STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF …
Transcript of STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF …
STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF
UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI PADA BAZNAS KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah ( SE.Sy )
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh :
ABDUL AZIZ
NIM : 109046100015
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H / 2015 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh.Swt, Tuhan semesta
alam. Karena rahmat dan karunianya yang besar sehingga dapatlah penulis menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif Untuk
Pemberdayaan Ekonomi Pada BAZNAS Kabupaten Tangerang” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar strata (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan Salam penulis curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad.Saw
beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam
proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Abdurrauf, Lc, MA., selaku
Sekretaris Program Studi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian studi.
3. Drs.Ahmad Yani, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak
membantu penulis dalam mengarahkan dan memotivasi perkuliahan agar cepat lulus,
dan juga yang telah sempat meluangkan waktu yang banyak bagi penulis.
4. Muh. Fudhail Rahman, Lc, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan masukan dan pemikiran bagi karya skripsi penulis,
dan juga yang telah sempat meluangkan waktu yang banyak bagi penulis.
5. BAZNAS Kabupaten Tangerang dan seluruh pengurusnya yang telah mengizinkan
kepada penulis untuk mengadakan penelitian, terutama kepada bapak Abdul Mufti dan
H.Atjang selaku Staf Tata Usaha, Bapak Triyoso, SE.i. selaku Bendahara Penerima,
Ibu Hj.Khoeroyaroh selaku Tim Ekonomi Zakat Dana Bergulir yang telah memberikan
informasi yang diperlukan oleh penulis untuk dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi.
6. Pimpinan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan seluruh pengurusnya yang telah
memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan baik membaca dan
meminjamnya.
7. Bapak H.Triyanto dan almarhum Ibu Hj.Soliyah, selaku Kedua Orang Tua penulis yang
setiap harinya memberikan doa dan semangat agar cepat lulus dan wisuda menjadi
sarjana dan juga yang telah memberikan support dana yang banyak untuk perkuliahan
hingga lulus.
8. Bapak dan Ibu Dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Seluruhnya terutama dosen yang pernah mengajar penulis yang telah memberikan ilmu
yang dimiliki dengan ikhlas dan penuh semangat dan memotivasi diri penulis.
9. Seluruh Teman di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan terutama
teman sekelas PS.A angkatan 2009 khususnya Sulaiman, Halim, Rifki, Putri, Hendri,
Iqbal, Fauzi, Ismail, Khalid, Rizka, Nining, Jamil, Cha cha, Ummu.
10. Seluruh saudara, keluarga, ustad, sahabat dan teman penulis yang terus memberikan
support, doa dan bantuan kepada penulis agar dapat lulus kuliah dari Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercinta.
Akhir kata, penulis memohon semoga Alloh.Swt membalas semua kebaikan Kalian
semua dengan pahala yang berlipat ganda dan rezeki yang luas. Amin ya Robbal alamin.
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil karya Abdul Aziz, NIM 109046100015. STRATEGI
PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN
EKONOMI PADA BAZNAS KABUPATEN TANGERANG. Konsentrasi Perbankan
Syariah, Progam Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 1437 H/2015 M, 75 Halaman.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan BAZNAS
Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan dana zakat, apa program pemberdayaan ekonomi
yang bersifat produktif dan apa persoalan yang dihadapi di lapangan dan mencarikan solusinya.
Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian
yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Jenis penelitian
menggunakan penelitian lapangan dan kepustakaan. Sumber data diperoleh dari data primer
dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan studi
dokumentasi.
Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan dengan 4 cara yaitu
perencanaan oleh Badan Pelaksana, pengorganisasian yang terdiri atas Dewan Pertimbangan,
Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana yang dibantu oleh Seksi-seksi, pelaksanaan oleh Badan
Pelaksana dan pengawasan oleh Komisi Pengawas. Program pemberdayaan ekonomi produktif
ada 5 program yaitu Program bantuan modal bergulir, Program bantuan pengobatan cuma-
cuma, Program bantuan biaya pengobatan melalui pengajuan proposal, Program bantuan bea
siswa tingkat SD, SMP dan Santri Salafi, Program bantuan bea siswa tingkat SLA. Persoalan
yang dihadapi di lapangan ada 5 persoalan yaitu Kurangnya Kesadaran Zakat Masyarakat,
Jarak Tempuh, SDM, Masa Peralihan/Pergantian Pengurus, Dana Modal Bergulir macet.
Kata Kunci: Strategi, Pengelolaan zakat, Produktif, Pemberdayaan ekonomi. Tahun
Terbit 1988-2015.
Pembimbing Skripsi: Muh. Fudhail Rahman, Lc, MA
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan
Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10
D. Review Studi Terdahulu 11
E. Kerangka Teori dan Konseptual 12
F. Metode Penelitian 14
G. Sistematika Penulisan 16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Strategi Pengelolaan Zakat 18
1. Pengertian Strategi dan Unsur Strategi 18
2. Implementasi Strategi 20
3. Pengertian Pengelolaan Zakat 25
B. Zakat Maal dan Zakat Produktif 26
1. Pengertian Zakat Maal dan Zakat Produktif 26
2. Tujuan Zakat 28
3. Manfaat Zakat 30
C. Pemberdayaan Ekonomi 32
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi 32
2. Tujuan dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi 33
3. Instrumen dan Peran Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi 34
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN TANGERANG
A. Visi, Misi dan Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang 42
B. Struktur, Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang
43
C. Program Pemberdayaan Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang 47
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA
PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI
A. Strategi Pengelolaan Dana Zakat Di BAZNAS Kabupaten Tangerang 52
B. Program Pemberdayaan Ekonomi Yang Bersifat Produktif Di BAZNAS
Kabupaten Tangerang 60
C. Persoalan Yang Dihadapi Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang
Di Lapangan Dan Solusi Penyelesaiannya 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 70
B. Saran 72
Daftar Pustaka 73
Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam menjalankan strategi perlu ada progam yang diproyeksikan
untuk dilaksanakan oleh suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Ada progam
yang diproyeksikan dalam jangka pendek dengan waktu yang dialokasikan maksimal
1 tahun, ada perencanaan jangka menengah dengan alokasi 2-3 tahun, dan
perencanaan jangka panjang dengan alokasi waktu antara 3-5 tahun. Namun karena
progam yang sudah direncanakan seringkali dihadapkan pada berbagai kondisi yang
memungkinkan progam tersebut tidak dapat dilaksanakan sesuai target waktu yang
sudah ditentukan, maka diperlukan penerapan perencanaan strategis yaitu system
perencanaan yang menghitung aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari
pada organisasi tersebut.1
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya
menjadikan adanya kekuatan (power) pada seseorang/individu atau kelompok.
Pemberdayaan berhubungan dengan upaya untuk merubah kemampuan seseorang,
keluarga atau kelompok dari keadaan tidak memiliki
kemampuan/kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang lebih baik.2
1Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.270. 2N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat: Prinsip dan Praktik Pemberdayaan
Ekonomi, (Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012) h.223.
2
Zakat salah satu rukun Islam, di dalam kitab suci Al-Qur‟an sering diulang-
ulang perintah untuk berzakat, Dan dirikanlah shalat, Tunaikanlah zakat !
Surat Al-Baqarah ayat 110
موا لوفسكم مه خير تجدوي عىد الل كاة وما تقد لة وآتوا الز وأقيموا الص
بما تعملون بصير إن الل
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan zakat yang
diambil dari orang-orang kaya dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara
mereka.” HR.Bukhari II/505 no.1331
Zakat menurut UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah harta
yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Di akhir tahun 2012 terdapat dua pertemuan internasional yang sangat penting
terkait dengan perkembangan dunia perzakatan global ke depan, meskipun keduanya
tidak memiliki keterkaitan langsung. Agenda yang pertama adalah Muktamar Zakat
Internasional IX yang berlangsung di Amman, Yordania pada tanggal 26-28
November 2012, sedangkan agenda yang kedua adalah Expert Group Meeting yang
3
diselenggarakan oleh IRTI (Islamic Research and Training Institute) dan IDB pada
tanggal 11 Desember 2012. Forum yang pertama adalah forum rutin dua tahunan
yang melibatkan badan-badan zakat resmi negara-negara anggota OKI. Indonesia
sendiri baru bergabung pada tahun 2010 lalu di Beirut, Lebanon, saat berlangsungnya
muktamar kedelapan, sehingga praktis keikutsertaan pada pertemuan Amman
merupakan kali kedua. Sedangkan forum yang kedua diselenggarakan oleh IRTI dan
IDB dengan maksud untuk mengembangkan program IFSAP (Islamic Financial
Sector Assessment Program), yang sesungguhnya merupakan bentuk adopsi dan
penyesuaian dari FSAP (financial Sector Assessment Program) yang telah
dikembangkan oleh Bank Dunia dan IMF sebelumnya, dengan fokus pada industri
keuangan konvensional. IFSAP merupakan tools untuk mengukur dan menilai kinerja
sektor keuangan syariah secara komprehensif, sekaligus melakukan evaluasi terhadap
stabilitas sektor ini. Dengan assessment yang tepat, maka kemungkinan terjadinya
krisis keuangan dapat dideteksi secara dini. Dalam usulan template IFSAP yang akan
dikembangkan, sektor keuangan syariah ini tidak hanya mencakup perbankan syariah
saja, melainkan diperluas kepada seluruh lembaga keuangan syariah non bank, seperti
asuransi syariah, pasar modal syariah, zakat dan wakaf.3
Dimasukkannya zakat dan wakaf dengan pertimbangan bahwa kedua sektor
ini merupakan pilar utama Islamic social finance yang memiliki potensi yang sangat
besar. Apalagi secara filosofis, zakat merupakan instrumen yang disebut secara
eksplisit dalam Alquran sebagai antitesa dari sistim riba.
3Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://jurnalekis.blogspot.co.id/2013/01/menuju-
standardisasi-pengelolaan-zakat.html.
4
Dari kedua pertemuan itu, ada tujuh aspek yang menjadi fokus standarisasi
ini, yang juga telah masuk menjadi bagian dari template IFSAP ke depan. Ketujuh hal
tersebut adalah : standarisasi regulasi dan aturan perundang-undangan, standarisasi
pihak yang menjadi otoritas zakat, standarisasi penghimpunan zakat, standarisasi
penyaluran zakat, standarisasi good amil governance, standarisasi pelaporan dan
pertanggungjawaban, serta aktivitas lintas sektoral.4
Di Indonesia, selama ini dalam menyalurkan zakat, masih banyak masyarakat
yang tidak mau menyalurkan zakat lewat lembaga/badan amil zakat, bahkan
cenderung menyalurkan langsung kepada para mustahik yang dikenalnya, ini
menyebabkan penyaluran zakat tidak terarah dan tidak tepat sasaran, mustahik
tertentu mendapatkan jatah yang lebih banyak dibanding yang lainnya. Banyak orang
yang tidak tau bahwa ada kewajiban membayar zakat maal, bahkan dia hanya tau
zakat fitrah, jika sudah bayar zakat fitrah berarti sudah bayar zakat.
