5 Pengelolaan Zakat
description
Transcript of 5 Pengelolaan Zakat
-
43
BAB V
PENGELOLAAN ZAKAT
A. Pengertian Secara etimologi, az-zakah ( ) mempunyai arti: : suci : mulia : tumbuh : bertambah : berkah
Sedangkan secara terminologi, zakat ( ) adalah: Harta yang wajib dikeluarkan karena telah mencapai nisab (batas minimal) tertentu yang harus ditunaikan kepada para mustahiqnya dengan syarat-syarat
tertentu
Hukum zakat
Zakat wajib ditunaikan oleh seorang muslim yang memiliki harta yang telah
sampai nisab dan syarat-syaratnya. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga.
Menurut Hamdan Rasyid, di dalam Al-Quran kata zakat disebutkan 32 kali, dan sebagian besar beriringan dengan kata sholat. Apabila digabungkan dengan kata
infaq dan shodaqoh tidak kurang dari 115 kali disebutkan dalam Al-Quran. Hal ini menunjukkan begitu utamanya peran zakat dalam Islam; zakat, infaq,
shodaqoh adalah wujud kesholehan sosial seseorang hamba dalam
memperhatikan sesamanya dan dalam menegakkan agama Allah.
Allah SWT berfirman:
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka..." (QS. At-Taubah (9): 103).
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat" (QS. Al-Baqarah (2): 110)
Rasulullah SAW bersabda:
Wahai orang-orang Muhajirin, ada lima hal yang apabila kalian ditimpa olehnya, maka aku berlindung kepada Allah karena kalian akan menjumpainya,
yaitu: Tidak akan tersebar luas perbuatan keji pada suatu kaum bahkan sampai
mereka berani mengerjakannya dengan terang-terangan kecuali akan menyebar
kepada mereka wabah penyakit thaun (semacam kolera) dan kelaparan yang tidak pernah ada ada pada generasi sebelumnya. Tidaklah mereka mengurangi
timbangan dan takaran kecuali dalam beberapa tahun mereka akan mengalami
kesengsaraan dan kelaliman penguasa kepada mereka. Tidaklah mereka menolak
membayar zakat kecuali mereka akan ditahan memperoleh hujan dari langit yang
kalau tidak karena binatang ternak, niscaya hampir-hampir tidak akan turun
hujan. Tidaklah mereka membatalkan janji Allah dan janji Rasul-Nya kecuali
akan Allah kuasakan musuh mereka menjadi pemimpin yang akan mengambil
sebagian harta mereka. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka berhukum
dengan selain kitabullah dan apa-apa yang Allah turunkan, kecuali akan Allah
timpakan kesukaran hidup kepada mereka. (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih)
-
44
Zakat Dalam Konteks Kenegaraan
Diatur dengan:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999.
Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Undang-undang Pajak No. 17 Tahun 2000, zakat menjadi pengurang penghasilan kena pajak sehingga tidak dikenakan kewajiban ganda.
Meskipun ada kelemahan mendasar dari Undang-undang No. 38 Tahun 1999
yaitu : Tidak ada sanksi bagi Muzakki yang melalaikan kewajiban berzakat, tetapi Undang-undang ini harus menjadi pendorong bagi umat Islam untuk
melakukan pengelolaan zakat secara amanah melalui lembaga pengelola zakat.
Pasal 1 ayat 2:
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang
dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya.
B. Tujuan dan Hikmah Pengelolaan Zakat Menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 5,
pengelolaan zakat bertujuan :
1. meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama;
2. meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Adapun hikmah zakat antara lai:
1. Dapat mensucikan diri dari dosa, membersihkan diri dari perasaan congkak dan tamak pembayar zakat.
2. Membersihkan dan menyuburkan harta pembayar zakat. 3. Sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah
Subhanahu Wataala. 4. Sebagai dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam (muallaf) 5. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
ummat.
