55 KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT...
-
Upload
phungxuyen -
Category
Documents
-
view
260 -
download
16
Transcript of 55 KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT...
55
BAB IV
KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
KAWASAN WISATA KEBUN RAYA CIBODAS
Bab ini merupakan analisis dari hasil penelitian di kawasan Kebun Raya
Cibodas untuk menjawab permasalahan yang telah diuraikan pada Bab
sebelumnya. Adapun masalah yang dibahas adalah bagaimana dampak dari
adanya Kebun Raya Cibodas terhadap perkembangan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang tinggal di sekitar Kebun Raya Cibodas dari tahun 1994-2006.
Hasil analisis dalam bab ini terdiri dari sub judul, yaitu : 1) Bagaimana kondisi
kehidupan masyarakat kecamatan Cipanas, 2) Bagaimana perkembangan kawasan
Wisata Kebun Raya Cibodas, 3) Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat di
dalam meningkatkan kehidupan parawisata di kawasan Kebun Raya Cibodas, 4)
Bagaimana Dampak Sosial Ekonomi dari adanya Kebun Raya Cibodas. Sub-sub
Bab judul tersebut kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa bagian sehingga
dapat memberikan gambaran yang menyeluruh.
Bagian utama yang akan dibahas adalah mengenai bagaimana kondisi
kehidupan masyarakat Kecamatan Cipanas. Pada bahasan ini dikemukakan
tentang kondisi geografis mencakup tentang perkembangan administratif,
topografi, pemerintahan dan jumlah penduduk Kecamatan Cipanas dan Kabupaten
Cianjur, letak dan luas wilayah serta potensi kekayaan alamnya. Pembahasan
tentang kondisi umum masyarakat adalah berkenaan dengan masalah
kependudukan serta kondisi sosial masyarakatanya seperti agama, pendidikan dan
lain sebagainya. Peneliti mengkaji mengenai gambaran umum Kecamatan Pacet
56
ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai lingkungan alam dan
lingkungan sosial yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan Kawasan
Wisata Kebun Raya Cibodas.
Pembahasan kedua adalah mengenai perkembangan kawasan Wisata
Kebun Raya Cibodas. Dalam sub bab ini penulis mengungkapkan mengenai
perkembangan Kebun Raya Cibodas dari masa ke masa yaitu mulai dari
berdirinya Kebun Raya Cibodas sampai sekarang. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan Kebun Raya Cibodas serta mengetahui
seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari adanya Kebun Raya Cibodas
tersebut, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial.
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cipanas
Kecamatan Cipanas merupakan suatu kecamatan yang baru terbentuk,
sebelum tahun 2004 wilayah Cipanas ini termasuk kedalam Kecamatan Pacet.
Namun setelah tahun 2004 Kecamatan Pacet ini akhirnya mengalami pemekaran
wilayah menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Cipanas, dan Kecamatan Pacet
itu sendiri. Terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Pacet itu sendiri
dikarenakan pesatnya perkembangan daerah-daerah yang ada diwilayah
Kecamatan Pacet itu sendiri. Selain itu pemekaran wilayah Kecematan Pacet ini
terjadi dikarenakan terlalu luasnya wilayah administratif Kecamatan pacet itu
sendiri yang menyebabkan kurang terperhatikannya wilayah-wilayah yang
terdapat di Kecamatan pacet itu sendiri.
57
Kecamatan Pacet yang pada awalnya memiliki luas wilayah sebesar
112,04 Km² setelah terjadinya pemekaran wilayah, luas wilayah Kecamatan
Pacet akhirnya menjadi 54,11 Km², dan luas wilayah Kecamatan Cipanas yaitu
58,03 Km². terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Pacet ini berdampak postif
terhadap wilayah Cipanas yang merupakan daerah yang perkembangannya sangat
pesat. Hal ini dikarenakan diwilayah Cipanas ini terdapat berbagai tempat lokasi
wisata, yang salah satunya yaitu taman wisata Kebun Raya Cibodas. Dengan
terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Pacet, menjadikan Kecamatan Cipanas
masyarakatnya mampu lebih terperhatikan dan dapat lebih berkembang.
4.1.1 Kondisi Fisik Kecamatan Cipanas
Kecamatan Cipanas merupakan bagian dari kawasan Kabupaten Cianjur
yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cipanas memiliki luas wilayah
administrative sebesar 6.901 Ha (58,03 Km2), yang terbagi atas 262 Ha
merupakan pesawahan dan 6.639 Ha merupakan daratan. Luas tanah pesawahan
Kecamatan Cipanas berdasarkan jenis pengairannya yaitu Irigasi Teknis 177 Ha
dan Tadah Hujan 85 Ha, sedangkan luas daratan berdasarkan penggunaannya
yaitu pekarangan 520 Ha, kebun 616 Ha, ladang 709 Ha.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Cipanas adalah sebagai berikut :
• Utara : Kecamatan Sukaresmi
• Selatan : Kecamatan Pacet
• Barat : Kabupaten Sukabumi
• Timur : Kabupaten Bandung
58
Gambar 1. Peta Kabupaten Cianjur (Sumber: http://www.kabupatencianjur.com)
59
Kecamatan Cipanas secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung
sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland
bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kecamatan Cipanas
dan Kabupapaten Cianjur umumnya mempunyai kedudukan strategis dalam
memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan
di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan. (sumber buku laporan
tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2006)
Secara umum iklim di wilayah Kecamatan Cipanas dapat dikatagorikan
sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk
tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Curah hujan rata-rata tahunan
di Kecamatan Cipanas yaitu berkisar antara 1000 mm dengan bulan basah 9 bulan
dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai
2500-3000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 22ºC - 25ºC. Selama
musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara
basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau,
bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak
di tenggara. (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Cianjur. 2006)
Kecamatan Cipanas berada pada ketinggian 1.080-2.962 m dpl dengan
kemiringan yaitu 3-40%. Karakteristik topografi Kecamatan Cipanas yaitu
sebelah Utara terdiri dari dataran rendah. Sedangkan bagian Selatan sebagian
besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa
tempat labil. Kecamatan Cipanas mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi
60
antara wilayah yang paling rendah yaitu 1.080 m dpl dan wilayah tertinggi 2.962.
Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl terdapat di kawasan
Cipanas dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 2.000-3.000 m
dpl terdapat di Kecamatan Cibodas dan kawasan Gunung Gede.
Potensi tanah di kecamatan Cipanas berdasarkan sistem D/S yaitu Latosol,
Regosol, Andosol, dan Aluvial dengan tekstur tanah sedang dan kedalaman efektif
kurang lebih 90 cm. kecamatan Cipanas tidak memiliki daerah aliran sungai
(DAS). (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur.
2006). Kecamatan Cipanas termasuk kedalam wilayah utara Kabupaten Cianjur,
yang secara geografis Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam 3 wilayah yaitu :
Tabel 1.1 Pembagian Wilayah Kabupaten Cianjur
No Selatan Tengah Utara
1 Kec. Agrabinta Kec. Tanggeung Kec. Cibeber 2 Kec. Leles Kec. Pagelaran Kec. Bojongpicung 3 Kec. sindangbarang Kec. Kadupandak Kec. Ciranjang 4 Kec. Cidaun Kec. Cijati Kec. Karangtengah 5 Kec. Naringgul Kec. Takokak Kec. Cianjur 6 Kec. Cibinong Kec. Sukanagara Kec. Warungkondang 7 Kec. Cikadu Kec. Cempaka Kec. Gekbrong 8 Kec. Campakmulya Kec. Pacet 9 Kec. Cipanas 10 Kec. Mande 11 Kec. Cikalongkulon 12 Kec. Sukaluyu 13 Kec. Sukaresmi
(sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2006)
Kecamatan Cipanas merupakan kecamatan yang baru, yang dahulu daerah
Cipanas ini bukanlah merupakan suatu Kecamatan. Wilayah Cipanas ini dahulu
tergabung kedalam Kecamatan Pacet. Namun setelah tahun 2003 terjadi
61
pemekaran wilayah Kecamatan pacet yang menjadikan munculnya kecamatan
Cipanas. Adapun kawasan wisata Kebun Raya Cibodas sebelum tahun 2004
termasuk kedalam Kecamatan Pacet namun setelah adanya pemekaran akhirnya
Kebun Raya Cibodas termasuk kedalam Kecamatan CIpanas. jumlah Kelurahan di
Kecamatan Cipanas yaitu 7 Kelurahan, dan jumlah RW serta RT di Kecamatan
Cipanas yaitu sebanyak 80 RW dan 320 RT. Dan luas wilayah menurut menurut
pembangunannya yaitu 69,01 Km. (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Cianjur. 2006)
4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Cipanas
4.1.2.1 Penduduk
Perkembangan penduduk di Kecamatan Cipanas relatif stabil kenaikan
penduduk sekitar 1,7% pertahun. Jumlah penduduk Kecamatan Cipanas saat ini
yaitu 92.783 jiwa. Adapun perkembangan masyarakat Kecamatan Cipanas dari
tahun 1994-2007 terus mengalami peningkatan. Adapun perkembangan jumlah
penduduk Kecamatan Cipanas tersebut dapat dilihat dari daftar tabel berikut ini:
62
Tabel 1.2 Perkembangan Penduduk Kecamatan Cipanas
No Tahun Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 1994 81.125 77.920 159.045
2 1995 81.956 79.167 161.123
3 1996 82.954 80.497 163.451
4 1997 83.562 82.473 166.035
5 1998 85.852 81.674 167.526
6 1999 86.956 83.252 170.208
7 2000 87.753 84.999 172.752
8 2001 88.293 86.788 175.081
9 2002 93.718 83.898 177.707
10 2003 93.556 88.722 182.278
11 2004* 46.305 42.520 88.825
12 2005* 47.251 43.324 90.575
13 2006* 47.457 43.948 91.405
14 2007* 47.703 44.845 92.548
Keterangan : * : Jumlah penduduk setelah mengalami pemekaran wilayah (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 1994-2006)
Berdasarkan data diatas, terlihat antara sebelum tahun 2003 dan sesudah
tahun 2004 jumlah penduduk Kecamatan Cipanas mengalami perubahan yang
signifikan. Hal ini dikarenakan sebelum tahun 2003 wilayah Cipanas termasuk
kedalam wilayah Kecamatan Pacet, namun pada tahun 2004 wilayah Kecamatan
Pacet Mengalami pemekaran yang menjadikan Kecamatan Pacet terbagi ke dalam
dua kecamatan yaitu Kecamatan Cipanas dan Kecamatan pacet itu sendiri. Hal
63
inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah penduduk yang signifikan
antara tahun 2003 dan 2004.
Berdasarkan data diatas juga terlihat bahwa jumlah penduduk terus
mengalami peningkatan. Misalnya tahun 2005 jumlah penduduk mengalami
peningkatan dibanding tahun 2004 yaitu dari 88.825 menjadi 90.575 dan
peningkatan tersebut terus terjadi setiap tahunnya. Peningkatan ini karena
dipengaruhi oleh banyaknya urbanisasi yang terjadi di Kecamatan Cipanas, karena
di Kecamatan Cipanas yang merupakan daerah wisata memberikan banyaknya
kesempatan kerja sehingga menjadikan tertariknya warga dari luar daerah untuk
melakukan urbanisasi ke Cipanas, yang mengakibatkan terus terjadinya jumlah
peninggkatan penduduk.
Penduduk di Kecamatan Cipanas dari tahun 1994 sampai tahun 2006 terus
mengalami perkembangan yang cukup cepat, yaitu sekitar 1,2 % tiap tahunnya.
Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk di Cipanas diimbangai dengan
tingkat kelahiran yang cukup baik. Jumlah penduduk sebagaimnaa disebutkan
dalam tabel di atas adalah termasuk orang-orang produktif yang merupakan
sumber tenaga kerja serta penduduk tidak produktif, seperti anak-anak dan
manula. Besarnya jumlah penduduk di Kecamatan CIpanas ini merupakan modal
tenaga kerja dalam proses pembangunan, namun di lain pihak juga menimbulkan
lahirnya masalah baru. Pemerintah dituntut untuk menyediakan lahan
permukiman, kesempatan kerja yang luas serta faslitas pendidikan, kesehatan dan
fasilitas umum lainnya yang mempu melayani kebutuhan masyarakat.
64
Dalam kehidupan masyarakat selalu mengalami gerak sosial baik secara
vertikal mapun horizontal, ada yang dari bawah statusnya kemudian menjadi
tinggi, atau sebaliknya. Semakin seimbang kesempatan-kesempatan untuk
mendapatkan kedudukan tersebut akan semakin besar gerak sosialnya, hal itu
berarti sistem lapisan masyarakat semakin terbuka. Dalam sosiologi kita lebih
mengenalnya dengan mobilitas penduduk yaitu suatu gerak dalam struktur sosial,
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial
(Soekanto, 2004: 249-252).
Wujud dari keingian masyarakat Kecamatan Cipanas terutama yang
tinggal di sekitar kawasan tamann wisata Kebun Raya Cibodas, tercermin dalam
mata pencaharian yang cukup beragam. Ada yang yang bekerja sebagai buruh
tani, buruh pabrik, pengusaha, pedagang, pegawai negeri ataupun swasta dan lain-
lain. Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian masyarakat Cipanas dapat
dilihat dalam table berikut:
Tabel 1.3 Persentase Masyarakat sekitar Kecamatan Cipanas berdasarkan mata
pencahariannya
No Jernis Mata Pencaharian Jumlah Persentase
1 pertanian/pemilik tanah 30%
2 Perdagangan 45%
3 Karyawan/pegawai negeri sipil 20%
4 Lain-lain 5%
(Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan masyarakat)
Berdasarkan data mata pencaharian masyarakat Kecamatan Cipanas
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mata pencaharian masyarakat
65
berada pada sektor perdagangan yaitu sekitar 45%. Sektor pertanianpun banyak
diminati oleh masyarakat Kecamatan Cipanas yaitu hampir 30% masyarakat
Kecamatan Cipanas bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan masyarakat
yang mengandalkan mata pencahriannya sebagai karyawan atau pegawai negeri
sipil yaitu sekitar 20%. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Kecamatan
Cipanas masih mengandalkan sektor perdaganngan sebagai mata pencaharian
utama, hal ini dikarenakan mata pencaharian berdagang tidak memerlukan
keahlian khusus serta pendidikan yang tinggi, yang menyebabkan mata
pencaharian berdagang sangat di gemari oleh masyarakat.
