555-1933-1-PB.pdf
-
Upload
indri-fitria-sari -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of 555-1933-1-PB.pdf
ANALISIS POTENSI DAN REALISASI PENDAPATAN ASLI
DAERAH DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN
DAERAH DI KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011
JURNAL ILMIAH
MAGISTER EKONOMI (ME)
Pada Program Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi
Universitas Tanjungpura
Oleh
S A R N O B61108042
PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
ABSTRACT
This research of The Regions OriginalRevenue Realization Potency in
Achieving Region Finance Independence of Regency Sekadau Year 2006-2011. it
aims to analyze regency region financial conditions of Seakdau Regency, how is
growth, composition, effectiveness, self region acceptance liability, and PAD'S
acceptance elasticity at Sekadau Regency, as one of financial performance
indicator region, on year period that is utilized 2006 to 2011.
The variable that analyzed is, all the regions revenue’s component, PAD,
taxes, retribution, etc. propertied region, Population, and PDRB by use of data
skunder that acquired of on duty Regency Region Income sekadau and BPS
(Sekadau's Regency in Numeral).
Result observationaling to point out that up to growth research period
PAD Sekadau's Regency as big as 45.94 % by Region Taxes compositions 27%,
Region Retribution 18%, Wealth management result region 7%, and etc. PAD is
48%. While PAD'S acceptance effectiveness up to that period average as big as
98.61%. Degrees arithmetic result Decentralize Fiscal at Regency sekadau that
bottommost, up to year period 2006-2011 which is average just as big as 2,73 %.
this bottommost bases Depdagri's criterion.
Elasticities arithmetic result point out PAD'S growth sekadau inelastis's
regency to PDRB namely as big as 0,35. Meanwhile elasticity to population as big
as 0,05(inelastis). Its mean is changed or added islandic as big as 1 % make
changing or added total PAD'S acceptances as big as 0,35%, and is changed or
added islandic as big as 1 % make changing or added total PAD'S acceptances as
big as 0,055%, .
Key word: Effectiveness, Elasticity, PAD, Financially Region.
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai manifestasi dari otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,
mengandung arti bahwa pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan
kemandiriannya dalam hal membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah.
Pemerintah daerah perlu lebih menggali dan memberdayakan semua
potensi yang ada di daerah, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan
kemandirian daerah di bidang pengelolaan keuangan dan mengurangi
ketergantungan pada pemerintah pusat.
Kewajiban pemerintah adalah, menyelenggarakan pemerintahan,
pelayanan publik, memelihara, dan melaksaknakan pembangunan di daerah.
Sementara kewajiban masyarakat adalah membantu, dan membayar pajak dan
retribusi sementara hak masyarakat adalah mendapatkan pelayanan publik dari
pemerintah.
Pemerintah daerah dan masyarakat memiliki kewajiban dan hak yang
bersimbiose. Ketika kewajiban dan hak kedua dilaksanakan dengan baik maka
dipastikan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kinerja pemerintah daerah akan
baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Kewajiban masyarakat adalah membayar
pajak, retribusi sementara hak masyarakat adalah mendapatkan pelayanan publik.
Sebaliknya kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik sementara
hak pemerintah adalah menerima pembayaran.
Permasalahan rendahnya PAD dan ketergantungan pada dana pusat bukan
saja terjadi di Kabupaten Sekadau, Hirawan (1987: 94-95) telah menelaah
mengenai keuangan daerah di Indonesia mengungkapkan beberapa permasalahan
di bidang keuangan daerah yang dihadapi oleh pemerintah daerah selama ini
yaitu:
a) Ketergantungan pemerintah daerah pada subsidi pemerintah pusat yang
tercermin dalam besarnya bantuan pemerintah pusat, baik dari sudut anggaran
rutin yaitu subsidi daerah otonom. maupun dari sudut anggaran pembangunan
daerah;
b) Rendahnya kemampuan daerah untuk menggali potensi sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah yang tercermin dari penerimaan Pendapatan Asli
Daerah yang relatif kecil (16,4 %) dibandingkan total penerimaan daerah;
c) Kurangnya usaha dan kemampuan penerimaan daerah di dalam mengelola dan
menggali sumber-sumber pendapatan yang ada;
d) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi dan
pungutan lainnya.
