

= Rp. 130,000,000,000 x (125.81 / 148.58)

= Rp. 110,077,399,381

Jadi nilai Proyek Jalan 1 pada Mei 2011 adalah Rp. 110,077,399,381.

Untuk perhitungan selanjutnya ditabulasikan sebagai berikut:

79

Page 80: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.13 Data Proyek Jalan Setelah Normalisasi Data

No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Tahun Kontrak Lokasi CPI Sesuai Kontrak CPI Bulan Mei 2011 Nilai Proyek Bulan Mei 2011 (RP)1 Proyek J alan 1 130,000,000,000.00 2007 DKI J akarta 148.58 125.81 110,077,399,380.81 2 Proyek J alan 2 900,000,000,000.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 690,378,635,449.06 3 Proyek J alan 3 40,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 42,392,384,803.30 4 Proyek J alan 4 29,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 30,734,478,982.39 5 Proyek J alan 5 75,000,000,000.00 2009 J awa Barat 113.97 125.81 82,791,524,085.29 6 Proyek J alan 6 16,000,000,000.00 2009 J awa Barat 113.97 125.81 17,662,191,804.86 7 Proyek J alan 7 75,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 79,485,721,506.19 8 Proyek J alan 8 26,000,000,000.00 2010 J awa Barat 118.71 125.81 27,555,050,122.15 9 Proyek J alan 9 2,420,000,000.00 2010 DI Yogyakarta 118.71 125.81 2,564,739,280.60 10 Proyek J alan 10 2,358,358,000.00 2009 J awa Tengah 113.97 125.81 2,603,360,708.78 11 Proyek J alan 11 1,935,450,000.00 2009 J awa Tengah 113.97 125.81 2,136,518,070.54 12 Proyek J alan 12 2,364,168,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 1,813,523,419.79 13 Proyek J alan 13 1,034,236,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 793,349,376.01 14 Proyek J alan 14 7,898,000,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 6,058,456,069.75 15 Proyek J alan 15 1,268,789,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 973,272,020.55 16 Proyek J alan 16 1,669,998,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 1,414,069,513.93 17 Proyek J alan 17 1,107,107,000.00 2008 J awa Tengah 164.01 125.81 849,247,799.95 18 Proyek J alan 18 1,014,877,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 859,346,314.24 19 Proyek J alan 19 1,705,705,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 1,444,304,388.54 20 Proyek J alan 20 1,027,027,000.00 2007 J awa Tengah 148.58 125.81 869,634,317.34 21 Proyek J alan 21 1,933,933,000.00 2005 J awa Tengah 121.25 125.81 2,006,664,830.76 22 Proyek J alan 22 5,699,049,503.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 4,371,668,910.26 23 Proyek J alan 23 15,698,572,000.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 12,042,176,350.95 24 Proyek J alan 24 6,311,000,000.00 2008 J awa Barat 164.01 125.81 4,841,088,409.24 25 Proyek J alan 26 12,996,914,259.00 2009 Sumatera Utara 113.97 125.81 14,347,124,532.11 26 Proyek J alan 27 9,521,906,575.00 2010 Sumatera Utara 118.71 125.81 10,091,408,189.71 27 Proyek J alan 28 12,093,800,105.00 2010 Sumatera Utara 118.71 125.81 12,817,125,694.63 28 Proyek J alan 29 5,273,217,273.00 2009 J ambi 113.97 125.81 5,821,035,931.53 29 Proyek J alan 30 12,996,914,259.00 2007 Sumatera Selatan 148.58 125.81 11,005,127,089.28 30 Proyek J alan 31 9,521,906,575.00 2008 Sumatera Selatan 164.01 125.81 7,304,134,297.91 31 Proyek J alan 32 12,093,800,105.00 2009 Sumatera Selatan 113.97 125.81 13,350,188,569.01 32 Proyek J alan 33 14,900,000,000.00 2009 Sumatera Selatan 113.97 125.81 16,447,916,118.28 33 Proyek J alan 34 9,521,906,575.00 2009 Sumatera Selatan 113.97 125.81 10,511,108,767.23 34 Proyek J alan 35 12,093,800,105.00 2010 Sumatera Selatan 118.71 125.81 12,817,125,694.63 35 Proyek J alan 36 14,900,000,000.00 2010 Sumatera Selatan 118.71 125.81 15,791,163,339.23 36 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 2011 Sumatera Selatan 125.81 125.81 9,521,906,575.00 37 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 2011 Sumatera Selatan 125.81 125.81 12,093,800,105.00

IV.7.2. Data Observasi

Definisi dari data observasi pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

hasil pengisian kuesioner dan wawancara. Responden dalam memberikan

informasi data tersebut tidak berdasarkan dokumen kontrak yang ada. Namun data

tersebut diambil dari rekapitulasi proyek yang telah dikerjakan, sehingga besarnya

persentase biaya tidak langsung terhadap nilai kontrak diberikan berdasarkan

perkiraan responden. Berikut data observasi yang diperoleh dari hasil survei.

80

Page 81: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.14 Data Observasi

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 2 690,378,635,449.06 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln3 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln4 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln5 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln7 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln8 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln9 Proyek J alan 22 4,371,668,910.26 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 180 hari10 Proyek J alan 23 12,042,176,350.95 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln11 Proyek J alan 24 4,841,088,409.24 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln12 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln13 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln14 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 5% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln15 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 4% J ambi 2009 2 km J alan baru -16 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28  5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 1 th17 Proyek J alan 31 7,304,134,297.91 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln18 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln19 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln20 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln21 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln22 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln23 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln24 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan Jenis ProyekWaktu

Penyeleasai

IV.7.3. Data Fakta

Definisi dari data fakta pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

responden berdasarkan pada dokumen kontrak dan RAB yang dimiliki oleh

kontraktor. Sehingga persentasi biaya tidak langsung yang diberikan terhadap

nilai proyek bukan berdasarkan perkiraan responden. Berikut data fakta yang

diperoleh dari hasil survei.

Tabel IV.15 Data Fakta

1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% J awa Tengah 2009 12.21 Rehab. 6 Bln3 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% J awa Tengah 2009 15 Rehab. 6 Bln4 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln5 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln6 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln7 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln8 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln9 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln10 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln11 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln12 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln13 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

IV.8. Analisis Regresi

81

Page 82: 66618457 Draft Tesis Dony3

Pada bagian ini, data biaya tidak langsung dan nilai proyek yang terdapat pada

Tabel IV.14 dan Tabel IV.15 dikelompokkan kembali dalam kelompok tahun.

selanjutnya dikelompokkan lagi dalam kelompok jenis proyek jalan, yaitu

kelompok jalan baru dan rehabilitasi jalan seperti pada Gambar IV.29. Analisis

regresi dilakukan pada setiap kelompok data observasi dan data fakta dengan

pendekatan regresi linier, eksponensial, dan logaritmik. Seperti telah dijelaskan di

atas, dalam menentukan model estimasi biaya tidak langsung berdasarkan pada

nilai R2 yang paling besar dari ketiga pendekatan tersebut.

IV.8.1. Analisis Regresi Data Observasi

Data observasi pada Tabel IV.14 di atas dikelompokkan dalam kelompok tahun

2005 dan 2008, dan kelompok tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hal ini dilakuakan karena adanya perbedaan

kondisi ekonomi yang cukup siknifikan pada tahun 2005 dan 2008.

Tabel IV.16 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2005 dan 2008

1 Proyek J alan 2 690,378,635,449.06 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln2 Proyek J alan 22 4,371,668,910.26 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 7 bln3 Proyek J alan 23 12,042,176,350.95 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln4 Proyek J alan 24 4,841,088,409.24 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln5 Proyek J alan 31 7,304,134,297.91 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

Tabel IV.17 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011

82

Page 83: 66618457 Draft Tesis Dony3

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln8 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln9 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln10 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln11 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 3.80% J ambi 2009 2 km J alan baru -12 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 1 th13 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln14 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln15 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln16 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln17 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln18 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln19 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang J alan

J enis Proyek

IV.8.1.1. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2005 dan 2008

Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2005 dan 2008 pada Tabel IV.16

tidak dapat dilakukan langsung, karena terdapat karakteristik data yang berbeda,

yaitu adanya data proyek jalan baru dan proyek rehabilitasi jalan. Selanjutnya data

dikelompokkan terlebih dahulu sesuai dengan jenis proyeknya.

a. Data Proyek Jalan Baru

Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek jalan

baru.

Tabel IV.18 Data Proyek Jalan Baru

1 Proyek J alan 2 690,378,635,449.06 5% J awa Barat 2008 35 km J ln Baru 12 bln2 Proyek J alan 24 4,841,088,409.24 5% J awa Barat 2008 7 km J ln Baru 6 bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang J alan

J enis Proyek

Dari Tabel IV.18 dapat terlihat karakteristik proyek jalan berupa jalan baru di

Provinsi Jawa Barat. Data tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis karena

jumlah data yang sedikit. Besarnya rasio biaya tidak langsung terhadap proyek

rata-rata 5%. Rata-rata penyelesaian proyeknya adalah 9 bulan.

b. Data Proyek Rehabilitasi Jalan

83

Page 84: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek

rehabilitasi jalan.

