6.1 13-26 wiyono

14
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) p: 13-26 APLIKASI SOIL TAXONOMY PADA TANAH-TANAH YANG BERKEMBANG DARI BENTUKAN KARST GUNUNG KIDUL Wiyono 1 , Syamsul A. Siradz 2 , E. Hanudin 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan, Surakarta. 2 Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Abstrak Penelitian dilakukan pada bentang lahan polygonal, labyrinth, dan residual di daerah karst Gunung Kidul dengan ketinggian tempat 244 meter sampai 377 meter di atas permukaan laut. Tujuan penelitian adalah mempelajari sifat fisik, kimia, dan mineralogi tanah, mengklasifikasikan tanah serta mempelajari kendala dalam aplikasi Soil Taxonomy untuk tanah-tanah yang berkembang di daerah tersebut. Metode penelitian dilakukan dengan survey lokasi dengan dasar peta topografi dan geologi, penentuan letak sample profil tanah dari tiap tipe bentang lahan, pengambilan sample profil, dan analisis laboratorium. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik, kimia, dan mineralogi tanah hampir sama. Tekstur tanah lempung debuan, struktur lapisan atas remah dengan konsistensi gembur, dan semakin ke bawah berstruktur gumpal dengan konsistensi teguh. Solum tipis pada puncak dan semakin tebal pada lembah. Reaksi tanah netral sampai agak alkalis, kapasitas pertukaran kation dan kejenuhan basa tinggi sampai sangat tinggi. Mineralogi bahan induk tanah hampir sama berupa bahan Vulcanic Arenite. Klasifikasi tanah berdasarkan Soil Taxonomy USDA sampai tingkat subgroup diperoleh 5 jenis tanah, yaitu Lithic Udorthents, Typic Eutrudepts, Oxyaquepts Eutrudepts, Typic Hapludalfs, dan Aquertic Chromic Hapludalfs. Kendala dalam aplikasi Soil taxonomy adalah kriteria epipedon Ochric belum spesifik, terdapat nama subordo (Orthents) dan great group (Hapludalf) tidak berdasarkan sifat tanah, serta data regim kelembaban dan temperatur tanah diperoleh melalui pendekatan data iklim karena pengukuran membutuhkan waktu lama. Implikasi penggunaan Soil Taxonomy USDA mempunyai manfaat yang lebih luas dalam pengelolaan tanah dari pada sistem FAO-UNESCO, dan PPT. Keywords : soil taxonomy, karst landscape, Gunung Kidul Pendahuluan Soil Taxonomy USDA System adalah suatu sistem klasifikasi tanah yang bersifat universal. Hampir semua negara di dunia menggunakan sistem ini untuk mengklasifikasikan tanah, meskipun ada sistem yang lain seperti sistem FAO Unesco. Di Indonesia terdapat sistem klasifikasi tanah, yaitu sistem Pusat Penelitian Tanah, dan sistem tersebut juga masih dipakai. Soil Taxonomy USDA merupakan sistem yang dapat diterima oleh semua pihak karena dalam pengklasifikasian tanah mendasarkan pada sifat tanah yang ditemukan di lapangan yang dapat diukur secara kuantitatif yang berhubungan dengan genesis tanah yang membentuk morfologi tanah tersebut, sehingga sistem ini bersifat 13

Transcript of 6.1 13-26 wiyono

Page 1: 6.1 13-26 wiyono

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) p: 13-26

APLIKASI SOIL TAXONOMY PADA TANAH-TANAH YANG BERKEMBANG DARI

BENTUKAN KARST GUNUNG KIDUL

Wiyono1, Syamsul A. Siradz

2, E. Hanudin

2

1 Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan, Surakarta.

2 Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstrak

Penelitian dilakukan pada bentang lahan polygonal, labyrinth, dan residual di daerah karst Gunung Kidul dengan ketinggian tempat 244 meter sampai 377 meter di atas permukaan laut. Tujuan penelitian adalah mempelajari sifat fisik, kimia, dan mineralogi tanah, mengklasifikasikan tanah serta mempelajari kendala dalam aplikasi Soil Taxonomy untuk tanah-tanah yang berkembang di daerah tersebut. Metode penelitian dilakukan dengan survey lokasi dengan dasar peta topografi dan geologi, penentuan letak sample profil tanah dari tiap tipe bentang lahan, pengambilan sample profil, dan analisis laboratorium. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik, kimia, dan mineralogi tanah hampir sama. Tekstur tanah lempung debuan, struktur lapisan atas remah dengan konsistensi gembur, dan semakin ke bawah berstruktur gumpal dengan konsistensi teguh. Solum tipis pada puncak dan semakin tebal pada lembah. Reaksi tanah netral sampai agak alkalis, kapasitas pertukaran kation dan kejenuhan basa tinggi sampai sangat tinggi. Mineralogi bahan induk tanah hampir sama berupa bahan Vulcanic Arenite.

Klasifikasi tanah berdasarkan Soil Taxonomy USDA sampai tingkat subgroup diperoleh 5 jenis tanah, yaitu Lithic Udorthents, Typic Eutrudepts, Oxyaquepts Eutrudepts, Typic Hapludalfs, dan Aquertic Chromic Hapludalfs.

Kendala dalam aplikasi Soil taxonomy adalah kriteria epipedon Ochric belum spesifik, terdapat nama subordo (Orthents) dan great group (Hapludalf) tidak berdasarkan sifat tanah, serta data regim kelembaban dan temperatur tanah diperoleh melalui pendekatan data iklim karena pengukuran membutuhkan waktu lama. Implikasi penggunaan Soil Taxonomy USDA mempunyai manfaat yang lebih luas dalam pengelolaan tanah dari pada sistem FAO-UNESCO, dan PPT. Keywords : soil taxonomy, karst landscape, Gunung Kidul Pendahuluan

Soil Taxonomy USDA System adalah suatu sistem klasifikasi tanah yang bersifat universal. Hampir semua negara di dunia menggunakan sistem ini untuk mengklasifikasikan tanah, meskipun ada sistem yang lain seperti sistem FAO Unesco.

