ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

99
i ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agrobisnis Oleh : Hendry Alfianto H 0304074 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

Page 1: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

i

ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH

DI KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat sarjana pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agrobisnis

Oleh :

Hendry Alfianto

H 0304074

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

ii

ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH

DI KABUPATEN KARANGANYAR

Yang dipersiapkan dan disususn oleh :

Hendry Alfianto

H 0304074

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : .................

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Surakarta, ………………….

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret,

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MSi NIP. 19551217 198203 1 003

Ketua

Ir. Sugiharti Mulya H., MP. NIP. 19650626 199003 2 001

Anggota I

Umi Barokah, SP. MP. NIP. 19730129 200604 2 001

Anggota II

Wiwit Rahayu, SP. MP. NIP. 19711109 199703 2 004

Page 3: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PENAWARAN BAWANG

MERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat

Sarjana S1 Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Catur Tunggal B.J.P., MS. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. Selaku Pembimbing Akademik

sekaligus Pembimbing Utama yang dengan sabar memberikan pengarahan,

bimbingan dan dorongan, sehingga penulis dapat melewati masa perkuliahan

serta dalam penyusunan laporan penelitian yaitu dari awal hingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. Ibu Umi Barokah, SP. MP. Selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bantuan, bimbingan serta pengarahan bagi penulis dalam

penyusunan sampai menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Ibu Wiwit Rahayu, SP, M.P selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama

masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 4: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

iv

7. Jajaran pemerintah Kabupaten Karanganyar khususnya Kesbanglinmas dan

Bappeda Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

kepada penulis di wilayah Kabupaten Karanganyar .

8. Seluruh Staff Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, Disperindagkop dan

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Karanganyar, yang telah memberikan

informasi serta data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan

penelitian ini.

9. Ibukku (mather) dan Almarhum Bapakku serta mas-masku, yang selalu setia

memberikanku motivasi dan dorongan serta dengan ikhlas mendoakan di

setiap langkah penyusun.

10. Keponakan-keponakanku, yang dapat membuatku melupakan sejenak

kejenuhanku dalam menyusun laporan penelitian ini..

11. Teman-teman Agrobisnis 2004, yang telah menjadikanku bagian dari kalian

serta telah memberiku inspirasi dalam menyusun laporan penelitian ini.

12. Keluarga besar UKM BKKT UNS, kalian merupakan keluarga serta rumah

kedua bagiku selama masa perkuliahanku.

13. Teman-teman Agrobisnis 2005, yang telah menemani serta membantuku pada

akhir masa perkuliahanku.

14. Teman-teman KMK-FP UNS, aku pernah menjadi bagian dari kalian

walaupun hanya beberapa periode.

15. Teman-teman HIMASETA angkatan 2003/2004, aku pernah kerja bareng

dengan kalian dan terima kasih telah memperkenalkan tentang organisasi.

16. Teman-teman A5 and the genk, yang telah mengisi waktu-waktu tenggangku.

17. Teman-teman Graha UKM UNS, yang telah memberikan tambahan

pengalaman serta memperkenalkan hal-hal baru kepadaku.

18. Seseorang yang pernah menjadi seniorku di sebuah organisasi, yang telah

memberikan kenangan-kenangan indah yang dulu pernah ada dan aku pasti

akan sulit untuk melupakannya.

19. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, yang telah

memberikan dorongan serta motivasi kepada penulias. Ayo lanjutkan

perjungan kita yang tinggal selangkah lagi!

Page 5: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

v

20. Teman-teman magangku, kenapa aku harus menderita karena magang?

Magang telah memberikan kenangan terburuk bagiku dan telah meninggalkan

luka yang mungkin tidak akan hilang dalam hidupku.

21. Teman-teman genk monyet, yang telah menjadi teman dalam berbagi suka tapi

tidak berbagi duka..

22. Semua pihak yang telah membantu penulis dari awal hingga akhir penyusunan

laporan sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan

laporan penelitian ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Untuk itu,

penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

memperbaiki pembuatan laporan penelitian selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan

manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penyusun sendiri pada khususnya

dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Juli 2009

Penulis

Page 6: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. ii

KATA PENGANTAR …………………………………………..…....... iii

DAFTAR ISI…………………………………………………..………... vi

DAFTAR TABEL…………………………….………….…………….. viii

DAFTAR GAMBAR………………………….………….……………. x

DAFTAR LAMPIRAN…………………….………….……………….. xi

RINGKASAN…………………………………….…………………….. xii

SUMMARY……………………………….……………….…………… xiii

I. PENDAHULUAN…………………………..……………………. 1

A. Latar Belakang………………………….……………………... 1

B. Perumusan Masalah ……………………….………………….. 6

C. Tujuan Penelitian ……………………………...……………… 7

D. Kegunaan Penelitian …………………….……………………. 8

II. LANDASAN TEORI ………………………….………………... 9

A. Penelitian Terdahulu................................................................... 9

B. Tinjauan Pustaka ……………………………......…...……….. 11

C. Kerangka Teoritis Pendekatan Masalah..................................... 20

D. Hipotesis..................................................................................... 25

E. Asumsi......................................................................................... 25

F. Pembatasan Masalah................................................................... 25

G. Definisi Operasional Variabel.................................................... 25

III. METODE PENELITIAN……………………………………….. 28

A. Metode Dasar Penelitian……………………………………… 28

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian………………………. 28

C. Jenis dan Sumber Data………………………………………... 29

D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………. 30

E. Model Analisis Data…………………………………………… 30

Page 7: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

vii

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN………………... 35

A. Keadaan Alam………………………………………………… 35

B. Keadaan Penduduk…………………………………………….. 37

C. Keadaan Pertanian…………………………………………….. 41

D. Keadaan Perekonomian……………………………………….. 43

V. HASIL PENELITIAN………………………………………..…. 45

A. Kondisi Umum Penanaman Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar…………………………………………………..

45

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................... 46

1. Harga Bawang Merah Tahun Sebelumnya...………………. 46

2. Harga Pupuk SP36 Tahun t……………......………………. 48

3. Produksi Bawang Merah Tahun Sebelumnya...……………. 50

4. Harga Bawang Putih Tahun Sebelumnya...………………... 52

5. Luas Areal Panen Tahun t.......................…………..………. 54

6. Curah Hujan di Kabupaten Karanganyar...……………….... 56

C. Analisis Regresi Penawaran Bawang Merah………………….. 58

1. Uji R2………………………………………………………. 59

2. Uji F………………………………………………………... 60

3. Uji t……………………………………………………….... 61

4. Koefisien Regresi Parsial Yang Paling Berpengaruh............ 69

5. Pengujian Asumsi Klasik...................................................... 69

6. Elastisitas Penawaran............................................................ 70

VII. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 75

A. Kesimpulan…………………………………………………… 75

B. Saran…………………………………………………………... 76

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…… 77

LAMPIRAN …………………………………………..………………... 79

Page 8: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia Tahun 2005-2007 ................................................................

3

Tabel 2. Perkembangan Ekspor-Impor Bawang Merah di Indonesia Tahun 2002-2005................................................................

3

Tabel 3. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2007 ................................

4

Tabel 4. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah di Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 ........... ................................................................

5

Tabel 5. Harga Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2007 ........... ................................................................

5

Tabel 6. Peningkatan Produksi Bawang Merah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2006 ................................................................

29

Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-2007 ................................................................

37

Tabel 8. Penduduk Menuerut Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007................................................................

38

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 .............................................................

39

Tabel 10. Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007................................................................

41

Tabel 11. Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007........ .............................................................................................

42

Tabel 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007................................

43

Tabel 13. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007.................................................................................................................

44

Tabel 14. Perkembangan Harga Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ........... ................................

47

Tabel 15. Perkembangan Harga Pupuk SP36 di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007........... ................................

49

Tabel 16. Produksi Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007.................... ................................................................

51

Page 9: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

ix

Tabel 17. Perkembangan Harga Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ........... ................................

53

Tabel 18. Luas Panen di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007.................................................................................................................

55

Tabel 19. Curah Hujan Rata-rata di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ........... ................................................................

57

Tabel 20. Rekapitulasi Variabel yang Digunakan Dalam Penelitian.........................................................................................................

59

Tabel 21. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar.................... ................................................................

60

Tabel 22. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar ...........................................................................................................

61

Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar....................................................

69

Tabel 24. Elastisitas Penawaran Bawang Merah Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Karanganyar.................... ................................................................

71

Page 10: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Pergeseran Kurva Penawaran................................................................3

Gambar 2. Kasus Cobweb .............................................................................................4

Gambar 3. Kurva Elastisitas Penawaran................................................................5

Gambar 4. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah................................ 5

Gambar 5. Perkembangan Harga Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

48

Gambar 6. Perkembangan Harga Pupuk SP36 di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

50

Gambar 7. Jumlah Produksi Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

52

Gambar 8. Perkembangan Harga Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

54

Gambar 9. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

56

Gambar 10. Perkembangan Curah Hujan di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ............................................................................................

58

Page 11: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Perkembangan Harga Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

79

Lampiran 2. Perkembangan Harga Pupuk SP36 di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

80

Lampiran 3. Perkembangan Harga Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar Tahun 1992-2007 ................................................................

81

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar................................................................

81

Lampiran 5. Konversi IHK 82

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji R2, Uji F, Uji t ................................................................83

Lampiran 7. Elastisitas Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar ................................................................................................

89

Page 12: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xii

ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Hendry Alfianto

H0304074

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran bawang merah dan menganalisis elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Kabupaten Karanganyar. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series selama 15 tahun dari tahun 1993–2007. Analisis data yang digunakan yaitu dengan regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan cara langsung melalui pendekatan produksi.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefesien korelasi (R2) sebesar 0,943 dan adjusted R² sebesar 0,900. Dan dari uji F diperoleh nilai F hitung > F tabel (22,010 > 3,58) pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa variabel harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun sebelumnya dan luas areal panen bawang merah tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran bawang merah, sedangkan variabel harga bawang putih tahun sebelumnya serta rata-rata curah hujan tahun t tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Dari hasil analisis uji t tersebut diperoleh model fungsí penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar adalah Qt = 4085,135 + 2,036 Pt-1 – 10,444 Pit + 0,413 Qt-1 + 0,514 Pst-1 + 35,294 At – 1,583 Rt.

Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial, variabel luas areal panen bawang merah mempunyai nilai paling tinggi. Hal ini berarti bahwa variabel ini mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dalam jangka pendek terhadap perubahan harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun sebelumnya, dan luas areal panen bawang merah tahun t bersifat inelastis. Untuk elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dalam jangka panjang terhadap perubahan harga bawang merah tahun sebelumnya, produksi bawang merah tahun sebelumnya, dan luas areal panen bawang merah tahun t bersifat inelastis, sedangkan harga pupuk SP36 tahun t bersifat elastis terhadap perubahan penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada petani agar melakukan tindakan pascapanen yaitu dengan mengeringkan umbi bawang merah terlebih dahulu sebelum menjual ke tengkulak agar harga bawang merah tidak jatuh. Selain itu sebaiknya petani juga harus mengatur pola tanam yang baik yaitu dengan memperhatikan kondisi lahan agar unsur hara dalam tanah tetap terjaga.

Page 13: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xiii

ANALYSIS OF ONION SUPPLY IN KARANGANYAR REGENCY

Hendry Alfianto

H0304074

SUMMARY

This research aimed to analyze some factors which influence the supply of onion and to analyze the elasticity supply of onion in Karanganyar Regency. The basic method used in this research is descriptive. The research location is chosen purposively in Karanganyar Regency. The kind of data is used in this research is secondary data of time series during 15 years since 1993–2007. The data analysis used is double linier regression on supply by directly production approach.

Based on the result of research get the value of coefficient correlation (R2) is 0,943 and adjusted determination coefficient value (adjusted R²) is 0.900. And from F-test get F value > F table (22,010 > 3,58) in the level of trust 95%. It shows that all variable which are investigated together is really influencing on supply of onion in Karanganyar Regency. Analysis result of t-test shows that price of onion at previous year, price of SP36 fertilizer at year t, amount production of onion at previous year and width harvest area of onion at year t are variables whose obvious influence toward onion supply. Where as variables price of garlic at previous year and the average of rainfall at year t do not give obvious influence toward onion supply in Karanganyar Regency. From the result t-test get function model of onion supply in Karanganyar Regency is Qt = 4085,135 + 2,036 Pt-1 – 10,444 Pit + 0,413 Qt-1 + 0,514 Pst-1 + 35,294 At – 1,583 Rt.

Based on the most influence value of coefficient regression partial, the variable width harvest area of onion at year t is the highest one. So this variable has the biggest influence toward onion supply in Karanganyar Regency. The elasticity of onion supply in Karanganyar Regency in short term toward the price of onion at previous year, price of SP36 fertilizer at year t, amount production of onion at previous year and width harvest area of onion at year t are inelastic. The elasticity of onion supply in Karanganyar Regency in long term toward the price of onion at previous year, amount production of onion at previous year and width harvest area of onion at year t are inelastic, but price of SP36 fertilizer at year t is elastic toward onion supply in Karanganyar Regency.

Based on the result of research, it is suggested for farmers to take a post-harvest action which is to dry the tuber of onion before sell it to the broker so the price of onion not fall. Beside that, it is better for them to control a proper planting pattern which conserning the soil condition so the soil substance remain kept.

Page 14: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai era reformasi sekarang, sektor pertanian masih merupakan

sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar

penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan lebih dari setengah penduduk

tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pada tahun 2006,

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dari 95,5 juta tenaga kerja yaitu

sebesar 42,05 %, dimana dapat memberikan sumbangan terhadap

pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 12,9 %. Sementara itu,

kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan nasional telah

berhasil secara nyata meningkatkan penyediaan bahan pangan khususnya

beras, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, serta menunjang sektor non pertanian melalui penyediaan bahan

baku untuk industri pengolahan (Daniel, 2002).

Pertanian dibagi menjadi beberapa bidang-bidang pertanian, yaitu

pertanian dalam arti luas dan arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup

pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit, perkebunan,

kehutanan, peternakan dan perikanan. Sedangkan pertanian rakyat (pertanian

dalam arti sempit) diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija

(jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura

yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Dari bidang-bidang pertanian tersebut

telah dihasilkan produk-produk pertanian yang sangat bermanfaat dan berguna

serta tentunya sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Mubyarto, 1995).

Produk pertanian pada umumnya dicirikan oleh sifat produksi musiman,

selalu segar, mudah rusak, jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit,

serta lokal dan spesifik (tidak dapat diproduksi di semua tempat). Produk

pertanian yang bersifat musiman karena dipengaruhi oleh iklim. Pada saat

panen raya jumlah produksi akan banyak dan saat musim paceklik jumlah

produksi sedikit dan bahkan mutunya kurang baik. Hal tersebut akan

1

Page 15: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xv

menyebabkan harga produk pertanian yang dipasarkan menjadi naik turun

(berfluktuasi) dari tahun ke tahun tergantung dari berapa besarnya panen tahun

lalu, berapa banyaknya persediaan yang tersisa dari tahun yang lalu dan

bagaimana harapan panen untuk tahun yang berjalan (Ashari, 1995).

Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai peranan

penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap makanan

pokok. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, di Indonesia telah

dikembangkan agribisnis tanaman hortikultura dimana keadaan alam dan

iklim di Indonesia sangat mendukung untuk dikembangkan berbagai jenis

tanaman hortikultura (Sunarjono, 2004).

Tanaman hortikultura, seperti tanaman buah-buahan, tanaman sayuran

dan tanaman hias mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Selain

itu permintaan akan produk hortikultura semakin meningkat, hal ini

disebabkan karena kebutuhan masyarakat terhadap tanaman hortikultura

semakin meningkat. Khususnya sayuran, yang memiliki peran penting dalam

menyediakan gizi dan vitamin bagi tubuh manusia.

Salah satu tanaman hortikultura yang dibudidayakan oleh petani yaitu

bawang merah. Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang

tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama

sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan

makanan. (Rahayu dan Nur, 1996).

Bawang merah berfungsi sebagai obat untuk memudahkan pencernaan,

menghilangkan lendir dalam kerongkongan, serta dapat mendorong nafas

panjang. Selain itu bawang merah berguna untuk tubuh karena mengandung

zat gizi berupa vitamin D dan vitamin C. Selain itu bawang merah dapat

digunakan sebagai bumbu masakan dan acar. Masakan yang diberi bawang

merah akan terasa lebih lezat dan gurih. Daun-daun bawang merah yang masih

muda pun enak sebagai bumbu sayur. Oleh karena kegunaan dan manfaat

yang dimiliki bawang merah seperti tersebut diatas, maka bawang merah

banyak dikonsumsi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga permintaan

Page 16: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xvi

masyarakat terhadap bawang merah semakin hari semakin meningkat

(Wibowo, 2001).

Oleh karena kegunaan dan manfaat bawang merah maka menyebabkan

kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah semakin meningkat. Hal ini

mengakibatkan produksi bawang merah dalam negeri tidak mampu memenuhi

permintaan masyarakat, sehingga pemerintah harus melakukan impor untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tabel berikut ini disajikan

perkembangan produksi, luas panen dan produktivitas bawang merah di

Indonesia.