Pada saat ini masalah pengelolaan zakat di Indonesia begitu kompleks, setiap
lembaga zakat dan badan zakat dapat mengelola serta menyalurkan zakat, DKM
masjid dan mushola pun ikut menerima dan menyalurkan zakat, bahkan perusahaan
pun belakangan ini ikut menyalurkan zakat secara langsung dengan cara ada yang
mendirikan lembaga zakat perusahaan itu sendiri lalu meyalurkan kepada mustahik
secara langsung, bahkan perseorangan juga ikut menyalurkan zakat secara langsung
contohnya pada pembagian zakat berdarah di pasuruan.
4Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://jurnalekis.blogspot.co.id/2013/01/menuju-
standardisasi-pengelolaan-zakat.html.
5
Pembagian zakat yang dilakukan seorang pengusaha pasuruan, H.Syaikon,
dikediamannya RT 03 RW IV, Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Pasuruan
senin (15/9/2008) berubah menjadi petaka. Sebanyak 21 warga tewas akibat
berdesakan dan terinjak-injak. Pembagian zakat tersebut bukan kali pertama
dilaksanakan. Tahun sebelumnya, kegiatan serupa juga dilakukan keluarga H
Syaikon. Jumlah kaum duafa yang datang dalam kegiatan tersebut jumlahnya
mencapai ribuan,dan tidak hanya terbatas bagi mereka yang berasal dari Pasuruan,
namun warga dari berbagai daerah sekitarnya.5
Penunaian terhadap kewajiban zakat selain sebagai ibadah, juga memiliki
fungsi sosial dan ekonomi. Fungsi sosialnya adalah menyelamatkan sumber daya
manusia, membangunnya menjadi sebuah kekuatan umat, membantu terwujudnya
suatu pemerataan dan keadilan dalam distribusi pendapatan di masyarakat. Sementara
fungsi ekonominya adalah mempercepat sirkulasi jumlah uang beredar di masyarakat
yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara makro.
Adapun laporan hasil penerimaan dana ZIS selama 3 tahun terakhir dari
berbagai komponen di BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:6
Tahun
Hasil Penerimaan
ZIS
Didayagunakan
Tahun
2011 Rp. 2.393.717.972 2012
2012 Rp. 2.847.720.686 2013
2013 Rp. 2.892.470.278 2014
5Dikutip dari Solo Pos, 16 September 2008. 6BAZNAS Kabupaten Tangerang, Progam Pendayagunaan dana ZIS Tahun 2012, Progam Kerja
BAZNAS Tahun 2013, Progam Kerja BAZNAS Tahun 2014 (Tangerang).
6
Penerimaan dana ZIS pada tahun 2013 adalah berjumlah sebesar Rp
2.892.470.278, dari penerimaan zakatnya sendiri mencapai Rp 2,3 Miliar yang
diambil dari zakat mal perorangan, zakat profesi dan zakat fitrah. Adapun
pendayagunaan dana ZIS tersebut dilakukan pada tahun 2014. Adapun progam
pemberdayaan yang dilakukan pada tahun 2014 adalah berupa: bantuan langsung
tunai kepada keluarga fakir miskin dan anak yatim, bantuan peningkatan
kesejahteraan muallaf, bantuan modal bergulir dan keterampilan usaha, bantuan dana
bencana alam dan pergeseran aqidah, pelayanan kesehatan masyarakat, pelatihan
kader untuk pendidik dan deteksi dini anak berkebutuhan khusus dan pelaksanaannya,
pembangunan masjid dan musholla, pemberian insentif untuk guru ngaji di
TPA/TPQ, pengasuh pesantren tradisional dan majlis ta‟lim, bantuan pengadaan
mobelair untuk sekolah, bantuan untuk siswa dan santri kurang mampu, bantuan
untuk orang yang kehilangan dan terlantar dan orang yang kehabisan bekal dalam
perjalanan.7
Strategi yang dilakukan Baznas Kabupaten Tangerang dalam menghimpun
dana ZIS adalah dengan cara membentuk UPZ. Unit pengumpul zakat adalah satuan
organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas
mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki, yang berada pada desa/kelurahan,
instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.8
7BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.8.
8Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://pusat.baznas.go.id/upz/.
7
Setelah UPZ di masing-masing wilayah kerjanya berhasil mengumpulkan
dana ZIS, maka setiap UPZ menyetorkan dana tersebut dengan cara dikirim ke
BAZNAS Kabupaten Tangerang melalui 3 nomer rekening Bank BJB yang ada yaitu
No.Rek zakat 0120030004199, No.Rek infak 0120030072651 dan No.Rek shodaqoh
0301003467.9
Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam
mengumpulkan dana ZIS belum sukses dan belum berjalan dengan baik, hal ini bisa
dilihat dari Target penerimaan dana ZIS tiap tahun yang belum pernah mencapai
target, Target penerimaan dana ZIS pada tahun 2013 sejumlah 6 milyar bahkan target
tertingginya 16 milyar, namun jumlah penerimaan ZIS pada tahun 2013 Hanya
mencapai angka 2,89 milyar. Ini sangat jauh melenceng dari jumlah yang di targetkan
yang 6 milyar, bahkan untuk mencapai angka 50% dari target saja tidak sanggup.10
Apalagi jika total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang
dibandingkan dengan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kab. Serang11
dan di
BAZNAS kota bogor12
sebagai berikut:
Tahun
Total Penerimaan Dana ZIS
BAZNAS
Kab.Tangerang
BAZNAS
Kab.Serang
BAZNAS
Kota Bogor
2012 2,84 Milyar 5,4 Milyar 11,58 Milyar
2013 2,89 Milyar 6,3 Milyar 12,26 Milyar
Sumber: Hasil pengolahan data penulis terhadap berbagai sumber.
9Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Mufti, Staf Tata Usaha. Tangerang, 10 September 2015. 10Wawancara Pribadi dengan Bapak Triyoso, Bendahara Penerima. Tangerang, 10 September 2015. 11Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://tangerangekspres.com/zakat-infak-target-
penerimaan-baznas-kabupaten-serang-rp-7-m/. 12Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://m.inilah.com/news/detail/2018443/total-zis-kota-
bogor-2013-capai-rp1226-miliar.
8
Dari perbandingan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten
Tangerang, di BAZNAS Kab. Serang dan di BAZNAS kota bogor jelaslah bahwa
total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah yang paling
terendah diantara 3 BAZNAS tersebut dan dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
yang dilakukan dalam menghimpun dana ZIS dari seluruh elemen masyarakat belum
berjalan dengan baik.
Oleh sebab itu perlu strategi yang tepat dalam pengelolaan dana zakat di
BAZNAS Kabupaten Tangerang agar dana yang dihimpun bisa mencapai target
maksimal dan sesuai dengan harapan, selain itu juga agar dana yang didistribusikan
dapat bermanfaat bagi mustahik sehingga kedepannya diharapkan bisa menjadi
muzaki tentunya melalui berbagai progam pemberdayaan ekonomi yang
mengedepankan berbasis usaha yang produktif.
Dalam paparan tersebut dan melihat besarnya perkembangan pengelolaan
dana zakat yang besar dan potensial, maka penulis tertarik untuk mengangkat isu ini
dalam skripsi dengan judul: “STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT
SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI PADA
BAZNAS KABUPATEN TANGERANG”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas terdapat beberapa permasalahan yang bisa
diambil, diantaranya:
9
a. Bagaimanakah strategi yang dilakukan LAZ/BAZ dalam pengelolaan dana
zakat ?
b. Bagaimana progam-progam pemberdayaan ekonomi yang bersifat
produktif di LAZ/BAZ?
c. Apa persoalan yang dihadapi oleh pengurus Baznas Kabupaten Tangerang
di lapangan?
d. Seberapa signifikankah fungsi sosial dan ekonomi zakat mampu
mengurangi kemiskinan di Indonesia ?
e. Bagaimana fiqh memandang fenomena penyaluran zakat secara individu?
f. Adakah Bank syariah yang menyalurkan zakat secara langsung tanpa
lewat LAZ/BAZ?
g. Bagaimana landasan hukum dari LAZ/BAZ tersebut? Apakah selain
LAZ/BAZ, seperti perusahaan, perseorangan ada landasan hukumnya
untuk mengelola dan menyalurkan zakat?
h. Apakah BAZNAS dapat mengkordinir seluruh LAZ/BAZ lainnya untuk
masalah penyaluran zakat?
2. Batasan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut, tentu akan sangat luas jika
masalah tersebut dibahas secara keseluruhan dalam skripsi ini, maka penulis
menganggap perlu untuk menyajikan penulisan skripsi ini hanya pada sebatas
penekanan “Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif Untuk
10
Pemberdayaan Ekonomi”. Obyek penelitian adalah di BAZNAS Kabupaten
Tangerang. Data yang diteliti adalah data tahun 2012 sampai 2014.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang
dalam pengelolaan dana zakat?
b. Apa program pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif di BAZNAS
Kabupaten Tangerang?
c. Apa persoalan yang dihadapi oleh pengurus BAZNAS Kabupaten
Tangerang di lapangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari pembatasan dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diketahui Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang
dalam pengelolaan dana zakat.
b. Untuk mengetahui program-program pemberdayaan ekonomi yang bersifat
produktif di BAZNAS Kabupaten Tangerang.
c. Untuk mengetahui persoalan yang dihadapi oleh pengurus BAZNAS
Kabupaten Tangerang di lapangan dan mencarikan solusinya.
11
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah wawasan di bidang manajemen pengelolaan dana zakat dan
pemberdayaan ekonomi.
b. Memberikan sumbangan pemikiran dan literatur kepustakaan mengenai
pengelolaan dana zakat dan pemberdayaan ekonomi untuk kemajuan dan
kebangkitan ekonomi umat islam.
c. Memberikan saran, informasi dan koreksi untuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerja pada LAZ/BAZ yang sudah baik sekaligus
memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada.