6. Membentras penyakit iri hati, rasa benci dan dengki orang fakir dan miskin terhadap orang kaya, dan sebagai pengikat silaturrahim antara golongan kaya
dengan yang miskin serta sebagai penghapus jurang pemisah antara golongan
yang kuat dengan yang lemah.
7. Memberikan peluang kepada golongan kaya untuk beramal ibadah dengan mengeluarkan zakat dengan mengagihkan sebahagian kecil kekayaan mereka
kepada golongan yang kurang berada.
8. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Allah SWT di samping hubungan antara manusia dengan manusia.
9. Mewujudkan kesatuan di kalangan masyarakat Islam dalam urusan ekonomi dan keuangan.
10. Mengembangkan potensi umat. 11. Melahirkan rasa tenang dan tenteram dalam hati dan jiwa pembayar zakat
-
45
C. Manajemen Pengelolaan Zakat Dalam pengelolaan zakat tidak dapat dipisahkan dengan Jenis zakat, Mustahik,
Muzakki, dan Amil.
1. Jenis Zakat a. Zakat Jiwa/Fitrah : zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim setelah
matahari terbenam akhir bulan Ramadhan.
Barang siapa yang mengeluarkannya sebelum shalat Ied, maka itu zakat fitrah yang diterima. Dan barang siapa yang mengeluarkannya sesudah
shalat Ied, maka itu termasuk salah satu sedekah dari sedekah-sedekah
biasa.(HR.Ibnu Abbas). Besarnya zakat fitrah
sebesar 1 (satu) sha makanan pokok suatu masyarakat. 1 (sha)= 4 mud = dan 4 x 2 tangan orang dewasa (kira kira: 2,175 Kg)
b. Zakat Maal/Harta zakat: adalah zakat yang dikenakan atas harta
(yang memenuhi syarat untuk dikeluarkannya zakat) yang dimiliki seorang
muslim, yang boleh dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu.
Obyek Zakat Harta/Maal Zakat Binatang Ternak (zakat anam) Zakat Emas dan Perak Zakat Pertanian (zakat ziraah) Zakat Barang Tambang (Al Maadin) dan Barang Temuan (Rikaz) serta
Hasil Laut
Zakat Perdagangan (Tijarah) Zakat Produksi Hewani Zakat Investasi Zakat Profesi & Penghasilan Zakat atas Uang Zakat Perusahaan/Institusi
Zakat Binatang Ternak (zakat anam) Wajib atas unta, sapi dan domba selain unta, sapi dan domba, para ulama berbeda pendapat. Syarat zakat: sudah mencapai kuantitas tertentu (cukup nishab), telah
dimiliki selama satu tahun (haul), digembalakan.
Masing-masing jenis memiliki aturan tersendiri
Zakat Emas dan Perak
Syarat wajib zakat mencapai nishab dan haul. Nishab emas; 20 misqal=20 dinar=85 grm Nishab perak: 200 dirham=595 gram Dikenakan atas perhiasan (emas dan perak) disimpan & tidak
dipergunakan
tidak wajib zakat untuk perhiasan yang dipakai perempuan
Zakat Pertanian (zakat ziraah) Dikenakan atas semua hasil tanaman dan buah-buahan yang ditanam
dengan tujuan mengembangkan dan menginvestasikan tanah.
Dikenakan pada saat panen, dengan syarat dapat disimpan (QS 6:141 "Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan
zakatnya.) Nishab pertanian : 5 wasaq = 300 sha = 2,175 Kg x 300= 653 Kg. Tarif zakat: Jika tadah hujan : 10% dan Jika irigasi : 5%
Yang diairi oleh air hujan, mata air, atau air tanah, zakatnya 10%, sedangkan yang diairi penyiraman irigasi, zakatnya 5%(HR.Abu Daud&Ibnu Majah).
-
46
Zakat Barang Tambang (Al Maadin) dan Barang Temuan (Rikaz) serta Hasil Laut
Rikaz menurut jumhur ulama adalah harta peninggalan yang terpendam dalam bumi atau disebut harta karun.