4.1.2.2 Pendidikan
Usaha-usaha peningkatan pendidikan masyarakat di Kecamatan Cipanas
secara berangsur-angsur telah dilaksanakan dengan mendirikan sekolah - sekolah.
pembanguanan sarana pendidikan dilaksanakan oleh masyarakat secara gotong
royong dengan mendapat bantuan dari pemerintah daerah maupun swadaya
masyarakat sendiri. peningkatan sarana pendidikan tersebut secara otomatis
memberi pengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat termasuk juga
masyarakat sekitar kawasan Wisata Kebun Raya Cibodas. Adapun perkembangan
pendidikan tersebut dapat di lihat dari daftar tabel berikut ini:
66
Tabel 1.4 Perkembangan pendidikan masyarakat Kecamatan Cipanas pada lembaga
pendidikan formal tahun 1994-2006
TAHUN
JUMLAH SISWA
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
1994 15.544 12.255 10.356 1.732
1995 16.103 12.452 10.556 1.749
1996 16.454 12.654 10.621 1.785
1997 16.854 12.769 10698 1.755
1998 16.556 12.785 10.724 1.763
1999 16.956 12.846 10.765 1.796
2000 17.105 12.958 10.854 1.806
2001 17.455 13.255 10.865 1.814
2002 17.655 13.325 10.925 1.826
2003 17.765 13.459 10.958 1.859
2004* 10.854 6.554 4.658 865
2005* 11.255 6.664 4.778 891
2006* 11.963 6.825 4.859 903
Keterangan : * : Jumlah penduduk setelah mengalami pemekaran wilayah (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 1994-2006)
Dari tabel di atas dapat peneliti analisis bahwa Berasarakan tabel diatas,
perkembangan pendidikan masyarakat sekitar Kecamatan Cipanas mangalami
perbedaan yang signifikan antara tahun 2003 dan 2004, hal ini dikarenakan
kecamatan Cipanas merupakan kecamatan yang baru. Sebelum tahun 2004
wilayah cipanas temasuk kedalam kecamatan Pacet namun pada tahun 2004
terjadi pemekaran wilayah pacet menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan
Cipanas dan kecamatan pacet itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan data
statistik antara tahun 2004 dan 2003 mengalami perbedaan yang signifikan. Dari
67
jumlah siswa pada lembaga pendidikan formal tahun 1994-2006, tiap tahunnya
mengalami peningkatan dengan perkiraan rata-rata mencapai 3 % dengan
peningkatan jumlah siswa antara 10 – 300 siswa/tahun, untuk tingkat SD jumlah
kenaikan siswa yaitu berkisar antara, 50 - 400 orang/tahun untuk tingakat
SMP,50-300 orang/tahun untuk tingakat SMA,50 - 250 orang pertahun dan
perguruan tinggi 10-100 orang/tahun. dengan demikian, dapat digambarkan
bahwa minat masyarakat sekitar kawasan wisata Kebun Raya Cibodas Terhadap
pendidikan formal bisa dikatakan cukup. hal ini seiring dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakat yang besar akan pentingnya pendidikan. Namun selain
pendidikan formal, tidak sedikit dari orang tua yang menyekolahkan anaknya ke
lembaga penddikan agama.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, diantanya adalah tingkat kemampuan ekonomi keluarga yang
terbatas. Meraka lebih cenderung memilih mencari pekerjaan terutama di bidang
pertanian dan berdagang, karena memang pada dasarnya tidak memerlukan
keahlian yang dicapai melalui pendidiakan formal. Sebagian kecil masyarakat
Kecamatan Cipanas ada yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai tingkat
SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dan kebanyakan mereka bekerja sebagai
Pegawai Negeri, pengusaha, Pedagang dan berwirausaha, bagi yang memiliki
usaha atau bekerja di bidang lain, seperti dipabrik-pabrik besar diluar Cipanas
bahkan tidak sedkit yang bekerja di Jakarta, Yogjakarta dan Bandung. Namun
ada yang menarik dari segi pendidiakan masyarakat di sekitar Kecamatan
CIpanas ini, bahwa mereka yang mengandakan kehidupan perekonomiannya dari
68
segi berdagang, sebagian mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat merubah kehidupan
mereka kedepannya dari segi ekonomi maupun status sosialnya, dengan cara
menyekolahkan anaknya dan berharap anak-anak mereka bisa mengangkat dari
segi kesejahteraan ekonomi.
Pemaparan tersebut memberi gambaran bagi peneliti bahwa masyarakat
Cipanas lebih memilih pekerjaan sebagai wirausaha mengingat kesempatan untuk
menjadi pegawai negeri lebih terbatas. Hal itu dapat dikatakan bahwa masyarakat
Cipanas memliki keinginan untuk berprestasi yang tinggi. Masyarakat mampu
menciptakan hal-hal yang kreatif tanpa disukung oleh potensi sumber daya alam
yang memadai. Keinginan untuk mencapai prestasi sebagai pengusaha/wirausaha
tersebut menurut McClelland disebut dengan istilah Need For Achiepnment (,n-
ach).
4.1.2.3 Hubungan Kemasyarakatan
Hubungan sesama masyarakat Kecamatan Cipanas berjalan secara
harmonis, masyarakat sekitar Kecamatan Cipanas juga sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai agama Islam yang kuat, sehingga ciri-ciri masyarakat wisata yang
cenderung terbuka dalam menerima pengaruh serta nilai individulais yang tinggi
dapat di minimalisir. Masyarakat Kecamatan Cipanas memiliki pandangan yang
luas, objektif dan optimis serta mengahargai setiap perubahan yang terjadi
khususnya bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan. Hal ini didasarkan pada
persaingan masyarakat dalam hal pekerjaan yang sangat ketat.
69
Terjadimya perubahan dari masyarakat pertanian ke masyarakat
berwiraswasta khususnya disekitar Wilayah Kebun Raya Cibodas berpengaruh
terhadap penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat. sebagai masyarakat yang
berwiraswasta salah satunya yaitu pedagang memilki tingkat pendapatan yang
lebih tinggi dibanding dengan menjadi buruh tani yang hanya memperoleh
penghasilan pada waktu pannen saja, penghasilan buruh tani besar kecilnya
tergantung dari hasil panen yang didapatkan. Sehingga dalam penggunaanya harus
memilki perencaaan yang baik. Kondisi ini berbeda ketika mereka mendapat
penghasilan dari sektor berdagang. Penghasilan yang cukup membuat mereka
merasa bebas untuk mempergunakan bahkan membeli barang-barang yang kurang
diperlukan sekalipun. Namun didalam usaha berdagang ini pendapatan tidak
selalu stabil terkadang pendapatan merekapun dirasakan kurang untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga.
Perubahan dalam cara menggunakan penghasilan yang diperoleh dapat
dlihat dari berbagi aspek. Salah satu aspek yang mencerminkan hal itu dapat
dilihat dari bentuk rumah tinggal serta pengunaan peralatan rumah tangga yang
lebih lengkap dan pengguaan alat-alat elektronok seperti TV, radio, dan
sebagainya. Aspek lain yang mencerminkan adalah dalam hal konsumsi makanan
mereka terutama dalam hal lauk pauk yang lebih beragam dibanding sebelumnya
yang sebagian besar hanya diambil dari hasil pertanian. Kondisi tersebut juga,
menandakan bahwa kebutuhan giji keluarganya mencukupi dari penghasilan yang
diperoleh.
70
Pengetahuan teknologi memperlihatkan sikap yang memudahkan adaptasi
kepada realitas baru. Untuk itu dalam ragka pembangunan perlu disejajarkan
pengembangan berbagai sikap baru. Sehingga pada satu pihak tidak timbul
ketakutan serta ketidak mampuan mereka dalam menghadapi perubahan teknologi
yang lebih maju. Dipihak lain, yang memilki dorongan dengan perkembangan
kognitif, sehingga timbul kemampuan dan mengaplikasi pengetahuan dalam
mnghadapi situasi yang serba kompleks.
Jika dilihat dari taraf kesejahteraan hidup masyarakat yang tinggal
disekitar wilayah Kebun Raya Cibodas, masyarakat sekitar telah banyak
mengalami perubahan, hal ini terbukti dengan banyak beralihnya mata pencahrian
masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas dari bertani menjadi seorang pedagang.
Hal ini dikarenakan sektor usaha berdagang dirasakan lebih mampu mencukupi
kebutuhan ekonomi keluarga.
Berdasarkan hal diatas, perkembangan sektor wisata yang ada di
Kecamatan Cipanas salah satunya yaitu Kebun Raya Cibodas, jelas memberikan
dampak akan adanya stratifikkasi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini,
menjadikan transfomasi yang terjadi telah menciptakan lapisan-lapisan sosial
baru dalam masyarakat yang semakin kompleks. Sikap mereka yang terbuka dan
mau menerima perubahan yang berasal dari luar , karena terjalin interaksi sosial
yang dilakukan oleh mereka dengan masyarakat luar menjadikan mereka tidak
segan untuk menerima perubahan. Hal ini menyebakan masyarakat berpindah dari
satu lapisan kelapisan lainnya dengan dinamis berdasarkan kekuasaan, kekayaan,
71
dan ilmu pengetahuan terutama sejak berkembangnya taman wisata Kebun Raya
Cibodas menjadi tempat wisata.
Keberadaan taman wisata Kebun Raya Cibodas telah menggeser pola mata
pencaharian masyarakat setempat yang tadinya bekerja pada sektor pernaian,
kemudian secara bertahap bergeser kepada sektor perdagangan, jasa pegawai
wiraswasta dan sebagainya. Pemaparan diatas memberikan gambaan bahwa
kehidupan sosial dilingkungan sekitar Kebun Raya Cibodas berlangsung secara
harmonis. Hubungan diantara mereka selain didasarkan pada status pekerjaan,
juga didasarakna pada nilai-nilai kekeluargaan yang erat. Selain itu hubungan
sosial yang terjalin dalam masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas juga sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Islam yang kuat, sehingga ciri-ciri masyarakat
wisata yang cenderung terbuka dalam menerima pengaruh serta nilai individulais
yang tinggi dapat di minimalisir.
Kehidupan sosial suatu masyarakat pada dasaranya tidak bisa dilepaskan
dari kehidupan ekonomi yang berkembang pada masyarakat tersebut. Untuk
masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas yang mata pencahariannya
mengandalakan keberadaan tempata wisata Kebun Raya Cibodas, Kehidupan
masyarakat sekitarnya dapat dikatakan bersifat sederhanana. Penghasilan yang
diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga untuk
konsumsi saja, sedangkan untuk kebutuhan lainnya mereka harus mencari
tambahan dengan bekerja diluar atau sampingan, dengan kondisi tersebut mereka
cenderung hidup seadanya. Namun, nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan
masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas yang mengandalakan perekonimiannya
72
dari sektor wisata membuatnya selalu berusaha sabar dan tidak putus asa dengan
selalu bersaha keras dalam mengatasi kenyataan hidup.
4.2 Perkembangan Kebun Raya Cibodas
4.2.1 Awal Berdirinya Kebun Raya Cibodas
Kebun Raya Cibodas berdiri pada bulan april tahun 1852 yang didirikan
pada masa pemerintahan Raja Willem III berkuasa di Hindia Belanda. Awal
dikatakan berdirinya Kebun Raya Cibodas adalah dimana saat masuknya tanaman
kina pertama kali ke pulau Jawa. Gagasan untuk mengintroduksi kina ke pulau
Jawa sebenernya telah disampaikan sebelumnya oleh beberapa pakar botani antara
lain Prof. C.G.C. Reinwardt, Dr. G. Vrolik (1839), Dr. F.A.W. Miquel (1846), Dr.
Fromberg (1848)) dan F.W. Junghuhn, kepada pemerintahan Hindia Belanda.
Pada tahun 1852 merupakan tahun dimana pertama kalinya ditanam satu
jenis kina di Kebun Raya Cibodas hal inilah yang menjadikan cikal bakal
berdirinya Kebun Raya Cibodas ini. Tanaman kina tersebut berasal dari Bolivia
Amerika Selatan yang dibawa oleh H.A. Weddell pada tahun 1846 berupa biji
yang kemudian disemikan di Perancis. Tanaman kina tersebut didatangkan ke
Indonesia oleh Prof. De Vrise dari leiden. Dan De Vrise sendiri menerima pohon
kina tersebut dari M.M. Thibaut dari Perancis yang ditukar dengan sejumlah
specimen tanaman yang berasal dari India.
Pada tanggal 1 Desember tahun 1851 dengan kappal “Frederick
Kendrick” yang dinahkodai oleh P. Huidekoper meninggalkan dermaga Negeri
Belanda menuju pulau Jawa. Diatas geladaknya terdapat bibit kina yang kelak
73
bernilai tinggi bagi sejarah Indonesia. Tanaman hidup tersebut ditempatkan dalam
kotak khusus dan dijaga dengan sangat hati-hati selama perjalanan. Pohon kina
tersebut akhirnya tiba di dermaga Batavia dengan kondisi yang sangat kritis dan
diperkirakan tidak akan dapat bertahan hidup. Johnnes Ellias Teysmannlah yang
telah menyelamatkan bibit kina tersebut, dalam suratnya kepada Profesor De
Vriese tanggal 23 april tahun 1852, teysmann melaporkan bahwa tanaman kina
yang pertama untuk Hindia Belanda ini telah diterima di Buitenzorg pada tanggal
11 April 1852 yang kemudian untuk ditanam di pasir Tjibodas.
Gambar 2. Johnnes Ellias Teysmann, Pendiri Kebun Raya Cibodas (sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 1)
Dengan di tanamnya kina yang bersal dari daerah subtropik di pasir
Cibodas, dapatlah dikatakan bahwa Kebun Pegunungan Cibodas telah
memberikan nilai penting bagi sejarah awal budidaya kina di Indonesia. Kebun
pegunungan Cibodas memiliki iklim yang mendekati dengan tempat tumbuhnya
kina di hutan-hutan Pegunungan Andes yang meliputi wilayah Bolivia, Peru,
Ekuador, Kolombia dan Venezuela. Selain sebagai pilihan untuk tempat
aklimatisasi, Kebun Pegunungan Cibodas juga memiliki tanah vulkan yang
berasal dari letusan Gunung Gede Pangrango. Tanaman kina ternyata lebih baik
74
tumbuh pada tanah vulkan muda yang ditutupi oleh humus dengan drainase yang
baik.
Sebenarnya pada waktu itu teysmann sudah memiliki tiga kebun
aklimatisasi pada berbagai ketinggian dikawasan Gunung Gede Pangrango. Pada
bulan juli 1839 ia membuka sebuah kebun aklimatisasi pertama seluas 2 ha di
bawah air terjun tjibereum (1.700 dpl). Pada bulan November – Desember tahun
yang sama dibuka pula sebuah kebun tipe ini seluas 3 ha (yang kemudian
berkembang menjadi 7 ha pada tahun 1842) disekitar puncak pangrango (3000 m
dpl) Pada tahun 1840. Teysmann pada waktu yang bersamaan juga membuka
sebuah kebun yang terletak antara buitenzorg dari tjipanas untuk ketinggian
menengah (hingga sat ini belum diketahui dengan jelas letak kebun ini).
Program kebun aklimatisasi di Cibodas tersebut mendapat krtitikan yang
keras dari Dr. F. W. Junghuhn. Kritikan tersebut didasarkan pada alasan akan
timbulnya kerusakan vegetasi lokal dan kemungkinan introduksi hama dan
penyakit baru terhadap keanekaragaman jenis flora setempat meskipun
kemungkinan tersebut sangat kecil, karena keanekaragaman jenis tumbuhan hutan
tropik cukup tinggi. Percobaan penanaman ini mencerminkan visi yang sangat
kuat dari teysmann untuk memenuhi cita-cita Prof. C.G.C. Reinwardt, pencetus
dan pendiri Kebun Raya Bogor, sebagai lembaga yang mengintroduksi jenis-jenis
tanaman yang bernilai ekonomi tinggi ke Indonesia. Oleh sejumlah kalangan,
kebun percobaan teysmann ini dinilai sebagai yang tertua di kawsan tropik, dan
tanggal 11 april ditetapkan sebagai hari jadi Kebun Raya Cibodas. Sejak saat
75
itulah Kebun Raya Cibodas terungkap ke permukan dan menjadi perhatian baik
secara Nasional maupun Internasional.
Koleksi jenis kina tersebut kemudian di tambah dan ditingkatkan
berdasarkan SK Raja Willem III tanggal 30 Juni 1852, J. K Hasskarl
diperintahkan untuk menambah dan meningkatkan koleksi jenis kina yang sudah
ada. Maka pada tanggal 4 Desember 1852, J.K. Hasskarl bertolak ke Amerika
Selatan untuk meneksplorasi dan mengoleksi kina. Haskarl berhasil membawa 75
tanaman dan biji kina yang kemudian ditanam di kebun pegunungan Cibodas
bersama-sama dengan Cinchona Calisaya yang telah ditanam oleh teysamann.
