6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

5
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 16 IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN BONE Nurjanani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Kabupaten Bone termasuk daerah pengembangan bawang merah di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten tersebut mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha. Produktivitas yang dicapai masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan yang biasanya sulit dikendalikan. Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di kebun petani di Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan dilakukan terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan. Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah ulat daun bawang (S. exigua). Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada penggunaan pestisida. Kata Kunci: Identifikasi, hama dan penyakit, bawang merah ABSTRACT Bone Regency is one of shallot development area in South Sulawesi. In 2010, cultivation area of shallot in Bone regency reached 360 ha with a productivity of 5.6 t / ha. The Productivity is still very low compared with potential shallot yield can reach 12 t / ha. The low productivity due to the presence of pests and diseases that cause damage that is usually difficult to control. Identify of pests and diseases types was done by observation in the garden farmer in the Opo village, Ajangale district, Bone regency. Activities was conducted in March 2011. Sampling is done by selecting the crop plants in a systematic sample using the method of U shape sampling as much as 20 plants in 0.1 ha. Observations was done as attack symptoms and calculate the percentage of attacks. Kind of diseases was found on shallot in Opo village, Ajangale districts, Bone regency ware antraknosa disease (Colletotricum gloeosporioides) and purple spot disease (Alternaria porii). Whereas the types of pests that attack was caterpillars leeks (S. exigua). Control of pests and diseases by farmers do for this was still limited to the pesticides use. Keywords: identification, pests and diseases, shallot PENDAHULUAN Bawang merah (Allium cepa L.) termasuk komoditas yang mendapat prioritas nasional untuk dikembangkan (Badan Litbang Pertanian, 2007). Komoditas ini juga merupakan andalan daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah pengembangannya tersebar di beberapa kabupaten termasuk kabupaten Bone. Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten Bone mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangkep, 2011). Produktivitas tersebut masih sangat rendah jika

Transcript of 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

Page 1: 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011

  16

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN BONE

Nurjanani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

ABSTRAK

Kabupaten Bone termasuk daerah pengembangan bawang merah di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten tersebut mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha. Produktivitas yang dicapai masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan yang biasanya sulit dikendalikan. Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di kebun petani di Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan dilakukan terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan. Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah ulat daun bawang (S. exigua). Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada penggunaan pestisida. Kata Kunci: Identifikasi, hama dan penyakit, bawang merah

 

ABSTRACT

Bone Regency is one of shallot development area in South Sulawesi. In 2010, cultivation area of shallot in Bone regency reached 360 ha with a productivity of 5.6 t / ha. The Productivity is still very low compared with potential shallot yield can reach 12 t / ha. The low productivity due to the presence of pests and diseases that cause damage that is usually difficult to control. Identify of pests and diseases types was done by observation in the garden farmer in the Opo village, Ajangale district, Bone regency. Activities was conducted in March 2011. Sampling is done by selecting the crop plants in a systematic sample using the method of U shape sampling as much as 20 plants in 0.1 ha. Observations was done as attack symptoms and calculate the percentage of attacks. Kind of diseases was found on shallot in Opo village, Ajangale districts, Bone regency ware antraknosa disease (Colletotricum gloeosporioides) and purple spot disease (Alternaria porii). Whereas the types of pests that attack was caterpillars leeks (S. exigua). Control of pests and diseases by farmers do for this was still limited to the pesticides use.

Keywords: identification, pests and diseases, shallot

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium cepa L.) termasuk komoditas yang mendapat prioritas nasional untuk dikembangkan (Badan Litbang Pertanian, 2007). Komoditas ini juga merupakan andalan daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah pengembangannya tersebar di beberapa kabupaten termasuk kabupaten Bone. Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten Bone mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangkep, 2011). Produktivitas tersebut masih sangat rendah jika

Page 2: 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone

  17

dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha (Suwandi, 1994). Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan yang biasanya sulit dikendalikan.

Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat daun yang memiliki nama latin Spodopetra exigua. Hama ini ditemukan hampir di seluruh sentra produksi bawang merah. Kerusakan yang ditimbulkan bervariasi dari 3,80% sampai 100,00% tergantung pengelolaan budidaya bawang merah. (Nurjanani dan Ramlan, 2008). Serangan hama biasanya terjadi pada daerah dataran rendah (iklim kering), sedangkan penyakit biasanya ditemukan di daerah dataran tinggi yang selalu lembab. Jenis penyakit yang sering ditemukan pada pertanaman bawang merah di Sulsel adalah penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum), penyakit antraknose (Colletotricum gloeosporioides), dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii )(Nurjanani et al., 2004).

Tindakan pengendalian yang tepat memerlukan pengetahuan jenis organisme pengganggu yang menyerang. Dalam konsep pengendaalian hama terpadu (PHT), salah satu prinsip pengendalian adalah pengamatan berkala. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyakit tanaman bawang merah di sentra produksi kabupaten Bone, agar tindakan pengendalian bisa dilakukan dengan tepat dan efektif.