Tabel 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang merah di Indonesia Tahun 2005-2007

Tahun Produksi (Kw)

Luas panen (Ha)

Produktivitas (Kw/ha)

2005 8.326.090 93.614 88,94 2006 7.649.310 89.188 85,77 2007 7.452.700 87.590 85,08

Rata-rata 7.809.366,70 90.130,67 86,59

Sumber: Departemen Pertanian RI

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa produksi bawang merah

di Indonesia selama 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 sampai dengan

tahun 2007 cenderung mengalami penurunan. Penurunan produksi ini

disebabkan karena semakin berkurangnya luas areal panen bawang merah. Hal

ini menyebabkan produktivitas bawang merah di Indonesia juga mengalami

penurunan. Sedangkan perkembangan ekspor dan impor bawang merah dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Perkembangan Ekspor-Impor Bawang Merah di Indonesia Tahun 2002-2005

Tahun Volume Ekspor (Ton) Volume Impor (Ton) 2002 6.790 32.930 2003 5.400 42.010 2004 4.640 48.930 2005 100 96.080

Sumber: Departemen Pertanian RI

Dari tabel diatas dapat diketahui perkembangan volume ekspor dan

impor bawang merah dari tahun 2002 sampai tahun 2005. Dari tabel tersebut

Page 17: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xvii

menunjukkan bahwa volume ekspor bawang merah mengalami penurunan,

dimana penurunan ini disebabkan oleh penurunan produksi dalam negeri

karena berkurangnya luas areal bawang merah. Sedangkan keadaan impor

bawang merah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan volume

impor bawang merah ini disebabkan permintaan konsumen dalam negeri

terhadap bawang merah juga semakin meningkat, sedangkan produksi bawang

merah dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Permintaan bawang merah yang tinggi dan terus-menerus tidak bisa

diimbangi dengan produksi yang terus-menerus pula. Hal tersebut disebabkan

karena bawang merah merupakan tanaman semusim terutama ditanam pada

musim kemarau dan akhir musim hujan. Pada musim kemarau akan terjadi

panen raya bawang merah dan pada musim penghujan akan terjadi musim

paceklik bawang merah. Saat panen raya terjadi kelebihan pasokan sehingga

penawaran terhadap bawang merah meningkat sangat besar, hal ini

menyebabkan harga bawang merah menjadi turun, sedangkan pada musim

paceklik terjadi kekurangan pasokan dan penawaran bawang merah oleh

petani cenderung menurun sehingga harga menjadi naik, padahal kebutuhan

masyarakat akan bawang merah semakin meningkat.

Kabupaten Karanganyar merupakan daerah dataran tinggi yang cocok

untuk budidaya tanaman hortikultura. Salah satu tanaman hortikultura yang

dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Karanganyar yaitu tanaman bawang

merah. Pada tabel berikut ini disajikan perkembangan produksi, luas panen

dan produktivitas bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

Tabel 3. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2007

Tahun Produksi (Kw)

Luas panen (Ha)

Produktivitas (Kw/ha)

2004 4.953 125 39,62 2005 6.321 90 70,23 2006 8.959 134 66,86 2007 16.302 184 88,60

Rata-rata 9.133,75 133,25 66,33

Sumber: BPS serta Dinas Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura) Kabupaten Karanganyar

Page 18: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xviii

Dari tabel diatas dapat diketahui perkembangan produksi bawang merah

4 tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Produksi bawang

merah di Kabupaten Karanganyar semakin meningkat, selain itu peningkatan

produksi bawang merah diikuti dengan peningkatan produktivitas bawang

merah. Peningkatan produksi ini disebabkan karena meningkatnya permintaan

masyarakat terhadap bawang merah, sehingga petani juga berusaha untuk

meningkatkan jumlah penawaran bawang merah.

Produksi bawang merah di Kabupaten Karanganyar tidak hanya

terfokus pada satu daerah saja, tetapi terdapat beberapa daerah yang

memproduksi bawang merah. Daerah atau kecamatan penghasil bawang

merah di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang merah di Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Kecamatan Produksi (Kw)

Luas panen (Ha)

Produktivitas (Kw/ha)

Tawangmangu 11.088 102 108,71 Jenawi 4.072 65 62,65 Ngargoyoso 729 10 72,9 Tasikmadu 294 4 73,5 Jatiyoso 115 3 38,33

Sumber: BPS serta Dinas Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura) Kabupaten Karanganyar

Pada tabel diatas diketahui daerah-daerah penghasil bawang merah di

Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Tawangmangu merupakan daerah di

Kabupaten Karanganyar yang paling banyak memproduksi bawang merah

diantara 4 kecamatan lain yang memproduksi bawang merah yaitu di

Kecamatan Jenawi, Ngargoyoso, Tasikmadu dan Jatiyoso. Sedangkan untuk

harga bawang merah yang berlaku di Kabupaten Karanganyar dilihat tabel ini.

Tabel 5. Harga Bawang merah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2007

Tahun Harga Bawang Merah (Rp/Kg) 2004 5.722,00 2005 7.364,58 2006 8.283,33 2007 6.833,00

Rata-rata 6.800,73

Sumber: Dinas Pertanian (Tanaman Hortikultura) Kabupaten Karanganyar

Page 19: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xix

Dari tabel diatas dapat diketahui perkembangan harga bawang merah

dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Pada tabel tersebut diketahui bahwa harga

bawang merah berfluktuasi yaitu pada tahun 2004 sampai 2006 mengalami

kenaikan, tetapi pada tahun 2007 mengalami penurunan. Harga bawang

merah, jumlah produksi bawang merah dan luas panen bawang merah

mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal ini akan mempengaruhi

penawaran bawang merah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

mengenai penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah

Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang banyak

dibutuhkan masyarakat terutama untuk keperluan memasak karena

kegunaannya sebagai bumbu dan penyedap masakan. Walaupun digunakan

dalam jumlah yang kecil namun apabila dibutuhkan oleh hampir seluruh

masyarakat, maka dapat dipastikan bahwa keseluruhan jumlah penggunaan

bawang merah sangat besar. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk,

maka mengakibatkan permintaan bawang merah juga semakin meningkat.

Permintaan bawang merah yang terus meningkat menyebabkan produksi

di dalam negeri tidak mampu memenuhi tingginya kebutuhan bawang merah

masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan antara besarnya volume

impor dan ekspor bawang merah, dimana volume impor bawang merah lebih

besar daripada volume ekspor bawang merah. Kesenjangan ini mencerminkan

bahwa produksi bawang merah di dalam negeri tidak mampu mencukupi

besarnya permintaan bawang merah oleh masyarakat. Tingginya volume

impor bawang merah ini karena kurangnya pasokan dalam negeri yang

disebabkan oleh penurunan produksi bawang merah di dalam negeri.

Penurunan produksi bawang merah disebabkan karena berkurangnya luas

areal tanam bawang merah serta menurunnya produktivitas bawang merah.

Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, dimana

walaupun produksi bawang merah di dalam negeri mengalami penurunan akan

tetapi produksi bawang merah di Kabupaten Karanganyar selama beberapa

Page 20: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xx

tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Sehingga penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar menarik untuk diteliti.

Penawaran bawang merah pada umumnya dipengaruhi oleh besarnya

produksi yang dihasilkan, areal panen serta harga bawang merah itu sendiri

dan ketiganya mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila harga bawang

merah naik maka petani akan beramai-ramai menanam bawang merah dan

memperluas areal tanam dengan harapan harga akan terus mengalami

peningkatan, sehingga pada musim tanam tersebut produksi mengalami

peningkatan. Peningkatan harga, luas areal panen dan jumlah produksi bawang

merah ini menyebabkan penawaran akan bawang merah juga meningkat.

Selain faktor jumlah produksi yang dihasilkan, besarnya luas panen dan

harga bawang merah, masih ada faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi

jumlah penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Faktor tersebut

antara lain harga barang input, harga barang subsitusi atau alternatif pengganti

tanaman bawang merah dan rata-rata curah hujan pada daerah bersangkutan.

Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan antara lain :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penawaran bawang merah

di Kabupaten Karanganyar ?

2. Bagaimana tingkat elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian “Analisis Penawaran Bawang Merah di

Kabupaten Karanganyar” ini antara lain:

1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar.

2. Mengetahui tingkat elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar.

Page 21: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxi

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian “Analisis Penawaran Bawang Merah di

Kabupaten Karanganyar” ini antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan

pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian serta merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar,

hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran atau

pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan menyangkut produksi

bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi dan referensi dalam `penyusunan penelitian

selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.

Page 22: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxii

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Saktian Dina Octaria (2008) tentang Analisis Penawaran

Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar bertujuan untuk menganalisis

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran bawang putih dan

menganalisis tingkat kepekaan penawaran bawang putih di Kabupaten

Karanganyar. Dari hasil analisis diperoleh nilai koefesien determinasi yang

telah disesuaikan (R2) sebesar 0,97 yang berarti bahwa produktivitas bawang

putih 97 % dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam

model. Dari uji F diperoleh nilai F hitung (58,483) lebih besar dari F tabel

(3,58) pada tingkat kepercayaan sebesar 95% yang berarti bahwa seluruh

variabel penduga yaitu harga bawang putih tahun sebelumnya, jumlah

produksi tahun sebelumnya, luas areal panen tahun t, harga pupuk urea tahun

t, harga pupuk SP 36 tahun t, dan rata-rata curah hujan tahun t berpengaruh

nyata terhadap penawaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial, variabel luas areal panen bawang

putih tahun t merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

penawaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar. Elastisitas penawaran

bawang putih di Kabupaten Karanganyar dalam jangka pendek bersifat

inelastis terhadap jumlah produksi bawang putih tahun sebelumnya, luas areal

panen bawang putih tahun t, harga pupuk SP 36 pada tahun t dan harga pupuk

urea pada tahun t. Sedangkan untuk jangka panjang bersifat inelastis untuk

jumlah produksi bawang putih tahun sebelumnya, harga pupuk SP 36 pada

tahun t serta harga pupuk urea pada tahun t dan bersifat elastis untuk luas areal

panen bawang putih pada tahun t.

Penelitian Setyowati (2005) tentang Analisis Penawaran Jagung di

Kabupaten Wonogiri bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran jagung dan mengetahui tingkat kepekaan

penawaran jagung akibat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil

9

Page 23: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxiii

analisis diperoleh nilai koefesien determinasi yang telah disesuaikan (R2)

sebesar 0,72 yang berarti bahwa produktivitas bawang putih 72 % dipengaruhi

oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model. Dari uji F

diperoleh nilai F hitung (4,705) lebih besar dari F tabel (3,48) pada tingkat

kepercayaan sebesar 95% yang berarti bahwa seluruh variabel penduga yaitu

harga komoditi jagung pada tahun sebelumnya, rata-rata jumlah curah hujan

selama musim tanam, produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal

panen pada tahun yang bersangkutan serta harga kacang tanah pada tahun

sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran

jagung di Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial,

variabel produksi jagung tahun sebelumnya merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri yaitu sebesar

0,578. Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri dalam jangka

pendek bersifat inelastis terhadap harga jagung pada tahun sebelumnya, rata-

rata curah hujan pada musim tanam, produksi jagung pada tahun sebelumnya,

luas areal panen jagung pada tahun yang bersangkutan dan harga kacang tanah

pada tahun sebelumnya. Sedangkan untuk jangka panjang bersifat elastis

untuk harga jagung pada tahun sebelumnya dan jumlah produksi jagung pada

tahun sebelumnya dan bersifat inelastis untuk rata-rata curah hujan pada

musim tanam, luas areal panen jagung pada tahun yang bersangkutan dan

harga kacang tanah pada tahun sebelumnya.

Hasil penelitian diatas telah memberikan sumbangan pemikiran bagi

penulis bahwa terjadinya penawaran terhadap komoditas pertanian yang

bersifat musiman cenderung dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti

jumlah produksi, harga komoditas, harga komoditas substitusi, luas areal

tanam, harga pupuk dan curah hujan pada musim tanam serta elastisitas

penawarannya bersifat inelastis.

Penelitian terdahulu tersebut juga dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran bagi penulis dalam pengambilan variabel-variabel dalam penelitian

ini. Selain itu berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, penulis mencoba

untuk menerapkan metode analisis yang sama yaitu analisis regresi linier

Page 24: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxiv

berganda untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran bawang

merah dan elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

B. Tinjauan Pustaka

1. Bawang Merah

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk

rumput, berbatang pendek, dan berakar serabut. Daunnya panjang serta

berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi menjadi

umbi lapis. Oleh karena itu bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman

bawang merah mudah dikenal. Aromanya spesifik dan dapat merangsang

keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin. Batangnya

berbentuk cakram dan di cakram tersebut tumbuh tunas dan akar serabut.

Bunganya berkumpul dalam bongkol pada ujung tangkai panjang yang

berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga sempurna. Ukuran

buahnya kecil, berbentuk kubah dengan tiga ruangan, tidak berdaging.

Tiap ruangan buah terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak tahan

terkena sinar matahari. Bawang merah sangat dibutuhkan sebagai bumbu

dapur. Meskipun sering dibutuhkan, tetapi orang tidak mau menanam di

pekarangan. Padahal, bawang merah dapat ditanam dengan mudah di

dataran rendah maupun dataran tinggi (Sunarjono, 2004).

Kedudukan tanaman bawang merah dalam tatanama atau sistematika

tumbuhan, termasuk klasifikasi berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub divisiso : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales (Liliflorae)

Famili : Lliliales

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum

(Rukmana, 1994).

Tanaman bawang merah dapat ditanam dan tumbuh di dataran

rendah sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk

Page 25: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxv

pertumbuhan optimal adalah pada tetinggian 0 – 450 meter dpl. Komoditas

sayuran ini pada umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk

seperti curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi serta cuaca berkabut.

Tanaman bawang merah memerlukan penyinaran cahaya matahari yang

maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara (25 – 32)°C serta

kelembaban nisbi yang rendah (Sutarya et al., 1995).

Di dalam industri makanan, umbi bawang merah sering diawetkan

dalam kaleng, saus, sop kalengan, dan tepung bawang. Keuntungan

mengonsumsi bawang merah, selain penyedia bahan pangan bergizi dan

berkhasiat obat, juga sangat baik untuk kesehatan. Fungsi dalam tubuh

antara lain adalah memperbaiki dan memudahkan pencernaan serta

menghilangkan lendir-lendir dalam kerongkongan (Rukmana, 1994).

Bawang merah selain digunakan untuk bumbu sayuran juga dibuat

acar dan sering juga digunakan untuk obat obatan. Kandungan vitaminnya

terutama B dan C cukup tinggi. Di dataran tinggi (sampai dengan 1500

meter dpl), bawang merah cenderung berumur lebih lama, ukuran umbinya

lebih kecil, warna kulitnya kurang cerah sehingga kurang memikat

(Ashari, 1995).

2. Penawaran

Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan

oleh produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya

menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah

barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para produsen atau penjual

dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang

tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan

bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya tersebut

apabila harganya tinggidan bagaimana pula keinginan untuk menwarkan

barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada

dsarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang maka

Page 26: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxvi

semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang maka semakin

sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno 2004).

Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan

antara produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga,

menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan

adalah tetap. Penawaran individu adalah penawaran yang disediakan oleh

individu produsen, diperoleh dari produksi yang dihasilkan. Besarnya

jumlah produksi yang ditawarkan ini akan sama dengan jumlah

permintaan, sedangkan penawaran agregat merupakan penjumlahan dari

penawaran individu (Soekartawi, 1993).

Konsep dasar dari fungsi penawaran suatu produk, dapat dinyatakan

dalam bentuk hubungan antara kuantitas yang ditawarkan (kuantitas

penawaran) dan sekumpulan variabel spesifik yang mempengaruhi

penawaran dari produk X itu. Dalam bentuk model matematik, konsep

penawaran suatu produk X dinotasikan sebagai berikut:

Qsx = f(Px, Pi, Pr, T, Pe, Nf, O)

Keterangan :

Qsx : kuantitas penawaran produk X

f : notasi fungsi yang berarti “fungsi dari”

Px : harga dari produk x

Pi : harga dari input yang digunakan untuk memproduksi produk X

Pr : harga dari produk lain (bukan X) yang berkaitan dalam produksi

T : tingkat teknologi yang tersedia

Pe : ekspektasi produsen akan harga produk X di masa mendatang

Nf : banyaknya produsen yang memproduksi produk sejenis

O : faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran produk X

(Gaspersz, 2000).

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas

barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap

Page 27: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxvii

seluruh faktor penentu lainya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut

berubah, kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000).

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan

diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang

ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran mengalami kenaikan dari

kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran bersifat demikian

karena terdapat hubungan positif antara harga dengan jumlah barang yang

ditawarkan yaitu semakin tinggi harga maka semakin banyak jumlah yang

ditawarkan (Sukirno, 2004).