Tabel IV.19 Data Proyek Rehabilitasi Jalan

1 Proyek J alan 22 4,371,668,910.26 6% J awa Barat 2008 6 km Rehab. 7 bln2 Proyek J alan 23 12,042,176,350.95 3% J awa Barat 2008 10 km Rehab. 4 bln3 Proyek J alan 31 7,304,134,297.91 3% Sumatera Selatan 2008 1.6 km Rehab. 6 bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang J alan

J enis Proyek

Dari Tabel IV.19 dapat terlihat karakteristik proyek jalan berupa rehabilitasi jalan

di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sumatera Selatan. Data tersebut tidak

memungkinkan untuk dianalisis karena jumlah data yang sedikit. Rata-rata

besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek pada data tersebut

sebesar IV% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp.7,905,993,186.38. Waktu

penyelesaian proyek rata-rata sebesar 5.67 bulan dengan panjang jalan rata-rata

sebesar 5.87 km.

IV.8.1.2. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011

Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011

pada Tabel IV.17 tidak dapat dilakukan langsung karena terdapat karakteristik

data proyek jalan yang berbeda, yaitu proyek jalan baru dan proyek rehabilitasi

jalan. Selanjutnya data dikelompokkan terlebih dahulu sesuai dengan jenis

proyeknya.

a. Data Proyek Jalan Baru

Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek jalan

baru.

Tabel IV.20 Data Proyek Jalan Baru

1 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 3.80% J ambi 2009 2 km J alan baru -2 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln3 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln4 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

84

Page 85: 66618457 Draft Tesis Dony3

Dari tabel IV.20 di atas dapat terlihat karakteristik proyek jalan berupa jalan baru

di wilayah Sumatera. Data tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis karena

jumlah data yang sedikit. Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.20 adalah

rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 3.IV5% dengan

nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 11,895,505,IV91.01. Waktu penyelesaian

proyek rata-rata 6 bulan dengan panjang jalan rata-rata 1.87 km.

b. Data Proyek Rehabilitasi Jalan

Berikut pengelompokan data berdasarkan jenis proyeknya berupa proyek

rehabilitasi jalan.

Tabel IV.21 Data Proyek Rehabilitasi Jalan

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln8 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln9 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln10 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln11 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln12 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln13 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln14 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln15 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

Dari Tabel IV.21 di atas dapat dilihat karakteristik proyek jalan berupa proyek

rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera dan Jawa. Rata-rata persentase rasio biaya

tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 4% dengan nilai proyek rata-rata

sebesar Rp. 32,515,IV50,621.77. Waktu penyelesaian proyek rata-rata selama

6.13 bulan dengan rata-rata panjang jalan 15.66 km.

b.1. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Tahapan analisis regresi yang dilakukan untuk data pada Tabel IV.21 adalah data

biaya tidak langsung dan nilai proyek diplot dalam grafik pada program exel

dengan sumbu x adalah nilai proyek dan sumbu y adalah rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek dalam persentase. Tren yang terjadi adalah

semakin besar nilai proyek maka persen rasio biaya tidak langsung terhadap nilai

85

Page 86: 66618457 Draft Tesis Dony3

proyek semakin kecil. Artinya semakin besar nilai proyek makan semakin besar

juga nilai biaya tidak langsungnya terhadap nilai proyek tersebut. Analisis regresi

dilakukan untuk melihat kuat atau lemahnya hubungan diantara keduanya. Nilai

proyek sebagai variable bebas dan persen rasio biaya tidak langsung sebagai

variable terikat. Setelah diplot ke dalam grafik, maka dilakukan analisis regresi

untuk mencari hubungan antara rasio biaya tidak langsung dengan nilai proyek.

Berikut hasil ploting data ditampilkan dalam gambar.

1,000,000,000.00

100,000,000,000.00

10,000,000,000,000.00

0%1%2%3%4%5%6%

f(x) = 0.00792841267000423 ln(x) − 0.147354015196476R² = 0.339656748729246

Proyek Rehabilitasi Jalan

Rehabilitasi JalanLogarithmic (Rehabilitasi Jalan)

Nilai Proyek

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

Gambar IV.30 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek

Rehabilitasi Jalan di Indonesia

Dari Gambar IV.30 terlihat bahwa analisis regresi dengan R2 terbesar adalah

regresi logaritmik dengan persamaannya adalah Y = 0.0079 In(X) – 0.1IV7IV.

Besarnya nilai R2 = 0.3397. Hal ini berarti terdapatnya hubungan yang sangat

lemah antara nilai proyek sebagai variabel bebas dan rasio biaya tidak langsung

terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat. Namun demikian, model regresi

yang dihasilkan merupakan representasi dari data observasi yang diperoleh dari

hasil survei.

Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung dengan nilai R2 yang

memperlihatkan hubungan yang kuat, maka peneliti melakukan penghilangan data

86

Page 87: 66618457 Draft Tesis Dony3

pada Tabel IV.21. berikut data proyek jalan yang dihilangkan dalam Tabel di

bawah ini.

Tabel IV.22 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Yang Dihilangkan

1 Proyek J alan 29 5,821,035,931.53 3.80% J ambi 2009 2 km J alan baru -2 Proyek J alan 33 16,447,916,118.28 3% Sumatera Selatan 2009 1.05km J alan Baru 6 bln3 Proyek J alan 36 15,791,163,339.23 3% Sumatera Selatan 2010 2.5km J alan Baru 6bln4 Proyek J alan 37 9,521,906,575.00 4% Sumatera Selatan 2011 2km J alan Baru 6bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang J alan

J enis Proyek

Jika data pada Tabel IV.22 diplot pada Gambar IV.30, maka data proyek jalan

tersebut merupakan data yang memiliki simpangan yang besar dibandingkan

dengan data lainnya. Sehingga jika data tersebut dihilangkan dari Gambar IV.30,

maka akan diperoleh model estimasi biaya tidak langsung yang baru sebagai

berikut.

1,0

00,000,0

00.00

10,0

00,000,0

00.00

100,0

00,000,0

00.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = 0.00748980371540869 ln(x) − 0.130992825320858R² = 0.713192373386093

Proyek Rehabilitasi Jalan

Proyek Rehabilitasi JalanLogarithmic (Proyek Rehabili-tasi Jalan)

Nilai Proyek (Rp)

Ra

sio

BT

L T

erh

ad

ap

Nil

ai

Pro

ye

k (

%)

Gambar IV.31 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan Di

Indoensia

Dari Gambar IV.31 di atas terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan berupa

persamaan regresi logaritmik Y = 0.0075In(X) – 0.131 dengan nilai R2 = 0.7132.

Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung

87

Page 88: 66618457 Draft Tesis Dony3

terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Namun konsekuensinya jumlah data

menjadi lebih sedikit dari sebelumnya, sehingga model estimasi biaya tidak

langsung tidak langsung tersebut dapat dikatakan valid sepenuhnya untuk

merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi

jalan di Indonesia.

b.2. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Wilayah

Analisis model estimasi biaya tidak langsung selanjutnya adalah berdasarkan

wilayah. Pengelompokan wilayah menjadi dua kelompok besar, yaitu wilayah

Sumatera dan Jawa. Hal ini dikarenakan jumlah data yang terbatas jika

pengelompokan data berdasarkan provinsi. Pengelompokan data berdasarkan

wilayah ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel IV.23 Data Proyek Rehabilitasi Jalan di Wilayah Sumatera

1 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln2 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln3 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln4 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln5 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln7 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln8 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang J alan

J enis Proyek

Tabel IV.24 Data Proyek Rehabilitasi Jalan di Wilayah Jawa

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

Dari Tabel IV.23 dan Tabel IV.24, data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek dan nilai proyek diplot dalam grafik Exel. Hasil ploting data untuk

wilayah Sumatera dan Jawa dapat dililhat pada gambar sebagai berikut.

88

Page 89: 66618457 Draft Tesis Dony3

1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 100,000,000,000.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = − 1.98129149798791E-12 x + 0.0584063343807252R² = 0.0693011148685329

Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Sumatera

Wilayah SumateraLinear (Wilayah Sumatera)

Nilai Proyek

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

Gambar IV.32 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi

Jalan Di Wilayah Sumatera

1,000,000,000.00

100,000,000,000.00

10,000,000,000,000.00

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = 3.58103725087184E-32 ln(x) + 0.05R² = 1.04770918425508E-29

Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Jawa

Wilayah JawaLogarithmic (Wilayah Jawa)

Nilai Proyek

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

Gambar IV.33 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi

Jalan Di Wilayah Jawa

Dari Gambar IV.32 dapat dilihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung pada

proyek rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera memiliki persamaan Y = -2E-12X +

0.0584 yang merupakan regresi linier dengan nilai R2 = 0.0693. Hal ini berarti

antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek

89

Page 90: 66618457 Draft Tesis Dony3

memiliki hubungan yang sangat lemah. Sehingga model estimasi biaya tidak

langsung tersebut tidak dapat dijadikan sebagai model dasar untuk mengestimasi

biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera.

Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.23 adalah rata-rata rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek untuk proyek rehabilitasi jalan di wilayah

Sumatera sebesar 3% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp.

12,129,126,080.20. Waktu penyelesaian proyek rata-rata selama 6.625 bulan

dengan rata-rata panjang jalan 6.36 km.

Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung dengan nilai R2

memperlihatkan hubungan yang kuat, maka data proyek rehabilitasi jalan pada

Tabel IV.23 ada yang dihilangkan. Berikut data yang dihilangkan ditampilkan

dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.25 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Sumatera yang Dihilangkan

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln4 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln5 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln6 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

pada Tabel IV.25, jika dilihat dari karakteristik proyeknya, khususnya pada

besarnya persentase biaya tidak langsung sebesar 2% dengan nilai proyek Rp.

