Panduan Praktis Budidaya Bawang Merah

download Panduan Praktis Budidaya Bawang Merah

of 42

description

Teknik budidaya bawang merah untuk pertanian indonesia

Transcript of Panduan Praktis Budidaya Bawang Merah

Panduan praktis budidaya bawang merahBAGIKAN:

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun pada saat-saat tertentu sering mengalami banjir produksi sehingga harganya anjlok. Diperparah lagi dengan kebijakan impor yang diterapkan pemerintah yang seringkali memperparah kejatuhan harga bawang merah di pasaran.Untuk menghindari fluktuasi harga yang sangat merugikan petani, perlu upaya untuk melakukan budidaya bawang merah diluar musim. Seiring dengan pembatasan kegiatan budidaya di musim-musim puncak.Budidaya bawang merah memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 hingga 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-32 derajat celcius. Sedangkan keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7.Kali ini alamtani mencoba menguraikan langkah-langkah teknis yang perlu disiapkan untuk melakukan usaha budidaya bawang merah. Cara menanam bawang merah ini disarikan dari pengalaman para petani bawang di Brebes, Jawa Tengah. Berebes merupakan salah satu sentra budidaya bawang merah terbesar di Indonesia.Benih bawang merahVarietas benih untuk budidaya bawang merah cukup banyak. Ada benih lokal hingga benih hibrida impor. Bentuk benihnya ada yang dari biji, ada juga berupa umbi. Kebanyakan budidaya bawang merah di sentra-sentra produksi menggunakan umbi sebagai benih.Benih bawang merah yang baik berasal dari umbi yang dipanen tua, lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih bawang merah yang baik setidaknya telah disimpan 2-3 bulan. Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap.Kebutuhan benih untuk budidaya bawang werah tergantung dengan varietas, ukuran benih dan jarak tanam. Untuk jarak tanam 2020 dengan bobot umbi 5 gram dibutuhkan sekitar 1,4 ton benih per hektar. Untuk bobot yang sama dengan jarak tanam 1515 dibutuhkan 2,4 ton per hektar. Bila bobot umbi lebih kecil, kebutuhan umbi per hektarnya lebih sedikit lagi.Pengolahan tanah dan penanamanTanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm, gemburkan tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung.Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu sebelum tanam.Gunakan 15-20 pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.Siapkan benih atau umbi bawang merah yang siap tanam. Apabila umur umbi masih kurang dari 2 bulan, lakukan pemogesan terlebih dahulu. Pemogesan adalah pemotongan bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm. Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman.Jarak tanam untuk budidaya bawang merah pada saat musim kemarau dipadatkan hingga 1515 cm. Sedangkan pada musim hujan setidaknya dibuat hingga 2020 cm. Benih bawang merah ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi kedalam tanah.Perawatan budidaya bawang merahPenyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu, frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali.Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2 minggu. Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl yang diaduk rata. Komposisi masing-masing pupuk sebanyak 93 kg, 200 kg dan 112 kg untuk setiap hektarnya. Pemupukan susulan selanjutnya diberikan pada minggu ke-5 dengan komposisi urea, ZA, KCl sebanyak 47 kg, 100 kg, 56 kg per hektar. Pemupukan diberikan dengan membuat garitan disamping tanaman.Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu musim tanam. Untuk menghemat biaya, lakukan penyiangan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun apabila serangan gulma menghebat, segera lakukan penyiangan tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.Pengendalian hama dan penyakitBudidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit layu.Hama ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat bercak putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5% per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsidia.Panen budidaya bawang merahCiri-ciri budidaya bawang merah siap panen apabila 60-70% daun sudah mulai rebah. Atau, lakukan pemeriksaan umbi secara acak. Khusus untuk pembenihan umbi, tingkat kerebahan harus mencapai lebih dari 90%.Budidaya bawang merah biasanya sudah bisa dipanen setelah 55-70 hari sejak tanam. Produktivitas bawang merah dangat bervariasi tergantung dari kondisi lahan, iklim, cuaca dan varietas. Di Indonesia, produktivitas budidaya bawang merah berkisar 3-12 ton per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar.Umbi bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu. Penjemuran penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan dilakuan setiap 2-3 hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap untuk disimpan atau dipasarkan.