Pergeseran dalam penawaran dinyatakan sebagai setiap perubahan

yang menaikkan kuantitas yang bersedia diproduksi oleh produsen pada

tingkat harga tertentu akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan,

demikian pula sebaliknya. Pergeseran kurva penawaran ke kanan

menunjukkan adanya kenaikan dalam penawaran, pergeseran ke arah kiri

menunjukkan adanya penurunan dalam penawaran.

Gambar 1. Pergeseran Kurva Penawaran

Keterangan :

S – Sı = penurunan dalam penawaran

S – S2 = peningkatan dalam penawaran

(Mankiw, 2000).

Faktor waktu dalam kurva penawaran sangat penting karena hasil-

hasil pertanian bersifat musiman, yaitu bulanan atau tahunan sehingga

suatu kenaikan harga di pasar tidak dapat segera diikuti dengan naiknya

0

S

S2

Q

P

Page 28: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxviii

penawaran jika panen belum tiba. Ini berarti tingkat elastisitas penawaran

adalah inelastis dalam jangka pendek. Di samping itu pengaruh harga tidak

dapat dibalikkan karena kalau kenaikan harga setelah beberapa waktu

tertentu mendorong kenaikan jumlah yang ditawarkan maka penurunan

harga tidak dapat mengembalikan jumlah penawaran pada tingkat

sebelumnya (Mubyarto, 1995).

Menurut Soekartawi (1993) beberapa faktor yang mempengaruhi

jumlah penawaran adalah :

a. Teknologi

Dengan adanya perbaikan teknologi, misalnya penggunaan

teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama, maka produksi akan

semakin meningkat

b. Harga Input

Besar kecilnya harga input akan mempengaruhi besar kecilnya

jumlah input yang dipakai. Apabila harga faktor produksi turun, petani

cenderung akan membelinya pada jumlah yang relatif lebih besar.

Dengan demikian dari penggunaan faktor produksi yang biasanya

dalam jumlah yang terbatas, maka dengan adanya tambahan

penggunaan faktor produksi maka produksi akan meningkat.

c. Harga Produksi Komoditas Lain

Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini akan

menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat

atau sebaliknya semakin menurun.

d. Jumlah Produsen

Seringkali karena adanya rangsangan harga untuk komoditas

pertanian, maka petani cenderung untuk mengusahakan tanaman

tersebut.

e. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang

Seringkali juga ditemukan suatu peristiwa petani meramal

besaran harga di masa mendatang, apakah harga suatu komoditas akan

Page 29: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxix

menaik atau menurun. Hal ini disebabkan karena pengalaman mereka

selama beberapa tahun mengusahakan komoditas tersebut.

3. Teori Cobweb

Cobweb Thorem dipergunakan untuk mengetahui bagaimana

keseimbangan pasar pada barang produksi pertanian, sebagaimana

diketahui bahwa barang pertanian mengalami kelambanan waktu (time

lag) untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. Hubungan antara

fluktuasi harga dan produksi pertanian merupakan kasus yang penting dan

banyak diteliti para ahli ekonomi pertanian. Teori Cobweb pada dasarnya

menerangkan siklus harga dan produksi yang naik turun dalam jangka

waktu tertentu. Kasus Cobweb ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Siklus yang mengarah pada fluktusi yang jaraknya tetap.

b. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan

c. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi

dengan jarak yang semakin membesar.

Asumsi yang dipakai dalam Cobweb Theorem adalah :

1) Adanya persaingan sempurna dimana semata-mata penawaran

ditentukan oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Harga

ini oleh setiap produsen dianggap tidak akan berubah dan produsen

juga menganggap jumlah produksinya tidak akan memberikan

pengaruh yang berarti terhadap pasar.

2) Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga penawaran

tidak dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi diperlukan

jangka waktu tertentu.

3) Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga

itu cepat bereaksi terhadapnya.

Page 30: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxx

1

40

30

20

S

D

2

3

20 30 40

1Kasus I

P

Q0

25

30

40

20 3027,5 35

P

Q0

Kasus IID

D

S

S

15

30

40

20 3011 44

P

Q0

Kasus IIID

D

S

S

32

1

Gambar 2. Kasus Cobweb

Dalam kasus I pada Gambar 2 kasus Cobweb harga keseimbangan

adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu

sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi

20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen

mulai menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi

maka jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke pasar

menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini

mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus

berputar lagi. Dalam kasus II harga keseimbangan adalah sama yakni Rp

30. Namun begitu setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka

produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya Rp

35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25).

Penurunan ini juga menyebakan produsen juga memperkecil produksinya

(27,5) lagi dan demikian seterusnya.

Perbedaan penting dari kasus I dan kasus II adalah kurang elastisnya

kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus menjurus

Page 31: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxi

kepada harga keseimbangan yang lama (Rp 30). Pada kasus III kurva

penawaranya elastis sekali sehingga penambahan produksi sebagai reaksi

atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus

kearah eksplosi.

Walau ketiga kasus Cobweb Theorem ini mungkin sukar ditemukan

dalam praktek namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya termasuk

di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga komoditas x naik maka

petani menjadi terlalu optimistis dan petani di seluruh desa serentak

menanam komoditas x dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada

saat panen yang serentak ternyata harga komodits x jatuh, semua

menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam komoditas x musim

berikutnya. Dan ini mengakibatkan harga komoditas x naik tinggi sekali

pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat

sedikit (Mubyarto, 1995).

4. Elastisitas penawaran

Elastisitas penawaran merupakan suatu ukuran yang

menggambarkan sampai dimana kuantitas yang ditawarkan akan

mengalami perubahan sebagai akibat perubahan harga. Elastisitas

penawaran menunjukkan persentasi perubahan kuantitas yang ditawarkan

sebagai akibat perubahan harga sebesar satu persen (Daniel, 2002).

Makin besar angka elastisitas makin besar elastisitas penawaran,

artinya perubahan harga yang relatif kecil mengakibatkan perubahan

jumlah yang ditawarkan relatif besar. Elastisitas harga atau harga yang

ditawarkan adalah nol bila kurva penawaran merupakan garis vertikal

(harga tidak berpengaruh pada jumlah yang ditawarkan), tak terhingga bila

kurva penawaran berbentuk horisontal yang berarti bahwa jumlah yang

ditawarkan tidak terbatas pada harga tertentu (Mubyarto, 1995).

Elastisitas penawaran mengukur sensitivitas dari penawaran produk

oleh produsen terhadap perubahan harga produk itu di pasar dengan

mengasumsikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran produk

itu dianggap konstan dan didefinisikan sebagai rasio persentase perubahan

Page 32: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxii

kuantitas produk yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga

produk itu di pasar. Elastisitas harga dari penawaran dikatakan elastis,

elastis unitary atau inelastis apabila nilai dari koefisien elastisitas harga itu

berturut-turut lebih besar, sama dengan, atau lebih kecil dar satu

(Gaspersz, 2000).

Gambar 3. Kurva Elastisitas Penawaran

Gambar diatas memperlihatkan 3 kasus penting dari elastisitas

penawaran, yaitu : a) kurva penawaran vertikal, yang memperlihatkan

penawaran yang bersifat inelastis sempurna, b) sebuah keadaan diantara 2

ekstrim yang menyangkut sebuah garis lurus, yang melewati titik origin,

menggambarkan kasus-kasus penawaran yang memiliki elastisitas harga

sebesar 1, dan c) kurva penawaran horizontal, memperlihatkan penawaran

yang bersifat elastisitas sempurna (Samuelson dan Nordhaus, 2003).

Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah elastisitas jangka

pendek dan elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan erat dengan

pengaturan kembali dalam penyaluran sumber-sumber ekonomi yang

dikuasai oleh petani. Dalam jangka pendek baru petani secara perorangan

mengadakan pengaturan kembali (reallocation of resource). Tetapi dalam

jangka panjang keseluruhan industri pertanian dapat mengadakan

penyesuaian (Mubyarto, 1995).

Pada umumnya elastisitas harga atas penawaran hasil-hasil pertanian

lebih rendah daripada elastisitas harga atas penawaran hasil-hasil industri.

c) Es = ~

a) Es = 0

Q

P

O

b) Es = 1

Page 33: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxiii

Hal ini mudah dipahami bila diingat bahwa struktur pertanian adalah lebih

tegar daripada sektor industri. Menaikkan dan menurunkan hasil produksi

pertanian jauh lebih sukar daripada menaikkan atau menurunkan hasil-

hasil industri yang semuanya dibuat di pabrik dan tidak terikat langsung

pada faktor-faktor alam (Daniel, 2002).

Penawaran dalam jangka panjang cenderung lebih elastis atau

mudah berubah ketimbang penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah

dipahami karena dalam jangka pendek para produsen akan kesulitan

menambah atau mengurangi kuantitas produksinya. Dengan demikian,

kuantitas penawaran dalam jangka pendek tidak terlalu peka terhadap

perubahan harga (Mankiw, 2000).

Dalam banyak kegiatan, faktor yang mempengaruhi elastisitas

penawaran adalah :

a. Tersedianya faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal.

b. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam

mengubah kegiatan berproduksi (Soekartawi, 1993).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang

mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan karena kegunaan dan

manfaat yang dapat diperoleh dari komoditas ini, sehingga untuk tahun-tahun

terakhir ini produksi bawang merah terus mengalami peningkatan.

Peningkatan produksi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,

sehingga hal ini tentunya akan berpengaruh pula terhadap penawaran bawang

merah.

Penawaran didefinisikan sebagai kuantitas barang yang diinginkan dan

dapat ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga. Penawaran

mencerminkan hubungan langsung antara harga dan kuantitas (jumlah barang)

dimana hukum penawaran menyatakan bahwa apabila harga naik, produsen

menawarkan lebih banyak barang ke pasar.

Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan

antara produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga,

Page 34: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxiv

menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan

adalah tetap.

Konsep dasar dari fungsi penawaran suatu produk, dapat dinyatakan

dalam bentuk hubungan antara kuantitas yang ditawarkan (kuantitas

penawaran) dan sekumpulan variabel spesifik yang mempengaruhi penawaran

dari produk X itu. Dalam bentuk model matematik, konsep penawaran suatu

produk X dinotasikan sebagai berikut:

Qsx = f(Px, Pi, Pr, T, Pe, Nf, O)

Keterangan :

Qsx : kuantitas penawaran produk X

f : notasi fungsi yang berarti “fungsi dari”

Px : harga dari produk x

Pi : harga dari input yang digunakan untuk memproduksi produk X

Pr : harga dari produk lain (bukan X) yang berkaitan dalam produksi

T : tingkat teknologi yang tersedia

Pe : ekspektasi produsen akan harga produk X di masa mendatang

Nf : banyaknya produsen yang memproduksi produk sejenis

O : faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran produk X

Penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dapat diketahui

melalui dua pendekatan yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung.

Pendekatan langsung dapat dianalisis dengan pendekatan jumlah produksi

melalui beberapa variabel antara lain harga bawang merah pada tahun

sebelumnya, harga pupuk SP36, jumlah produksi bawang merah pada tahun

sebelumnya, harga bawang putih pada tahun sebelumnya, luas panen bawang

merah dan rata-rata curah hujan, sedangkan pendekatan tidak langsung ini

dapat dilakukan dengan analisis luas areal tanam. Dalam penelitian digunakan

pendekatan langsung yaitu melalui jumlah produksi dimana terdapat beberapa

variabel yang diduga mempengaruhi penawaran bawang merah. Dari beberapa

variabel tersebut maka dalam penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar akan diketahui besarnya elastisitas penawaran, baik elastisitas

Page 35: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxv

penawaran dalam jangka pendek maupun elastisitas penawaran dalam jangka

panjang.

Penggunaan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap

penawaran bawang merah pada penelitian ini yaitu:

1. Harga bawang merah pada tahun sebelumnya

Harga merupakan faktor yang cukup berbengaruh pada keputusan

petani untuk menanam bawang merah. Apabila harga bawang merah pada

tahun sebelumnya meningkat maka petani akan memproduksi bawang

merah pada tahun t sehingga jumlah penawaran bawang merah akan

meningkat. Harga barang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

harga barang terdeflasi. Harga barang terdeflasi merupakan harga barang

sebenarnya, dimana harga barang tersebut tidak terpengaruh oleh

perubahan harga ataupun nilai tukar uang yang terjadi. Untuk mengetahui

harga barang terdeflasi maka dilakukan pendeflasian dengan indeks harga

konsumen (IHK) kelompok barang umum sebagai deflator

2. Harga pupuk SP36 pada tahun t

Pupuk SP36 merupakan pupuk yang paling banyak digunakan dan

mempunyai manfaat yang paling besar dibandingkan pupuk-pupuk lain

yang digunakan dalam memproduksi bawang merah, karena pupuk SP36

berguna sebagai pertumbuhan dan pembesaran umbi bawang merah.

Apabila harga pupuk tersebut naik maka petani akan menurunkan

penggunaan pupuk tersebut, sehingga jumlah produksi bawang merah

akan menurun.

3. Jumlah produksi bawang merah pada tahun sebelumnya

Apabila jumlah produksi bawang merah pada tahun sebelumnya

meningkat maka akan mengakibatkan harga bawang merah pada tahun t

menurun, sehingga petani akan enggan memproduksi bawang merah. Hal

ini menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran bawang merah.

4. Harga bawang putih pada tahun sebelumnya

Tanaman bawang putih merupakan barang subsitusi atau tanaman

alternatif pengganti bagi petani apabila tidak menanam bawang merah. Hal

Page 36: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxvi

ini disebabkan karena tanaman bawang putih mempunyai syarat tumbuh

serta cara budidaya yang hampir sama dengan tanaman bawang merah.

Apabila harga bawang putih pada tahun sebelumnya meningkat maka

petani akan lebih memilih menanam bawang putih sehingga hal ini akan

mengakibatkan jumlah penawaran bawang merah akan menurun.

5. Luas areal panen bawang merah pada tahun t

Apabila luas areal panen bawang merah meningkat maka akan

meningkatkan jumlah penawaran bawang merah.

6. Rata-rata curah hujan pada tahun t

Curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan

tanaman bawang merah serta menentukan kualitas dan kuantitas bawang

merah. Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang tidak tahan air.

Apabila curah hujan menurun maka pertumbuhan tanaman bawang merah

akan optimal akan tetapi apabila curah hujan meningkat maka akan

menghambat pertumbuhan tanaman serta umbi bawang merah, sehingga

akan menyebabkan berkurangnya produksi bawang merah.

Untuk menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar yang menggambarkan tanggapan (respon)

petani bawang merah mengenai penawaran untuk harga dan variabel-variabel

yang lainnya, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Y

X bi Epd =

Keterangan :

Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek

bi : koefesien regresi variabel bebas ke-i

X : rata-rata variabel bebas ke-i

Y : rata-rata variabel tak bebas ke-i

Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang diperoleh dengan

membagi elastisitas (Eps) dengan koefisien penyesuaian (0<δ<1) yang

dirumuskan secara matematik:

Page 37: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxvii

dEpd

= Epj

Keterangan :

Epj : elastisitas jangka panjang

Epd : elastisitas jangka pendek

d : koefesien penyesuaian (0<d <1)

Dengan kriteria :

Ep > 1 : elastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang

mempengaruhi penawaran bawang merah sebesar 1 satuan akan

mengakibatkan perubahan penawaran bawang merah lebih besar

dari 1 satuan

Ep < 1 : inelastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang

mempengaruhi penawaran bawang merah sebesar 1 satuan akan

mengakibatkan perubahan penawaran bawang merah kurang dari

1 satuan

Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat tentang kerangka teori

pendekatan masalah analisis penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah

· Harga bawang merah tahun sebelumnya · Harga pupuk SP36 · Produksi bawang merah tahun sebelumnya · Harga bawang putih tahun sebelumnya · Luas panen bawang merah · Rata-rata curah hujan

Elastisistas penawaran

Jangka Panjang

Jangka Pendek

Tidak Langsung Langsung

Penawaran bawang merah

Pendekatan luas areal tanam dan produktivitas

bawang merah

Pendekatan jumlah produksi

Page 38: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxviii

D. Hipotesis

1. Diduga bahwa variabel harga bawang merah pada tahun sebelumnya,

harga pupuk SP36, jumlah produksi bawang merah pada tahun

sebelumnya, harga bawang putih pada tahun sebelumnya, luas panen

bawang merah dan rata-rata curah hujan berpengaruh nyata terhadap

jumlah penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

2. Diduga bahwa elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar untuk jangka pendek dan jangka panjang bersifat inelastis.

E. Asumsi

1. Produksi bawang merah dijual seluruhnya, sehingga jumlah produksi

diasumsikan sama dengan jumlah penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar.

2. Keadaan pasar dalam bentuk persaingan sempurna.

3. Keadaan daerah penelitian dalam keadaan normal, berarti serangan hama

atau bencana alam dianggap tidak berpengaruh terhadap besarnya produksi

bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini terbatas pada produksi bawang merah yang dihasilkan di

Kabupaten Karanganyar.

2. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah

produksi bawang merah, harga bawang merah, harga pupuk SP36, harga

bawang putih, luas panen bawang merah dan rata-rata jumlah curah hujan

di Kabupaten Karanganyar.

3. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan n = 15 tahun yaitu dari tahun 1993 – 2007.

G. Defenisi Operasional Variabel

1. Jumlah penawaran bawang merah (Qt) adalah jumlah produksi bawang

merah yang dihasilkan dari usahatani bawang merah di Kabupaten

Karanganyar yang ditawarkan pada tahun bersangkutan, dinyatakan dalam

satuan kuintal.

Page 39: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xxxix

2. Harga bawang merah tahun sebelumnya (Pt-1) adalah harga bawang merah

terdeflasi yang berlaku di Kabupaten Karanganyar pada tahun sebelumnya,

dinyatakan dengan satuan Rp/kg.

Untuk menghitung harga barang terdeflasi maka dilakukan

pendeflasian dengan indeks harga konsumen (IHK) kelompok barang

umum untuk mengurangi pengaruh nilai tukar uang dengan rumus :

Ps x IhktIhkd

Px =

Keterangan :

Px : Harga barang terdeflasi (Rp/kg)

Ihkd : indeks harga konsumen pada tahun dasar (2002=100)

Ihkt : Indeks harga konsumen pada tahun t

Ps : Harga barang sebelum terdeflasi (Rp/kg)

3. Harga pupuk SP36 tahun t (Pit) adalah harga pupuk SP36 terdeflasi yang

berlaku di Kabupaten Karanganyar pada tahun bersangkutan, dinyatakan

dengan satuan Rp/kg.

4. Produksi tahun sebelumnya (Qt-1) adalah jumlah produksi bawang merah

yang dihasilkan dari usahatani bawang merah dan ditawarkan di

Kabupaten Karanganyar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan

kuintal.

5. Harga bawang putih tahun sebelumnya (Pst-1) adalah harga bawang putih

terdeflasi yang berlaku di Kabupaten Karanganyar pada tahun sebelumnya,

dinyatakan dengan satuan Rp/kg.

6. Luas areal panen bawang merah tahun t (At) yaitu jumlah luas tanah yang

ditanami dan menghasilkan bawang merah pada tahun bersangkutan di

Kabupaten Karanganyar, dinyatakan dalam satuan hektar.

7. Rata-rata curah hujan tahun t (Rt) yaitu rata-rata curah hujan tahunan pada

tahun bersangkutan di Kabupaten Karanganyar. Diukur dengan merata-

rata curah hujan di Kabupaten Karanganyar selama satu tahun dan

dinyatakan dalam satuan mm/tahun.

Page 40: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xl

8. Elastisitas penawaran adalah perubahan besarnya penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar yang diakibatkan perubahan variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian.

9. Elastisitas penawaran jangka pendek adalah perubahan besarnya

penawaran bawang merah yang diakibatkan perubahan variabel bebas

dalam jangka pendek.

10. Elastisitas penawaran jangka panjang adalah perubahan besarnya

penawaran bawang merah yang diakibatkan perubahan variabel bebas

yang diakibatkan oleh koefisien penyesuaian.

Page 41: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xli

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,

yaitu penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada dengan cara

menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian

dianalisa.

Metode deskriptif memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipandang

sebagai ciri-ciri, sifat-sifat tersebut adalah :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, lalu dijelaskan dan kemudian

dianalisa (Surakhmad, 1998).

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu cara

pengambilan lokasi dengan sengaja karena alasan-alasan diketahuinya sifat-

sifat dari lokasi tersebut (Surakhmad, 1998). Dalam penelitian ini dipilih

Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten

Karanganyar merupakan salah satu daerah penghasil bawang merah di Jawa

Tengah dan merupakan daerah dataran tinggi yang potensial dan cocok untuk

ditanami bawang merah. Selain itu produksi bawang merah di Kabupaten

Karanganyar dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terus mengalami peningkatan

(dapat dilihat pada Tabel 2). Hal ini akan mengakibatkan jumlah penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar juga semakin meningkat. Sehingga

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar menarik untuk diteliti.

Pada tabel berikut ini akan disajikan data Kabupaten/Kota penghasil

bawang merah di Jawa Tengah yang mengalami peningkatan produksi bawang

merah dari tahun 2005 sampai 2007.

28

Page 42: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xlii

Tabel 6. Peningkatan Produksi Bawang Merah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2005–2007

Produksi (Kw)

Kabupaten/ Kota

2005 2006 2007 Kab. Brebes 1.839.048 1.792.278 2.020.581 Kab. Pati 37.637 54.098 65.325 Kab. Temanggung 6.136 17.765 22.609 Kab. Karanganyar 6.312 8.958 10.841 Kab. Sukoharjo 1.093 2.340 2.691 Kab. Pekalongan 758 1.159 2.408 Kab. Klaten 345 660 1.871 Kab. Magelang 674 497 1.319

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah

Tabel diatas merupakan data Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang

selama 3 tahun terakhir ini yaitu dari tahun 2005 sampai 2007 terus

mengalami peningkatan produksi bawang merah. Pada tabel diatas dapat

diketahui bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah

penghasil bawang merah di Jawa Tengah yang selama 3 tahun terakhir ini

terus mengalami peningkatan produksi bawang merah dengan produksi pada

tahun 2007 sebesar 10.841 kuintal. Selain itu dari tabel diatas juga dapat

diketahui bahwa daerah penghasil bawang merah di Jawa Tengah yang

memiliki produksi terbesar yaitu di Kabupaten Brebes dengan produksi pada

tahun 2007 sebesar 2.020.581 kuintal.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari petani di lapangan

serta petugas dari dinas-dinas terkait yang berhubungan dengan penelitian

dan data ini digunakan sebagai pendukung serta tambahan pengetahuan

peneliti dalam melakukan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

(time series) dengan n = 15 tahun yaitu dari tahun 1993 sampai dengan

tahun 2007 yang diperoleh dari instansi yang terkait yaitu Dinas Pertanian

Kabupaten Karanganyar, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Page 43: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xliii

Kabupaten Karanganyar dan Badan Pusat Statistik Kabupaten

Karanganyar serta intansi terkait lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pencatatan

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mancatat

data yang ada di berbagai instansi atau lembaga yang terkait dengan

penelitian ini.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara secara

langsung dengan sumber-sumber informan dari instansi maupun lembaga

yang terkait serta dari narasumber yang terkait dengan penelitian ini.

3. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan

secara langsung di daerah penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis penawaran bawang merah

Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda

pada fungsi penawaran dengan cara pendekatan produksi, secara

matematis dirumuskan :

Qt = b0 + b1 Pt-1 + b2 Pit + b3 Qt-1 + b4 Pst-1 + b5 At + b6 Rt + E

Keterangan :

Qt : Penawaran bawang merah pada tahun t (Kw)

b0 : Konstanta

b1-b6 : Nilai koefesien regresi dari masing-masing variabel

Pt-1 : Harga bawang merah pada tahun sebelumnya (Rp/Kg)

Pit : Harga pupuk SP36 pada tahun t (Rp/Kg)

Qt-1 : Produksi bawang merah pada tahun sebelumnya (Kw)

Pst-1 : Harga bawang putih pada tahun sebelumnya (Rp/Kg)

At : Luas panen bawang merah pada tahun t (Ha)

Rt : Rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/tahun)

Page 44: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xliv

E : Nilai kesalahan pengganggu

2. Pengujian model a. Uji R2

Untuk mengetahui ketepatan model digunakan nilai koefisien

R2, sedangkan untuk mengetahui sumbangan lebih dari dua variabel

bebas maka digunakan adjusted R2. Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel-variabel penduga terhadap penawaran bawang

merah, sekaligus menguji ketepatan model digunakan Adjusted R2.

Nilai Adjusted R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin

besar nilai Adjusted R2 semakin besar pula pengaruh variabel-variabel

penduga terhadap jumlah penawaran.

b. Uji F (uji secara bersama-sama)

Untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan

secara bersama-sama berpengaruh tehadap jumlah penawaran bawang

merah digunakan uji F dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan

rumus sebagai berikut :

)1/()R-(1 1)-(k / R

Fhit 2

2

-=

n

Keterangan :

R2 : koefesien determinasi

N : banyaknya sampel

K : jumlah koefesien yang ditaksir

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ 0 (paling tidak ada salah satu yang

tidak sama dengan nol)

Kriteria pengambilan keputusan :

i. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti

variabel secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap jumlah

penawaran bawang merah (Qt).

Page 45: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xlv

ii. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak berarti

semua variabel secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah penawaran bawang merah (Qt).

c. Uji t (uji secara individu)

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel penduga

terhadap jumlah penawaran bawang merah digunakan uji t dengan

rumus sebagai berikut :

Se(bi)bi

t =hitung

Keterangan :

bi : koefisien regresi variabel penduga ke-i

Se(bi) : standart error koefisien regresi ke-i

Dengan hipotesis :

Ho : bi = 0

H1 : bi ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

i. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti

variabel (Xi) berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran

ii. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak berarti

variabel (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap

jumlah penawaran bawang merah digunakan nilai standart koefesien

regresi parsial dari hasil analisis uji t.

3. Pengujian asumsi klasik

Untuk menguji keterandalan koefisien regresi yang dihasilkan dari

analisis maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya multikolinearitas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi.

· Uji Matrik Pearson Correlation dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya multikolinieritas. Matriks korelasi adalah hubungan antara

berbagai variabel bebas. Matriks korelasi menunjukkan seberapa besar

Page 46: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xlvi

hubungan antara setiap variabel bebas yang digunakan dalam model.

Bila nilai pada Matrik Pearson Correlation tidak ada satupun yang

lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas

tidak terjadi multikolinieritas.

· Uji Park digunakan untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas berhubungan dengan faktor-faktor pengganggu

yang dianggap intensitas gangguannya tetap yang tercermin pada

varian Y. Dalam keadaan homoskedastisitas varian dari masing-

masing Y sama, akan tetapi dalam keadaan heteroskedastisitas varian

masing-masing Y tidak sama. Deteksi dilakukan dengan 2 cara yaitu

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu y adalah

Y yang telah diprediksi dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya). Jika ada pola tertentu, setiap titik-titik (point-point)

yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

Dan bila hasil uji F, t dan koefisien determinasi (R2) tidak signifikan,

maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedatisitas

(Gujaratti,1995).

· Panduan mengenai angka D-W (Durbin Watson) untuk mendeteksi

autokorelasi bisa dilihat pada Tabel D-W. namun demikian secara

umum bisa diambil patokan :

Ø Angka D-W di bawah – 2, berarti ada autokorelasi positif.

Ø Angka D-W di antara - 2 sampai + 2, berarti tidak ada autokorelasi.

Ø Angka D-W di atas + 2, berarti ada autokorelasi negatif.

(Santoso, 2000).

4. Elastisitas penawaran bawang merah

Untuk menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar yang menggambarkan

tanggapan (respon) petani bawang merah mengenai penawaran untuk

harga dan variabel-variabel yang lainnya, dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Page 47: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xlvii

Y

X bi Epd =

Keterangan :

Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek

bi : koefesien regresi variabel bebas ke-i

X : rata-rata variabel bebas ke-i

Y : rata-rata variabel tak bebas

Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang diperoleh dengan

membagi elastisitas (Eps) dengan koefisien penyesuaian (0<δ<1) yang

dirumuskan secara matematik:

dEpd

= Epj

Keterangan :

Epj : elastisitas jangka panjang

Epd : elastisitas jangka pendek

d : koefesien penyesuaian (0<d <1)

Dengan kriteria :

Ep > 1 : elastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang

mempengaruhi penawaran bawang merah sebesar 1 satuan akan

mengakibatkan perubahan penawaran bawang merah lebih besar

dari 1 satuan

Ep < 1 : inelastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang

mempengaruhi penawaran bawang merah sebesar 1 satuan akan

mengakibatkan perubahan penawaran bawang merah kurang dari

1 satuan

Page 48: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xlviii

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Topografi Daerah Penelitian

Karanganyar adalah salah satu kabupaten di propinsi Jawa Tengah

yang terletak antara 110o 40” – 110o 70” Bujur Timur dan 7o 28” – 7o 46”

Lintang Selatan dengan ketinggian berkisar antara 80 meter – 2000 meter

diatas permukaan air laut dan ketinggian rata-rata 511 meter diatas

permukaan air laut serta beriklim tropis. Kabupaten Karanganyar

mempunyai luas wilayah 77.378,6374 ha yang terdiri dari 17 kecamatan

dengan 15 kelurahan dan 162 desa.

Secara administrasi Kabupaten Karanganyar dibatasi oleh daerah

yang lain yang disajikan sebagai berikut :

Sebelah utara

Sebelah timur

Sebelah selatan

Sebelah barat

:

:

:

:

Kabupaten Sragen

Propinsi Jawa Timur

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo

Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali

Keadaan topografi Kabupaten Karanganyar merupakan daerah datar

(kemiringan 0-3%) dan daratan pegunungan (kemiringan 15-45%). Daerah

dengan topografi datar terletak di sebelah barat yaitu Kecamatan

Colomadu, Gondangrejo, Jaten, Karangnyar, Kebakkramat, Tasikmadu,

sebagian Kecamatan Matesih, sebagian Kecamatan Karangpandan,

sebagian Kecamatan Mojogedang, dan sebagian Kecamatan Kerjo. Daerah

dengan topografi bergunung terletak di sebelah timur yaitu Kecamatan

Tawangmangu, Jumapolo, Jumantono, Jenawi, Jatipuro, Jatiyoso,

sebagian Kecamatan Matesih, sebagian Kecamatan Karangpandan,

sebagian Kecamatan Mojogedang, dan sebagian Kecamatan Kerjo.

Daerah dengan topografi datar merupakan daerah pertanian yang

sangat baik, terutama tanaman padi. Disamping tanaman padi juga cocok

dikeringkan sebagai tegal untuk ditanami sayur-sayuran dataran rendah

35

Page 49: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xlix

seperti tomat dan lombok, sedangkan untuk daerah dengan topografi

bergunung lebih cocok sebagai areal pertegalan dengan tanaman utamanya

adalah sayur-sayuran dataran tinggi sepert wortel, bawang, kobis dan

buncis.

Kabupaten Karanganyar mempunyai topografi yang bervariasi yaitu

dari dataran rendah sampai pegunungan dengan rata-rata ketinggian

wilayah berkisar antara 95 - 1200 mdpl, penggolongannya adalah sebagai

berikut :

· Ketinggian 0–100 mdpl meliputi Kecamatan Jaten dan Kebakkramat.

· Ketinggian 101–500 mdpl meliputi Kecamatan Jumapolo, Jumantono

Matesih, Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Colomadu, Kerjo,

Gondangrejo, dan Mojogedang.

· Ketinggian 501 – 1.000 mdpl meliputi Kecamatan Jatipuro, Jatiyoso,

Ngargoyoso, dan Jenawi.

· Ketinggian lebih dari 1.000 mdpl adalah Kecamatan Tawangmangu.

2. Keadaan tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Karanganyar adalah litosol

coklat kemerahan, kompleks andosol coklat kekuningan, litosol, mediteran

coklat, mediteran coklat tua, aluvial kelabu, grumosol kelabu, regosol

kelabu, asosiasi glumosol kelabu tua, mediteran coklat kemerahan,

asosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kekelabuan.

3. Keadaan Iklim

Iklim merupakan faktor yang penting dalam pengelolaan usahatani.

Keadaan iklim di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya curah hujan,

suhu, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim. Iklim

merupakan salah satu unsur fisik lingkungan yang menentukan macam

tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan di suatu wilayah.

Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang beriklim tropis

dengan temperatur 22°-31°C. Berdasar data dari enam stasiun pengukur

yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun

2007 adalah 78 hari dengan rata-rata curah hujan 1.817 mm, dimana curah

Page 50: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

l

hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juni

sampai bulan Oktober.

Kabupaten Karanganyar mempunyai iklim tropis dengan temperatur

22oC – 31oC. Berdasarkan dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten

Karanganyar, yaitu di Kecamatan Colomadu, Kecamatan Tasikmadu,

Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumantono, Kecamatan

Karangpandan dan Kecamatan Tawangmangu, banyaknya hari hujan

selama tahun 2007 adalah 78 hari dengan rata-rata curah hujan 1.817 mm,

dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada

bulan Juni sampai bulan Oktober. Keadaan iklim di Kabupaten

Karanganyar sangat cocok untuk penanaman hortikultura, khususnya

bawang merah.

B. Keadaan penduduk

1. Jumlah Penduduk

Pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu daerah

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti migrasi, mortalitas (kematian) dan

natalitas (kelahiran). Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah dan

kepadatan penduduk di Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-2007.

Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-2007

Tahun Luas Wilayah ( km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

2003 2004 2005 2006 2007

773,78 773,78 773,78 773,78 773,78

823.203 830.640 838.182 844.634 851.366

1.064 1.073 1.086 1.091 1.100

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Tabel di atas menunjukkan bahwa pertambahan penduduk

Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan dari tahun 2003-2007.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar,

jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar pada tahun 2007 adalah

851.366 jiwa yang terdiri dari 421.717 penduduk laki-laki dan 429.649

Page 51: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

li

penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 773,78 km2, maka kepadatan

penduduk geografis Kabupaten Karanganyar sebesar 1100 jiwa per km2,

yang berarti bahwa setiap 1 km2 luas wilayah ditempati oleh 1100 jiwa.