10,091,408,189.71 tidak sesuai dengan tren yang ada dengan perbandingan

terbalik antara rasio biaya tidak langsung nilai proyek dengan nilai proyek. Selain

itu jika dibandingkan dengan proyek jalan lainnya, yaitu Proyek Jalan 34 dengan

nilai proyek yang hampir sama berkisar 10 M sekian, besarnya persentase biaya

tidak langsung adalah 4%.

90

Page 91: 66618457 Draft Tesis Dony3

Berikut hasil ploting setelah data Proyek Jalan 27 dihilangkan dalam gambar di

bawah ini.

1,0

00,000,0

00.00

10,0

00,000,0

00.00

100,0

00,000,0

00.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = 0.355538052055886 exp( − 1.86571841867581E-10 x )R² = 0.631639665793421

Proyek Rehabilitasi Jalan Di Wilayah Sumatera

Wilayah SumateraExponential (Wilayah Sumatera)

Nilai Proyek (Rp)

Ra

sio

BT

L T

erh

ad

ap

Nil

ai

Pro

ye

k (

%)

Gambar IV.34 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan Di

Wilayah Sumatera

Pada Gambar IV.34 dapat terlihat bahwa model estimasi setelah adanya

penghilangan data Proyek Jalan 27, dihasilkan persamaan regresi eksponensial Y

= 0.3555e-2E-10X dengan nilai R2 = 0.6316. Hal ini berarti hubungan yang terbentuk

antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek

memiliki hubungan yang kuat. Adanya peningkatan R2 yang siknifikan dengan

persamaan regresi yang sama, yaitu regresi eksponensial. Model estimasi biaya

tidak langsung tersebut dapat merepresntasikan praktek estimasi biaya tidak

langsung proyek rehabilitasi jalan di wilayah Sumatera. Namun model estimasi

tersebut tidak dapat dikatakan valid sepenuhnya, karena adanya keterbatasan

jumlah data.

Pada Gambar IV.33 dapat dilihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung pada

proyek rehabilitasi jalan di wilayah Jawa tidak memiliki hubungan sama sekali

antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai varibel terikat

dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Hal ini terlihat dari nilai R 2 = 0.

Persamaan model estimasi biaya tidak langsung berupa persamaan regresi

91

Page 92: 66618457 Draft Tesis Dony3

logaritmik, yaitu Y = 0.05. Hal ini terjadi karena persentase rasio biaya tidak

langsung untuk semua proyek rehabilitasi jalan bernilai 5%.

Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.23 adalah rata-rata rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek sebesar 5% dengan rata-rata nilai proyek sebesar

Rp.55,81IV,107,2IV0.71. Waktu pelaksanaan rata-rata 5.57 bulan dengan rata-

rata panjang jalan 26.28 km.

b.3. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Proyek

Analisis model estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berdasarkan

waktu pelaksanaan proyek dikelompokkan dalam dua kelompok waktu, yaitu ≤ 5

bulan dan ≥ 6 bulan. Pengelompokan data berdasarkan waktu pelaksanaan proyek

ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel IV.26 Data Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5 bulan

1 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln2 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln3 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln4 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

Tabel IV.27 Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 bulan

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln2 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln3 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln4 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln5 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln6 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln7 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln8 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln9 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln10 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln11 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

Dari Tabel IV.26 dapat dilihat karakterisitik proyek jalan berupa proyek

rehabilitasi jalan dengan waktu pelaksanaan proyek ≤ 5 bulan. data tersebut tidak

memungkinkan untuk dianalisis karena jumlah data yang sedikit. Informasi yang

dapat diperoleh dari tabel tersebut adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung

92

Page 93: 66618457 Draft Tesis Dony3

terhadap nilai proyek sebesar 4% dengan nilai proyek rata-rata Rp.

18,890,230,253.50. Waktu pelaksanaan proyek rata-rata 4.25 bulan dengan rata-

rata panjang jalan 9.425 km.

Dari Tabel IV.27 data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dan data

nilai proyek diplot dalam grafik Exel. Informasi yang dapat diperoleh adalah rata-

rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 4% dengan nilai

proyek rata-rata sebesar Rp. 37,470,076,210.24. Rata-rata waktu pelaksanaan

proyek adalah 6.81 bulan dengan rata-rata panjang jalan 17.93 km.

Berikut hasil ploting data tersebut diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.

1,000,000,000.00

100,000,000,000.00

10,000,000,000,000.00

0%1%2%3%4%5%6%

f(x) = 0.00653701156228768 ln(x) − 0.113236774798907R² = 0.37391706479187

Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan

≥ 6 BulanLogarithmic (≥ 6 Bulan)

Nilai Proyek

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

Gambar IV.35 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

dengan Waktu Pengerjaan ≥ 6 Bulan

Dari Gambar IV.35 dapat dilihat bahwa antara rasio biaya tidak langsung terhadap

nilai proyek dengan nilai proyek pada proyek rehabilitasi jalan dengan waktu

pengerjaan ≥ 6 bulan memiliki hubungan yang sangat lemah. Persamaan dari

model estimasi tersebut adalah Y = 0.0065 In(X) – 0.1132 yang merupakan

persamaan regresi logaritmik. Besarnya nilai R2 adalah 0.3739.

Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung yang memperlihatkan

hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

93

Page 94: 66618457 Draft Tesis Dony3

dengan nilai proyek, maka dilakukan penghilangan data proyek jalan pada Tabel

IV.27 berikut data yang dihilangkan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.28 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan

Yang Dihilangkan

1 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln2 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln3 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln4 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln

Waktu Penyeleasaian

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi (Provinsi)

Tahun Kontrak

Panjang Jalan

Jenis Proyek

Data pada Tabel IV.28 jika dilihat pada Gambar IV.35 adalah data proyek jalan

yang memiliki simpangan terbesar jika dibandingkan dengan data lainnya.

Sehingga jika data pada tabel IV.27 diplot kembali dalam grafik, maka dihasilkan

grafik model estimasi biaya tidak langsung sebagai berikut.

1,000,0

00,000.0

0

100,000,000,0

00.00

10,000,0

00,000,0

00.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = 0.00410043956655854 ln(x) − 0.0524265115255151R² = 0.729921492621778

Proyek Rehabilitasi Jalan Dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan

Waktu Pelaksanaan ≥ 6 BulanLogarithmic (Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL

Ter

had

ap N

ilai

Pro

yek

(%

)

Gambar IV.36 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 Bulan

Dari Gambar IV.36 dapat dilihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang

dihasilkan setelah adanya penghilangan data proyek. persamaan yang dihasilkan

berupa persamaan regresi logaritmik Y = 0.004In(X) – 0.052 dengan nilai R2 =

0.729. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Jika dibandingkan dengan

nilai R2 sebelum adanya penghilangan data adanya peningkatan yang siknifikan

94

Page 95: 66618457 Draft Tesis Dony3

dengan persamaan regresi yang sama. Model estimasi biaya tidak langsung

tersebut dapat merepresentasikan estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi

jalan dengan waktu pelaksanaan ≥ 6 bulan. Namun hasil tersebut belum dapat

dikatakan valid sepenuhnya, karena adanya keterbatasan jumlah data.

b.4. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Kualifikasi Kontraktor

Analisis model estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan

berdasarkan kualifikasi kontraktor merujuk pada Peraturan Lembaga LPJK

No.11a Tahun 2008 Pasal 10 tentang Registrasi Usaha Konstruksi. Pada peraturan

lembaga tersebut kualifikasi kontraktor dikelompokkan dalam tiga kelompok,

yaitu kualifikasi kecil, menengah dan besar serta terdiri dari 7 grade. Seperti telah

dijelaskan pada Sub Bab II.6. untuk kontraktor kecil terdiri dari grade 2-grade 4,

kontraktor menengah terdiri dari grade 5 dan kontraktor besar terdiri dari grade 6

dan 7.

Pada penelitian ini, data pada Tabel IV.21 dikelompokkan dalam kualifikasi

kontraktor sesuai dengan nilai kontrak proyek yang masuk dalam kualifikasi

mana. Berdasarkan nilai kontrak, maka data tersebut masuk dalam kelompok

kontraktor kualifikasi besar grade 6 dan 7. Berikut pengelompokan data

ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.29 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6

1 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% J awa Barat 2009 25 km Rehab. 3 bln Grade 62 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% Sumatera Utara 2009 3.7 km Rehab. 4 bln Grade 63 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% Sumatera Utara 2010 2.6 km Rehab. 7 bln Grade 64 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% Sumatera Utara 2010 3.5 km Rehab. 7 bln Grade 65 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% Sumatera Selatan 2007 20 km Rehab. 12 bln Grade 66 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% Sumatera Selatan 2009 2.25km Rehab. 6 bln Grade 67 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% Sumatera Selatan 2009 12km Rehab. 6bln Grade 68 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% Sumatera Selatan 2010 5km Rehab. 5bln Grade 69 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% Sumatera Selatan 2011 1.9km Rehab. 6bln Grade 6

Lokasi (Provinsi) Tahun KontrakPanjang

Jalan Jenis

ProyekWaktu

PenyeleasaianNo. Nama Proyek

Karakteristik ProyekKualifikasi KontraktorNilai Proyek (Rp)

Biaya Tidak Langsung (% )

Tabel IV.30 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7

95

Page 96: 66618457 Draft Tesis Dony3

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln Grade 72 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% J awa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln Grade 73 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% J awa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln Grade 74 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% J awa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln Grade 75 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% J awa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln Grade 76 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% J awa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln Grade 7

Kualifikasi KontraktorNilai Proyek (Rp)

Biaya Tidak Langsung (% )

Lokasi (Provinsi) Tahun KontrakPanjang

Jalan Jenis

ProyekWaktu

PenyeleasaianNo. Nama Proyek

Karakteristik Proyek

Dari Tabel IV.29 dan Tabel IV.30 data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek dengan data nilai proyek diplot dalam grafik exel kemudian dianalisis

regresi. Berikut hasil ploting ditampilkan dalam gambar di bawah ini.

