64-116-1-SM

5
Artikel Penelitian 63 Alamat Korespondensi: Dadang Kusnadi, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Padjadjaran, Jl. Prof. Eyckman No. 38 Bandung 40161, Hp. 0818223928, e-mail: [email protected] Abstrak Kenyamanan, keamanan, dan kepuasan pelayanan pasien merupakan fenomena pelayanan yang mencerminkan kualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi kebijakan perubahan sta- tus kelembagaan rumah sakit terhadap kualitas pelayanan pasien. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dan metode explanatory sur- vey. Metode analisis meliputi regresi linier multipel dengan uji validitas pro- duct moment pearson, uji reliabilitas teknik alpha cronbach, uji hipotesis path analysis dan uji statistik (t), serta transformasi data skala likert dengan alat ukur method of succesive interval. Populasi adalah pegawai rumah sakit sebanyak 1.072 orang dan sampel sebanyak 92 orang yang diten- tukan dengan teknik stratified random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan wawancara pasien se- bagai counter informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan perubahan status kelembagaan rumah sakit secara signifikan terbukti berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pasien sekitar 66,31% dan faktor lain berpengaruh sebesar (e) 33,69%. Berbagai faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pelayanan meliputi faktor komunikasi (0,49%), sumber daya (0,25%), sikap pelaksana (0,32%), dan struktur birokrasi (0,33%). Faktor lain yang memengaruhi kualitas pelayanan adalah faktor budaya kerja sebagai norma implementasi kebi- jakan perubahan status kelembagaan rumah sakit. Kata kunci: Implementasi kebijakan, status kelembagaan rumah sakit, kualitas pelayanan Abstract Comfort, safety, and satisfacton of patient care is a phenomenon that re- presents service quality. This research intends to uncover effects on imple- mentation of the changing of institutional status towards quality of patient care. Ths research used quantitative research design with explanatory sur- vey method. Analysis method including multiple linear regression with pear- son product moment test validity, reliability test techniques and test hy- Perubahan Status Kelembagaan dan Kualitas Pelayanan Pasien Rumah Sakit The Changing of Institutional Status and Quality of Hospital Patient Care in Hospital Dadang Kusnadi potheses alpha cronbach path analysis, and testing statistic (t), and also da- ta transform likert scale which uses method of successive interval tool. The research population is 1.072 employees and 92 person sample taken by stratified random sampling. Data collected by structured interview using questionnaire and patient interviews as counter informan. Results showed that the implementation of policy change on institutional status of hospital proven the of significant influence on the quality of patient cares at 66,31% and other factors influenced (e) 33,69%. Various factors that affect signifi- cantly positive on quality service including communication factor 12,49%; re- sources 0,25%; attitude of the implementers 0,32%; and bureaucratic struc- ture 0,33%. Another concept that influenced of quality care is job behavior factor as implementation of policy change on institutional status of hospital norm. Key words: Implementation policy, hospital institution status, quality service Pendahuluan Sampai sekarang, kualitas kinerja dan citra rumah sakit yang merupakan pelayanan masyarakat masih ter- golong rendah. 1 Pengelolaan pelayanan rumah sakit pe- merintah terkesan belum sesuai dengan harapan dan tun- tutan masyarakat. Kenyamanan, keamanan, dan kepuas- an pasien yang merupakan indikator kualitas pelayanan rumah sakit pemerintah masih tergolong rendah. Hal tersebut terjadi akibat komunikasi, sumber daya manu- sia, sikap perilaku, dan struktur birokrasi yang tidak mendukung. 2 Pemerintah berupaya meningkatkan citra pelayanan rumah sakit dengan mengubah kebijakan per- aturan yang mengarah pada good governance dan good Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

description

tentang perda

Transcript of 64-116-1-SM

Page 1: 64-116-1-SM

Artikel Penelitian

63

Alamat Korespondensi: Dadang Kusnadi, Program Studi Ilmu KesehatanMasyarakat FK Universitas Padjadjaran, Jl. Prof. Eyckman No. 38 Bandung40161, Hp. 0818223928, e-mail: [email protected]

