5.

5
88 Hasnel Sofyan / Pemantauan Rutin Dosis Eksterna Perorangan Menggunakan Dosimeter Personal Aktif Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823 Pemantauan Rutin Dosis Eksternal Perorangan Menggunakan Dosimeter Personal Aktif Hasnel Sofyan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN [email protected] Abstrak – Dosis yang diterima para pekerja radiasi harus selalu terpantau dan nilainya berada di bawah nilai batas dosis yang telah ditetapkan. Nilai dosis eksterna perorangan dapat diukur dengan menggunakan sistem dosimeter personal pasif (detektor film, dosimeter luminescence, dll) dan sistem dosimeter personal aktif (DPA). Jenis dosimeter yang digunakan juga disesuaikan dengan lingkungan tempat kerja, jenis radiasi (sinar-X, gamma, beta, dan neutron) dan laju dosis sumber radiasi yang digunakan. Selama ini, pemantauan dosis eksterna perorangan secara rutin dilakukan dengan dosimeter luminescence (TLD, OSLD, RPLD). Dengan perkembangan DPA dan fitur-fitur tambahan yang tersedia, pemantauan dosis eksterna perorangan akan menjadi lebih mudah dan praktis. Belakangan ini, DPA telah mulai dipertimbangkan untuk dosimeter kerja rutin seperti dosimeter personal pasif dalam pemantauan dosis eksterna perorangan. DPA dapat memberikan bacaan dosis secara langsung dan alarm pada nilai dosis yang telah ditetapkan sebelumnya. Di samping itu, sensitivitas DPA order 100 counts per μSv dan dapat mengindikasikan dosis serendah 0,015 μSv. Keunggulan ini sangat mendukung dalam pencapaian prinsip dasar dalam proteksi radiasi yaitu Prinsip Alara (as low as reasonably achievable). Untuk masa yang akan datang, dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan dosimeter sebagai dampak dari perkembangan peralatan dan iptek nuklir, sistem dosimeter perorangan aktif dapat menggantikan dosimeter perorangan pasif dalam pemantauan dosis rutin. Kata Kunci: dosis perorangan, prinsip Alara, TLD, dosimeter personal aktif. Abstract – The accepted doses on radiation workers must be monitored and its value is below than specified doses value limits. The value of external doses for individual can be measured by using passive personal dosimeter system (film detector, luminescence dosimeter, etc.) and active personal dosimeter system (APD). Dosimeter type that be use is also adapted to the environment work, radiation type (x-rays; gamma, beta, and neutrons) and doses rate of radiation exposure. During this time, the monitoring of individual dose routinely has been done by using luminescence dosimeter (TLD, OSLD, RPLD). The development of APDs and additional features available, external doses monitoring for individual will be easier and more practical. Lately, the APD has started to be considered for serving as routine workplace dosimeters like passive dosimeter in individual doses monitoring. APD can provide dose readings and alarms directly on the value of the dose has been established before. In addition, the APD sensitivity order 100 counts per μSv and can be indicated a dose as low as 0,015 μSv. This advantage is supported in the achievements of the basic principles in radiation protection, namely principle of Alara (as low as reasonably achievable). In the future, the increasing demands of dosimeter needs as a impact in development of nuclear device and science and technology nuclear, the system of active personal dosimeter can be replace the passive personal dosimeters in routine monitoring doses. Keywords: personal dose, Alara principles, TLD, active personal dosimeter I. PENDAHULUAN Dosimeter yang akan digunakan untuk pemantauan dosis yang berasal dari paparan radiasi pengion harus memiliki tingkat keselarasan hasil pengukuran dan evaluasi dosis yang sama di seluruh dunia [1]. Selain itu, pemilihan dosimeter juga harus disesuaikan dengan jenis radiasi (sinar- X, gamma, beta dan neutron) dan nilai dosis ekivalen perorangan Hp(d) yang akan dipantau. Pemantauan dosis eksterna perorangan dapat dilakukan dengan menggunakan dosimeter pasif dan dosimeter aktif. Dosimeter pasif terdiri dari detektor bahan luminescence (luminisensi), detektor jejak nuklir, detektor emulsi superheated (bubble detector), detektor film dll, sedangkan dosimeter aktif menggunakan electronic personal dosimeter (EPD) [1,2]. Dosimeter luminisensi, berdasarkan jenis stimulasi yang diberikan pada saat proses pembacaan tanggapannya dapat dikelompokkan sebagai TLD (thermoluminescence dosimeter), OSLD (optically stimulated luminescence dosimeter) dan RPLD (radiophoto luminescence dosimeter). Perlindungan keselamatan terhadap pekerja radiasi wajib diberikan agar paparan radiasi pengion yang diterimanya tidak melampaui nilai batas dosis yang telah ditetapkan [3]. Secara umum, pengunaan sistem dosimeter personal pasif membutuhkan durasi waktu untuk pemantauan paparan radiasi pengion, yaitu jangka pendek (1 hari) dan jangka panjang (1 – 3 bulan atau > 3 – 6 bulan) [2]. Sebelum mengetahui nilai dosis kumulatif yang diterima pekerja selama masa pemakaian, setiap dosimeter harus melewati proses evaluasi oleh laboratorium dosimetri terakreditasi [3]. Proses mengevaluasi dosimeter juga membutuhkan waktu untuk pengiriman ke laboratorium dosimetri yang ditunjuk, sehingga dapat menjadi kendala jika informasi dosis ingin diketahui secara cepat. Pada situasi lain, masalah pemantauan dosis sering dijumpai karena penggunaan sumber radiasi yang memiliki paparan laju dosisnya relatif tinggi, terutama dalam kegiatan di bidang medis dan industri [4]. Dengan hanya menggunakan dosimeter pasif (TLD badge), aplikasi proteksi radiasi tidak akan menjadi efektif.