Di Indonesia terdapat sistem klasifikasi tanah, yaitu sistem Pusat

Penelitian Tanah, dan sistem tersebut juga masih dipakai. Soil Taxonomy USDA merupakan sistem yang dapat diterima oleh semua pihak karena dalam pengklasifikasian tanah mendasarkan pada sifat tanah yang ditemukan di lapangan yang dapat diukur secara kuantitatif yang berhubungan dengan genesis tanah yang membentuk morfologi tanah tersebut, sehingga sistem ini bersifat

13

Page 2: 6.1 13-26 wiyono

14 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) terbuka untuk tanah-tanah baru yang berbeda dengan tanah yang ditemukan sebelumnya.

Meskipun Soil Taxonomy USDA System merupakan sistem yang banyak diterima oleh banyak kalangan, bukan berarti sistem ini mudah dalam aplikasinya. Ketentuan-ketentuan mengenai persyaratan dalam pengklasifikasian tanah, terdapat cukup banyak kendala dalam aplikasinya. Beberapa ketentuan yang menjadi persyaratan dalam pengklasifikasian tanah, ada yang menuntut waktu yang lama untuk dapat memperolehnya, sehingga terkesan sulit dalam aplikasinya.

Tujuan Penelitian adalah untuk mempelajari sifat fisik, kimia, dan mineralogi tanah; mengklasifikasikan tanah menurut sistem Soil Taxonomy USDA; serta mempelajari kendala-kendala dalam aplikasi Soil Taxonomy USDA untuk tanah-tanah yang berkembang pada bentang lahan polygonal, labyrinth, dan residual karst Gunung Kidul.

Metode Penelitian

Penelitian ini meliputi penelitian lapangan dan laboratorium. Metode penelitian untuk pengamatan lapangan diawali dengan survei (observasi) lapangan berdasarkan peta Topografi dan peta Geologi untuk menentukan lokasi profil tanah yang akan diamati. Survei diarahkan pada daerah yang mempunyai tipe bentang lahan yang berbeda, yaitu polygonal, labyrinth, atau residual. Setelah lokasi dari masing-masing tipe bentang lahan ditemukan, kemudian ditentukan letak profil yang akan diamati. Pada masing-masing bentang lahan ditentukan dua titik pengamat-an yaitu bagian puncak, dan pelembahan (dolin), kecuali pada bentang lahan polygonal yang hanya

ditentukan pada bagian lembah karena pada bagian puncak masih berwujud batuan.

Pada masing-masing lokasi profil yang sudah ditentukan, kemudian dibuat profil tanah dengan ukuran 1 x 1,5 m dengan kedalaman 1,5 m, kecuali untuk profil yang dangkal adalah sampai batas batuan yang ada di bawahnya, atau sampai batas air tanah untuk profil yang mempunyai air tanah dangkal. Pada masing-masing profil tanah tersebut dilakukan deskripsi profil. Parameter morfologi tanah yang diamati, yaitu horizon (jenis, kedalaman, batas), tekstur, struktur, konsistensi, warna, kutan lempung, konkresi/motling, perakaran, rekahan (cracking), dan kebatuan. Contoh tanah dari setiap lapisan pada masing-masing profil tanah diambil sebanyak kurang lebih 2 kilogram untuk dianalisis laboratorium.

Analisis fisik tanah meliputi tekstur tanah dan berat volume tanah. Analisis kimia tanah meliputi : pH (1 : 2,5), kandungan CaCO

3, Kapasitas

Pertukaran Kation (KPK) dengan NH

4OAc pH 7, Basa-basa dapat ditukar

(KB) dengan NH4OAc pH 7, C-organik,

Fe ditionit dan Fe Oksalat. Analisis mineralogi tanah meliputi analisis sayatan tipis (thin section) dan sinar-X (X-Ray).

Hasil dan Pembahasan

Sifat Fisika Tanah Ketebalan solum tanah terdapat

kemiripan pada bagian puncak memiliki solum tanah yang tipis, sedangkan pada bagian lembah mempunyai solum yang lebih tebal (Tabel 2). Hal tersebut dapat terjadi karena pada bagian puncak mempunyai kemiringan yang cukup tajam yang memungkinkan terjadinya erosi, sedangkan pada

Page 3: 6.1 13-26 wiyono

Wiyono et al. Takonomi tanah karst Gunung Kidul 15

bagian lembah lebih tebal karena tanah yang terbentuk tidak mengalami perpindahan, tetapi mengalami penambahan bahan hasil erosi dari bagian atasnya (Hillel, 1980).

Tekstur, struktur, maupun konsistensi tanah pada ketiga bentang lahan menunjukkan adanya kesamaan yaitu bertekstur lempung debuan, struktur remah dengan konsistensi gembur pada lapisan atas, dan berstruktur gumpal pada lapisan bawah dengan konsistensi teguh (Tabel 3). Hal tersebut diduga karena bahan induk pembentuk tanah sama. Menurut Gilbert, (1954 dalam Petti John, 1975), bahan induk pembentuk tanah pada ketiga bentang lahan hampir sama adalah Vulcanic Arenite, tetapi mempunyai komposisi mineral yang berbeda.

Kandungan bahan organik juga mempengaruhi terbentuknya struktur maupun konsistensi tanah di atas. Menurut Hillel (1980) bahwa fungsi bahan organik tanah antara lain sebagai perekat butiran tanah. Berkurangnya kandungan bahan organik pada lapisan tanah bawah, menyebabkan sifat dari lempung menjadi lebih tampak. Menurut Hillel (1980) bahwa lempung bersifat plastis dan lekat. Akibatnya konsistensi tanah pada lapisan bawah cenderung mempunyai konsistensi yang teguh pada kondisi lembab dan lekat pada kondisi basah.

