53720879 Skenario 1 Amalgam
-
Upload
juliana-seputra -
Category
Documents
-
view
67 -
download
5
description
Transcript of 53720879 Skenario 1 Amalgam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kedokteran gigi, terdapat satu pembelajaran bahan dan
teknologi untuk kedokteran gigi. Bahan dan teknologi ini diaplikasikan pada
kehidupan di masyarakat. Salah satu contohnya adalah bahan kedokteran gigi
yang digunakan untuk tumpatan gigi.
Tumpatan ini mencegah penyebaran bakteri ke jaringan gigi yang lebih
dalam dan tentunya mencegah rasa sakit. Masyarakat awam umumnya mengenal
beberapa jenis tumpatan yaitu dari bahan GIC (Glass Ionomer Cement), Resin
Komposite dan bahan Amalgam.
Dental amalgam merupakan bahan tumpatan yang sering digunakan di
Kedokteran Gigi. Pertama diperkenalkan di Perancis pada awal 1800-an, berisi
campuran air raksa dengan setidaknya satu logam lainnya. Amalgam telah
menjadi metode restoratif pilihan selama bertahun-tahun karena biaya rendah,
kemudahan aplikasi, kekuatan, ketahanan, dan efek bakteriostatik. Tetapi idealnya
tumpatan yang kita pakai jangan menggunakan amalgam lagi. Hal ini
dihubungkan dengan insiden tingkat mercuri yang ada didalam darah kita, seperti
kita ketahui salah satu komponen dari tumpat amalgam dalam bahan ini
menggunakan campuran dengan bahan merkuri.
Pada skenario, dijelaskan bahwa tumpatan amalgam mengalami fraktur,
namun pasien tetap memilih bahan yang sama yaitu amalgam. Dari pernyataan
tersebut, kita diharapkan bisa mengetahui amalgam dari segala aspek agar kita
bisa menyeleksi bahan tumpatan gigi yang paling baik dan tidak merugikan bagi
masyarakat.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi amalgam?
2 Bagaimana komposisi pada bahan tumpatan amalgam?
3 Apa saja syarat dan sifat bahan tumpatan amalgam?
4 Apa saja kelebihan dan kekurangan amalgam?
5 Bagaimana tehnik manipulasi dan reaksi setting bahan amalgam?
6 Bagaimana pengaplikasikan bahan tumpatan amalgam?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan klasifikasi amalgam beserta komposisi masing-masing
amalgam.
2. Menjelaskan komposisi pada bahan tumpatan amalgam.
3. Menjelaskan syarat dan sifat bahan tumpatan amalgam.
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan amalgam.
5. Menjelaskan tehnik manipulasi dan reaksi setting bahan amalgam.
6. Menjelaskan pengaplikasikan bahan tumpatan amalgam.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amalgam adalah jenis logam campur yang khusus mengandung merkuri
sebagai salah satu konstituennya. Karena merkuri bersifat cair dalam temperature
kamar, merkuri dapat dicampur dengan logam lain yang padat. Proses amalgamasi
modern dimulai di klinik ketika tetesan merkuri dikeluarkan dari sebuah ruang
tertutup dalam kapsul, kedalam ruang lain yang mengandung amalgam, kedua
komponen tersebut diaduk bersama dengan alat amalgamator. Proses amalgamasi
berlanjut sementara segmen-segmen massa plastis terkondensasi di bawah tekanan
yang kuat terhadap dinding gigi-gigi yang sudah dipreparasi, atau jika ada,
terhadap pita matriks. Reaksi berlanjut selama proses manipulasi di dalam mulut
berkurang dalam waktu beberapa menit ketika amalgam gigi mulai meningkat
kekuatan dan kekerasannya. Walaupun reaksi dapat berlangsung bebrapa hari,
amalgam gigi sudah cukup kuat untuk menerima tekanan gigit yang sedang dalam
waktu beberapa jam saja. (Anusavice, Kenneth J, 2004:301)
Cara Pembuatan Alloy
Alloy konvensional dihasilkan dengan menggabungkan beberapa logam
murni sehingga diperoleh suatu ingot yang kemudian dihomogenisasi dan
dipotong menjadi kepingan-kepingan kecil. Homogenisasi membantu terjaminnya
semua kepingan mempunyai sifat dan komposisi yang sama. Bantuk dan ukuran
partikel potongan alloy mempunyai arti yang sangat penting. (Combe, 1992:193)
Suatu alloy yang amsih baru dipotong bereaksi sangat cepat dengan
merkuri. Ini dapat dijelaskan sebagian disebabkan oleh kerena dislokasi dan
imperfeksi pada kisi-kisi alloy yang dapat meningkatkan reaktifitas kimianya. Bila
kepingan alloy disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan , reaktifitasnya
akan merosot; alloy tersebut disebut mengalami penuaan (aging). Hasil yang
serupa dapat terjadi lebih cepat dengan merebus kepingan pada air mendidih
selama 30 menit. Metoda penuaan secara cepat ini biasanya dilakukan oleh pabrik
untuk memperoleh alloy yang mempunyai sifat-sifat stabil. (Combe, 1992:193)
3
Partikel spheris dihasilkan dengan proses atomisasi; yaitu dengan
menyemproykan cairan alloy pada atmosfer yang pasif, di mana tetesan alloy akan
memadat dalam bentuk spheris. Partikel spheris lebih mudah disusun sesuai
dengan ukuran partikelnya daripada partikel yang mempunyai bentuk tidak
beraturan. Campuran ukuran partikel yang dianjurkan berkisar antara 10-37 um.