2
Menurut pengamatan penulis dalam kaitannya dengan rendahnya proporsi
PAD ini terdapat dua persoalan penting yang menonjol, yaitu pertama
menyangkut tingkat kewenangan daerah dalam memanfaatkan penerimaan daerah
dalam memanfaatkan penerimaan daerah, terdapat kecenderungan bahwa sumber-
sumber penerimaan yang penting dan potensial masih dipegang oleh pusat. Kedua
menyangkut belum semua potensi PAD dapat tergali dan tingkat kesadaran wajib
pajak dan wajib retribusi masih rendah dalam memenuhi kewajibannya.
Rendahnya penerimaan PAD mengindikasikan masih lemahnya
pengelolaan keuangan daerah (oleh Dispenda Kabupaten Sekadau), hal ini
berdampak pada ketergantungan keuangan pada pemerintah pusat, hal ini bertolak
belakang dengan tujuan dan prinsip otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
Berdasarkan indikasi dan asumsi tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian ilmiah mengenai keuangan daerah dengan judul:
“ANALISIS POTENSI DAN REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH
DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI
KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011,” yang intinya adalah suatu
kajian mengenai peta potensi riil dan realisasi pajak dan retribusi daerah yang
ada di Kabupaten Sekadau setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi, yang efektif berlaku mulai 1 Januari
tahun 2010, dan di Kabupaten Sekadau mulai berlaku sejak 1 Januari 2011
dengan dikeluarkannya Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah di
Kabupaten Sekadau.
1.2. Permasalahan dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan indikasi dan identifikasi masalah di atas, maka lingkup
permasalahan dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi keuangan daerah Kabupaten Sekadau dilihat dari
pertumbuhan dan kontribusi serta komposisi PAD?
2. Bagaimana efektifitas Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sekadau ?
3. Bagaimana kondisi keuangan daerah dilihat dari Derajat Kemandirian Daerah
di Kabupaten Sekadau ?
4. Bagaimana kondisi keuangan daerah dilihat dari Elastisitas PDRB dan
jumlah penduduk terhadap PAD di Kabupaten Sekadau ?
5. Bagaimana dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi daerah terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Sekadau ?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan menganalisa kondisi, pertumbuhan, kontribusi dan
komposisi per komponen PAD di Kabupaten Sekadau.
3
2. Mengetahui dan menganalisis efektifitas Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Sekadau.
3. Mengetahui dan menganalisis tingkat kemandirian keuangan daerah dengan
menghitung Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah Kabupaten Sekadau.
4. Mengetahui dan menganalisa elastisitas PDRB dan jumlah penduduk
terhadap PAD Kabupaten Sekadau.
5.Menganalisis dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Sekadau.
1.3. Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif analisis, yakni menggambarkan
suatu kondisi/keadaan di suatu tempat yakni keadaan di Kabupaten Sekadau
provinsi Kalimantan Barat. Menurut (Nawawi 1998:63)
“…metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian (pemecahan
masalah) yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/
obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang
diikuti dengan suatu penjelasan argumentative yang memuat proses penalaran dan
penafsiran logis.”
1.3.1 Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan
data skunder. Data primer diambil dari responden pada bagian Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Sekadau, sedangkan data sekunder dari laporan keuangan
berupa Realisasi penerimaan Daerah pada APBD. Selain itu data pendukung
lainnya seperti deskripsi wilayah diambil dari data Kabupaten Sekadau dalam
Angka dan Kalbar dalam Angka 2011.
1.3.1 Analisis Data
Analisis akan dilakukan terhadap potensi, realisasi, kontribusi per
sektor, pertumbuhan, efektifitas, efisiensi, elastisitas terhadap PDRB,
elastisitas terhadap jumlah penduduk, tingkat kemandirian keuangan daerah,
dan tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap pusat.