Warna tanah untuk keseluruhan profil tanah relatif sama yaitu coklat, namun pada bentang lahan residual warna merah lebih tampak terlihat (5 YR) kecuali pada residual bagian puncak. Sedangkan pada bentang lahan yang lain, warna coklat yang tampak lebih ke arah coklat gelap (7,5 YR dan 10 YR) (Tabel 1). Diduga hal tersebut berhubungan dengan kandungan besi yang relatif lebih tinggi pada bentang lahan residual (Tabel 2). Keadaan ini

menunjukkan bahwa pada bentang lahan residual proses pelapukan sudah terjadi lebih intensif dan proses pelindian sudah berlangsung lebih lama sehingga meninggalkan besi yang cukup banyak. Besi yang teroksidasi akan berubah menjadi ferri dan akan menampakkan warna merah (Sanchez, 1976). Sedangkan pada bentang lahan residual puncak warna merah tidak tampak diduga karena adanya kandungan kapur yang relatif tinggi pada lapisan atas dan kandungan bahan organik yang relatif tinggi pada lapisan yang dibawahnya.

Berat volume tanah untuk keseluruhan profil hampir sama yaitu berkisar 1,4 – 1,7, namun pada bentang lahan residual, berat volume tanah lebih rendah dari bentang lahan yang lain, yaitu kurang dari 1,4 (tabel 1). Diduga hal ini berhubungan dengan proses pelapukan yang sudah terjadi pada tanah. Pelapukan yang sudah berlangsung lebih lama akan mengurangi kandungan unsur-unsur yang ada di dalamnya terutama Kalsium (tabel 2), sehingga tanah menjadi lebih porus.

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah pada ketiga bentang lahan hampir sama. Nilai pH berkisar antara agak masam sampai netral (6,3 sampai 7,3), kecuali pada polygonal karst dekat mata air mempunyai nilai pH lebih tinggi, yaitu 7,6 – 8 (tabel 2). Diduga hal ini berhubungan dengan kandungan kapur yang lebih tinggi pada bentang lahan polygonal tersebut yaitu berkisar antara 4,89 sampai dengan 11,33% untuk profil yang dekat mata air, sedangkan pada profil tanah yang lain berkisar antara 0,04 sampai dengan 1,13%. Menurut Sutanto (2005) bahwa terdapat hubungan antara kandungan kapur dengan pH tanah, semakin tinggi

Page 4: 6.1 13-26 wiyono

16 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) kandungan kapur akan semakin tinggi nilai pH tanah.

Nilai kapasitas pertukaran kation (KPK) menunjukkan nilai tinggi sampai sangat tinggii berkisar dari 30 me% sampai 60 me%. Nilai tertinggi adalah pada bentang lahan polygonal dekat mata air (58 sampai 60 me%). Hal ini mengindikasikan bahwa tanah pada bentang lahan polygonal mempunyai kemampuan menjerap kation yang lebih tinggi daripada tanah pada bentang lahan yang lain. Diduga hal ini berhubugan dengan kandungan mineral lempung smektit dan kaolinit pada tanah tersebut (hasil analisis X-Ray). Menurut De Coninck (1978) bahwa mineral lempung smektit merupakan mineral lempung tipe 2 : 1 yang mempunyai muatan negatif yang lebih tinggi dari kaolinit karena selain adanya substitusi isomorfik antara kation dalam kisi kristal, juga karena luas permukaan spesifik mineral lempung yang lebih tinggi pada smektit.

Nilai kejenuhan basa tertinggi pada bentang lahan polygonal dekat mata air (75,08 – 92,81 %), kemudian bentang lahan polygonal jauh mata air (66,14 – 69,25 %), bentang lahan labyrinth (50,74 – 86,13 %), dan yang terendah pada bentang lahan residual (35,44 – 52,32 %) (Tabel 2). Nilai kejenuhan basa yang tinggi tersebut diduga karena adanya mineral lempung smektit yang mampu mempertahankan kation di dalam tanah (De Coninck, 1978).

Kandungan besi merupakan indikator proses pelapukan yang terjadi pada tanah. Pada ketiga bentang lahan menunjukkan bahwa kandungan besi yang tinggi terutama pada bentang lahan Residual yaitu 0,539–0,745 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pelapukan dan pembentukan tanah berlangsung intensif, sehingga meninggalkan kation besi yang lebih

banyak di dalam tanah. Kation besi yang teroksidasi akan menampakkan warna merah (Sanchez, 1976). Ditemukannya mineral lempung kaolinit (hasil analisis X-Ray) pada ketiga bentang lahan memperkuat dugaan bahwa proses pelapukan dan pembentukan tanah telah terjadi secara intensif.

Sifat Mineralogi Tanah

Berdasarkan hasil irisan tipis (thin section) menunjukkan bahwa profil tanah dari ketiga bentang lahan berasal dari bahan yang sama, yaitu dari endapan pasir dari aktivitas vulkanis (Koesumadinata, 1969 dalam Pettijohn, 1975).

Berdasarkan kandungan mineral dalam tanah, juga dijumpai jenis mineral yang sama, yaitu lithic/fragmen batuan, feldspar/plagioklas, kwarsa, pyroxin, hornblende, dan opak, namun dengan komposisi yang berbeda. Menurut Pettijohn (1975),berdasarkan komposisi mineral tersebut mempunyai nama yang berbeda. Pada bentang lahan labyrinth, residual maupun bentang lahan polygonal yang jauh dengan mata air berasal dari bahan induk yang sama yaitu felsphatic arenite, namun pada bentang lahan polygonal yang dekat mata air berasal dari bahan induk Quartz sandstone.

Klasifikasi Tanah menurut Soil Taxonomy USDA Profil 1

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa horizon cambic yang merupakan horizon alterasi yang ketebalannya 15 cm atau lebih, mempunyai tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung, atau yang lebih halus, dan

Page 5: 6.1 13-26 wiyono

Wiyono et al. Takonomi tanah karst Gunung Kidul 17

menunjukkan gejala-gejala bukti adanya alterasi dalam bentuk mempunyai struktur tanah atau tidak memiliki struktur batuan pada lebih dari setengah volume tanah dan mempunyai kandungan lempung lebih tinggi dari horizon yang berada di bawahnya. Terdapatnya ciri tersebut maka tanah ini dimasukkan dalam ordo Inceptisol.