AbstrakKenyamanan, keamanan, dan kepuasan pelayanan pasien merupakanfenomena pelayanan yang mencerminkan kualitas. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui pengaruh implementasi kebijakan perubahan sta-tus kelembagaan rumah sakit terhadap kualitas pelayanan pasien.Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dan metode explanatory sur-vey. Metode analisis meliputi regresi linier multipel dengan uji validitas pro-duct moment pearson, uji reliabilitas teknik alpha cronbach, uji hipotesispath analysis dan uji statistik (t), serta transformasi data skala likert denganalat ukur method of succesive interval. Populasi adalah pegawai rumahsakit sebanyak 1.072 orang dan sampel sebanyak 92 orang yang diten-tukan dengan teknik stratified random sampling. Data dikumpulkan denganwawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan wawancara pasien se-bagai counter informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasikebijakan perubahan status kelembagaan rumah sakit secara signifikanterbukti berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pasien sekitar 66,31%dan faktor lain berpengaruh sebesar (e) 33,69%. Berbagai faktor yangberpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pelayanan meliputi faktorkomunikasi (0,49%), sumber daya (0,25%), sikap pelaksana (0,32%), danstruktur birokrasi (0,33%). Faktor lain yang memengaruhi kualitaspelayanan adalah faktor budaya kerja sebagai norma implementasi kebi-jakan perubahan status kelembagaan rumah sakit.Kata kunci: Implementasi kebijakan, status kelembagaan rumah sakit,kualitas pelayanan

AbstractComfort, safety, and satisfacton of patient care is a phenomenon that re-presents service quality. This research intends to uncover effects on imple-mentation of the changing of institutional status towards quality of patientcare. Ths research used quantitative research design with explanatory sur-vey method. Analysis method including multiple linear regression with pear-son product moment test validity, reliability test techniques and test hy-

Perubahan Status Kelembagaan dan Kualitas PelayananPasien Rumah Sakit

The Changing of Institutional Status and Quality of Hospital Patient Care inHospital

Dadang Kusnadi

potheses alpha cronbach path analysis, and testing statistic (t), and also da-ta transform likert scale which uses method of successive interval tool. Theresearch population is 1.072 employees and 92 person sample taken bystratified random sampling. Data collected by structured interview usingquestionnaire and patient interviews as counter informan. Results showedthat the implementation of policy change on institutional status of hospitalproven the of significant influence on the quality of patient cares at 66,31%and other factors influenced (e) 33,69%. Various factors that affect signifi-cantly positive on quality service including communication factor 12,49%; re-sources 0,25%; attitude of the implementers 0,32%; and bureaucratic struc-ture 0,33%. Another concept that influenced of quality care is job behaviorfactor as implementation of policy change on institutional status of hospitalnorm.Key words: Implementation policy, hospital institution status, quality service

PendahuluanSampai sekarang, kualitas kinerja dan citra rumah

sakit yang merupakan pelayanan masyarakat masih ter-golong rendah.1 Pengelolaan pelayanan rumah sakit pe-merintah terkesan belum sesuai dengan harapan dan tun-tutan masyarakat. Kenyamanan, keamanan, dan kepuas-an pasien yang merupakan indikator kualitas pelayananrumah sakit pemerintah masih tergolong rendah. Haltersebut terjadi akibat komunikasi, sumber daya manu-sia, sikap perilaku, dan struktur birokrasi yang tidakmendukung.2 Pemerintah berupaya meningkatkan citrapelayanan rumah sakit dengan mengubah kebijakan per-aturan yang mengarah pada good governance dan good

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Page 2: 64-116-1-SM

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 2, September 2012

64

clinical governance.3 Otonomi manajemen rumah sakitakan memengaruhi pengambilan keputusan dan statuskelembagaan yang merupakan isu penting dalam men-jawab tantangan mutu layanan kesehatan masyarakat.4,5

