54780946-BAB-I

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang No.23 tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Derajat kesehatan besar artinya bagi pembangunan Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan memperhatikan peranan kesehatan diatas, diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Begitu juga dalam Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok tenaga kerja dalam pasal 9 1

Transcript of 54780946-BAB-I

Page 1: 54780946-BAB-I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Undang-undang No.23 tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan

cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945

melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945. Derajat kesehatan besar artinya bagi pembangunan Indonesia

seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan

memperhatikan peranan kesehatan diatas, diperlukan upaya yang lebih memadai

bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya

kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.

Begitu juga dalam Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan

pokok tenaga kerja dalam pasal 9 dinyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat

perlindungan keselamatan, kesehatan pemeliharaan moral, moral kerja, perlakuan

yang sesuai dengan martabat moral agama. Dan salah satu upaya keselamatan

kesehatan kerja (K3) adalah memelihara faktor-faktor lingkungan kerja agar

senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit

atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat menikmati derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

1

Page 2: 54780946-BAB-I

Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

tidak terlepas dari pengaturan jam kerja di suatu rumah sakit yang lebih dikenal

dengan istilah shift kerja. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan

pelayanan. Polisi dan rumah sakit benar-benar dibutuhkan untuk 24 jam/hari.

Sebagaian besar dari pekerja yang bekerja pada shift malam memiliki resiko yang

lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan merekja yang

bekerja pada shift normal.

Silaban (1996) mengatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan

akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Menurut

Phoon (1988), kelelahan bersifat subjektif akibat shift kerja, yaitu tidak dapat tidur

siang, selera makan menurun, gangguan pencernaan, nyeri lambung. Menurut

Grandjean (1993) sekitar 60-70% pekerja shift malam menderita gangguan tidur.

Menurut Schultz (1982) shift kerja malam lebih berpengaruh negatif

terhadap kondisi pekerja dibanding shift pagi, karena pola siklus hidup manusia

pada malam hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja pada

shift malam maka tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung

mengakibatkan terjadinya kesalahan kerja, kecelakaan dan absentism. Josling

(1998) mengatakan bahwa dampak shift kerja malam terutama gangguan irama

tubuh yang menyebabkan penurunan kewaspadaan, gangguan fisiologis dan

psikologis berupa kurang konsentrasi, nafsu makan menurun, penyakit jantung,

tekanan darah, stress dan gangguan gastrointestinal yang dapat meningkatkan

resiko terjadi kecelakaan kerja. Fungsi tubuh manusia bervariasi dalam 24 jam,

meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Hal ini mempengaruhi

2

Page 3: 54780946-BAB-I

suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, stres mental dan

fisik.

Suma’mur (1993) menyatakan bahwa shift kerja perlu mendapat perhatian

khusunya shift kerja malam, karena irama faal manusia (circadian ritme)

terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur,

alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, timbul reaksi psikologis dan

pengaruh yang kumulatif.

Kelelahan adalah keluhan umum bagi pekerja shift akan menurunkan daya

konsentrasi, motivasi, daya ingat dan reaksi mental sehingga rentan terhadap stres.

Shift kerja dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak

dikelola dengan baik oleh manajemen rumah sakit akan berdampak pada

gangguan fisiologis dan perilaku pekerja khusunya perawat dan pada akhirnya

akan berdampak buruk terhadap mutu pelayanan yang diberikan.

Menurut UU No.13 Tentang Ketenagakerjaan pasal 77 Tahun 2003 bahwa

waktu kerja bagi seorang pekerja per shift adalah sebanyak 7 jam 1 hari dan 40

jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1

minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Pengaturan waktu istirahat dalam UU

No. 13 Tahun 2003 pasal 79 ayat 2 a yaitu istirahat antara jam kerja sekurang-

kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu

istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Dalam ayat 2 b pasal 79 dikatakan

bahwa istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari

untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

3

Page 4: 54780946-BAB-I

Pola jam kerja yang diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Batam adalah 3 shift. Shift pagi (shift I) dimulai dari jam 7.00-14.00, shift sore

(shift II) dimulai dari jam 14.00-21.00 dan shift malam (shift II) dimulai dari jam

21.00-7.00 dengan pola rotasi 2-2-2 (metropolitan pola) dimana masing-masing

shift dilaksanakan dua hari kemudian pada akhir periode shift kerja malam diberi

libur dua hari dan kembali lagi kepada siklus shift semula. Salah satu unit

pelayanan di RSUD Kota Batam adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD). Unit ini

membutuhkan pengawasan yang maksimal 24 jam oleh tim dokter ahli dan tenaga

keperawatan yang kompeten. Karena begitu kompleksnya pekerjaan di unit ini,

sangatlah diperlukan teknik-teknik dan keterampilan/ kemahiran tersendiri dalam

menangani pasien, maka kesiapan fisik, mental, lingkungan kerja yang baik

sangatlah dibutuhkan oleh setiap perawat dalam bekerja, karena jika tidak, stres

akibat kerja dapat terjadi setiap saat.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di IGD RSUD Kota Batam

mereka sering mengeluhkan lelah pada saat melakukan asuhan keperawatan.

Berbagai macam kebutuhan pasien, mulai dari pergantian infus, pemberian dan

pengawasan makan obat, pertolongan mendadak jika pasien shock juga pekerjaan

rutin yaitu menuliskan langkah-langkah asuhan keperawatan yang dilakukan

dalam menangani setiap pasien. Apalagi saat kebagian tugas shift malam hari,

sering menyebabkan mereka sering mengantuk dan kelelahan sehiingga

menyebabkan perawat kurang berkosentrasi dalam memberikan asuhan

keperawatan yang akhirnya bisa menyebabkan kecelakaan kerja.

4

Page 5: 54780946-BAB-I

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

yang akan diteliti adalah tentang hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja

perawat instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam Tahun

2011.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja perawat

instalasi gawat darurat rumah sakit umum daerah kota batam

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh shift kerja terhadap kemungkinan

terjadinya kelelahan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Mahasiswa

a. Untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di STIKes Ibnu

Sina Batam

b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan Kesehatan

Masyarakat

c. Meningkatkan pengetahuan dan sebagai pengalaman awal dalam

melakukan penelitian

5

Page 6: 54780946-BAB-I

1.4.2. Bagi STIKes Ibnu Sina Batam

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan

bagi mahasiswa untuk menambah wawasan tentang Alat Pelindung Diri (APD)

dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.4.3. Bagi Tenaga Kerja/ Instansi tempat penelitian.

Sebagai bahan untuk evaluasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Rumah Sakit (K3RS) khususnya dalam program penggunaan APD yang telah

dijalankan oleh pihak Rumah Sakit Lapangan kabupaten Lingga, sesuai dengan

standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di Rumah Sakit tersebut

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi dengan faktor-faktor yang

berhubungan dengan tingkat kepatuhan perawat terhadap penggunaan Alat

Pelindung Diri di Rumah Sakit Lapangan Kabupaten Lingga dengan variabel yang

mempengaruhi yaitu faktor intriksik: masa kerja, pendidikan, pengetahuan, sikap

dan faktor ekstrinsik yaitu kelengkapan APD, kenyamanan, peraturan,

pengawasan dengan cara menganalisa data sekunder dan data primer.

6