Berdasarkan data curah hujan daerah Purwosari menunjukkan bahwa hujan terjadi setiap bulan, kecuali bulan Agustus, sehingga menurut Soil Taxonomy USDA termasuk regim kelembaban Udik, yaitu suatu regim kelembaban tanah di mana penampang kontrol kelembaban tanah tidak kering di sembarang bagiannya selama 90 hari kumulatif dalam tahun-tahun normal, sehingga pada tingkat Subordo termasuk dalam Udepts.

Kejenuhan basa tanah yang melebihi dari 60% atau lebih pada satu atau lebih horizon, sehingga dimasukkan dalam great group Eutrudepts. Tidak terdapatnya sifat lain selain dari sifat inti dari great group, sehingga dimasukkan dalam subgroup Typic Eutrudepts.

Berdasarkan kandungan lempung yang melebihi 60 % pada ketiga lapisan dalam profil tanah, dan analisis tanah fraksi lempung dengan X-Ray yang menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh mineral lempung kaolinit, serta regim temperature Isohipertermik yang diperkirakan berdasarkan perhitungan temperatur menurut Braak (1949), sehingga dimasukkan dalam famili Typic Eutrudepts, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik. Pada tingkat Seri dimasukkan dalam Typic Eutrudeps, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Giritirto, Gunung Kidul.

Profil 2 Berdasarkan Keys to Soil

Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa horizon cambic yang merupakan horizon alterasi yang ketebalannya 15 cm atau lebih, mempunyai tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung, atau yang lebih halus, dan menunjukkan gejala-gejala bukti adanya alterasi dalam bentuk mempunyai struktur tanah atau tidak memiliki struktur batuan pada lebih dari setengah volume tanah dan mempunyai kandungan lempung lebih tinggi dari horizon yang berada di bawahnya. Terdapatnya ciri tersebut maka tanah ini dimasukkan dalam ordo Inceptisol.

Berdasarkan data curah hujan daerah Purwosari menunjukkan hujan terjadi setiap bulan, kecuali bulan Agustus, sehingga menurut Soil Taxonomy USDA termasuk regim kelembaban Udik, yaitu suatu regim kelembaban tanah di mana penampang kontrol kelembaban tanah tidak kering di sembarang bagiannya selama 90 hari kumulatif dalam tahun-tahun normal, sehingga pada tingkat Subordo termasuk dalam Udepts.

Kejenuhan basa tanah yang melebihi dari 60% atau lebih pada satu atau lebih horizon, sehingga dimasukkan dalam great group Eutrudepts Tidak terdapatnya sifat lain selain dari sifat inti dari great group, sehingga dimasukkan dalam subgroup Typic Eutrudepts.

Terdapatnya satu atau lebih lapisan tanah yang jenuh air dalam 100 cm dari permukaan tanah dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau lebih, atau selama 30 hari komulatif atau lebih, maka tanah tersebut termasuk dalam subgroup Oxyaquept Eutrudepts.

Page 6: 6.1 13-26 wiyono

18 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006)

Berdasarkan kandungan lempung yang 35 -59 % pada lapisan dalam profil tanah, dan analisis tanah fraksi lempung dengan X-Ray yang menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh mineral lempung smektit dan kaolinit, serta regim temperature Isohipertermik yang diperkirakan berdasarkan perhitungan temperature menurut Braak (1949), sehingga dimasukkan dalam famili Oxyaquept Eutrudepts, berlempung halus, Smektit-Kaolinitik, Isohipertermik. Pada tingkat Seri dimasukkan dalam Typic Eutrudeps, berlempung halus, Smektit Kaolinitik, Isohipertermik, Giritirto, Gunung Kidul.

Profil Tanah 3

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa epipedon ochric, yaitu epipedon yang tidak memenuhi salah satu dari tujuh epipedon yang lain, karena terlampau tipis, memiliki warna kroma yang terlalu tinggi, sehingga termasuk pada ordo Entisol.

Entisol ini tidak berada dalam kondisi jenuh air, tidak memiliki fragmen horizon penciri 3 % atau lebih, tidak mempunyai fragmen batuan dan tekstur pasir halus berlempung atau lebih kasar sebesar < 35%, dan mempunyai kontak litik di dalam 25 cm dari permukaan tanah, sehingga dimasukkan dalam subordo Orthents.

Berdasarkan data curah hujan di kecamatan Paliyan hampir setiap bulan dalam setahun terjadi hujan (Tabel 2). Hal tersebut dapat diduga bahwa kondisi tanah yang tidak pernah kering selama 90 hari komulatif dalam tahun-tahun normal yang berarti mempunyai regim kelembaban tanah udik, sehingga dimasukkan dalam great group Udorthents.

Terdapatnya kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, sehingga termasuk dalam subgroup Lithic Udorthents. Berdasarkan kandungan lempung yang melebihi 60 % pada lapisan profil tanah, dan analisis tanah fraksi lempung dengan X-Ray yang menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh mineral lempung kaolinit, serta regim temperature Isohipertermik yang diperkirakan berdasarkan perhitungan temperature menurut Braak (1949), sehingga dimasukkan dalam famili Lithic Udorthents, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik. Pada tingkat Seri dimasukkan dalam Lithic Udorthents, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bulu, Gunung Kidul.

Profil Tanah 4

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa pada profil ini ditemukan adanya horizon penciri berupa horizon argilik (lapisan 5) yaitu horizon bawahan (subsurface horizon) dengan ciri adanya iluviasi lempung. Tanda atau bukti-bukti adanya iluviasi adalah terdapatnya peningkatan lempung sebesar 1.2 kali lebih banyak dari horizon eluvial untuk tanah dengan kandungan lempung 15 – 40 %, antara lapisan tidak ada diskontinuitas litologi, kejenuhan basa lebih dari 35 % pada semua horizon dalam profil tanah. Adanya ciri tersebut maka tanah ini dimasukkan dalam ordo Alfisol.