Perubahan status badan hukum rumah sakit bertu-juan untuk meningkatkan kinerja rumah sakit dalammemberikan pelayanan kepada masyarakat.6 Hal terse-but diharapkan mampu menciptakan pengelolaanpelayanan prima, kemandirian, efisiensi, fleksibilitas, danproduktivitas.6 Administrator rumah sakit berfungsistrategis dalam memudahkan pencapaian kemandirianrumah sakit.7 Masalah pelayanan pasien di rumah sakitmengekspresikan kesenjangan antara realita yang nyatadan yang diharapkan pasien. Pada kenyataannya,pelayanan pada pasien belum memenuhi harapan dantuntutan masyarakat sehingga kita dapat melihat bahwaimplementasi kebijakan perubahan status kelembagaanrumah sakit belum mampu meningkatkan kualitaspelayanan yang memenuhi harapan. Penelitian ini bertu-juan untuk menilai pengaruh implementasi kebijakan pe-rubahan status kelembagaan rumah sakit terhadap kua-litas pelayanan pasien.

MetodePenelitian dengan desain kuantitatif ini menggunakan

metode explanatory survey dan analisis regresi liniermultipel yang menggunakan uji validitas product mo-ment pearson dan uji reliabilitas teknik alpha cronbachserta uji hipotesis path analysis dan uji statistik (t), trans-formasi data skala likert dengan alat ukur method of suc-cessive interval. Populasi mencakup 1.072 pegawaidengan teknik pengambilan sampel stratified randomsampling sehingga diperoleh 99 orang dengan instrumenpenelitian kuesioner dan wawancara 962 pasien sebagaicounter informan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresilinier multipel yang dilanjutkan dengan path analysisdengan terlebih dahulu melakukan uji validitas danreliabilitas. Tahapan pendekatan korelasi productmoment pearson meliputi penentuan nilai korelasi (r),penentuan nilai t sama dengan hitung, penarikan kaidahkeputusan, dan kriteria penafsiran.8 Selanjutnya,dilakukan pendekatan alpha cronbach untuk mengujitingkat reliabilitas. Indeks menunjukkan kesamaan gejalayang diukur dan konsistensi instrumen yang digunakan.Data ordinal berupa jawaban tertutup dengan 5 kategori,yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS),tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) yangkemudian ditransformasikan menjadi skala intervaldengan skala likert. Jawaban tersebut disesuaikan denganberbagai pertanyaan tertutup kepada responden yangsesuai dengan situasi dan kondisi faktual.

Setiap jawaban responden diberi skor yang digunakanuntuk tingkat pengukuran ordinal. Skor digunakan un-

tuk keperluan analisis ke tingkat interval melalui methodof successive intervals (MSI) agar secara kuantitatif dapatdiolah kemudian data ordinal ditransfer menjadi data in-terval dalam path analysis.8 Penarikan sampel dilakukandengan teknik stratified random sampling dengan popu-lasi sasaran adalah 1.072 pegawai Rumah Sakit HasanSadikin Bandung yang berstatus rumah sakit perusahaanjawatan (Perjan) yang akan berubah menjadi rumah sakitpola pengelolaan keuangan badan layanan umum (PPK-BLU). Hal tersebut berhubungan dengan pelayanan pe-rawatan pasien yang meliputi pejabat struktural, kepalastaf medis fungsional (SMF), pejabat fungsional, sertapasien yang berjumlah 962 yang terdapat di ruangan pa-viliun, kelas I, kelas II, kelas III, serta ruangan intensif ca-re sebagai counter informan.

Hasil Implementasi kebijakan perubahan status kelemba-

gaan rumah sakit dengan simbol (X) meliputi berbagaifaktor, yaitu komunikasi (X1), sumber daya (X2), sikappelaksana (X3), dan struktur birokrasi (X4). Faktor-fak-tor tersebut berpengaruh secara signifkan terhadap pe-ningkatan kualitas pelayanan pasien (Y) dengan dimensi-dimensi (reliability, responsiveness, assurance, empathy,and tangibles) (Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3).