Kepadatan penduduk geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan

tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah.

2. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan berfungsi untuk menyiapkan salah satu faktor produksi

dalam suatu proses produksi dimana faktor produksi tersebut adalah

tenaga kerja. Pendidikan juga merupakan salah satu investasi di bidang

sumber daya manusia. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan

dapat digunakan untuk mengetahui kualitas dari sumber daya manusia

yang ada di suatu wilayah.

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan

dalam sebuah proses produksi dan terkait dengan pengambilan keputusan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kecepatan penduduk dalam

mengadopsi dan menerapkan hal-hal baru akan semakin cepat pula.

Penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan dapat bekerja

dengan produktifitas yang tinggi pula.

Berdasarkan data dari Kabupaten Karanganyar Dalam Angka tahun

2008, keadaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Karanganyar

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Penduduk Menurut Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Karanganyar No Jenis Pendidikan

S (jiwa) (%) 1. Tamat D III, S1, S2, S3 26.584 3,40 2. Tamat SLTA, D I, D II 112.615 14,39 3. Tamat SLTP/MTs 140.286 17,93 4. Tamat SD/MI 298.241 38,12 5. Tidak Tamat SD/MI 61.269 7,83 6 Belum Tamat SD/MI 81.865 10,46 7 Tidak/belum pernah sekolah 61.540 7,87

Jumlah 782.400 100

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Page 52: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lii

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar adalah tamat Sekolah

Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yaitu sebanyak 38,12 %. Hal ini

disebabkan karena faktor biaya yang semakin tinggi seiring dengan

tingginya jenjang pendidikan sehingga penduduk enggan untuk

menyekolahkan anaknya pada pendidikan dengan jenjang yang lebih

tinggi. Sebagian penduduk lebih menyukai anak nya langsung bekerja

setelah lulus sekolah dasar. Selain itu faktor kesadaran akan arti

pentingnya pendidikan juga turut berpengaruh pada jenjang pendidikan

yang ditempuh oleh penduduk. Ketersediaan sarana pendidikan di suatu

daerah juga memberikan pengaruh terhadap tingkat pendidikan yang

ditempuh oleh penduduk daerah setempat. Tempat yang jauh menjadi

salah satu kendala yang dapat menghambat penduduk untuk mendapatkan

pendidikan yang lebih lebih tinggi.

3. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Penggolongan penduduk menurut umur dapat digunakan sebagai

dasar untuk mengetahui jumlah penduduk yang memiliki umur produktif

dan tidak produktif. Dalam penggolongan ini penduduk digolongkan men-

jadi tiga golongan umur yaitu golongan umur 0-14 tahun, 15-64 tahun dan

lebih dari atau sama dengan 65 tahun. Penduduk dikatakan produktif jika

berumur antara 15-64 tahun sedangkan penduduk dikatakan tidak produk-

tif jika berumur 0-14 tahun dan lebih dari atau sama dengan 65 tahun.

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang ada di

Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada berikut.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Jenis Kelamin Kelompok Umur (th) Laki-laki Perempuan

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

0 -14 111.867 104.796 216.663 25,45 15 - 64 283.165 273.011 556.176 65,32

> 65 26.715 51.842 78.557 9,23 Jumlah 421.747 429.649 851.396 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Page 53: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

liii

Sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar berumur 15-64

tahun yaitu sebanyak 556.176 jiwa atau 65,32 %. Keadaan ini merupakan

potensi sumber daya manusia yang cukup bagus untuk pembangunan

wilayah di Kabupaten Karanganyar. Tingginya prosentase penduduk usia

produktif menunjukkan ketersediaan tenaga kerja terutama yang terkait

dengan sektor pertanian dan hal ini akan dapat mendukung keberhasilan

usahatani di daerah tersebut. Penduduk usia produktif mempunyai

kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk meningkatkan pengetahuan

dan ketrampilan dalam pengelolaan usahatani yang lebih baik sehingga

dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan yang tinggi bagi diri

dan keluarganya. Penduduk yang berada di bawah umur produktif

sebanyak 216.663 jiwa atau 25,45 % dan yang berada di atas umur

produktif sebanyak 78.557 jiwa atau 9,23 % dari keseluruhan penduduk

yang ada di Kabupaten Karanganyar.

Angka Beban Tanggungan Kabupaten Karanganyar adalah sebagai

berikut :

ABT = Jumlah penduduk usia non produktif x 100 %

Jumlah penduduk usia produktif

ABT = 216.663+ 78.557 x 100 % = 53,08 % 556.176

Dari hasil perhitungan tersebut di atas diperoleh nilai Angka Beban

Tanggungan di Kabupaten Karanganyar sebesar 53,08 % yang berarti

setiap 100 orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penggolongan penduduk menurut mata pencaharian dapat diguna-

kan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi penduduk di suatu wilayah.

Penggolongan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Page 54: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

liv

Tabel 10. Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Karanganyar No. Mata Pencaharian S (orang) %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Petani sendiri Buruh tani Nelayan Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain

133.616 89.037

- 8.985

104.204 49.099 44.314 6.546

20.013 9.593

245.706

18,79 12,52

- 1,26

14,65 6,90 6,23 0,94 2,81 1,35

34,55 Jumlah 711.113 100

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk

Kabupaten Karanganyar sebagian besar masuk dalam kategori pekerjaan

lain-lain yang meliputi karyawan swasta, jasa, dan sebagainya yaitu

sejumlah 245.706 orang atau 34,55 %. Penduduk yang bermata

pencaharian sebagai petani menempati urutan kedua yaitu sebanyak

133.616 orang atau 18,79 % sedangkan yang bermatapencaharian sebagai

pedagang yaitu sebanyak 44.314 orang atau 6,23 %.

C. Keadaan Pertanian

1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan

Luas lahan di Kabupaten Karanganyar seluas 77.377,64 hektar yang

terdiri dari lahan sawah 22.478,56 hektar dan lahan kering 54.899,08

hektar, sehingga 70,49 % dari lahan yang ada di Kabupaten Karanganyar

adalah berupa lahan kering. Lahan sawah terdiri dari sawah dengan irigasi

teknis,non teknis dan sawah tidak beririgasi. Penggunaan lahan di

Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada table berikut ini.

Page 55: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lv

Tabel 11. Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Kabupaten Karanganyar Tata Guna Lahan Luas (Ha) %

1. Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Non Teknis c. Irigasi Sederhana

22.478,56 12.931,28 7.588,28

1.959,00

29,51 57,53 33,76

8,71 2. Lahan Kering

a. Pekarangan/Bangunan b. Tegalan/Kebun c. Hutan Negara d. Perkebunan e. Padang Gembala f. Tambak g. Lain-lain

54.899,08 21.140,00 17.891,72 9.729,50

3.251,51 219,67 25,53

2.641,14

70,49 38,51 32,59 17,72 5,92 0,40 0,05 4,81

Jumlah 77.377,64 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

2. Produk Pertanian

Kabupaten Karanganyar memiliki lahan pertanian yang cukup luas

dan pertanian juga merupakan salah satu semboyan dari kabupaten

tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertanian merupakan sektor

yang cukup penting di Kabupaten Karanganyar karena penduduk

Karanganyar masih mengandalkannya sebagai sumber mata

pencahariannya.

Jenis tanaman yang diusahakan di suatu daerah dipengaruhi oleh

faktor alam seperti keadaan tanah, iklim, dan ketinggian tempat, sehingga

jenis tanaman yang diusahakan oleh suatu daerah berbeda-beda dengan

daerah lainnya. Untuk mengetahui luas panen, produksi dan produktivitas

dari tanaman hortikultura Kabupaten Karanganyar dapat diketahui pada

tabel berikut ini.

Page 56: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lvi

Tabel 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayur Sayuran di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

No Jenis Tanaman Luas Panen (ha)

Produksi (Kw)

Produktivitas (Kw/ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bawang merah Bawang putih Kubis Sawi Wortel Cabe Buncis Tomat Terong

184 102 63

306 562 118 231 66 44

16.302 14.994 10.938 20.034 98.635 2.604 7.366 2.779 1.715

88,6 147

173,6 65,5

175,5 22,1 31,9 42,1 39,0

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas luas panen komoditi sayur-sayuran di

Kabupaten Karanganyar yang terbesar adalah wortel seluas 562 hektar

dengan produksi sebesar 98.635 kwintal sehingga produktivitas komoditi

wortel adalah sebesar 175,5 kwintal per hektar. Sedangkan, luas panen

terkecil adalah terong seluas 44 hektar dengan hasil produksi sebesar

1.715 kwintal sehingga produktivitas terong sebesar 39 kwintal per hektar.

Produksi sayur-sayuran di Kabupaten Karanganyar relatif banyak karena

sebagian daerah Kabupaten Karanganyar merupakan pegunungan yang

cocok ditanami sayuran. Dengan demikian, berbagai macam sayuran dapat

diusahakan di Kabupaten Karanganyar.

D. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dari

ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan perekonomian

itu sendiri. Terutama terkait dengan masalah distribusi produk-produk

pertanian dari produsen ke konsumen. Selain itu lembaga perkreditan juga

memberikan dukungan yang besar terhadap perkembangan perekonomian di

wilayah tersebut. Mengingat keragaman produksi yang ada di Kabupaten

Karanganyar maka dapat diketahui bahwa Kabupaten Karanganyar memiliki

sarana-sarana yang menunjang kegiatan perekonomian.

Page 57: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lvii

Tabel 13. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar dan Tahun 2007

No. Jenis Sarana Perekonomian Kabupaten Karanganyar 1. 2. 3. 4.

Pasar Toko/kios/warung KUD/BUUD Koperasi Simpan Pinjam/USP

52 9.807

17 910

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2007

Kabupaten Karanganyar memiliki sarana untuk mendistribusikan hasil-

hasil pertaniannya yaitu pasar. Terdapat 50 buah pasar yang ada di Kabupaten

Karanganyar. Selain itu untuk bisa memperlancar distribusi dari produk

pertanian maka terdapat 9.807 buah toko atau kios atau warung. KUD maupun

BUUD serta KSP merupakan sarana yang dapat mendukung permodalan

dalam perekonomian dan juga terdapat 17 KUD atau BUUD di Kabupaten

Karanganyar dan 783 KSP atau USP.

Page 58: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lviii

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Penanaman Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar

Bawang merah merupakan tanaman sayur-sayuran yang dapat

dibudidayakan baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Salah satu

daerah dataran tinggi yang potensial untuk ditanami bawang merah yaitu di

Kabupaten Karanganyar yang merupakan daerah dataran tinggi yang

mempunyai ketinggian rata-rata 511 meter diatas permukaan laut dengan

topografi bergelombang atau pegunungan, dimana daerah dengan topografi

seperti ini cocok untuk dibudidayakan tanaman komoditas sayur-sayuran.

Bawang merah merupakan tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap

hujan, sehingga budidaya bawang merah banyak ditanam pada musim

kemarau. Varietas bawang merah yang diusahakan di Kabupaten Karanganyar

ada 2 macam, yaitu bawang merah varietas Tawangmangu dan varietas

Brebes. Masa tanam untuk bawang merah ini baik Tawangmangu dan varietas

Brebes adalah bulan akhir bulan Februari dan awal bulan Mei, karena pada

bulan ini merupakan bulan-bulan dimana telah memasuki musim kemarau.

Jenis pupuk yang sering digunakan petani dalam penanaman bawang merah di

Kabupaten Karanganyar yaitu pupuk SP36 dan pupuk urea. Untuk pupuk

SP36, dosis yang digunakan sebesar 200 kg per hektar dan untuk pupuk urea

sebesar 150 kg per hektar. Penggunaan pupuk urea disini memang lebih

sedikit daripada penggunaan pupuk SP36, hal ini dikarenakan pupuk urea

hanya digunakan untuk memacu pertumbuhan saja, sedangkan pupuk SP36

merupakan pupuk dasar yang mendorong pertumbuhan akar dan pembentukan

umbi, sehingga digunakan lebih banyak daripada penggunaan pupuk urea.

Dari pertimbangan tersebut datas, maka dalam penelitian ini variabel yang

digunakan sebagai variabel input dalam penawaran bawang merah di

Kabupaten Karanganyar yaitu variabel harga pupuk SP36.

Dalam beberapa tahun terakhir ini produksi bawang merah di Kabupaten

Karanganyar mengalami peningkatan. Peningkatan produksi ini disebabkan

45

Page 59: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lix

karena peningkatan produktivitas bawang merah dimana walaupun luas areal

tanam bawang merah semakin berkurang tetapi produksi bawang merah terus

meningkat. Hal ini disebabkan karena petani sudah dapat memahami

bagaimana cara membudidayakan bawang merah yang efektif di dalam

penggunaan faktor-faktor produksi, baik dengan menggunakan bibit yang

mempunyai produksi tinggi, penggunaan pupuk yang efisien serta waktu

tanam yang tepat dalam membudidayakan tanaman bawang merah. Selain itu

juga tingginya harapan petani akan meningkatnya permintaan bawang merah

oleh masyarakat karena komoditas bawang merah banyak dikonsumsi setiap

hari sehingga walaupun dipergunakan dalam jumlah yang kecil tetapi apabila

dibutuhkan oleh setiap rumah tangga maka kebutuhan bawang merah akan

meningkat. Hal ini menyebabkan petani berusaha untuk meningkatkan

produksi bawang merah sehingga penawaran bawang merah juga meningkat.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Harga Bawang Merah Tahun Sebelumnya

Tingkat harga bawang merah di Kabupaten Karanganyar yang

diterima petani merupakan harga yang sudah dideflasikan dengan tujuan

untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Di dalam pendeflasian tersebut

digunakan indeks harga konsumen dengan tahun dasar 2002 (2002=100).

Harga bawang merah rata-rata setelah terdeflasi di Kabupaten

Karanganyar yaitu sebesar Rp 5.430,40 per kilogram. Perkembangan harga

bawang merah pada tahun 1992–2007 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 60: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lx

Tabel 14. Perkembangan Harga Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992–2007

Tahun Harga bawang merah sebelum terdeflasi

(Rp/kg)

IHK 2002=100

Harga bawang merah setelah terdeflasi

(Rp/kg) 1992 1.057,91 26,36 4.009,48 1993 1.590,40 29,05 5.470,98 1994 1.178,08 32,00 3.687,39 1995 1.983,00 35,21 5.631,72 1996 2.311,00 36,78 6.285,92 1997 2.491,60 40,86 3.654,42 1998 6.404,00 76,61 8.389,24 1999 4.995,00 81,77 6.093,90 2000 5.431,00 90,50 5.974,10 2001 5.501,00 95,90 5.721,04 2002 6.300,00 100,00 6.300,00 2003 5.495,83 113,87 4.836,33 2004 5.722,00 117,44 4.863,70 2005 7.364,58 133,60 5.523,44 2006 8.283,33 142,17 5.798,33 2007 6.833,00 147,98 4.646,44

Jumlah 72.941,73 1.300,10 86.886,43

Rata-rata 4.558,86 81,26 5.430,40

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui harga bawang merah

di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992 – 2007 berkisar antara Rp

3.654,42 – Rp 8.389,24 per kilogramnya. Perkembangan harga bawang

merah dari tahun ke tahun cenderung naik turun, karena disaat mengalami

kenaikan harga pada tahun tertentu maka akan mengalami penurunan

harga pada tahun berikutnya. Harga bawang merah terdeflasi terendah

pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp 3.654,42 per kilogram sedangkan harga

bawang merah terdeflasi tertinggi pada tahun 1998 yaitu sebesar Rp

8.389,24 per kilogram.

Perkembangan harga bawang merah pada tahun 1992 – 2007

disajikan dalam gambar berikut:

Page 61: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxi

Harga Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar

0

2000

4000

6000

8000

10000

1992 1995 1998 2001 2004 2007TAHUN

Har

ga (

Rp/

kg)

harga bawang merah sebelum terdeflasi

harga bawang merah setelah terdeflasi

Gambar 5. Perkembangan Harga Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992–2007

Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan harga bawang

merah di Kabupaten Karanganyar sebelum dan setelah terdeflasi. Harga

bawang merah di Kabupaten Karanganyar selama 15 tahun cenderung

mengalami peningkatan. Pada tahun 1992 – 2007, harga bawang merah di

Kabupaten Karanganyar sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 1.057,91 –

Rp 8.283,33 per kilogram. Sedangkan harga bawang merah setelah

terdeflasi berkisar antara Rp 3.654,42 – Rp 8.389,24 per kilogram.

Perkembangan harga bawang merah sebelum dan setelah terdeflasi dari

tahun ke tahun cenderung berfluktuasi.