description

fauzan

Transcript of 5.

Page 1: 5.

88 Hasnel Sofyan / Pemantauan Rutin Dosis Eksterna Perorangan Menggunakan Dosimeter Personal Aktif

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013

ISSN : 0853-0823

Pemantauan Rutin Dosis Eksternal Perorangan Menggunakan Dosimeter

Personal Aktif

Hasnel Sofyan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN

[email protected]

Abstrak – Dosis yang diterima para pekerja radiasi harus selalu terpantau dan nilainya berada di bawah nilai batas dosis

yang telah ditetapkan. Nilai dosis eksterna perorangan dapat diukur dengan menggunakan sistem dosimeter personal pasif

(detektor film, dosimeter luminescence, dll) dan sistem dosimeter personal aktif (DPA). Jenis dosimeter yang digunakan juga

disesuaikan dengan lingkungan tempat kerja, jenis radiasi (sinar-X, gamma, beta, dan neutron) dan laju dosis sumber radiasi

yang digunakan. Selama ini, pemantauan dosis eksterna perorangan secara rutin dilakukan dengan dosimeter luminescence

(TLD, OSLD, RPLD). Dengan perkembangan DPA dan fitur-fitur tambahan yang tersedia, pemantauan dosis eksterna

perorangan akan menjadi lebih mudah dan praktis. Belakangan ini, DPA telah mulai dipertimbangkan untuk dosimeter kerja

rutin seperti dosimeter personal pasif dalam pemantauan dosis eksterna perorangan. DPA dapat memberikan bacaan dosis

secara langsung dan alarm pada nilai dosis yang telah ditetapkan sebelumnya. Di samping itu, sensitivitas DPA order 100

counts per µSv dan dapat mengindikasikan dosis serendah 0,015 µSv. Keunggulan ini sangat mendukung dalam pencapaian

prinsip dasar dalam proteksi radiasi yaitu Prinsip Alara (as low as reasonably achievable). Untuk masa yang akan datang,

dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan dosimeter sebagai dampak dari perkembangan peralatan dan iptek nuklir, sistem

dosimeter perorangan aktif dapat menggantikan dosimeter perorangan pasif dalam pemantauan dosis rutin.

Kata Kunci: dosis perorangan, prinsip Alara, TLD, dosimeter personal aktif.