CARA MENANAM BAWANG MERAH

BAWANG MERAHA. Latar belakangBawang merah dan bawang putih merupakan komoditas sayuran yang sudah sejak lama di usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas pertanian ini merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggiterhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi maka pengusahaan budidaya bawang merah dan bawang putih telah menyebar hampir di setiapn provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di terhadap bawang merah dan bawang putih cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala. Baiak yang bersifat teknis maupun ekonomis.

B. Kajian pustakaBawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji9 yang agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari (Sunarjono, 2004)Rotasi tanaman bawang merah dengan padi setahun sekali dan dengan tebu tiga tahun sekali (seperti di kabupaten brebes) cukup baik dan sangat membantu mempertahankan produktivitas lahan. Untuk menjaga kelestarian produktivitas dari lahan, lahan tidak boleh dibiarkan mempunyai salinitas yang tinggi dan drainase yang jelek.Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang tinggi serta keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32C serta kelembaban nisbi yang rendah (Sutaya et al, 1995)Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu bahantanam berupa biji botani dan umbi bibit. Pada skala penelitian, perbanyakan bawang merah dengan biji mempunyai prospek cerah karena memiliki beberapa keuntungan (kelebihan) antara lain : keperluan benih relatif sedikit 3 kg/ha, mudah didistribusikan dan biaya transportasi relatif rendah, daya hasil tinggi serta sedikit mengandung wabah penyakit. Hanya saja perbanyakan dengan biji memerlukan penanganan dalam hal pembibitan di persemaian selama 1 bulan setelah itu bisa dibudidayakan dengan cara biasa ( Rukmana,1994)Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang. Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem) (Prabowo, 2007)C. Pelaksanaan Kegiatana) Persiapan Persiapan benihKualitas bibit merupakan faktor penentu hasil tanaman. Tanaman yang dipergunakan sebagai bibit harus cukup tua. Yaitu berkisar antara 70-80 hari setelah tanam. Bibit kualitas baik adalah berukuran sedang, sehat, keras dan permukaan kulit luarnya licin/ mengkilap. Bibit yang terlalukecil pertumbuhannya kurang vigor dan hasilnya sedikit sedangkan umbi bibit yang besar harganya terlalu mahal.Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya). Penyimpanan yang baik dan biasa dilakukan oleh petani adalah dengan menyimpan diatas para-para dapur atau disimpan di gudang. Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau). Benih yang dianjurkan adalah Kuning, Bima Brebes, Bangkok, Kuning Gombong, Klon No. 33, Klon No. 86 untuk dataran rendah. Sedangkan untuk dataran medium dan dataran tinggi disarankan memakai benih Sumenep, Menteng, Klon No. 88, Klon No. 33, Bangkok2. Pengolahan tanahPengolahan tanah dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang cocok dan gembur untuk budidaya bawang merah. Pengolahan tanah umumnya diperlukan untuk menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan umbi dari bawang tidak terhambat karena sifat fisika tanah yang kurang optimal. Pengolahan tanh juga dilakukan untuk memperbaiki drainase, meratakan permukaan tanah dan mengendalikan gulma.Pada lahan kering, tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20 cm, kemudian dibuat bedengandengan lebar 1,2 meter tinggi 25 cm sedangkan panjangnya tergantung dengan kondisi lahan. Bedeng dibuat mengikuti arah timur dan barat agar persebaran cahaya optimal. Seluruh proses pengolahan tanah ini membutuhkan waktu kira-kira 3-4 minggu.Pada lahan yang masam dengan pH kurang dari 5,6 disarankan pemberian dolomit minimal 2 minggu setelah tanam dengan dosis 1-1,5 ton/ha/tahun. Peningkatan pH ini penting untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara Ca (kalsium) dan magnesium (Mg), terutama pada lahan lahan yang diusahakan secara intensif karena unsur Ca dan Mg sulit tersedia dalam kondisi masam. Pemberian pupuk dasarPemberian pupuk dasar dilakukan setelah pengolahan tanah. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayamdengan dosis 5-6 ton/ha. Selain itu digunakan juga pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha (70-90kg/ha P2O5). Yang diaplikasikan 2-3 hari sebelum tanaman dengan cara disebar lalu diaduk secara merata dengan tanah. Pemberian pupuk organik digunakan untuk memelihara dan meningkatkan produktivitas lahan.b) Penanaman Umbi bibit ditanam dengan jarak tanam 20cmx15 cm atau 15cm x 15cm. umbi tanaman bawang merah dimasukkan ke dalam lubang yang sebelumnya dibuat dengan tugal. Lubang tanam dibuat sedalam umbi. Umbi dimasukkan ke dalam tanah dengan seperti memutar sekerup. Penanaman diusahakan jangan terlalu dalam karena umbi mudah mengalami pembusukan. Setelah proses penanaman selesai dilakukan penyiraman.c) PemeliharaanPemeliharaan tanaman dilakukan dengan tindakan-tindakan untu menjaga pertumbuhan tanaman. PenyiramanTanaman bawnag merah tidak menghendaki banyak hujan karena umbi dari bawang merah mudah busuk, akan tetapi selama pertumbuhannya tanaman bawang merah tetap membutuhkan air yang cukup. Oleh karena itu, lahan tanam bawang merah perlu penyiraman secara intensif apalagi jika pertanaman bawang merah terletak di lahan bekas sawah. Pada musim kemarau tanaman bawang merah memerlukan penyiraman yang cukup, biasanya satu kali sehari sejak tanam sampai menjelang panen. PenyulamanPenyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati / sakit dengan mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang baru. Hal ini dilakukan agar produksi dari suatu lahan tetap maksimal walaupun akan mengurangi keseragaman umur tanaman. PemupukanPemupukan yang dilakukan disini nomerupakan pemupukan susulan setelah tanaman tumbuh. Pemupukan susulan pertama dilakukan dengan memberikan pupuk N dan K pada saat tanaman berumur 10-15 harisetelah tanam. Pemupukan susulan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam dosis pupuk N 150-200 kg/ha dan K 100-200 kg KCl/ha. Pupuk K diaplikasikan bersama-sama dengan pupuk N dalam larikan atau dibenamkan ke dalam tanah. Untuk mencegah kekurangan unsur mikro dapat digunakan pupuk pelengkap cair yang mengandung unsur mikro. Pengelolaan hama dan penyakitHama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang, bercak ungu (Alternaria porli), busuk umbi fusarium dan busuk putih sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus.1. Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura),Hama ulat bawang (Spodoptera spp). Serangan hama ini ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher.Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur dan ulat lalu dimusnahkan. Memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun lebih besar atau sama dengan 5 % per rumpun atau telah ditemukan 1paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau Florbac.2. Ulat tanah, ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya.3. Trip (Thrips sp.) Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun. Penanganannya dengan penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC.4. Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh Preventif kendalikan dengan GLIO.5. Penyakit layu Fusarium Ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman dicabut dan dimusnahkan.6. Penyakit otomatis atau antraknose gejalanya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya, semprot dengan fungisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP.7. Penyakit trotol ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif, antara lain Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, dll untuk membasminya.d) PemanenanBawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 80-70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuacacerah untuk menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan.e) Pasca panenBawang merah yang sudah dipenen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah penanganan. Selanjutnya umbi dijemur hingga cukup kering (1-2 minggu) dibawah sinar matahari langsung kemudian dilakukan dengan pengelompokan (grading) sesuai dengan ukuran umbi. Pada penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 80 %), umbi bawang merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang kemasan bawang. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat pengering khusus sampai mencapai kadar air 80%.Bawang merah dapat disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah di gudang khusus pada suhu 25-30 C dan kelembaban yang cukup rendah untuk menghindari penyakit busuk umbi dalam gudang.