Selanjutnya pada bulan Desember 1854 Hasskarl diberi tugas oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk mnegurus budidaya kina yang ditanam di Kebun
Pegunungan Cibodas.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dia harus bekerja terpisah dari
organisasi induk lembaganya, yaitu Kebun Raya Bogor. Sejak itu dilakukanlah
serah terima pemisahan Kebun Raya Cibodas dari Kebun Raya Bogor, pada bulan
Januari 1855 Kebun Raya Cibodas secara resmi terpisah dari Kebun Raya Bogor,
pemisahan ini berlangsung selama 7 tahun. Pada tahun 1856 Dr. F. W. Junghuhn
ditugaskan untuk mengelola budidaya kina di Kebun Pegunungan Cibodas. Dia
berpendapat bahwa Cibodas kurang sesuai untuik kina dengan alasan bahwa
lingkungan Kebun Pegunungna Cibodas mengandung cadas dengan lapisan
humus yang tipis dengan demikian tidak cocok untuk tempat pengembangan kina.
Karena itu akhirnya Junghuhn meindahkan tanaman kina tersebut ke kawasan
bandung secara bertahap yaitu ke Pangalengan dengan hanya meninggalkan
76
beberapa sepesimen di Kebun Pegunungan Cibodas, sesuai dengan catatan pada
catalog‘s Lands Plantetuin tahun 1866 yaitu C. calisaya dan C. pahudina.
Catatan resmi pada tangal 20 Juni 1856 diketahui bahwa jumlah tanaman
kina yang sudah tumbuh berjumlah 250 spesimen yang meliputi tanaman kina
yang terdapat di Pegunungan Cibodas, Kebun Istana Cipanas, dan Cinyiruan serta
Gunung Malabar Bandung. Pada tahun 1857, tanaman kina yang ada di Kebun
Raya Cibodas berbunga untuk pertama kalinya, namun gagal membentuk buah
dan menghasilka biji. Setahun kemudian barulah kina di Ciibodas untuk pertama
kalinya memproduksi biji. Aksi pemindahan tanaman kina ke daerah sekitar
Bandung tersebut menimbulkan polemic antara Tesmann dan Junghuhn yang
dimuat dalam Koran Java Bode. Walaupun dikemudian hari Junghuhn lebih
dikenal sebagai figur dalam pengembangan kina di Indonesia (Hindia Belanda)
dan Hasskarl sebagai pejabat pembudidayaan kina pertama di Kebun Pegunungan
Cibodas, namun Teysmann mempunyai andil yang tidak dapat diabaikan begitu
saja dlam meletakan dasar-darsar awal perwujudan cita-cita para pencetus
introduksi kina ke pulau Jawa dan ambisi pemerintah Hindia Belanda untuk
tampil sebagi yang terkemuka dalam bidang perkinaan dunia. Inilah cirri khas
Teysmann yang menurut penilaian Van Steenis dan Van Van Steenis-Kruseman,
1953 : “a man who combined an intense scientific interest with a very practical
attitude”.
Taysmann telah meletakan dasar yang kuat bagi budidaya tanaman kina di
pulau Jawa. Ini didasarkan atas keberhsilan Teysmann dalam menyemai biji dan
membuat steak kina, serta memilih Cibodas dengan tanah dan iklimnya yang
77
sesuai dengan penanaman, memeliharanya hingga tumbuh baik dan berbuah
tanpa gangguan hama dan penyakit, yang berarti dasar-dasar pertimbangan
teysmann ini dapat menjadi pegangan yang kuat yang dimanfatkan oleh Hasskarl
dan Junghuhn dalam pembudidayaan kina selanjutnya.
Pengembangan perkinaan selanjutnya dilakukan disekitar Bandung dimana
kemudian banyak didirikan perkebunan kina milik pemerintah yang berkembang
hingga sekarang. Ketika J.E. Teysmann yang berjasa dalam perintisan penanaman
kina di Indonesia meninggal pada tanggal 22 Juni 1882 di Buitenzorg,
perkebunan kina telah berkembang di berbagai lokasi, di antaranya di Cinyiruan
(1856), di Cibeureum (1857), di Cibitung (1857) dan dikertasari (1870). Oleh
karena tanaman kina di Cibodas telah dipindahkan ke perkebunan pemerintah di
sekitar Bandung, maka kebun Pegunungan Cibodas tidak lagi berkaitan langsung
dengan pengembangan budidaya kina. Oleh karena itu, pada tahun 1862
administrasi Kebun Pegunungan Cibodas secara resmi digabungkan kembali
dengan lembaga-lembaga lainnya yang ada dibawah naungan Kebun Raya Bogor.
Pada masa pendudukan Hindia Belanda, terjadi beberapa kali pergantian
kepemimpinan Kebun Raya Cibodas kepemimpinan Kebun Raya Cibodas
pertama oleh pemerintahan Hindia Belanda yaitu Pada tahun 1856, tercatat bahwa
Teuscher bertugas sebagai superintendent di Kebun Pegunungan Cibodas (van
Gorkom, 1945) namun tahun awal dan akhirnya tidak diketahui dengan jelas.
Pada tahun 1870 seorang berkebangsaan Eropa ditugaskan di Kebun Pegunungan
Cibodas sebagai petugas kebun (gardener), namun pada tahun 1874 petugas
tersebut dipecat tanpa ada penggantinya. Sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor,
78
kepemimpinan Kebun Raya Cibodas dikelola langsung dari Bogor. Adapun
tenaga kerjanya diambil dari penduduk yang tinggal di kampung sekitarnya.
Selama kurang lebih 30 tahun Kebun Pegunungan Cibodas tidak memiliki
pemimpin sendiri beberapa pengawas (Overseers) dicoba untuk dipekerjakan,
namun tidak efektif karena mereka hanya bekerja dalam jangka waktu yang
singkat sehingga kerjanya tidak tampak.
Pada tahun 1883 diangkat seorang petugas yang berkebangsaan Eropa,
namun dalam perjalanan menuju Kebun Pegunungan Cibodas ia meninggal dunia.
Sebutan yang dipakai untuk pemimpin Kebun Pegunungan Cibodas pada saat itu
bermacam-macam antara lain sebagai Kepala, Kurator, Asisten Kurator, Tuinman,
Tuinlaiden, Tijd, Opzichter atau Asisten Hortulanus. Personalia yang tercatat
pernah memimpin Kebun Pegunungan Cibodas pada saat itu disebabkan oleh
rendahnya gaji yang diterima. Penyebab utama tersebut mengakibatkan hampir
semua pimpinan meninggalkan jabatannya dari Kebun Pegunungan Cibodas untuk
memperoleh posisi lain yang memberikan gaji yang lebih besar. Adapun nama-
nama pimpinana Kebun Raya Cibodas pada masa Kependudukan Belanda dapat
dilihat dari daftar tabel berikut ini :
79
Tabel 2.1 Pimpinan Kebun Raya Cibodas pada masa kependudukan Belanda.
No Nama Tanggal SK Tahun
Jabatan Keterangan
1. Teuscher 1856 Superintendent
2. A. Liefold 1885-1888 - 3 A. Beunin 1889-1893 - 4 H.J.Lefebre 1893-1897 - 5 H.W.L. Couperus 25-8-1893 1897-1909 Sebagai adm
sementara 6 J.W. Heyl 31-12-1897 1899-1907 - 7 Tj.A. Wouters 6-7-1899;
1-1-1905; 30-5-1905
Pada tahun 1907 ditugaskan ke merauke untuk membangun Kebun Raya Cabang
8 L.C. Martens 1907 Dipekerjakan semnetara
9 P. Houlten 1908 Seorang pensiunan kapten
10 J.G. Drogste 1909 Hanya untuk smester I
11 W.M. Westerman 16-9-1909 1909-1910 Semester II 12 Tj.A. Wouters 8-9-1910 1910-1911 Kembali ke
Merauke 13 J.A. Neiuwenhuis 27-3-1911 1911-1913 - 14 A. Schawars 19-2-1912 1913-1921 - 15 M.L.A. Bruggman 30-11-1921
27-4-1925 1921-1927 -
16 C.L.L. Van Woerden 6-4-1927; 31-7-1935; 2-6-1936; 17-3-1937
1927-1939 -
(sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 23-24)
Eksistensi pegunungan Cibodas mulai terangkat tahun 1880, yaitu ketika
Kebun Raya Bogor dipimpin oleh Dr. Melchior Treub menggantikan R.H.C.C.
Scheffer. Kepemimpinan Treub (1880-1905) semkin memberikan status yang
lebih nyata bagi Kebun Raya Cibodas meskipun hanya merupakan cabang dari
80
Kebun Raya Bogor. Treub secara berangsung-angsur mengadakan penambahan
kelengkapan sarana dan perluasan Kebun Pegunungan Cibodas sebagai stasiun
penelitian biologi yang mencakup flora dan fauna dari Cibodas sampai ke puncak
Gunung Gede Pangrango.
Treub membangun laboratorium ilmiah dikebun Pegunugan Cibodas pada
tahun 1891. untuk mengembangkan penelitian ilmiah lebih lanjut Treub dengan
gigih memperjuangkan hutan agar hutan primer yang masih murni yang terletak
diatas Kebun Pegunungan Cibodas yaitu Lereng Gunung Gede sebelah barat Laut
sampai batas sumber air panas dilestarikan untuk penelitian flora dan fauna
pegunungan di Jawa. Areal hutan itu dimaksudkan untuk dijadikan cagar alam,
digabungkan ke Kebun Pegunungan Cibodas yang pengelolaannya di bawah
direktur Kebun Raya Bogor.pada tahun 1889 usaha Treub mendapatkan
persetujuan pemerinth dengan dimasukannya seluas 240 ha hutan primer tersebut
kedalam wilayah Kebun Raya. Dikemudian hari pada tahun 1925 areal tersebut
diperluas sampai puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango, sehingga
seluruhnya menjadi 1200 ha.
Namun kebijakan pemerintah Republik Indonesia menetapkan bahwa
hutan primer ini sekarang menjadi Taman Nasional ini sekarang berada di bawah
naungan Departemen Kehutanan Republik Indonesia Di sisi lain perhatian Treub
terhdap Kebun Pegunungan Cibodas juga kelihatan nyata. Pada tahun 1890
perubahan mandor yang sudah ada diperbahrui kembali. Berkat kerja sama yang
baik pada saat itu, Treub memperoleh bantuan bahan bangunan pada saat itu dari
Direktur B.O.W. (Dinas Pekerjaan Umum) Cianjur. Bahkan bahan dari
81
sumbangan tersebut masih cukup untuk membangun wisma tamu bagi peneliti
pendatang yang terdiri dari 4 kamar tidur, kamar makan, ruang duduk, dengan
perpustakaan dan satu kamar kerja yang besar.
Dalam priode tahun 1890-1897 Dr. J. M. Janse Kepala laboratorium Treub
pada waktu itu melakukan penelitian pioneer tentang fenomena mikrozia yang
dilaksanakan terutama di Cibodas pada tumbuhan hutan pegunungan kawasan
Gunung Gede dengan ketinggian 1400-1800 m dpl. Meliputi 75 jenis dan 56 jenis
suku. Pada tahun 1897 Prof. Jense mempublikasikan dua karya ilmiah dari
penelitiannya ini dalam bahasa perancis berjudul “Les Endophytes radiacux de
quelques plantes javanises” dan “Quelques mots ssur le development d’une petite
truffe” (Soerohaldoko, 1999), karya penelitian Jenese ini merupakan yang
pertama kali di dunia.
Hutan primer tersebut Dr. S. H Kooders melakukan penelitian pohon-
pohon hutan, pemberian label dan pengukuran diameter batang terhadap 319
batang pohon pada kawasan hutan tersebut dilakukan sejak tahun 1898-1903 dan
penelitiannya antara tahun 1903-1913 dan penelitian antara tahun 1913-1915
pemberian label dan pengukuran diameter pohon bertambah dengan 192 pohon.
Kooders berhasil mempublikasikan daftar flora tersebut dalam “Bulletin du Jardin
Botanique de Buitenzorg Series III Vol. IX 1927-1928), yang disunting oleh Dr.
M.L.A. Bruggemann. Hasil publikasi tersebut sangat berguna bagi para ahli botani
dalam mampelajari flora pegunungan wilayah tropik, terutama dalam pembuatan
perancangan expedisi di hutan. Pada tahun 1898 selama sebulan J.G. Boerlage
82
membuat Katalo Tanaman Koleksi Kebun yang pertama dan katalog tersebut
dibuat didalam laporan tahunan.
Pada tahun 1901 untuk menambah keanekaragaman koleksi dibangun
kolam untuk koleksi tanaman air. Koleksi tanaman air di Kebun Pegunungan
Cibodas dirintis dengan mengacu kepada koleksi tanaman air di Kebun Raya
Bogor. Pada tahun 1903 menyusul pembuatan sebuah stasiun pengamatan semi
otomatik metereologi dan geofisika, kemudian tahun 1994 perangkat serupa
dibangun pula di puncak Gunung Pangrango. Pada tahun 1906 J.J. Smith selama 2
minggu melakukan koleksi specimen herbarium.
Di dalam perjalanan sejarahnya, Kebun Pegunungan Cibodas senantiasa
memiliki mantra pribumi yang terlatih dan handal untuk mendampingi para staf
peneliti. Pada era kepemimpinan Treub, arsin dikenal sebagai pembantu peneliti
yang handal yang kemudian digantikan oleh Sapiin yang berperan aktif sebagai
pemandu sejumlah ahli biologi. Pada tahun 1930 yang dikenal sebagai pembantu
peneliti yang tangguh adalah Rossidi dan Nurta.
Pada tahun 1917 ketika Kebun Raya Bogor merayakan hari jadinya yang
ke 100, banyak ahli botani internasional yang memberikan sumbangan berupa
dana untuk membangun laboratorium baru bagi tamu-tamu peneliti di Kebun
Pegunungan Cibodas. Pembangunan laboratorium tersebut dimulai pada tahun
1919, dan diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1920 dan sebuah perpustakaan
disumbangkan oleh Mr. J. Sibanga Mulder, Direktur Pertanian. M.L.A.
Bruggeman selama memegang jabatan di Kebun Pegunungan Cibodas telah
menyusun buku panduan Kebun Pegunungan Cibodas yang dilengkapi ilustrasi.
83
Disamping perlengkapan penelitian ilmiah sebelumnya juga dibangun sarana
rumah dinas untuk pengawas (mandor) kebun.
Pada tahun 1924 kebun Pegunungan Cibodas berada dalam keadaan sangat
kritis menyusul depresi ekonomi, pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1920.
dampak negative dari keadaan tersebut bagi kebun Pegunungan Cibodas adalah
niat pemerintah Hindia Belanda pada saat itu untuk menutup Kebun Pegunungan
Cibodas. Namun berkat upaya yang gigih dari Dr. J.C. Koningsberg, mantan
direktur Kebun Raya Bogor, Prof. J. Cosquini De Bussy, Dr. Jansen, Prof Fete
Went (seorang promoter berkebangsaan Belanda terkemuka untuk riset biologi
kawasan tropik) serta anak Fete Went yang bernaman Fritz Went (ahli botanu
yang menemukan hormone auksin) dapat terhimpun dana untuk membantu Kebun
Pegununan Cibodas, sehingga masa kritis itu dapat dilalui.
Penataan koleksi tanaman selama dipimpin oleh C.L.L.H. Van Woerden
(1927-1939) antarta lain mengembangkan koloksi tanaman sekulen, serta
mengadakan penambahan herbarium. Selama kepemimpinannya disusun catalog
baru yang tadinya dimuat didalam laporan tahunan. Pada tahun 1929 Katalog
Kebun Pegunungan Cibodas bersama-sama dengan koleksi Kebun Raya Bogor
seperti pada tahun 1866. perbedaannya adalah catalog sebelumnya selain memuat
daftar koleksi Kebun Raya Bogor, memuat pula koleksi tanaman yang dipelihara
dikandang badak, Cibereum, Cipanas dan Puncak Pangrango, sedangkan catalog
gabungan yang baru ini hanya memuat koleksi tanaman Kebun Raya Bogor dan
Kebun Pegunungan Cibodas.