Berdasarkan data curah hujan menunjukkan bahwa di kecamatan Paliyan keseluruhan bulan dalam satu tahun terdapat hujan, sehingga diduga bahwa kondisi tanah yang tidak pernah kering selama 90 hari komulatif dalam tahun-tahun normal yang berarti mempunyai regim kelembaban tanah udik, oleh karena itu termasuk dalam

Page 7: 6.1 13-26 wiyono

Wiyono et al. Takonomi tanah karst Gunung Kidul 19

subordo Udalfs.

Subordo ini tidak mempunyai horizon natrik, glosik, dan pada horizon argilik tidak terdapat nodul yang diperkaya besi, tidak mempunyai fragipan, tidak mempunyai horizon kandik, tidak mempunyai regim suhu frigid, horizon argilik tidak mempunyai Hue 2,5 YR atau lebih merah sehingga dimasukkan dalam great group Hapludalfs. Selanjutnya karena tidak terdapatnya sifat lain selain dari sifat inti dari great group, sehingga dimasukkan dalam subgroup Typic Hapludalfs.

Berdasarkan kandungan lempung yang melebihi 60 % pada lapisan profil tanah, dan analisis tanah fraksi lempung dengan X-Ray yang menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh mineral lempung kaolinit, serta regim temperature Isohipertermik yang diperkirakan berdasarkan perhitungan temperatur menurut Braak (1949), sehingga termasuk dalam famili Typic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik. Pada tingkat Seri dimasukkan dalam Typic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bulu, Gunung Kidul.

Profil 5

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa epipedon ochric, yaitu epipedon yang tidak memenuhi salah satu dari tujuh epipedon yang lain, karena terlampau tipis, memiliki warna kroma yang terlalu tinggi, sehingga termasuk pada ordo Entisol.

Entisol ini tidak berada dalam kondisi jenuh air, tidak memiliki fragmen horizon penciri 3 % atau lebih, tidak mempunyai fragmen batuan dan tekstur pasir halus berlempung atau

lebih kasar sebesar < 35%, dan mempunyai kontak litik di dalam 25 cm dari permukaan tanah, sehingga dimasukkan dalam subordo Orthents.

Berdasarkan data curah hujan di kecamatan Paliyan hampir setiap bulan dalam setahun terjadi hujan (tabel 2). Hal tersebut dapat diduga bahwa kondisi tanah yang tidak pernah kering selama 90 hari komulatif dalam tahun-tahun normal yang berarti mempunyai regim kelembaban tanah udik, sehingga dimasukkan dalam great group Udorthents.

Terdapatnya kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, sehingga termasuk dalam subgroup Lithic Udorthents. Berdasarkan kandungan lempung yang melebihi 60 % pada lapisan profil tanah, dan analisis tanah fraksi lempung dengan X-Ray yang menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh mineral lempung kaolinit, serta regim temperature Isohipertermik yang diperkirakan berdasarkan perhitungan temperature menurut Braak (1949), sehingga dimasukkan dalam famili Lithic Udorthents, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik. Pada tingkat Seri dimasukkan dalam Lithic Udorthents, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bedoyo, Gunung Kidul.

Profil 6

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa pada profil ini ditemukan adanya horizon penciri berupa horizon argilik (lapisan 2, 3, dan 4) yaitu horizon bawahan (subsurface horizon) dengan ciri adanya iluviasi lempung. Tanda atau bukti-bukti adanya iluviasi adalah terdapatnya peningkatan lempung sebesar 8 % lebih banyak dari horizon eluvial untuk tanah dengan kandungan fraksi lempung 40%

Page 8: 6.1 13-26 wiyono

20 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) atau lebih, antara lapisan tidak ada diskotinuitas litologi, dan kejenuhan basa lebih dari 35 % untuk semua horizon dalam profil tanah. Adanya ciri tersebut maka tanah ini dimasukkan dalam ordo Alfisol.

Berdasarkan data curah hujan menunjukkan bahwa di kecamatan Ponjong keseluruhan bulan dalam satu tahun terdapat hujan, sehingga diduga bahwa kondisi tanah yang tidak pernah kering selama 90 hari komulatif dalam tahun-tahun normal yang berarti mempunyai regim kelembaban tanah udik, oleh karena itu termasuk dalam subordo Udalfs.

Subordo ini tidak mempunyai horizon natrik, glosik, dan pada horizon argilik tidak terdapat nodul yang diperkaya besi, tidak mempunyai fragipan, tidak mempunyai horizon kandik, tidak mempunyai regim suhu frigid, horizon argilik tidak mempunyai Hue 2,5 YR atau lebih merah sehingga dimasukkan dalam great group Hapludalfs.

Selanjutnya karena tidak mempunyai kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah, tidak terdapat rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah selebar 5 mm atau lebih, tidak memiliki kondisi aquik dalam tahun-tahun normal, dan memiliki value dan kroma warna lembab sebesar 4 atau lebih, sehingga dimasukkan dalam subgroup Aquertic Chromic Hapludalfs.

Berdasarkan kandungan lempung yang melebihi 60 % pada lapisan profil tanah, dan analisis tanah fraksi lempung dengan X-Ray yang menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh mineral lempung kaolinit, serta regim temperatur Isohipertermik yang diperkirakan berdasarkan perhitungan temperatur menurut Braak (1949), sehingga termasuk dalam famili Aquertic Chromic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik,

Isohipertermik. Pada tingkat Seri dimasukkan dalam Typic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bedoyo, Gunung Kidul. Aplikasi Soil Taxonomy USDA

Berdasarkan hasil aplikasi Soil Taxonomy USDA untuk tanah-tanah di daerah karst Gunung Kidul menunjukkan bahwa Ordo Entisol pada bentang lahan Labyrint dan residual berbeda secara fisik, yaitu ketebalan lapisan dan warna. Pada bentang lahan labyrinth lebih tipis, dan warna kroma lebih besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketentuan mengenai criteria epipedon masih terlalu luas, sehingga memungkinkan nama ordo yang sama tetapi menampakkan fisik yang berbeda.