D. Review Studi Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang bersangkutan mengenai zakat yang dapat
membantu memberikan masukan bagi penulisan skripsi ini, antara lain adalah:
1. Strategi Pengelolaan Dana Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Ummat studi
pada Baitul Maal Hidayatullah Jakarta, Skripsi Ade Khairani Nasution,
mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi Muamalat 2012. Penulis hanya
fokus pada strategi dan konsepnya saja.
2. Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif studi pada bazda kota
tangerang, Skripsi M.Syahril Syamsuddin, mahasiswa Fakultas Syariah dan
Hukum, Prodi Muamalat 2010. Penulis hanya fokus pada konsep pengelolaan
zakat dan pendayagunaan.
12
Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan pembahasan yang hanya pada
strategi, konsep dan pendayagunaan. Itupun belum secara detail dijelaskannya. Dan
juga belum ada satupun penelitian yang membahas mengenai pengelolaan zakat
secara produktif, dalam hal ini untuk pemberdayaan ekonomi secara detail.
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Definisi Strategi dalam perspektif Islam, dapat dinyatakan sebagai rangkaian
proses aktivitas manajemen islami yang mencakup tahapan formulasi, implementasi
dan evaluasi keputusan-keputusan strategi organisasi yang memungkinkan
pencapaian tujuannya di masa datang.13
Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh
individu dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara
syarak.14
Zakat maal dikenakan pada setiap orang islam yang harta kekayaannya
sudah mencukupi suatu jangka waktu tertentu (haul), serta dapat dilaksanakan tidak
hanya pada bulan Ramadhan, melainkan dilaksanakan sesuai dengan harta yang
menjadi objek zakat.
Kata Produktif secara bahasa berasal dari dari bahasa inggris “productive”
yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil.
Secara umum Produktif berarti “banyak menghasilkan karya atau barang.”
Produktif juga berarti “banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil.
13Ismail Yusanto dan M.Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta:
Khairul Bayan, 2003) h.8. 14Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Mal.
13
”Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang
telah diterimanya itu. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta
atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi
dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha
tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.15
Pemberdayaan masyarakat biasa dipahami atau diartikan sebagai proses
mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar
menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala
bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa
pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-sama
pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat
mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu
kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam
komunitas.16
Pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yaitu kecenderungan primer dan
kecenderungan sekunder. Kecendrungan primer merupakan pemberdayaan yang
menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya,
15Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2013/03/zakat-
konsumtif-dan-zakat-produktif.html. 16Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://teoripemberdayaan.blogspot.co.id/2012/04/paparan-
tentang-pemberdayaan-masyarakat.html.
14
kecenderungan sekunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan mereka.17
F. Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk
menerima atau menolak hipotesis, tapi merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan
gejala apa adanya pada saat penelitian dilakukan.18
Metode Analisis
1. Jenis penelitian
a. Field Research (penelitian lapangan)
Penelitian lapangan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data
secara langsung dari objek penelitian.
b. Library Research (penelitian kepustakaan)
Kajian pustaka yang digunakan untuk mencapai pemahaman yang
komprehensif tentang konsep-konsep yang akan dikaji. Bahan yang
17Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pemberdayaan
-ekonomi-masyarakat.html. 18Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2007) h.234.
15
digunakan untuk kajian pustaka ini yaitu buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan, majalah, surat kabar.
2. Data penelitian
Adapun data yang digunakan penulis dalam skripsi ini menggunakan dua
jenis sumber data, yaitu:
a. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak yang
bersangkutan, serta dokumentasi/arsip perusahaan.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas, baik itu berupa buku, jurnal, surat
kabar, majalah, makalah atau sumber-sumber lain yang relevan dengan
pokok masalah yang diangkat penulis pada skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan judul penelitian,
penulis menggunakan jenis pengumpulan data berikut:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari
responden atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang
dikerjakan berlandaskan tujuan penelitian dengan menggunakan panduan
wawancara.
16
b. Observasi
Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung
dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
c. Studi Dokumentasi
Mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan
aktifitas yang dilakukan.
4. Obyek Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di BAZNAS Kabupaten Tangerang.
5. Teknik penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan buku
Pedoman Penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dam
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, penulis membaginya dalam lima bab yang
secara umum terbagi sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode
penelitian, serta sistematika penelitian.
17
Bab II Landasan Teoritis
Bab ini membahas tentang berbagai teori diantaranya penjelasan yang terdiri
dari Pengertian strategi, unsur strategi dan implementasi strategi, Pengertian zakat
dan pemberdayaan, Tujuan dan manfaat zakat serta Instrumen dan peran zakat dalam
pemberdayaan ekonomi.
Bab III Gambaran Umum
Bab ini membahas tentang gambaran umum tentang BAZNAS Kabupaten
Tangerang yang terdiri dari visi-misi dan motto BAZNAS Kabupaten Tangerang,
struktur, fungsi dan tugas pokok organisasi dan program pemberdayaannya.
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Bab ini membahas strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang
dalam pengelolaan dana zakat, program-program pemberdayaan ekonomi yang
bersifat produktif di BAZNAS Kabupaten Tangerang, serta hambatan yang dihadapi
dalam pengelolaan dana zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang serta solusinya.
Bab V Penutup
Berisikan kesimpulan, saran dan rekomendasi yang penulis harapkan dapat
menjadi pertimbangan serta sumbangsih pemikiran bagi industri keuangan syariah
khususnya bagi BAZNAS Kabupaten Tangerang dan umumnya bagi seluruh
lembaga/badan yang mengelola zakat.
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Strategi Pengelolaan Zakat
1. Pengertian Strategi dan Unsur Strategi
a. Pengertian Strategi
Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan
kemenangan atau mencapai suatu tujuan tertentu. Dari sudut etimologis (asal kata),
berarti penggunaan kata “strategic” dalam manajemen sebuah organisasi, dapat
diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.
Membahas perkataan “strategi” sulit untuk dibantah bahwa penggunaanya
diawali atau bersumber dari dan populer di lingkungan militer. Di lingkungan
tersebut penggunaannya lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas
seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur
cara atau taktik untuk memenangkan peperangan.1
Definisi strategi dalam perspektif Islam, dapat dinyatakan sebagai rangkaian
proses aktivitas manajemen islami yang mencakup tahapan formulasi, implementasi
dan evaluasi keputusan-keputusan strategi organisasi yang memungkinkan
1Hadari Nawawi, Manajemen Strategik: Organisasi Non Profit bidang Pemerintahan, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2003) h.147.
18
19
pencapaian tujuannya di masa datang.2
Perencanaan strategis sebagai bagian dari manajemen yang membuat rencana
kerja jangka panjang, menengah dan tahunan. Setiap lembaga pengelola zakat
memiliki RENSTRA (rencana strategi) lembaga. Demikian pula strategi pencapaian,
rencana tindakan (action plan) dan indikator kunci.3
Dalam menjalankan strategi perlu adanya perencanaan (planning) yang
merupakan persiapan yang dilakukan untuk melakukan suatu progam yang dibuat.
Perencanaan adalah langkah awal dari niat setiap orang atau kelompok (lembaga)
dalam memulai progam yang dibuat. Strategi perencanaan berupa langkah-langkah
kongkrit untuk mempercepat suatu progam dilakukan. Dengan adanya perencanaan,
manusia sebagai individu maupun organisasi dapat mempersiapkan langkah-langkah
strategis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.4
Strategi adalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mencapai
target keuangan dan posisi strategis. Menyusun strategi berarti mencari jalan
bagaimana mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam
situasi organisasi dan prospek yang dihadapi.5
Menurut Andrews strategi adalah pola sasaran, tujuan dan kebijakan/rencana
umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan
mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, atau yang seharusnya
2M.Ismail Yusanto dan M.Karebet.Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, h.8. 3N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat, h.61. 4Ibid.,h.169. 5Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2005) h.8.
20
dijalankan oleh perusahaan.6
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan langkah atau rencana yang
dibuat untuk mencapai suatu tujuan.
b. Unsur Strategi
Unsur unsur dari strategi terdiri dari: 7
1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi
dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha.
2. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses bagaimana melaksanakan strategi yang
telah diformulasikan dengan tindakan nyata.8
Implementasi strategi adalah proses dimana strategi dan kebijaksanaan
dijalankan melalui pembangunan struktur, pengembangan program, budget dan
prosedur pelaksanaan. Implementasi strategi merupakan tahap yang paling
6Mudrajad Kuncoro, Strategi:Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: Erlangga, 2006) h.1. 7Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://senengemaca.blogspot.com/2012/08/unsur-unsur-
dalam-strategi-pembelajaran.html. 8Mudrajad Kuncoro, Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, h.13.
21
sulit dalam proses strategi manajemen karena banyak sekali faktor yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan di lapangan dan mungkin tidak sesuai dengan perkiraan
semula.9
Implementasi strategi yang dilakukan pada penetapan Struktur Organisasi
menurut Hardjito adalah penetapan struktur organisasi itu memerlukan pemenuhan
tujuh prinsip organisasi yang dinilai penting sebagai berikut : 10
a. Perumusan tujuan.
Organisasi haruslah memiliki tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang terlahir
dari visi dan misi yang gamblang serta berada dalam kendali utama organisasi
yang akan menjadi pedoman bagi anggota, terutama dalam menentukan
langkah-langkah rasional yang harus ditempuh.
b. Kesatuan arah.
Dalam setiap struktur organisasi pasti terdapat pimpinan/atasan dan
anggota/bawahan. Bawahan hanya menerima perintah dari dan bertanggung
jawab kepada atasannya.
c. Pembagian kerja.
Langkah konkrit berupa pembagian beberapa kelompok aktivitas sehingga
setiap bagian atau unit keja mengetahui secara jelas wewenang dan tanggung
jawab yang diembannya. Agar berjalan dengan baik, pembagian kerja harus
memenuhi syarat “the right man on the right place” yaitu penempatan sumber
daya manusia yang sesuai dengan bidang dan keahliannya.
9Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h.13. 10M.Ismail Yusanto dan M.Karebet.Widjajakusuma,Manajemen Strategis Perspektif Syariah, h.93.
22
d. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab.
Dalam pelaksanaan pendelegasian ini, perlu memperhatikan aspek
keseimbangan antara kewenangan dan tanggung jawab pekerjaan agar tercipta
mekanisme kerja yang sehat. Pendelegasian wewenang yang baik akan
memotivasi bawahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik, kreatif dan
bertanggung jawab.
e. Koordinasi.