84
Pada masa kependudukan Jepang yaitu Pada tahun 1939, A.A. Neervoort,
seorang Arsitek Landsekap dari belanda (1932-1938), yang kemudian menjadi
asisten curator di perkebunan karet di Jawa (1938-1939) diangkat sebagai Kurator
di Kebun Pegunungan Cibodas menggantikan Van Woeden. Dikebun pegunungan
ini dia menjabat pemimpin selama 3 masa yaitu masa pemerintahan Hindia
Belanda, masa pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada bulan Desember 1941 Neervort menjalani dinas militer dan selama
kepergiannya Mantri Wangsa Kusua menggantikannya untuk sementara. Tanggal
13 Maret – 11 Agustus 1942 ia ditawan oleh tentara Jepang di kamp Cimahi.
Setelah dibebaskan ia diperintahkan untuk kembali bekerja di Cibodas dengan
statussebagai tawanan perang (POW) dengan pengawalan ketat oleh kedua orang
tentara Jepang asal Korea, bulan November 1944 ia ditawan kembali sampai
dengan Januari 1946.
Dibawah supervisi Prof. Dr. Baas Becking, Direktur Kebun Raya Bogor
pada tahun 1940 dilakukanlah penataan fisik, misalnya merenovasi kolam besar,
memperbaiki dan mengeraskan jalan-jalan didalam kebun. Baas Becking kembali
ke Negeri Belanda tahun 1940. keadaan perang di Eropa yang disusul dengan
pergantian Direktur Kebun Raya secara berturut-turut dari Dr. Van den Honert ke
Dr. D. F. Van Slooten ditambah dengan krisis ekonomi, menjadikan kendala bagi
Neervoort untuk melaksanakan rencana kegiatan yang sudah disusun. Walaupun
demikian dalam tahun 1940-1941 ia berhasil melakukan penataan kebun.
Penanaman jenis-jenis anggota Coniferae berhasil dilakukan.
85
Selama pendudukan Jepang tidak banyak terjadi penambahan koleksi
tanaman, sementara itu Prof. Dr. T. Nakai, Direktur Kebun Raya Tokyo diangkat
sebagai Direktur Kebun Raya Bogor pada tahun 1943-1945 dan Kebun
Pegunungan Cibodas langsung berada dibawah pimpinannya. Pada waktu itu
mantra yang ada adalah Msid dan Sarwana di samping Wangsa Kusuma.
Pimpinan-pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas pada pendudukan Jepang dapat
dilihat ditable berikut ini.
Table 2.2 Pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas pada pendudukan Jepang
No Nama Tanggal
SK Tahun
Jabatan Keterangan
1 A.M. Nervoort
27-2-1940 1939-1941 Desember 1941 ditawan di kamp tentara Jepang Tanggal 11 Agustus 1942 dilepas namun dalam status POW
2 A.M. Nervoort
1942-1944 Kembali berkantor di Kebun Raya Cibodas di bawah pengawasan 2 tentara Jepang yang berasal dari Korea. Tahun 1944 dikembalikan ke kamp tentara Jepang
3 T. Nakai Masa pendudukan Jepang
Kepala Kebun Raya Tokyo merangkap sebagai kepala Kebun Raya Bogor dan Cibodas
4 A.M. Nervoort
1947-1950 Kembali memimpin Kebun Raya Cibodas setelah Indonesia Merdeka
5 C. Schroeter 1950 15 September 1950 meninggal tertembak di Wisma tamu Kebun Raya Cibodas
(sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 39-40)
4.2.2 Pekembangan Kebun Raya Cibodas Dari Tahun 1994-2006
Pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesa sebenarnya Kebun
Pegunungan Cibodas masih dalam kondisi baik, termasuk seluruh fasilitas yang
86
terdapat di dalamnya. Namun demikian pada tanggal 7 Juli 1946 terdapat aksi
pembakaran yang mengakibatkan seluruh bangunan yang terdapat di Kebun Raya
Cibodas antara lain rumah pimpinan, labortorium, perpustakaan, termasuk
beberapa buku tamu, catalog kebun, arsip da berkas-berkas lainnya rusak.
Setelah Neevort dibebaskan dari tahanan pada bulan januari 1946 dia
kemudian memasuki dinas militer dan pada bulan maret 1947, ditemptkan
kembali di Kebun Pegunungan Cibodas sebagai Kurtor. Tugas utama yang harus
dilakukan adalah melakukan penataan kembali ke kebun, merehabilitasi fasilitas
bangunn yang rusak, termasuk membuat koleksi herbarium untuk di tanam kebun
dan pengaspalan jalan.
Dalam menjalankan tugasnya ia selalu membawa senjata sejenis stengun,
sedangkan untuk memperlancar kegiatan yang bersifat ilmiah 1948-1949 Nevoort
berhasil mengkoleksi 3.000 paket jamur dan sejumlah sepesimen tanaman lokal
baru. Bulan Desember 1949 Neevort meninggalkan Indonesia kembali ke
Belanda, dan pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas digantikan oleh Schroeter,
urich Swiss. Namun Schroeter muda kelahiran Swiss yang sangat menjanjikan itu
meninggal dunia tertembak oleh sekelompok orang radikal di wisma tamu Kebun
Raya Cibodas. Mulai tahun 1953 pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas bukan
lagi dipegang oleh bangsa asing melainkan oleh putra-putra Indonesia seperti pada
table 3 berikut ini.
87
Tabel 2.3. Pimpinan Kebun Raya Cibodas sejak 1952 sampai sekarang
No Nama Tahun
Jabatan Keterangan
1 Mien Soekarta 1952-1961 Putra Indonesia pertama sebagai Pimpinan Kebun Raya Cibods
2 Rusdji E. Nasution 1961-1965 Katalog pertama yang disusun setelah Indonesia Merdeka
3 I Nengah Wirawan 1965-1968 - 4 Syafei Aziz, B.Sc 1968-1972 - 5 Kliwon Niaty 1972-1974 Pelaksanaan / Pemimpin Harian;
Pimpinan dirangkap langsung oleh Ke pala Kebun Raya Bogor
6 I Gede Ranten B.Sc 1974 Sda 7 Lucky P. Soewito 1975 Sda 8 Sukasdi 1975-1977 Sda 9 Guswara 1977-1978 Sda 10 Jaja Sukrya 1978-1979 Sda 11 Ir. Robinson
Harahap 1979-1980 Sda
12 B. Paul Naiola, B.Sc 1980-1981 Sda, tetapi pada tanggal 1-4-1981 diangkat sebagai kepala Kebun Raya Cabang Cibodas
13 Drs. Tahan Uji 1981-1983 Kepala Kebun Raya Cabang Cibodas
14 I.G.G. Mudhita, B.A 1983-1984 Kepala Cabang Kebun Raya Cibodas
15 Gozali Somaatmadja 1984-1989 Pjs. Kepala Kebun Raya Cabang Cibodas
16 Drs. I.G.G. Mudhita 1989-1998 Kepala cabang balai Kebun Raya Cibodas
17 Drs. R. Subekti 1998-2001 Kepala cabang balai Kebun Raya Cibodas
18 Didin Ahmad Nurdin
2001-2002 Pelaksana Tugas Harian Kepala cabang balai Kebun Raya Cibodas
19 Ir. Holif Immamudin 2002- sekarang
Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas
(sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 43-44)
Kebun Raya Cibodas telah mengukir sejarah yang harum yang tidak dapat
dilupakan dalam pembentukan kader peneliti inti diberbagai bidang kepakaran.
Awal tahun 1950 pemerintah Republik Indonesia mengambil kebijakan bahwa
88
tenaga berkebangsaan asing harus meninggalkan Indonesia. Kebijakan ini
berakibat Lembaga Pusat Penyelidikan alam atau Kebun Raya Indonesia
mengalami kekosongan tenaga peneliti. Bertolak dari kenyataan ini maka atas
prakarsa Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo, Direktur LPAA, di Kebun Pegunungan
Cibodas didirikanlah Akademi Biologi. Peresmian Akademi Biologi ini dilakukan
oleh Dr Moch Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 Oktober
tahun 1955 bertempat di Kebun Pegunungan Cibodas. Pembukaan tersebut
dihadiri pula oleh menteri pertanian. Pada upacara tersebut Prof. Ir. Kusnoto
menyampaikan orasi ilmiah bertemakan konservasi sumber daya hayati yang
berjudul Limas Hayati.
Mengingat gangguan keamanan oleh gerombolan pengacau keamanan,
maka Akademi Biologi dipindahkan ke Kebun Raya Bogor. Kemudian pada
bulan September 1957 Akademi Biologi dipindahkan lagi ke Ciawi Bogor
sekaligus berganti nama menjadi Akademi Kementrian Pertanian yang akhirnya
bernama Akademi Pertanian.
Beberapa alumni angkatan I yang kemudian mengabdikan dirinya
dilingkungan Kebun Raya adalah Dr. Rusdji W. Nasution yang pernah menjadi
pimpinan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Purwodadi.
Kemudian Bapak Sarkat Danihardja, Msc. Yang menjabat pimpinan Kebun Raya
Cabang “Eka Karya” Bali. Sedangkan Prof. Dr. Didin S. Sastrapadja selain
menjabat wakil ketua Lembaga Biologi Nasional (LBN) yang merupakan lembaga
induk Kebun Raya.
89
Masa kepemimpinan Kebun Raya Cibodas merupakan bagian yang sangat
penting dalam pertumbuhn dan perkembangan Kebun Raya Cibodas hingga
sekarang terutama setelah para pimpinan dipegang oleh putra-putra Indonesia.
Pada tahun 1994 taman wisata Kebun Raya Cibodas dipimpin oleh Drs.I.G.G.
Mudhita yang merupakan kali kedua memimpin Kebun Raya Cibodas. Drs.I.G.G.
Mudhita ini menjabat sebagai kepala Kebun Raya Cibodas mulai dari tahun 1989-
1998. pada masa kepemimpinannya Kebun Raya Cibodas berhasil mengikuti
standar Internasional didalam pendataan koleksi tanamannya yaitu pada tahun
1995.
Perkembangan Kebun Raya Cibodas dari tahun 1994-2006 dihiasi banyak
permasalahan yang menarik salah satunya adalah mulai bermunculannya para
pedagang yang berusaha untuk menetap dan tinggal dikawasan Kebun Raya
Cibodas. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang merupakan mata pencahrian
utama masyarakat Cibodas diambil oleh pemerintah guna di bangun sarana dan
prasarana penunjang Kebun Raya Cibodas salah satunya lapangan golf (hasil
wawancara dengan bapak Komarudin). Menurut bapak Komarudin tanah yang di
ambil oleh pemerintah yaitu sekitar 32 H dan masyarakat mendapat ganti rugi
yang tidak setimpal dengan luas tanah yang diambil oleh pemerintah tersebut. Dan
hal inilah yang menjadikan banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaannya
dan mulai beralih profesi menjadi pedagang.
Himpitan ekonomi yang dirasakan masyarakat membuat profesi berdagang
menjadi suatu pilihan. Karena profesi ini tidak memerlukan keahlian yang khusus
dan pendidikan yang tinggi. Kegiatan berdagang yang dahulu hanya merupakan
90
kegiatan sampingan dan hanya dilakukan di akhir pekan saja yaitu dimana ketika
bayaknya wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas, kini kegiatan
berdagang tersebut menjadi mata pencahrian utama masyarakat. Namun
permasalahan ini tidak berakhir sampai disini saja karena kegiatan berdagang
menetap yang dilakukan oleh masyarakat pada waktu itu dianggap menggangu
kenyamanan tampat wisata Kebun Raya Cibodas yang menjadikan adanya konflik
antara masyarakat dengan pengelola Kebun Raya Cibodas yang menginginkan
agar tidak ada pedagang didalam kawasan wisata Kebun Raya Cibodas. Para
pedagang yang berusaha tinggal menetap harus rela dagangannya di bawa oleh
satpol PP menjadikan masyarakat yang sebenarnya terpaksa untuk berdagangpun
harus mengalami banyak kerugian.
Dan akhirnya permasalahan ini mengalami titik temu dimana pihak
masyarakat dan pihak Kebun Raya Cibodas melakukan negosiasi guna
menyelesaikan permasalahan tersebut. Karena mulai banyaknya masyarakat yang
berdagang di Kebun Raya Cibodas akhirnya pihak Kebun Raya Cibodas
bekerjasama dengan pemda membangun pasar yang letaknya didalam kawasan
wisata Kebun Raya Cibodas. Yang menjadikan masyarakat mulai dapat menetap
berdagang di kawasan Kebun Raya Cibodas (hasil wawancara dengan Bapak
Komarudin). Dalam hal ini pihak Kebun Raya Cibodas mulai melibatkan
masyarakat sekitar didalam pengelolaan taman wisata Kebun Raya Cibodas.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 18 Tahun 1994 Tentang
Penyelenggaraan Kepariwisataan yang didalam salah satu pasalnya menyebutkan
91
bahwa pengelolaan keparawisataan harus selalu melibatkan masyarakat sekitar,
dan pasal tersebut berisi sebagai berikut :
• Cinderamata yang disediakan merupakan cinderamata khas masyarakat
setempat dengan mengutamakan hasil pengrajin masyarakat sekitar.
• Dalam wisata budaya mengutamakan seni budaya tradisional masyarakat
setempat dan dilarang seni budaya asing maupun seni budaya yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama, kesusilaan atau ketertiban umum.
Adanya Peraturan Pemerintah tersebut memeberikan kesempatan yang
luas bagi masyarakat untuk dilibatkan secara langsung di dalam pengelolaan
Kebun Raya Cibodas. Dan hal ini sangat berdampak baik bagi masyarkat setempat
diamana masyarakat diberikan peluang di dalam memperbaiki ekonominya.
4.2.3 Perluasan Kebun Raya Cibodas Sebagai Kawasan Wisata
Perkembangan Kebun Raya Cibodas menjadi tempat rekreasi yaitu
dimulai pada tahun 1987 dimana dikeluarkannya surat Keputusan LIPI No
25/KEP/D.5./87, tanggal 17 Januari 1987, yang menyebutkan bahwa cabang balai
Kebun Raya Cibodas terbagi ke dalam Sub Seksi Koleksi, Sub Seksi Registrasi
dan Sub Seksi Bina Sarana Usaha. Sub Seksi yang ketiga inilah yang menjadikan
Kebun Raya Cibodas menjadi tempat wisata alam yang bertujuan
memperkenalkan dan memperluas wawasan kepada masyarakat mengenai
keanekaragaman tumbuhan. Pada saat itu Kebun Raya Cibodas di kepalai oleh
Gozali Sumaatmadja pada masa kepemimpinan Gozali Sumaatmadja ini penataan
Kebun Raya Cibodas lebih diprioritaskan pada pengaspalan jalan seluas 2.500 m2
serta perluasan areal kebun menjadi 9.250 m2 serta pembuatan kolam dan
92
pembuatan pagar besi sepanjang 400 m dan juga pembuatan pintu gerbang Kebun
Raya Cibodas. Dan pada tanggal 9 Nopember 1988 diselenggarakan
penandatanganan naskah kerjasama peningkatan pelayanan umum antara LIPI
dengan Pemerintah Daerah Tingkat II Cianjur. Hal ini bertujuan untuk
memfasilitasi sarana dan prasarana penunjang parawisata seperti penyediaan
lapangan parkir dan memperbaiki akses jalan menuju Kebun Raya Cibodas.
Dengan dijadikannya Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat yang tinggal disekitar Kebun
Raya Cibodas, hal ini dikarenakan terbukanya peluang bagi masyarakat didalam
meningkatkan perekonomiannya. Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata
memberikan peluang kerja yang cukup luas bagi masyarakat diantaranya
berdagang, pelayanan jasa, dan juga kesempatan yang besar untuk dapat bekerja
di Kebun Raya Cibodas dan lain-lain.