(Combe, 1992:193)
Dental amalgam adalah bahan tambalan yang paling banyak digunakan
untuk gigi posterior . air raksa yang dicampur yang dengan puder alloy untuk
mendapatkan bahan eplastis yang kemudian dimasukkan kedalam kavitet
preparasi. Amalgam yang telah set atau mengeras lebih kuat dari semua jenis
semen ggi yang ada serta semua bahan tambalan gigi anterior. alloy yang dipakai
bersama dengan mercury untuk keperluan kedokteran gigi diebut dental amalgam
alloy. Sebenarnya tidak benar sebab bahan tersebut bukanlah alloy amalgam tetapi
alloy dari mana dapat dihasilkan suatu amalgam ( E.C.Combe: 1992 )
Komposisi
Amalgam adalah bahan tambal berbahan dasar logam, di mana komponen
utamanya:
likuid yaitu logam merkuri
bubuk yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak,
timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan
persentase yang lebih kecil.
Kedua komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan
mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi.
Alloy untuk pemuatan dental amalgam dalam garis besarnya dapat
diklasifikasikan ke dalam dua tipe; pertama, alloy konvensional, mengandung
kurang dari 6% kuprum, formula kimia ini mengalami hanya sedikit perubahan
sejak bertahun-tahun; kedua , alloy kaya kuprum, yang mulai banyak
dipergunakan sejak beberapa tahun terakhir ini (kadang disebut sebagai “high
copper alloy”)
4
Ada 2 tipe amalgam :
1. Alloy konvensional
Kandungan konstitusi dasar :
Silver 67-74%
Tin 25-27%
Kuprum 0-6%
Zinc 0-2%
2. Alloy kaya kuprum
Silver 69%
Tin 17%
Kuprum 13%
Zinc 4%
Manipulasi
a. Perbandingan alloy/mercury
Perbandingan takaran alloy dengan mercury : amalgam yang telah set
hendaknya kurang dari 50%, ada 2 tehnik yang dikemukakan
i. Menggunakan perbandingan alloy dan mercury 5:7 atau 5:8.
Kelebihan mercury mempermudah triturasi dan dapat diperoleh hasil
campuran yang plastis. Sbelum bahan dimasukkan kdalam kavitet,
kelebihan mercury diambil dengan cara memerasnya dlam kain kassa.
ii. Minimal mercury techniques ( eames techniques ), dimana mercury
dan alloy ditimbang dalam jumlah yang sama, tidak perlu dilakukan
pemerasan mercury sebelum dilakukan kondensasi. Metode
pencampuran secara mekaniss.
b. Triturasi
i. Pencampura manual dengan menggunakan mortar dan pastel.
ii. Pencampuran secara mekanis
5
c. Kondensasi
Kondensasi adalah proses memasukkan bahan restorasi amalgam kedalam
kapitas. Bahan hendaknya dikondenasi segera mungkin setelah
pencampuran.
d. Trimming dan carving
Bila kavitas diisi terlalu banyak maka bagis atas yang kaya akan
mercurydapat dibuat dan tambalan dibentuk sesuai dengan
anatomisnya.amalgam yang diperbuat dari serbuk alloy yang kasar lebih
sukar mengukirnya karena kepingan alloy yang agak besar dapat tertarik
oleh instrument dari permukaan. Apabila dikehendaki pengukiran yang
mudah, dapat dipergunakan alloy spheris.
e. Pemolesan
Amalgam konvensional baru dapat dipoles palng cepat 24jam setelah
penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang diperbuat
dari alloy kaya kuprum lebih cepat mendapatkan kekuatannya, disebutkan
bahwa bahan ini dipoles tidak lama setelah penambalan.