Pelaksanaan wewenang setiap bagian tentu akan saling berkaitan dan
mempengaruhi bagian lain. Oleh karena itu diperlukan koordinasi antar
bagian. Prinsip ini menjadi penting mengingat dalam prakteknya kerap
ditemukan kasus yang mana pada suatu bagian menjadi lebih mementingkan
bagiannya sendiri.
f. Tingkat pengawasan.
Guna memudahkan pengawasan, penyusunan struktur organisasi harus
dilakukan dengan memperhatikan tingkat-tingkat pengawasan secara
struktural.
g. Rentang manajemen.
Rentang manajemen atau rentang kendali yakni beberapa bawahan langsung
yang dapat diawasi secara efektif dan efisien yang jumlahnya bergantung pada
kondisi yang dihadapi. Kemampuan seorang pemimpin untuk mengawasi
bawahannya secara efektif adalah 5-10 orang bawahan.
23
Menurut Handoko, struktur organisasi mengandung unsur-unsur sebagai
berikut: 11
a. Spesialisasi kegiatan.
Yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas individual dan kelompok kerja
dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut dalam
satuan-satuan kerja/unit kerja.
b. Standardisasi kegiatan.
Yaitu merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan perencanaan. Standardisasi juga berarti
menjadikan seragam dan konsisten dalam suatu persyaratan atau peraturan
yang baku.
c. Koordinasi kegiatan.
Yaitu menunjukkan keterpaduan dan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan
organisasi secara efektif menuju tercapainya tujuan. Koordinasi juga
menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi
satuan/unit kerja dalam organisasi.
d. Sentralisasi atau Desentralisasi dalam pengambilan keputusan.
Yaitu bergantung pada lokasi kekuasaan pengambilan keputusan. Dalam
struktur organisasi sentralistis, wewenang keputusan diambil oleh manajemen
puncak. Sementara dalam organisasi desentralistis, wewenang pengambilan
keputusan diberikan kepada manajemen tingkat menengah dan bawah.
11Ibid.,h.108.
24
e. Ukuran satuan kerja.
Yaitu menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja.
Implementasi strategi yang dilakukan pada penetapan Prosedur, Progam dan
Anggaran.
Menurut Waller, Prosedur merupakan garis pedoman bagi tindakan karyawan
yang sering diacu dari kebijakan fungsional semata adalah untuk menjelaskan
tatacara pelaksanaan semua aktivitas manajemen yang perlu dikerjakan dalam
organisasi. Tugas prosedur adalah sekedar memastikan bahwa di seluruh organisasi,
semua orang mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama dan bekerja sebagaimana
semua orang bekerja. Prosedur dalam perspektif manajemen mutu mengungkapkan
bagaimana semua aktivitas manajemen dilaksanakan, siapa yang akan melaksanakan
aktivitas (subjek jabatan/fungsional), bagaimana aktivitas didokumentasikan,
instruksi tempat kerja yang diperlukan untuk referensi.12
Akhirnya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan, disusunlah progam.
Dalam perencanaan progam perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 13
a. Penanggung jawab dan personil yang terlibat dalam pembuatan progam baru
harus ditentukan.
b. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam progam harus dipastikan memahami
peranannya. Fungsi-fungsi lain bila dilibatkan harus dikoordinasikan secara
tertib dan tercatat.
12Ibid.,h.130. 13Ibid.,h.133.
25
c. Perencanaan progam harus diawali dengan menetapkan tujuan dan
persyaratan atau kriterianya. Persyaratan dapat berasal dari hasil evaluasi
sebelumnya, masukan dari konsumen/klien, tinjauan hukum.
d. Perlu ditentukan pula tata cara verifikasi dan evaluasi terhadap hasil
pelaksanaan progam.
Dengan menetapkan anggaran, maka dapat diketahui sasaran profit dan juga
pertumbuhannya setiap tahun, penyusunan anggaran merupakan bentuk nyata
komitmen perusahaan dalam mengimplementasikan strategi yang telah
diformulasikan sebelumnya. Perlunya perencanaan anggaran dana yang merupakan
bagian dari penyusunan rencana jangka pendak dalam bidang biaya. Jika strategi
tidak didukung anggaran yang memadai maka strategi itu besar kemungkinan akan
berubah menjadi dokumen perencanaan saja yang tidak dapat diimplementasikan.14
3. Pengertian Pengelolaan Zakat
Pengelolaan Zakat menurut UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
pasal 1 ayat 1 adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Sebagaimana dijelaskan dalam maksud definisi pengelolaan zakat di atas.
Diawali dengan kegiatan perencanaan, dimana dapat meliputi perencanaan progam
beserta budgetingnya serta pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq,
kemudian pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan
pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan pelaksana), penempatan orang-orang
14Ibid.,h.141.
26
(amil) yang tepat dan pemilihan sistem pelayanan yang memudahkan ditunjang
dengan perangkat lunak (software) yang memadai, kemudian dengan tindakan nyata
(pro active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun
mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syariah, manajemen dan keuangan
operasional pengelolaan zakat.15
Pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh badan amil zakat (BAZ) dan
lembaga amil zakat (LAZ) dengan cara menerima atau mengambil harta atau barang
zakat dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.16
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan zakat adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan zakat yang dilakukan oleh badan atau lembaga amil
zakat dengan tujuan mensejahterakan kehidupan mustahik.
B. Zakat Maal dan Zakat Produktif
1. Pengertian Zakat Maal dan Zakat Produktif
a. Pengertian Zakat Maal
Menurut UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 11, zakat
maal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan dengan
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Daud Ali berpendapat, zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan
seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang tertentu
setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.17
15Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.252.
16Ibid.,h.268. 17Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1988) h.26.
27
Zakat maal adalah zakat kekayaan, artinya zakat yang dikeluarkan dari
kekayaan atau sumber kekayaan itu sendiri.18
b. Pengertian Zakat Produktif
Kata produktif secara bahasa berasal dari dari bahasa inggris “productive”
yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil; banyak menghasilkan
barang-barang berharga; yang mempunyai hasil baik. “productivity” daya produksi.
Zakat produktif adalah Pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang
telah diterimanya itu. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta
atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi
dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha
tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.19
Zakat produktif pada dasarnya menitikkan pola penyaluran zakat secara
produktif, pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang
ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/bisnis. Pola
penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau dana
lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (mustahik) dari kondisi
kategori mustahik menjadi kategori muzakki.20
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam muslim dari salim bin
abdillah bin umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw telah memberikan kepadanya
18Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.10. 19Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2013/03/zakat-
konsumtif-dan-zakat-produktif.html. 20Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.35.
28
zakat, lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.Salim pun
mengelolanya sampai ia mampu memberikan sedekah dari usahanya tersebut. Sejarah
itu menjadi tonggak awal bagaimana mengelola zakat sehingga menjadi sesuatu yang
produktif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para mustahiknya.21
Lembaga pengelola zakat memiliki dua sisi kegiatan yaitu mendistribusikan
dana secara konsumtif dan secara produktif. Secara konsumtif berarti dana zakat
habis begitu saja dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan membiayai kesehatan.
Secara Produktif berarti mengembangkan usaha-usaha produktif memberikan bantuan
dana modal untuk wirausaha dalam rangka meningkatkan kualitas income per capita
pengusaha.22
2. Tujuan Zakat
Tujuan utama zakat adalah untuk mengentaskan kemiskinan mustahiq (orang-
orang yang berhak menerima zakat) dari kemiskinan, bahkan merubah mereka dari
mustahiq menjadi muzakki (orang-orang yang membayar zakat).23
Menurut Qosim Bukhori dalam buku Didin Hafidhuddin, Tujuan zakat ada
tiga yaitu pertama membersihkan jasmani dan rohani, yag kedua memperbaiki taraf
hidup manusia, dan yang terakhir meningkatkan taraf kehidupan.24
21Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.223. 22Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.76. 23Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.215. 24Didin Hafidhuddin, The Power Of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara,
(UIN Malang Press, 2008), h.16.
29
Menurut Yusuf Qardhawi tujuan dari ajaran zakat itu dibagi menjadi dua,
yaitu tujuan untuk kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan sosial
kemasyarakatan. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir,
mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi, mengobati hati dari cinta dunia
yang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati
dan cinta sesama manusia. Esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang
bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat
meninggikan harkat dan martabat manusia melebihi martabat benda dan
menghilangkan sifat materialisme dalam diri manusia. Tujuan yang kedua memiliki
dampak pada kehidupan kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan
masyarakat, zakat merupakan suatu bagian dari sistem jaminan sosial dalam islam.25
Tujuan zakat menurut Muhammad Daud Ali yaitu sebagai berikut:26
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan hidup.
b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu
sabil dan mustahik lain.
c. Membina tali persaudaraan sesama umat islam, dan umat manusia.
d. Menghilangkan sifat kikir dan rakus pemilik harta.
e. Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) di hati orang-orang
yang miskin.
f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.
25Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: Litera Antar Nusa, 1996), h.848. 26Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, h.40.
30
g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, terutama pada mereka yang
mempunyai harta.
h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain yang ada padanya.
i. Sebagai salah satu instrumen pengentasan kemiskinan.
j. Pendorong peningkatan produktivitas dan pemberdayaan ekonomi umat.
3. Manfaat Zakat
Manfaat Zakat menurut Didin Hafidhuddin antara lain adalah:27
a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah.Swt, mensyukuri nikmatNya,
menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup,
sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki. Qs 9: 103,
Qs 30:39, Qs 14:7
b. Berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama
golongan fakir miskin atau wirausaha, ke arah kehidupan yang lebih baik dan
lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
layak, dapat beribadah kepada Allah.Swt, terhindar dari bahaya kekufuran,
sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari
kalangan mereka ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya.
27Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h.10.
31
c. Sebagai pilar jama‟i antara kelompok aghniya yang berkecukupan hidupnya,
dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjihad dan berjuang
di jalan Alloh, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha
bagi kepentingan nafkah dan keluarganya. Qs 2:273
ل يستطيعون ضربا في الرض يح سبهم الجاهل أغنياء للفقراء الذين أحصروا في سبيل الل
ب لليم من التعفف تعرفهم بسيماهم ل يسألون الناس إلحافا وما تنفقوا من خير فإن الل
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
Al Baqarah ayat 273.
d. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana
yang harus dimiliki umat islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, sosial,
ekonomi dan terlebih lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
e. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat(sedekah) tidak
akan diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang bathil
sebagaimana diterangkan dalam hadist riwayat muslim:
“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul(harta
haram)” (HR. Muslim no. 224).
