555-1933-1-PB.pdf

14
ANALISIS POTENSI DAN REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011 JURNAL ILMIAH MAGISTER EKONOMI (ME) Pada Program Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Oleh S A R N O B61108042 PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012

Transcript of 555-1933-1-PB.pdf

Page 1: 555-1933-1-PB.pdf

ANALISIS POTENSI DAN REALISASI PENDAPATAN ASLI

DAERAH DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN

DAERAH DI KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011

JURNAL ILMIAH

MAGISTER EKONOMI (ME)

Pada Program Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi

Universitas Tanjungpura

Oleh

S A R N O B61108042

PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2012

Page 2: 555-1933-1-PB.pdf

ABSTRACT

This research of The Regions OriginalRevenue Realization Potency in

Achieving Region Finance Independence of Regency Sekadau Year 2006-2011. it

aims to analyze regency region financial conditions of Seakdau Regency, how is

growth, composition, effectiveness, self region acceptance liability, and PAD'S

acceptance elasticity at Sekadau Regency, as one of financial performance

indicator region, on year period that is utilized 2006 to 2011.

The variable that analyzed is, all the regions revenue’s component, PAD,

taxes, retribution, etc. propertied region, Population, and PDRB by use of data

skunder that acquired of on duty Regency Region Income sekadau and BPS

(Sekadau's Regency in Numeral).

Result observationaling to point out that up to growth research period

PAD Sekadau's Regency as big as 45.94 % by Region Taxes compositions 27%,

Region Retribution 18%, Wealth management result region 7%, and etc. PAD is

48%. While PAD'S acceptance effectiveness up to that period average as big as

98.61%. Degrees arithmetic result Decentralize Fiscal at Regency sekadau that

bottommost, up to year period 2006-2011 which is average just as big as 2,73 %.

this bottommost bases Depdagri's criterion.

Elasticities arithmetic result point out PAD'S growth sekadau inelastis's

regency to PDRB namely as big as 0,35. Meanwhile elasticity to population as big

as 0,05(inelastis). Its mean is changed or added islandic as big as 1 % make

changing or added total PAD'S acceptances as big as 0,35%, and is changed or

added islandic as big as 1 % make changing or added total PAD'S acceptances as

big as 0,055%, .

Key word: Effectiveness, Elasticity, PAD, Financially Region.

Page 3: 555-1933-1-PB.pdf

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai manifestasi dari otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,

mengandung arti bahwa pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan

kemandiriannya dalam hal membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah.

Pemerintah daerah perlu lebih menggali dan memberdayakan semua

potensi yang ada di daerah, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan

kemandirian daerah di bidang pengelolaan keuangan dan mengurangi

ketergantungan pada pemerintah pusat.

Kewajiban pemerintah adalah, menyelenggarakan pemerintahan,

pelayanan publik, memelihara, dan melaksaknakan pembangunan di daerah.

Sementara kewajiban masyarakat adalah membantu, dan membayar pajak dan

retribusi sementara hak masyarakat adalah mendapatkan pelayanan publik dari

pemerintah.

Pemerintah daerah dan masyarakat memiliki kewajiban dan hak yang

bersimbiose. Ketika kewajiban dan hak kedua dilaksanakan dengan baik maka

dipastikan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kinerja pemerintah daerah akan

baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Kewajiban masyarakat adalah membayar

pajak, retribusi sementara hak masyarakat adalah mendapatkan pelayanan publik.

Sebaliknya kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik sementara

hak pemerintah adalah menerima pembayaran.

Permasalahan rendahnya PAD dan ketergantungan pada dana pusat bukan

saja terjadi di Kabupaten Sekadau, Hirawan (1987: 94-95) telah menelaah

mengenai keuangan daerah di Indonesia mengungkapkan beberapa permasalahan

di bidang keuangan daerah yang dihadapi oleh pemerintah daerah selama ini

yaitu:

a) Ketergantungan pemerintah daerah pada subsidi pemerintah pusat yang

tercermin dalam besarnya bantuan pemerintah pusat, baik dari sudut anggaran

rutin yaitu subsidi daerah otonom. maupun dari sudut anggaran pembangunan

daerah;

b) Rendahnya kemampuan daerah untuk menggali potensi sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah yang tercermin dari penerimaan Pendapatan Asli

Daerah yang relatif kecil (16,4 %) dibandingkan total penerimaan daerah;

c) Kurangnya usaha dan kemampuan penerimaan daerah di dalam mengelola dan

menggali sumber-sumber pendapatan yang ada;

d) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi dan

pungutan lainnya.