Komunikasi (X1) dengan indikator kejelasan, trans-misi, dan konsistensi berhubungan erat secara signifikandengan proses implementasi kebijakan perubahan statuskelembagaan rumah sakit. Berdasarkan hasil uji statistikdidapatkan koefisien jalur = 0,4980 dengan pengaruh to-tal secara langsung faktor komunikasi (X1) kepada kua-litas pelayanan pasien (Y) = 24,80% yang berarti men-dapat dukungan positif. Hasil ini mendukung dan relevandengan konsep implementasi kebijakan perubahan statuskelembagaan rumah sakit yang menuntut aktivitas ko-

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Keterangan

Implementasi kebijakan 0,853 ReliabelKualitas pelayanan 0,807 Reliabel

Tabel 2. Matriks Invers Korelasi Implementasi Kebijakan

Faktor X1 X2 X3 X4

X1 1,488394668 -0,28936 -0,13943 -0,174879879X2 -0,289359249 1,939761 -0,62251 -0,310620715X3 -0,139427334 -0,62251 1,33308 -0,123707187X4 -0,174879879 -0,31062 -0,12371 1,692872369

Tabel 3. Pengaruh Implementasi Kebijakan terhadap Kualitas Pelayanan Pasien

Variabel Fhitung F tabel

Implementasi kebijakan 43.772 2,40

Page 3: 64-116-1-SM

65

munikasi dengan indikator kejelasan skor 872 (63,12)pada kategori sedang, ketepatan skor 909 (65,87) padakategori sedang, dan konsisten skor 303 (65,86) beradapada kategori sedang.

Hal ini membuktikan bahwa komunikasi antarapengambil kebijakan dan aparatur pelaksana kebijakanbelum meningkatkan kualitas pelayanan pasien di rumahsakit sesuai harapan. Berbagai kendala dalam proses im-plementasi meliputi ketidakjelasan pesan dan salahmenafsirkan, ketepatan pesan dan kurang fokus, keti-dakkonsistenan pesan yang disampaikan, dan pema-haman pesan yang diterima. Seharusnya, semakin baikkomunikasi antara dokter dengan pasien, perawatdengan pasien, pengambil kebijakan dengan aparaturpelaksana, semakin efektif implementasi kebijakandalam upaya peningkatan kualitas pelayanan pasien dirumah sakit. Faktor sumber daya (X2) dengan indikatoryang meliputi staf, kemampuan dan keahlian, serta fa-silitas menunjukkan keeratan hubungan yang signifikandalam proses implementasi kebijakan perubahan.Koefisien jalur 0,2563 dengan pengaruh total terhadapkualitas pelayanan pasien (Y) = 6,6% menunjukkanadanya dukungan positif.

Hasil ini mendukung dan relevan dengan konsep im-plementasi kebijakan yang menuntut sumber dayadengan indokator yang meliputi staf dengan skor 292(66,84) pada kategori sedang, dan kemampuan denganskor 615 (66,84) pada kategori sedang, fasilitas denganskor 969 (70,1) pada kategori baik. Hal tersebut mem-buktikan bahwa sumber daya yang diolah merupakanpenentu kebijakan dan aparatur pelaksana tidakmemenuhi upaya konkret meningkatkan kualitaspelayanan pasien di rumah sakit. Berdasarkan Counterinformation, ditemukan berbagai kendala yang meliputistaf kurang mendukung karena belum memahami mak-sud dan tujuan, kemampuan sumber daya manusia ku-

rang sesuai dengan prosedur dan sistem, penyelesaiankegiatan pelayanan belum sesuai standar, dan fasilitas-fasilitas tidak terpenuhi. Semakin baik sumber dayadalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaannya, se-harusnya semakin efektif implementasi kebijakan(Gambar 1).

Faktor sikap pelaksana (X3) dengan indikatorkepatuhan, kepribadian, kesadaran, dan kesediaanmenunjukkan hubungan yang signifikan dalam prosesimplementasi kebijakan. Koefisien jalur 0,3271 denganpengaruh total terhadap kualitas pelayanan pasien (Y)sebesar 10,69% menunjukkan adanya dukungan dan re-levan positif. Hasil ini mendukung dan relevan dengankonsep implementasi kebijakan perubahan status kelem-bagaan rumah sakit yang menuntut sikap pelaksana deng-an indikator staf dengan skor 347 pada kategori baik,kepribadian dengan skor 726 pada kategori baik, dankesediaan dengan skor 1.124 pada kategori baik. Hal inimembuktikan bahwa sikap pelaksana dalam implemen-tasi kebijakan untuk mendukung penentu kebijakan danaparatur pelaksana tidak terpenuhi sesuai harapan.Berbagai kendala yang terjadi dalam proses implementasimeliputi tingkat kepatuhan, ketidakyakinan dan keti-dakpercayaan, ketiadaan pengakuan, penghargaan dandukungan, bekerja tanpa motivasi, kecenderungan seba-gai penguasa, dan kurangnya perhatian terhadap ke-pentingan pasien. Semakin baik sikap pelaksana dalampengambilan kebijakan dengan aparatur pelaksana, se-makin efektif implementasi kebijakan.