1,000,000,000.00

10,000,000,000.00

100,000,000,000.00

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = 1.08793860281988E-12 x + 0.0222465182084583R² = 0.046311459111942

Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6

Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6Linear (Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.37 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6

96

Page 97: 66618457 Draft Tesis Dony3

1,000,000,000.00

100,000,000,000.00

10,000,000,000,000.00

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = 0.05 exp( 0 x )R² = NaN

Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7

Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7Exponential (Kontraktor Kuali-fikasi Besar Grade 7)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.38 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 7

Dari Gambar IV.37 terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan memiliki

persamaan regresi linier Y = 1E-12 X + 0.02222 dengan R2 = 0.0463. Hal ini

berarti tidak terdapat hubungan antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Model

estimasi tersebut tidak dapat merepresentasikan hubungan antara biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek. Namun informasi yang dapat diperoleh dari Tabel

IV.29 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 4%

dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 12,743,911,160.72. Waktu pelaksanaan

proyek rata-rata 6.22 bulan dengan rata-rata panjang jalan 8.33 km.

Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung yang memperlihatkan

hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

dengan nilai proyek, maka data pada Tabel IV.29 ada yang dihilangkan. Berikut

data yang dihilangkan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

97

Page 98: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV. 31 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6

Yang Dihilangkan

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% DKI J akarta 2007 4 km Rehab. 6 bln Grade 72 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% Jawa Barat 2010 10 km Rehab. 6 bln Grade 73 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% Jawa Barat 2010 4 km Rehab. 5 bln Grade 74 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% Jawa Barat 2009 53 km Rehab. 6 bln Grade 75 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% Jawa Barat 2010 53 km Rehab. 7 bln Grade 76 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% Jawa Barat 2010 35 km Rehab. 6 bln Grade 7

Kualifikasi KontraktorNilai Proyek (Rp)

Biaya Tidak Langsung (% )

Lokasi (Provinsi) Tahun KontrakPanjang

Jalan Jenis

ProyekWaktu

PenyeleasaianNo. Nama Proyek

Karakteristik Proyek

Dari Tabel IV.31 dapat dilihat bahwa jika data proyek jalan tersebut dilihat pada

grafik Gambar IV.37, maka merupakan data yang memiliki simpangan besar.

Selain itu jika dilihat kembali karakteristik proyeknya persentase biaya tidak

langsung kedua proyek tidak sesuai dengan tren yang terjadi, yaitu semakin besar

nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek semakin kecil.

Jika dibandingkan dengan data lainnya maka persentase biaya tidak langsungnya

tidak valid terhadap nilai proyek.

Berikut hasil ploting data pada Tabel IV.29 setelah dihilangkan data Proyek Jalan

6 dan Proyek Jalan 27 ditampilkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar IV.39 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Pada Kontraktor Kualifikasi Besar Grade 6

Dari Gambar IV.39 terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang

dihasilkan berupa persamaan regresi eksponensial Y = 0.355e-2E-10x dengan nilai R2

= 0.631. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyeknya. Jika dibandingkan dengan

nilai R2 pada Gambar IV.37 adanya peningkatan yang siknifikan terhadap nilai R2.

98

Page 99: 66618457 Draft Tesis Dony3

Model estimasi biaya tidak langsung tersebut dapat merepresentasikan praktek

estimasi biaya tidak langsung proyek rehabiiitasi jalan pada kontraktor besar

grade 6. Namun model tersebut belum dapat dikatakan valid sepenuhnya karena

adanya keterbatasan jumlah data.

Dari Gambar IV.38 terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan memiliki

persamaan regresi eksponensial Y = 0.05e6E-26X dengan R2 = -2E-15. Hal ini berarti

tidak terdapat hubungan antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

sebagai variabel terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Model

estimasi tersebut tidak dapat merepresentasikan hubungan antara biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek. Sedangkan informasi yang dapat diperoleh dari

Tabel IV.27 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

sebesar 5% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 62,172,759,813.35. Waktu

pelaksanaan proyek rata-rata 6 bulan dengan rata-rata panjang jalan 26.5 km.

b.5. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Normalisasi Panjang Jalan

Data yang dinormalisasi adalah data nilai proyek terhadap panjang jalan dari

proyek tersebut. Analisis model estimasi biaya tidak langsung ini bertujuan untuk

melihat hubungan besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

dengan panjang jalan tertentu. Sehingga dapat diketahui dengan nilai proyek per

panjang jalan tertentu berapa besar biaya tidak langsungnya. Data normalisasi

nilai proyek terhadap panjang jalan pada proyek rehabilitasi jalan ditampilkan

dalam tabel sebagai berikut.

99

Page 100: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.32 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Berupa Normalisasi Nilai Proyek

Terhadap Panjang Jalan

1 Proyek J alan 1 110,077,399,380.81 5% 42 Proyek J alan 3 42,392,384,803.30 5% 103 Proyek J alan 4 30,734,478,982.39 5% 44 Proyek J alan 5 82,791,524,085.29 5% 535 Proyek J alan 6 17,662,191,804.86 5% 256 Proyek J alan 7 79,485,721,506.19 5% 537 Proyek J alan 8 27,555,050,122.15 5% 358 Proyek J alan 26 14,347,124,532.11 2% 3.79 Proyek J alan 27 10,091,408,189.71 2% 2.610 Proyek J alan 28 12,817,125,694.63 4.50% 3.511 Proyek J alan 30 11,005,127,089.28 5% 2012 Proyek J alan 32 13,350,188,569.01 3% 2.2513 Proyek J alan 34 10,511,108,767.23 4% 1214 Proyek J alan 35 12,817,125,694.63 3% 515 Proyek J alan 38 12,093,800,105.00 4% 1.9

875,925,730.60 2,563,425,138.93 6,365,157,950.00

787,287,146.35 3,877,601,224.90 3,881,310,842.20 3,662,035,912.75 550,256,354.46 5,933,417,141.78

27,519,349,845.20 4,239,238,480.33 7,683,619,745.60 1,562,104,228.02 706,487,672.19 1,499,730,594.46

Normalisasi Nilai Proyek Terhadap Panjang J alan (Rp/ KM)

No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Biaya Tidak

Langsung (% )Panjang Jalan (KM)

Dari Tabel IV.32 data data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

dengan data normalisasi nilai proyek terhadap panjang jalan diplot dalam grafik

exel kemudian dianalisis regresi. Berikut hasil ploting ditampilkan dalam gambar

di bawah ini.

1 10 1000%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = − 0.00128571428571429 x + 0.051952380952381R² = 0.25954606141522

Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan

Normalisasi Panjang JalanLinear (Normalisasi Panjang Jalan)

Nilai Proyek (Rp/KM)

Ras

io B

TL

Ter

had

ap N

ilai

Pro

yek

(%

)

Gambar IV.40 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Berupa Normalisasi Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan

Dari Gambar IV.40 terlihat bahwa model estimasi yang dihasilkan memiliki

persamaan linier Y = -0.0013X + 0.052 dengan R2 = 0.2595. Hal ini berarti

terdapat hubungan yang sangat lemah antara rasio biaya tidak langsung terhadap

100

Page 101: 66618457 Draft Tesis Dony3

nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas.

Walaupun terdapat hubungan yang sangat lemah, model estimasi tersebut tidak

dapat merepresentasikan hubungan antara rasio biaya tidak langsung terhadap

nilai proyek yang dapat merefleksikan nilai biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek per panjang jalan tertentu. Sedangkan informasi yang dapat diperoleh dari

Tabel IV.32 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

sebesar 4% dengan nilai proyek per panjang jalan rata-rata sebesar Rp.

4,780,463,200.52.

Untuk mendapatkan model estimasi biaya tidak langsung yang memperlihatkan

hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

dengan nilai proyek, maka data proyek jalan pada Tabel IV.32 ada yang

dihilangkan. Berikut data proyek jalan ditampilkan dalam table di bawah ini.

Tabel IV.33 Data Proyek Rehabilitasi Jalan Berupa Nilai Proyek Terhadap Panjang

Jalan Yang Dihilangkan

Data yang dihilangkan adalah data yang memiliki simpangan besar. Berikut hasil

ploting Tabel IV.32 setelah dihilangkan data proyek jalan seperti pada Tabel

IV.33.

101

Page 102: 66618457 Draft Tesis Dony3

100,0

00,000.0

0

1,0

00,000,0

00.00

10,0

00,000,0

00.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

f(x) = − 0.00388965567889679 ln(x) + 0.130028372658062R² = 0.794366338807484

Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan

Nilai Proyek Terhadap Panjang JalanLogarithmic (Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan)

Axis Title

Axis Title

Gambar IV.41 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Berupa Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan

Dari Gambar IV.41 terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang

dihasilkan berupa persamaan regresi logaritmik Y = -0.00In(X) + 0.13 dengan

nilai R2 = 0.794. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya

tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyeknya. Jika dibandingkan

dengan nilai R2 pada Gambar IV.40 terdapat peningkatan nilai R2 yang siknifikan.