1.3.1.1 Analisis Kontribusi PAD(KPAD)
Dalam analisis Kontribusi, dihitung komposisi per komponen PAD
yang dihitung dengan formula sebagai berikut (Halim, 2004:163):
4
Keterangan :
K = Kontribusi
X = Realisasi komponen
Y = Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1.3.1.2 Efektifitas dan Efisiensi PAD
Efektifitas adalah tingkat atau derajat keberhasilan (output) suatu program
dibandingkan dengan rencananya, sedangkan effisiensi adalah tingkat
keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan input yang yaang terjadi akibat
rencana tersebut.
Efektifitas secara operasional dihitung dengan menggunakan rumus :
1.3.1.3 Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)
Formula yang diguakan untuk menghitung derajat desentralisasi fiskal
adalah sebagai berikut (Mahmudi, 2007:128):
Dimana :
DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal
PAD = Realisasi Pendapatan Asli Daerah
TPD = Realisasi Total Pendapatan Daerah
1.3.1.4 Elstisitas PAD (Tax Ratio)
Dalam kebanyakan teori dikatakan bahwa yang berpengaruh secara nyata
terhadap perubahan PAD adalah perubahan jumlah penduduk dan pertumbuhan
ekonomi (PDRB). Maka dalam penelitian ini akan dihitung elastisitas PAD
terhadap PDRB dan jumlah penduduk terhadap PAD di Kabupaten sekadau.
Dalam perhitungan elastisitas PAD terhadap PDRB terlebih dahulu
diketahui tingkat pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan jumlah penduduk,
kemudian diketahui perubahan realisasi PAD) dalam periode 2006-2011. Akan
dihitung perubahan per komponen PAD dengan rumus elastisitas sebagai berikut :
X KPAD = –––– x 100 % Y
Realisasi Penerimaan Komponen PAD Efektifitas = ─────────────────────────X 100% Target Penerimaan Komponen PAD
PAD
DDF = ––––––––– x 100 %
TPD
5
a. Elastisitas terhadap PDRB :
b. Elastisitas terhadap jumlah penduduk :
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil Penelitin
2.1.1 Pertumbuhan PAD Kabupaten Sekadau
Berdasarkan data yang diperoleh penulis,pertumbuhan PAD Kabupaten
Sekadau selama periode tahun 2006-2011 mengalami pertumbuhan yang
berfluktuasi dan menunjukkan tren yang positif yakni selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
Selama periode tahun 2006 hingga tahun 2011 pertumbuhan Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Sekadau mengalami peningkatan yang berfluktuasi,
dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni dari Rp 3.144,69
menjadi Rp 5.177,30 Milyar atau peningkatan sebesar 64,64 %. Tertinggi kedua
pada tahun 2009 dimana terjadi peningkatan dari Rp 7.647,62 Milyar pada 2008
menjadi Rp 11.428.99 Milyar pada 2009, atau dengan prosentase sebesar 49,45%.
Sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2010 yakni hanya terjadi
peningkatan sebesar 4,97%. Secara rata-rata pertumbuhan PAD Kabupaten
Sekadau dari tahun 2006 hingga 2011 sebesar Rp 9,823.52 Milyar atau 45.94%.
2.1.2 Komposisi PAD Kabupaten Sekadau (KPAD)
Dilihat dari masing-masing komposisi atau kontribusi penyumbang
PAD Kabupaten Sekadau selama periode tahun 2006-2011 komposisinya
Tabel 1 Kontribusi Masing-masing Komponen PAD Kabupaten
Sekadau Tahun 2006-2011 (dalam persen) Komponen PAD Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pajak Daerah 13.68 9.13 18.28 15.44 17.79 48.50
Retribusi Daerah 12.14 12.02 18.59 14.76 24.82 18.05
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan - - 3.49 4.92 9.46 10.76
Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah 74.18 78.85 59.64 64.88 47.93 22.69
Sumber : Dispenda Kabupaten Sekadau, diolah
ΔPDRB PAD
Elastisitas PDRB/PAD = ––––––– x –––––––
PDRB ΔPAD
Δ PENDUDUK PAD
Elastisitas PNDDK/PAD = ––––––––––––––– x –––––––
PENDUDUK ΔPAD
6
Secara kumulatif dari tahun 2006 hingga 2011 digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1 Kontribusi Masing-masing Komponen PAD
Kabupaten Sekadau Tahun 2006-2011
Dilihat dari data di atas terlihat bahwa komponen lain-lain pendapatan
daerah memegang peranan paling dominan di Kabupaten Sekadau yakni
sebesar sebesar 48%, kedua pajak daerah sebesar 27%, dan urutan ketiga
Retribusi daerah sebesar 18%, sementara hasil dari pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan nilainya hanya sebesar 7%.