Page 4: 555-1933-1-PB.pdf

2

Menurut pengamatan penulis dalam kaitannya dengan rendahnya proporsi

PAD ini terdapat dua persoalan penting yang menonjol, yaitu pertama

menyangkut tingkat kewenangan daerah dalam memanfaatkan penerimaan daerah

dalam memanfaatkan penerimaan daerah, terdapat kecenderungan bahwa sumber-

sumber penerimaan yang penting dan potensial masih dipegang oleh pusat. Kedua

menyangkut belum semua potensi PAD dapat tergali dan tingkat kesadaran wajib

pajak dan wajib retribusi masih rendah dalam memenuhi kewajibannya.

Rendahnya penerimaan PAD mengindikasikan masih lemahnya

pengelolaan keuangan daerah (oleh Dispenda Kabupaten Sekadau), hal ini

berdampak pada ketergantungan keuangan pada pemerintah pusat, hal ini bertolak

belakang dengan tujuan dan prinsip otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

Berdasarkan indikasi dan asumsi tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian ilmiah mengenai keuangan daerah dengan judul:

“ANALISIS POTENSI DAN REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH

DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI

KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011,” yang intinya adalah suatu

kajian mengenai peta potensi riil dan realisasi pajak dan retribusi daerah yang

ada di Kabupaten Sekadau setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi, yang efektif berlaku mulai 1 Januari

tahun 2010, dan di Kabupaten Sekadau mulai berlaku sejak 1 Januari 2011

dengan dikeluarkannya Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah di

Kabupaten Sekadau.

1.2. Permasalahan dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan indikasi dan identifikasi masalah di atas, maka lingkup

permasalahan dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi keuangan daerah Kabupaten Sekadau dilihat dari

pertumbuhan dan kontribusi serta komposisi PAD?

2. Bagaimana efektifitas Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sekadau ?

3. Bagaimana kondisi keuangan daerah dilihat dari Derajat Kemandirian Daerah

di Kabupaten Sekadau ?

4. Bagaimana kondisi keuangan daerah dilihat dari Elastisitas PDRB dan

jumlah penduduk terhadap PAD di Kabupaten Sekadau ?

5. Bagaimana dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi daerah terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau ?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan menganalisa kondisi, pertumbuhan, kontribusi dan

komposisi per komponen PAD di Kabupaten Sekadau.

Page 5: 555-1933-1-PB.pdf

3

2. Mengetahui dan menganalisis efektifitas Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau.

3. Mengetahui dan menganalisis tingkat kemandirian keuangan daerah dengan

menghitung Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah Kabupaten Sekadau.

4. Mengetahui dan menganalisa elastisitas PDRB dan jumlah penduduk

terhadap PAD Kabupaten Sekadau.

5.Menganalisis dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau.

1.3. Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif analisis, yakni menggambarkan

suatu kondisi/keadaan di suatu tempat yakni keadaan di Kabupaten Sekadau

provinsi Kalimantan Barat. Menurut (Nawawi 1998:63)

“…metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian (pemecahan

masalah) yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/

obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang

diikuti dengan suatu penjelasan argumentative yang memuat proses penalaran dan

penafsiran logis.”

1.3.1 Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan

data skunder. Data primer diambil dari responden pada bagian Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Sekadau, sedangkan data sekunder dari laporan keuangan

berupa Realisasi penerimaan Daerah pada APBD. Selain itu data pendukung

lainnya seperti deskripsi wilayah diambil dari data Kabupaten Sekadau dalam

Angka dan Kalbar dalam Angka 2011.

1.3.1 Analisis Data

Analisis akan dilakukan terhadap potensi, realisasi, kontribusi per

sektor, pertumbuhan, efektifitas, efisiensi, elastisitas terhadap PDRB,

elastisitas terhadap jumlah penduduk, tingkat kemandirian keuangan daerah,

dan tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap pusat.