Model estimasi biaya tidak langsung tersebut dapat merepresentasikan praktek

estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berupa nilai proyek

terhadap panjang jalannya. Namun model tersebut belum dapat dikatakan valid

sepenuhnya karena adanya keterbatasan jumlah data.

IV.8.2. Analisis Regresi Data Fakta

Data fakta pada Tabel IV.15 di atas dikelompokkan dalam kelompok tahun 2005

dan 2008, dan kelompok tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011. Hal ini

dilakuakan karena adanya perbedaan kondisi ekonomi yang cukup siknifikan pada

tahun 2005 dan 2008. Berikut pengelompokan data fakta berdasarkan perbedaan

kondisi ekonomi yang terjadi dari tahun 2005 hingga 2011 ditampilkan dalam

tabel di bawah ini.

102

Page 103: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.34 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2005 dan 2008

1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln2 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln3 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln4 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln5 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

Tabel IV.35 Data Proyek Jalan Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011

1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% J awa Tengah 2009 12.21 Rehab. 6 Bln3 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% J awa Tengah 2009 15 Rehab. 6 Bln4 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln5 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln6 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln7 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln8 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

IV.8.2.1. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2005 dan 2008

Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2005 dan 2008 pada Tabel IV.29

hanya mencakup karakteristik data proyek rehabilitasi jalan.

a. Data Proyek Rehabilitasi Jalan

Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.34 adalah data proyek rehabilitasi

jalan merupakan representasi proyek rehabilitasi jalan di Provinsi Jawa Tengah.

Rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai

proyek rata-rata sebesar Rp. 1,286,193,477.20 serta lamanya pelaksanaan proyek

rata-rata 3.5 bulan.

a.1. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Data proyek rehabilitasi jalan pada Tabel IV.34 yang diplot dalam grafik exel

berupa data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel tetap

dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan

dalam gambar di bawah ini.

103

Page 104: 66618457 Draft Tesis Dony3

100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

f(x) = 0.0365691377653055 exp( 3.68322099852475E-10 x )R² = 0.883515075523234

Proyek Rehabilitasi Jalan

Rehabilitasi JalanExponential (Rehabilitasi Jalan)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.42 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi

Jalan

Dari Gambar IV.42 di atas terlihat bahwa persamaan yang dihasilkan dari grafik

tersebut berupa persamaan regresi eksponensial Y = 0.0366e4e-10X dengan nilai R2

= 0.8835. Hal ini berarti bahwa model estimasi biaya tidak langsung proyek

rehabilitasi jalan untuk data fakta dapat merepresentasikan hubungan antara rasio

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Hubungan yang

terjadi sangat kuat dengan nilai R2 mendekati satu. Informasi yang dapat diperoleh

dari gambar tersebut adalah adanya hubungan terbalik antara rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek. Semakin besar nilai proyeknya maka rasio biaya

tidak langsungnya semakin kecil. Hal ini berarti besarnya biaya tidak langsung

linier dengan besarnya nilai proyek, yaitu semakin besar nilai proyek maka biaya

tidak langsung yang dibutuhkan akan semakin besar. Namun hal tersebut terbatas

pada jumlah data, sehingga model tersebut belum dapat dikatakan valid

sepenuhnya.

a.2. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Wilayah

Berdasarkan Tabel IV.34 terlihat bahwa data proyek rehabilitasi jalan hanya

mewakili satu provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah. Sehingga model estimasi

biaya tidak langsung Provinsi Jawa Tengah sama seperti model estimasi biaya

104

Page 105: 66618457 Draft Tesis Dony3

tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan pada pembahasan sebelumnya di

atas. berikut gambar grafik model estimasi biaya tidak langsung proyek

rehabilitasi jalan Provinsi Jawa Tengah.

100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

f(x) = 0.0365691377653055 exp( 3.68322099852475E-10 x )R² = 0.883515075523234

Proyek Rehabilitasi Jalan Di Provinsi Jawa Tengah

Rehabilitasi JalanExponential (Rehabilitasi Jalan)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.43 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi

Jalan Di Wilayah Jawa Tengah

Dari Gambar IV.43 terlihat model estimasi yang dihasilkan merupakan persamaan

regresi eksponensial Y = 0.0366e4e-10X dengan nilai R2 = 0.8835. Hal ini berarti

adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek dengan nilai proyek.

a.3. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Proyek

Analisis model estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berdasarkan

waktu pelaksanaan proyek dikelompokkan dalam dua kelompok waktu, yaitu ≤ 5

bulan dan ≥ 6 bulan. Pengelompokan data berdasarkan waktu pelaksanaan proyek

ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

105

Page 106: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.36 Data Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5

Bulan

1 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln3 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln4 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

Tabel IV.37 Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≥ 6 bulan

1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

Dari Tabel IV.36 dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai proyek rata-rata sebesar

Rp. 1,155,650,766.28 dan waktu pelaksanaan rata-rata selama 3.25 bulan. Dari

jumlah data yang sedikit tidak memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut. Sama

seperti pada Tabel IV.36, Tabel IV.37 memiliki jumlah data hanya satu proyek,

sehingga tidak memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.

a.4. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Berdasarkan Kualifikasi

Kontraktor

Analisis model estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan

berdasarkan kualifikasi kontraktor merujuk pada Peraturan Lembaga LPJK

No.11a Tahun 2008 Pasal 10 tentang Registrasi Usaha Konstruksi. Pada peraturan

lembaga tersebut kualifikasi kontraktor dikelompokkan dalam tiga kelompok,

yaitu kualifikasi kecil, menengah dan besar serta terdiri dari 7 grade. Seperti telah

dijelaskan pada Sub Bab II.6. untuk kontraktor kecil terdiri dari grade 2-grade 4,

kontraktor menengah terdiri dari grade 5 dan kontraktor besar terdiri dari grade 6

dan 7.

Pada penelitian ini, data pada Tabel IV.21 dikelompokkan dalam kualifikasi

kontraktor sesuai dengan nilai kontrak proyek yang masuk dalam kualifikasi

mana. Berdasarkan pada nilai proyeknya sebelum dinormalisasi data proyek

106

Page 107: 66618457 Draft Tesis Dony3

termasuk dalam pekerjaan kontraktor kualifikasi menengah grade 5. Berikut data

ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.38 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontrakor Kualifikasi Menengah Grade 5

1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% J awa Tengah 2008 37.87 Rehab. 6 Bln Grade 52 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% J awa Tengah 2008 1.8 Rehab. 4 Bln Grade 53 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% J awa Tengah 2008 13.53 Rehab. 4 Bln Grade 54 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% J awa Tengah 2008 - Rehab. 4 Bln Grade 55 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% J awa Tengah 2005 - Rehab. 1 Bln Grade 5

Kualifikasi Kontraktor

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

Data pada Tabel IV.38 diplot dalam grafik exel dengan membandingkan rasio

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai

proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan dalam

gambar di bawah ini.

100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

f(x) = 0.0365691377653055 exp( 3.68322099852475E-10 x )R² = 0.883515075523234

Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5

Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5Exponential (Kontraktor Kuali-fikasi Menengah Grade 5)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.44 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5

Dari Gambar IV.44 dapat terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung

yang dihasilkan berupa persamaan regresi ekesponensial Y = 0.0366e4e-10X dengan

nilai R2 = 0.8835. Hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara rasio biaya

tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek. Hubungan ini dapat

merepresentasikan kondisi proyek jalan berupa proyek rehabilitasi jalan pada

kontraktor kualalifikasi menengah grade 5. Namun hal tersebut tidak dapat

dikatakan valid sepenuhnya karena adanya keterbatasan jumlah data.

107

Page 108: 66618457 Draft Tesis Dony3

a.5. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Normalisasi Nilai Proyek Panjang Jalan

Data yang dinormalisasi adalah data nilai proyek terhadap panjang jalan dari

proyek tersebut. Analisis model estimasi biaya tidak langsung ini bertujuan untuk

melihat hubungan besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

dengan panjang jalan tertentu. Sehingga dapat diketahui dengan nilai proyek per

panjang jalan tertentu berapa besar biaya tidak langsungnya. Data normalisasi

nilai proyek terhadap panjang jalan pada proyek rehabilitasi jalan ditampilkan

dalam tabel sebagai berikut.

Tabel IV.39 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Nilai Proyek Terhadap

Panjang Jalan

1 Proyek J alan 12 1,813,523,419.79 8% 37.872 Proyek J alan 13 793,418,413.88 5% 1.83 Proyek J alan 14 849,247,799.95 5% 13.534 Proyek J alan 15 973,272,020.55 5% -5 Proyek J alan 21 2,006,664,830.76 7% -

47,888,128.33 440,788,007.71 62,767,760.53

- -

No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Biaya Tidak

Langsung (% )Panjang Jalan

(KM)Normalisasi Nilai Proyek

Terhadap Panjang Jalan (Rp/ KM)

Dari Tabel IV.39 di atas dengan kondisi jumlah data yang sedikit, maka tidak

memungkinkan untuk dianalisis berdasarkan nilai proyek terhadap panjang jalan.