4.2.2.1 Pengunjung
Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata dari tahun 1994-2006
mengalami perkembangan yang pesat baik dari segi jumlah pengunjung maupun
sarana dan prasarana penunjangnya. Hal ini dikarenakan Kebun Raya Cibodas
sebagai tempat wisata mampu memberikan keanekaragaman wisata alam yang
pada masa sekarang ini wisata alam sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat.
perkembangan Kebun Raya Cibodas dapat dilihat dari data jumlah pengunjung
Kebun Raya Cibodas berikut ini:
93
Table 2.4 Jumlah Pengunjung Taman Wisata Kebun Raya Cibodas
NO TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG 1 1994 400.256 2 1995 411.256 3 1996 482.610 4 1997 485.465 5 1998 460.548 6 1999 472.652 7 2000 468.763 8 2001 523.629 9 2002 521.441 10 2003 560.774 11 2004 520.241 12 2005 554.887 13 2006 615.925
(Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
Dari data tersebut dapat peneliti analisis bahwa berdasarkan jumlah
pengunjung Kebun Raya Cibodas tiap tahunnya hampir selalu mengalami
peningkatan. Walaupun di beberapa tahun seperti tahun 1998, 2000, 2002 Kebun
Raya Cibodas mengalami penurunan jumlah pengunjung. Namun secara
keseluruhan selama 16 tahun pengunjung Kebun Raya Cibodas terus mengalami
peningkatan, dengan rata-rata peningkatan sekitar 5 %. Dengan demikian dapat
digambarnkan bahwa taman wisata Kebun Raya Cibodas mengalami
perkembangan yang cukup baik dari segi pengunjung, yang menggambarkan
kebutuhan masyarakat akan parawisata alam mulai meningkat. Dan kebutuhan
akan wisata alam ini bukan lagi hanya sebagai pelengkap saja melainkan sudah
menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia.
Objek wisata di Kebun Raya Cibodas terbagi ke dalam dua tempat wisata
yaitu bumi perkemahan Mandala Kitri dan wanawisata Mandala Wangi. Bumi
94
perkemahan Mandala kitri adalah areal yang digunakan sebagai tempat
perkemahan umum bagi masyarakat. Bumi perkemahan Mandala Kitri ini
biasanya ramai dikunjungi di waktu libur sekolah dan di akhir pekan. Bumi
perkemahan Mandala Kitripun biasanya sering dijadikan tempat kegiatan
Pramuka. Bumi perkemahan Mandala Kitri sebagai tempat wisata dari tahun
1994-2006 mengalami perkembangan yang pesat baik dari segi jumlah
pengunjung maupun sarana dan prasarana penunjangnya. Hal ini dapat dilihat
dari data jumlah pengunjung Bumi perkemahan Mandala Kitri berikut ini.
Table 2.5 Jumlah Pengunjung Bumi Perkemahan Mandala Kitri
NO TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG 1 1994 28.965 2 1995 29.652 3 1996 31.562 4 1997 31.564 5 1998 30.562 6 1999 32.556 7 2000 31.546 8 2001 32.561 9 2002 33.522 10 2003 32.256 11 2004 32.721 12 2005 35.421 13 2006 42.505
(Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
Dari data tersebut dapat peneliti analisis bahwa berdasarkan jumlah
pengunjung bumi perkemahan Mandala Kitri tiap tahunnya hampir selalu
mengalami peningkatan. Walaupun dibeberapa tahun seperi tahun 1998, 2000,
2003 bumi perkemahan Mandala Kitri mengalami penurunan jumlah pengunjung.
Namun secara keseluruhan selama 16 tahun pengunjung bumi perkemahan
95
Mandala Kitri terus mengalami peningkatan. Dengan rata-rata peningkatan sekitar
4 %. Dengan demikian dapat digambarnkan bahwa bumi perkemahan Mandala
Kitri mengalami perkembangan yang cukup baik dari segi pengunjung, yang
menggambarkan kebutuhan masyarakat akan alam mulai meningkat, dan mampu
menjadi prioritas bagi kebutuhan sebagian orang.
Selain objek wisata bumi perkemahan Mandala Kitri di Kebun Raya
Cibodas terdapat objek wisata lain yaitu Wanawisata Mandalawangi. Wanawisata
Mandalawangi ini adalah objek wisata alam yang berupa lahan hijau dan sebagai
tempat konservasi tumbuhan. Disini terdapat pula rumah kaca yang didalamnya
mengkoleksi 350 jenis anggrek. Wanawisata Mandalawangi sebagai tempat
wisata dari tahun 1994-2006 mengalami perkembangan yang cukup pesat baik
dari segi jumlah pengunjung maupun sarana dan prasarana penunjangnya. Hal ini
dapat dilihat dari data jumlah pengunjung Wanawisata Mandalawangi berikut ini.
Table 2.6 Pengunjung Wanawisata Mandalawangi
NO TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG 1 1994 15.546 2 1995 16.102 3 1996 16.558 4 1997 16.655 5 1998 17.556 6 1999 16.554 7 2000 17.556 8 2001 18.564 9 2002 17.556 10 2003 17.102 11 2004 18.815 12 2005 22.142 13 2006 24.557
(Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
96
Dari data tersebut dapat peneliti analisis bahwa berdasarkan jumlah
pengunjung Wananwista Mandalawangi tiap tahunnya hampir selalu mengalami
peningkatan. Walaupun di beberapa tahun seperi tahun 1995, 1999, 2002 dan
2003 Wanawisata Mandalawangi mengalami penurunan jumlah pengunjung.
Namun secara keseluruhan selama 16 tahun pengunjung Wanawisata
Mandalawangi terus mengalami peningkatan. Dengan rata-rata peningkatan
sekitar 4 %. Dengan demikian dapat digambarnkan bahwa Wanawisata
Mandalawangi mengalami perkembangan yang cukup baik dari segi pengunjung,
dan mampu menjadi tempat wisata yang digemari oleh masyarakat.
Secara keseluruhan perkembangan Kebun Raya Cibodas dari tahun 1994-
2006 dari tahun ketahunnya tersebut terus mengalami perkembangan yang cukup
signifikan baik dari jumlah pengunjung maupun perkembangan dari sarana dan
prasarana Kebun Raya Cibodas itu sendiri sebagai tempat wisata, yang
menjadikannya mampu menjadi tempat wisata yang digemari untuk di kunjungi
oleh masyarakat. Perkembangan yang cukup baik dari Kebun raya Cibodas inipun
berdampak positif terhadap masyarakat yang mamanfaatkan keberadaan Kebun
Raya Cibodas. Walaupun hal ini bukan berarti selama tahun 1994-2006 tersebut
masyarakat yang tinggal di sekitar Kebun Raya Cibodas tidak mengalami
permasalahan dari keberadaan Kebun Raya Cibodas.
Permasalahan yang ditimbulkanpun sebenarnya sangat merugikan
masyarakat seperti dibangunannya lapangan golf dan sarana pelengkap bagi
wisatawan lainnya, yang mengakibatkan sebagaian masyarakat yang tinggal di
sekitar Kebun Raya Cibodas tidak dapat lagi bertani karena lahan pertanian
97
tersebut oleh pemerintah dijadikan lapangan golf sebagai penunjang sarana dan
prasarana bagi wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas. Hal ini
sangatlah berdampak besar terhadap masyarakat, karena sebelum masyarakat
memulai berdagang di Kebun Raya Cibodas, kegiatan bertani merupakan mata
pencahrian utama masyarakat sekitar. Namun dengan dijadikannya areal pertanian
masyarakat menjadi lapangan golf banyak masyarakat yang kehilangan mata
pencahrian utamanya dan kegiatan berdagang disekitar Kebun Raya Cibodas yang
dahulunya hanya sebagai kegiatan sampingan bagi masyarakat sekitar kini
menjadi kegiatan pokok bagi masyarakat karena tidak adanya kegiatan ekonomi
lain yang dapat diandalkan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan keterbatasan
masyarakat akan pendidikannya yang menjadikan kegiatan berdagang menjadi
mata pencahrian utama masyarakat, karena kegiatan berdagang ini tidak
memerlukan keahlian khusus.
Namun secara umum permasalahan tersebut tidak berdampak besar
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar yang tinggal di Kebun
Raya Cibodas. Karena dari kegiatan berdagang tersebut masyarakat mampu
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Hal ini pun dikarenakan perkemabangan
dari Kebun Raya Cibodas yang semakin pesat yang menjadikan adanya dampak
posistif bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan ekonominya dari adanya
Kebun Raya Cibodas.
4.2.3.2 Perluasan Fungsi
Kebun Raya Cibodas pada awalnya hanya berfungsi sebagai tempat
konservasi tumbuhan, namun seiring dengan perkembangan Kebun Raya Cibodas
98
sebagai tempat konservasi tumbuhan, akhirnya berkembanglah Kebun Raya
Cibodas sebagai tempat wisata yang dikelola oleh pemerintah. Pada tahun 1987
dikeluarkan surat keputusan LIPI No 25/KEP/D.5./87, tanggal 17 Januari 1987
yang menyebutkan bahwa Kebun Raya Cibodas sebagai tempat Bina Sara Usaha.
Dengan adanya surat keputusan ini Kebun Raya Cibodaspun memperluas
fungsinya sebagai tempat wisata alam yang bertujuan memperkenalkan dan
memperluas wawasan kepada masyarakat mengenai keanekaragaman tumbuhan.
Perkembangan Kebun Raya sebagai tempat wisata berdampak sangat besar
terhadap masyarakat sekitar yang tinggal disekitar wilayah Kebun Raya Cibodas.
hal ini menjadikan Masyarakat yang tinggal disekitar wilayah Kebun Raya
Cibodas terbuka kesempatannya guna memperbaiki kehidupan perekonomiannya.
Dampak dijadikannya Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata menjadikan
ramainya wisatawan yang berkunjung sehingga masyarakat dapat memanfaatkan
hal tersebut dengan melakukan kegiatan ekonomi seperti berdagang.
Objek wisata di Kebun Raya Cibodas terbagi kedalam dua tempat wisata
yaitu Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan Wanawisata Mandalawangi. Bumi
Perkemahan Mandala Kitri adalah areal yang digunakan sebagai tempat
perkemahan umum bagi masyarakat. Bumi Perkemahan Mandala Kitri ini
biasanya ramai dikunjungi wisatawan diwaktu libur sekolah dan akhir pecan,
Bumi Perkemahan mandala Kitripun biasanya dijadikan sebagai temapat
perkemahan. Sedangkan objek wisata Wananwisata Mandalawangi adalah objek
wisata alam yang berupa hamparan lahan hijau dan merupakan temapat pusat
99
konservasi tumbuhan. Disisni terdapat pula rumah kaca yang didalamnya
mengkoleksi sekitar 350 jenis anggrek.
Selain itu wilayah Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu akses jalan
masuk menuju kawasan wisata Gunung Gede dan kawasan wisata Gunung
pangrango, yang mengakibatkan taman wisata nasional Kebun Raya Cibodas
sering dijadikan tempat peristirahatan bagi para wisatawan yang telah
mengunjungi Gunung Gede dan tempat wisata Gunung pangrango.
4.2.4 Pengelolaan Kebun Raya Cibodas
Keberhsilan pengembangan parawisata tidak terlepas dari pengelolaan
yang dilaksanakan oleh para pengurus objek wisata, hal ini sangat terkait dengan
usaha peningkatan profesionlitas dari system pengelolaan untuk mewujudkan
suatu fondasi parawisata yang kondusif, nyaman dan dapat memuaskan wisatawan
yang datang. Kawasan wisata Kebun Raya Cibodas termasuk kedalam Objek dan
Daya Tarik Wisata (ODTW) alam. adapun Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun
1990 tentang Penyelenggaraan Keparawisataan telah mengatur kegiatan
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam pasal 40 sebgai berikut :
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tat lingkungan yang telah ditetapkan sebagai objek dan daya taik wisata, untuk dijadikan sasaran wisata.
Selanjutnya pada pasal 43 telah ditetapkan bahwa Kegiatan pengusahaan
objek dan daya tarik wisata alam meliputi :
a. Pengembanagn prasarana dan saran pelengkap bahwa fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan.
b. Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, termasuk prasarana dan sarana yang ada; dan
100
c. Penyedian sarana dan fasilitas bagi masyarakat di sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam.
Adapun kewajiban bagi pengelola kegiatan pengusaha objek dan daya tarik wisata
alam telah diatur pada pasl 44 sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam wajib :
a. Menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan.
b. Mempekerjakan pramuwisata dan tenaga kerja ahli yang memiliki keterampilan yang diutuhkan; dan
c. Menjaga kelestarian objek dan daya tarik wisata serta tata lingkungannya.
2. Penyelnggaraan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan wisatawan yang mengunjungi objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa didalam pengelolaan
parawisata alam memerlukan sistem pengelolaan yang profesionalisme untuk
mewujudkan suatu fondasi parawisata yang kondusif.
4.2.4.1 Peran Pemerintah
Kebun Raya Cibodas merupakan lembaga milik pemerintah yang berada
di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya
Cibodas berada di bawah naungan pemerintah Setelah Indonesia merdeka, setalah
peralihan kekuasaan dari kepemimpinan Jepang menuju kepemimpinan
pemerintah Indonesia kondisi Kebun Raya Cibodas masih dalam kondisi sangat
baik termasuk fasilitas bangunan yang terdapat di dalamnnya. Namun pada
tanggal 7 juli 1946 terjadi aksi pembakaran yang mengakibatkan seluruh
bangunan yang terdapat di Kebun Raya Cibodas antara lain rumah pimpinan,
101
laboratorium, pepustakaan, termasuk beberapa buku tamu, katalog kebun, arsip
dan berkas-berkas lainnya rusak parah, yang akhirnya pemerintah membangun
kembali sarana dan prasarana guna penunjang penelitian tumbuhan di Kebun
Raya Cibodas tersebut.
Setelah Kebun Raya Cibodas diresmikan menjadi tempat parawisata pada
tahun 1987 pemerintah tapatnya pemerintah daerah membangun segala sarana dan
prasaran penunjang parawisata agar Kebun Raya Cibodas menjadi tempat wisata
yang diminati oleh masyarakat. pembangunan sarana dan prasarana Kebun Raya
Cibodas tersebut meliputi pembangunan akses jalan menuju Kebun Raya Cibodas,
pembangunan lahan parkir yang luas, pembangunan kios-kios agar para pedagang
yang berjualan di area Kebun Raya Cibodas tersusun rapi, dan juga pembangunan
sarana dan prasarana penunjang lainnya (hasil wawancara dengan Bapak
Ngatimin).
Pesatnya perkembangan Kebun Raya Cibodas tak lepas dari peran
pemerintah, terutama pemerintah daerah setempat. Namun perkembangan Kebun
Raya Cibodas yang pesat tidak berjalan seiringan dengan konflik yang terjadi
antara pemerintah daerah dan pihak pengelola Kebun Raya Cibodas.
Permasalahan ini disebabkan oleh adanya kepengurusan ganda didalam
pengelolaan Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata. Dimana Pemerintah
Daerah tidak mau berada di dalam satu atap di dalam mengurusi tiket masuk
Kebun Raya Cibodas, yang mengakibatkan wisatawan yang berkunjung ke taman
wisata Kebun Raya Cibodas harus dirugikan karena harus membayar lebih dari
dua kali tiket masuk ke tempat wisata Kebun Raya Cibodas. Wisatawan yang
102
berkunjung harus membayar tiket masuk di depan gerbang menuju Kebun Raya
Cibodas dan juga membayar tiket masuk menuju kawasan wisata Kebun Raya
Cibodas. Selain itu wisatawan yang membawa kendaraan pribadi harus membayar
sewa parkir, hal ini mengakibatkan wisatawan dirugikan karena mereka harus
mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk dapat menikmati keindahan alam
Kebun Raya Cibodas.
Pihak pengelola taman wisata Kebun Raya Cibodas menginginkan agar
pemerintah daerah setempat bersama-sama dalam satu atap untuk mengurusi tiket
masuk menuju Kebun Raya Cibodas, agar wisatawan yang berkunjung ke taman
wisata Kebun Raya Cibodas tidak banyak dirugikan oleh besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk tiket masuk. Namun hal ini ditolak oleh pemerintah daerah
karena mereka merasa dirugikan apabila didalam pengelolaan Kebun Raya
Cibodas menjadi satu atap. Pemerintah daerah beranggapan bahwa mereka telah
mengeluarkan biaya yang sangat besar didalam menyediakan sarana dan
prasarana pelengkap Kebun Raya Cibodas seperti Pembangunan akses jalan.