Zakat mendorong pula umat islam untuk menjadi muzakki yang sejahtera
hidupnya.
32
C. Pemberdayaan Ekonomi
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi
Istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata power (kekuasaan
atau keberdayaan). Pemberdayaan sering diartikan sebagai perolehan kekuatan dan
akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan menurut Steven shardlow memfokuskan
pembahasan bagaimana individu atau kelompok atau komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
keinginan mereka. Pemberdayaan merupakan suatu daya kekuatan yang timbul
sebagai usaha untuk mengadakan perubahan agar terjadinya perbaikan dan
peningkatan kualitas kehidupan suatu masyarakat.28
Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi
masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya
dengan hasil yang memuaskan. Menurut Bambang Rudito, memberdayakan
wirausaha adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
banyak yang dalam kondisi saat ini tidak mampu melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat.29
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya
menjadikan adanya kekuatan (power) pada seseorang/individu atau kelompok.
Pemberdayaan berhubungan dengan upaya untuk merubah kemampuan seseorang,
28N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat. h.55. 29Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.54.
33
keluarga atau kelompok dari keadaan tidak memiliki
kemampuan/kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang lebih baik.30
2. Tujuan dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi
a. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi
Tujuan Pemberdayaan menurut Malcolm payne adalah untuk membantu klien
memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
ia lakukan terkait dengan dirinya termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan.31
Pemberdayaan juga bertujuan untuk memberikan
suatu power atau keberdayaan bagi pihak yang tidak diuntungkan.32
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani
adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang
mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah
proses. Melalui proses belajar maka secara bertahap masyarakat akan memperoleh
kemampuan atau daya dari waktu ke waktu.33
b. Upaya Pemberdayaan Ekonomi
Menurut Isbandi Rukminto Adi, upaya untuk memberdayakan
ummat/masyarakat dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 34
30N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat. h.223. 31Ibid.,h.55. 32Ibid.,h.223. 33Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/pemberdayaan-
masyarakat.html. 34Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Social,(Jakarta: UI
Press, 2003), h.237.
34
1) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta, bergelut dalam
aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa
yang menjadi masalah dalam masyarakat.
2) Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses
dan sejahtera.
3) Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif
secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah berbisnis.
4) Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan.
3. Instrumen dan Peran Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Zakat merupakan sumber dana potensial dalam progam pengentasan
kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat level bawah. Potensi zakat untuk
pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan iklim masyarakat yang
berjiwa wirausaha akan terwujud, apabila penyalurannya tidak langsung diberikan
kepada mustahik untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan
distribusikan oleh badan/lembaga yang amanah dan profesional.35
Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang
dikelola dengan baik, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan
yang diterima ekonomi lemah, memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya
daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mendorong peningkatan produksi.
Monzer kahf mengatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan islam, mendorong
distribusi harta secara egaliter dan dinamis, sehingga dengan demikian harta akan
35Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.1.
35
selalu beredar, tidak menumpuk hanya kepada kalangan kaya.36
Peranan zakat, baik
zakat harta maupun fitrah terhadap pemerataan pendapatan akan lebih kentara kalau
dihubungkan dan dilaksanakan bersama dengan nilai instrumental lainnya yaitu
pelarangan riba.37
Tujuan pemberdayaan zakat pada dasarnya apa saja yang dapat
memberikan dan melanggengkan kemashalatan bagi seluruh masyarakat termasuk
usaha kecil dan menengah dalam berwirausaha.
Belum ekspansifnya pemberdayaan zakat selama ini untuk progam-progam
keumatan yang kongkrit dan berjangka panjang, boleh jadi di samping keterbatasan
dana juga perbedaan dalam penilaian terhadap prioritas dari pengembangan progam
keumatan. Tetapi secara konsepsional, bahwa konsep zakat dan pemberdayaan zakat
untuk perbaikan ekonomi umat bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
harkat dan martabat manusia sehingga tercapai kehidupan yang baik di dunia dan di
akhirat. Afzalurrahman menegaskan bahwa tujuan zakat yang terpenting adalah
mempersempit ketimpangan ekonomi masyarakat.38
Prinsip zakat dalam sosial ekonomi bertujuan memberikan pihak tertentu yang
membutuhkan untuk menghidupi dirinya. Zakat didistribusikan untuk dapat
mengembangkan ekonomi baik melalui keterampilan yang menghasilkan maupun
dalam bidang perdagangan. Zakat memberi solusi untuk mengentaskan kemiskinan
dan kemalasan, pemborosan dan penumpukkan harta sehingga menghidupkan
perekonomian mikro dan makro.39
36Ibid.,h.15. 37Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, h.9.
38Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.17. 39Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), h.171.
36
Menurut Syahrin Harahap dalam buku Lili Bariadi, Pendekatan yang
digunakan Islam dalam pemberdayaan masyarakat miskin ada tiga:40
a. Pendekatan parsial kontinu, yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat
miskin yang dilakukan secara langsung, hal ini diberikan terutama kepada
orang yang tak sanggup untuk bekerja sendiri, misalnya: orang cacat abadi,
lansia, orang buta dll.
b. Pendekatan struktural, yaitu pemberian pertolongan secara kontinu agar
masyarakat dapat mengatasi kelemahannya. Bahkan dari yang dibantu
diharapkan dapat turut membantu. Terutama diberikan kepada mereka status
melalui perwujudan dan komitmen kemitraan yang memiliki potensi skill
untuk dikembangkan.
c. Mengupayakan perubahan dan suntikan dana (zakat, infak dan shodaqoh)
secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam
mengembangkan usaha, baik skala kecil dan menengah.Pemberdayaan pada
level ini telah mencapai tahap partispasipatoris.
Kemudian ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat menghantarkan pada
tahap emansiopatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan penyantun sesama.
Strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan
diharapkan terjadi peningkatan kesejahteraan yang merata. Pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat wirausaha perwujudan
potensi kemampuan yang mereka miliki. Konsep pemberdayaan masyarakat tidak
40Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.62.
37
dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan yang memberikan kedaulatan kepada
rakyat untuk menentukan pilihan kegiatan yang sesuai bagi kemajuan diri mereka
masing-masing. Setiap upaya pemberdayaan perlu diarahkan pada suatu lingkungan
yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kehidupan yang lebih baik.41
Progam pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai upaya kegiatan yang
diarahkan untuk memperbesar akses pendapatan ekonomi masyarakat dalam
mencapai kondisi sosial-buadaya terutama ekonomi yang lebih baik, sehingga
masyarakat diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik pula.42
Konsep dasar pemberdayaan zakat dapat
memberi peluang bagi para wirausahawan untuk mendapatkan pelayanan dan
mengembangkan potensi ekonomi yang mereka miliki.43
Sistem distribusi zakat mempunyai sasaran dan tujuan. Sasarannya adalah
pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat, sedangkan tujuannya adalah
sesuatu yang dapat dicapai dari alokasi hasil zakat dalam kerangka sosial ekonomi,
yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga memperkecil kelompok
masyarakat miskin dan yang nantinya meningkatkan kelompok muzakki.44
Zakat memiliki fungsi dan peranan mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan keadilan sosial sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil guna dan daya
guna zakat.45
41Ibid.,h.72. 42Ibid.,h.73. 43Ibid.,h.75. 44Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, h.170. 45Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.267.
38
Zakat merupakan bukti dari adanya kesadaran antar manusia. Ia bisa
melahirkan kesejahteraan sirkulasi hidup bersosial, ia dapat mengentaskan
kemiskinan dan dapat menyelamatkan manusia dari kerugian di dunia dan di akhirat.
Zakat juga dapat meminimalisasi sifat kikir, materialistik dan egoistik.46
Zakat sebagai salah satu tonggak perokonomian umat islam sudah sejak awal
mendapat perhatian. Hal ini perlu diketahui agar kita lebih menyadari bahwa ekonomi
islam sesungguhnya konsep praktis yang prestasi dan kesuksesannya telah dicatat
dengan baik menggunakan tinta emas dalam lembaran sejarah. Perlu ditandaskan
bahwa keberhasilan ekonomi islam itu tidak muncul secara kebutulan atau tanpa
syarat, melainkan membutuhkan sebuah syarat mutlak. Ekonomi islam hanya akan
mungkin berhasil jika diterapkan dalam masyarakat islam yang menerapkan islam
secara menyeluruh (kaffah), baik dibidang ekonomi, politik, social, pendidikan dan
budaya.47
Progam pemberdayaan ekonomi melalui pendayagunaan dana zakat yang
dilakukan oleh lembaga amil zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan oleh pemerintah
yang progamnya berorientasi pada progam pemberdayaan ekonomi mencakup antara
lain: 48
a. Pengembangan potensi agribisnis termasuk industry rakyat berbasis kekuatan
lokal.
46Ibid.,h.210. 47Ibid.,h.217. 48Ibid.,h.279.
39
b. Pengembangan lembaga keuangan berbasis ekonomi syariah.
c. Pemberdayaan masyarakat petani dan pengrajin.
d. Pemberdayaan keuangan mikro dan usaha riil berupa industri beras, air
minum, peternakan, pertanian dan tanaman keras.
e. Memberdayakan ekonomi kaum fakir miskin dengan mengutamakan ilmu kail
menangkap ikan.
f. Progam wakaf tunai untuk kartu sehat dan pemberdayaan ekonomi.
g. Pemberdayaan ekonomi melalui usaha kecil dengan progam pendampingan
dan bimbingan.
h. Paket pelatihan menjahit, montir dan manajemen usaha.
i. Pemberdayaan ekonomi umat melalui progam pelatihan kewirausahaan dan
penyaluran bantuan dana usaha bagi pedagang dan pengusaha.
j. Mengembangkan investasi dana untuk proyek konsumtif dan bantuan modal
untuk lepas dari riqab dan gharimin.
k. Pemberdayaan ekonomi umat melalui penyertaan modal, sentra industri dan
dana bergulir.
Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna dan berhasil guna,
maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif atau produktif.49
a. Konsumtif tradisional
Maksudnya adalah Pendistribusian zakat dibagikan kepada mustahik dengan
cara langsung untuk kehidupan sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah
49Ibid.,h.314.