CARA BUDIDAYA BAWANG MERAH SECARA ORGANIK

Dengan terjadinya krisis pupuk yang harganya menjadi mahal bahkan ada yang naik 3 kali llipat sehingga petani tidak mampu membelinya. Biaya untuk bertanam menjadi semakin tinggi sedangkan hasilnya yang diperoleh semakin lama semakin berkurang. Sehingga kerugian sering menerpa para petani kita. Maka harus di cari jalan keluar agar biaya tanam yang murah tapi hasil yang diperoleh semakin bagus, banyak dan berkualitas baik. Sebenarnaya teknik budidaya dengan sistem organik sudah lama diterapkan, tetapi terkikis dengan adanya pupuk pestisida. nah dengan harga pupuk yang semakin mahal dan semakin langka adanya, maka pilihannya dengan kembali denagan memnggunakan pupuk organik. selain hasil yang bagus tetntusaja biaya yang dikeluarkan semakin sedikit. yang paling penting adalah ramah lingkungan.

Menanam Bawang Merah Secara Organik1. Tanah dicangkul agak dalam dan rumputnya diambil (kebruk kalet: bahasa petani Batu), selanjutnya digulut dengan lebar 80 cm.2. Guludan ditaburi pupuk kandang3. Pupuk kandang ditutup dengan tanah dan permukaan guludan dibuat rata. Pada musim penghujan permukaan guludan dibuat agak lebih tinggi agar tidak terendam air hujan. Tinggi guludan pada musim kemarau 30 cm dan musim hujan 40 cm.4. Bibit yang sudahsiap kemudian ditanam pada guludan (diponjo) dengan jarak 20 cm, kemudian ditutup menggunakan daun pahit-pahitan (daun yang rasanya pahit). Tahap selanjutnya adalah penyiangan, menggemburkan tanah dan menguruk tanaman tipis-tipis sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Pemberantasan hama dan penyakit menggunakan rendaman daun pahitan dan bawang putih. Setelah cukup umur tanaman dicabut, diikat dan selanjutnya disiger. Hasil yang Diperoleh1. Penanaman pada waktu musim kemarau (dengan disiram), dengan bibit sebanyak 15 kg menghasilkan panen sebanyak 60 kg.2. Penanaman pada musim hujan, dengan bibit sebanyak 50 kg menghasilkan panen sebanyak 200 kg.Kendala dan ManfaatSelama proses penanaman berlangsung selalu dibayangi keraguan karena seolah-olah menentang arus, meskipun dengan sistem pertanian organik berarti mengikuti hukum alam.Paguyuban belum mampu memasarkan hasil panen sehingga terpaksa saya menjualnya seharga produk konvensional.KesimpulanBertani dengan sistem organik harus titen dan telaten sehingga pasti panen. Dengan sistem pertanian organik biaya yang dikeluarkan rendah, pengerjaan tanah mudah karena gembur. Sudah waktunya petani beralih sistem, meninggalkan sistem konvensional yang merugi dan merusak lingkungan, dengan sistem pertanian organik yang lestari.

6 / 40

Share on : Tweet

I.PENDAHULUANBuncis (dari bahasa Belanda, boontjes, Phaseolus vulgaris L.) merupakan sejenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuran ini kaya dengan kandungan protein. Ia dipercaya berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini membantu menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes atau hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan berat badan.Kacang buncis tumbuh melilit, mempunyai akar tunggang dan sisi yang panjang dan memerlukan tiang untuk memanjat.

II. SYARAT TUMBUH

2.1. Tanah Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di dataran tinggi, yaitu sekitar 1.000 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah yang cocok adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan curah hujan di atas 2500 mm/tahun. Tanah andosol mempunyai ciri berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi, bertekstur lempung sampai debu, remah, gembur, dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (pH) yang optimal untuk pertumbuhan tanaman buncis adalah 5,5 - 6.

2.2. Iklim

A.Curah hujanTanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 1.500 - 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujan terlalu tinggi.

B.SuhuSuhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25C. Pada suhu kurang dari 20 C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 C banyak polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar daripada proses fotosintesis pada suhu tinggi.

C.CahayaCahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan. D.Kelembaban UdaraKelembapan udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 % (sedang). Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis aphis (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan 70 - 80 %.

III.BUDIDAYA TANAMAN BUNCIS Secara umum, budidaya tanaman buncis meliputi persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.

A.Persiapan Benih Benih yang digunakan untuk penanaman buncis harus benih yang baik, yaitu berasal dari tanaman induk yang baik pula. Benih yang baik memenuhi persyaratan tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80 %, bentuknya utuh, bernah, warna mengkilat, tidak bernoda cokelat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, dan bersih dari kotoran. Benih yag baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuh cepat dan seragam, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi. Agar benih dapat disimpan lama maka perlu disimpan pada suhu -18 - 0 C dengan kelembapan relatif 50 - 60%. Kandungan air benih juga sangat menentukan terhadap daya simpan benih. Kandungan air yang baik untuk benih sekitar 14 %. Bila persyaratan di atas sudah terpenuhi maka daya simpan benih dapat mencapai 3 tahun.