Abstract – The accepted doses on radiation workers must be monitored and its value is below than specified doses value limits.

The value of external doses for individual can be measured by using passive personal dosimeter system (film detector,

luminescence dosimeter, etc.) and active personal dosimeter system (APD). Dosimeter type that be use is also adapted to the

environment work, radiation type (x-rays; gamma, beta, and neutrons) and doses rate of radiation exposure. During this time,

the monitoring of individual dose routinely has been done by using luminescence dosimeter (TLD, OSLD, RPLD). The

development of APDs and additional features available, external doses monitoring for individual will be easier and more

practical. Lately, the APD has started to be considered for serving as routine workplace dosimeters like passive dosimeter in

individual doses monitoring. APD can provide dose readings and alarms directly on the value of the dose has been established

before. In addition, the APD sensitivity order 100 counts per µSv and can be indicated a dose as low as 0,015 µSv. This

advantage is supported in the achievements of the basic principles in radiation protection, namely principle of Alara (as low

as reasonably achievable). In the future, the increasing demands of dosimeter needs as a impact in development of nuclear

device and science and technology nuclear, the system of active personal dosimeter can be replace the passive personal

dosimeters in routine monitoring doses.

Keywords: personal dose, Alara principles, TLD, active personal dosimeter

I. PENDAHULUAN Dosimeter yang akan digunakan untuk pemantauan dosis

yang berasal dari paparan radiasi pengion harus memiliki

tingkat keselarasan hasil pengukuran dan evaluasi dosis

yang sama di seluruh dunia [1]. Selain itu, pemilihan

dosimeter juga harus disesuaikan dengan jenis radiasi (sinar-

X, gamma, beta dan neutron) dan nilai dosis ekivalen

perorangan Hp(d) yang akan dipantau. Pemantauan dosis

eksterna perorangan dapat dilakukan dengan menggunakan

dosimeter pasif dan dosimeter aktif. Dosimeter pasif terdiri

dari detektor bahan luminescence (luminisensi), detektor

jejak nuklir, detektor emulsi superheated (bubble detector),

detektor film dll, sedangkan dosimeter aktif menggunakan

electronic personal dosimeter (EPD) [1,2]. Dosimeter

luminisensi, berdasarkan jenis stimulasi yang diberikan pada

saat proses pembacaan tanggapannya dapat dikelompokkan

sebagai TLD (thermoluminescence dosimeter), OSLD

(optically stimulated luminescence dosimeter) dan RPLD

(radiophoto luminescence dosimeter).

Perlindungan keselamatan terhadap pekerja radiasi wajib

diberikan agar paparan radiasi pengion yang diterimanya

tidak melampaui nilai batas dosis yang telah ditetapkan [3].

Secara umum, pengunaan sistem dosimeter personal pasif

membutuhkan durasi waktu untuk pemantauan paparan

radiasi pengion, yaitu jangka pendek (≥ 1 hari) dan jangka

panjang (1 – 3 bulan atau > 3 – 6 bulan) [2]. Sebelum

mengetahui nilai dosis kumulatif yang diterima pekerja

selama masa pemakaian, setiap dosimeter harus melewati

proses evaluasi oleh laboratorium dosimetri terakreditasi [3].

Proses mengevaluasi dosimeter juga membutuhkan waktu

untuk pengiriman ke laboratorium dosimetri yang ditunjuk,

sehingga dapat menjadi kendala jika informasi dosis ingin

diketahui secara cepat. Pada situasi lain, masalah

pemantauan dosis sering dijumpai karena penggunaan

sumber radiasi yang memiliki paparan laju dosisnya relatif

tinggi, terutama dalam kegiatan di bidang medis dan industri

[4]. Dengan hanya menggunakan dosimeter pasif (TLD

badge), aplikasi proteksi radiasi tidak akan menjadi efektif.

Page 2: 5.