Lain-lain pendapatan yang sah di Kabupaten Sekadau mendominasi
karena terdiri dari banyak komponen yakni : Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan, Pelepasan Hak Atas Tanah, Jasa Giro, Jasa Giro Kas
Daerah, Jasa Giro Pemegang Kas, Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Daerah,
Kerugian Uang Daerah, Pendapatan Denda Atas Keterlambatan
Pelaksanaan Pekerjaan, Bidang Kesehatan, Bidang Pekerjaan Umum, Bidang
Perencanaan Pembangunan.
Selain itu ditambah lagi pendapatan dari Pengembalian Pajak
Penghasilan Pasal 21, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Gaji & Tunjangan, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Perjalanan Dinas, Pendapatan dari Kelebihan Pembayaran Pelaksana
Pekerjaan, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pemotongan Pajak
Konstruksi, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Belanja
Bantuan, Pendapatan dari Pengembalian Penutupan Rekening.
2.1.3 Efektifitas PAD
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat capaian realisasi penerimaan
PAD pada 2006 hingga 2011 masing-masing sebesar 193,81%, 132,75%, 78,30%,
62, 99%, 51,26%, dan 72.51 dengan rata-rata sebesar 98,61%.
Pajak Daerah 27%
Retribusi Daerah
18%
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
7%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah 48%
7
Angka capaian atau efektifitas capaian ini menunjukkan kemampuan
Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau dalam merealisasikan penerimaan PAD.
Semakin besar tingkat capaian atau nilai rasio yang diperoleh maka menunjukkan
semakin efektif pemerintah daerah dalam hal ini Dispenda Kabupaten Sekadau
dalam menghimpun PAD.Berdasarkan tabel di atas, efektifitas PAD di Kabupaten
sekadau pada tahun 2006 sampai dengan 2011 menurut kriteria Depdagri
tergolong efektif.
Jika dilihat dilihat tren nya ternyata relisasi penerimaan PAD di Kabupaten
Sekadau mengalami penurunan setiap tahunnya, seperti terlihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 2 Perkembangan Efektifitas Penerimaan PAD
di Kabupaten Sekadau
Dilihat trennya menunjukkan bahwa efektifitas terjadi penurunan dari
2006 hingga 2010, dan baru meningkat kembali mulai tahun 2011, sedangkan
angka rata-rata nilai efektifitas dari 2006-2011 sebesar 98,61%, masih lebih
efektif jika dibandingkan dengan hasil penelitian Yahya M. Bana, 2001 yang
berjudul Analisis Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Alor
Propinsi Nusa Tenggara Timur, dimana rata rata tingkat efektivitas
penerimaannya selama periode 1995-2000 sebesar 93.36%.