1.3.1.1 Analisis Kontribusi PAD(KPAD)

Dalam analisis Kontribusi, dihitung komposisi per komponen PAD

yang dihitung dengan formula sebagai berikut (Halim, 2004:163):

Page 6: 555-1933-1-PB.pdf

4

Keterangan :

K = Kontribusi

X = Realisasi komponen

Y = Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1.3.1.2 Efektifitas dan Efisiensi PAD

Efektifitas adalah tingkat atau derajat keberhasilan (output) suatu program

dibandingkan dengan rencananya, sedangkan effisiensi adalah tingkat

keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan input yang yaang terjadi akibat

rencana tersebut.

Efektifitas secara operasional dihitung dengan menggunakan rumus :

1.3.1.3 Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)

Formula yang diguakan untuk menghitung derajat desentralisasi fiskal

adalah sebagai berikut (Mahmudi, 2007:128):

Dimana :

DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal

PAD = Realisasi Pendapatan Asli Daerah

TPD = Realisasi Total Pendapatan Daerah

1.3.1.4 Elstisitas PAD (Tax Ratio)

Dalam kebanyakan teori dikatakan bahwa yang berpengaruh secara nyata

terhadap perubahan PAD adalah perubahan jumlah penduduk dan pertumbuhan

ekonomi (PDRB). Maka dalam penelitian ini akan dihitung elastisitas PAD

terhadap PDRB dan jumlah penduduk terhadap PAD di Kabupaten sekadau.

Dalam perhitungan elastisitas PAD terhadap PDRB terlebih dahulu

diketahui tingkat pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan jumlah penduduk,

kemudian diketahui perubahan realisasi PAD) dalam periode 2006-2011. Akan

dihitung perubahan per komponen PAD dengan rumus elastisitas sebagai berikut :

X KPAD = –––– x 100 % Y

Realisasi Penerimaan Komponen PAD Efektifitas = ─────────────────────────X 100% Target Penerimaan Komponen PAD

PAD

DDF = ––––––––– x 100 %

TPD

Page 7: 555-1933-1-PB.pdf

5

a. Elastisitas terhadap PDRB :

b. Elastisitas terhadap jumlah penduduk :

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Hasil Penelitin

2.1.1 Pertumbuhan PAD Kabupaten Sekadau

Berdasarkan data yang diperoleh penulis,pertumbuhan PAD Kabupaten

Sekadau selama periode tahun 2006-2011 mengalami pertumbuhan yang

berfluktuasi dan menunjukkan tren yang positif yakni selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya.

Selama periode tahun 2006 hingga tahun 2011 pertumbuhan Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Sekadau mengalami peningkatan yang berfluktuasi,

dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni dari Rp 3.144,69

menjadi Rp 5.177,30 Milyar atau peningkatan sebesar 64,64 %. Tertinggi kedua

pada tahun 2009 dimana terjadi peningkatan dari Rp 7.647,62 Milyar pada 2008

menjadi Rp 11.428.99 Milyar pada 2009, atau dengan prosentase sebesar 49,45%.

Sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2010 yakni hanya terjadi

peningkatan sebesar 4,97%. Secara rata-rata pertumbuhan PAD Kabupaten

Sekadau dari tahun 2006 hingga 2011 sebesar Rp 9,823.52 Milyar atau 45.94%.

2.1.2 Komposisi PAD Kabupaten Sekadau (KPAD)

Dilihat dari masing-masing komposisi atau kontribusi penyumbang

PAD Kabupaten Sekadau selama periode tahun 2006-2011 komposisinya

Tabel 1 Kontribusi Masing-masing Komponen PAD Kabupaten

Sekadau Tahun 2006-2011 (dalam persen) Komponen PAD Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Pajak Daerah 13.68 9.13 18.28 15.44 17.79 48.50

Retribusi Daerah 12.14 12.02 18.59 14.76 24.82 18.05

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan - - 3.49 4.92 9.46 10.76

Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang Sah 74.18 78.85 59.64 64.88 47.93 22.69