Pembangunan lapangan parkir yang luas, pembangunan kios-kios dan lain-lain.
(wawancara dengan Bapak Ngatimin yang merupakan pengelola pepustakaan
Kebun Raya Cibodas).
Permasalahan ini sempat mengakibatkan ditutupnya Kebun Raya Cibodas
selama satu bulan di tahun 2006. adanya permasalahan ini berdamapak sangat
besar terhadap masyarakat sekitar yang mengadalkan kehidupan
perekonomiannya dari taman wisata Kebun Raya Cibodas. Karena dengan
ditutupnya Kebun Raya Cibodas mengakibatkan masyarakat yang mengandalakan
103
kehidupan perekonomiannya dari berdagang, menjadikan dagangannya sepi
dikarenakan tidak adanya wisatawan yang berkunjung. Hal ini menjadikan
masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas berdatangan menuju kantor DPRD agar
pemerintah daerah memaksa pengelola Kebun Raya Cibodas membuka kembali
taman wisata Kebun Raya Cibodas, karena adanya permasalahan ini sangat
merugikan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas.
Setelah diadakannya perundingan antara pemerintah daerah dengan pengelola
Kebun Raya Cibodas akhirnya Kebun Raya Cibodas kembali dibuka, walaupun
dalam hal ini permasalahan antar pemerintah daerah dengan pengelola Kebun raya
Cibodas belumlah terselesaikan.
4.2.4.2 Peran Masyarakat
Peran masyarakat sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas didalam
meningkatkan kehidupan kepariwisataan, salah satunya yaitu selalu bersama-sama
menjaga kenyamanan dan keamananan Kebun Raya Cibodas. Karena mereka
menyadari bahwa hal tersebutlah yang dapat meyebabkan wisatwan nyaman dan
mau barlama-lama tinggal disana. dan hal itu akan berdampak positif terhadap
orang-orang yang mengandalakan kehidupan perekaonomiannya disekitar Kebun
Raya Cibodas. Karena dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung maka hal
ini akan menjadikan terjadinya kegiatan ekonomi terhadap mayarakat.
Didalam menjaga kenyamanan bagi para wisatawan maka masyarakat
sekitarpun membentuk organisasi untuk mengelola hal tersebut. tujuan
pembentukan organisasi tersebut yaitu untuk mengatur dan membimbing
masyarakat yang tinggal disekitar Kebun Raya Cibodas agar selalu menjaga
104
kebersihan wilayah Kebun Raya Cibodas. Hal ini bertujuan agar terciptanya
kenyamanan bagi wisatawan. Adapun organisasi tersebut salah satunya adalah
KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Parawisata). KOMPEPAR ini merupakan
suatu asosiasi yang menaungi para pedagang yang ada disekitar Kebun Raya
Cibodas.
Para pedagang yang ada disekitar Kebun Raya Cibodas tersebut
jumlahnya sekitar 1000 pedagang, ini merupakan pedagang yang menetap di
Kebun Raya Cibodas sedangkan di waktu libur para pedagang di Kebun Raya
Cibodas dapat bertambah dua kali lipat hal ini dikarenakan bermunculannya
pedagang musiman yang memanfaatkan situasi dan kondisi Kebun Raya Cibodas
yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan (hasil wawancara dengan pak
Komarudin). Oraganisasi KOMPEPAR bukan hanya mengatur dan menanungi
para pedagang saja tetapi juga mengatur masyarakat, dan para pedagang musiman
yang tinggal disekitarnya. Hal ini bertujuan guna menciptakan keselarasan dan
kenyamanan bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Kebun Raya Cibodas.
4.2.4.3 Kepengurusan Kebun Raya Cibodas
a. Keadaan Umum
Kebun Raya Cibodas Terletak di Desa Cimacan, yang jaraknya dari
Bandung kira-kira 85 km, sedang dari Cianjur sekitar 23 km. Berlokasi disekitar
lereng Gunung Gede pada ketinggian 1.500 m. Udaranya sejuk dengan suhu rata-
rata 21o C dan luas seluruhnya sekitar 83 hektar. Kebun raya cibodas ini dibangun
pada tahun1862 dan merupakan bagian dari kebun raya Bogor. Disini terdapat
berbagai macam tumbuhan-tumbuhan dari berbagai negara di seluruh dunia. Di
105
tempat ini terdapat pula area parkir yang cukup luas, kios-kios makanan,
penginapan dan tempat menjual tanaman-tanaman hias.
b. Visi dan Misi
� Visi Kebun Raya Cibodas
Menjadi salah satu kebun raya terbaik di dunia dalam bidang konservasi
tumbuhan tropika khususnya tumbuhan tropika dataran tinggi basah, penelitian,
pelayanan pendidikan lingkungan dan pariwisata.
� Misi Kebun Raya Cibodas
1. Melestarikan tumbuhan tropika khususnya tumbuhan tropika dataran
tinggi basah.
2. Mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan
tumbuhan tropika khususnya tumbuhan tropika dataran tinggi basah.
3. Mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan
pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap arti penting tumbuhan
dan lingkungan bagi kehidupan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
c. Tugas Pokok dan Fungsi Kebun Raya Cibodas
� Tugas Pokok Kebun Raya Cibodas
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-LIPI mempunyai
tugas melakukan inventarisasi, eksplorasi, koleksi, penanaman, dan pemeliharaan
tumbuhan pegunungan khususnya kawasan barat Indonesia yang memiliki nilai
ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun
botani, serta melakukan pendataan, pendokumentasian, pengembangan, pelayanan
106
jasa dan informasi, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang konservasi,
introduksi, dan reintroduksi tumbuhan.
� Fungsi Kebun Raya Cibodas
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, UPT Balai Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-LIPI menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi dan reintroduksi jenis
tumbuhan dataran tinggi basah khususnya kawasan barat Indonesia
yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi,
pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi
yang berkaitan dengan konservasi ex-situ.
2. Pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan
dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan.
3. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
� Jumlah Pegawai Kebun Raya Cibodas
Tabel 2.7 Data jumlah pegawai Kebun Raya Cibodas
No Tahun Jumlah Pegawai 1 1994 199 2 1995 198 3 1996 195 4 1997 194 5 1998 194 6 1999 192 7 2000 192 8 2001 167 9 2002 169
10 2003 168 11 2004 168 12 2005 167 13 2006 167
(Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
107
� Struktur Organisasi Kepengurusan Kebun Raya Cibodas
(Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (2008) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
e. Potensi Wilayah
Potensi wilayah Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata cukup besar
hal ini dikarenakan Kebun Raya Cibodas memberikan segala kebutuhan reakrisi
alam yang diinginkan oleh para wisatawan seperti menikmati pemandangan hutan
pinus dan hutan alam, dan keanekaragaman jenis pohon yang cukup tinggi
diantaranya pohon Puspa, Rasamala, Nangka, Damar, Saninten, Jamuju, Baros,
Huju, Pasang, Syfrus, Suren, Kaliandra, Filisium, Kondang, Salam, Mahoni,
Cemara, Kurai, Sengon, Flamboyan, Pulus, Eucalypus, Kihaji, Riung anak,
Bungur, Angsana, Beringin, Aksia, Rumput pahit, Jampang pahit, Sulanjana,
Alang-alang, Putri malu, Antanan, Totoropongan, Takokak, Kaso, Kecubung,
108
Tepus, Sembung gunung, Kiurat, Lemmo, Kingkilaban, Lakotmala, Paku andom,
Kadaka, Rotan, Konyal. Semua jenis pohon tersebut terdapat di Kebun raya
Cibodas.
Selain berbagai jenis tumbuhan terdapat pula berbagai jenis Fauna antara
lain burung pipit, kutilang, tekukur, jogjog, sesap madu, burung hantu, kepodang,
bangau, alap-alap dan kalajengking, berang-berang, anjing huhtan, kucing hutan,
tupai, menjangan, kelelawar, kera ekor panjang, macan tutul, babi hutan dan
trenggiling. Sehingga menjadikan Kebun Raya Cibodas mampu menjadi tempat
rekreasi alam yang menyenangkan bagi wisatawan
f. Potensi Wisata
Di Kebun Raya Cibodas temapt yang berpotensi sebagai tempat wisata
yaitu Wananwisata Mandalawangi, Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan Rumah
Kaca. Kawasan wana wisata Mandalawangi yaitu sebagai tempat wisata harian
disini wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah serta udaranya
yang sejuk. dan untuk wisata berkemah khususnya para pelajar dan umum yaitu di
Bumi Perkemahan Mandalakitri. Dan tujuan wisata berikutnya yaitu Rumah Kaca
disini Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek,
penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen
menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave,
Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
109
4.3 Perubahan Sosial dan Ekonomi
Sub bab ini merupakan hasil analisis terhadap pertanyaan penelitian ke
tiga, yaitu menegenai kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar taman wisata
Kebun Raya Cibodas yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya dari segi
perdagangan, jasa dsb. Menurut klasifikasi tenaga kerja, tingkat kesejahteraan,
tingkat pendapatan pedagang dan tingkat kesejahteraan pegawai. Kondisi sosial
masyarakat Kecamatan Cipanas pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh adanya berbagai tempat wisata di Kecamatan Cipanas yang salah
satunya Kebun Raya Cibodas. Masyarakat Kecamatan Cipanas memiliki
pandangnan luas, objektif dan optimis serta mengahargai setiap perubahan yang
terjadi khususnya bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan. Hal ini didasarkan pada
persaingan masyarakat dalam hal pekerjaan yang sangat ketat.
Terjadimya perubahan dari masyarakat pertanian ke masyaralat
berwiraswasta berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat.
sebagai masyarakat yang berwiraswasta salah satunya yaitu pedagang memilki
tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan menjadi buruh tani yang
hanya memperoleh penghasilan pada waktu pannen saja, penghasilan buruh tani
besar kecilnya tergantung dari hasil panen yang didapatkan. Sehingga dalam
penggunaanya harus memilki perencaaan yang baik. Kondisi ini berbeda ketika
mereka mendapat penghasilan dari sektor berdagang. Penghasilan yang cukup
membuat mereka merasa bebas untuk mempergunakan bahkan membeli barang-
barang yang kurang diperlukan sekalipun. Namun di dalam usaha berdagang ini
110
pendapatan tidak selalu stabil terkadang pendapatan merekapun dirasakan kurang
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Perubahan dalam cara menggunakan penghasilan yang diperoleh dapat
dlihat dari berbagi aspek. Salah satu aspek yang mencerminkan hal itu dapat
dilihat dari bentuk rumah tinggal serta pengunaan peralatan rumah tangga yang
lebih lengkap dan pengguaan alat-alat elektronik seperti TV, radio, dan
sebagainya. Aspek lain yang mencerminkan adalah dalam hal konsumsi makanan
mereka terutama dalam hal lauk pauk yang lebih beragam dibanding sebelumnya
yang sebagian besar hanya diambil dari hasil pertanian. Kondisi tersebut juga,
menandakan bahwa kebutuhan giji keluarganya mencukupi dari penghasilan yang
diperoleh.
Pengetahuan teknologi memperlihatkan sikap yang memudahkan adaptasi
kepada realitas baru. Untuk itu dalam ragka pembangunan perlu disejajarkan
pengembangan berbagai sikap baru. Sehingga pada satu pihak tidak timbul
ketakutan serta ketidak mampuan mereka dalam menghadapi perubahan teknologi
yang lebih maju. Dipihak lain, yang memilki dorongan dengan perkembangan
kognitif, sehingga timbul kemampuan dan mengaplikasi pengetahuan dalam
mnghadapi situasi yang serba kompleks.
Jika dilihat dari taraf kesejahteraan hidup masyarakat yang tinggal di
sekitar wilayah Kebun Raya Cibodas, masyarakat sekitar telah banyak mengalami
perubahan, hal ini terbukti dengan banyak beralihnya mata pencahrian masyarakat
sekitar Kebun Raya Cibodas dari bertani menjadi seorang pedagang. Hal ini
dikarenakan sector usaha berdagang dirasakan lebih mampu mencukupi
111
kebutuhan ekonomi keluarga. Berdasarkan hal diatas, perkembangan sektor
wisata yang ada di Kecamatan Cipanas salah satunya yaitu Kebun Raya Cibodas,
jelas memberikan dampak akan adanya stratifikkasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini, menjadikan transfomasi yang terjadi telah menciptakan
lapisan-lapisan sosial baru dalam masyarakat yang semakin kompleks. Sikap
mereka yang terbuka dan mau menerima perubahan yang berasal dari luar , karena
terjalin interaksi sosial yang dilakukan oleh mereka dengan masyarakat luar
menjadikan mereka tidak segan untuk menerima perubahan. Hal ini menyebakan
masyarakat berpindah dari satu lapisan kelapisan lainnya dengan dinamis
berdasarkan kekuasaan, kekayaan, dan ilmu pengetahuan terutama sejak
berkembangnya taman wisata Kebun Raya Cibodas menjadi tempat wisata.
Keberadaan taman wisata Kebun Raya Cibodas telah menggeser pola
matapencaharian masyarakat setempat yang tadinya bekerja pada sektor pernaian,
kemudian secara bertahap bergeser kepada sektor perdagangan, jasa pegawai
wiraswasta dan sebagainya.
Pemaparan diatas memberikan gambaan bahwa kehidupan sosial di
lingkungan sekitar Kebun Raya Cibodas berlangsung secara harmonis. Hubungan
diantara mereka selain didasarkan pada status pekerjaan, juga didasarakna pada
nilai-nilai kekeluargaan yang erat. Selain itu hubungan sosial yang terjalin dalam
masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
agama Islam yang kuat, sehingga ciri-ciri masyarakat wisata yang cenderung
terbuka dalam menerima pengaruh serta nilai individulais yang tinggi dapat di
minimalisir.
112
Kehidupan sosial suatu masyarakat pada dasaranya tidak bisa dilepaskan
dari kehidupan ekonomi yang berkembang pada masyarakat tersebut. Untuk
masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas yang mata pencahariannya
mengandalakan keberadaan tempata wisata Kebun Raya Cibodas, Kehidupan
masyarakat sekitarnya dapat dikatakan bersifat sederhanana. Penghasilan yang
diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga untuk
konsumsi saja, sedangkan untuk kebutuhan lainnya mereka harus mencari
tambahan dengan bekerja diluar atau sampingan, dengan kondisi tersebut mereka
cenderung hidup seadanya. Namun, nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan
masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas yang mengandalakan perekonimiannya
dari sektor wisata membuatnya selalu berusaha sabar dan tidak putus asa dengan
selalu bersaha keras dalam mengatasi kenyataan hidup.
Sektor parawisata muncul karena adanya kebutuhan batiniayah manusia
akan keindahan alam, seni, budaya yang bertujuan untuk mencari keseimbangan,
keserasian dalam dimensi sosial budaya dan ilmu. Kemunculan taman wisata
Kebun Raya Cibodas dipengaruhi salah satunya oleh kebutuhan manusia akan
rekreasi alam yang indah yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang
menngakibatkan munculnya ketertarikan guna menikmati keindahan yang telah
diciptakan. Dimasa sekarang ini bagi sebagian orang menikmati wisata alam
adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi karena wisata alam bagi sebagian
orang dapat menghilangkan rasa stres akibat kesibukan aktivitas sehari-hari.
