5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

8
1 PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN PENGENDALIAN SAPI/KERBAU BETINA PRODUKTIF TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap tahun ditengarai lebih dari 200 ribu ekor sapi dan kerbau betina yang masih produktif telah di potong di Rumah Potong Hewan (RPH) di beberapa daerah di Indonesia. Data dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca Panen (Tahun 2010) menunjukkan bahwa dari 19 provinsi yang telah di lakukan survei ternyata 204.196 ekor sapi/kerbau betina produktif telah dipotong. Undang-undang No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengatur tentang dilarangnya ternak betina produktif untuk dipotong. Dalam rangka mencukupi ketersediaan bibit ternak ruminansia dan mencegah berkurangnya ternak ruminansia betina produktif, perlu dilakukan pengendalian terhadap ternak ruminansia betina produktif yang dikeluarkan oleh masyarakat. Pengendalian ternak ruminansia betina produktif merupakan serangkaian kegiatan untuk mengelola penggunaan ternak ruminansia betina produktif melalui status reproduksi, seleksi, penjaringan, dan pembibitan. Tujuan Tujuan kegiatan adalah: 1. Maksud dilaksanakannya pengendalian sapi/kerbau betina produktif yaitu dalam rangka memberikan fasilitasi dan pelayanan fungsi perbibitan kepada para peternak/kelompok yang memelihara dan mengembangkan sapi lokal dan kerbau betina produktif sebagai populasi dasar untuk menghasilkan ternak yang mempunyai kriteria bibit yang kemudian dijaring dan didistribusikan ke UPT/UPTD perbibitan dan atau kelompok pembibit. 2. Memberikan pelayanan fungsi perbibitan terutama kepada sapi lokal dan kerbau betina produktif untuk meningkatkan produksi dan produktivitas

Transcript of 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

Page 1: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    1 

PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN PENGENDALIAN SAPI/KERBAU BETINA PRODUKTIF

TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap tahun ditengarai lebih dari 200 ribu ekor sapi dan kerbau betina yang masih produktif telah di potong di Rumah Potong Hewan (RPH) di beberapa daerah di Indonesia. Data dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca Panen (Tahun 2010) menunjukkan bahwa dari 19 provinsi yang telah di lakukan survei ternyata 204.196 ekor sapi/kerbau betina produktif telah dipotong.

Undang-undang No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengatur tentang dilarangnya ternak betina produktif untuk dipotong. Dalam rangka mencukupi ketersediaan bibit ternak ruminansia dan mencegah berkurangnya ternak ruminansia betina produktif, perlu dilakukan pengendalian terhadap ternak ruminansia betina produktif yang dikeluarkan oleh masyarakat.

Pengendalian ternak ruminansia betina produktif merupakan serangkaian kegiatan untuk mengelola penggunaan ternak ruminansia betina produktif melalui status reproduksi, seleksi, penjaringan, dan pembibitan.

Tujuan

Tujuan kegiatan adalah:

1. Maksud dilaksanakannya pengendalian sapi/kerbau betina produktif yaitu dalam rangka memberikan fasilitasi dan pelayanan fungsi perbibitan kepada para peternak/kelompok yang memelihara dan mengembangkan sapi lokal dan kerbau betina produktif sebagai populasi dasar untuk menghasilkan ternak yang mempunyai kriteria bibit yang kemudian dijaring dan didistribusikan ke UPT/UPTD perbibitan dan atau kelompok pembibit.

2. Memberikan pelayanan fungsi perbibitan terutama kepada sapi lokal dan kerbau betina produktif untuk meningkatkan produksi dan produktivitas

Page 2: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    2 

3. Melakukan evaluasi dan kajian pelaksanaan kegiatan pengembangan pembibitan ternak yang telah dilakukan baik yang difasilitasi melalui dana APBN, APBD maupun sumber dana lainnya.

B. Sasaran Kegiatan

Berkembangnya pembibitan ternak di daerah dan tersedianya bibit dalam jumlah dan kualitas yang cukup.

Page 3: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    3 

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ORGANISASI PELAKSANA

A. Lokasi Kegiatan

Kegiatan pembinaan dan pengendalian Sapi/Kerbau Betina Produktif tahun 2012 dialokasikan dalam bentuk dana dekonsentrasi di 31 Provinsi pada masing-masing provinsi. Provinsi yang mendapat alokasi kegiatan sebagaimana tabel berikut:

No Provinsi 1 Aceh 2 Sumut 3 Sumbar 4 Riau 5 Kepri 6 Bengkulu 7 Sumsel 8 Jabar 9 Banten 10 Jateng 11 D I Y 12 Jatim 13 Bali 14 NTB 15 NTT 16 Kalbar 17 Kalsel 18 Kaltim 19 Sulsel 20 Sulut 21 Sulteng 22 Sultra 23 Sulbar 24 Papua Barat

B. Pemanfaatan Dana

Dana yang dialokasikan digunakan untuk kegiatan sebagai berikut: operasional kegiatan, pembinaan dan pertemuan serta pelaporan.