Sumber : Dispenda Kabupaten Sekadau, diolah

ΔPDRB PAD

Elastisitas PDRB/PAD = ––––––– x –––––––

PDRB ΔPAD

Δ PENDUDUK PAD

Elastisitas PNDDK/PAD = ––––––––––––––– x –––––––

PENDUDUK ΔPAD

Page 8: 555-1933-1-PB.pdf

6

Secara kumulatif dari tahun 2006 hingga 2011 digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 1 Kontribusi Masing-masing Komponen PAD

Kabupaten Sekadau Tahun 2006-2011

Dilihat dari data di atas terlihat bahwa komponen lain-lain pendapatan

daerah memegang peranan paling dominan di Kabupaten Sekadau yakni

sebesar sebesar 48%, kedua pajak daerah sebesar 27%, dan urutan ketiga

Retribusi daerah sebesar 18%, sementara hasil dari pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan nilainya hanya sebesar 7%.

Lain-lain pendapatan yang sah di Kabupaten Sekadau mendominasi

karena terdiri dari banyak komponen yakni : Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan, Pelepasan Hak Atas Tanah, Jasa Giro, Jasa Giro Kas

Daerah, Jasa Giro Pemegang Kas, Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Daerah,

Kerugian Uang Daerah, Pendapatan Denda Atas Keterlambatan

Pelaksanaan Pekerjaan, Bidang Kesehatan, Bidang Pekerjaan Umum, Bidang

Perencanaan Pembangunan.

Selain itu ditambah lagi pendapatan dari Pengembalian Pajak

Penghasilan Pasal 21, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Gaji & Tunjangan, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Perjalanan Dinas, Pendapatan dari Kelebihan Pembayaran Pelaksana

Pekerjaan, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pemotongan Pajak

Konstruksi, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Belanja

Bantuan, Pendapatan dari Pengembalian Penutupan Rekening.

2.1.3 Efektifitas PAD

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat capaian realisasi penerimaan

PAD pada 2006 hingga 2011 masing-masing sebesar 193,81%, 132,75%, 78,30%,

62, 99%, 51,26%, dan 72.51 dengan rata-rata sebesar 98,61%.

Pajak Daerah 27%

Retribusi Daerah

18%

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

7%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang Sah 48%

Page 9: 555-1933-1-PB.pdf

7

Angka capaian atau efektifitas capaian ini menunjukkan kemampuan

Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau dalam merealisasikan penerimaan PAD.

Semakin besar tingkat capaian atau nilai rasio yang diperoleh maka menunjukkan

semakin efektif pemerintah daerah dalam hal ini Dispenda Kabupaten Sekadau

dalam menghimpun PAD.Berdasarkan tabel di atas, efektifitas PAD di Kabupaten

sekadau pada tahun 2006 sampai dengan 2011 menurut kriteria Depdagri

tergolong efektif.

Jika dilihat dilihat tren nya ternyata relisasi penerimaan PAD di Kabupaten

Sekadau mengalami penurunan setiap tahunnya, seperti terlihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 2 Perkembangan Efektifitas Penerimaan PAD

di Kabupaten Sekadau

Dilihat trennya menunjukkan bahwa efektifitas terjadi penurunan dari

2006 hingga 2010, dan baru meningkat kembali mulai tahun 2011, sedangkan

angka rata-rata nilai efektifitas dari 2006-2011 sebesar 98,61%, masih lebih

efektif jika dibandingkan dengan hasil penelitian Yahya M. Bana, 2001 yang

berjudul Analisis Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Alor

Propinsi Nusa Tenggara Timur, dimana rata rata tingkat efektivitas

penerimaannya selama periode 1995-2000 sebesar 93.36%.