Sifat-sifat
1. Toksisitas
2. Reaksi korosi
3. Kebocoran marginal
4. Kekuatan
5. Creep
6. Kegagalan Marginal
7. Perambatan Panas
8. Perubahan Dimensi
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.2. Klasifikasi, Manipulasi, dan Setting Amalgam
Alloy untuk pembuatan dental amalgam dalam garis besarnya dapat
diklasifikasikan ke dalam dua tipe: pertama, alloy konvensional, mengandung
kurang dari 6% kuprum, formula kimia bahan ini mengalami hanya sedikit
perubahan sejak bertahun-tahun; kedua, alloy kaya kuprum, yang mulai banyak
dipergunakan sejak beberapa tahun terakhir ini (kadang-kadang disebut sebagai
’high copper alloy’). Dengan semakin majunya penelitian di bidang Ilmu Bahan
Kedokretan Gigi, Untuk meningkatkan mutu amalgam terhadap terjadinya karies
sekunder, telah dikembangkan dengan menambahkan senyawa fluorida dengan
maksud menambah efek anti kariogenik ‘Amalgam+Fluoride’.
3.1.1.Amalgam Konvensional
Perbedaan utama antara berbagai aloy konvensional terletak pada bentuk
dan ukuran partikelnya. Alloy yang dipotong dengan mesin bubut/ lathesin bubut
bisa berbentuk coarse atau grain halus; dari keduanya yang lebih disenangi adalah
partikel grain halus. Alternative lain untuk menghasilkan partikel alloy selain
memotong dengan lathe adalah pembuatan partikel spheris. Perbedaaan antara
lathe cut dan spheris adalah bentuk partikelnya, lathe cut cenderung berbentuk
batang atau jarum tidak seragam, sedangkan spheris berbentuk bulat-bulat
seragam dan kecil. Perbedaan tersebut dikarenakan proses pembuatannya yang
juga berbeda. Beberapa alloy mengandung campuran partikel yang dipotong
dengan lathe dan partikel spheris.
7
Lathe Cut (batang, tidak seragam) Spheris (bulat,seragam)
Alloy konvensional mengandung konstitusi dasar sebagai berikut :
Ag = 67-74 %
Sn = 25-27 %
Cu = 0-6 %
Zn = 0-2 %
Selain itu juga mengandung beberapa persen logam Hg sebagai bahan untuk
proses amalgamisasi.
Amalgamasi terjadi ketika merkuri berkontak dengan permukaan partikel
logam campur Ag-Sn. Jika bubuk di triturasi, dibagian luar partikel akan larut
menjadi merkuri. Pada saat bersamaan, merkuri berdifusi ke partikel logam
campur. Merkuri mempunyai daya larut yang terbatas untuk perak (0,035%wt)
dan timah (0,6%wt).
Jika daya larut ini terlampaui, Kristal-kristal dari dua senyawa logam
biner akan berpresipitasi menjadi merkuri. Kedua senyawa ini adalah senyawa
Ag2Hg3 berbentuk kubik dengan pusat dibagian tengah (fase gamma) dan
senyawa Sn7-8Hg heksagonal yang tersusun rapat (fase gamma 2). Karena
kelarutan perak dalam merkuri lebih rendah daripada timah, fase gamma 1
berpresipitasi terlebih dahulu sementara fase gamma 2 berpresipitasi kemudian.
Segera sesudah triturasi, bubuk logam campur bercampur dengan cairan
merkuri, menghasilkan adonan yang mempunyai konsistensi plastis. Sewaktu
8
merkuri yang tersisa melarutkan partikel logam campur, Kristal-kristal gamma 1
dan gamma 2 akan bertumbuh. Saat merkuri menghilang amalgam sudah menjadi
mengeras. Sementara saat partikel tertutup dengan kristal yang baru terbentuk,
sebagian besar gamma 1, kecepatan reaksi menurun. Logam campur biasanya
dicampur dengan merkuri pada rasio 1:1. Dengan rasio ini jumlah merkuri tidak
mencukupi untuk bereaksi dengan seluruh partikel logam campur asli; akibatnya,
partikel yang tidak bereaksi akan tetap ada pada amalgam yang mengeras. Partikel
logam campur (sekarang lebih kecil, karena permukaannnya sudah dilarutkan oleh
merkuri), dikelilingi dan diikat bersama-sama dengan Kristal-kristal gamma 1 dan
gamma 2 yang padat.