2.1.4. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)
Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) adalah suatu indikator kemampuan
keuangan suatu pemerintah daerah. Untuk Kabupaten Sekadau nilai Derajat
Deentralisasi Fiskal (DDF)
2006 2007 2008 2009 2010 2011
EFEKTIVITASPENERIMAAN PAD
193.81 132.75 78.30 63.00 51.26 72.51
193.81
132.75
78.30 63.00 51.26
72.51
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Skal
a
EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAD
8
Tabel 2 Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) di Kabupaten
Sekadau, Tahun 2006-2011
Tahun PAD
(Milyar Rp)
Total Penerimaan
Daerah (Milyar Rp)
Nilai DDF
( % ) KRITERIA
2006 3,144.69 262,777.07 1.20 Sangat Kurang
2007 5,177.30 301,234.98 1.72 Sangat Kurang
2008 7,647.62 340,085.69 2.25 Sangat Kurang
2009 11,428.99 354,029.67 3.23 Sangat Kurang
2010 11,997.16 434,814.98 2.76 Sangat Kurang
2011 19,545.35 468,064.41 4.18 Sangat Kurang
Rata-Rata 2.73 Sangat Kurang
Sumber : Data hasil olahan
Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera pada tabel di atas terlihat
bahwa nilai Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sekadau sangatlah kurang
setiap tahun di bawah 10 %. Tingkat kemampuan keuangan sendiri yang diukur
dari angka DDF Kabupaten Sekadau sangat rendah, yakni sebesar 2,73% yang
berarti tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat sebesar 97,37%.
2.1.5 Elastisitas PAD (Tax Ratio)
2.1.5.1 Elastisitas PDRB terhadap PAD
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa elastisitas PDRB terhadap PAD di
Kabupaten Sekadau bervariasi. Nilai Elastisitas PAD Terhadap PDRB Kabupaten
Sekadau periode tahun 2006-2011 adalah dengan masing-masing 0.18, 0.17, 0.15,
1.11, dan 0,15, dengan rata-rata sebesar 0.35. Dalam konsep elastisitas nilai
kurang dari satu berarti in-elastis yang artinya setiap perubahan atau penambahan
satu persen PDRB pengaruhnya terhadap penambahan PAD sebesar angka
tersebut (0,35%).
Jika dibandingkan dengan elastisitas di Kalimantan Barat, berdasarkan
hasil penelitian terdahulu (Mustafa dan Abdul Halim, 2008 ; 797), nenunjukkan
hasil nilai elastisitas PAD Provinsi Kalimantan Barat pada periode 2003-2007
rata-rata sebesar 4,80 (E>1 = elastis), yang berarti bahwa setiap kenaikan PDRB
1% akan mengakibatkan kenaikan PAD sebesar 4,80%.
2.1.5.2 Elastisitas Jumlah Penduduk Terhadap PAD
Berdasarkan data yang tersedia di BPS jumlah penduduk Kabupaten
Sekadau tahun 2006-2011, berturut-turut adalah adalah 176,526 pada 2006,
177,840 pada 2007, 179,148 pada 2008, 180,448 pada 2009, 181,634 pada 2010,
dan 184,411 pada 2011.
Sementara perbandingan jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun
1990, 2000 dan 2011 di Kabupaten Sekadau menunjukkan pertumbuhan
penduduk Kabupaten Sekadau dalam rentang waktu 1990-2000 adalah sebesar
9
1,99 % dan 2006-2011 sebesar 1,21 %. Sedangkan kepadatan penduduk pada
2010 sebesar 33 jiwa per km2.
Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2006-2010 di atas, maka
penghitungan elastisitas dilakukan terhadap jumlah penduduk tahun 2006-2011
dengan hasilnya masing-masing tahun adalah :
Tabel 3. Elastisitas PAD terhadap Penduduk Kabupaten Sekadau
THN (Δ)PEN-
DUDUK (Δ)PAD
ΔPENDUDUK
PENDUDUK
PAD
ΔPAD
ELASTI
SITAS
2006
2007 1,314.00 2,032,611,675.60 0.0074 2.5471 0.02
2008 1,308.00 2,470,325,404.62 0.0073 3.0958 0.02
2009 1,300.00 3,781,364,767.45 0.0072 3.0225 0.02
2010 1,186.00 568,171,720.29 0.0065 21.1154 0.14
2011 2,777.00 7,548,186,588.49 0.0151 2.5894 0.04
Rata-rata 0,05
Sumber: data hasil olahan
Hasil perhitungan elastisitas penduduk terhadap PAD di Kabupaten
Sekadau tahun 2007-2011, masing-masing sebesar 0.02, 0.02, 0.02, 0.14, dan
0.04, dengan rata-rata sebesar 0,05 (=in-elastik). Artinya rata-rata perubahan atau
penambahan penduduk sebesar 1 % membuat perubahan atau penambahan jumlah
penerimaan PAD sebesar 0,05%.