2.1.4. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) adalah suatu indikator kemampuan

keuangan suatu pemerintah daerah. Untuk Kabupaten Sekadau nilai Derajat

Deentralisasi Fiskal (DDF)

2006 2007 2008 2009 2010 2011

EFEKTIVITASPENERIMAAN PAD

193.81 132.75 78.30 63.00 51.26 72.51

193.81

132.75

78.30 63.00 51.26

72.51

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Skal

a

EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAD

Page 10: 555-1933-1-PB.pdf

8

Tabel 2 Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) di Kabupaten

Sekadau, Tahun 2006-2011

Tahun PAD

(Milyar Rp)

Total Penerimaan

Daerah (Milyar Rp)

Nilai DDF

( % ) KRITERIA

2006 3,144.69 262,777.07 1.20 Sangat Kurang

2007 5,177.30 301,234.98 1.72 Sangat Kurang

2008 7,647.62 340,085.69 2.25 Sangat Kurang

2009 11,428.99 354,029.67 3.23 Sangat Kurang

2010 11,997.16 434,814.98 2.76 Sangat Kurang

2011 19,545.35 468,064.41 4.18 Sangat Kurang

Rata-Rata 2.73 Sangat Kurang

Sumber : Data hasil olahan

Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera pada tabel di atas terlihat

bahwa nilai Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sekadau sangatlah kurang

setiap tahun di bawah 10 %. Tingkat kemampuan keuangan sendiri yang diukur

dari angka DDF Kabupaten Sekadau sangat rendah, yakni sebesar 2,73% yang

berarti tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat sebesar 97,37%.

2.1.5 Elastisitas PAD (Tax Ratio)

2.1.5.1 Elastisitas PDRB terhadap PAD

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa elastisitas PDRB terhadap PAD di

Kabupaten Sekadau bervariasi. Nilai Elastisitas PAD Terhadap PDRB Kabupaten

Sekadau periode tahun 2006-2011 adalah dengan masing-masing 0.18, 0.17, 0.15,

1.11, dan 0,15, dengan rata-rata sebesar 0.35. Dalam konsep elastisitas nilai

kurang dari satu berarti in-elastis yang artinya setiap perubahan atau penambahan

satu persen PDRB pengaruhnya terhadap penambahan PAD sebesar angka

tersebut (0,35%).

Jika dibandingkan dengan elastisitas di Kalimantan Barat, berdasarkan

hasil penelitian terdahulu (Mustafa dan Abdul Halim, 2008 ; 797), nenunjukkan

hasil nilai elastisitas PAD Provinsi Kalimantan Barat pada periode 2003-2007

rata-rata sebesar 4,80 (E>1 = elastis), yang berarti bahwa setiap kenaikan PDRB

1% akan mengakibatkan kenaikan PAD sebesar 4,80%.

2.1.5.2 Elastisitas Jumlah Penduduk Terhadap PAD

Berdasarkan data yang tersedia di BPS jumlah penduduk Kabupaten

Sekadau tahun 2006-2011, berturut-turut adalah adalah 176,526 pada 2006,

177,840 pada 2007, 179,148 pada 2008, 180,448 pada 2009, 181,634 pada 2010,

dan 184,411 pada 2011.

Sementara perbandingan jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun

1990, 2000 dan 2011 di Kabupaten Sekadau menunjukkan pertumbuhan

penduduk Kabupaten Sekadau dalam rentang waktu 1990-2000 adalah sebesar

Page 11: 555-1933-1-PB.pdf

9

1,99 % dan 2006-2011 sebesar 1,21 %. Sedangkan kepadatan penduduk pada

2010 sebesar 33 jiwa per km2.

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2006-2010 di atas, maka

penghitungan elastisitas dilakukan terhadap jumlah penduduk tahun 2006-2011

dengan hasilnya masing-masing tahun adalah :

Tabel 3. Elastisitas PAD terhadap Penduduk Kabupaten Sekadau

THN (Δ)PEN-

DUDUK (Δ)PAD

ΔPENDUDUK

PENDUDUK

PAD

ΔPAD

ELASTI

SITAS

2006

2007 1,314.00 2,032,611,675.60 0.0074 2.5471 0.02

2008 1,308.00 2,470,325,404.62 0.0073 3.0958 0.02

2009 1,300.00 3,781,364,767.45 0.0072 3.0225 0.02

2010 1,186.00 568,171,720.29 0.0065 21.1154 0.14

2011 2,777.00 7,548,186,588.49 0.0151 2.5894 0.04

Rata-rata 0,05

Sumber: data hasil olahan

Hasil perhitungan elastisitas penduduk terhadap PAD di Kabupaten

Sekadau tahun 2007-2011, masing-masing sebesar 0.02, 0.02, 0.02, 0.14, dan

0.04, dengan rata-rata sebesar 0,05 (=in-elastik). Artinya rata-rata perubahan atau

penambahan penduduk sebesar 1 % membuat perubahan atau penambahan jumlah

penerimaan PAD sebesar 0,05%.