Jadi, amalgam rendah kandungan tembaga yang tipikal adalah suatu
gabungan dimana partikel-partikel yang tidak dikonsumsi tertanam dalam fase
gamma 1 dan gamma 2.
Sifat fisik dari amalgam yang sudah mengeras tergantung pada
persentase relative dari masing-masing fase struktur mikro. Partikel Ag-Sn yang
tidak dikonsumsi mempunyai efek yang kuat.. makin banyak fase ini yang
teetinggal dalam sruktur akhir, makin kuat amalgamnya. Komponen paling lemah
adalah fase gamma 2. Kekerasan fasse gamma 2 kira-kira 10% dari kekerasan
gamma 1, sementara kekerasan gamma sedikit lebih tinggi daripada gamma 1.
Fase gamma 2 juga merupakan fase yang paling kurang stabil dalam
lingkungan yang korosif dan dapat mengalami erosi, terutama pada leher restorasi.
Secara umum, fase gamma (Ag3Sn) dan gamma 1 murni (Ag2Hg3) adalah stabil
dalam lingkungan rongga mulut. Meskipun demikian gamma 1 dalam rongga
dalam amalgam mengandung sejumlah kecil timah, yang dapat hilang dalam
lingkungan yang korosif.
3.1.2.Amalgam Kaya Kuprum
Sifat mekanisnya yang baik, juga ketahanan terhadap korosi dan
integritas bagian tepi serta kinerjanya dalam perobaan klinis yang lebih baik, bila
dibandingkan dengan logam campur konevensional yang rendah kandungan
tembaga. Ada 2 macam komposisi logam campurkandunagn tembaga tinggi, yang
9
pertama adalah bubuk logam campur gabungan, dan ynag kedua adalah bubuk
logam campur berkomposisi tunggal.
a. Logam Campur Gabungan.
Merupakan campuran dari setidaknya dua jenis partikel. Bubuk gabungan
menunjukan partikel lathe-cut rendah kandungan tembaga dan partikel logam
capur Ag-Cu sferis. Bahan ini lebih kuat dariapda amalgam yang dibuat dari
bubuk lathe-cut yang kandungan tembaga nya rendah, karena dengan adanya
kandungan Ag-Cu bekerja sebagai bahan pengisi yang membuat lebih kuat.
Bubuk logam campur gabungan biasanya mengandung bubuk tinggi
tembaga berbentuk sferis sebanyak 30%wt samapai 55%wt. Total kandungan
lopam campur gabungan berkisar antara 9%wt sampai 20%wt.
Reaksi bubuk logam campur gabungan dengan merkuri adalah sebagai berikut :
Partrikel logam campur(β+ϒ)+ Ag-Cu eutetik+Hg ϒ1 + η + partikel
logam campur dari kedua tipe yang tidak digunakan.
b. Logam Campur Komposisi Tunggal
Berbeda dengan logam campur gabungan,setiap partikel pada bubuk ini
mempunyai komposisi kimia yang sama. Komponen utama dari partikel-partikel
ini adalah perak, tembaga , dan timah. Logam campur ini mengandung perak
60%wt, timah 27%wt, tembaga 13%wt. Kandungan tembaga dalam berbagai
logam campur komposisi tunggal berkisar 13wt-30%wt.
Reaksi bubuk logam campur dengan komposisi tunggal terhadap merkuri
adalah sebagai berikut :
Partikel logam campur Ag-Sn-Cu+ Hg ϒ1 + η + Partikel logam campur yang
tidak terkonsumsi.
Fase ϒ2 yang tidak diinginkan dapat juga terbentuk pada amlagam komposisi
tunggal. Ini berlaku jika bubuk yang diatomisasi masih belum menjalni
pemanasan atau jika bubuk dipanaskan terlalu lama pada temperatur terlalu tinggi.
Jika tidak, pada sebagian besar amalgam komposisi tunggal, fase ϒ2 hanya sedikit
atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.
