TUGAS TERSTRUKTUR Bawang Merah Ektan.docx EDIT

24
EKOSISTEM PERTANIAN BAWANG MERAH ( Allium cepa L.) DI DESA KETANGGUNGAN, KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES TUGAS TERSTRUKTUR EKOLOGI TANAMAN Sebagai Syarat Untuk Menempuh Ujian mata Kuliah Ekologi Tanaman Oleh: Gani Husni Mubarok A1L012150 Sella Wulandari A1L012151 Ardi Luqman Hakim A1L012152 Agroteknologi - C PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

description

Tugas terstuktur

Transcript of TUGAS TERSTRUKTUR Bawang Merah Ektan.docx EDIT

EKOSISTEM PERTANIAN BAWANG MERAH ( Allium cepa L.)DI DESA KETANGGUNGAN, KECAMATAN KETANGGUNGANKABUPATEN BREBES

TUGAS TERSTRUKTUR EKOLOGI TANAMANSebagai Syarat Untuk Menempuh Ujian mata Kuliah Ekologi Tanaman

Oleh:Gani Husni MubarokA1L012150Sella WulandariA1L012151Ardi Luqman HakimA1L012152Agroteknologi - C

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2014PRAKATA

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan MAKALAH EKOLOGI TANAMAN BAWANG MERAH ini dengan baik.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Tanaman. Pepatah mengatakan bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan uraian yang penulis susun yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran agar dapat memperbaikinya pada penyusunan makalah selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Purwokerto, 14 Juli 2014

Penulis

I. PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia, karena memiliki ekonomi yang tinggi. Meskipun minat petani terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui beberapa kendala (Sumarni dan Hidayat, 2005).Bawang merah adalah salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu. Pada zaman Mesir kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan (Tim Bina Karya Tani, 2008). Bawang merah pada umumnya ditanam pada musim kemarau, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk menanamnya pada musim hujan. Menanam bawang merah di luar musim tanam banyak gangguannya. Ini disebabkan keadaan cuaca pada musim hujan kurang menguntungkan untuk pertumbuhan bawang merah (Rahayu dan Berlian, 1999). Menanam bawang merah di luar musim tanam bawang adalah salah satu idaman bagi para petani bawang. Harga bawang merah pada musim hujan itu umumnya tinggi. Dapat mencapai 4-5 kali harga bawang di musim panen, tetapi memiliki tingkat bahaya yang sangat tinggi. Hambatan petani bagi penanaman di musim hujan tersebut adalah melimpahnya air yang dapat menyebabkan unsur hara tercuci dengan cepat dan banyaknya serangan penyakit . Penanaman bawang merah di Indonesia pada umumnya dilakukan pada awal musim kemarau (Maret-April) dan (Juli-Agustus). Benih berupa umbi hasil penangkaran musim kemarau (Maret-April) digunakan untuk memenuhi kebutuhan benih pada musim tanam berikutnya, yaitu bulan (Juli-Agustus), begitu pula sebaliknya umbi hasil penangkaran bulan (Juli-Agustus) digunakan untuk memenuhi kebutuhan benih pada bulan (Maret-April). Umbi hasil penangkaran bulan (Juli-Agustus) tidak terdapat kendala, karena antara pemanenan dan penanaman berikutnya memiliki selang waktu yang cukup lama, sehingga ada waktu penyimpanan sebelum umbi ditanam. Namun umbi hasil penangkaran pada musim tanam (Maret-April), memiliki selang waktu yang singkat antara pemanenan dan penanaman berikutnya pada musim tanam (Juli-Agustus). Dalam hal ini benih disimpan kurang dari dua bulan, sehingga benih belum cukup baik karena kemungkinan benih masih dorman, umbi yang akan digunakan sebagai bahan tanam biasanya disimpan selama 1 sampai 2 bulan untuk menghilangkan dormansi.

Kebutuhan benih bawang merah di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 120.020 ton, namun baru terpenuhi sebesar 16,47% yaitu 19.770 ton. Sebagian benih dipenuhi dari dalam negeri, sebagian lagi dari impor. Untuk mencukupi kekurangan benih tersebut, petani sering menggunakan benih hasil tanaman yang bermutu rendah dan tidak bersertifikat; baik yang berasal dari penanaman sendiri atau berasal dari umbi konsumsi; sehingga produktifitas pertanaman rendah.Indonesia dengan 33 Propinsi, 325 Kabupaten, 5.054 Kecamatan mempunyai daerah potensial produksi bawang merah, yang berpeluang cukup baik bila dikelola dengan terencana, terarah, terintegrasi serta dengan kebijaksanaan yang mendukung dari semua sektor, tidak hanya dari sektor pertanian. Daerah tersebut diantaranya adalah : Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Papua.Di lihat dari segi ekonomi, usaha bawang merah cukup menguntungkan serta mempunyai pasar yang cukup luas. Konsumsi bawang merah penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 725.000 ton, dan konsumsi bawang merah ini meningkat sekitar 5% setiap tahunnya sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri olahan. Selain itu peluang ekspor bawang merah segar masih terbuka luas, selain akibat peningkatan konsumsi, peningkatan pemanfaatan bawang merah untuk terapi kesehatan. Musim panen (tanam) bawang merah di Indonesia saling melengkapi dengan negara lain, dalam arti, bilamana di negara lain misalnya daratan China sedang musim tanam, maka di Indonesia sedang panen raya, dan sebaliknya. Sehingga kondisi ini memberi peluang masuknya bawang merah impor berasal dari China, Philipina dan India masuk secara ilegal maupun illegal, atau sebaliknya dapat memberi peluang ekspor bawang merah bilamana konsumsi dan kebutuhan industri bawang merah dalam negeri telah dipenuhi.