2.2. Pembahasan

Dengan adanya Undang-undang Nomorr 28 Tahun 2009 tentang Pajad

daerah dan Retribusi Daerah telah memberikan dampak yang Dampak Penerapan

UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah terhadap realisasi

Penerimaan Asli Daerah di Kabupaten Sekadau

Dalam menganalisa dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak dan Retribusi daerah terhadap realisasi Penerimaan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau adalah melihat bagaimana pengaruhnya terhadap

penerimaan PAD setelah adanya perda yang dilandasi Undang-undang tersebut.

Dengan adanya jenis dan cakupan penambahan atas objek pajak daerah

kabupaten/kota. maka pemerintah Kabupaten Sekadau merespon dengan

mengeluarkan Perda Nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,

yang berlakunya mulai tahun 2011, sehingga penerimaan PAD setelah

pemberlakuan Perda tersebut mengalami peningkatan yang cukup nyata seperti

terlihat pada tabel di bawah ini.

Page 12: 555-1933-1-PB.pdf

10

Tabel 3 Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten Sekadau

Tahun 2010 dan 2011

KOMPONEN PAD 2010 2011

Pajak Daerah 2,134,703,841.17 9,479,835,470.39

Retribusi Daerah 2,977,241,398.00 3,528,743,413.93

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan

1,134,785,309.00 2,102,568,662.54

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang Sah

5,750,429,794.36 4,434,199,384.16

Total PAD 11,997,160,342.53 19,545,346,931.02

Sumber : Dispenda Kabupaten Sekadau

Jika dilihat perbandingan masing-masing komponen antara penerimaan

tahun 2010 dengan 2011 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3 Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten Sekadau

Tahun 2010 dan 2011

Pengelolaan BPHTB menjadi komponen pajak daerah telah memberikan

kontribusi yang besar terhadap peningkatan PAD Kabupaten Sekadau, sehingga

terdapat penerimaan pajak daerah dari BPHTB sebesar Rp6.277.618.950,00.

Selain itu menurut analisa dan pengamatan penulis peningkatan penerimaan PAD

Kabupaten Sekadau pada 2011 disebabkan oleh :

1. Terjadi perluasan objek pajak hotel, sehingga telah meningkatkan penerimaan

pajak hotel dari tahun 2010 sebesar Rp 75.389.730,00 menjadi

Rp181.249.764,00 pada 2011.

2. Terjadinya peningkatan pajak penerangan jalan yang cukup tinggi dari 2010

Rp640.912.240,00 menjadi Rp1.354.320.868,00. Hal ini disebabkan karena

telah terjadi peningkatan sektor usaha di Kabupaten Sekadau.

0.00

5,000,000,000.00

10,000,000,000.00

15,000,000,000.00

20,000,000,000.00

25,000,000,000.00

2010 2011

Page 13: 555-1933-1-PB.pdf

11

Sementara dari sektor retribusi daerah berdasarkan UU 28 belum

memberikan kontribusi pada tahun 2011 karena perda yang mengatur retribusi

yang mengacu pada uu 28 belum disahkan, sehingga pemungutan masih

menggunakan perda yang lama.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

a. Kesimpulan

1. Selama periode 2006-2011, pertumbuhan PAD tertinggi terjadi pada tahun

2007 yakni sebesar 64,64 %. Tertinggi kedua adalah pada tahun 2009 yakni

sebesar 49,45%. Sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2010 yang

hanya terjadi peningkatan sebesar 4,97%, dengan rata-ratasebesar 45.94%.

2. Sedangkan Komposisi per komponen PAD, Lain-lain pendapatan daerah

memegang peranan paling dominan yakni sebesar sebesar 48%, kedua pajak

daerah 27%, dan ketiga Retribusi daerah 18%, sementara hasil dari pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan nilainya hanya sebesar7%.