10
3.1.3.Amalgam Plus Fluoride
Dengan semakin pesatnya perkembangan di bidang ilmu bahan
kedokteran gigi, untuk meningkatkan mutu amalgam terhadap terjadinya karies
sekunder telah dikembangkan dengan menambahkan senyawa fluorida dengan
maksud menambah efek anti kariogenik. Bahan restorasi amalgam yang
mengandung fluorida yang dalam bubuknya merupakan amalgam konvensional
tipe lathe-cut dengan komposisi (brosur Dentoria -France) :
Stanus Fluorida (SnF) 1%,
Perak (Ag) 68%
Timah (Sn) 27%
Tembaga (Cu) 4,5%
Seng (Zn) 1,5%.
Fluorida pada bahan restorasi amalgam dalam bentuk senyawa SnF2.
Senyawa ini terbukti dapat mengurangi kelarutan enamel terhadap asam dan dapat
meningkatkan konsentrasi fluorida di dalam struktur gigi yang berdekatan dengan
bahan restorasi ini. Menurut Phillips, fluorida dalam amalgam cukup dapat
mengurangi kelarutan permukaan enamel dari pengaruh asam, meskipun fluorida
yang terlepas terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi cukup efektif untuk
mencegah terjadinya karies.
Mekanisme fluorida yang utama adalah meningkatkan daya tahan enamel
karena adanya remineralisasi, bersifat bakterisid dan menurunkan kemampuan
bakteri memproduksi asam. Karena amalgam yang mengandung fluoride ini
mempunyai daya untuk mencegah karies sekunder maka dapat digunakan juga
pada anak-anak dan dapat digunakan pada orang dewasa.
Selain amalgam yang berflouride ini pada gigi decidui juga dipergunakan
restorasi kuprum amalgam karena sifat kuprum amalgam ini antibakteri dari
kuprum itu sendiri. Bahan ini tersedia dalam bentuk pil mengandung 60 - 70%
mercury dan 30% kuprum. Dalam penggunaannya bahan dipanaskan sampai
tetesan mercury muncul lalu ditrituasi seperti pada bahan amalgam lain dan
kemudian dikondensasi didalam kavitas.
11
Karena itulah bahan ini tidak dianjurkan untuk tambalan tetap karena
terjadi mercury hygiene yang buruk. Jadi dapat disimpulkan bahwa amalgam tipe
ini tidak cocok digunakan oleh orang dewasa, tetapi tipe amalgam konvensional
biasanya yang dipakai untuk orang dewasa.
3.2. Sifat-sifat Amalgam
3.2.1.Sifat Fisik Amalgam
a. Creep Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan
dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan
atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang
berulang dapat menyebabkan creep. ANSI – ADA specification no.1
menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah
tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi,
dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan tembaga.
(Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi
mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan
kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa
mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi.
(Marek, 1992)
Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai
berikut : creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy
komposisi tunggal.(Combe, 1992)
Kekurangan : amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi
akan mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya
nilai estetik. (Williams, 1979)
Solusi : meminimalkan fase gamma 2 saat setting,
menambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)
12
b. Stabilitas Dimensional Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan
pada dimensinya dan kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi awal pada saat
pengerasan dan stabilitas dimensional jangka panjang.
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara
manipulasinya idealnya perubahan dimensi kecil saja. Kontraksi nya
yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan
karies sekunder. Ekspansi yang berlebihan dapat menimbulkan
tekanan pada pulpa dan kepekaan paska operasi. Protrusi dari restorasi
juga dapat diakibatkan oleh ekspansi yang berlebihan.
Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada
seberapa banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan
pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa
amlgam dapa berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20 µm/cm,
diukur pada 30ºc , 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya trituasi
dengan alat yang keakuratannya tidak sampai 0,5µm. (Anusavice,
2004)
Amalgam dapat meregang dan berkontraksi tergantung saat
manipulasinya. Idealnya perubahan dimensi amalgam terjadi pada
skala kecil. Beberapa kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro
dan sekunder karies. (Phillips, 1981)
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi
perubahan dimensi adalah :
o komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam,
maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar
jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.
o rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar
tingkat expansinya.
o ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran
partikel menyusut, maka total area permukaan alloy akan
13
meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan
menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang
lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan
kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.
o waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum,
semakin lama waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
o tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi
setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena
tidak terganggunya difusi mercury ke alloy. (Williams, 1979)
Kekurangan : dapat menyebabkan kebocoran mikro dan
karies sekunder. Solusi : Menggunakan “cavity varnish” yang
mengandung larutan resin alami atau sintetis dalam pelarut yang
menguap misalkan eter dan harus tahan air ( McCabe, 2008)
c. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar
dari dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih
besar dari dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder
karies. Solusi : mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen
amalgam (Koudi, 2007)
d. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek
pada hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi
melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan
kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam. (Marke, 1992)
14
3.2.2.Sifat Mekanik Amalgam
a. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan
kekuatan struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan
hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang lainnya.
Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan
tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif.
Kekuatan kompresif ini cukup baik untuk mempertahankan kekuatan
amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar
kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.
Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan
amalgam :
o rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu
sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara
sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi
dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan
membuat amalgam menjadi lebih rapuh.
o komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap
kekuatan amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam
yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding
alloy dengan komposisi konvensional.
o ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh
dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan
fine atau microfine particles.
o porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan
mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan
triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik
triturasi yang baik. (Williams, 1979)
15
Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu
restorasi amalgam yang tidak kuat :
o Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
o Kandungan mercury yang terlalu besar
o Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
o Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
o Korosi (Combe, 1992)
Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga
yang tinggi tidak jauh berbeda dengan amalgam yang memiliki
kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan diantaranya :
o Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada
jenis logam campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan
amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebih
akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan
amalgam dengan tembaga yang tinggi.
o Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol
kekuatan adalah kandungan merkuri dari restorasi tersebut.
Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan
logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur
dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh.
Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh
merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan
berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan
yang kasardan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan
korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi
dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang
cukup besar.
o Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel
logam campur, semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika
16
digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam campurlathe-
cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan
kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam).
Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan
menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil.
Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi
porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgamlathe- cut.
Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan
ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.
o Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang
sudah mengeras.
o Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam
penting diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada
umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam waktu
20 menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting
diperhatikan di sini adalah apakah amalgam sudah mempunyai
kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada
kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam
yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang
kita inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan
kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan
kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang
kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice,
2004)
Kelebihan : ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak
seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan
mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling
berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
17
3.2.3.Sifat Kimia Amalgam
a. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih
logam berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam
hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama
/ usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan
daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik
dari beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam–
amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin
akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana
paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV.
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic
berbanding terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam
dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang
dihasilkan. (Sutouw, 2004)
Kekurangan : mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan
arus galvanis bersama dengan tumpatan logam lain.
Solusi : melepas tumpatan logam lain sebelum memakai
tumpatan amalgam.
b. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan
degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam
terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi
kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan
penggunaan. (Marke, 1992)
Solusi : memoles tumpatan amalgam, meminimalkan
timbulnya arus galvanis, tidak memakan makanan mengandung asam
secara terus menerus.
18
c. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta
permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab
discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan copper
sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
(Marke, 1992)
Kekurangan : gigi terlihat lebih hitam. Solusi: tidak memakan
makanan mengandung sulfur berlebih.
3.2.4.Sifat Biologi Amalgam
a. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi
antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn
bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis kontak atau
reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping
fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi
reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat.
(Anusavice, 2004)
Solusi : tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan
jenis lain yang dipakai).
b. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari
air raksa sudah mulai dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada
dugaan bahwa keracunan air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab
dari penyakit-penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas dan ada
bahaya bagi dokter gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup
selama pengadukan penempatan dan pembuangan.
Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur
gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam
19
mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam
perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi
kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau
sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan
amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol
bagi asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap
uapnya. (Anusavice, 2004)
Kekurangan : merkuri adalah elemen yang beracun, baik
sebagai logam bebas maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa larut
dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang
mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan
ditransportasikan dari paru- paru oleh sel darah merah ke jaringan lain
termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa
metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada
janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan
berefek kepada bayi yang akan dilahirkan. (Nicholson, 2002)
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi,
kondensasi atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama.
Tumpatan merkuri dalam proses pembedahan dapat mengakibatkan
kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008)
Solusi : material yang mengandung raksa harus disimpan
jauh dari sumber panas, menjamin adanya ventilasi yang baik pada
pembedahan, pemilihan tipe lantai yang cocok, penyimpanan
amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia, jangan disentuh
denga tangan, menggunakan masker, memakai teknik hand condenser,
ruang tidak berkarpet.