Faktor struktur birokrasi (X4) dengan indikator pem-bagian tugas yang jelas, kerja sama, pengawasan, danprosedur menunjukkan hubungan yang signifikan dalamproses implementasi kebijakan. Berdasarkan hasil uji sta-tistik diperoleh koefisien jalur 0,3316 dengan pengaruhtotal struktur birokrasi terhadap kualitas pelayananpasien (Y) sebesar 10,9% yang berarti mendapat du-kungan positif dan relevan untuk memperlancar pelak-sanaan kegiatan pelayanan. Hasil ini mendukung dan re-levan dengan konsep implementasi kebijakan yang me-nuntut struktur birokrasi dengan indikator pembagiantugas yang jelas dengan skor 1023 (74,1%) pada kategoribaik, kerja sama dengan skor 699 (75,9%) pada kategoribaik, pengawasan dengan skor 632 (68,7%) pada kate-gori baik, dan prosedur dengan skor 731 (79,5%) padakategori baik.

Hal tersebut membuktikan bahwa struktur birokrasimendukung proses pengambilan kebijakan dan aparaturpelaksana kebijakan. Sebagai dampak upaya konkretyang tidak sesuai harapan, timbul berbagai kendaladalam proses implementasi yang meliputi strukturbirokrasi melekat pada jabatan dan tidak fleksibel dalammenjalankan aktivitas pelayanan, ketidakjelasan struktursampai tingkat pelaksana, masih kental dengan gayabirokrat formal, kurang dukungan dan sinergitas dalam

Kusnadi, Perubahan Status Kelembagaan dan Kualitas Pelayanan Pasien Rumah Sakit

Gambar 1. Path Diagram Variabel Implementasi Kebijakan terhadap Kualitas Pelayanan

Page 4: 64-116-1-SM

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 2, September 2012

66

bekerja, serta kecenderungan struktur birokrasi yang ku-rang memerhatikan kepentingan pasien. Semakin baikstruktur birokrasi sebagai instrumen dalam pengambilankebijakan dengan aparatur pelaksana, semakin efektifpula implementasi kebijakan (Tabel 4).

PembahasanPenelitian ini berorientasi pada teori implementasi ke-

bijakan publik sebagai konsekuensi logis. Pertama, teoriEdwards dengan 4 faktor implementasi yang meliputi ko-munikasi, sumber daya, sikap pelaksana, dan strukturbirokrasi yang merupakan suatu penegasan denganmenonjolkan eksistensi aparatur birokrasi pemerintahansebagai aktor dan pelaksana kebijakan.2,9,10 Kedua, teoritersebut belum mempertimbangkan kondisi riil empirikalmasyarakat sebagai basis implementasi kebijakan,khususnya dalam memperhatikan pengembangan faktorlain yang meliputi budaya kerja.11,12 Setiap produk ke-bijakan yang akan diimplementasikan dipastikanbermuara langsung dengan masyarakat sebagai basispelaksanaan tahapan kebijakan publik. Oleh sebab itu,dapat ditegaskan bahwa proses implementasi kebijakan,selain memerhatikan dan menerapkan keempat faktorimplementasi kebijakan menurut Edwards tersebut, per-lu memperhatikan faktor budaya kerja pegawai tempatproduk kebijakan tersebut diimplementasikan.

Untuk itu, diperlukan faktor budaya kerja yang di-

kontruksikan sebagai model pengembangan dalam teoriimplementasi kebijakan. Hal tersebut merupakan normayang dianut sebagai prinsip dasar yang mengikat kekera-batan perorangan untuk berperilaku dalam pelayanan pa-sien di rumah sakit.11 Berdasarkan pengembangan teoriimplementasi kebijakan Edwards tersebut, dapat dikon-struksikan model pengembangan (Gambar 2).