2. Harga Pupuk SP36 Tahun t

Pupuk SP36 merupakan salah satu input dalam budidaya bawang

merah. Pemilihan pupuk SP36 sebagai barang input yang digunakan dalam

penelitian ini terkait bahwa pupuk SP36 berpengaruh pada pertumbuhan

umbi bawang merah. Sehingga perubahan harga pupuk SP36 ini akan

mempengaruhi produksi bawang merah yang kemudian akan

mempengaruhi penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

Harga pupuk SP36 rata-rata setelah terdeflasi yaitu sebesar Rp 1.283,21

per kilogram. Perkembangan harga pupuk SP36 pada tahun 1992 – 2007

dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 62: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxii

Tabel 15. Perkembangan Harga Pupuk SP36 di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992–2007

Tahun Harga SP36 sebelum terdeflasi(Rp/kg)

IHK 2002=100

Harga SP36 setelah terdeflasi (Rp/kg)

1992 286,05 26,36 1.084,13 1993 317,00 29,05 1.090,48 1994 358,66 32,00 1.122,61 1995 480,00 35,21 1.363,20 1996 557,80 36,78 1.517,22 1997 609,00 40,86 1.492,05 1998 639,00 76,61 837,09 1999 1.068,00 81,77 1.302,96 2000 1.514,00 90,50 1.665,40 2001 1.550,00 95,90 1.612,00 2002 1.802,10 100,00 1.802,10 2003 1.402,08 113,87 1.233,83 2004 1.450,00 117,44 1.232,50 2005 1.402,08 133,60 1.051,56 2006 1.528,95 142,17 1.070,27 2007 1.550,00 147,98 1.054,00

Jumlah 16.514,72 1.300,10 20.531,40

Rata-rata 1.032,17 81,26 1.283,21

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui harga pupuk SP36 di

Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992 – 2007 berkisar antara Rp

837,09 – Rp 1.802,10 per kilogramnya. Perkembangan harga pupuk SP36

dari tahun ke tahun juga cenderung naik turun, karena disaat mengalami

kenaikan harga pada tahun tertentu maka akan mengalami penurunan

harga pada tahun berikutnya. Harga pupuk SP36 terdeflasi terendah pada

tahun 1998 yaitu sebesar Rp 837,09 per kilogram sedangkan harga pupuk

SP36 terdeflasi tertinggi pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 1.802,10 per

kilogram.

Adapun perkembangan harga pupuk SP36 pada tahun 1992 – 2007

dapat disajikan dalam gambar berikut :

Page 63: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxiii

Harga Pupuk SP36 di Kabupaten Karanganyar

0

500

1000

1500

2000

1992 1995 1998 2001 2004 2007

TAHUN

Har

ga (

Rp/

kg)

harga pupuk SP36 sebelum terdeflasi

harga pupuk SP36 setelah terdeflasi

Gambar 6. Perkembangan Harga Pupuk SP36 di Kabupaten Karanganyar

pada tahun 1992–2007

Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan harga pupuk

SP36 di Kabupaten Karanganyar sebelum dan setelah terdeflasi. Harga

pupuk SP36 di Kabupaten Karanganyar selama 15 tahun cenderung

mengalami fluktuasi. Pada tahun 1992 – 2007, harga pupuk SP36 di

Kabupaten Karanganyar sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 286,05 – Rp

1.802,10 per kilogram. Sedangkan harga pupuk SP36 setelah terdeflasi

berkisar antara Rp 837,09 – Rp 1.802,10 per kilogram.

3. Produksi Bawang Merah Tahun Sebelumnya

Penawaran bawang merah dihitung dengan pendekatan jumlah

produksi. Rata-rata produksi bawang merah di Kabupaten Karanganyar

sebesar 1.8731,31 kuintal per tahun. Perkembangan produksi bawang

merah pada tahun 1992 – 2007 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 64: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxiv

Tabel 16. Produksi Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992–2007

Tahun Produksi Bawang Merah (Kw)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

1992 28.454 396 71,85 1993 24.835 164 82,71 1994 37.224 437 85,18 1995 30.025 391 76,79 1996 26.904 281 95,74 1997 18.319 216 84,81 1998 23.141 270 85,71 1999 29.485 307 63,46 2000 17.981 229 78,52 2001 16.428 236 69,61 2002 11.714 127 92,24 2003 17.656 294 60,08 2004 4.953 125 39,62 2005 6.321 90 70,23 2006 8.959 134 66,86 2007 16.302 184 88,60

Jumlah 299.701 3.981 1.212,01 Rata-rata 18.731,31 248,81 75,75

Sumber : BPS serta Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui jumlah produksi

bawang merah di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992 – 2007

berkisar antara 4.953 kuintal – 37.224 kuintal per tahunnya.

Perkembangan jumlah produksi bawang merah dari tahun ke tahun

cenderung mengalami penurunan. Jumlah produksi bawang merah

terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar 4.953 kuintal sedangkan jumlah

produksi bawang merah tertinggi pada tahun 1994 yaitu sebesar 37.224

kuintal.

Perkembangan jumlah produksi bawang merah pada tahun 1992 –

2007 dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 65: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxv

Produksi Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar

0

8000

16000

24000

32000

40000

1992 1995 1998 2001 2004 2007

TAHUN

Jum

lah

(K

w)

Gambar 7. Perkembangan Jumlah Produksi Bawang merah di Kabupaten

Karanganyar pada tahun 1992–2007

Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan jumlah produksi

bawang merah di Kabupaten Karanganyar sebelum dan setelah terdeflasi.

jumlah produksi bawang merah di Kabupaten Karanganyar selama 15

tahun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1992 – 2007, produksi

bawang merah di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 4.953 kuintal –

37.224 kuintal per tahunnya.

4. Harga Bawang Putih Tahun Sebelumnya

Bawang putih merupakan tanaman substitusi dalam budidaya

bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan bawang putih

sebagai barang substitusi yang digunakan dalam penelitian ini terkait

dengan syarat tumbuh dan cara budidaya yang hampir sama dengan

tanaman bawang merah. Harga bawang putih rata-rata setelah terdeflasi

yaitu sebesar Rp 9.272,59 per kilogram. Perkembangan harga bawang

putih pada tahun 1992 – 2007 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 66: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxvi

Tabel 17. Perkembangan Harga Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992–2007

Tahun Harga bawang putih sebelum terdeflasi

(Rp/kg)

IHK 2002=100

Harga bawang putih setelah terdeflasi

(Rp/kg) 1992 3.370,83 26,36 12.775,45 1993 5.116,66 29,05 17.601,31 1994 6.045,83 32,00 18.923,45 1995 6.330,00 35,21 17.977,20 1996 3.394,00 36,78 10.591,68 1997 5.750,00 40,86 14.087,50 1998 6.347,00 76,61 8.314,57 1999 4.872,00 81,77 5.943,84 2000 4.419,00 90,50 4.860,90 2001 5.919,00 95,90 6.155,76 2002 5.800,00 100,00 5.800,00 2003 4.237,00 113,87 3.728,56 2004 7.846,00 117,44 6.669,10 2005 6.072,00 133,60 4.554,00 2006 8.158,00 142,17 5.710,60 2007 6.864,00 147,98 4.667,52

Jumlah 90.541,32 1.300,10 148.361,44

Rata-rata 5.658,83 81,26 9.272,59

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui harga bawang putih

di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992 – 2007 berkisar antara Rp

3.728,56 – Rp 18.923,45 per kilogramnya. Perkembangan harga bawang

putih dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Harga bawang

putih terdeflasi terendah pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp 3.728,56 per

kilogram sedangkan harga bawang putih terdeflasi tertinggi pada tahun

1994 yaitu sebesar Rp 18.923,45 per kilogram.

Perkembangan harga bawang putih pada tahun 1992 – 2007

disajikan dalam gambar berikut ini.

Page 67: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxvii

Harga Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar

0

4000

8000

12000

16000

20000

1992 1995 1998 2001 2004 2007

TAHUN

Har

ga (

Rp

/kg)

harga baw ang putih sebelum terdeflasiharga baw ang putih setelah terdeflasi

Gambar 8. Perkembangan Harga Bawang putih di Kabupaten Karanganyar

pada tahun 1992–2007

Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan harga bawang

putih di Kabupaten Karanganyar sebelum dan setelah terdeflasi. harga

bawang putih di Kabupaten Karanganyar selama 15 tahun cenderung

mengalami fluktuasi. Pada tahun 1992 – 2007, harga bawang putih di

Kabupaten Karanganyar sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 3.370,83 –

Rp 8.158,00 per kilogram. Sedangkan harga bawang putih setelah

terdeflasi berkisar antara Rp 3.728,56 – Rp 18.923,45 per kilogram.

5. Luas Panen Bawang Merah Tahun t

Budidaya bawang merah di Kabupaten Karanganyar mempunyai

luas rata-rata sebesar 248,81 hektar per tahun. Perkembangan luas panen

bawang merah pada tahun 1992 – 2007 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 68: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxviii

Tabel 18. Luas Panen Bawang merah di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992–2007

Tahun Luas Panen

(Ha)

1992 396 1993 164 1994 437 1995 391 1996 281 1997 216 1998 270 1999 307 2000 229 2001 236 2002 127 2003 294 2004 125 2005 90 2006 134 2007 184

Jumlah 3.981 Rata-rata 248,81

Sumber : BPS serta Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui luas areal panen

bawang merah di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992 – 2007

berkisar antara 90 hektar – 437 hektar per tahunnya. Luas areal panen

bawang merah terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar 90 hektar

sedangkan luas areal panen bawang merah tertinggi pada tahun 1994 yaitu

sebesar 437 hektar.

Perkembangan luas panen bawang merah pada tahun 1992 – 2007

dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 69: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxix

Luas Panen Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar

0

90

180

270

360

450

1992 1995 1998 2001 2004 2007

TAHUN

Lu

as T

anam

(H

a)

Gambar 9. Perkembangan Luas Panen Bawang merah di Kabupaten

Karanganyar pada tahun 1992–2007

Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan luas areal panen

bawang merah di Kabupaten Karanganyar sebelum dan setelah terdeflasi.

harga bawang putih di Kabupaten Karanganyar selama 15 tahun cenderung

mengalami penurunan. Perkembangan luas areal panen bawang merah dari

tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1992 – 2007,

luas panen bawang merah di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 90

hektar – 437 hektar per tahunnya.

6. Rata-rata Curah Hujan Tahun t

Kabupaten Karanganyar mempunyai curah hujan rata-rata sebesar

2.446,75 mm per tahun. Perkembangan curah hujan pada tahun 1992–2007

dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 70: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxx

Tabel 19. Curah Hujan di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992–2007

Tahun Rata-rata Curah Hujan

(mm/th)

1992 2.967 1993 2.593 1994 2.270 1995 2.381 1996 2.508 1997 2.158 1998 2.219 1999 2.216 2000 2.101 2001 2.371 2002 1.151 2003 1.855 2004 6.017 2005 2.293 2006 1.817 2007 2.231

Jumlah 39.148

Rata-rata 2.446,75

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui curah hujan rata-rata

per tahun di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992 – 2007 berkisar

antara 1.151 mm – 6.017 mm per tahunnya. Perkembangan curah hujan

rata-rata di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun cenderung stabil

atau tidak berubah. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Karanganyar

terendah pada tahun 2002 yaitu sebesar 1.151 mm per tahun sedangkan

curah hujan rata-rata tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar 6.017 mm per

tahun.

Perkembangan curah hujan rata-rata per tahun pada tahun 1992 –

2007 di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dari gambar berikut :

Page 71: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxi

Curah Hujan di Kabupaten Karanganyar

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1992 1995 1998 2001 2004 2007TAHUN

Cu

rah

Hu

jan

(m

m/t

hn

)

Gambar 10. Perkembangan Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten

Karanganyar pada tahun 1992–2007

Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan curah hujan rata-

rata per tahun di Kabupaten Karanganyar sebelum dan setelah terdeflasi.

curah hujan rata-rata per tahun di Kabupaten Karanganyar selama 15 tahun

cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 1992 – 2007, curah hujan rata-

rata di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 1.151 mm – 6.017 mm per

tahunnya.

C. Analisis Regresi Penawaran Bawang merah

Penelitian tentang analisis penawaran bawang merah dapat didekati

dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak

langsung. Dalam penelitian ini dipakai pendekatan langsung yaitu dengan

produksi sebagai variabel tidak bebasnya untuk mengetahui jumlah penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dengan

menggunakan data time series selama kurun waktu 15 tahun, yaitu dari tahun

1993 sampai dengan 2007. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini dapat dilihat pada berikut ini.

Page 72: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxii

Tabel 20. Rekapitulasi Variabel Yang Digunakan Dalam Penelitian

Tahun Qt Pt –1 Pit Qt-1 Pst-1 At Rt 1993 24835 4009,48 1090,48 28454 12775,45 164 2593 1994 37224 5470,98 1122,61 24835 17601,31 437 2270 1995 30025 3687,39 1363,20 37224 18923,45 391 2381 1996 26904 5631,72 1517,22 30025 17977,20 281 2508 1997 18319 6285,92 1492,05 26904 10591,68 216 2158 1998 23141 3654,42 837,09 18319 14087,50 270 2219 1999 29485 8389,24 1302,96 23141 8314,57 307 2216 2000 17981 6093,90 1665,40 29485 5943,84 229 2101 2001 16428 5974,10 1612,00 17981 4860,90 236 2371 2002 11714 5721,04 1802,10 16428 6155,76 127 1151 2003 17656 6300,00 1233,83 11714 5800,00 294 1855 2004 4953 4836,33 1232,50 17656 3728,56 125 6017 2005 6321 4863,70 1051,56 4953 6669,10 90 2293 2006 8959 5523,44 1070,27 6321 4554,00 134 1817 2007 16302 5798,33 1054,00 8959 5710,60 184 2231

Sumber: Diolah dari Lampiran 1 Skripsi

Keterangan :

Qt : jumlah penawaran bawang merah

Pt-1 : harga bawang merah tahun sebelumnya

Pit : harga pupuk SP36 tahun t

Q t-1 : produksi bawang merah tahun sebelumnya

Ps t-1 : harga bawang putih tahun sebelumnya

At : luas areal panen bawang merah tahun t

Rt : rata-rata curah hujan tahun t

Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda

pada fungsi penawaran dengan cara pendekatan produksi. Dalam analisis

regresi ini digunakan uji model untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tak bebas dan uji asumsi klasik. Kedua uji yang digunakan

dapat dilihat di bawah ini :

1. Uji R2

Untuk mengetahui ketepatan model digunakan nilai koefisien R2.

Sedangkan untuk mengetahui sumbangan lebih dari dua variabel bebas

maka digunakan adjusted R2. Dari hasil analisis diperoleh nilai R2

(Koefesien korelasi) sebesar 0,94 dan adjusted R2 sebesar 0,90.

Page 73: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxiii

Berdasarkan nilai R2 sebesar 0,94 mendekati 1 sehingga model tersebut

tepat untuk digunakan (goodness of fit)

Sedangkan dilihat dari nilai adjusted R2 dapat dikatakan bahwa 90%

variasi penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu

harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t,

produksi bawang merah tahun sebelumnya, harga bawang putih tahun

sebelumnya, luas areal panen bawang merah tahun t, serta rata-rata curah

hujan tahun t, sedangkan sisanya sebesar 10 % dapat dijelaskan oleh faktor

lain di luar model.

2. Uji F

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar secara bersama-

sama, maka dilakukan uji F. Hasil analisis dengan uji F dapat dilihat pada

tabel dibawah:

Tabel 21. Analisis Varian Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Bawang merah di Kabupaten Karanganyar

Model Jumlah Kuadrat df Kuadrat rata-rata

F hitung

F tabel

Regresi 1135813115,905 6 189302185,984 Residu 68805404,495 8 Total 1204618520,400 14

8600675,562 22,010 3,58

Sumber : Diolah dari Lampiran 2 Skripsi

Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa

nilai F hitung sebesar 22,010, sedangkan untuk nilai F tabel yang

digunakan yaitu sebesar 3,58, sehingga dapat diketahui bahwa nilai F

hitung lebih besar dari nilai F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-

variabel yang diamati yaitu harga bawang merah tahun sebelumnya, harga

pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun sebelumnya, harga

bawang putih tahun sebelumnya, luas areal panen bawang merah tahun t,

serta rata-rata curah hujan tahun t secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar pada

tingkat kepercayaan 95%.