METODOLOGI

Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di kebun petani di Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan dilakukan terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan dengan rumus sebagai berikut:

A P = --------- x 100% B P = Persentase serangan A = Tanaman yang terserang B = Jumlah Tanaman yang diamati Untuk mengetahui pathogen (penyebab penyakit), tanaman yang menunjukkan gejala diambil dan

dibawa ke Laboratorium hama dan penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin untuk diidentifikasi. Disamping itu, juga dilakukan wawancara terhadap beberapa petani dari kelompok Tani Tenribettae untuk mendapatkan informasi teknik budidaya bawang merah yang dilakukan petani di daerah tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Usahatani Bawang Merah Penanaman bawang merah di daerah ini dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan

Oktober-Maret. Jenis bawang merah yang ditanam adalah Varietas Bima. Kebutuhan benih 800 kg/ha. Jarak tanam yang digunakan 15 cm x 15 cm.

Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang 5 ton/ha, Ponska 200 k/ha, dan ZA 200 kg/ha. Pupuk kandang diberikan sebelum tanam, Ponska dan ZA diaplikasikan dua kali yaitu pada saat tanam dan umur 3 minggu setelah tanam masing-masing ½ dosis.

Page 3: 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011

  18

Pengairan tanaman dilakukan dengan memasukkan air ke sawah (pengairan lab) melalui selang yang dipompa menggunakan mesin.

Pengendalian gulma dilakukan dengan penyemprotan herbisida (Paratop atau DMA) setelah pengolahan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu rumput dicabut menggunakan kura-kura. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida secara berkala setiap minggu dimulai pada umu satu minggu setelah tanam.

Hama dan Penyakit

Pada saat pengamatan tidak ditemukan hama yang menyerang tanaman bawang merah, namun berdasarkan keterangan para petani, jenis hama yang biasa menyerang pada pertanaman bawang merah musim tanam sebelumnya adalah ulat bawang (Spodoptera exigua).

Jenis penyakit yang ditemukan ada 2 (dua) berdasarkan gejala pada tanaman bawang merah yaitu penyakit Antraknosa dan penyakit bercak ungu. 1. Penyakit antraknosa menunjukkan gejala terdapat bercak putih pada daun. Selanjutnya terbentuk

lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun berputar atau terkulai, gejala tersebut sangat khas berputar seperti per (Gambar 1). Daun berwarna hijau pucat atau kuning akhirnya tanaman mati. Proses kematian tanaman sangat cepat. Hasil identifikasi di laboratirium menunjukkan bahwa penyebab penyakit yang berhasil diisolasi adalah cendawan Colletotricum sp. Gejala di atas sesuai dengan gejala penyakit antraknosa yang disebabkkan oleh Colletotricum gloeosporioides (Puslitbanghort, 1995). Di sentra produksi bawang merah di Jawa, penyakit ini diberi/dikenal dengan nama penyakit otomatis karena tanaman yang terserang bisa mati mendadak. Penyakit tersebut menyebabkan kerusakan 20,15%.

2. Penyakit bercak ungu menunjukkan gejala berupa bercak kecil pada daun melekuk kedalam, berwarna putih dengan titik pusat berwarna ungu. gejala lanjut bercak meluas dan ujung daun mongering bahkan daun patah (Gambar 2). Gejala tersebut sesuai yang gejala yang disebabkan oleh cendawan Alternaria porii (Puslitbanghort, 1995). Hampir semua tanaman dalam satu kebun menunjukkan gejala tersebut dengan intensitas serangan 10,25%.

Upaya pengendalian yang telah dilakukan petani adalah penyemprotan fungisida Mankozeb 80% (Antila 80 WP) dan Antracol 70 WP sekali seminggu.

Gambar 1. Tanaman terkena penyakit antraknosa

Gambar 2. Tanaman terkena penyakit bercak ungu

Page 4: 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone

  19

Pengendalian Penyakit

Untuk mengendalikan penyakit tersebut dianjurkan melakukan tindakan: Kuratif: 1. Sanitasi yaitu segera mencabut tanaman yang sudah terserang parah atau mati dan memetik daun-

daun yang kering, kumpulkan lalu keluarkan dari kebun dan bakar. Cara ini merupakan upaya untuk mengurangi sumber infeksi (inokulum).

2. Penyiranaman, jika turun hujan, siram tanaman menggunakan gembor agar butiran-butiran tanah yang menempel pada daun akibat percikan air hujan tidak lama menempel, sebab bisa menjadi sumber infeksi karena mengandung inokulum patogen.

3. Pengendalian Kimia, pengendalian menggunakan fungisida kimia sudah harus dilakukan karena intensitas serangan sudah mencapai ambang pengendalian (AP), yaitu rata intensitas serangan di atas 10%. Jenis fungisida yang dianjurkan adalah Daconil 70 WP, atau antracol 70 WP (Duriat et. al., 1994).