Hal ini dikarenakan Proyek Jalan 15 dan Proyek Jalan 21 tidak memiliki informasi

mengenai panjang jalan, sehingga tidak valid dimasukkan dalam analisis data.

Informasi yang dapat diperoleh dari Proyek Jalan 12, 13 dan 14 adalah rata-rata

rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai proyek

rata-rata sebesar Rp. 1,152,063,211.21.

108

Page 109: 66618457 Draft Tesis Dony3

IV.8.2.2. Analisis Regresi Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011

Analisis regresi untuk Data Kelompok Tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011

pada Tabel IV.35 hanya terdapat karakteristik data proyek jalan berupa proyek

rehabilitasi jalan.

a. Data Proyek Rehabilitasi Jalan

Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.35 adalah data proyek rehabilitasi

jalan merupakan representasi proyek rehabilitasi jalan di Provinsi DI Yogyakarta

dan Jawa Tengah. Rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

sebesar 7% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 2,305,103,659.12 serta

lamanya pelaksanaan proyek rata-rata 3.375 bulan.

a.1 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Data proyek rehabilitasi jalan pada Tabel IV.35 yang diplot dalam grafik exel

berupa data rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel tetap

dengan nilai proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan

dalam gambar di bawah ini.

100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

f(x) = 0.025371142253163 ln(x) − 0.476248418004783R² = 0.804190075105889

Proyek Rehabilitasi Jalan

Proyek Rehabilitasi JalanLogarithmic (Proyek Rehabili-tasi Jalan)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.45 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi

Jalan

Dari Gambar IV.45 dapat terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung

yang dihasilkan berupa persamaan regresi logaritmik Y = 0.0245In(X) – 0.4762

109

Page 110: 66618457 Draft Tesis Dony3

dengan nilai R2 = 0.8042. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai

proyek sebagai variabel bebas. Model estimasi biaya tidak langsung ini dapat

merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan.

a.2. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Wilayah

Berdasarkan Tabel IV.35 terlihat bahwa data proyek rehabilitasi jalan mewakili

dua provinsi, yaitu Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Untuk data

proyek rehabilitasi jalan Provinsi DI Yogyakarta hanya diwakili oleh satu data

proyek jalan, yaitu Proyek Jalan 9. Dengan kondisi tersebut, maka analsis regresi

model estimasi biaya tidak langsung dianalisis berdasarkan wilayah, yaitu Jawa.

Sehingga model estimasi biaya tidak langsung wilayah Jawa sama seperti model

estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan pada pembahasan

sebelumnya di atas. berikut gambar grafik model estimasi biaya tidak langsung

proyek rehabilitasi jalan wilayah Jawa.

100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

f(x) = 0.025371142253163 ln(x) − 0.476248418004783R² = 0.804190075105889

Proyek Rehabilitasi Jalan Wilayah Jawa

Proyek Rehabilitasi JalanLogarithmic (Proyek Rehabili-tasi Jalan)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.46 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek Rehabilitasi

Jalan Di Wilayah Jawa.

Dari Gambar IV.46 terlihat bahwa model estimasi biaya tidak langsung yang

dihasilkan berupa persamaan regresi logaritmik Y = 0.0245In(X) – 0.4762 dengan

nilai R2 = 0.8042. Hal ini berarti adanya hubungan yang kuat antara rasio biaya

110

Page 111: 66618457 Draft Tesis Dony3

tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek

sebagai variabel bebas. Model estimasi biaya tidak langsung ini dapat

merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung khususnya di wilayah

Jawa. Hal ini memperlihatkan bahwa antara rasio biaya tidak langsung terhadap

nilai proyek dengan nilai proyek memiliki hubungan berbanding terbalik,

sehingga semakin besar nilai proyek maka akan semakin besar biaya tidak

langsung yang dibutuhkan.

a.3. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

Analisis model estimasi biaya tidak langsung proyek rehabilitasi jalan berdasarkan

waktu pelaksanaan proyek dikelompokkan dalam dua kelompok waktu, yaitu ≤ 5

bulan dan ≥ 6 bulan. Pengelompokan data berdasarkan waktu pelaksanaan proyek

ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel IV.40 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Pada Waktu Pelaksanaan

Proyek ≤ 5 Bulan

1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln2 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln3 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln4 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln5 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

Tabel IV.41 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Pada Waktu Pelaksanaan

Proyek ≥ 6 Bulan

1 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln2 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

J alan (KM) J enis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.40 adalah rata-rata rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek sebesar 6% dengan nilai proyek rata-rata Rp.

1,403,111,212.45 dan waktu pelaksanaan proyek rata-rata 3.2 bulan.

111

Page 112: 66618457 Draft Tesis Dony3

Dari Tabel IV.40 data proyek berupa rasio biaya tidak langsung terhadap nilai

proyek dan nilai proyek diplot dalam grafik exel. Berikut hasil ploting grafik

ditampilkan dalam gambar di bawah ini.

100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

f(x) = 1.81389576736208E-11 x + 0.0325490251059898R² = 0.937775983956064

Proyek Rehabilitasi Jalan dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5 Bulan

Waktu Pelaksanaan ≤ 5 BulanLinear (Waktu Pelaksanaan ≤ 5 Bulan)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.47 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

dengan Waktu Pelaksanaan ≤ 5 Bulan

Dari Gambar IV.47 dapat dilihat bahwa persamaan regresi yang dihasilkan adalah

persamaan regresi linier Y = 2E-11X + 0.0325 dengan nilai R2 = 0.9378. Hal ini

berarti hubungan rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel

terikat dengan nilai proyek sebagai variabel bebas memiliki hubungan yang sangat

kuat. Sehingga hal ini dapat merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak

langsung pada proyek rehabilitasi jalan dengan waktu pengerjaan ≤ 5 bulan.

Namun hal tersebut tidak dapat dikatakan valid sepenuhnya, karena adanya

keterbatasan jumlah data.

Pada Tabel IV.41 dengan kondisi jumlah data yang terbatas, maka tidak

memungkinkan data untuk dianalisis. Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel

IV.41 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebesar 8%

dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp. 3,984,329,882.63 dan waktu

pelaksanaan proyek rata-rata selama 4 bulan.

112

Page 113: 66618457 Draft Tesis Dony3

a.4. Model Estimasi biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Kualifikasi Kontraktor

Analisis model estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi jalan

berdasarkan kualifikasi kontraktor merujuk pada Peraturan Lembaga LPJK

No.11a Tahun 2008 Pasal 10 tentang Registrasi Usaha Konstruksi. Pada peraturan

lembaga tersebut kualifikasi kontraktor dikelompokkan dalam tiga kelompok,

yaitu kualifikasi kecil, menengah dan besar serta terdiri dari 7 grade. Seperti telah

dijelaskan pada Sub Bab II.6. untuk kontraktor kecil terdiri dari grade 2-grade 4,

kontraktor menengah terdiri dari grade 5 dan kontraktor besar terdiri dari grade 6

dan 7.

Pada penelitian ini, data pada Tabel IV.35 dikelompokkan dalam kualifikasi

kontraktor sesuai dengan nilai kontrak proyek yang masuk dalam kualifikasi

mana. Berdasarkan pada nilai proyeknya sebelum normalisasi data proyek

termasuk dalam pekerjaan kontraktor kualifikasi menengah grade 5. Berikut data

ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.42 Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Menengah

Grade 5

1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% DI Yogyakarta 2010 1.1 Rehab. 4 Bln Grade 52 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% J awa Tengah 2009 12.21 Rehab. 6 Bln Grade 53 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% J awa Tengah 2009 15 Rehab. 6 Bln Grade 54 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% J awa Tengah 2007 - Rehab. 7 Bln Grade 55 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% J awa Tengah 2007 16.56 Rehab. 2 Bln Grade 56 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln Grade 57 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% J awa Tengah 2007 - Rehab. 4 Bln Grade 58 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% J awa Tengah 2007 - Rehab. 2 Bln Grade 5

Kualifikasi Kontraktor

No. Nama ProyekKarakteristik Proyek

Nilai Proyek (Rp)Biaya Tidak

Langsung (% ) Lokasi

(Provinsi)Tahun

KontrakPanjang

Jalan (KM) Jenis

ProyekWaktu

Penyeleasaian

Informasi yang dapat diperoleh dari Tabel IV.42 adalah rata-rata rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek sebesar 7% dengan nilai proyek rata-rata sebesar

Rp. 2,305,103,659.12 dengan waktu pelaksanaan proyek rata-rata 4.375 bulan.

Data pada Tabel IV.42 diplot dalam grafik exel dengan membandingkan rasio

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai

113

Page 114: 66618457 Draft Tesis Dony3

proyek sebagai variabel bebas. Berikut hasil ploting data ditampilkan dalam

gambar di bawah ini.