40
berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap idul fitri. Pola ini
merupakan jangka pendek dalam mengatasi permasalahan umat.
b. Konsumtif kreatif
Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diwujudkan dalam bentuk
barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam
mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Bantuan
tersebut antara lain berupa alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar,
bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukena, bantuan alat pertanian
seperti cangkul.
c. Produktif konvensional
Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diberikan dalam bentuk
barang-barang produktif, dimana dengan menggunakan barang tersebut, para
mustahik dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak
kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah, alat pertukangan dan
mesin jahit.
d. Produktif kreatif
Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diwujudkan dalam bentuk
pemberian modal bergulir, baik untuk permodalan proyek sosial, seperti
membangun sekolah, sarana kesehatan, atau tempat ibadah, maupun sebagai
modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang
atau pengusaha kecil.
41
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk pemberdayaan ekonomi
ummat dilakukan dalam dua pola, yaitu pola konsumtif dan pola produktif. Progam
pendayagunaan zakat secara konsumtif bila dilakukan dengan cara untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar ekonomi sehari-hari para mustahik melalui pemberian
langsung kepada individu maupun melalui lembaga yang mengelola fakir miskin,
panti asuhan dan tempat ibadah yang mendistribusikan dana zakat kepada
masyarakat. Sedangkan Progam pendayagunaan zakat secara produktif dapat
dilakukan melalui progam bantuan pengusaha lemah, pendidikan gratis dalam bentuk
beasiswa dan pelayanan kesehatan gratis.50
Adapun prosedur pendayagunaan pengumpulan hasil zakat untuk usaha
produktif adalah: 51
a. Melakukan studi kelayakan, terutama kepada mustahik. Hal-hal yang perlu
diuji kelayakannya adalah berdasarkan 5C (character, capital, capacity,
collateral, condition of economy).
b. Menetapkan jenis usaha produktif.
c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan.
d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan.
e. Mengadakan evaluasi.
f. Membuat pelaporan.
50Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009) h.427. 51Ibid.,h.427.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN TANGERANG
A. Visi, Misi dan Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang1
1. Visi
Terwujudnya masyarakat sadar zakat dan berkurangnya kesenjangan sosial
para mustahik.
2. Misi
a. Optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, shodaqoh (ZIS)
sesuai ketentuan syari„at islam.
b. Meningkatkan kesadaran muzakki melalui BAZNAS, dan memperkecil
kesenjangan sosial para mustahik.
c. Melaksanakan ibadah ijtima‟iyah (sosial) berbasis ukhuwwah islamiyah untuk
kesejahteraan umat.
3. Motto
Bersama BAZNAS menuju soleh individual dan soleh sosial.
1BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.1.
42
43
B. Struktur, Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang2
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pengelolaan zakat di tingkat Kabupaten Tangerang terdiri dari
unsur Dewan Pertimbangan, unsur Komisi Pengawas dan unsur Badan
Pelaksana/Pengurus Baznas.
Dewan Pertimbangan
Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang
Wakil Ketua : KH.Turmudzi
Sekretaris : KH.Hamdan Lc
Anggota : Drs.H.A. Manap Mulyana, KH.Sobandi, KH.Sobari
A.Romli, KH.Afif Astari, KH.Jasmaryadi, Drs.H.Sudirman
Komisi Pengawas
Ketua : Drs.H.Moh.Agus Salim M.Pd
Wakil Ketua : Drs.H.Khaerudin SH, M.Hum
Sekretaris : H.Hanafi Edi S.A
Anggota : Drs.H.Suhana Aisyah, H.Ahmad Iskandar,
Kabag Bintal Setda
Badan Pelaksana/Pengurus Baznas
Ketua Umum : Drs.H.Edy Djunaedi M.Pd
Ketua I : KH.Afif Afifi
Ketua II : H.Wildanul Firdaus SH
2Ibid.,h.4.
44
Ketua III : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
Sekretaris : HA.Zarkoni Mugnel S.Ag
Sekretaris I : Kabag Pemerintahan Umum Setda
Sekretaris II : Drs.H.Yahya Erfan Ma‟shum
Bendahara Pengguna : H.Ajda Tafsil
Bendahara Penerima : Triyoso SE.i
Seksi-Seksi
Seksi Pengumpul
Ketua : H.Dedi Sutardi SH
Anggota : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,
Drs.H.Dedi Mahfudin, Drs.H.Encep Anwar,
Trisnayanti S.Ag, Drs.Udin Syihabudin
Seksi Pendistribusian
Ketua : Drs.H.Asep Maman Kurnia
Anggota : KH.Tohirudin, Drs.Maman Sumardi, Drs.H.Karman
Anief MM, KH.Encep Subandi
Seksi Pengembangan
Ketua : Kepala Bagian Bina Pemerintahan Desa
Anggota : Drs.Maman Soetoyo, H.Ucup Yusuf M.Pd, Mashudin
Zahrl SH M.Pd, Drs.H.Ardani.H, Tuhaerudin
Seksi Pendayagunaan
Ketua : Drs.H.Nawawi M.Si
45
Anggota : KH.Waisul Qurni Nawawi, KH.Sanwani, Drs.Ali
Sobari, Drs.H.Musa Hidayat, Tjakun S.Sos, Drs.H.Awaludin Solihin MM
2. Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi
Dewan Pertimbangan
Berfungsi memberikan pertimbangan, fatwa, saran kepada Badan
Pelaksana/Pengurus Baznas dalam pengelolaan ZIS menyangkut aspek hukum
syariah dan aspek managerial.
Tugas Pokok Dewan Pertimbangan meliputi :
a. Memberikan garis-garis kebijakan umum kepada Pengurus Baznas.
b. Mengesahkan rencana kerja Pengurus Baznas yang telah disetujui Komisi
Pengawas.
c. Mengeluarkan fatwa baik diminta maupun tidak diminta.
d. Memberikan pertimbangan, persetujuan/rekomendasi atas rencana dan laporan
kerja Pengurus Baznas.
e. Menunjuk akuntan publik apabila diperlukan.
Komisi Pengawas
Berfungsi sebagai internal Baznas melakukan pengawasan terhadap seluruh
aktivitas/operasional Baznas.
Tugas Pokok Komisi Pengawas meliputi :
a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.
b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan umum yang ditetapkan Dewan
Pertimbangan.
46
c. Mengawasi operasional pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
ZIS.
d. Melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kinerja Pengurus Baznas.
Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS
Berfungsi sebagai pelaksana dan pengelola dana ZIS.
Tugas Pokok Badan Pelaksana/Pengurus Baznas meliputi :
a. Membuat rencana kerja BAZNAS sesuai kebijakan umum Dewan
Pertimbangan.
b. Melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS)
dari masyarakat, termasuk para pegawai di lingkungan pemerintah Kabupaten
Tangerang.
c. Mendayagunakan hasil pengumpulan dana ZIS kepada mustahiq sesuai
ketentuan syariah.
d. Menyalurkan dana ZIS kepada masyarakat mustahiq sesuai dengan hasil
musyawarah yang disahkan oleh Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas.
e. Membuat dan menyampaikan laporan hasil kerja tahunan kepada Bupati
Tangerang sebagai pertanggung jawaban Pengurus BAZNAS Kabupaten
Tangerang.
47
C. Program Pemberdayaan Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang3
1. Asnaf Fakir/Miskin, Mualaf dan Riqob
a. Program Indonesia Peduli
1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Langsung Tunai sebesar
Rp.250.000/keluarga kepada 1540 keluarga pra sejahtera di kecamatan, dengan
jumlah anggaran mencapai Rp.385.000.000.
2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Langsung Tunai sebesar
Rp.100.000/keluarga kepada keluarga pra sejahtera dan anak yatim melalui
dinas/instansi dan di lingkungan Baznas, dengan jumlah anggaran mencapai
Rp.53.000.000.
3). Program yang berbentuk kegiatan berupa Peningkatan Kesejahteraan Mualaf,
dengan jumlah anggaran mencapai Rp.46.264.209.
b. Progam Indonesia Makmur
1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Modal Bergulir dan
Keterampilan Usaha, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.50.000.000.
2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pengembangan serta Pemutakhiran
Data Mustahik dan Muzaki dengan cara melaksanakan identifikasi dan verifikasi
pada lembaga/perorangan yang akan mendapat bantuan serta melakukan
pendekatan kepada calon muzaki dan mustahik di 29 kecamatan, dengan jumlah
anggaran Rp.55.000.000.
3Ibid.,h.12.
48
3). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Dana Bencana Alam dan
Kegiatan pada Pergeseran Aqidah, dengan jumlah anggaran mencapai
Rp.100.000.000.
c. Program Indonesia Sehat
1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelayanan Kesehatan Masyarakat
dengan memberikan Bantuan Pengobatan Cuma-Cuma kepada keluarga pra
sejahtera dan lansia melalui rumah sehat, dengan jumlah anggaran mencapai
Rp.80.000.000.
2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Biaya Pengobatan melalui
pengajuan permohonan proposal, dengan jumlah anggaran mencapai
Rp.20.000.000.
d. Program Indonesia Cerdas
1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelatihan Kader untuk Pendidik dan
deteksi dini anak berkebutuhan khusus (bagi guru Tk, Ra dan Paud), dengan
jumlah anggaran mencapai Rp.30.000.000.
2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelaksanaan Pendidikan anak
berkebutuhan khusus, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.80.000.000.
2. Asnaf Fisabilillah dan Ghorimin
a. Program Indonesia Taqwa
1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Peningkatan Sarana dan Prasarana
Ibadah dengan memberikan Bantuan Pembangunan Masjid kategori A sebesar
49
@ Rp.5.000.000. kepada 12 masjid, dan Masjid kategori B dan C sebesar @
Rp.4.000.000. kepada 71 masjid, dengan jumlah anggaran mencapai
Rp.344.000.000.
2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Marbot Masjid sebesar
Rp.500.000/orang kepada 116 orang, dengan jumlah anggaran mencapai
Rp.58.000.000.
3). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pemberian Insentif kepada guru
ngaji, guru TPA/TPQ, guru/pengasuh pondok pesantren tradisional/majlis
talim sebesar Rp.500.000/orang kepada 380 orang, dengan jumlah anggaran
mencapai Rp.190.000.000.
4). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pengadaan Mobelair untuk
madrasah/sekolah sebesar Rp.6.500.000/unit kepada 42 madrasah/sekolah,
dengan jumlah anggaran mencapai Rp.273.000.000.
3. Asnaf Ibnu Sabil
a. Program Indonesia Peduli
1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Menyalurkan Bantuan Sarana
Ibadah, Sarana Pendidikan dan Kegiatan Keagamaan melalui pengajuan proposal,
dengan jumlah anggaran mencapai Rp.100.000.000.
2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Membantu Dana Transportasi
kepada orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, orang yang terlantar dan
orang yang kehilangan, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.10.000.000.