Hadist Nabi s.a.w :
Dari Abu Hurairah, telah berkata Rasullullah s.a.w :zakat rikaz seperlima (HR Bukhari dan Muslim).
Kewajiban pembayaran zakat adalah saat ditemukan dan tidak ada haul, dengan nishab 85 gram emas murni.
Madin adalah seluruh barang tambang yang ada dalam perut bumi baik berbentuk cair, padat atau gas, diperoleh dari perut bumi ataupun dari
dasar laut.
Nisab: 85 gram emas murni. Nisab ini berlaku terus (akumulasi) baik barang tambang itu diperoleh sekaligus dalam sekali penggalian ataupun
dengan beberapa kali penggalian.
Madin adalah seluruh barang tambang yang ada dalam perut bumi baik berbentuk cair, padat atau gas, diperoleh dari perut bumi ataupun dari
dasar laut.
Nisab: 85 gram emas murni. Nisab ini berlaku terus (akumulasi) baik barang tambang itu diperoleh sekaligus dalam sekali penggalian ataupun
dengan beberapa kali penggalian.
hasil dari dalam laut, seperti mutiara, dan ikan. Untuk hasil laut dikenakan zakat perdagangan.
Zakat Perdagangan (Tijarah)
Syarat zakat yaitu mencapai nishab, sudah berlalu masanya setahun (haul), bebas dari hutang, lebih dari kebutuhan pokok dan merupakan hak milik.
Tarif zakatnya 2,5%.
Imam Abu Ubaid telah meriwayatkan pendapat Maimun bin Mahran sebagai berikut: "(Bila telah tiba waktu pembayaran zakat, maka hitunglah kekayaan
uang dan barang perniagaan yang kamu miliki kemudian taksir seluruhnya
dalam bentuk uang setelah ditambah dengan piutang yang ada dan dikurangi
dengan utang yang harus dilunasi kemudian zakatilah sisanya)."
Penilaian harga barang dagangan, Pertama, harta barang dagangan dihitung dengan harga barang di pasar ketika
sampai waktu wajib zakat. Didasarkan riwayat dari Zaid bin Jabir, dia berkata
:Hitunglah sesuai dengan harganya ketika datang zakat, kemudian keluarkanlah zakatnya. Kedua, harga barang tersebut dihitung dengan harga riil atas nilai barang
dagangan, pendapat ini berdasar riwayat dari Ibnu Abbas, dia berpendapar:
Sebaiknya menunggu waktu sampai menjual untuk memperkuat bahwa
taksiran itu sempurna atas dasar nilai barang yang hakiki yang dijual dengan
harta dagangan.
Ketiga : menggunakan harga beli dari barang dagangan.
Yang lebih kuat pendapatnya (jumhur ulama Arab Saudi yaitu pendapat
pertama.
Zakat Produksi Hewani
hasil ternak yang belum dikeluarkan zakatnya, wajib dikeluarkan zakat dari produksinya.
zakatnya sebesar 2,5% seperti zakat perdagangan, dengan syarat nishab sebesar 653kg dan tidak harus mencapai haul. Khusus madu, zakatnya 10%.
Zakat Investasi
-
47
investasi adalah semua kekayaan yang ditanamkan pada berbagai bentuk aset jangka panjang baik untuk tujuan mendapatkan pendapatan atau ditujukan
untuk diperdagangkan
investasi dalam saham: Jika saham tersebut diperdagangkan dan bergerak dibidang industri atau perdagangan, maka dikenakan zakat 2,5% atas harga
pasar saham dan keuntungannya sekaligus karena dianalogikan urudh tijarah
(komoditi perdagangan).
jika saham tersebut tidak diketahui harganya atau bergerak dibidang non industri atau non perdagangan, maka tidak dikenakan zakat, tetapi
keuntungannya harus dizakati sebesar 10%, karena dianalogikan dengan zakat
pertanian.
investasi dalam obligasi, untuk obligasi konvensional yang tidak dihalalkan maka tidak ada kewajiban zakat atas penghasilan obligasi.