Ordo Inceptisol pada bentang lahan polygonal menunjukkan adanya perbedaan. Ciri horizon cambic yang dijumpai pada bentang lahan tersebut berbeda warnanya, 10 YR untuk profil dekat mata air, dan 7,5 YR untuk yang jauh mata air. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan tidak ada ketentuan yang pasti untuk dapat dikenali di lapangan.

Horizon argilik yang dimilikiordo Alfisol pada bentang lahan labyrinth dan residual berbeda kedalamannya, ketebalannya, dan warnanya. Pada bentang lahan Labyrinth horizon tersebut dijumpai pada kedalaman yang lebih dalam dari bentang lahan Residual, namun ketebalan horizon tersebut pada bentang lahan residual lebih tebal, dan warnanya lebih merah (tabel 3). Keadaan ini juga akan menyebabkan sulitnya mengenali horizon argilik apabila kedalaman, ketebalan, dan warna tidak menjadi salah satu kriteria yang menjadi pembeda.

Nama Orthents pada labyrinth dan residual puncak, dan Hapludalfs

Page 9: 6.1 13-26 wiyono

Wiyono et al. Takonomi tanah karst Gunung Kidul 21

pada bagian lembah, diberikan bukan atas dasar sifat yang secara khusus dimiliki oleh tanah tersebut, tetapi karena memiliki sifat berbeda dengan yang ditemukan sebelumnya, sehingga dimungkinkan akan dijumpai nama yang sama tetapi secara fisik berbeda.

Pengukuran regim kelembaban dan temperatur tanah dilakukan melalui pendekatan data iklim karena pengukuran membutuhkan waktu yang lama. Kenyataan ini dapat menimbulkan penilaian yang berbeda dengan keadaan sebenarnya. Implikasi Penggunaan Soil Taxonomy USDA

Untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai implikasi penggunaan Soil Taxonomy, berikut ini disajikan padanan nama tanah menurut berbagai sistem klasifikasi pada tabel 1.

Pada tabel tersebut terlihat bahwa nama tanah berdasarkan sistem Soil Taxonomy USDA bersifat lebih spesifik dibandingkan dengan sistem FAO maupun PPT, karena pada sistem ini terbagi dalam 6 kategori yang masing-masing tercermin dalam nama tanah. Sedangkan pada sistem FAO dan PPT, hanya terbagi dalam 2 kategori, yang tercermin dalam nama tanah. Oleh karena itu klasifikasi berdasarkan Soil Taxonomy mempunyai manfaat yang lebih besar daripada kedua sistem yang lain dalam hal transfer teknologi untuk penggunaan tanah.

Nama Typic Eutrudept, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Giritirto, Gunung Kidul, mencerminkan bahwa tanah di daerah Giritirto relatif subur, kejenuhan basanya tinggi, kondisi tidak kering (lembab), mampu menahan air karena bertekstur lempung, ketebalan solumnya cukup tebal, sehingga dapat digunakan untuk tanaman baik tanaman

semusim maupun tanaman tahunan. Mineral lempung kaolinit berimplikasikan dengan penggunaan pupuk yang harus diberikan secara bertahap supaya tidak mudah hilang karena kecilnya kemampuan tanah mengikat kation. Sedangkan Isohipertermik berimplikasikan pada pemilihan jenis tanaman yang perakarannya tahan terhadap temperature yang relatif tinggi.

Nama Oxyaquepts Eutrudepts, berlempung halus, Smektit-Kaolinitik, Isohipertermik, Giritirto, Gunung Kidul mencerminkan sifat tanah yang hampir sama dengan nama tanah sebelumnya yaitu relative subur karena baik kejenuhan basa maupun ketebalan solumnya cukup tebal, namun terdapat kendala yaitu adanya air yang menjenuhi salah satu lapisan tanah, sehingga untuk penggunaannya harus dipilih jenis tanaman yang relative tahan terhadap genangan air, atau jenis tanaman yang perakarannya pendek sehingga tidak sampai ke lapisan tanah yang jenuh air. Pemberian pupuk relative lebih hemat karena sifat tanah yang mampu menahan kation-kation dari pupuk dari pencucian.

Nama Lithic Udorthents, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bulu, Gunung Kidul, mencerminkan bahwa tanah di daerah Bulu ini mempunyai ketebalan solum yang tipis, meskipun cukup lembab untuk mendukung pertumbuhan pertanian, namun terbatas untuk tanaman-tanaman yang mempunyai perakaran relatif pendek dan tahan terhadap temperature tanah yang cukup tinggi. Pemberian pupuk harus secara bertahap untuk mencegah banyaknya kehilangan pupuk karena tercuci.

Typic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bulu, Gunung Kidul, mencerminkan

Page 10: 6.1 13-26 wiyono

22 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) bahwa tanah di daerah Bulu ini subur, cukup lembab untuk mendukung pertumbuhan tanaman, dan dapat digunakan untuk tanaman semusim maupun tahunan karena ketebalan solumnya cukup tebal. Selain itu pemilihan tanaman yang tahan terhadap temperatur tanah yang cukup tinggi Pemberian pupuk perlu dilakukan secara bertahap untuk menghindari banyaknya pupuk yang hilang tercuci.

Nama Aquertic Chromic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bedoyo, Gunung Kidul, mencerminkan sifat tanah yang hampir sama dengan Typic

Hapludalf, tanah ini banyak mengandung besi sehingga menampakkan warna yang merah. Tingginya kandungan besi tersebut berimplikasi pada cara pemupukan, terutama pemberian pupuk Pospat. Pemberian pupuk ini sedapat mungkin tidak secara disebarkan untuk menghindari terjadi kontak yang lebih banyak antara butiran tanah dengan pupuk, sehingga pupuk yang diberikan lebih banyak tersedia dan tidak banyak terfiksasi oleh besi (Fe). Pemberian pupuk yang lain perlu secara bertahap, dan pemilihan jenis tanaman yang tahan temperatur tanah yang tinggi.