3. Dilihat dari Efektivitas penerimaan PAD di Kabupaten Sekadau menunjukkan

bahwa tingkat capaian realisasi penerimaan PAD pada 2006 hingga 2011

masing-masing sebesar 193,81%, 132,75%, 78,30%, 62, 99%, 51,26%, dan

72.51 dengan rata-rata sebesar 98,61%. Berdasarkna kriteria Depdagri angka

ini cukup efektif.

4. Dari hasil perhitungan Derajat Desentralisasi Fiskal di Kabupaten Sekadau

yang sangat rendah, selama periode tahun 2006-2011 rata-rata sebesar 2,73 %

dari total penerimaan daerah. Angka ini sangat rendah sehingga ketergantungan

pada pemerintah pusat sangat tinggi (92,37%). Berdasarkan kriteria Depdagri

DDF di bawah 10% termasuk katagori sangat kurang.

5. Elastisitas PDRB terhadap PAD Kabupaten Sekadau periode tahun 2006-2011

masing-masing 0.18, 0.17, 0.15, 1.11, dan 0.15. dengan rata-rata0,35

(inelastis). Artinya setiap perubahan atau penambahan satu persen PDRB

terjadi penambahan PAD hanya sebesar0.35%. Sedangkan elastisitas terhadap

jumlah penduduk masing-masing sebesar 0.02, 0.02, 0.02, 0.14, dan 0.04,

dengan rata-rata sebesar 0,05 (inelastis). Artinya perubahan atau penambahan

penduduk sebesar 1% membuat perubahan/penambahan penerimaan hanya

sebesar 0,05%.

6. Pemberlakuan UU 28 tahun 2009 telah memberikan dampak yang cukup besar

terhadap peningkatan penerimaan PAD Kabupaten Sekadau, terutama dengan

masuknya BPHTB sebagai komponen pajak daerah, dimana dari realisasi

pajak daerah pada tahun 2011 sebesar Rp9.479.835.470,39 disumbang dari

BPHTB sebesar RpRp6.277.618.950,00. atau 66,22%

b. Rekomendasi

1. Kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau masih rendah untuk

membiayai kebutuhannya keuangannya sendiri, (terlihat dari rasio DDF yang

Page 14: 555-1933-1-PB.pdf

12

sangat rendah) sehingga dibutuhkan kebijakan untuk mengoptimalkan

kemampuan fiskal daerah.

2. Mengidentifikasi apa yang menjadi kelemahan, kekuatan, peluang, dan

tantangan dalam sistem dan prosedur penerimaan PAD sangat penting sebagai

basis dalam membuat perencanaan program peningkatan Pendapatan Daerah.

3. Pemerintah daerah perlu mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang

terkait dengan upaya intensifikasi pajak dan retribusi daerah. Beberapa faktor

yang dapat menjadi penghambat dalam manajemen pajak dan retribusi daerah

antara lainkesadaran masyarakat untuk membayar pajak/retribusi rendah.

4. Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi

permasalahan rendahnya pajak dan retribusi daerah antara lain :

a. Sosialisasi pajak dan retribusi daerah. Program sosialisasi pajak dan

retribusi daerah penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan.

kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi.

b. Penegakan hukum (law enforcement) dalam sistem perpajakan dan

retribusi daerah. Penegakan hukum terkait dengan perlunya kepastian

hukum dan sanksi hukum yang tegas baik bagi masyarakat yang tidak

membayar pajak (tax evation) maupun bagi aparat pajak.

c. Pemberian insentif pajak untuk menarik investor, misainya dengan

memberi kan local tax holiday.

d. Penyederhanaan sistem administrasi pajak dan retribusi daerah, langkah ini

perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa dipersulit dalam membayar

pajak dan retribusi daerah. Masyarakat yang sudah sadar untuk membayar

pajak dan retribusi seringkali menjadi enggan untuk membayai pajak

karena sistem administrasi yang berbelit-belit dan menyulitkan. Oleh

karena itu, pemerintah daerah perlu mengusahakan kemudahan bagi

masvarakat untuk membayar pajak dan retribusi daerah.

e. Penambahan personel (aparat) pemungut pajak di lapangan. Selain secara

kuantitatif ditambah jumlahnya, kualitas aparat pemungut pajak juga

harus ditingkatkan, baik profesionalisme maupun kualitas moralnya.

Penulis

S a r n o