Jika investasi dalam obligasi syariah, dikenakan atas obligasi dan keuntungannya sebesar 2,5% sesuai dengan zakat perdangangan, setelah
memenuhi haul dan nishab.
investasi dalam aset, dikenakan zakat yang dianalogikan dengan zakat pertanian. Barang berupa tanah, gedung atau alat seperti mesin produksi, alat
transportasi dan lain-lain, tidak dikenakan zakat, tetapi dikenakan atas
penghasilan bersih sebesar 10%, atau kalau dari penghasilan kotor sebesar
5% setelah memenuhi haul dan nishab.
Zakat Profesi & Penghasilan
Abu Ubaid meriwayatkan, Adalah Umar bin Abdul Aziz, memberi upah pada pekerjanya dan mengambil zakatnya, dan apabila mengembalikan
almadholim (barang ghosob/curian yang dikembalikan) diambil zakatnya,
dan beliau juga mengambil zakat dari athoyat (gaji rutin) yang di berikan kepada yang menerimanya
Difatwakan melalui Fatwa MUI No. 3/2003 tentang zakat penghasilan. penghasilan adalah pendapatan yang diperoleh secara halal baik secara rutin
maupun tidak rutin.
Nishab: sama nishab emas (85 gram) untuk pendapatan selama setahun
dapat diambil dari penghasilan kotor atau dari penghasilan bersih setelah dikurangi hutang dan biaya hidup terendah orang tersebut dan
tanggungannya.
Zakat atas Uang (zakat nuqud) Untuk tahun pertama: bila uang tersebut sebelum didepositokan/ ditabungkan
telah dizakati, maka zakat yang dikenakan hanya atas bagi hasilnya saja,
sedangkan jika sebelumnya belum dizakati, maka atas keseluruhannya.
zakat atas hadiah: terkait dengan gaji 2,5%, jika komisi dari hasil prosentasi keuntungan perusahaan kepada pegawai: 10 %, jika sumber hibah tidak di
duga-duga sebelumnya : 20 %,
Zakat atas Institusi/Perusahaan zakat perusahaan mengacu pada zakat perdagangan, karena dipandang dari
aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahaan intinya berpijak pada
kegiatan trading atau perdagangan.
Sesuai keputusan seminar I zakat di Kuwait, tanggal 3 April 1984 tentang zakat perusahaan sebagai berikut:
Zakat perusahaan harus dikeluarkan jika syarat berikut terpenuhi : (Manaf)
- Kepemilikan dikuasai oleh muslim/muslimin
- Bidang Usaha harus halal.
- Aset Perusahaan dapat dinilai.
-
48
- Aset Perusahaan dapat berkembang.
- Minimal kekayaan perusahaan setara dengan 85 gram emas.
Sedangkan syarat teknisnya adalah: o peraturan yang mengharuskan pembayaran zakat perusahaan tersebut. o Anggaran Dasar perusahaan memuat hal tersebut. o RUPS mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan hal itu. o Kerelaan para pemegang saham menyerahkan pengeluaran zakat
sahamnya kepada dewan direksi perusahaan.
Perhitungan zakat ada 3:
Kekayaan perusahaan yang dikenakan zakat adalah kekayaan perusahaan yang digunakan untuk memperoleh laba atau, dan zakat dikenakan pada harta
lancar bersih perusahaan(Qardhawi). Secara sederhana: (kas/setara kas+
investasi jk pendek+ persediaan+piutang dagang bersih) (kewajiban lancar).
Kekayaan yang dikenakan zakat adalah pertumbuhan modal bersih (El Badawi dan Sultan). Secara sederhana: (Aset Lancar bersih + utang jangka
pendek yang digunakan untuk keperluan jangka panjang utang jangka panjang yang digunakan untuk pembiayaan harta lancar).