Tabel 1. Padanan nama Tanah menurut berbagai Sistem Klasifikasi

USDA

Keys to Soil Taxonomy (2003)

FAO / UNESCO

(1998)

Pusat Penelitian

Tanah (PPT) (1983)

I. Bentang Lahan Polygonal 1. Typic Eutrudept,

berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Giritirto, Gunung Kidul

2. Oxyaquepts Eutrudepts, berliat halus, Smektit-Kaolinitik, Isohipertermik, Giritirto, Gunung Kidul

Cambisol

Cambisol

Kambisol Eutrik

Kambisol Eutrik

II. Bentang Lahan Labyrinth 3. Lithic Udorthents,

berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bulu, Gunung Kidul

4. Typic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bulu, Gunung Kidul

Eutric Leptosols

Haplic Alisolsl

Litosol

Mediteran Haplik

III. Bentang Lahan Residual 5. Lithic Udorthents,

berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bedoyo, Gunung Kidul

6.Aquertic Chromic Hapludalfs, berlempung sangat halus, Kaolinitik, Isohipertermik, Bedoyo, Gunung Kidul

Cambisol

Haplic Alisols

Kambisol Eutrik

Mediteran Kromik

Page 11: 6.1 13-26 wiyono

Wiyono et al. Takonomi tanah karst Gunung Kidul 23

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik, kimia, dan mineralogi tanah hampir sama. Tekstur tanah lempung debuan, struktur lapisan atas remah dengan konsistensi gembur, dan semakin ke bawah berstruktur gumpal dengan konsistensi teguh. Solum tipis pada puncak dan semakin tebal pada lembah. Reaksi tanah netral sampai agak alkalis, kapasitas pertukaran kation dan kejenuhan basa tinggi sampai sangat tinggi. Mineralogi bahan induk tanah hampir sama berupa bahan Vulcanic Arenite.

Klasifikasi tanah berdasarkan Soil Taxonomy USDA sampai tingkat subgroup diperoleh 5 jenis tanah, yaitu Lithic Udorthents, Typic Eutrudepts, Oxyaquepts Eutrudepts, Typic Hapludalfs, dan Aquertic Chromic Hapludalfs.

Kendala dalam aplikasi Soil taxonomy USDA adalah : (1) tidak tersedianya data evapotranspirasi, sehingga penentuan regim kelembaban tanah hanya didasarkan pada data curah hujan bulanan, (2) tidak tersedianya data temperatur tanah, sehingga penentuan regim temperatur tanah ditentukan berdasarkan perhitungan temperatur menurut Braak (1949), (3) belum adanya ketentuan dalam Soil Taxonomy USDA yang mengatur pemberian nama baru untuk Epipedon Ochric, subordo Orthents dan greatgroup Hapludalfs yang mempunyai sifat spesifik untuk suatu lokasi.

Implikasi penggunaan Soil Taxonomy USDA lebih sesuai untuk digunakan sebagai alat alih teknologi dalam bidang Pertanian dibandingkan dengan sistem FAO-UNESCO, dan PPT.

Daftar Pustaka

Blakemore,L. C., P. L. Searle and B. K. Daly,1987. Methods for Chemical

Analysis of Soils. NZ. Soils Bureu. Department of Scientific and Industrial Research. Lower Hutt, New Zealand. 103 p

Coninck, F. D., 1978. Physico-Chemical Aspects of Pedogenesis. International Training Centre for Post Graduate

Food and Agriculture of The United Nations, 1998. World Reference for Soil Resources. International Society of Soil Science. International Soil Reference and Information Centre (ISRIC). Roma

Haryono, E. dan M. Day, 2004. Landform Differentiation within the Gunung Kidul Kegelkarst, Java, Indonesia. Journal of Cave and Karst Studies. Faculty of Geography Gadjah Mada University – Department of Geography University of Wisconsin –Milwaukee, USA.

Hillel, D., 1980. Fundamentals of Soil Physics. Academic Press, Inc. London

Pemda Gunung Kidul, 1995. Laporan Akhir (Rencana). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Gunung Kidul Tahun 1995 – 2005. Kabupaten gunung Kidul.

Pettijohn, F. J., 1975. Sedimentary Rocks. Harper & Row Publihers, New York, San Francisco, and London. 628 p.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Pertanian, Rehabilitasi Konservasi Tanah dan Pengembangan Daerah Aliran Sungai Daerah Istimewa Yogyakarta Semi Detil, (Skala

Page 12: 6.1 13-26 wiyono

24 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006)

1:50.000). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat – Bagian Proyek Pengelolaan Sumberdaya Tanah.

Pusat Penelitian Tanah, 1983. Survey Kapabilitas Tanah . Term of Reference. Pusat Penelitian Tanah. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT)

Raharjo, W., Sukandarrumidi, H.M.D. Rosidi., 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa Skala 1 ; 100.000. Direktorat Geologi, Departemen Pertambangan, Bandung.

Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soil in the

Tropics. John Wiley and Sons Inc. New York. 618 p.

Soil Survey Staff, 1999. Soil Taxonomy. A Basic System of Soil Classification for Making and Interpreting Soil Surveys. United States Departement of Agriculture Natural Soil Conversation Service. Second Edition. 436 p

Soil Survey Staff, 2003. Keys to Soil Taxonomy. United States Departement of Agriculture Natural Soil Conversation Service.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius, Jakarta.