Adanya taman wisata Kebun Raya Cibodas ini berdampak positif terhadap
masyarakat sekitar yang tinggal kawasan Kebun Raya Cibodas. Hal ini
113
dikarenakan terbukanya kesempatan bagi masyarakat didalam meningkatkan
kehidupan perekonomiannya. Disamping itu, membuka kesempatan kerja yang
luas bagi masyarakat sekitar. Selain berdampak pada kehidupan sosial ekonomi
masyarakat adanya taman wisata Kebun Raya Cibodas, di lain pihak berpengaruh
luas terhadap banyak hal salah satunya bangsa dan Negara. Menurut Jhon M
Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani (1998 : 79) yang
menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan parawisata dan objek wisata dapat
memberikan setidaknya ada 5 butir dampak positif, adapun dampak postif tersebut
yaitu :
1. Penyumbang devisa negara
2. Menyebarkan pembangunan
3. Menciptakan lapangan kerja
4. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak pengadaan (mulitplier effect).
5. wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin luas.
6. mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan keterampilan penduduk.
Disamping itu dalam Abdurrachmat dan E. Maryani (1998 : 80)
menjelaskan pula dampak-dampak negatif yang timbul dari parawisata secara
ekonomi yaitu :
a. Semakin ketatnya persaingan harga antar sektor.
b. Harga lahan yang semakin tinggi.
c. Mendorong timbulnya inflasi.
d. Bahaya terhadap ketergantunagn yang tinggi dari negara terhadap pariwisata. Abdurrachmat dan E. Maryani (1998 : 80).
114
e. Meningkatnya kecenderungan impor.
f. Menciptakan biaya – biaya yang banyak.
g. Perubahan sistem nilai dan moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan dalam masyarakat. Misalnya mengikis kehidupan bergotong royong, sopan santun dan lain – lain.
h. Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang.
i. Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalisme (corat-coret), rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara dan tanah, dan sebagainya.
Adapun Marpaung (200 : 27) menjelaskan bahwa dampak dari kegiatan
pariwisata dalam bidang sosial yang dapat terjadi pada masyarakat disekitar objek
wisata adalah sebagai berikut :
a. Kepadatan wisatawan
Seringkali jumlah wisatawan yang berkumpul atau yang berkunjung menumpuk pada satu waktu. Aspek musiman pada pariwisata banyak terjadi di daerah tujuan wisata. Wisatawan berpusat pada daerah wisata selama beberapa bulan.
b. Pengaruh prilaku wisatawan
Pengaruh prilaku wisatawan mendorong masyarakat lokal untuk bekerja dan mengejar sesuatu yang mereka tidak perlu, sesuatu yang baru dan tampak baik yang dikenakan atau dilakukan wisatawan.
c. Migrasi
Secara ekonomi dalam mencoba meraih peluang ekonomi dari perjalanan wisatawan, masyarakat pedesaan ikut ambil bagian dengan bekerja di bidang jasa di tempat-tempat kunjungan wisata, sehingga tidak sedikit dari mereka meninggalkan kampung halamanny untuk pekerjaan ini. Hal ini menjadi masalah dalam menjaga kebutuhan tenaga kerja dibidang pertanian.
d. Penurunan moral masyarakat
Merupakan suatu sugesti bahwa parawisata membawa akibat pada perubahan kondisi moral masyarakat setempat seperti pelacuran, kejahatan dan perjudian.
115
e. Ukuran dampak sosial
Merupakan suatu sugesti bahwa indeks dari iritasi wisatawan ada. Tempat tujuan wisata pada indeks tersebut kemungkinan terpengaruh dampak sosial dari parawisata. Jika proses dari kepariwisataan hilang maka dampak sosialnya pun hilang. Adapun tingkatan pengaruh dari penyelenggaraan kegiatan parawisata yang berdampak sosial kepada masyarakat tersebut dapat digambarkan tingkatannya sebagai berikut
1) Euphoria
Dari sini terlihat bahwa akan ada kesempatan yang menguntungkan untuk masyarakat setempat dari atraksi yang ditampilkan pada wisatawan.
2) Aphaty
Parawisata berkembang sesuia dengan pengunjung yang ada. Tekanan membuat banyak uang kemungkinan ada. Tuan rumah dan tamu salaing berhubungan dimana pembelian dan transaksi terjadi.
3) Iritasi
Pada beberapa poin, parawisata berkembang dimanapun. Dalam opini lokal ini, tempat tujuan wisata dapat ditangani sendiri. Jalan-jalan menjadi sepi, restoran dan bar menjadi hangat. Pada poin ini keinginan menurun untuk iritasi.
4) Antagonis
Ketika mulai dirasakan bahwa masalah mayarakat yaitu polusi, kejahatan yang berkembang, sebagai dampak dari kepadatan, para wisatawan memperkecil pertentangan, akibatnya kadang mereka tertipu.
5) Tingkat akhir
Pada tingkat kelima atau akhir ini masyarakat melupakan bahwa wisatawan tertarik karena budaya, perkembangan yang mengubah masyarakat kemungkinan selamanya.
Dari gambaran diatas, dapat dihubungkan dengan penelitian yang peneliti
kaji yaitu menegnai pembahasan dampak taman wisata Kebun Raya Cibodas
terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Namun, dalam hal ini masih
sedikit yang mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh Kebun Raya Cibodas
116
berdasarkan kondisi di daerah penelitian. Untuk membehas dampak dari suatu
tempat wisata memang perlu dikaji suatu konsekuensi dari proses parawisata itu
sendiri, dilihat sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap lingkungan hidup yang
ada di sektar kawasan industri tersebut.
Dampak dari adanya suatu tempat wisata bisa mencakup beberapa aspek,
diantaranya aspek lingkngan hidup. Keberadaan suatu tempat parawisata dalam
lingkunan hidup sangat besar pengaruhnya, terutama bagi lingkungan hidup
alamiah yang menempatkan adanya suatu interaksi antara wisatawan yang
berkunjung dengan lingkungan sekitar maupun masyarakatnya. Hal ini tidak dapat
dihindarkan bahwa parawisata bisa mempengaruhi ekosistem yang telah ada
sebelumnya.
4.3.1 Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kawasan
Wisata Kebun Raya Cibodas
Dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam yang dilihat dalam kegiatan
penelitian ini adalah dampak ekonomi wisata yang didapatkan oleh masyarakat
sekitar dan juga kesempatan lapangan kerja yang terbuka dengan adanya kegiatan
pariwisata di kawasan tersebut. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kawasan
wisata Kebun Raya Cibodas dan masyarakat sekitar yang tinggal di kawasan
wisata Kebun Raya Cibodas Kecamatan Cipanas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana dampak dari adanya kawasn wisata Kebun Raya Cibodas
terhadap masyarakat sekitar yang mengandalkan perekonomiannya dari adanya
Kebun Raya Cibodas tersebut.
117
Kebun Raya Cibodas terletak dijalur ramai yaitu dijalur utama antara
Jakarta-Bandung yang cukup banyak dilalui orang-orang. Selain itu juga, Cibodas
letaknya dekat dengan kawasan wisata lainnya seperti kawasan wisata gunung
gede, kawasan wisata gunung pangrango, yang menjadikan kawasan wisata
Kebun Raya Cibodas banyak didatangi oleh penduduk Jakarta, Bogor dan
Bandung dan dari berbagai kota lainnya.
Jumlah Pengunjung yang datang ke Kebun Raya Cibodas Pada tahun
2005 hampir mencapai 1.000.000 orang tiap tahunnya, pada tahun 2005
pengeluaran pengunjung yang datang tersebut tiap orangnya sekitar 25.000
sampai 100.000 perorang dan tujuan pengeluaran tersebut digunakan untuk
transportasi, tiket masuk, makan, minum dan penginapan. Selain itu besarnya
pengeluaran mereka tergantung dari tujuan mereka datang ke kawasan tersebut
yaitu untuk rekreasi/piknik atau untuk hiking atau mendaki dan berkemah. Di
Kebun Raya Cibodas, masyarakat mendapat pembagian keuntungan dari kegiatan
pariwisata alam melalui iuran perijinan kegiatan pengusahaan wisata alam dan
karcis kebersihan yang dikelola oleh karang taruna. Stynes (1997) menyebutkan
bahwa dampak ekonomi total dari wisata dalam suatu kawasan merupakan
penjumlahan dari direct, indirect dan induced effects di kawasan tersebut.
Direct effects adalah perubahan produksi yang berkaitan dengan efek
langsung dari perubahan dalam pengeluaran wisata. Direct effects yang dialami
para pengusaha jasa wisata di Kebun Raya Cibodas antara lain adanya
peningkatan pendapatan pada musim ramai pengunjung. Pada saat sepi
pengunjung, uang yang diperoleh berkisar antara Rp 30.000 (pedagang kecil,
118
tukang parkir) - Rp 500.000 (pemilik penginapan, hotel, motel) per hari. Apabila
pada saat ramai pengunjung pendapatan mereka bisa bertambah sekitar 25% -
75% dari hari-hari biasa atau pada saat ramai pengunjung yaitu sekitar 40,000 -
55,000 (pedagang kecil, tukang parkir) dan 650.000 - 900.000 (bagi pemilik
penginapan, hotel dan motel).
Indirect effects adalah perubahan produksi yang dihasilkan dari
perputaran pengeluaran perindustrian perhotelan untuk industri lainnya yang
berkaitan dengan industri perhotelan tersebut (misalnya industri penyedia produk
dan jasa untuk hotel tersebut). Pada umumnya para pengusaha jasa wisata di
Cibodas yang sudah cukup maju, mereka mensuplai produk-produk mereka dari
masyarakat sekitar. Tetapi mereka tidak bersedia untuk memberikan data dan
informasi secara mendetail. Pada umumnya pengusaha kecil, seperti misalnya
warung makanan dan minuman dan penjual cinderamata eceran mereka tidak
memiliki catatan pengeluaran yang lebih rinci. Mereka hanya menghitung jumlah
uang yang mereka dapatkan dan kemudian menyisihkannya kembali untuk modal
keesokan harinya.
Induced effects adalah perubahan dalam kegiatan ekonomi yang dihasilkan
dari pengeluaran rumah tangga dari pendapatan yang diperoleh secara langsung
atau tidak langsung dari wisata. Misalnya saja pegawai hotel dan pengusaha linen
yang didukung secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata,
membelanjakan pendapatan mereka didaerahnya untuk perumahan, makanan,
transportation, dan kebutuhan lainnya. Transaksi, pendapatan, dan pekerjaan
119
yang dihasilkan dari pengeluaran rumah tangga yang meningkatkan gaji, atau
pendapatan pemilik usaha merupakan induced effects.
Kebijakan dari pengelola kawasan, pemerintah pusat, pemerintah
kabupaten dan pemerintah desa yang berkaitan dengan kegiatan pengusahaan
wisata di kawasan wisata tersebut tidak terlalu jelas sehingga pungutan-pungutan
untuk perijinan menjadi tidak jelas juga. Misalnya saja, sudah membayar pajak
pada dinas pendapatan daerah, tetapi masih harus membayar uang keamanan,
uang sampah dan pungutan-pungutan lainnya dari pemerintah desa. Hal ini juga
disebabkan karena menurut pemerintah desa, tidak ada kontribusi yang jelas dari
kegiatan wisata yang dilaksanakan di wilayah desanya terhadap masyarakat di
desa tersebut.
Kegiatan wisata yang banyak dilakukan dikawasan Kebun Raya Cibodas
adalah rekreasi, outbound, pendakian, berkemah, wisata pendidikan untuk anak-
anak, pertunjukan seni, pameran, berkemah dan foto hunting. Sedangkan jenis
lapangan pekerjaan yang terbuka bagi masyarakat sekitar antara lain pedagang,
mulai dari penjual makanan/minuman, penjual souvenir, penjual tanaman hias,
boneka, hasil pertanian, dan lain-lain. Kemudian menjadi karyawan
hotel/wisma/penginapan, supir angkot, tukang ojeg, tukang parkir, dan juga
pemandu wisata. Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitar lebih banyak. Hal ini di karenakanan jumlah pengunjung yang
datang ke Kebun Raya Cibodas yang ramai.
Berkaitan dengan perubahan mata pencaharian pada masyarakat,
berdasarkan hasil wawancara, mengatakan bahwa mata pencaharian masyarakat
120
sekitar Kebun Raya Cibodas mengalami perubahan antara lain banyak yang
menjadi pedagang, baik itu menjual hasil pertanian, atau souvenir, buruh, penjaga
villa. Banyaknya perubahan yang dialami oleh masyarakat dikarenakan
banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke kawasan tersebut sehingga
masyarakat lebih memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
ekonomi selain bertani demi untuk melayani dan memenuhi kebutuhan para
pengunjung tersebut.
Selain dapat menimbulkan dampak positif bagi masyarakat, kegiatan
pariwisata alam juga menimbulkan beberapa permasalahan antara lain berupa
timbulnya permasalahan kriminalitas, timbulnya tindakan-tindakan yang asusila,
kemudian pengurangan debit air bersih, terjadinya pencemaran oleh sampah, dan
adanya vandalisme.
4.3.2 Tingkat kesejahteraan
Terlibatnya masyarakat sekitar kawasan wisata Kebun Raya Cibodas
dalam kegiatan perekonomian secara langsung maupun tidak langsung telah
memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kesejahteran hidupnya.
Dengan penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan ini, telah mampu mencukupi
kebutuhan hidupnya sehari-hari bahkan lebih dari cukup sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hidup lainnya.
Tingkat kesejahteraan dalam penelitian ini dijelaskan dengan melihat
tingkat penghasilan yang diterima oleh masyarakat yang terlibat langsung dalam
kegiatan ekonomi di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah para pedagang dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan
121
perekonomian disekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Untuk kesejahteraan, taraf
hidup masyarakat sekitar yang tinggal di kawsan Kebun Raya Cibodas memiliki
perubahan yang signifikan. Ini dilihat dari kondisi fisik bangunan yang mereka
miliki sudah permanen. Hal ini terkait dengan adanya perubahan dalam mata
pencaharian pada masyarakat. Mereka mendapat jumlah uang lebih besar dengan
menjadi pedagang atau pemilik penginapan daripada menjadi petani.
4.3.2.1 tingkat Kesejahteraan pedagang
Kebun Raya Cibodas pada awalnya hanya bertujuan sebagai tempat
konservasi tumbuhan, namun seiring dengan perkembangan jaman karena
kebutuhan manusia akan rekreasi semakin besar maka pada tahun 1987 Kebun
Raya Cibodas diresmikan sebagai tempat wisata alam. Wisata alam ini bertujuan
untuk menghilangkan sejenak kesibukan akan rutinitas sehari-hari. Wisata alam
menjadi salah satu tempat wisata yang digemari karena mampu memberikan
suasana berbeda di bandingkan dengan tempat wisata lainnya.
Seiring perkembangan Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata alam
menjadikan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas
terkena dampak positif dari keberadaan Kebun Raya Cibodas. Walaupun pada
awalnya masyarakat sekitar telah mempunyai mata pencaharian tetap sebagai
petani namun dengan ramainya taman wisata Kebun Raya Cibodas dikunjungi
oleh wisatawan menjadikan masayarakat sekitar tertarik untuk mendagangkan
hasil petaniannya di sekitar wilayah Kebun Raya Cibodas.
Kegiatan berdagang pada awalnya dilakukan masyarakat sekitar hanya
sebagai sampingan saja karena masyarakat sekitar telah mempunyai mata
122
pencaharian tetap yaitu bertani. Kegiatan berdagang hanya dilakukan oleh
masyarakat setempat dimana ketika Kebun Raya Cibodas ramai dikunjungi oleh
wisatawan. Namun sekitar tahun 1994 lahan pertanian masyarakat oleh Desa
stempat di jual kepada pihak swasta guna dijadikan lapangan golf sebagai sarana
penunjang tempat wisata Kebun Raya Cibodas. Hal ini menjadikan masyarakat
sekitar Kebun Raya Cibodas tidak lagi mempunyai pekerjaan tetap, yang
menjadikan mereka terpaksa melakukan kegiatan berdagang sebagai mata
pencaharian utama, hal ini dikarenakan keterbatasan pendidikan yang mereka
milik. Karena kegiatan berdagang tidak memerlukan keahlian yang khusus yang
menjadikan banayak warga sekitar Kebun raya Cibodas yang beralih menjadi
pedagang. (wawancara dengan Bapak Komarudin yang merupakan pedagang
makanan di Kebun Raya Cibodas).