Hasnel Sofyan / Pemantauan Rutin Dosis Eksterna Perorangan Menggunakan Dosimeter Personal Aktif 89

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013

ISSN : 0853-0823

Di Indonesia, pemantauan rutin dosis eksterna perorangan

untuk paparan radiasi sinar-X, gamma, beta dan neutron

menggunakan dosimeter pasif TLD badge produk Harshaw

atau BARC. Mengingat pentingnya keselamatan radiasi bagi

setiap pekerja radiasi [3,5], maka pemantauan dosis eksterna

perorangan perlu mendapatkan perhatian serius agar prinsip

dasar dalam proteksi radiasi yaitu Prinsip Alara (as low as

reasonably achievable) dapat diaplikasikan secara benar.

Berdasarkan EURATOM [6], standar keselamatan dasar

terhadap bahaya yang kemungkinan timbul dari radiasi

pengion telah menjadikan tantangan baru dalam pemantauan

dosis perorangan, terutama untuk batas dosis rendah bagi

masyarakat dan pekerja, dan batasan dosis untuk kegiatan

spesifik.

Dosimeter aktif (EPD) [7] dapat merekam informasi dosis

lebih rendah dari yang terdeteksi oleh dosimeter pasif. EPD

dengan pengaturan fiturnya (alarm), pekerja dapat menjaga

jarak aman dari sumber radiasi sehingga aplikasi limitasi

dosis dapat terlaksana. Dengan keunggulan dan untuk usaha

mengatasi kendala yang terjadi dalam pemakaian dosimeter

pasif, maka perlu dilakukan kajian penggunaan sistem

dosimeter aktif sebagai dosimeter yang akan digunakan

secara rutin dalam pemantauan dosis eksterna perorangan.

II. SISTEM DOSIMETER PERSONAL AKTIF A. Dosimeter Personal Aktif (EPD)

Masalah yang sering terjadi dalam memperkirakan dosis

eksterna perorangan adalah pemakaian dosimeter tidak

benar, kesalahan dalam proses pembacaan dan adanya

perbedaan antara kondisi standar saat kalibrasi dengan

lingkungan kerja yang nyata. Selain itu, peningkatan

ketidakpastian dosis yang dilaporkan dapat disebabkan

karena kehilangan data sebagai akibat kerusakan atau

hilangnya dosimeter dan juga kemungkinan terpapar radiasi

yang cukup signifikan pada saat tidak digunakan (misal

proses pengiriman) [8].

Perkembangan iptek dan peralatan nuklir yang sangat

pesat terutama di bidang kesehatan dan industri, akan diikuti

dengan meningkatnya kebutuhan dosimeter yang memiliki

tingkat sensitivitas yang tinggi. Selain itu, dibutuhkan juga

dosimeter yang mampu mengendalikan dosis radiasi yang

diterima pekerja di daerah dengan laju paparan radiasinya

relatif tinggi [3]. Selama ini, pemantauan dosis eksterna

perorangan yang dilakukan secara rutin, masih didominasi

oleh dosimeter luminisensi (TLD, OSLD dan RPLGD).

Sedangkan EPD (Gambar 1) [9], hanya digunakan sebagai

dosimeter pendamping dan itupun jika diperlukan. Dengan

perkembangan EPD yang semakin fleksibel dan fitur-fitur

tambahan yang tersedia semakin lengkap, EPD memiliki

potensi yang cukup baik untuk memenuhi ketentuan

persyaratan proteksi radiasi [1,10].

B. Karakteristik Dosimeter Personal Aktif (EPD)

Prinsip dasar dari EPD adalah rangkaian yang terdiri dari

detektor yang dihubungkan dengan perangkat elektronik.

Tipe detektor yang banyak digunakan pada EPD yang

memenuhi karakteristik teknis yang dipublikasikan oleh

International Electrotechnical Commission (IEC) [11] dan

sudah dikomersialisasikan adalah detektor dioda-Si (1-4 Si),

tabung GM (Geiger Muller) dan DIS (Direct Ion Storage)

[10]. Secara umum, EPD memiliki banyak keunggulan

dalam pengukuran dosis eksterna perorangan dibandingkan

dengan dosimeter pasif. Namun, IEC menetapkan batasan

yang sama untuk tanggapan dosimeter terhadap perubahan

energi dan perbedaan sudut insiden radiasi, yaitu 0,71–1,67

seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Pada Gambar 2

ditampilkan kurva tanggapan beberapa EPD dan TLD badge

yang dinormalisasi terhadap sumber standar 137Cs untuk

dosis nominal (Hp(10)) 1 mSv [12], dan pada Tabel 1 untuk

karakteristik teknis dosimeter.