Faktor kelima model pengembangan teori implemen-tasi kebijakan adalah budaya kerja yang merupakan stan-dar berperilaku sebagai prinsip dasar yang mengikat ke-kerabatan individu untuk berperilaku dalam pelayanankesehatan.11 Dimensi kelembagaan rumah sakit zamandulu masih bersifat misionaris berbau bahasa asing danstruktur organisasi kelembagaan masih berupa line andstaff. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini, ru-mah sakit yang merupakan warisan zaman penjajahan,masih dikenal nama-nama yang mempertahankan pepe-rangan. Kelembagaan berada di bawah kepemimpinanseorang direktur dengan jabatan rangkap untuk membe-rikan pelayanan. Rumah sakit milik pemerintah Belandasecara bertahap diserahkan. Kepada budaya kerja menge-lola lembaga rumah sakit yang mengenal kepemimpinanyang sangat disiplin dan profesional hanya untuk kepen-tingan pelayanan masyarakat kurang mampu. Budayakerja pegawai dengan sikap dan perilaku yang tidakmengharapkan perubahan secara turun-temurun mem-punyai kebiasaan dan membudaya dalam suatu kelom-pok.12

Konsep budaya kerja adalah suatu falsafah yang disa-dari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang men-jadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong serta mem-budaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakatatau organisasi.13 Dengan kata lain, budaya kerja me-rupakan salah satu komponen kualitas manusia yangsangat melekat dengan identitas bangsa dan menjadi to-

Tabel 4. Hasil Pengujian Variabel Implementasi Kebijakan terhadap KualitasPelayanan

Dimensi Uji t hitung t tabel (5%) Keterangan

Komunikasi 6.60851 1,99 SignifikanSumber daya 2.97903 SignifikanSikap pelaksana 4.58581 SignifikanStruktur birokrasi 4.12625 Signifikan

Gambar 2. Model Pengembangan Teori Implementasi Kebijakan Publik

Page 5: 64-116-1-SM

67

lok ukur dasar pembangunan.14,15 Budaya sudah dikenalmanusia sejak lama, tetapi belum disadari bahwa keber-hasilan kerja itu berakar pada nilai, perilaku, dan sikapyang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai tersebut bermula da-ri kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadikeyakinan dalam sikap dan perilaku kerja suatu organi-sasi.16,17

Dimensi motivasi penyedia pelayanan di rumah sakitmengikuti perubahan dan perkembangan serta tantangansebagai industri jasa pelayanan.18,19 Hal ini tampak pa-da eksistensi motivasi pelayanan pasien yang dilayanidengan tanggap secara cepat dan tepat, tidak mengenalperbedaan pangkat, golongan, suku, status, ekonomi,agama, serta menjunjung tinggi semangat toleransi pe-layanan pasien dalam bingkai nasionalisme. Mentalitasdan moralitas aparatur pelaksana kebijakan merupakandimensi penting yang menentukan keberhasilan setiapproduk kebijakan yang diimplementasikan. Kemampuanpetugas sudah sesuai dengan tugas, peran, dan fungsi or-ganisasi rumah sakit. Secara operasional, budaya kerjaadalah sekelompok pikiran dasar atau program mentalyang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensikerja dan kerja sama manusia yang dimiliki oleh suatugolongan masyarakat.20

Peningkatan kemampuan dan keahlian aparatur pe-laksana melalui pelatihan dan keterampilan untuk me-ningkatkan kualitas pelayanan telah sesuai dengan per-kembangan dan perubahan kemajuan teknologi canggihkedokteran dan kebutuhan organisasi. Melaksanakanbudaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam karenaakan mengubah sikap dan perilaku sumber daya manu-sia sesuai dengan nilai dan norma yang ada di lingkung-annya. Ada korelasi positif dan signifikan antara budayaorganisasi dengan prestasi karyawan. Oleh karena itu,budaya kerja menjadi salah satu hal yang perlu diperha-tikan dalam meningkatkan kualitas pelayanan.21,22