II. EKOSISTEM PERTANIAN

A. Kondisi Umum Ekosistem Pertanian Bawang MerahKabupaten Brebes merupakan penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Kabupaten Brebes mampu menyuplai kebutuhan nasional sebesar 23%. Sentra bawang merah di Kabupaten Brebes tersebar pada 12 kecamatan dan terbesar berada di kecamatan Wanasari dengan rata-rata produksi 151,92 Kwintal/ha, kecamatan Brebes dengan rata-rata 124,29 kwintal/ha, baru kemudian diikuti kecamatan-kecamatan lain seperti kecamatan Losari, Ketanggungan, Jatibarang, Banjarharjo, Larangan, Kersana, Bulakamba, Tanjung, Songgom, Bantarkawung. Selain kecamatan-kecamatan yang berpotensi untuk pertanian bawang merah, ada 5 kecamatan yang tidak berpotensi sebagai sentra bawang merah karena tidak cocok untuk pertanian bawang. Kecamatan tersebut antara lain: Kecamatan Salem, Bumiayu, Paguyangan, Sirampong dan Tonjong. Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Letak wilayah Kecamatan Ketanggungan terletak di bagian tengah Kabupaten Brebes yang memanjang dariutarakeselatanpada dataran 17 meter diatas permukaan laut, namun demikian di wilayah Ketanggungan Selatan terdapatperbukitandi sekitar desa Cikeusal dan Jemasih yang berbatasan dengan Kecamatan Bantarkawung dan Salem. Seperti daerah Brebes pada umumnya, bercuaca panas, dan adanya hembusan angin yang datang dari lerengGunung Kumbangsaat musimkemarauyang oleh masyarakat Brebes dinamakan angin kumbang ( jenis anginfohn) yang hembusannya cukupdinginyang cocok untuk tanamanbawang merah. Terdapat pula duasungaiutama yaitu Sungai Babakan dan Sungai Buntiris, yang sangat berperan dalamirigasipertanian, walaupun saat musimhujanterkadang aliran airnya cukup deras.Menurut Sodikin perihal potensi kabupaten Brebes dalam bidang pertanian bawang merah seperti dalam pernyataan dibawah ini: Kabupaten Brebes memiliki potensi pertanian yang besar, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang bekerja pada sektor ini begitu besar. Salah satu komoditi komoditi unggulan Brebes adalah bawang merah. Kabupaten Brebes merupakan sebuah daerah yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dengan bawang merah sebagai salah satu komoditi unggulan. Bawang merah merupakan komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani di Kabupaten Brebes dan sudah menjadi trademark sebagai penghasil bawang merah terbesar di tataran nasional.

B. Komponen Ekosistem Pertanian Bawang MerahKomponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidupContoh : produsen (tumbuh-tumbuhan) yang disini bertindak sebagai bawang merah, konsumen (binatang), dekomposer (bakteri dan jamur). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Contoh : air, udara, cahaya matahari, tanah.Dari hasil pengamatan yang dilakukan di salah satu lahan Bawang Merah milik salah seorang petani di Kabupaten Brebes Jawa Tengah diperoleh beberapa komponen yang mempengaruhi ekosistem bawang merah disana, antara lain yaitu :1. Komponen Biotik

A. Bawang MerahBawang merah merupakan sumber energi utama dalam ekosistem bawang merah, sehingga berperan sebagai produsen. Habitat dari bawang merah adalah ladang berair kering. B. Belalang dan kepitingBelalang dan kepiting menduduki posisi konsumen tingkat satu pada ekosistem bawang merah karena belalang memakan tanaman bawang merah. Habitatnya adalah di sawah dan relungnya adalah di rumput. Selain sebagai konsumen tingkat satu belalang juga menjadi sumber energi bagi predatornya, misalnya katak. Olehkarena itu belalang juga membantu dalam menjaga keseimbangan antarorganisme yang ada di sawah sehingga tidak terjadi ledakan populasi.