C. Pengorganisasian

Page 4: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    4 

Untuk kelancaran kegiatan pembinaan dan pengendalian pembibitan Tahun 2012, di tingkat pusat dibentuk Tim Pembinaan Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, di tingkat provinsi dibentuk Tim Pembinaan Provinsi dan pada tingkat kabupaten/kota dibentuk Tim Pembinaan Kabupaten/Kota, dengan memanfaatkanalokasi pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD I dan II secara optimal, rincian tugas Tim Provinsi dan Tim Kabupaten dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh Provinsi.

Mekanisme koordinasi Tim Pembinaan Pusat dengan Tim Pembinaan Provinsi dan Tim Pembinaan Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan kelompok peternak sebagaimana Gambar 1.

Gambar 1. Mekanisme koordinasi Tim Pusat dengan Tim Provinsi dan Tim Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan kelompok peternak.

BAB III

PEMBINAAN PENGENDALIAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

A. Pembinaan Pengendalian

Tim Pengawalan Pusat Tim Pengawalan Provinsi

Tim Pengawalan Kab/Kota

Kelompok Peternak Keterangan : 1 : Garis Koordinasi

3 : Garis Pelaporan

2 : Garis Pendampingan, Pengawalan dan 4 : Garis Pemeriksaan

4

1

1

13

3

3

2

2

2

Page 5: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    5 

Pembinaan pengendalian yang dilakukan dalam pendampingan dan pengawalan meliputi :

1. Pembinaan Teknis, dilakukan oleh tim provinsi/kabupaten/kota terhadap kelompok peternak menyangkut :

a. Aspek pelaksanaan kegiatan pengembangan pembibitan (pemilihan lokasi/kelompok peternak, pemilihan bibit ternak, pemeliharaan, perkawinan, pencatatan/rekording dan sertifikasi), dengan mempersiapkan kelompok pembibit yang mengarah pada pembentuan VBC.

b. Teknis kegiatan pembibitan ternak lebih rinci diatur di dalam Petunjuk Pelaksanaan yang diterbitkan oleh Dinas Provinsi disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

c. Aspek pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pembibitan.(yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya)

2. Pembinaan pengendalian kelembagaan, dikembangkan dalam rangka meningkatkan usaha kelompok sehingga berkembang menjadi gabungan kelompok, koperasi atau usaha berbadan hukum lainnya. Penguatan kelembagaan mutlak dilakukan melalui dinamisasi aktivitas kelompok, kemampuan memupuk modal, kemampuan memilih bentuk dan memanfaatkan peluang usaha yang menguntungkan dan pengembangan jaringan kerjasama denga pihak lain.

3. Pembinaan Usaha Kelompok, difokuskan kepada usaha pembibitan, namun dapat dikembangkan jenis-jenis usaha lainnya dalam rangka mendukung usaha pembibitan.

B. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan pendampingan dan pengawalan pembibitan dapat diukur dari beberapa aspek, antara lain :

1. Aspek teknis a. Meningkatnya populasi dan mutu bibit ternak. b. Menurunnya ternak betina produktif yang di potong c. Terciptanya sentra/kawasan pembibitan ternak (VBC).

2. Aspek kelembagaan a. Terbentuknya gapoktan, koperasi maupun usaha berbadan hukum

lainnya.

Page 6: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    6 

b. Menguatnya kelembagaan perbibitan ternak.

3. Aspek usaha a. Meningkatnya skala usaha kelompok b. Berkembangnya usaha agribisnis lainnya pada kelompok tersebut.

Page 7: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    7 

BAB IV PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pemantauan dan Evaluasi

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui berbagai masalah yang timbul dan tingkat keberhasilan yang dicapai, serta pemecahan masalahnya.

Hasil pemantauan dan evaluasi secara berjenjang untuk dilaporkan ke pusat meliputi :

1. Kemajuan pelaksanaan program pembibitan ternak di daerah masing-masing.

2. Penyelesaian masalah lapangan yang dihadapi di tingkat kelompok, kabupaten/kota.

3. Perkembangan populasi ternak, pola pembibitan dan perkembangan pembibitan di masing-masing daerah.

B. Pelaporan

Pelaporan pembinaan dan pengendalian diperlukan untuk mengetahui perkembangan kegiatan pembibitan di lapangan. Dinas Provinsi melakukan rekapitulasi seluruh laporan pendampingan dan pengawalan pembibitan yang telah dilakukan dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq Direktur Perbibitan Ternak.

Page 8: 5.8. Pedoman teknis-Pembinaan Pengendalian Betina Prod.pdf

    8 

BAB V

PENUTUP

Pedoman Teknis Pembinaan Pengendalian Sapi/Kerbau Betina Produktif ini merupakan acuan untuk kelancaran operasional pengembangan pembibitan ternak di daerah pada tahun 2012. Dengan pedoman teknis ini diharapkan seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan dari tingkat Pusat, Provinsi, sampai Kabupaten/Kota dapat terlaksana dengan baik dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.

Direktorat Perbibitan Ternak