Gambar 1. Beberapa tipe EPD [9].

Tabel 1. Karakterisitik teknis persyaratan dosimeter personal

(gamma, beta dan neutron) [10,11]

Pengaruh Kuantitas Persyaratan Teknis IEC 61526

Ukuran < 250 cm3

Massa < 200 g

Memori bacaan ± 5%, 24 jam setelah off

Uji jatuh ± 10%; 1,5 m dari permukaan

lantai yang keras

Batas pengukuran efektif 1 µSv – 1 Sv atau

1 µSv/jam – 1 Sv/jam

Kesalahan relatif radiasi

foton (137Cs) Dosis ekivalen (± 15%) dan laju

dosis ekivalen (± 20%)

Kesalahan relatif radiasi

beta (90Sr/90Y) Dosis ekivalen (± 15%) dan laju

dosis ekivalen (± 20%)

Ketergantungan laju dosis

ekivalen ± 20% sampai laju dosis 1 Sv/jam

Akurasi alarm radiasi

foton (137Cs) Dosis ekivalen (± 15%) dan laju

dosis ekivalen (± 20%)

Akurasi alarm radiasi beta

(90Sr/90Y) Dosis ekivalen (± 15%) dan laju

dosis ekivalen (± 20%)

Ketergantungan sudut

Foton (0 – ± 60°)

Beta (0 – ± 60°)

± 20% (137Cs) dan ± 50% (241Am)

± 30% untuk 90Sr/90Y

Energi radiasi

Foton (33keV–1,5 MeV)

Beta (Emax > 0,78 MeV)

± 30% (20 keV – 1,5 MeV)

± 30%

Medan radiasi neutron – 35 sampai + 122% (100keV–

15MeV)

– 35 sampai + 200% (0,025eV–

100keV)

Pada Gambar 2 terlihat kurva tanggapan EPD pada energi

tertentu berada di luar batasan yang ditetapkan oleh IEC.

Hal ini dapat terjadi, karena karakteristik setiap EPD tidak

sama dan bergantung pada model EPD dan tipe detektor

yang digunakan. Berdasarkan data penelitian T. Bolognese-

Milsztajn dkk [13], perbedaan model (31 model) dan tipe

detektor menyebabkan tanggapan EPD terhadap energi juga

berbeda. Variasi tanggapan EPD untuk energi rendah (Emin)

dan energi tinggi (Emax) masing-masing adalah 15 – 70 keV

dan 1.000 – 10.000 keV secara berurutan. Sedangkan tipe

detektor yang digunakan untuk EPD adalah detektor dioda-

Page 3: 5.

90 Hasnel Sofyan / Pemantauan Rutin Dosis Eksterna Perorangan Menggunakan Dosimeter Personal Aktif

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013

ISSN : 0853-0823

Si (seri 1-4 Si), tabung GM, DIS dan detektor semi

konduktor.

IEC 61526

IEC 61526

Gambar 2. Tanggapan beberapa EPD dan TLD yang

dinormalisasi terhadap sumber radiasi 137Cs. [12]

IEC 61526

IEC 61526

Gambar 3. Tanggapan EPD untuk perubahan sudut yang

dinormalisasi terhadap sumber radiasi 137Cs [12].

Pada saat pemakaian dosimeter baik TLD atau EPD di

daerah kerja, posisinya terhadap arah datang sumber radiasi

sering kali tidak terpantau secara pasti. Melalui komisi

internasional (IEC), telah dipublikasikan IEC 61526 untuk

uji kemampuan dosimeter, termasuk batas deteksi dan

ketidakpastian pengukuran sebagai persyaratan yang harus

dipenuhi oleh dosimeter. Pengaruh perbedaan sudut datang

paparan radiasi, IEC 61526 memberikan batasan tanggapan

terhadap insiden normal sebesar 0,71–1,67 untuk sudut

antara 0 ± 60°. Dari penelitian A. Boziari dkk [12], EPD dan

TLD yang digunakan memenuhi persyaratan IEC 61526

terhadap posisi pemakaian EPD dan TLD badge, memenuhi

persyaratan yang dipublikasikan oleh IEC 61526.