B.Pengolahan Lahan Kegiatan pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul tanah sedalam 20 - 30 cm. Untuk tanah-tanah berat pencangkulan dilakukan sebanyak dua kali dengan jangka waktu 2 - 3 minggu, sedangkan untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan satu kali saja. Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan perlu dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40 - 50 cm. Untuk areal yang tidak begitu luas, misalnya lahan pekarangan, tidak perlu dibuat bedengan tetapi cukup berupa guludan selebar 20 cm, panjang 5 m, tinggi 10 - 15 cm, dan jarak antar guludan 70 cm. Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan pemupukan dengan pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, aerasinya baik, dan drainase optimal. Pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dapat diberikan berupa Urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar atau masing-masing 2 gram, 6 gram, dan 1,2 gram untuk tiap tanaman. Cara menempatkan pupuk kandang maupun pupuk anorganik adalah dengan menaburkan di sepanjang larikan.

C.Penanaman Buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit dibandingkan antar barisan. Dengan pola ini akan lebih memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti pengairan, pemupukan, pembumbunan, dan panen. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar maupun tanah miring. Bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbuhnya gulma yang tinggi. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari. Setelah jarak tanam ditentukan, maka pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam yang dibuat dapat lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut yang ditugal. Kedalaman tugal 4 - 6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, dan kedalaman 2 - 4 cm untuk jenis tanah liat. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tanah liat lebih tinggi sehingga dikhawatirkan benih membusuk sebelum berkecambah.

D.Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, pengguludan, pemasangan turus, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.

1)Pemupukan Pemupukan dimaksudkan untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman, karena hara yang disediakan tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Berkurangnya ketersediaan hara dalam tanah disebabkan adanya proses erosi, pencucian, evaporasi (penguapan), atau diserap oleh tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dicampur dengan tanah bedengan sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pupuk anorganik yang diberikan berupa Urea, SP36, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg, 250 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar.

2)Pengairan Pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam. Bila penanaman dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.

3)Pengguludan Peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur kurang lebih 20 dan 40 hari dan lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuannya adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman, dan memelihara struktur tanah.

4)Pemasangan turus atau lanjaran Pemasangan turus atau lanjaran dilakukan untuk budidaya buncis tipe merambat. Turus atau lanjaran dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm dan ditancapkan di dekat tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh. Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan peninggian guludan yang pertama, yaitu pada saat tanaman berumur 20 hari.

5)Pemangkasan Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak ranting-ranting sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu. Selain untuk memperbanyak ranting, pemangkasan juga ditujukan untuk mengurangi kelembapan sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan penyakit.

6) Pengendalian hama dan penyakit

HAMA a)Kumbang Daun Kumbang daun (Henosepilachna signatipennis) termasuk ke dalam famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, berwarna merah atau cokelat kekuning-kuningan, panjang antara 6 - 7 mm. Betina bertelur pada permukaan daun bagian bawah sebanyak 20 - 50 butir. Telur berwarna kuning, bentuknya oval, dan panjang 0,5 mm. Setelah 4 atau 5 hari larvanya akan keluar dan dapat memakan daun-daun buncis. Pupa berbentuk segi empat dan bergerombol pada daun, tangkai, atau batang. Setelah stadia larva adalah stadia dewasa (kumbang) yang sangat rakus memakan daun-daunan, dan hidupnya dapat mencapai lebih dari 3 bulan. Tanaman inangnya bukan hanya jenis kacang-kacangan saja, tetapi juga mentimun, padi, jagung, kubis, dan tanaman lain dari famili Solanaceae. Gejala serangan hama ini berupa lubag-lubang pada daun yang kadang-kadang tinggal kerangka atau tulang-tulang daunnya saja. Tanaman menjadi kerdil dan polong yang dihasilkan kecil-kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membunuh telur, larva, maupun kumbangnya menggunakan tangan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Lannate L dan Lannate 25 WP, dengan konsentrasi 1,5 - 3 cc / liter air.