2.2. Pembahasan
Dengan adanya Undang-undang Nomorr 28 Tahun 2009 tentang Pajad
daerah dan Retribusi Daerah telah memberikan dampak yang Dampak Penerapan
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah terhadap realisasi
Penerimaan Asli Daerah di Kabupaten Sekadau
Dalam menganalisa dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak dan Retribusi daerah terhadap realisasi Penerimaan Asli Daerah di
Kabupaten Sekadau adalah melihat bagaimana pengaruhnya terhadap
penerimaan PAD setelah adanya perda yang dilandasi Undang-undang tersebut.
Dengan adanya jenis dan cakupan penambahan atas objek pajak daerah
kabupaten/kota. maka pemerintah Kabupaten Sekadau merespon dengan
mengeluarkan Perda Nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,
yang berlakunya mulai tahun 2011, sehingga penerimaan PAD setelah
pemberlakuan Perda tersebut mengalami peningkatan yang cukup nyata seperti
terlihat pada tabel di bawah ini.
10
Tabel 3 Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten Sekadau
Tahun 2010 dan 2011
KOMPONEN PAD 2010 2011
Pajak Daerah 2,134,703,841.17 9,479,835,470.39
Retribusi Daerah 2,977,241,398.00 3,528,743,413.93
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
1,134,785,309.00 2,102,568,662.54
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah
5,750,429,794.36 4,434,199,384.16
Total PAD 11,997,160,342.53 19,545,346,931.02
Sumber : Dispenda Kabupaten Sekadau
Jika dilihat perbandingan masing-masing komponen antara penerimaan
tahun 2010 dengan 2011 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3 Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten Sekadau
Tahun 2010 dan 2011
Pengelolaan BPHTB menjadi komponen pajak daerah telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap peningkatan PAD Kabupaten Sekadau, sehingga
terdapat penerimaan pajak daerah dari BPHTB sebesar Rp6.277.618.950,00.
Selain itu menurut analisa dan pengamatan penulis peningkatan penerimaan PAD
Kabupaten Sekadau pada 2011 disebabkan oleh :
1. Terjadi perluasan objek pajak hotel, sehingga telah meningkatkan penerimaan
pajak hotel dari tahun 2010 sebesar Rp 75.389.730,00 menjadi
Rp181.249.764,00 pada 2011.
2. Terjadinya peningkatan pajak penerangan jalan yang cukup tinggi dari 2010
Rp640.912.240,00 menjadi Rp1.354.320.868,00. Hal ini disebabkan karena
telah terjadi peningkatan sektor usaha di Kabupaten Sekadau.
0.00
5,000,000,000.00
10,000,000,000.00
15,000,000,000.00
20,000,000,000.00
25,000,000,000.00
2010 2011
11
Sementara dari sektor retribusi daerah berdasarkan UU 28 belum
memberikan kontribusi pada tahun 2011 karena perda yang mengatur retribusi
yang mengacu pada uu 28 belum disahkan, sehingga pemungutan masih
menggunakan perda yang lama.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
1. Selama periode 2006-2011, pertumbuhan PAD tertinggi terjadi pada tahun
2007 yakni sebesar 64,64 %. Tertinggi kedua adalah pada tahun 2009 yakni
sebesar 49,45%. Sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2010 yang
hanya terjadi peningkatan sebesar 4,97%, dengan rata-ratasebesar 45.94%.
2. Sedangkan Komposisi per komponen PAD, Lain-lain pendapatan daerah
memegang peranan paling dominan yakni sebesar sebesar 48%, kedua pajak
daerah 27%, dan ketiga Retribusi daerah 18%, sementara hasil dari pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan nilainya hanya sebesar7%.
3. Dilihat dari Efektivitas penerimaan PAD di Kabupaten Sekadau menunjukkan
bahwa tingkat capaian realisasi penerimaan PAD pada 2006 hingga 2011
masing-masing sebesar 193,81%, 132,75%, 78,30%, 62, 99%, 51,26%, dan
72.51 dengan rata-rata sebesar 98,61%. Berdasarkna kriteria Depdagri angka
ini cukup efektif.