C. Standar Internasional untuk EPD

Dosimeter yang digunakan dalam proteksi radiasi harus

memenuhi ketentuan persyaratan yang diberlakukan secara

internasional. Hal ini akan berdampak pada tuntutan untuk

meningkatkan jaminan kualitas dan kontrol kualitas dalam

pemantauan dosis eksterna perorangan. Sehingga, kesiapan

metode evaluasi ketidakpastian pengukuran dosis ekivalen

perorangan juga akan menjadi semakin penting. Metode ini

harus dapat diandalkan dan memberikan hasil yang realistis,

serta harus memiliki tingkat keselarasan yang sama di

seluruh dunia [1]. Standar teknis internasional yang relevan

dengan proteksi radiasi telah dipublikasikan oleh organisasi

atau badan yang berbeda seperti yang ditampilkan pada

Gambar 4 [14]. Masing-masing organisasi/badan dengan

spesialisasinya bertugas untuk mengembangkan standar,

rekomendasi, laporan atau dokumen internasional mengenai

proteksi radiasi dan khususnya untuk pemantauan radiasi

pengion. IEC [11] mempublikasikan persyaratan teknis

(IEC-61526) untuk dosimeter personal yang digunakan

dalam pemantauan dosis ekivalen Hp(10) and Hp(0,07)

untuk radiasi sinar-X, gamma, beta dan neutron [14].

Gambar 4. Standar internasional untuk EPD yang relevan

dengan proteksi radiasi [14].

Perkembangan dosimeter telah menghasilkan bentuk dan

ukuran fisik EPD sangat bervariasi, begitu juga dengan

beratnya. Pada Tabel 1 dapat dilihat karakteristik teknis

dosimeter yang dipublikasikan oleh IEC. Dari penelitian M.

Ginjaume [10] terhadap 31 jenis EPD, diketahui batas

efektif pengukuran paparan radiasi lebih baik dari TLD.

Tanggapan terhadap paparan radiasi pengion antara EPD

dengan TLD terlihat perbedaan yang cukup signifikan

terutama untuk dosis rendah. Kemampuan EPD mengukur

dosis minimum memenuhi persyaratan IEC 61526, atau

sepersepuluh dari batas minimum TLD. Dan untuk batas

dosis maksimumnya, EPD mampu mengukur dosis sampai

10 kali lebih besar dibandingkan ketentuan IEC 61526 dan

TLD. Sementara itu, dari penelitian T. Bolognese-Milsztajn

dkk [13] diperoleh hasil bahwa EPD memiliki sensitivitas

100 counts per µSv dan dapat mengindikasikan dosis rendah

sampai 0,015µSv.

Aplikasi standar internasional diberlakukan pada EPD dan

monitor untuk mengukur dosis ekivalen perorangan Hp(10)

and Hp(0,07) dari sumber radiasi sinar-X, gamma, neutron

dan radiasi beta. Sedangkan laju dosis ekivalen perorangan

digunakan untuk mengindikasikan peringatan dari sumber

radiasi. Hal ini menjadi persyaratan kinerja dosimeter

terhadap karakteristik umum dan mekanik, dosimetrik,

elektrik, elektromagnetik dan lingkungan. Berdasarkan pada

aplikasi standar dosimeter menurut IEC 61526 [11], telah

ditetapkan 6 kombinasi kuantitas dan jenis radiasinya, yaitu;

1. Hp(10) and Hp(0,07) dari radiasi sinar-X dan gamma

2. Hp(10) and Hp(0,07) dari radiasi sinar-X, gamma dan

radiasi beta

3. Hp(10) dari radiasi sinar-X dan gamma

Page 4: 5.