100,000,000.00 1,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

f(x) = 0.025371142253163 ln(x) − 0.476248418004783R² = 0.804190075105889

Proyek Rehabilitasi Jalan Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5

Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5Logarithmic (Kontraktor Kuali-fikasi Menengah Grade 5)

Nilai Proyek (Rp)

Ras

io B

TL T

erha

dap

Nila

i Pro

yek

(%)

Gambar IV.48 Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Kontraktor Kualifikasi Menengah Grade 5

Dari Gambar IV.48 dapat dilihat bahwa persamaan model estimasi biaya tidak

langsung yang dihasilkan adalah persamaan regresi logaritmik Y = 0.0245In(X) –

0.4762 dengan nilai R2 = 0.8042. Hal ini berarti hubungan antara rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek sebagai variabel terikat dengan nilai proyek

sebagai variabel bebas memiliki hubungan yang sangat kuat. Hal ini dapat

merepresentasikan praktek estimasi biaya tidak langsung pada proyek rehabilitasi

jalan kontraktor kualifikasi menengah grade 5.

a.5. Model Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Rehabilitasi Jalan

Berdasarkan Normalisasi Nilai Proyek Terhadap Panjang Jalan

Data yang dinormalisasi adalah data nilai proyek terhadap panjang jalan dari

proyek tersebut. Analisis model estimasi biaya tidak langsung ini bertujuan untuk

melihat hubungan besaran rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek

dengan panjang jalan tertentu. Sehingga dapat diketahui dengan nilai proyek per

panjang jalan tertentu berapa besar biaya tidak langsungnya. Data normalisasi

nilai proyek terhadap panjang jalan pada proyek rehabilitasi jalan ditampilkan

dalam tabel sebagai berikut.

114

Page 115: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.43 Proyek Rehabilitasi Jalan Berdasarkan Normaliasai Nilai Proyek

Terhadap Panjang Jalan

1 Proyek J alan 9 2,561,236,663.86 8% 1.12 Proyek J alan 10 2,134,287,114.94 5% 12.213 Proyek J alan 11 2,603,360,708.78 8% 154 Proyek J alan 16 6,687,625,387.00 10% -5 Proyek J alan 17 1,281,034,378.27 5% 16.566 Proyek J alan 18 859,346,314.24 5% -7 Proyek J alan 19 1,444,304,388.54 6% -8 Proyek J alan 20 869,634,317.34 5% -

- - -

2,328,396,967.14 174,798,289.51 173,557,380.59

- 77,357,148.45

No. Nama Proyek Nilai Proyek (Rp) Biaya Tidak

Langsung (% )Panjang Jalan

(KM)Normalisasi Nilai Proyek Terhadap

Panjang Jalan (Rp/ KM)

Dari Tabel IV.43 di atas dengan kondisi jumlah data yang sedikit, maka tidak

memungkinkan untuk dianalisis berdasarkan normalisasi nilai proyek terhadap

panjang jalan. Hal ini dikarenakan Proyek Jalan 15, 18, 19 dan Proyek Jalan 20

tidak memiliki informasi mengenai panjang jalan, sehingga tidak valid

dimasukkan dalam analisis data. Informasi yang dapat diperoleh dari Proyek Jalan

9, 10 11 dan Proyek Jalan 17 adalah rata-rata rasio biaya tidak langsung terhadap

nilai proyek sebesar 7% dengan nilai proyek rata-rata sebesar Rp.

2,144,979,716.46.

IV.9. Pembahasan

Pada tahapan analisis data yang telah dilakukan di atas, bagian pertama berupa

identifikasi prinsip dan mekanisme praktek estimasi biaya tidak langsung pada

proyek jalan. Hasil survei memperlihatkan bahwa sebagian besar kontraktor

kualifikasi besar dan menengah mengerti dan memahami tentang biaya tidak

langsung. Hal ini dijelaskan dari adanya divisi estimasi baik di kontraktor besar

maupun kontraktor menengah. Jika dilihat dari personil estimasi yang dimiliki

oleh perusahaan, sebagian besar personil memiliki latar belakang pendidikan S1

dengan latar belakang kellmuan teknik sipil dan posisi mereka di perusahaan

sebagai estimator/engineer. Hal ini memperlihatkan bahwa kontraktor sudah

mapan dalam mengelola proyek konstruksi. Selain itu penjelasan lain pentingnya

kontraktor mengetahui biaya tidak langsung adalah merupakan bagian dari

pekerjaan mereka. Ini berarti kontraktor fokus dalam melakukan estimasi biaya

tidak langsung agar estimasi harga yang dihasilkan dapat menang dalam

115

Page 116: 66618457 Draft Tesis Dony3

penawaran. Alasan lainnya adalah agar kontraktor dapat mengatisipasi biaya

risiko dan dapat mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh.

Mekanisme penetapan biaya tidak langsung pada proyek jalan dilakukan dengan

menetapkan persentase nilai dari nilai proyek keseluruhan. Besarnya persentase

nilai tersebut sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Catatan mengenai

proyek-proyek terdahulu menjadi faktor utama dalam menentukan besarnya

persentase nilai biaya tidak langsung tersebut. Sebagian besar kontraktor

kualifikasi besar dan menengah melakukan pengendalian biaya tidak langsung

setiap proyek melalui laporan keuangan proyek. Laporan keuangan proyek

berisikan arus keluar masuk uang yang terjadi pada suatu proyek. Hal ini berarti

kontraktor memiliki catatan laporan keuangan proyek-proyek yang dikerjakan dan

selanjutnya dijadikan sebagai alat untuk mengestimasi biaya tidak langsung

proyek selanjutnya. Berikut ini ditampilkan tabel perbandingan praktek estimasi

biaya tidak langsung antara proyek jalan dan proyek bangunan gedung di bawah

ini.

116

Page 117: 66618457 Draft Tesis Dony3

Tabel IV.44 Perbandingan Pratek Estimasi Biaya Tidak Langsung Pada Proyek

Jalan dan Proyek Bangunan Gedung

117

Page 118: 66618457 Draft Tesis Dony3

Dari Tabel IV.44 terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan antara praktek

estimasi biaya tidak langsung pada proyek jalan dan proyek bangunan gedung.

Pertama adalah alasan kontraktor melakukan estimasi biaya tidak langsung. Pada

proyek jalan untuk mengantisipasi biaya risiko dan mempengaruhi besar

keuntungan yang diperoleh. Sedangkan pada proyek bangunan gedung hanya

untuk mengantisipasi biaya risiko.

Kedua adalah mekanisme penetapan biaya tidak langsung. Pada proyek jalan

menggunakan mekanisme persentase (%) nilai terhadap nilai kontrak, yang mana

nilai kontrak ini terdiri dari pajak (PPN+PPh) dan biaya langsung. Sedangkan

pada proyek bangunan gedung menggunakan mekanisme nilai tertentu terhadap

biaya langsung.

Ketiga adalah komponen-komponen estimasi biaya tidak langsung yang masuk

pada harga penawaran berupa komponen asuransi. Pada proyek jalan asuransi

yang masuk dalam harga penawaran adalah asuransi proyek (Construction All

Risk), asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Sedangkan pada proyek bangunan

gedung lebih kompleks dengan membagi jenis asuransi menjadi dua jenis, yaitu

asuransi internal berupa asuransi tenaga kerja, peralatan daan asuransi proyek,

asuransi yang mengcover proyek keseluruhan (construction all risk) serta asuransi

eksternal berupa asuransi third party liabilities.

Keempat adalah mekanisme penetapan komponen-komponen biaya tidak

langsung. Untuk proyek jalan mekanisme yang digunakan adalah persentasi nilai,

yaitu pada komponen pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya umum, risiko,

overhead kantor dan overhead proyek. Sedangkan pada proyek bangunan gedung

terdapat dua mekanisme yaitu dengan persentase (%) nilai dan nilai tertentu

terhadap biaya langsung. Untuk mekanisme penetapan dengan persentase (%)

nilai adalah komponen pajak, biaya jaminan, asuransi, risiko dan overhead kantor.

Sedangkan untuk mekanisme penetapan dengan nilai tertentu adalah komponen

biaya umum dan overhead kantor. Selain itu, perbedaan lainnya adalah besarnya

nilai untuk masing-masing komponen biaya tidak langsung. Pada proyek jalan

dapat diketahui besar nilai dari setiap komponennya. Sedangkan pada proyek

118

dony prastya kesuma, 09/24/11,
KSP: Mekanisme penetapan BTL beriapa % nilai terhadap niali kontrak (PPN+PPh+Biaya langsung)
Page 119: 66618457 Draft Tesis Dony3

bangunan gedung masih sulit untuk mengetahuinya karena keterbatasan informasi

penelitian sebelumnya.

Bagian kedua berupa analisis permodelan estimasi biaya tidak langsung. Pada

proyek jalan model matematis yang dihasilkan berasal dari data observasi dan data

fakta. Model matematis yang dihasilkan dari data obervasi terdapat hubungan non

linier antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek.

Kecenderungan model matematis tersebut menggambarkan bahwa semakin besar

nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek semakin kecil.

Hal ini berarti besarnya biaya tidak langsung berbanding lurus terhadap nilai

proyek. Sedangkan model matematis yang dihasilkan dari data fakta terdapat

hubungan non linieer antara rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek.

Kecenderungan model matematis tersebut menggambarkan bahwa semakin besar

nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung terhadap nilai proyek semakin besar.

Hal ini berarti besarnya biaya tidak langsung berbanding terbalik terbadap nilai

proyek.

Pada penelitian terdahulu model estimasi biaya tidak langsung yang dihasilkan

dari proyek bangunan gedung berupa data fakta yang diperoleh dari data historis

kontraktor berupa informasi total nilai suatu proyek, besarnya nilai biaya tidak

langsung dan informasi karakteristik proyek tersebut. Model matematis yang

dihasilkan terdapat hubungan non linier antara rasio biaya tidak langsung terhadap

nilai proyek dengan nilai proyek. Kecenderungan model matematis tersebut

menggambarkan bahwa semakin besar nilai proyek maka semakin kecil rasio

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek. Hal ini berarti semakin besar nilai

proyek maka semakin besar biaya tidak langsungnya.