Preventif:

1. Sanitasi: khusus terhadap tanaman dan sisa tanaman yang terinfeksi 2. Penanaman umbi benih bebas penyakit 3. Perlakuan benih, Perlakuan umbi benih dengan fungisida yang efektif seperti Antracol 70 WP dan

Daconil 70 WP, sebanyak 100 g/100 kg umbi benih. Hal ini bias dilakukan sebagai tindahan pencegahan untuk penanaman berikutnya.

4. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan bawang-bawangan, kacang-kacangan, labu-labuan, terong-terongan.

5. Waktu tanam: musim kemarau 6. Perbaikan sistem drainase lahan 7. Menanam kultivar tahan: Kultivar yang relatif tahan adalah Sumenep 8. Penggunaan agens antagonis, cendawan atau bakteri. Cendawan antagonis yang banyak dikembngkan

saat ini adalah Trichoderma sp.

Pengendalian Hama Hama utama pada tanaman bawang merah yang perlu diwaspadai adalah ulat daun bawang

(Spodoptera exigua). Hama ini dilaporkan menyerang hamper di seluruh sentra produksi bawang merah (Nurjanani dan Ramlan, 2008).

Pengendalian S. exigua dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Penggunaan lampu perangkap 2. Lampu perangkap dipasang pada tiang kayu dengan ketinggian antara 10-15 cm di atas bak air. Mulut

bak air tidak boleh lebih dari 40 cm di atas ujung daun tanaman bawang merah. Jenis lampu yang digunakan adalah neon. Jarak antara satu lampu perangkap (titik) dengan titik yang lain adalah 20 m x 20 m atau 25 titik/ha. (Baswarsiati, 2005). Pengendalian menggunakan lampu perangkap efektif menekan intensitas serangan sebesar 34% dan dapat mereduksi penggunaan insektisida sebesar 85,3% (Nurjanani dan Ramlan, 2008).

3. Penggunaan Se-NPV 4. Se-NPV dapat minta dari Balitsa Lembang atau IPB untuk selanjutnya diperbanyak melalui ulat S.

exigua yang terinfeksi. Ulat yang terinfeksi diambil, digerus lalu disaring dan disemprotkan ke tanaman bawang merah. Suwandi (1995) melaporkan bahwa penggunaan Se-NVP sangat potensial untuk mengendalikan hama S. exigua karena dapat mematikan ulat 4 hari setelah aplikasi.

5. Pengendalian secara kimia

Page 5: 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011

  20

6. Cara ini merupakan anjuran paling terakhir, yaitu apabila kedua cara di atas tidak efektif atau tidak bisa dilakukan, dan populasi hama sudah mencapai AP yaitu kerusakan daun ≥ 5% per rumpun atau telah terdapat satu kelompok telur/rumpun)

7. Insektisida yang efektif antara lain Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC (Duriat, et al., 1994; Indonesia report, 2007).

KESIMPULAN

Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah ulat daun bawang (S. exigua). Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada penggunaan pestisida.

DAFTAR PUSTAKA

Baswarsiati, 2006. Pengelolaan benih cabai, bawang merah, dan kentang hasil pemurnian varietas. Makalah disampaikan pada TOT Sayuran untuk petugas Lapangan, Makassar Juni 2006.

Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, 2010. Laporan realisasi pertanaman bawang merah di Kabupaten Bone Tahun Anggaran 2010.

Duriat, AS., Soetiarso. L, Prabaningrum, R. Sutarya. 1994. Penerapan Pengendalian Hama-penyakit terpadu pada budidaya bawang merah. Badan Litbang Petanian Puslitbang Hort, Balithort Lembang.

Indonesia Report, 2007. Teknik Budidaya Bawang Merah. http//www. indonext. com/report/repot318. Html. 22-11-2007.

Munir, D.S. 1991. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran sayuran di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Sayuran, Evaluasi dan Perencanaan Penelitian serta Pengembangan Produksi dan Industri Sayuran di Indonesia. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Asian Vegetable Research and Development Center Japan Shipbuilding Industry Foundation Agricultural Technical Assintance 395. Hlm. 149-161

Nurjanani, W. Dewayani, M. Thamrin dan Ramlan. 2004. Adaptasi teknologi produksi bawang merah pada lahan kering marginal. Prosiding Seminar Teknologi Percepatan Inovasi dan Pengembangan Teknologi Pertanian Mendukung Agribisnis Komoditas Unggulan dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Wilayah. Kerjasama Balitbangda prov. Sulsel dengan BPTP Sulsel: 122-128.

Nurjanani dan Ramlan, 2008. Pengendalian Hama Spodoptera exigua Hubn. Untuk meningkatkan produktivitas bawang merah pada lahan sawah tadah hujan di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 11 (2):164-170.

Suwandi, 1995. Hasil-Hasil penelitian bawang merah dalam Pelita V. dalam Djatnika I., A. Suprijanto, R. Riati, T. Sutater dan Y. Krisnawati (Peny.). Prosiding Evaluasi Hasil Penelitian Hortikultura dalam Pelita V. Badan Litbang Pertanian. Segunung, 27-29 Juni 1994.