4. Dari hasil perhitungan Derajat Desentralisasi Fiskal di Kabupaten Sekadau
yang sangat rendah, selama periode tahun 2006-2011 rata-rata sebesar 2,73 %
dari total penerimaan daerah. Angka ini sangat rendah sehingga ketergantungan
pada pemerintah pusat sangat tinggi (92,37%). Berdasarkan kriteria Depdagri
DDF di bawah 10% termasuk katagori sangat kurang.
5. Elastisitas PDRB terhadap PAD Kabupaten Sekadau periode tahun 2006-2011
masing-masing 0.18, 0.17, 0.15, 1.11, dan 0.15. dengan rata-rata0,35
(inelastis). Artinya setiap perubahan atau penambahan satu persen PDRB
terjadi penambahan PAD hanya sebesar0.35%. Sedangkan elastisitas terhadap
jumlah penduduk masing-masing sebesar 0.02, 0.02, 0.02, 0.14, dan 0.04,
dengan rata-rata sebesar 0,05 (inelastis). Artinya perubahan atau penambahan
penduduk sebesar 1% membuat perubahan/penambahan penerimaan hanya
sebesar 0,05%.
6. Pemberlakuan UU 28 tahun 2009 telah memberikan dampak yang cukup besar
terhadap peningkatan penerimaan PAD Kabupaten Sekadau, terutama dengan
masuknya BPHTB sebagai komponen pajak daerah, dimana dari realisasi
pajak daerah pada tahun 2011 sebesar Rp9.479.835.470,39 disumbang dari
BPHTB sebesar RpRp6.277.618.950,00. atau 66,22%
b. Rekomendasi
1. Kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau masih rendah untuk
membiayai kebutuhannya keuangannya sendiri, (terlihat dari rasio DDF yang
12
sangat rendah) sehingga dibutuhkan kebijakan untuk mengoptimalkan
kemampuan fiskal daerah.
2. Mengidentifikasi apa yang menjadi kelemahan, kekuatan, peluang, dan
tantangan dalam sistem dan prosedur penerimaan PAD sangat penting sebagai
basis dalam membuat perencanaan program peningkatan Pendapatan Daerah.
3. Pemerintah daerah perlu mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang
terkait dengan upaya intensifikasi pajak dan retribusi daerah. Beberapa faktor
yang dapat menjadi penghambat dalam manajemen pajak dan retribusi daerah
antara lainkesadaran masyarakat untuk membayar pajak/retribusi rendah.
4. Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi
permasalahan rendahnya pajak dan retribusi daerah antara lain :
a. Sosialisasi pajak dan retribusi daerah. Program sosialisasi pajak dan
retribusi daerah penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan.
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi.
b. Penegakan hukum (law enforcement) dalam sistem perpajakan dan
retribusi daerah. Penegakan hukum terkait dengan perlunya kepastian
hukum dan sanksi hukum yang tegas baik bagi masyarakat yang tidak
membayar pajak (tax evation) maupun bagi aparat pajak.
c. Pemberian insentif pajak untuk menarik investor, misainya dengan
memberi kan local tax holiday.
d. Penyederhanaan sistem administrasi pajak dan retribusi daerah, langkah ini
perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa dipersulit dalam membayar
pajak dan retribusi daerah. Masyarakat yang sudah sadar untuk membayar
pajak dan retribusi seringkali menjadi enggan untuk membayai pajak
karena sistem administrasi yang berbelit-belit dan menyulitkan. Oleh
karena itu, pemerintah daerah perlu mengusahakan kemudahan bagi
masvarakat untuk membayar pajak dan retribusi daerah.
e. Penambahan personel (aparat) pemungut pajak di lapangan. Selain secara
kuantitatif ditambah jumlahnya, kualitas aparat pemungut pajak juga
harus ditingkatkan, baik profesionalisme maupun kualitas moralnya.
Penulis
S a r n o