Page 74: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxiv

3. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel yang

berpengaruh terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar dapat digunakan Uji t. Hasil analisis dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 22. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Penawaran Bawang merah di Kabupaten Karanganyar

Model Koefisien Regresi

t hitung

t tabel

Konstanta 4085,135 0,514

Harga bawang merah tahun sebelumnya 2,036 2,187**

Harga pupuk SP36 tahun t -10,444 -2,290** 2,145 Produksi bawang merah tahun sebelumnya 0,413 2,308** Harga bawang putih tahun sebelumnya 0,514 1,496ns Luas areal panen bawang merah tahun t 35,294 2,657** Rata-rata curah hujan tahun t -1,583 -1,756ns

Sumber : Diolah dari Lampiran 2 Skripsi

Keterangan : ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% ns : tidak signifikan

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa secara individu

harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t,

produksi bawang merah tahun sebelumnya dan luas areal panen bawang

merah tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran bawang merah di

Kabupaten Karanganyar pada tingkat kepercayaan 95 %. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai t hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t

tabel yang digunakan. Nilai t hitung harga bawang merah tahun

sebelumnya sebesar 2,187, harga pupuk SP36 tahun t sebesar 2,290,

produksi bawang merah tahun sebelumnya sebesar 2,308 dan luas areal

panen bawang merah tahun t sebesar 2,657 lebih besar dari nilai t tabel

yang digunakan yakni sebesar 2,145. Hal ini menunjukkan bahwa pada

tingkat kepercayaan 95% harga bawang merah tahun sebelumnya, harga

pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun sebelumnya dan luas

areal panen bawang merah tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar

Page 75: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxv

Sedangkan harga bawang putih tahun sebelumnya dan rata-rata

curah hujan tahun t tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t

hitung masing-masing variabel lebih kecil daripada nilai t tabel yang

digunakan. Nilai t hitung harga bawang putih tahun sebelumnya sebesar

1,496 dan rata-rata curah hujan tahun t sebesar 1,756 lebih kecil dari nilai t

tabel yang digunakan yakni sebesar 2,145. Hal ini menunjukkan bahwa

pada tingkat kepercayaan 95% harga bawang putih tahun sebelumnya dan

rata-rata curah hujan tahun t tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan data Tabel 21, diperoleh fungsi penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar diestimasi dengan persamaan sebagai

berikut :

Qt = 4085,135 + 2,036 Pt-1 – 10,444 Pit + 0,413 Qt-1 + 0,514 Pst-1 + 35,294

At – 1,583 Rt

Penjelasan mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Harga bawang merah pada tahun sebelumnya

Pada tingkat kepercayaan 95% nilai t hitung lebih besar daripada

t tabel (2,187 > 2,145), yang artinya Ho ditolak dan Hi diterima. Hal

ini berarti bahwa variabel harga bawang merah pada tahun sebelumnya

berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Variabel harga

bawang merah pada tahun sebelumnya ini mempunyai nilai koefisien

regresi sebesar 2,036. Nilai koefisien regresi 2,036 menunjukkan

bahwa pengaruh yang diberikan bersifat positif, dimana setiap

penambahan harga bawang merah pada tahun sebelumnya sebesar 1

Rp/Kg akan menaikkan penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar sebesar 2,036 kuintal.

Page 76: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxvi

Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh harga

bawang merah pada tahun sebelumnya. Dalam hipotesis pertama

menyatakan bahwa penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh harga bawang merah pada

tahun sebelumnya, hal ini berarti hipotesis pertama diterima.

Harga bawang merah pada tahun sebelumnya merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar. Apabila harga bawang merah pada tahun sebelumnya

rendah dikarenakan melimpahnya produksi bawang merah tahun

sebelumnya maka petani akan beralih untuk membudidayakan

komoditas lain, sehingga hal tersebut dapat menurunkan jumlah

produksi bawang merah yang selanjutnya akan menurunkan penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Namun sebaliknya, jika

harga bawang merah pada tahun sebelumnya tinggi, petani tertarik

untuk membudidayakan bawang merah lagi dengan harapan harga

bawang merah masa tanam berikutnya akan lebih tinggi lagi dari

musim tanam sebelumnya. Dengan kondisi yang demikian semakin

menambah jumlah petani yang tertarik untuk membudidayakan

bawang merah sehingga akan meningkatkan produksi bawang merah

yang selanjutnya akan meningkatkan penawaran bawang merah di

Kabupaten Karanganyar.

Hal ini sesuai dengan kasus Cobweb Theorem biasanya perilaku

dan reaksi petani pada umumnya termasuk di Indonesia memang

serupa itu. Kalau harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu

optimistis dan petani di seluruh desa serentak menanam komoditas x

dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang

serentak ternyata harga komodits x jatuh, semua menderita rugi dan

tidak ada petani yang menanam komoditas x musim berikutnya. Dan

ini mengakibatkan harga komoditas x naik tinggi sekali pada musim

berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit.

Page 77: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxvii

b. Harga pupuk SP36 tahun t

Pada tingkat kepercayaan 95% nilai t hitung lebih besar daripada

t tabel (2,290 > 2,145), yang artinya Ho ditolak dan Hi diterima. Hal

ini berarti bahwa variabel harga pupuk SP36 tahun t berpengaruh nyata

tetapi mempunyai hubungan negatif terhadap penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar. Artinya jika terjadi peningkatan

harga pupuk SP36 tahun t maka akan menurunkan penawaran bawang

merah pada tahun tanam, dan begitu pula sebaliknya. Variabel harga

pupuk SP36 tahun t ini mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -

10,444. Nilai koefisien regresi - 10,444 menunjukkan bahwa pengaruh

yang diberikan bersifat negatif, dimana setiap penambahan harga

pupuk SP36 tahun t sebesar 1 Rp/Kg akan menurunkan penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar sebesar 10,444 kuintal.

Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh harga

pupuk SP36 tahun t. Dalam hipotesis pertama menyatakan bahwa

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi

secara nyata oleh harga pupuk SP36 tahun t, hal ini berarti hipotesis

pertama diterima.

Besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar

kecilnya jumlah input yang digunakan. Bila harga faktor produksi atau

input turun maka petani cenderung membelinya dalam jumlah yang

relatif besar. Dengan demikian dari penggunaan faktor produksi yang

biasanya dalam jumlah yang terbatas maka dengan adanya tambahan

penggunaan faktor produksi sebagai akibat dari turunnya harga faktor

produksi, maka produksi akan meningkat.

Peningkatan harga pupuk SP36 berakibat pada menurunnya

penawaran bawang merah atau sebaliknya, hal ini berhubungan dengan

penggunaan pupuk SP36 pada budidaya tanaman bawang merah.

Karena adanya faktor biaya maka dengan kenaikan harga pupuk,

petani akan mengurangi jumlah pupuk yang digunakan sehingga akan

Page 78: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxviii

mempengaruhi jumlah produksi bawang merah yang dihasilkan. Hal

ini menyebabkan produksi bawang merah mengalami penurunan.

Demikian pula sebaliknya apabila harga pupuk SP36 turun maka

petani akan berusaha untuk menambah penggunaan jumlah pupuk

yang digunakan sehingga akan meningkatkan jumlah produksi bawang

merah.

c. Produksi bawang merah tahun sebelumnya

Pada tingkat kepercayaan 95% nilai t hitung lebih besar daripada

t tabel (2,308 > 2,145), yang artinya Ho ditolak dan Hi diterima. Hal

ini berarti bahwa variabel produksi bawang merah tahun sebelumnya

berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Variabel

produksi bawang merah pada tahun sebelumnya ini mempunyai nilai

koefisien regresi sebesar 2,308. Nilai koefisien regresi 2,308

menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan bersifat positif, dimana

setiap penambahan produksi bawang merah pada tahun sebelumnya

sebesar 1 kuintal akan menaikkan penawaran bawang merah di

Kabupaten Karanganyar sebesar 2,308 kuintal.

Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh

produksi bawang merah pada tahun sebelumnya. Dalam hipotesis

pertama menyatakan bahwa penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh produksi bawang merah

pada tahun sebelumnya, hal ini berarti hipotesis pertama diterima.

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, para petani di Kabupaten

Karanganyar dalam membudidayakan bawang merah

mempertimbangkan jumlah produksi bawang merah pada tahun

sebelumnya. Apabila produksi bawang merah pada tahun sebelumnya

rendah dikarenakan adanya hama atau penyakit yang menyerang

tanaman bawang merah atau petani beralih untuk mengusahakan

komoditas lain seperti bawang putih maka hal tersebut dapat

Page 79: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxix

menurunkan jumlah produksi bawang merah yang selanjutnya akan

menurunkan penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

Namun sebaliknya, jika jumlah produksi bawang merah pada tahun

sebelumnya tinggi, petani tertarik untuk membudidayakan bawang

merah lagi dengan harapan bawang merah yang ditanam akan

memberikan hasil produksi yang tinggi lagi dari musim tanam

sebelumnya. Dengan kondisi yang demikian semakin menambah

jumlah petani yang tertarik untuk membudidayakan bawang merah

sehingga akan meningkatkan produksi bawang merah yang selanjutnya

akan meningkatkan penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar. Namun demikian peningkatan jumlah produksi tidak

dilakukan secara besar-besaran atau cenderung meningkat lambat

sehingga jika harga turun tidak akan mengakibatkan kerugian yang

besar. Sesuai dengan teori cob web, siklus yang terjadi lebih mengarah

pada titik keseimbangan.

d. Harga bawang putih tahun sebelumnya

Pada tingkat kepercayaan 95% nilai t hitung lebih kecil daripada

t tabel (1,496 < 2,145), yang artinya Ho diterima dan Hi ditolak. Hal

ini berarti bahwa variabel harga bawang putih tahun sebelumnya tidak

berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar tidak dipengaruhi secara nyata oleh

harga bawang putih tahun sebelumnya. Dalam hipotesis pertama

menyatakan bahwa penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh harga bawang putih tahun

sebelumnya, hal ini berarti hipotesis pertama ditolak.

Berdasarkan hasil analisis uji t menunjukkan bahwa harga

bawang putih tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Berarti

peningkatan atau penurunan harga bawang putih tahun sebelumnya

Page 80: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxx

tidak akan berpengaruh terhadap jumlah produksi bawang merah. Hal

ini disebabkan karena pada budidaya bawang putih, walaupun cara

budidaya dan syarat tumbuh hampir sama dengan bawang merah tetapi

masa tanam bawang putih sedikit lebih lama dibandingkan dengan

bawang merah, sehingga harga bawang putih tahun sebelumnya tidak

berpengaruh terhadap produksi bawang merah di Kabupaten

Karanganyar.

e. Luas areal panen bawang merah tahun t

Pada tingkat kepercayaan 95% nilai t hitung lebih besar daripada

t tabel (2,657 > 2,145), yang artinya Ho ditolak dan Hi diterima. Hal

ini berarti bahwa variabel luas areal panen bawang merah tahun t

berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Artinya jika

terjadi peningkatan luas areal panen bawang merah tahun t maka akan

meningkatkan penawaran bawang merah pada tahun berikutnya, dan

begitu pula sebaliknya. Variabel luas areal panen bawang merah tahun

t ini mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 35,294. Nilai koefisien

regresi 35,294 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan bersifat

positif, dimana setiap penambahan luas areal panen bawang merah

tahun t sebesar 1 hektar akan menaikkan penawaran bawang merah di

Kabupaten Karanganyar sebesar 35,294 kuintal.

Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh luas

areal panen bawang merah tahun t. Dalam hipotesis pertama

menyatakan bahwa penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar dipengaruhi secara nyata oleh luas areal panen bawang

merah tahun t, hal ini berarti hipotesis pertama diterima.

Salah satu upaya para petani untuk meningkatkan jumlah

produksi yaitu dengan cara meningkatkan luas areal yang ditanami

bawang merah. Dengan meningkatkan luas areal tanam maka

diharapkan dapat meningkatkan pula luas areal panen serta jumlah

Page 81: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxi

produksi bawang merah yang dihasilkan sehingga jumlah penawaran

bawang merah juga akan mengalami peningkatan. Begitu pula

sebaliknya, apabila petani mengurangi luas areal yang ditanami

bawang merah maka luas areal panen bawang merah juga akan

berkurang. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah produksi

sehingga akan berpengaruh terhadap menurunnya penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar.

f. Rata-rata curah hujan tahun t

Pada tingkat kepercayaan 95% nilai t hitung lebih kecil daripada

t tabel (1,756 < 2,145), yang artinya Ho diterima dan Hi ditolak. Hal

ini berarti bahwa variabel rata-rata curah hujan tahun t tidak

berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar tidak dipengaruhi secara nyata oleh

rata-rata curah hujan tahun t. Dalam hipotesis pertama menyatakan

bahwa penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar

dipengaruhi secara nyata oleh rata-rata curah hujan tahun t, hal ini

berarti hipotesis pertama ditolak.

Dalam penelitian ini rata-rata curah hujan tidak berpengaruh

terhadap penawaran bawang merah karena pengalaman yang

didapatkan petani dari musim tanam sebelumnya. Biasanya dalam

membudidayakan bawang merah petani sudah memperhitungkan

kapan awal masa tanam yang tepat untuk menanam bawang merah

yaitu memasuki awal musim kemarau yang biasanya jatuh pada akhir

bulan Februari sampai dengan April untuk masa tanam pertama dan

pada bulan Mei sampai dengan Juli untuk masa tanam kedua. Sehingga

dengan mengetahui prediksi kapan terjadinya musim kemarau tersebut,

maka petani dapat mengendalikan terjadinya kerugian akibat

kerusakan tanaman atau umbi bawang merah.

Page 82: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxii

4. Koefisien Regresi Parsial yang Paling Berpengaruh

Nilai koefisien regresi parsial menunjukkan seberapa besar pengaruh

variabel-variabel tersebut terhadap penawaran bawang merah.

Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Bawang merah di Kabupaten Karanganyar

Variabel Koefisien Regresi Parsial

Peringkat

Harga bawang merah tahun sebelumnya 2,036 2 Harga pupuk SP36 tahun t -10,444 4 Produksi bawang merah tahun sebelumnya 0,413 3 Luas areal panen bawang merah tahun t 35,294 1

Sumber : Diolah dari Lampiran 2 Skripsi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel yang

mempunyai nilai koefisien regresi parsial yang terbesar adalah variabel

luas areal panen bawang merah tahun t yaitu sebesar 35,294. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel luas areal panen bawang merah tahun t

merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran bawang

merah di Kabupaten Karanganyar.

5. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menguji keterandalan koefisien regresi yang dihasilkan dari

analisis maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya multikolinearitas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi.

a. Multikolinearitas

Berdasarkan nilai Matrik Pearson Correlation yang ditunjukkan

pada Lampiran 2. diketahui bahwa korelasi antar variabel bebas tidak

ada yang bernilai > 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas diantara variabel bebas yang mempengaruhi jumlah

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

b. Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, dilakukan

uji park. Hasil yang diperoleh pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa

Page 83: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxiii

uji F dan uji t mempunyai nilai yang tidak signifikan. Nilai F hitung >

F tabel (22,010 > 3,58) dan t hitung > t tabel (2,145). Hasil yang

demikian menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu mempunyai

varian yang sama (homoskedastisitas). Selain itu pada grafik

Scatterplot juga menunjukkan bahwa titik-titik yang ada menyebar

atau tidak membentuk suatu pola tertentu yang teratur. Sehingga dapat

disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji d-

Durbin Watson dan diperoleh nilai d sebesar 1,535. Karena nilai d

yang dihitung berada diantara -2 sampai +2 berarti dapat disimpulkan

tidak terjadi autokorelasi.

6. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara persentase

perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan

harga, dengan pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satu-

satunya faktor penyebab dan faktor lain dianggap tetap. Selain harga,

dalam penelitian ini juga ingin diketahui pengaruh elastisitas penawaran

terhadap variabel yang mempengaruhinya secara signifikan.

Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah elastisitas jangka pendek

dan elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan erat dengan

pengaturan kembali dalam penyaluran sumber-sumber ekonomi yang

dikuasai oleh petani. Dalam jangka pendek maka petani secara perorangan

mengadakan pengaturan kembali. Tetapi dalam jangka panjang

keseluruhan industri pertanian dapat mengadakan penyesuaian

Nilai elastisitas keempat variabel yang berpengaruh signifikan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Page 84: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxiv

Tabel 24. Elastisitas Penawaran Bawang Me -rah Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Karanganyar

Variabel Elastisitas

Jangka Pendek

Elastisitas Jangka Panjang

Harga bawang merah tahun sebelumnya 0,578 0,983 Harga pupuk SP36 tahun t 0,700 -1,193 Produksi bawang merah tahun sebelumnya 0,430 0,733 Luas areal panen bawang merah tahun t 0,424 0,722

Sumber : Diolah dari Lampiran 3 Skripsi

Berdasarkan Tabel 23, variabel harga pupuk SP36 tahun t

merupakan variabel yang paling berpengaruh dan memiliki nilai elastisitas

baik jangka pendek maupun jangka panjang yang tertinggi. Elastisitas

harga pupuk SP36 tahun t dalam jangka pendek bersifat positif, artinya

dalam jangka pendek kenaikan harga pupuk SP36 tahun t akan menaikkan

penawaran bawang merah. Sedangkan elastisitas harga pupuk SP36 tahun t

dalam jangka panjang bersifat negatif, artinya dalam jangka panjang

kenaikan harga pupuk SP36 tahun t akan menurunkan penawaran bawang

merah. Nilai elastisitas bersifat inelastis, artinya bahwa persentase

perubahan jumlah penawaran lebih kecil daripada persentase perubahan

setiap variabel yang mempengaruhi penawaran bawang merah, sedangkan

nilai elastisitas bersifat elastis, artinya bahwa persentase perubahan jumlah

penawaran lebih besar daripada persentase perubahan setiap variabel yang

mempengaruhi penawaran bawang merah

Berdasarkan tabel diatas juga dapat diketahui bahwa elastisitas

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dalam jangka

pendek terhadap perubahan harga bawang merah tahun sebelumnya, harga

pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun sebelumnya, dan luas

areal panen bawang merah tahun t bersifat inelastis. Untuk elastisitas

penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dalam jangka

panjang terhadap perubahan harga bawang merah tahun sebelumnya,

produksi bawang merah tahun sebelumnya, dan luas areal panen bawang

merah tahun t bersifat inelastis, sedangkan harga pupuk SP36 tahun t

Page 85: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxv

bersifat elastis terhadap perubahan penawaran bawang merah di

Kabupaten Karanganyar.