Ф

Page 13: 6.1 13-26 wiyono

Tabel 1. Sifat Fisik Profil Tanah pada Bentang Lahan Polygonal, Labyrinth, dan Residual Karst Gunung Kidul

Profil Lapisan (cm)

Tekstur (%) L D P

Pasir (%) PSK PK PS PH PSH

Tekstur Tanah

BV(g/Cm3) Struktur Tanah

Konsistensi Tanah Warna Tanah

P1

P2

0 -35 35 - 64 64 - 98 0 - 15 15 - 42 42 - 90

>90

91 6 3 87 10 3 82 16 2 35 28 37 33 43 24 70 12 18 55 22 23

0.27 0.38 0.11 0.32 2.17 1.29 0.21 0.11 0.59 0.54 1.03 0.27 0.16 0.49 0.05 17.39 2.25 0.63 1.05 15.57 6.30 1.72 0.36 0.94 14.37 7.61 2.55 0.76 0.43 6.60 6.41 2.69 0.81 0.65 12.12

LB LB LB GL GL LB L

1.56 1.55 1.64 1.41 1.69 1.70 1.69

Cr SB AB Cr SB AB M

Gembur Agak teguh

Teguh Gembur

Agak teguh Sangat lekat Sangat lekat

7.5 YR 4/4 7.5 YR 3/2 7.5 YR 4/2 10 YR 4/4 10 YR 3/2 10 YR 4/6 10 YR 3/6

L1 L2

0-15/50 0 - 30 30 - 60 60-103 103126 >126

73 15 12 79 14 7 73 21 6 25 46 29 22 31 47 92 7 1

1.11 0.80 0.64 1.17 8.49 3.46 0.64 0.11 0.43 2.44 3.88 0.27 0.11 0.32 1.66 2.27 0.76 0.87 0.70 24.31 1.04 0.26 0.21 0.57 44.88 0.16 0.21 0.26 0.26 0.00

LB LB LB G G LB

1.49 1.69 1.55 1.43 1.45 1.56

Cr Cr SB SB SB AB

Gembur Gembur Gembur Gembur Gembur

Sangat lekat

10 YR 3/6 10 YR 2/2 10 YR 2/2 10 YR 3/4 7.5 YR 4/4 7.5 YR 5/6

R1

R2

0 - 15 15 - 45

0-26 26-53 53-112 112160 >160

67 18 15 77 15 8 73 16 11 83 10 7 82 10 8 79 17 4 67 22 11

5.45 1.83 0.21 0 68 6.68 0.69 0.37 0.05 0.26 6.28 3.32 1.66 0 32 0.64 5.39 4.37 0.98 0.38 0.66 0.14 4.41 1.80 0.22 0.33 0.76 1.84 0.54 0.11 0.59 0.56 3.26 0.27 0.16 0.69 6.12

LB LB LB LB LB LB LB

1.31 1.44 1.40 1.19 1.41 1.42 1.55

Cr Cr Cr SB SB AB AB

Gembur Gembur

Sangat gembur Gembur

Agak teguh Teguh Teguh

10 YR 2/2 10 YR 3/2 5 YR 4/4 5 YR 4/4 5 YR 4/4 5 YR 3/3 5 YR 3/3

Keterangan : P – Polygonal, L – Labyrinth, R – Residual L – lempung, D – debu, P – pasir PSK- pasir sangat kasar, PK- pasir kasar, PS- pasir sedang, PH- pasir halus, PSH- pasir sangat halus, L- lempung, LB- lempung berdebu, G- geluh, GL- geluh lempungan, Cr-remah, SB- gumpal membulat, AB- gumpal menyudut, M- massif

Page 14: 6.1 13-26 wiyono

Tabel 2. Sifat Kimia Profil Tanah pada Bentang Lahan Polygonal, Labyrinth, dan Residual Karst Gunung Kidul

Profil Lapisan (cm)

C- Org

BO %

pH (H2O)

pH (KCL)

CaCO3

% Ca-tot

% Ca-tsd me%

Ca-ttk me%

Mg-tk me%

K-ttk me%

Na-ttk me%

KPK me%

KB %

P1

P2

0 -35 35 - 64 64 - 98 0 - 15 15 - 42 42 - 90

>90

1.67 1.59 2.01 - 2.36 0.68 0.08

2.89 2.74 3.47 - 4.08 1.17 0.14

6.3 6.9 7.0 7.6 7.7 7.7 8.0

5.1 5.5 5.8 6.9 6.9 6.9 6.9

0.10 0.12 0.20 10.14 9.40 4.89 11.33

1.32 1.52 1.65 5.52 5.37 5.42 5.83

20.58 24.51 22.95 46.01 45.36 49.66 40.52

20.51 24.47 22.90 45.27 44.69 48.98 40.06

4.43 5.08 5.45 3.60 2.18 2.30 1.34

0.14 0.16 0.23 0.59 0.35 0.14 0.06

2.70 1.85 1.89 1.45 1.97 2.74 2.09

42 46 44 55 53 60 58

66.14 68.61 69.25 92.56 92.81 90.26 75.08

L1 L2

0-15/50 0 - 30 30 - 60 60-103 103126 >126

3.30 2.01 1.85 1.26 0.65 0.57

5.69 3.36 3.18 2.17 1.12 0.98

6.8 6.2 6.6 6.5 6.6 6.8

5.8 5.2 5.5 5.5 5.5 5.6

0.28 0.40 0.18 0.48 0.04 0.07

1.53 0.95 1.12 1.01 0.99 0.96

26.57 16.98 19.50 14.40 17.60 17.23

26.35 16.94 19.45 14.38 17.58 17.20

3.21 2.92 0.05 5.91 6.64 6.35

0.24 0.20 0.19 0.28 0.29 0.26

1.98 4.99 1.62 2.08 1.33 1.49

36 38 42 36 30 40

88.28 65.92 50.74 62.92 86.13 63.25

R1

R2

0 - 15 15 - 45 0-26 26-53 53-112 112160 >160

- 2.30 1.17 1.10 1.02 1.34 1.33

- 3.97 2.01 1.91 1.75 2.32 2.30

7.3 7.6 6.5 6.5 6.5 6.6 6.5

6.6 6.7 5.4 5.3 5.4 5.5 5.5

1.13 0.25 0.31 0.13 0.10 0.11 0.06

3.82 1.72 0.42 0.42 0.50 0.40 0.46

25.99 24.77 10.64 11.46 13.48 11.88 11.86

25.12 24.29 10.59 11.43 13.46 11.86 11.85

3.70 3.50 3.83 3.18 1.65 1.54 2.46

0.23 0.08 0.62 0.12 0.08 0.16 0.39

1.78 1.64 2.75 2.39 1.82 2.30 1.83

40 42 34 48 48 42 40

77.07 70.26 52.32 35.67 35.44 37.76 41.32