Faktor budaya kerja perlu diperhatikan dalam tatananimplementasi kebijakan publik.11,23 Selain itu, budayakerja harus didukung komitmen kepemimpinan dankaryawan karena pengembangan budaya kerja membu-tuhkan etika kerja sama yang akan mengefektifkan sistemkerja dengan pihak lain.24 Oleh karena itu, tidak sedikitproduk kebijakan pemerintah mengalami tantangan keti-ka akan diimplementasikan dalam proses pembuatan ke-bijakan atas interaksi keterlibatan kekuasaan.25

KesimpulanImplementasi kebijakan perubahan status kelemba-

gaan rumah sakit berpengaruh terhadap kualitas pelaya-nan secara signifikan. Faktor-faktor implementasi kebi-jakan yang meliputi komunikasi, sumber daya, sikap pe-laksana, dan struktur birokrasi memiliki pengaruh yangcukup besar terhadap kualitas pelayanan. Dari keempatfaktor tersebut, faktor komunikasi berpengaruh paling

besar, sementara sumber daya berpengaruh paling kecil.Hal ini membuktikan bahwa eksistensi sumber daya be-lum menjadi perhatian serius dari rumah sakit. Faktorlain yang melengkapi konsep implementasi kebijakanadalah faktor budaya kerja sebagai basis implementasikebijakan publik dalam kelembagaan rumah sakit.

SaranPerlu dilakukan penelitian kualitatif untuk mengana-

lisis faktor-faktor implementasi kebijakan lain secaramendalam. Kualitas pelayanan pasien perlu didukungsumber daya manusia yang mempunyai kemampuan, ke-ahlian, dan keterampilan dari segi pelayanan. Kepedulianpegawai ruangan pelayanan perlu didukung sikap dan pe-rilaku profesional sesuai kebutuhan dan tuntutan pasien.Peningkatan efektivitas komunikasi, sumber daya, sikappelaksana, dan struktur birokrasi dapat dilakukandengan memperbanyak jenis media komunikasi denganmemanfaatkan teknologi komputerisasi. Peningkatansumber daya dilakukan dengan meningkatkan kualitaspelaksana kebijakan, dukungan dana dan informasi, ser-ta fasilitas pendukung. Peningkatan kualitas implementordilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan pro-fesionalisme aparatur melalui pendidikan dan pelatihan.Sikap pelaksana ditingkatkan dengan pemantapan pema-haman tentang pentingnya kebijakan perubahan statuskelembagaan rumah sakit. Penghargaan perlu diberikankepada aparatur yang benar-benar melaksanakan tugasdan sanksi diberikan kepada aparatur yang tidak mendu-kung.

Daftar Pustaka1. Trisnantoro L. Aspek strategis manajemen rumah sakit. Yogyakarta:

Penerbit Andi; 2005.

2. Agustino. Politik dan kebijakan publik. Lembaga Penelitian Universitas

Padjadjaran, Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Pusat Penelitian Kebijakan

Publik dan Pengembangan Wilayah. Bandung: Universitas Padjadjaran;

2006.

3. Aditama YT. Manajemen administrasi rumah sakit. Edisi kedua. Jakarta:

UI Press; 2004.

4. Trisnantoro L. Memahami penggunaan ilmu ekonomi dalam manajemen

rumah sakit. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2006.

5. Riyadi. Pola transformasi rumah sakit umum daerah: perubahan bentuk

kelembagaan atau pengelolaan keuangan. Jurnal MARSI. 2005; 5 (4).

6. Thabrany H. Rumah sakit BUMD harus merubah bentuk. Jurnal

MARSI. 2003; IV.

7. Ayuningtyas D. Analisis politik dan kebijakan pembiayaan rumah sakit

pemerintah DKI Jakarta. Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional. 2010; 5 (3): 116-24.

8. Tobing HL. Analisa data untuk penelitian survey dengan LISREL.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas

Padjadjaran. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2004.

9. Nugroho R. Kebijakan publik formulasi implementasi dan evaluasi.

Jakarta: Gramedia; 2004.

Kusnadi, Perubahan Status Kelembagaan dan Kualitas Pelayanan Pasien Rumah Sakit