Hasnel Sofyan / Pemantauan Rutin Dosis Eksterna Perorangan Menggunakan Dosimeter Personal Aktif 91

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013

ISSN : 0853-0823

4. Hp(10) dari radiasi neutron

5. Hp(10) dari radiasi sinar-X, gamma dan neutron

6. Hp(0,07) dari radiasi sinar-X dan beta

III. DOSIMETER PERSONAL AKTIF Penggunaan dosimeter personal aktif menjadi penting

ketika sumber yang digunakan dapat menimbulkan paparan

radiasi tinggi atau meningkatkan risiko paparan radiasi

seperti dalam aplikasi di industri radiografi. Di dunia medis,

EPD (Gambar 5) [15] digunakan sebagai dosimeter personal

untuk memantau nilai dosis tinggi yang ditemukan di bagian

radiologi intervensional [4].

Perkembangan EPD sudah mencapai tahap penggabungan

sistem otomatisasi pengelolaan data dari tele-transmisi ke

unit terpusat. Di Negara Eropa, EPD yang telah memenuhi

persyaratan IEC mulai digunakan dalam berbagai kegiatan

medis, industri dan penelitian. Dan Inggris, pada tahun 1994

telah menyetujui penggunaan dosimeter elektronik untuk

pemantauan rutin dosis pekerja di pusat penelitian [16].

Gambar 5. Eletronic Personal Dosimeter Dosicard [15]

Dengan keunggulannya, EPD akan menjadi dosimeter

personal yang tepat dalam pemantauan rutin dosis eksternal

pekerja. Dan permasalahan munculnya ketidakpastian dalam

penetapan dosis dapat diselesaikan. Peningkatan ketidak-

pastian dapat terjadi karena kesalahan pemakaian, kerusakan

TLD selama masa pemakaian dan pemprosesan, perubahan

karakteristik TLD akibat stimulasi panas dan kemungkinan

kehilangan data selama proses pengolahan.

IV. KESIMPULAN Mengingat pemakaian TLD memerlukan durasi waktu,

kebergantungan pada laju dosis, batas deteksi minimum

yang relatif tinggi dan sering terjadi masalah dalam proses

evaluasi dosis, maka kebutuhan dosimeter yang praktis dan

efisien akan meningkat cepat. EPD dengan keunggulannya

sebagai dosimeter personal aktif akan memberikan solusi

yang tepat dan cepat untuk informasi dosis dan laju dosis

pada lokasi tertentu serta alarm yang mudah di-set.

Di Indonesia, meskipun ada hambatan dalam budget,

namun karena kebutuhan akan terjadi pergantian secara

bertahap ke EPD. Saat ini, dosimeter kartu sudah digunakan

di beberapa rumah sakit, dan industri di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA [1]. R. Behrens and P. Ambrosi, Review of international

standards for dosemeters, Radiat. Prot. Dosim. 128, 2008, pp.

159–168.

[2]. P. Olko, L. Currivan, J.W.E. van Dijk, et al., Thermo-

luminescence detectors applied in individual monitoring of

radiation workers in Europe – a Review Based on the

EURADOS Questionnaire. Radiat. Pro.t Dosim. 120, 2006,

pp. 298–302.

[3]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2007, tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan

Sumber Radioaktif, 2007.

[4]. I. Clairand, L. Struelens, C. Itie, J-M. Bordy, J. Daures, L.

Donadille, P. Vaz, M. Denoziere, J. Debroas and F. d’Errico,

Intercomparison of active personal dosemeters in

interventional radiology. Radiat. Prot. Dosim. 129, 2008, pp.

340–345.

[5]. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 02-

P/Ka-BAPETEN/I-03 tahun 2003 tentang Sistem Pelayanan

Pemantauan Dosis Eksterna Perorangan, 2003.

[6]. European Commission. Council Directive 96/29 EURATOM

of 13 May 1996 laying down basic safety standards for the

protection of the health of workers and the general public

against the dangers arising from ionizing radiation. Official J.

Eur. Commun. L159, 39, 1996, pp. 1–28.