b)Penggerek Polong Gejala berupa kerusakan pada polong yang masih muda, bijinya banyak yang keropos. Penyebab kerusakan adalah ulat Etiella zinckenella yang termasuk ke dalam famili Pyralidae. Selain menyerang buncis, ulat ini juga merusak tanaman kedelai, kacang panjang, orok-orok, dan lain-lain. Ngengat berukuran kecil kurang lebih 12 mm, sayap mukanya panjang dan berbentuk segitiga, sedangkan sayap belakangnya lebar dan berbentuk bulat. Warna sayap putih seperti perak pada bagian tepinya. Telur-telurnya sering ditempatkan pada bagian bawah kelopak buah. Warna ulat hijau pucat kemudian berubah menjadi kemerah-merahan. Bentuk tubuhnya silindris dengan ukuran panjang 15 mm dan kepalanya berwarna hitam. Waktu yang diperlukan dari telur sampai berbentuk ngengat kurang lebih 40 hari. Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman secara serentak, karena hama ini ada sepanjang tahun. Penyemprotan secara kimia dapat dilakukan menggunakan insektisida Atabron 50 EC dengan konsentrasi 12 - 15 cc/liter air.

c)Lalat Kacang Gejala serangan berupa adanya lubang-lubang pada daun dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa batang yang membengkok dan pecah, kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda.Serangan disebabkan oleh lalat Agromyza phaseoli yang termasuk ke dalam famili agromyzidae. Selain buncis, hama ini juga menyerang kacang panjang, kedelai, kecang hijau, dan kacang gude. Lalt betina mempunyai panjang tubuh sekitar 2,2 mm, sedangkan yang jantan hanya 1,9 mm. Satu ekor lalat betina dapat memproduksi telur sampai 95 butir. Telur dilatakkan pada keping-keping biji yang baru berkecambah, dekat dengan munculnya daun pertama. Warna lalat hitam mengkilap, sedangkan antena dan tulang sayapnya berwarna cokelat muda. Pengendalian dilakukan sedini mungkin, yaitu pada saat pengolahan lahan. Setelah biji-biji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami atau daun pisang, dan penanaman dilakukan secara serentak. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan pada saat buncis baru mulai tumbuh dengan menggunakan insektisida Basminon 60 EC dan Azodrin 60 EC. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur tanaman 20 hari, tergantung berat ringannya serangan.

d)Kutu daun Gejala serangan akan lebih jelas terlihat pada tanaman yang masih muda. Bila serangannya hebat, maka pertumbuhannya menjadi kerdil dan batangnya memutar. Daun menjadi keriting dan kadang berwarna kuning. Penyebab serangan adalah Aphis gossypii yang termasuk ke dalam famili Aphididae. Sifatnya polifag dan kosmopolitan, yaitu dapat memakan segala macam tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu, dan jeruk. Kutu berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning cokelat. Kutu betina menjadi dewasa setelah 4 - 20 hari, setelah itu dapat menghasilkan kutu muda sebanyak 20 - 140 ekor. Karena hama ini dapat menghasilkan embun madu, maka sering dikerumuni semut. Kutu merusak bagian tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman. Pengendalian dilakukan dengan memasukkan musuh alaminya, seperti lembing, lalat, dan jenis dari Coccinellidae. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Rampage100 EC dengan konsentrasi 1 - 2 ml/liter air.

PENYAKIT

a)Penyakit Antraknosa Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum lindemuthianum yang termasuk ke dalam famili Melanconiaceae. Bila cendawan ini telah masuk ke dalam biji maka dapat bertahan sampai biji tersebut berkecambah dan langsung aktif membentuk spora hingga akhirnya menginfeksi tanaman buncis dan tanaman lainnya. Penularannya dapat melalui percikan air hujan maupun serangga. Suhu lingkungan yang sangat mendukung pertumbuhan cendawan adalah 22 - 34 C. Bila suhu terlalu rendah maka cendawan akan dorman (memasuki fase istirahat) dan tahan di dalam tanah sampai beberapa tahun. Gejala penyakit antraknosa berupa bercak-bercak kecil dengan bagian tepi berwarna cokelat dan batasnya kemerah-merahan, kemudian dapat melebar dengan garis tengah 1 cm. Bentuknya tidak beraturan dan antara satu dengan lainnya saling bersinggungan. Bila udara terlalu lembap akan ditemukan massa spora yang berwarna kemerah-merahan. Setelah itu bercak akan seperti luka bernanah. Bila menyerang biji maka setelah berkecambah akan terdapat bercak pada keeping atau hipokotilnya. Tanaman tua yang terserang akan berbecak hitam atau cokelat tua di seluruh batangnya dengan panjang 7 - 10 cm. Bila menyerang tangkai atau tulang daun maka daun akan kelihatan layu. Demikian pula bila menyerang bunga, akan rontok sehingga tidak terbentuk polong. Untuk menghindari penyakit ini maka perlu dipilih benih yang benar-benar bebas dari penyakit. Selain itu dapat pula dilakukan perendaman benih dalam fungisida Agrosid 50 SD sebelum ditanam.Penyemprotan dengan fungisida pun dapat dilakukan, yaitu menggunakan CabrioTop 60 WG dengan konsentrasi 1-2 g/liter air.