50
b. Program Indonesia Cerdas
1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Membantu meringankan beban
biaya pendidikan kepada siswa dan santri kurang mampu dengan memberikan
Bantuan Bea Siswa tingkat SD/Ibtidaiyah, SMP/Tsanawiyah dan Santri
Salafi/Ponpes Kobong sebesar Rp.400.000/orang kepada 522 orang, dengan
jumlah anggaran mencapai Rp.208.800.000.
2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Bea Siswa tingkat
SLA/Aliyah sebesar Rp.600.000/orang kepada 353 orang, dengan jumlah
anggaran mencapai Rp.211.800.000.
4. Asnaf Amilin
Program yang berbentuk kegiatan berupa Memberikan Hak Amilin sesuai
dengan Asnaf kepada seluruh komponen yang terlibat dalam pengelolaan dana ZIS
dan kegiatan penunjang lainnya, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.218.305.728.
5. Pengalokasian Dana Infaq, Shodaqoh dan Jasa Bank
a. Program Indonesia Peduli
1). Publikasi, Sosialisasi dan Pemahaman akan sadar zakat dengan Pembuatan
Spanduk/Baliho, Kalender, Buletin dan Iqro, dengan jumlah anggaran mencapai
Rp.85.000.000. Percetakan dan Pendistribusian Kupon Zakat Fitrah dengan
jumlah anggaran mencapai Rp.70.000.000.
2). Peningkatan Etos Kerja BAZ Kecamatan/UPZ Dinas/Instansi dengan Bantuan
Pendanaan dan Pengembangan Dana ZIS untuk BAZ di 29 Kecamatan dengan
51
jumlah anggaran mencapai Rp.48.500.000. Pemberian Penghargaan/hadiah
berupa Laptop dengan jumlah anggaran mencapai Rp.77.000.000. Pengadaan 2
Unit Sepeda Motor dengan jumlah anggaran mencapai Rp.29.000.000.
3). Penyediaan Dana Antisipasi kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan dana
ZIS yang bersifat insidentil dengan jumlah anggaran mencapai Rp.69.800.341.
52
BAB IV
ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA
PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI
A. Strategi Pengelolaan Dana Zakat Di BAZNAS Kabupaten Tangerang
Strategi adalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mencapai
target keuangan dan posisi strategis. Menyusun strategi berarti mencari jalan
bagaimana mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam
situasi organisasi dan prospek yang dihadapi.1
Pengelolaan zakat menurut UU No.38 tahun 1999 adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan
dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam melakukan
pengelolaan yaitu pengumpulan dan pendistribusian sekaligus pendayagunaan
terhadap dana zakat adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan oleh
Badan Pelaksana /Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang setiap satu tahun sekali
sebagai program kerja tahunan sesuai dengan kebijakan umum yang telah dibuat oleh
dewan pertimbangan.2
1Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h.8. 2BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.5.
52
53
Perencanaan strategis sebagai bagian dari manajemen yang membuat rencana
kerja jangka panjang, menengah dan tahunan. Setiap lembaga pengelola zakat
memiliki RENSTRA (rencana strategi) lembaga.3
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang saat ini
yaitu Januari 2015 sampai dengan September 2015 mengacu kepada
KMA(Keputusan Menteri Agama) Tahun 2003 No 373 Pasal 5 yaitu BAZDA
Kabupaten/Kota terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan
Pelaksana/Pengurus BAZNAS yang dibantu oleh Seksi Pengumpul, Seksi
Pendistribusian, Seksi Pengembangan dan Seksi Pendayagunaan.4
Adapun selanjutnya sesuai dengan Peraturan BAZNAS No 3 tahun 2014 Pasal 31
disebutkan bahwa Susunan Organisasi BAZNAS Kabupaten/Kota terdiri atas Ketua,
Wakil Ketua, Bidang Pengumpulan, Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan,
Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan, Bagian Administrasi, Sumber Daya
Manusia dan Umum, dan Satuan Audit Internal.
Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya yaitu pada
tanggal 13 Oktober 2014, Namun pada kenyataannya ketika penulis mulai meminta
izin untuk penelitian skripsi pada November 2014, dikatakan bahwa di BAZNAS
Kabupaten Tangerang sedang dalam Masa Peralihan dan Pergantian Pengurus, lalu
ternyata sampai September 2015 ini belum ada pergantian secara resmi yaitu dengan
diadakan Pelantikan Pengurus Baru.
3N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat, h.61. 4BAZDA Kabupaten Tangerang, Pedoman Zakat (Tangerang, 2007) h.33.
54
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan terhadap rencana/progam kerja tahunan yang telah dibuat
BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan/dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana/Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang yang dibantu oleh Seksi
Pengumpul, Seksi Pendistribusian, Seksi Pengembangan dan Seksi Pendayagunaan,
yaitu melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shodaqoh dari
masyarakat, termasuk para pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang dan juga menyalurkan dana ZIS tersebut kepada mustahik sesuai dengan
hasil musyawarah dan mendayagunakan hasil pengumpulan dana ZIS kepada
mustahik.5
a. Pengumpulan dana zakat
Strategi yang dilakukan Baznas Kabupaten Tangerang dalam mengumpulkan
dana ZIS adalah dengan cara membentuk UPZ. Unit pengumpul zakat adalah satuan
organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas
mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki, yang berada pada desa/kelurahan,
instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.6
BAZNAS Kabupaten Tangerang bekerja sama dengan UPZ Kecamatan yang ada di
29 Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang, 7 UPZ Sekolah dan 40
UPZ Dinas Instansi/Lembaga/Kantor dalam melaksanakan pengumpulan segala
macam zakat, infak dan shodaqoh dari masyarakat dan termasuk pegawai di
5BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.5. 6Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://pusat.baznas.go.id/upz/.
55
lingkungan pemerintah daerah kabupaten tangerang.7
Setelah UPZ di masing-masing wilayah kerjanya berhasil mengumpulkan
dana ZIS, maka setiap UPZ menyetorkan dana tersebut dengan cara dikirim ke
BAZNAS Kabupaten Tangerang melalui 3 nomer rekening Bank BJB yang ada yaitu
No.Rek zakat 0120030004199, No.Rek infak 0120030072651 dan No.Rek shodaqoh
0301003467.8
b. Pendistribusian dan Pendayagunaan dana zakat
Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam menyalurkan
dan mendayagunakan dana ZIS adalah dengan cara didistribusikan dan
didayagunakan sebagiannya di UPZ masing-masing, lalu sebagiannya lagi
didistribusikan dan didayagunakan melalui progam-progam yang ada di BAZNAS
Kabupaten Tangerang setelah dibuat rencana pendayagunaan dana ZIS oleh badan
pelaksana/pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang, lalu disetujui oleh dewan
pertimbangan dan komisi pengawas.
Khusus untuk penyaluran zakat fitrah di semua tingkat UPZ, maka
penyalurannya harus dibagikan kepada para mustahik terutama fakir dan miskin
sebelum pelaksanaan sholat idul fitri. Penyaluran dana yang selain dari zakat fitrah
disalurankan setelah rencana/progam kerja tahunan dibuat.9
Adapun pendayagunaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang
dilakukan melalui progam pemberdayaan yang dilakukan pada tahun 2014 adalah
7BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang). 8Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Mufti, Staf Tata Usaha. Tangerang, 10 September 2015. 9BAZDA Kabupaten Tangerang, Pedoman Zakat (Tangerang, 2007) h.39.
56
berupa: bantuan langsung tunai kepada keluarga fakir miskin dan anak yatim, bantuan
peningkatan kesejahteraan mualaf, bantuan modal bergulir dan keterampilan usaha,
bantuan dana bencana alam dan pergeseran aqidah, pelayanan kesehatan masyarakat,
pelatihan kader untuk pendidik dan deteksi dini anak berkebutuhan khusus dan
pelaksanaannya, pembangunan masjid dan mushola, pemberian insentif untuk guru
ngaji di TPA/TPQ, pengasuh pesantren tradisional dan majlis ta‟lim, bantuan
pengadaan mobelair untuk sekolah, bantuan untuk siswa dan santri kurang mampu,
bantuan untuk orang yang kehilangan dan terlantar dan orang yang kehabisan bekal
dalam perjalanan.10
4. Pengawasan
Pengawasan terhadap pengumpulan, distribusi dan pendayagunaan dana ZIS
yang ada di BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan oleh Komisi Pengawas.
Dengan cara mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan, mengawasi
pelaksanaan kebijakan umum yang ditetapkan Dewan Pertimbangan, mengawasi
operasional pengelolaan dana ZIS dan melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap
kinerja Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS.11
Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam
mengumpulkan dana ZIS belum sukses dan belum berjalan dengan baik, hal ini bisa
dilihat dari Target penerimaan dana ZIS tiap tahun yang belum pernah mencapai
target, Target penerimaan dana ZIS pada tahun 2013 sejumlah 6 milyar bahkan target
10BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.12. 11Ibid.,h.5.
57
tertingginya 16 milyar, namun jumlah penerimaan ZIS pada tahun 2013 Hanya
mencapai angka 2,89 milyar. Ini sangat jauh melenceng dari jumlah yang di targetkan
yang 6 milyar, bahkan untuk mencapai angka 50% dari target saja tidak sanggup.12
Apalagi jika total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang
dibandingkan dengan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kab. Serang13
dan di
BAZNAS kota bogor14
sebagai berikut:
Tahun
Total Penerimaan Dana ZIS
BAZNAS
Kab.Tangerang
BAZNAS
Kab.Serang
BAZNAS
Kota Bogor
2012 2,84 Milyar 5,4 Milyar 11,58 Milyar
2013 2,89 Milyar 6,3 Milyar 12,26 Milyar
Sumber: Hasil pengolahan data penulis terhadap berbagai sumber.
Dari perbandingan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten
Tangerang, di BAZNAS Kab. Serang dan di BAZNAS kota bogor jelaslah bahwa
total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah yang paling
terendah diantara 3 BAZNAS tersebut dan dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
yang dilakukan dalam menghimpun dana ZIS dari seluruh elemen masyarakat belum
berjalan dengan baik.
Dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah (ZIS) terdapat beberapa prinsip
yang harus diikuti dan ditaati agar pengelolaan itu dapat berhasil guna sesuai dengan
12Wawancara Pribadi dengan Bapak Triyoso, Bendahara Penerima. Tangerang, 10 September 2015. 13Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://tangerangekspres.com/zakat-infak-target-
penerimaan-baznas-kabupaten-serang-rp-7-m/. 14Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://m.inilah.com/news/detail/2018443/total-zis-kota-
bogor-2013-capai-rp1226-miliar.