[7]. M. Luszik-Bhadra and S. Perle, Electronic personal

dosemeters will replace passive dosemeters in the near future,

Radiat. Prot. Dosim. 123, 2006, pp. 546–553.

[8]. H. Stadtmann, Markus Figel, V. Kamenopoulou, D.

Kluszczynski, H. Roed and J. Van Dijk, Quality control and

reliability of reported doses, Radiat. Prot. Dosim. 112, 2004,

pp. 169–189

[9]. IAEA-EURADOS, Intercomparison of personal dose

equivalent measurements by active personal dosimeters,

Final Report of a joint IAEA-EURADOS Project, IAEA-

TECDOC-1564, Printed by the IAEA in Austria, 2007.

[10]. M. Ginjaume, T. Bolognese-Milsztajn, M. Luszik-Bhadra, F.

Vanhavere, W. Wahl and A. Weeks, Overview of active

personal dosemeters for individual monitoring in the

European Union, Radiat. Prot. Dosim. 125, 2007, pp. 261–

266.

[11]. International Electrotechnical Commission (IEC), Radiation

Protection Instrumentation -Measurement of personal dose

equivalent Hp(10) and Hp(0.07) for X, gamma, neutron and

beta radiation- direct reading personal dose equivalent

and/or dose equivalent rate dosemeters, IEC 61526 (Ed. 3.0,

2010-07), Geneva, 2010.

[12] A. Boziari, C.Koukorava, E. Carinou, C. J. Hourdakis and V.

Kamenopoulou, The use of active personal dosemeters as a

personal monitoring device: Comparison with TL dosimetry,

Radiat. Prot. Dosim. 144, 2011, pp. 173–176.

[13]. T. Bolognese-Milsztajn, M. Ginjaume, M. Luszik Bhadra, et.

al, Active personal dosemeters for individual monitoring and

other new developments. Radiat. Prot. Dosim. 112, 2004, pp.

141–168.

[14]. P. Ambrosi, International standards for radiation protection,

Radiat. Prot. Dosim. 144, 2011, pp. 26–32.

[15]. Anonim, DOSICARD™–DOSIMAN Electronic Personal

Dosimeters in Credit Card Size. C36214 3/08 Printed in

U.S.A. ©2008 Canberra Industries.

[16]. M. Ginjaume, Performance and approval procedures for

active personal dosemeters, Radiat. Prot. Dosim. 144, 2011,

pp. 144–149.

TANYA JAWAB

Dewita, BATAN ? Kalau dosimeter pasif, hasil pengembangan diolah oleh

suatu badan, kalau dosimeter aktif bagaimana?

? Mengapa dosimeter aktif di Indonesia belum dapat

digunakan? Apa kekurangannya?

Page 5: 5.

92 Hasnel Sofyan / Pemantauan Rutin Dosis Eksterna Perorangan Menggunakan Dosimeter Personal Aktif

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013

ISSN : 0853-0823

Hasnel Sofyan, BATAN

√ Sampai saat ini dosimeter aktif hanya digunakan sebagai

dosimeter pendamping dosimeter pasif, itupun jika

diperlukan. Dosimeter aktif belum bisa digunakan sebagai

dosimeter personal rutin, karena informasi data dosis setiap

pekerja radiasi harus dilaporkan ke Bapeten (untuk

Indonesia), dan juga karena sistem informasi data di

Indonesia belum terintegrasi dengan baik. Selain itu,

penggantian dari TLD ke dosimeter aktif membutuhkan

anggaran yang sangat besar.

Arinie, UNDIP

? a. Siapa sih yang harus selalu memakai dosimeter?

b. Bagaimana orang yang selalu diradiasi kena kanker?

Hasnel Sofyan,BATAN

√ a. Berdasarkan PP 33 th 2007 setiap pekerja radiasi wajib

menggunakan dosimeter untuk mengetahui dosis radiasi

yang diterimanya agar tidak melampaui NBD.

b. Dalam PP 33 th 2007, limitasi dosis tidak diberlakukan

bagi pasien medis, karena lebih memperhatikan sisi manfaat

radiasi yang lebih tinggi dari risikonya.