Jika dibandingkan antara model estimasi biaya tidak langsung yang dihasilkan

dari proyek jalan dengan proyek bangunan gedung, maka adanya perbedaan

kecenderungan model matematis proyek jalan dengan proyek bangunan gedung.

Pada proyek jalan dan data fakta model matematis yang memiliki kecenderungan

model menggambarkan bahwa hubungan antara rasio biaya tidak langsung

terhadap nilai proyek dengan nilai proyek berbanding lurus. Sedangkan pada

119

Page 120: 66618457 Draft Tesis Dony3

proyek bangunan gedung model matematis yang dihasilkan memiliki

kecenderungan model menggambarkan bahwa hubungan antara rasio biaya tidak

langsung terhadap nilai proyek dengan nilai proyek berbanding terbalik.

Bab V Kesimpulan dan Saran

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara umum terdapat perbedaan praktek estimasi

biaya tidak langsung pada proyek jalan dan proyek bangunan gedung. Pertama,

alasan kontraktor dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung. Pada proyek

jalan alasan utama kontraktor adalah karena dapat mempengaruhi keuntungan dan

mengantisipasi biaya risiko. Sendangkan pada proyek bangunan gedung alasan

utamanya adalah untuk mengantisipasi biaya risiko. Hal ini berarti pada proyek

jalan kontraktor lebih sulit untuk menentukan besarnya keuntungan yang akan

diperoleh atau sebaliknya mengalami kerugian. jika dilihat dari karakteristik

proyek, maka proyek jalan memiliki ketidakpastian dan variasi yang lebih besar

karena belum dapat diketahui secara rinci dari spesifikasinya terutama pada

pekerjaan bawah tanah seperti sub base, base dan sub grade.

Kedua, mekanisme penetapan biaya tidak langsung. Pada proyek jalan mekanisme

yang digunakan berupa persen (%) nilai terhadap biaya langsung dan nilai proyek.

Sedangkan pada proyek bangunan gedung mekanisme yang digunakan berupa

nilai tertentu yang pada akhirnya besar nilai tersebut dijadikan sebagai proporsi

persentase biaya langsung.

Ketiga, komponen biaya tidak langsung yang masuk dalam harga penawaran

beruap komponen asuransi. Pada proyek jalan komponen asuransi berupa asuransi

proyek (Construction All Risk), asuransi tenaga kerja dan Jamsostek. Sedangkan

pada proyek bangunan gedung komponen asuransi lebih kompleks dengan

membagi jenis asuransi menjadi dua, yaitu: asuransi internal berupa asuransi

tenaga kerja, asuransi peralatan dan proyek, dan asuransi proyek (Construction All

Risk); dan asuransi eksternal berupa asuransi third party liabilities.

120

Page 121: 66618457 Draft Tesis Dony3

Keempat, mekanisme penetapan komponen-komponen biaya tidak langsung.

Untuk proyek jalan mekanisme yang digunakan adalah persen (%) nilai terhadap

biaya langsung dan nilai proyek untuk pajak, biaya jaminan, asuransi, biaya

umum, risiko, dan overhead kantor dan proyek. Sedangkan pada proyek bangunan

gedung terdapat dua mekanisme, yaitu: Persen (%) nilai terhadap biaya langsung

untuk pajak, biaya jaminan, asuransi, risiko, dan overhead kantor dan proyek;

nilai tertentu terhadap biaya langsung untuk biaya umum dan overhead kantor.

Perbedaan lainnya adalah besarnya persentase komponen biaya tidak langsung

dapat diketahui dengan jelas untuk masing-masing komponen. Sedangkan pada

proyek bangunan gedung masih sulit untuk mengetahuinya karena keterbatasan

informasi penelitian sebelumnya.

Pada bagian lain dari penelitian ini ditemukan model estimasi biaya tidak

langsung proyek jalan berdasarkan data obesrvasi dan data fakta dari dokumen

kontrak dan RAB. Model yang dihasilkan pada proyek jalan memiliki kesamaan

dengan model yang dihasilkan pada protek bangunan gedung. Model tersebut

memiliki hubungan non linier. Namun terdapat perbedaan dari kecenderungan

model. Pada proyek jalan kecenderungan model menggambarkan bahwa rasio

biaya tidak langsung terhadap nilai proyek berbanding lurus, artinya semakin

besar nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung akan semakin besar.

Sedangkan pada proyek bangunan gedung, kecenderungan model

menggambarkan semakin besar nilai proyek maka rasio biaya tidak langsung akan

semakin kecil.

V.2 Saran

Berikut ini saran yang diberikan terhadap hasil peneltian yang telah dilakukan:

a. Komponen-komponen biaya tidak langsung yang diidentifikasi dalam

peneltian ini dapat dijadikan informasi berupa referensi bagi kontarktor

dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung.

b. Model estimasi biaya tidak langsung yang dihasilkan belum dapat

merepresentasikan secara akurat mengenai praktek estimasi biaya tidak

langsung yang sebenarnya oleh kontraktor karena menggunakan data

121

Page 122: 66618457 Draft Tesis Dony3

berdasarkan pada dokumen kontrak dan RAB. Untuk mendapatkan model

estimasi yang lebih akurat sebaiknya pada penelitian selanjutnya

menggunakan data berdasarkan pada laporan aktual proyek dan jumlah

data yang banyak dengan karakteristik proyek yang beragam.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of Cost engineering (AACE), (1992) Skills and Knowledge

of Cost Engineering, 3rd Edition, ACE, West Virginia.

Ang, A.H. dkk, (1992) Konsep-konsep Probabilitas dalam perencanaan dan

Perancangan Rekayasa-Prinsip-prinsip Dasar, Jilid 1, Erlangga,

Jakarta.

Ang, A.H. dan Tang, W.H., (2007) Probability Concepts in Engineering 2nd

Edition, Wiley, United States of America.

Artikel non-personal, 2 Juli 2010, “Jenis – Jenis Kontrak dalam Konstruksi”,

http://iamnotthoseman.wordpress.com/2010/07/02/jenis-jenis-kontrak-

dalam-proyek-konstruksi-lanjutan/, diakses tanggal 8 Februari 2011.

Direktorat Jendral Bina Marga, (2006) Panduan Analisis Harga Satuan,

Pendukung Spesifikasi Umum Edisi Desember 2006, Departemen

Pekerjaan Umum.

L. Grant, Eugene, dkk., (2001) Dasar-Dasar Ekonomi Teknik, Jilid 1, Rineka

Cipta, Jakarta.

Latief, R., (2005) Kajian Kontrak Modified turn Key Sebagai Alternatif Pada

Penanganan Jalan Propinsi Jawa Barat, Tesis Program Magister,

Institut Teknologi Bandung.

Latupeirissa, Josefine Ernestine, (2005) Kerangka Penentuan Biaya Kontijensi Di

Dalam Pelaksanaan Konstruksi, Disertasi Proogram Doktor, Institut

Teknologi Bandung.

122

Page 123: 66618457 Draft Tesis Dony3

Liston, M. dan Patar, R., (2005) Implementasi Model Diekmann dan Girard untuk

Memprediksi Potensi Perselisihan Kontrak Pada Pelaksanaan Proyek

Jalan Nasional, Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung.

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, Peraturan Lembaga (Perlem) Nomor

11a Tahun 2008 Tentang Registrasi Usaha Jasa Konstruksi, LPJK,

Jakarta.

Muzayanah, Yannu, (2008) Pemodelan Proporsi Sumber Daya Proyek Konstruksi,

Tesis Program Magister, Universitas Diponegoro.

Oberlender, G. D. dan Peurifoy, R. L., (2002) Estimating Contsruction Costs,

McGrow-Hill Education, USA.

Pradoto, Rani G. K., (2010) Pemodelan Estimasi Komponen Biaya Tidak

Langsung Proyek Konstruksi, Laporan Penelitian Manajemen dan

Rekayasa Konstruksi, Insititut Teknologi Bandung.

PMI, (2000) A Giude to The Project Management Body of Knowlage, PMI

Standart, Pennsylvania.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun

2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, RI, Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, Undang – Undang Jasa Konstruksi Nomor 18

Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, RI, Jakarta.

Rahadian, D., (2010) Kajian Terhadap Praktek Estimasi Biaya Tidak Langsung

Proyek Konstruksi Pada Perusahaan Kontraktor Menengah di Daerah

Bandung dan Jakarta, Tesis Program Magister, Institut Teknologi

Bandung.

Soemardi, Biemo W., (2010) Pengantar Studi Kajian Pengembangan Sistem

Penyelenggaraan Proyek Jalan Nasional Indonesia, Penelitian

Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.

123

Page 124: 66618457 Draft Tesis Dony3

Statistik Badan Usaha Tahun 2008 Daftar Menurut Asosiasi Dan Golongan

www.lpjk.org. Di download tanggal 23 September 2009.

US Department of Energy, (1997), Cost Estimating Guide, DOE

Yusuf, D., (2010) Studi Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Konstruksi Pada

Perusahaan Konstraktor Kualifikasi Besar di Daerah Bandung dan

Jakarta, Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung.

124

Page 125: 66618457 Draft Tesis Dony3

LAMPIRAN I

Kuesioner Kajian Praktek Estimasi Biaya Tidak Langsung Proyek Jalan

Di Indonesia

125

Page 126: 66618457 Draft Tesis Dony3

LAMPIRAN II

Rekapitulasi Hasil Penelitian

126

Page 127: 66618457 Draft Tesis Dony3

LAMPIRAN III

Bagan Alir Hasil Penelitian

127