b)Penyakit Embun Tepung Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni yang termasuk ke dalam famili Erysiphaceae. Spora dapat berkecambah membentuk hifa baru pada suhu 19 - 25 C dan kelembapan 70 - 80%. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui bantuan angin atau percikan air hujan. Penyakit ini hanya menyerang pada waktu udara panas. Gejala penyakit ditandai dengan adanya warna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru) paba bagian daun, batang, bunga, dan buah. Apabila serangan pada bunga relatif ringan maka polong masih bisa terbentuk. Namun apabila serangannya berat dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, namun akan meninggalkan bekas luka berwarna cokelat suram sehingga menurunkan kualitas. Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang kemudian membakarnya. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida Acrobat 50 WP konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.

c)Penyakit Layu Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum yang termasuk ke dalam famili Pseudomonadaceae. Selain menyerang buncis, penyakit ini juga menyerang tembakau, tomat, cabe, terung, kacang tanah, pisang, dan wijen. Bakteri ini hidup dalam tanah dan dapat bertahan beberapa bulan sampai beberapa tahun. Keadaan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri adalah pada suhu 21 - 35 C dengan kandungan air tanah yang tinggi. Penyebaran penyakit dapat melalui aliran air, tanaman yang dipindahkan, atau peralatan yang digunakan sewaktu pengolahan tanah. Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman, menguning, dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang dipotong melintang maka akan terlihat warna cokelat dan bila dipijit akan keluar cairan berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun dan akar yang sakit pun akan berwarna cokelat. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan air yang terbebas dari penyakit pada saat menyiram tanaman. Tanah persemaian sebaiknya disterilisasi dengan air panas 100 C atau dilakukan fumigasi dengan methyl bromide. Penyemprtotan fungisda dapat dilakukan dengan Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.

d)Penyakit Bercak Daun Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens yang termasuk ke dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat tersebar memalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, dan manusia. Spora yang terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam tanah, sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan yang sama. Spora yang terdapat dalam biji akan bertahan 2-3 tahun. Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuning-kuningan. Lama kelamaan bercak akan melebar dan pada bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning. Akibat lebih lanjut, daun menjadi layu dan akhirnya gugur. Bila menyerang polong maka akan terlihat bercak berwarna kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan. Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas dengan suhu 48 C selama 30 menit lalu dibilas dengan air dingin dan keringkan. Bila telah timbul gejala maka bagian yang terserang segera dipotong dan dibakar. Pengendalia secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida CabrioTop 60 WG,Polycom 80 WG

e)Penyakit Hawar Daun Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris yang termasuk ke dalam famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 C dan suhu optimum 30 C. Hidupnya dapat bertahan beberapa tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Proses masuknya bakteri melalui luka bekas gigitan serangga, saluran hidatoda pada tepi daun, stomata, dan akar tanaman. Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada bagian tepi daun dan kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering, dan berwarna cokelat kekuning-kuningan. Bila seranganya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Gejala kemudian dapat meluas ke batang, dan lama kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam benih dalam Sublimat dengan dosis 1 g/liter air selama 30 menit. Selain iktu, kebersihan lahan harus diperhatikan dengan melakukan penyiangan secara berkala. Tanaman yang sakit segara dicabut dan dibakar.

7)Panen Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari dan polong menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut : -Warna polong masih agak muda dan suram. -Permukaan kulitnya agak kasar. -Biji dalam polong belum menonjol. -Polongnya belum berserat serta bila dipatahkan akan menimbulkan bunyi meletup. Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap setiap 2 atau 3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur 80 hari atau kira-kira setelah dilakukan 7 kali panen.