Hukum penawaran menjelaskan bahwa semakin tinggi harga suatu

barang, semakin banyak jumlah barang tersebut ditawarkan dan

sebaliknya. Adanya kepekaan perubahan harga yang sangat mempengaruhi

kuantitas barang yang ditawarkan ini dapat dilihat dari nilai elastisitas

penawarannya. Nilai elastisitas penawaran untuk harga bawang merah

pada tahun sebelumnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

bersifat inelastis dengan nilai positif yaitu sebesar 0,578 dan 0,983. Nilai

elastisitas penawaran yang bersifat inelastis memperlihatkan bahwa

persentase perubahan penawaran lebih kecil daripada persentase

perubahan harga bawang merah pada tahun sebelumnya. Dalam jangka

pendek, prediksi harga yang dilakukan oleh petani pada saat

pembudidayaan seringkali berbeda dengan harga pada saat musim panen

tiba. Sedangkan jika harga pada saat musim panen tinggi tidak dapat

segera diikuti dengan perubahan penawaran bawang merah jika musim

panen belum tiba sehingga dalam jangka pendek petani tidak dapat

melakukan pengaturan faktor-faktor produksinya. Dalam jangka panjang,

petani dapat melakukan penyesuaian faktor-faktor produksi yang

dimilikinya. Namun harga bawang merah yang terjadi merupakan harga

yang diciptakan oleh pasar sehingga petani tidak dapat mengendalikan

harga berapapun produksi bawang merah yang dihasilkan.

Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk

harga pupuk SP36 tahun t sebesar 0,700 dan -1,193. Nilai elastisitas

sebesar 0,700, artinya penawaran bawang merah akan meningkat 0,700

kuintal apabila harga pupuk SP36 tahun t naik satu Rp/Kg dalam jangka

pendek. Sedangkan dalam jangka panjang nilai elastisitas sebesar -1,193,

hal ini berarti elastisitas bernilai negatif artinya penawaran bawang merah

akan menurun 1,193 kuintal apabila harga pupuk SP36 tahun t naik satu

Rp/Kg. Dalam jangka pandek, elastisitas penawaran bersifat inelastis. Hal

ini dikarenakan, dalam jangka pendek perubahan harga pupuk SP36 tahun

Page 86: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxvi

t tidak dapat segera diikuti dengan perubahan penawaran bawang merah

jika memang panen belum tiba sehingga petani belum mampu melakukan

pengaturan kembali dalam penyaluran input produksi yang dimilikinya,

karena petani masih menggunakan pupuk yang masih ada Sedangkan

dalam jangka panjang, harga pupuk SP36 tahun t bersifat elastis tetapi

bernilai negatif disebabkan karena petani melakukan peyesuaian input

terhadap kenaikan harga pupuk SP36 tahun t yang berlaku yaitu dengan

mengurangi proporsi penggunaan pupuk SP36 pada budidaya bawang

merah sehingga akan menyebabkan menurunnya produksi bawang merah.

Hal ini disebabkan karena dalam dalam jangka panjang diperlukan jangka

waktu yang lama untuk mengumpulkan tambahan modal yang cukup

banyak dari petani untuk memenuhi kenaikan harga pupuk SP36.

Perubahan jumlah produksi bawang merah akan mempengaruhi

penawaran bawang merah pada tahun bersangkutan. Semakin elastis

hubungan antara jumlah produksi dengan penawaran bawang merah maka

semakin peka pengaruh perubahan variabel jumlah produksi pada tahun

sebelumnya terhadap penawaran bawang merah. Nilai elastisitas

penawaran untuk jumlah produksi bawang merah pada tahun sebelumnya

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang bersifat inelastis

dengan nilai positif yaitu sebesar 0,430 dan 0,733. Artinya bahwa

persentase perubahan penawaran lebih kecil daripada persentase

perubahan jumlah produksi bawang merah pada tahun sebelumnya. Hal ini

dikarenakan, dalam jangka pendek perubahan jumlah produksi bawang

merah pada tahun sebelumnya tidak dapat segera diikuti dengan perubahan

penawaran bawang merah jika musim panen belum tiba. Dalam jangka

panjang, jumlah produksi akan berkaitan erat dengan luas areal panen.

Meskipun luas areal panen bawang merah cenderung meningkat namun

karena sistem budidaya yang diterapkan belum dilakukan secara optimal

sehingga jumlah produksi juga akan meningkat lebih kecil

Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk

luas areal panen bawang merah tahun t sebesar 0,424 dan 0,722. Nilai

Page 87: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxvii

elastisitas sebesar 0,424, artinya penawaran bawang merah akan

meningkat 0,424 kuintal apabila luas areal panen bawang merah tahun t

naik satu hektar dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang

nilai elastisitas sebesar 0,722, artinya penawaran bawang merah akan

meningkat 0,722 kuintal apabila luas areal panen bawang merah tahun t

naik satu hektar. Dalam jangka pandek maupun jangka panjang, elastisitas

penawaran bersifat inelastis. Hal ini dikarenakan, dalam jangka pendek

perubahan luas areal panen bawang merah tidak dapat segera diikuti

dengan perubahan penawaran bawang merah jika memang panen belum

tiba sehingga petani belum mampu melakukan pengaturan kembali dalam

penyaluran input produksi yang dimilikinya. Sedangkan dalam jangka

panjang, inelastis luas areal panen bawang merah tahun t disebabkan ada

sebagian kecil petani tidak secara kontinyu mengusahakan bawang merah

tetapi mengganti dengan komoditas lain. Keadaan ini akan mengurangi

luas areal pembudidayaan yang secara langsung akan mempengaruhi

penawaran bawang merah pada tahun berikutnya.

Page 88: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxviii

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar sebesar 90 % dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu

harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t,

produksi bawang merah tahun sebelumnya, harga bawang putih tahun

sebelumnya, luas areal panen bawang merah tahun t, serta rata-rata curah

hujan tahun t, sedangkan sisanya sebesar 10 % dapat dijelaskan oleh faktor

lain di luar model.

2. Harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t,

produksi bawang merah tahun sebelumnya, harga bawang putih tahun

sebelumnya, luas areal panen bawang merah tahun t, serta rata-rata curah

hujan tahun t secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran

bawang merah di Kabupaten Karanganyar pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t,

produksi bawang merah tahun sebelumnya, dan luas areal panen bawang

merah tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran bawang merah di

Kabupaten Karanganyar, sedangkan harga bawang putih tahun

sebelumnya dan rata-rata curah hujan tahun t tidak berpengaruh nyata

terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar.

4. Luas areal panen bawang merah tahun t merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten

Karanganyar.

5. Elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar dalam

jangka pendek terhadap perubahan harga bawang merah tahun

sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun

sebelumnya, dan luas areal panen bawang merah tahun t bersifat inelastis.

Untuk elastisitas penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar

dalam jangka panjang terhadap perubahan harga bawang merah tahun

75

Page 89: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

lxxxix

sebelumnya, produksi bawang merah tahun sebelumnya, dan luas areal

panen bawang merah tahun t bersifat inelastis, sedangkan harga pupuk

SP36 tahun t bersifat elastis terhadap perubahan penawaran bawang merah

di Kabupaten Karanganyar.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan harga bawang merah, maka sebaiknya petani setelah

panen tidak terburu-buru menjual hasil panen bawang merah. Petani dapat

melakukan tindakan pascapanen yaitu dengan mengeringkan umbi bawang

merah terlebih dahulu sebelum menjual ke tengkulak agar harga bawang

merah tidak jatuh.

2. Untuk meningkatkan produksi bawang merah, sebaiknya petani

melakukan pola tanam yang baik yaitu dengan memperhatikan kondisi

lahan dengan cara tidak menanami lahan secara terus menerus agar unsur

hara dalam tanah tetap terjaga dan dapat memberikan hasil produksi yang

maksimal.

Page 90: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xc

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

BPS. 2005. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka Tahun 2005. Badan Pusat Statistik Karanganyar.

____. 2006. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka Tahun 2006. Badan Pusat Statistik Karanganyar.

____. 2007. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka Tahun 2007. Badan Pusat Statistik Karanganyar.

____. 2008. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Karanganyar.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Downey, W. D. dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agrobisnis (diterjemahkan oleh Ir. Rochidayat Ganda dan Anfonsus Sirait). Erlangga. Jakarta.

Gaspersz, V. 2000. Ekonomi Manajerial dalam Pembuatan Keputusan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gujaratti, D. 1995. Ekonometrika Dasar (diterjemahkan oleh Sumarno Zain). Erlangga. Jakarta.

Mankiw, G. N. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid I (diterjemahkan oleh Drs. Haris Munandar M.A.). Erlangga. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian : Edisi Kedua. LP3ES. Jakarta.

________. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian : Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta.

Octaria, S. D. 2008. Analisis Penawaran Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar. Skripsi Fakultas Pertanian UNS. Tidak dipublikasikan.

Rahayu, E. dan Nur B.F.A. 1996. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Bawang Merah. Kanisisus. Yogyakarta.

Samuelson, P. A. dan W. D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi (diterjemahkan oleh Nur Rosyidah, Anna Elly dan Bosco Carvalo). PT Media Global Edukasi. Jakarta.

Santoso, S. 2000. SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Setyowati. 2005. Analisis Penawaran Jagung di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agrobisnis Vol 3 No 1 September 2006 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sihombing, M. dan E. Tambunan. 2007. Harga Bawang Merah Lokal Akan Diproteksi. http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/message/6425. Diakses pada tanggal 26 Desember 2008.

Page 91: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xci

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukirno, S. 2005. Teori Pengantar Mikro Ekonomi : Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sunarjono, H. H. 2004. Bertanam Tiga Puluh Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar-dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung.

Sutarya, R., G. Grubben, dan H. Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press. Yogyakarta.

Wibowo, S. 2001. Budidaya Bawang: Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 92: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xcii

Page 93: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xciii

LAMPIRAN 1

HARGA BAWANG MERAH TERDEFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR

Tahun Harga bawang merah sebelum terdeflasi

(Rp/kg)

IHK 2002=100 Harga bawang merah setelah terdeflasi

(Rp/kg) 1992 1057,91 26,36 4009,48 1993 1590,40 29,05 5470,98 1994 1178,08 32,00 3687,39 1995 1983 35,21 5631,72 1996 2311 36,78 6285,92 1997 2491,60 40,86 3654,42 1998 6404 76,61 8389,24 1999 4995 81,77 6093,90 2000 5431 90,50 5974,10 2001 5501 95,90 5721,04 2002 6300 100 6300,00 2003 5495,83 113,87 4836,33 2004 5722 117,44 4863,70 2005 7364,58 133,60 5523,44 2006 8283,33 142,17 5798,33 2007 6833 147,98 4646,44

Jumlah 72941,73 1300,10 86886,43

Rata-rata 4558,86 81,26 5430,40

Page 94: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xciv

HARGA PUPUK SP36 TERDEFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR

Tahun Harga pupuk SP36 sebelum terdeflasi

(Rp/kg)

IHK 2002=100 Harga pupuk SP36 setelah terdeflasi

(Rp/kg)

1992 286,05 26,36 1084,13 1993 317 29,05 1090,48 1994 358,66 32,00 1122,61 1995 480 35,21 1363,20 1996 557,8 36,78 1517,22 1997 609 40,86 1492,05 1998 639 76,61 837,09 1999 1068 81,77 1302,96 2000 1514 90,50 1665,40 2001 1550 95,90 1612,00 2002 1802,1 100 1802,10 2003 1402,08 113,87 1233,83 2004 1450 117,44 1232,50 2005 1402,08 133,60 1051,56 2006 1528,95 142,17 1070,27 2007 1550 147,98 1054,00

Jumlah 16514,72 1300,10 20531,40

Rata-rata 1032,17 81,26 1283,21

Page 95: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xcv

HARGA BAWANG PUTIH TERDEFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR

Tahun Harga bawang putih sebelum terdeflasi

(Rp/kg)

IHK 2002=100

Harga bawang putih setelah terdeflasi

(Rp/kg) 1992 3370,83 26,36 12775,45 1993 5116,66 29,05 17601,31 1994 6045,83 32,00 18923,45 1995 6330 35,21 17977,20 1996 3394 36,78 10591,68 1997 5750 40,86 14087,50 1998 6347 76,61 8314,57 1999 4872 81,77 5943,84 2000 4419 90,50 4860,90 2001 5919 95,90 6155,76 2002 5800 100 5800,00 2003 4237 113,87 3728,56 2004 7846 117,44 6669,10 2005 6072 133,60 4554,00 2006 8158 142,17 5710,60 2007 6864 147,98 4667,52

Jumlah 90541,32 1300,10 148361,44

Rata-rata 5658,83 81,26 9272,59

REKAPITULASI DATA PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Tahun Qt Pt –1 Pit Qt-1 Pst-1 At Rt 1993 24835 4009,48 1090,48 28454 12775,45 164 2593 1994 37224 5470,98 1122,61 24835 17601,31 437 2270 1995 30025 3687,39 1363,20 37224 18923,45 391 2381 1996 26904 5631,72 1517,22 30025 17977,20 281 2508 1997 18319 6285,92 1492,05 26904 10591,68 216 2158 1998 23141 3654,42 837,09 18319 14087,50 270 2219 1999 29485 8389,24 1302,96 23141 8314,57 307 2216 2000 17981 6093,90 1665,40 29485 5943,84 229 2101 2001 16428 5974,10 1612,00 17981 4860,90 236 2371 2002 11714 5721,04 1802,10 16428 6155,76 127 1151 2003 17656 6300,00 1233,83 11714 5800,00 294 1855 2004 4953 4836,33 1232,50 17656 3728,56 125 6017 2005 6321 4863,70 1051,56 4953 6669,10 90 2293 2006 8959 5523,44 1070,27 6321 4554,00 134 1817 2007 16302 5798,33 1054,00 8959 5710,60 184 2231

Page 96: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xcvi

KONVERSI IHK

Tahun IHK Asli

IHK (2002 = 100)

IHK d/ IHKt

1992 135,21 26,36 3,79 1993 149,03 29,05 3,44 1994 164,18 32,00 3,13 1995 180,63 35,21 2,84 1996 188,67 36,78 2,72 1997 209,59 40,86 2,45 1998 393,01 76,61 1,31 1999 207,70 81,77 1,22 2000 229,88 90,50 1,10 2001 243,58 95,90 1,04 2002 282,14 100 1,00 2003 289,22 113,87 0,88 2004 117,44 117,44 0,85 2005 133,60 133,60 0,75 2006 142,17 142,17 0,70 2007 147,98 147,98 0,68

· Tahun 1992-1998 : tahun dasar April 1989-1990 = 100 · Tahun 1999-2003 : tahun dasar 1996 = 100 · Tahun 2004-2007 : tahun dasar 2002 = 100 Penghitungan ke tahun dasar 2002 = 100, sebagai berikut : Ø Indeks tahun 1992-1998

(2,02) (2,54)

Ø Indeks tahun 1999-2003 (2,54)

Ø Indeks tahun 2004-2007

Page 97: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xcvii

LAMPIRAN 3 Elastisitas Penawaran Bawang Merah

1. Jangka Pendek

Y

X biEpd =

Keterangan :

Epd : elastisitas penawaran jangka pendek

bi : koefisien regresi variabel bebas ke – i

X : rata-rata dari variabel bebas ke – i

Y : rata-rata variabel tak bebas

a. Epd Pt-1 = 2,036 x 5482,6660 = 0,577 19349,90

b. Epd Pit = -10,444 x 1296,4847 = 0,700 19349,90

c. Epd Qt-1 = 0,413 x 20159,93 = 0,430 19349,90

d. Epd At = 35,294 x 232,33 = 0,424 19349,90

2. Jangka Panjang

Epj = Epd δ

Keterangan:

Epj : elastisitas penawaran jangka panjang

Epd : elastisitas penawaran jangka pendek

δ : 1-bi, dimana bi adalah koefisien regresi Qt-1

dimana nilai δ dalam harga mutlak = (1- 0,413) = 0,587

a. Epj Pt-1 = 0,577 = 0,983 0,587

b. Epj Pit = 0,700 = -1,193 0,587

c. Epj Qt-1 = 0,430 = 0,733 0,587

d. Epj At = 0,424 = 0,722 0,587

Page 98: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xcviii

GAMBAR BAWANG MERAH

Tanaman Bawang Merah Umur 3 Bulan

Umbi Bawang Merah

Page 99: ANALISIS PENAWARAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN ...

xcix