3.3. Syarat Amalgam yang Baik
a. Biokompatibel terhadap rongga mulut ( tidak mengiritasi, tidak toksik,
tidak allergen, stabil dalam suhu rongga mulut, dan lain-lain)
20
b. Mudah dimanipulasi
c. Tahan lama ( mampu bertahan lama dalam lingkungan rongga mulut)
d. Mempunyai tensile dan compressive strength yang cukup kuat
terutama untuk gigi-gigi yang memiliki beban kunyah yang besar
3.4. Kelebihan dan Kekurangan Amalgam
3.4.1.Kelebihan
a. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang
paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam
melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan
dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada
beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih
dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap
penambalan sesuai dengan prosedur.
b. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan
lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus
karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi
seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
c. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah
dan tidak terlalu “technique sensitive” bila dibandingkan dengan
resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu
tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan
bahan tambal resin komposit.
d. Biayanya relatif lebih rendah dan dapat disimpan lebih lama jika
dibandingkan dengan bahan restorasi lainnya.
3.4.2.Kekurangan
a. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras
dengan warna gigi dan juga mudah mengalami perubahan
warna (tarnish) sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi
depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.
21
b. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-
tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat
menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak
membayang kehitaman.
c. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi
dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam.
Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien
terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap
rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut
tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien
dapat beradaptasi.
d. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan
dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan.
Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan
larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
e. Adanya korosi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
porositas, penurunan integral marginal, berkurangnya
kekuatan, dan pelepasan produk-produk metal dalam
lingkungan rongga mulut. Galvanic korosi jiga bisa dapat
terjadi yaitu korosi yang terjadi apabila amalgam berkontak
dengan bahan restorasi lainnya, misalnya emas, amalgam
konvensional, alloy prostodonti, dan lainnya.
3.5. Aplikasi Amalgam
a. Amalgam digunakan sebagai bahan tumpatan gigi posterior, karena
cenderung lebih kuat untuk menerima beban kunyah yang besar.
b. Amalgam digunakan untuk restorasi karies pada gigi permanen untuk
kelas I, II, dan V.
c. Amalgam juga digunakan untuk pembuatan die dan pengisian saluran
akar.
22
d. Amalgam dengan fluoride digunakan untuk tumpatan gigi anak-anak.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Amalgam adalah suatu alloy air raksa (Hg) dengan satu atau beberapa
logam lain.
2. Syarat amalgam meliputi sifat kimia, sifat biologi, biokompatibelitas, dan
sifat mekanis.
3. Klasifikasi dan komposisi amalgam: berdasarkan kandungan copper yaitu
low copper = conventional alloy dan high copper. Berdasarkan kandungan
zinc yaitu zinc containing dan zinc free. Berdasarkan bentuk dan ukuran
partikel yaitu lathe-cut, admixed, dan spherical.
4. Komposisi Amalgam:
Alloy konvensional : Silver / perak (Ag) 67-74%, Tin / timah (Sn) 25-
27%, Cuprum / tembaga 0-6%, dan Zinc / seng 0-2%.
Alloy kaya Cu : Silver 69%, Tin 17%, Cuprum 13%, dan Zinc 4%.
5. Sifat - sifat amalgam meliputi toksisitas, korosi, kebocoran marginal,
kekuatan: triturasi yang tidak sempurna, kandungan mercury yang terlalu
besar, terlalu kecil tekanan yang diberikan saat kondensasi, kecepatan
pengisian kavitas lambat, korosi, creep, kegagalan marginal, konduktivitas,
perubahan dimensi.
6. Kelebihan amalgam adalah lebih kuat dibandingkan dengan bahan tambal
lain dalam melawan tekanan kunyah, ketahanan terhadap keausan sangat
tinggi, penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah, dan
biayanya relatif lebih murah.
7. Kekurangan amalgam adalah secara estetis kurang baik karena warnanya
yang kontras dengan warna gigi, alergi terhadap pasien, sensitif terhadap
rangsang panas atau dingin, mengandung merkuri.
23
8. Manipulasi amalgam antara lain melalui proses proportioning, triturasi,
kondensasi, trimming dan carving, dan polishing.
9. Aplikasi amalgam yaitu tumpatan yang lebih sering dipergunakan pada gigi
posterior.
24
DAFTAR PUSTAKA
Combe,EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta :
Balai Pustaka.
Anusavice, Kenneth J. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta :
EGC.
25