C. KatakKatak berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen tingkat kedua. Habitatnya adalah di tempat yang lembab. Relungnya adalah di atas tanah, rerumputan atau celah tebing saluran air.D. UlarUlar merupakan konsumen tingkat 3 di sawah. Habitat dari ular adalah pada dasarnya dsawah atau di rerumputan/semak sedangkan relungnya adalah di dalam tanah. Bila masih banyak ladang, kita tidak usah berburu tikus karena mereka akan bisa membunuh sekitar 10.000 ekor tikus setahun. Peran ular ini sangat membantu, karena dapat menekan jumlah populasi tikus yang menyerang padi.E. GulmaSama seperti tanaman padi, gulma juga berperan sebagai produsen. Habitat dari gulma adalah ladang. Sedangkan relungnya adalah di tanah yang berair atau lumpur. Keberadaan gulma dapat menurunkan produksi tanaman, karena mereka mengganggu proses pertumbuhan tanaman bawang merah dengan kompetisi.F. DekomposerDekomposer disebut juga perombak (pengurai), yaitu organisme yang bertugas merombak sisa-sisa organisme lain untuk memperoleh makanannya. Habitat dari organisme pengurai ini adalah pada dasarnya d sawah namun tidak jarang dijumpai di ladang ladang seperti bawang merah dan lainnya, sedangkan relungnya adalah di dalam tanah.

2. Komponen AbiotikA. TanahMeskipun tanah merupakan komponen abiotik, namun peranannya sangat penting bagi ekosistem bawang merah karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.B. AirAir adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan. Dalam ekosistem bawang mereah, air berperan dalam memberikan nutrisi terlarut dalam bentuk cairan yang diserap oleh makhluk hidup. Semua komponen biotik yang ada di sawah tidak akan dapat hidup tanpa mengkonsumsi air, karena sebagian besar penyusun tubuh makhluk hidup adalah air. Oleh karenanya air memiliki fungsi yang sangat penting.C. Cahaya MatahariCahaya matahari adalah sumber utama kehidupan. Tanpa adanya cahaya matahari tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga rantai makanan akan terputus karena konsumen tidak bisa mendapatkan sumber makanan utama.

III. HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN DALAM EKOSISTEM

A. Uraian Hubungan Antar KomponenDalam ekosistem terjadi interaksi antara komponen biotik dan abiotik, dimulai dari matahari sebagai sumber energi utama, tumbuhan hijau (Bawang Merah)menerima sebagian radiasi dan mengubahnya sebagai makanan, maka tumbuhan di sebut produsen.Interaksi suatu individu dengan lingkungannya terjadi untuk mempertahankan hidupnya.Perpindahan energi yang berbentuk makanan dari mahluk hidup yang satu ke mahkluk hidup yang lain melalui serangkaian urutan makanan dan dimakan dsebut ratai makanan. Tingkat trofik pertama / produsen, tingkat trofik kedua / konsumen.

B. Gambar Bagan Hubungan

Cahaya MBawang Merah

KepitingBelalang

Katak

Ular

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di salah satu lahan Bawang Merah milik salah seorang petani di Kabupaten Brebes Jawa Tengah diperoleh beberapa komponen yang mempengaruhi ekosistem bawang merah disana, antara lain yaitu :Komponen Biotik : bawang merah, belalang, katak, ular, gulma, dekomposer. Komponen Abiotik : tanah, air, cahaya matahariDalam ekosistem terjadi interaksi antara komponen biotik dan abiotik, dimulai dari matahari sebagai sumber energi utama, tumbuhan hijau (Bawang Merah)menerima sebagian radiasi dan mengubahnya sebagai makanan, maka tumbuhan di sebut produsen.Interaksi suatu individu dengan lingkungannya terjadi untuk mempertahankan hidupnya.Perpindahan energi yang berbentuk makanan dari mahluk hidup yang satu ke mahkluk hidup yang lain melalui serangkaian urutan makanan dan dimakan dsebut ratai makanan. Tingkat trofik pertama / produsen, tingkat trofik kedua / konsumen

DAFTAR PUSTAKADanarti, Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya & Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.Irawan, Daniel. 2010. Bawang Merah dan Pestisida. Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Medan. http://www.bahanpang.sumutprov.go.id [12 Agustus 2014].Jermia L dan Alberth S. 2007. Ketersediaan Teknologi dan Potensi Pengembangan Ubi Jalar di Papua. Balai Pengkajian Teknologi dan Pertanian Papua. Jurnal Litbang Pertanian 26 (4).Juanda, Dede. 2000. Budidaya Ubi Jalar dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.Purwono. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan. Penebar Swadaya. JakartaRukmana, Rahmat. 1990. Ubi Kayu Budidaya dan Pasca Panen. Azka press. Jakarta.Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan teknis PTT Bawang merah No.3. Balai Penelitian Sayuran IPB. http://agroindonesia.co.id. [12 Agustus 2014]Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widya, Bandung.Wargiono. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanamnya. Dalam: Buletin Tekhnik No 4. Lemabaga Pusat Penelitian Bogor. Bogor

LAMPIRANFOTO KEGIATANa. Salah satu komponen biotik

b. Sistem Irigasi