Kekayaan yang dikenakan zakat adalah kekayaan bersih perusahaan (Lembaga Fatwa Arab Saudi). Secara sederhana: (Modal disetor+Saldo
Laba+Laba tahun berjalan aset tetap bersih + Investasi perusahaan atau entitas lainnya kerugian tahun berjalan).
Metode apapun boleh digunakan
Nishab zakat adalah 85 gram emas dan cukup haul (1 tahun qamariah) dengan
besar zakat 2,5%. Jika perusahaan menggunakan tahun masehi adalah 2,575%
(standar AAOIFI).
2. Amil UU No. 38 Tahun 1999 mengatur pengelolaan zakat dengan ketentuan sebagai
berikut:
Pasal 6
(1) Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh
pemerintah.
(2) Pembentukan badan amil zakat :
a. nasional oleh Presiden atas usul Menteri;
b. daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen
agama propinsi;
c. daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul
kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;
d. kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.
(3) Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat
koordinatif, konsultatif dan informatif.
(4) Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang
memenuhi persyaratan tertentu.
(5) Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas
dan unsur pelaksana.
Pasal 7
(1) Lembaga amil zakat dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah.
(2) Lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan
yang diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 8
-
49
Badan amil zakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan lembaga amil zakat
sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 mempunyai tugas pokok mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat dan lembaga amil zakat
bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Struktur organisasi memiliki peranan penting untuk mengatur dan
mengkoordinasikan tindakan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi. Tanpa
adanya struktur yang jelas, pegawai akan bekerja tanpa arah, bekerja menurut
kemauannya sendiri dan akhirnya tidak hanya organisasi itu yang dirugikan tetapi
juga masyarakat.
Zakat merupakan sumber dana yang cukup potensial untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan suatu organisasi yang
profesional untuk mengelolanya. Pengelolaan zakat yang dimaksud adalah mencakup
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasaan dalam
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaaan zakat.
Salah satu organisasi yang bergerak dalam pengelolaan zakat adalah Badan
Amil Zakat (BAZ). Ada tiga bagian pokok dalam organisasi ini, yaitu Dewan
Pertimbangan, Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas. Masing-masing memilki
tugas spesifik. Dewan Pertimbangan adalah memberikan pertimbangan, fatwa, saran
dan rekomendasi tentang pengembangan hukum dan pemahaman mengenai
pengelolaan zakat. Adapun tugasnya adalah:
a. Menetapkan garis kebijakan umum Badan Amil Zakat bersama Komisi
pengawas dan badan pelaksana.
b. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat yang wajib diikutioleh pengurus Badan Amil Zakat.
c. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan
Komisi Pengawas.
d. Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umat tentang pengelolaan
zakat (pasal 5 Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291
Tahun 2000).
Komisi pengawas merupakan bagian yang berfungsi melaksanakan
pengawasan internal atas operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana.
Pengawasan tersebut:
a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan
b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana yang
mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
d. Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah dan peraturan
perundang-undangan.
Fungsi Badan Pelaksana adalah melaksanakan kebijakan Badan Amil Zakat
dalam program pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat. Tugasnya:
a. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pngumpulan, penyaluran dan
pendayagunaan zakat.
b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah
disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menyusun laporan tahunan
d. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat sesuai tingkatannya.
-
50
e. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik
kedalam maupun keluar (pasal 7 Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji
Nomor D/291 tahun 2000).