Beralihnya mata pencaharian masyarakat dari bertani menjadi seorang
pedagang menetap di kawasan Kebun Raya Cibodas membuat mereka harus
berurusan dengan pihak keamanan Kebun Raya Cibodas. Karena pada awalnya
keberadaan pedagang di dalam kawasan Kebun Raya Cibodas dianggap
mengganggu kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas.
Namun karena tidak ada lagi mata pencaharian masayarakat yang bisa diandalkan
maka masyarakat setempatpun terus memaksakan untuk melakukan kegiatan
berdagang di sekitar kawasan wisata Kebun Raya Cibodas walaupun dengan
resiko dagangan mereka akan di bawa oleh pihak keamanan Kebun Raya Cibodas.
Namun akhirnya permasalahan ini dapat terselesaikan, yaitu dengan
dibangunnya pasar cibodas yang berada di dalam kawasan wisata Kebun Raya
123
Cibodas. Dengan dibangunnya pasar tersebut akhirnya masyarakat setempat mulai
bisa berdagang secara menetap di kawasan wisata Kebun Raya Cibodas.
Perkembangan Kebun Raya Cibodas yang pesat berdampak positif terhadap
masyarakat sekitar yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya dari adanya
Kebun raya Cibodas. Karena penghasilan yang di dapat dari kegiatan berdagang
ini dirasakan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun
1994 harga beras 1 kg yaitu berkisar antara Rp. 400 - 500,-. Tidak jauh dengan
harga rata-rata barang di kawasan Kebun Raya Cibodas. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan mengenai pendapatan pedagang pada tahun 1994 dengan
pendapatan pedagang pada tahun 2006. pada penguraian dibawah ini lebih di
spesifikan pada pedagang yang berjualan makanan dan cendramata.
Bapak Komarudin adalah seorang pedagang yang berjualan makanan di
sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Pada tahun 1994 Komarudin memperoleh
pendapatan perhari yaitu rata-rata sebesar Rp 15.000 Keuntungan tersebut salah
satunya digunakan untuk menaggung biaya hidup istri dan 3 anaknya, untuk lebih
jelasnya maka perincian anggaran rumah tangga keluarga Pak Komarudin adalah
sebagai berikut:
124
- Penghasilan rata-rata perhari = Rp. 15.000
- Penghasilan selama 1 bulan Rp. 15.000 × 30 = Rp 450.000
- Pengeluaran rata-rata modal perhari = Rp. 5.000
- Pengeluaran selama 1 bulan Rp. 5.000 = Rp. 150.000
- Pengeluran
Beras untuk 5 orang 45 kg × @Rp. 500 = Rp. 22.500
Lauk pauk =Rp. 150.000
Biaya sekolah (3 anak) =Rp. 75.000
Listrik =Rp. 20.000+
Jumlah pengeluaran =Rp. 267.500 -
- Sisa Rp. 32.500
Berdasarkan rincian diatas dapat diketahui bahwa Pak Komarudin
memperoleh keuntungan yang cukup dari hasil usahanya umtuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Sisa dari hasil penghasilan tersebut digunakan untuk
memeuhi kebutuhan hidup lainnya seperti biaya kesehatan, membeli pakaian,
membeli alat-alat rumah tangga, dan lain-lain. Sisa dari penghasilannya juga
dibelikan barang-barang elektronika, dan sebagian dari sisa keuntungannya
digunakan untuk menambah modal untuk mengembangkan usahanya (wawancara
dengan Bapak Komarudin pada tanggal 20 Desember 2008).
Sedangkan pada tahun 2006 pendapatan Pak Komarudin meningkat yaitu
berkisar antara 30.000-60.000 perhari. Namun peningkatan pendapatan ini
dikarenakan meningkatnya harga-harga kebutuhan sehari-hari, yang menjadikan
biaya pengeluaran sehari-haripun semakin besar. untuk lebih jelasnya rincian
125
pengeluaran sehari-hari Bapak Komarudin pada tahun 2006 adalah sebegai
berikut:
- Penghasilan rata-rata perhari = Rp. 45.000
- Penghasilan selama 1 bulan Rp. 15.000 × 30 = Rp 1.350.000
- Pengeluaran rata-rata modal perhari = Rp. 20.000
- Pengeluaran selama 1 bulan Rp. 20.000×30 = Rp. 600.000 -
Rp. 750.000
- Pengeluran
Beras untuk 3 orang 30 kg × @Rp. 2.500 = Rp. 75.000
Lauk pauk =Rp. 300.000
Biaya sekolah (1 anak) =Rp. 120.000
Listrik =Rp. 50.000+
Jumlah pengeluaran =Rp. 545.000 -
- Sisa Rp.205.000
Berdasarkan rincian diatas penghasilan Bapak Komarudin telah mampu
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Pada tahun 2006, tanggungan hidup
Bapak Komarudin sedikit berkurang hal ini dikarenakan kedua anaknya telah
berumah tangga. Sehingga tanggungan hidup Pak Komarudin hanya pada istrinya
dan satu orang anaknya yang kini masih duduk di bangku SMA. Adapun sisa dari
pendapatan Pak Komarudin digunakan untuk mengembangkan usahanya, biaya
kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnya.
Selanjutnya adalah Ibu Lilis Nursilah adalah seorang pedagang yang
berjualan makanan di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Ibu Lilis Nursilah
126
mulai berjulan makanan pada tahun 2001 yang bertujuan untuk menambah
pendapatan suaminya yang bekerja sebagai pedagang cendramata di Kebun Raya
Cibodas. Pada tahun 2006 Lilis Nursilah memperoleh pendapatan bersih perhari
yaitu rata-rata sebesar Rp 40.000 Keuntungan tersebut salah satunya digunakan
untuk kebutuhan keluarga dan 4 anaknya, untuk lebih jelasnya maka perincian
anggaran rumah tangga keluarga Lilis Nursilah adalah sebagai berikut:
- Penghasilan rata-rata perhari =Rp. 40.000
- Penghasilan selama 1 bulan Rp. 40.000×30 =Rp 1.200.000
- Pendapatan bersih suami selama 1 bulan 30.000×30 =Rp. 600.000 +
Rp. 1.800.000
- Pengeluaran rata-rata modal perhari Ibu Lilis Nursilah =Rp. 20.000
- Pengeluaran modal selama 1 bulan 20.000×30 = Rp.600.000
- Pengeluran
Beras untuk 4 orang 45 kg x @Rp. 2500 = Rp 112.500
Lauk pauk =Rp. 400.000
Biaya sekolah (2 anak) =Rp 400.000
Listrik =Rp. 70.000+
Jumlah pengeluaran =Rp 982.500 -
- Sisa Rp 517.500
Berdasarkan perincian tersebut diketahui bahwa Lilis Nursilah
memperoleh keuntungan yang cukup besar dari hasil usahanya bersama suami.
Uang tersebut biasanya digunakan untuk memeuhi kebutuhan hidup lainnya
seperti membayar biaya kesehatan, alat-alat rumah tangga, kegiatan sosial, dan
127
lain-lain Sisa dari penghasilannya juga dibelikan barang-barang elektronika dan
Sebagian dari sisa keuntungannya digunakan untuk menambah modal dalam
mengembangkan usahanya (wawancara dengan Ibu Lilis Nursilah pada tanggal 20
Desember 2008).
Selanjutnya adalah Dedi Supriadi berumur 22 tahun, adalah seorang
pedagang Cendramata di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas.Dedi Supriadi
mulai berjaulan cendramata pada tahun 2005 yang bertujuan untuk membiayai
kebutuhan hidupnya. Pada tahun 2006 Lilis Nursilah memperoleh pendapatan
perhari yaitu rata-rata sebesar Rp 20.000-40.000 pendapatan tersebut digunakan
untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari. Adapun rincian
pengeluarannya adalah sebagai berikut:
Penghasilan rata-rata perhari = Rp. 30.000
- Penghasilan selama 1 bulan Rp. 30.000 × 30 = Rp 900.000
- Pengeluran
Beras untuk 3 orang 12 kg × @Rp. 2.500 = Rp. 30.000
Lauk pauk =Rp. 150.000
Jumlah pengeluaran =Rp.180.000 -
- Sisa Rp.720.000
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan berjualan sebagai
pedagang cendramata di sekitar Kebun Raya Cibodas mereka telah mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Adapun sisa dari penghasillan tersebut digunakan untuk menambah modal
usahanya dan juga untuk mengembangkan usahanya. Dengan demikian para
128
pedagang baik pedagang makanan maupun pedagang cendramata dapat di
katakana sejahtera. Karena mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
kebutuhan sandang pangan keluarga mereka dan dapat juga menyekolahkan anak-
anaknya.
4.3.2.2 Tingkat Kesejahteraan pegawai
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menjalankan industri wisata Kebun Raya Cibodas. Jumlah tenaga kerja yang
dimiliki suatu tempat wisata akan berbeda tergantung dari besar kecilnya tempat
wisata tersebut. Di taman wisata Kebun Raya Cibodas tenaga kerja di tentukan
oleh klasifikasi pendidikan dan spesifikasi keahlian hal ini dikarenakan perlunya
keahlian khusus didalam mengerjakan pekerjaan tersebut, sehingga tidak
sembarang orang yang dapat melakukannya. Didalam penerimaan tenaga kerja di
Kebun Raya Cibodas dilakukan melalui seleksi CPNS (Calon Pegawai Negeri
Sipil) hal ini dikarenakan taman wisata Kebun Raya Cibodas merupakan taman
wisata yang berada di bawah naungan pemerintah yaitu LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia). Selain seleksi CPNS adapula seleksi yang dilakukan oleh
pihak Kebun Raya Cibodas, yaitu guna mencari tenaga kerja honorer.
Para pegawai negeri sipil bekerja dari hari senin hingga jum’at namun para
pegawai honorer biasanya bekerja tiap hari. Hal ini dikarenakan kebanyakan para
pegawai honorer bekerja sebagai penjaga tiket, satpam, bagian informasi, guide
dan lain-lain. Yang menjadikan mereka harus bekerja tiap hari karena di waktu
libur sabtu dan minggu banyak wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya
Cibodas. Dalam hal upah, terhadap pegawai honorer berbeda dengan CPNS dan
129
PNS (Pegawai Negeri Sipil), untuk PNSpun besarnya gaji tergantung kepada
golongannya.
Untuk pegawai honorer kebanyakan para pekerjanya merupakan
masyarakat yang tinggal di sekitar taman wisata Kebun Raya Cibodas dan
masyarakat Kecamatan Pacet umumnya. Hampir sekitar 75% pegawai honorer
pekerjanya merupakan warga sekitar. Dan untuk Pegawai Negeri Sipil dan CPNS
kebanyakan dari mereka berasal dari luar wilayah kecamatan Cipanas bahkan ada
yang berasal dari Yogyakarta. Namun para pegawai yang berasal dari luar wilayah
kecamatan Cipanas ini akhirnya tinggal menetap di sekitar wilayah taman wisata
Kebun Raya Cibodas dan di sekitar Kecamatan Cipanas Umumnya. Karena bagi
PNS tersebut di sediakan rumah dinas bagi pegawai yang menjabat jabatan
tertentu di Kebun Raya Cibodas. Adapun untuk pegawai honorer pekerjaan
mereka hanya membantu sistem yang sudah ada, sehingga peran serta mereka di
dalam meningkatkan kualitas Kebun Raya Cibodas tidak begitu terlihat. Adapun
untuk spesifikasi upah pegawai honorer yaitu sebagai berikut :
Table 2.8 Spesifikasi Upah Pegawai Honorer
Keterangan Rp
Gaji Pokok Rp. 280.000
Uang Makan Rp. 150.000
Uang Lembur Rp. 150.000
Total Rp. 580.000
(Sumber : diolah dari hasil wawancara dengan Ai Siti Halimah)
Dilihat dari tabel di atas dapat diketaui bahwa total gaji untuk pegawai
honorer yaitu sekitar Rp 580.000, yang sudah termasuk uang makan dan uang
lembur. Ai Siti Halimah bekerja sebagai Pegawai honorer di Kebun Raya Cibodas
130
sudah hampir selama 4 tahun, beliau bekerja di Kebun Raya Cibodas bertujuan
untuk membantu menambah pendapatan suaminya. Pada tahun 2006 pendapatan
perbulan Ai Siti Halimah yaitu 580.000, pendapatannya tersebut digunakan untuk
membiayai satu orang anaknya yang masih berusia 3 tahun serta untuk memenuhi
kebutuhan keluargannya. Adapun rincian pengeluaran Ai Siti halimah yaitu
sebagai Berikut :
- Penghasilan selama 1 bulan =Rp. 580.000
- Pendapatan suami =Rp. 600.000 +
Rp 1.180.000
- Pengeluran
Beras untuk 3 orang 35 kg x @Rp. 2500 = Rp 87.500
Lauk pauk =Rp. 300.000
Listrik =Rp. 50.000+
Jumlah pengeluaran =Rp 437.500 -
- Sisa Rp 742.500
Berdasarkan rincian diatas dapat diketahui bahwa Ai Siti Halimah beserta
suaminya yang sama-sama bekerja telah mampu mencukupi kebutuhan
keluargannya. Adapun Sisa dari hasil penghasilan tersebut digunakan untuk
memeuhi kebutuhan hidup lainnya seperti biaya kesehatan, membeli pakaian,
membeli alat-alat rumah tangga, serta membiayai kebutuhan sehari-hari anaknya
yang masih berusia 3 tahun. Sisa dari penghasilannya juga dibelikan barang-
barang elektronika, dan sebagian dari sisanya ditabungkan guna kebutuhan di
masa mendatang.
131
4.3.3 Pedagang Musiman
Kaum pendatang di kawasan Kebun Raya Cibodas sudah ada sekitar
tahun sejak tahun 1970an, pada saat itu kaum pendatang yang ada disana
kebabanyakan adalah para pekerja Kebun Raya Cibodas yang berasal dari luar
daerah Cipanas. Kebanyakan mereka berasal dari Bogor, Tasik, dan garut dan
juga dari daerah-daerah lainnya. Pada perkembangan selanjutnya kaum pendatang
ini semakin banyak apalagi setelah Kebun Raya menjadi tempat wisata. Yang
menyebabkan banyak para pendatang dari luar daerah Cipanas berdatangan dan
mereka berdatangan guna kegiatan berdagang di kawasan Kebun Raya Cibodas.
Kaum pendatang tersebut ada yang tinggal menetap dan ada pula yang datang
hanya di waktu Kebun Raya Cibodas ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Dan
para pendatang tersebut disebut pendatang musiman. Dimana ketika Kebun Raya
Cibodas ramai dikunjungi oleh wisatawan maka para pendatang yang berasal dari
luar daerah Cipanas ini berdatangan guna melakukan kegiatan berdagang.
Biasanya para pendatang ini menjual dagangan khas daerahnya sendiri seperti
para pendatang dari Bogor kebanyakan dari mereka menjual tales Bogor yang
merupakan makanan khas tempat asal mereka. Adapula yang berasal dari garut
dan mereka memperjualkan dodol garut sebagai barang dagangannya.
Bagi pedagang musiman setelah keadaan Taman Wisata Kebun Raya
Cibodas kembali sepi maka merekapun kembali ke daerah asalnya. Kaum
pendatang musiman ini biasanya sudah mempunyai pekerjaan menetap di tempat
asalnya tersebut. Pekerjaan itu antara lain petani, wiraswasta dan laiu-lain.
Mereka melakukan kegiatan berdagang di Kawasan Kebun Raya Cibodas guna
132
mencari tambahan pendapatan. Karena di waktu ramai para pedagang bisa
mendapatkan keuntungan yang berlebih bahkan dua kali lipat. Hal inilah yang
menyebabkan banyaknya pendatang yang melakukan kegiatan ekonomi di taman
wisata Kebun Raya Cibodas.