Struktur Organisasi BAZ Kabupaten / Kota
Dewan
pertimbangan
Badan
Pelaksana
Komisi
Pengawas
Ketua
Wk. ketua
Ketua
Wk. ketua I
Bendahara----Wk. ketua II----Sekretaris
Wk. sekretaris I
Wk. sekretaris II
Ketua
Wk. ketua
Sekretaris
Wk. sekretaris
Sekretaris
Wk. sekretaris
Anggota 5 orang Anggota 5 orang
Kepala seksi
Pengumpulan
Kepala seksi
Pendistribusian
Kepala seksi
Pendayagunaan
Kepala seksi
Pengembangan
UPZ-UPZ Staf-staf Staf-staf Staf-staf
Muzakki Mustahiq Mustahiq Motivator
3. Mustahik/Penerima Zakat: Dalam QS 9: 60:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat (amil), para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang (gharimin), untuk jalan Allah (fi sabilillah), dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.
D. MEKANISME PENGELOLAAN HASIL DARI PENGUMPULAN ZAKAT Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Oleh karena itu untuk optimalisasi pendayagunaan zakat di perlukan pengelolaan
zakat oleh lembaga amil zakat yang profesional dan mampu mengelola zakat secara
tepat sasarn.
Menurut Didin Hafidudhin, pengelolaan zakat melalui lembaga amil didasarkan
beberapa pertimbangan. Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran
zakat. Kedua, menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan
langsung untuk menerima haknya dari muzaki. Ketiga untuk mencapai efisiensi,
-
51
efektifitas dan sasaran yang tepat dalam menggunakan harta zakat menurut skala
proritas yang ada disuatu tempat misalnya apakah disalurkan dalam bentuk konsumtif
ataukah dalam bentuk produktif untuk mengingkatkan kegiatan para usaha para
mustahik. Keempat untuk memperlihatkan syiar Islam dan semangat penyelenggaraan
negara dan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya jika penyelenggaraan zakat itu
begitu saja diserahkan kepada para muzakki, maka nasib dan hak-hak orang miskin
dan para mustahik lainnya terhadap orang-orang kaya tidak memperoleh jaminan
yang pasti.
Pada prinsipnya pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik dilakukan
berdasarkan persyaratan:
1. Hasil pendapatan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf.
2. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan
dasar secara ekonomi, dan sangat memerlukan bantuan.
3. Medahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing.
Sedangkan untuk pendayagunaan hasil pengumpulan zakat secara produktif
dilakukan setelah terpenuhinya poin-poin diatas. Disamping itu terdapat pula usaha
nyata yang berpeluang menguntungkan, dan mendapat persetujuan tertulis dari dewan
pertimbangan. Adapun prosedur pendayagunaan pengumpulan hasil zakat untuk
produktif berdasarkan:
1. Melakukan studi kelayakan
2. Menetapkan jenis usaha produktif
3. Melakukan bimbingan dan penyuluhan
4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan
5. Mengadakan evaluasi
6. Membuat pelaporan.
Sistem pendistribusian zakat yang dilakukan haruslah mampu mengangkat dan
meningkatkan taraf hidup umat Islam, terutama para penyandang sosial. Baik LAZ
maupun BAZ memiliki misi mewujudkan kesejahteraan masyarakan dan keadilan
sosial. Banyaknya BAZ dan LAZ yang lahir tentu akan mendorong penghimpunan
dana zakat masyarakat. Ini tentu baik karena semakin banyak dana zakat yang
dihimpun, makin banyak pula dana untuk kepentingan sosial.
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat dapat dilakukan dalam dua pola, yaitu pola
produktif dan pola konsumtif. Para amil zakat di harapkan mampu melakukan
pembagian porsi hasil pengumpulan zakat misalnya 60% untuk zakat konsumtif dan
40% untuk zakat produktif. Program penyaluran hasil pengumpulan zakat secara
konsumtif bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para mustahik
melalui pemberian langsung, maupun melalui lembaga-lembaga yang mengelola fakir
miskin, panti asuhan maupun tempat-tempat ibadah yang mendistribusikan zakat
kepada masyarakat. Sedangkan program penyaluran hasil pengumpulan zakat secara
produktif dapat dilakukan melalui program bantuan pengusaha lemah, pendidikan
gratis dalam bentu beasiswa, dan pelayanan kesehatan gratis.