58
yang diharapkan. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip keterbukaan, sukarela,
keterpaduan, profesionalisme dan kemandirian.15
Prinsip pertama adalah prinsip keterbukaan, artinya dalam pengelolaan dana
ZIS hendaknya dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh masyarakat.
Misalnya laporan total penerimaan dana ZIS tahunan dan penggunaan dana ZIS ini
diperuntukkan untuk apa saja, lalu diberitahukan kepada masyarakat lewat media
online dan juga media massa, jangan hanya diberitahukan informasinya jika ada yang
membutuhkan saja. Hal ini perlu dilakukan agar BAZIS dapat dipercaya oleh umat
islam dan juga agar kelihatan tindakan nyata nya.
Prinsip kedua adalah prinsip sukarela. Prinsip sukarela berarti bahwa dalam
pemungutan dan pengumpulan dana ZIS hendaknya senantiasa berdasar pada prinsip
sukarela dari umat islam yang menyerahkan hartanya tidak boleh ada unsur
pemaksaan, kecuali jika seseorang muslim benar-benar menentang perintah berzakat
dengan terang-terangan/tidak mau berzakat maka orang seperti ini bisa saja dilakukan
pemotongan gajinya langsung 2,5%.
Prinsip ketiga adalah prinsip keterpaduan. Dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsinya, maka sebagai organisasi berstruktur ke tingkat nasional BAZNAS
mesti melaksanakan tugas dan perannya masing-masing secara terpadu diantara
komponen UPZ yang telah dibentuknya.
15Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2005) h.46.
59
Prinsip keempat adalah Prinsip Profesionalisme. Profesionalisme adalah
berarti dalam pengelolaan dana ZIS haruslah dilakukan oleh mereka yang benar-
benar ahli dalam bidangnya. Misalnya dalam bagian bidang pengembangan
pekonomian umat semestinya posisi tersebut diisi oleh minimal orang-orang yang
berpendidikan sarjana jurusan ekonomi syariah agar jangan sampai uang ZIS yang
digulirkan melalui modal pinjaman terkena unsur bunga dan riba yang jelas haram,
lalu dalam pencatatan laporan keuangan dana ZIS pun posisi itu diisi oleh sarjana
jurusan akuntansi dan juga dalam komisi pengawas juga penting untuk diisi oleh
orang-orang yang mengerti benar tentang hukum ekonomi islam.
Agar BAZ dan LAZ bisa profesional dituntut kepemilikan data muzaki dan
mustahik yang valid, penyampaian laporan keuangan kepada masyarakat secara
transparan, diawasi akuntan publik dan memiliki amilin atau sumber daya manusia
yang profesional dan memiliki progam kerja yang dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu dalam pengelolaan dana zakat juga perlu ditunjang oleh penggunaan
teknologi informasi untuk memudahkan pengelolaan dan pengorganisasian zakat.16
Prinsip Terakhir adalah prinsip kemandirian. Yaitu dengan terwujudnya
prinsip profesionalisme tadi, maka diharapkan BAZNAS mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya sendiri bersama komponen UPZ yang ada secara mandiri tanpa
menunggu bantuan dari pihak lain.
Selain dari prinsip itu, Strategi yang telah dibuat BAZNAS Kabupaten
Tangerang dengan matang haruslah diimplementasikan dengan benar dan serius serta
16Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.425.
60
konsisten walaupun berbagai kendala di lapangan terjadi, Implementasi strategi
adalah proses bagaimana melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan
tindakan nyata.17
Untuk meningkatkan pengumpulan dana ZIS agar dapat memenuhi target,
maka BAZNAS Kabupaten Tangerang diharapkan dapat menginstruksikan agar BAZ
di 29 Kecamatan untuk mendata dan mendatangi masjid-masjid agar berupaya mau
untuk diajak membentuk UPZ pada setiap DKM Masjid yang ada di seluruh
Kecamatan Sekabupaten Tangerang, ini adalah cara yang paling efektif menurut
penulis.
B. Program Pemberdayaan Ekonomi Yang Bersifat Produktif Di BAZNAS
Kabupaten Tangerang
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk pemberdayaan ekonomi
ummat dilakukan dalam dua pola, yaitu pola konsumtif dan pola produktif. Program
pendayagunaan zakat secara konsumtif bila dilakukan dengan cara untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar ekonomi sehari-hari para mustahik melalui pemberian
langsung kepada individu maupun melalui lembaga yang mengelola fakir miskin,
panti asuhan dan tempat ibadah yang mendistribusikan dana zakat kepada
masyarakat. Sedangkan Program pendayagunaan zakat secara produktif dapat
dilakukan melalui program bantuan pengusaha lemah, pendidikan gratis dalam
bentuk beasiswa dan pelayanan kesehatan gratis.18
17Mudrajad Kuncoro, Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, h.13. 18Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.427.
61
Adapun prosedur pendayagunaan pengumpulan hasil zakat untuk usaha
produktif adalah:19
g. Melakukan studi kelayakan, terutama kepada mustahik. Hal-hal yang perlu
diuji kelayakannya adalah berdasarkan 5C (character, capital, capacity,
collateral, condition of economy).
h. Menetapkan jenis usaha produktif.
i. Melakukan bimbingan dan penyuluhan.
j. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan.
k. Mengadakan evaluasi.
l. Membuat pelaporan.
Berdasarkan teori yang penulis cantumkan di bab 2, dan juga kriteria yang
disebutkan di atas, dari total 22 program pemberdayaan ekonomi yang ada di
BAZNAS Kabupaten Tangerang yang dibahas pada bab 3, maka dari itu yang
termasuk program pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif di BAZNAS
Kabupaten Tangerang hanya ada 5 program, yaitu:
1. Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Modal Bergulir dan
Keterampilan Usaha, dana tersebut dipinjamkan untuk usaha, yang cara
pengembaliannya dicicil antara 5-10 bulan tanpa ada tambahan/riba, dengan jumlah
anggaran pada tahun 2014 mencapai Rp.50.000.000, dan anggaran tahun 2013 yang
lalu adalah 98.000.000, Adapun cara mendistribusikannya melalui 2 cara yaitu: 20
19Ibid.,h.427. 20Wawancara Pribadi dengan Ibu Khoeroyaroh, Tim Ekonomi Zakat Dana Bergulir. Tangerang, 10
September 2015.
62
a. Melalui lembaga majlis ta‟lim, setiap lembaga majlis ta‟lim yang terkordinir
oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dikucurkan dana sebesar Rp.2.000.000.
yang kemudian ditunjuklah guru dari majlis ta‟lim itu sebagai kordinator
untuk memberikan dana itu kepada 4 orang anggota masing-masing
mendapatkan @500.000. untuk dipinjamkan bagi yang memiliki usaha yang
nantinya cara pembayarannya dicicil perbulan murni tidak ada riba sampai 5-
10 bulan tergantung kesanggupannya dengan tujuan supaya mengajinya
tambah rajin, selanjutnya guru ngaji itu pun yang bertanggungjawab
melaporkan bagaimana perkembangan pembayaran cicilannya apakah lancar
atau macet. Usaha yang dijalankan oleh anggota majlis ta‟lim diantaranya
adalah dagang gado-gado, nasi uduk, warung, gorengan dan lain lain.
b. Melalui Kecamatan, ada 29 Kecamatan yang ada di BAZNAS Kabupaten
Tangerang, setiap Kecamatan dikucurkan dana yang kemudian ditunjuklah
bagian KESOS (Kesejahteraan Sosial) atau Ketua UPZ Kecamatan itu sebagai
kordinator untuk memberikan dana itu kepada 7 orang anggota yang
memiliki usaha.
2. Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelayanan Kesehatan Masyarakat
dengan memberikan Bantuan Pengobatan Cuma-Cuma kepada keluarga pra sejahtera
dan lansia melalui rumah sehat, dengan jumlah anggaran pada tahun 2014 mencapai
Rp.80.000.000, dan anggaran tahun 2013 yang lalu adalah 122.365.000.21
21BAZNAS Kabupaten Tangerang, Progam Kerja BAZNAS Tahun 2013, Progam Kerja BAZNAS Tahun
2014 (Tangerang).
63
3. Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Biaya Pengobatan melalui
pengajuan permohonan proposal, dengan jumlah anggaran pada tahun 2014 mencapai
Rp.20.000.000.22
4. Program yang berbentuk kegiatan berupa Membantu meringankan beban
biaya pendidikan kepada siswa dan santri kurang mampu dengan memberikan
Bantuan Bea Siswa tingkat SD/Ibtidaiyah, SMP/Tsanawiyah dan Santri Salafi/Ponpes
Kobong sebesar Rp.400.000/orang kepada 522 orang, dengan jumlah anggaran pada
tahun 2014 mencapai Rp.208.800.000, dan anggaran tahun 2013 yang lalu adalah
185.600.000 kepada 464 orang.23
5. Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Bea Siswa tingkat
SLA/Aliyah bagi siswa yang kurang mampu sebesar Rp.600.000/orang kepada 353
orang, dengan jumlah anggaran pada tahun 2014 mencapai Rp.211.800.000, dan
anggaran tahun 2013 yang lalu adalah 229.200.000 kepada 382 orang.24
C. Persoalan Yang Dihadapi Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang Di
Lapangan Dan Solusi Penyelesaiannya
Penulis menjumpai bahwa dari hasil menelaah buku-buku dan data-data yang
yang saya peroleh dan juga dari hasil wawancara penulis kepada narasumber di
BAZNAS Kabupaten Tangerang bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi pengurus
22BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.13. 23BAZNAS Kabupaten Tangerang, Progam Kerja BAZNAS Tahun 2013, Progam Kerja BAZNAS Tahun
2014 (Tangerang). 24Ibid.,
64
BAZNAS Kabupaten Tangerang di lapangan diantaranya adalah sebagai berikut: 25
1. Kurangnya Kesadaran Zakat Masyarakat
Dalam hal ini masyarakat di wilayah Kabupaten Tangerang dalam berzakat
masih banyak yang membayar zakat langsung diberikan kepada para tokoh
masyarakat, Kiayi, guru ngaji, DKM masjid dan mushola serta orang fakir miskin
yang mereka kenal, sehingga terjadi penumpukan zakat pada individu dan tempat itu.
Juga banyak masyarakat yang belum paham agar pembayaran zakatnya diberikan ke
BAZNAS sebagai salah satu badan zakat yang resmi. Adapun solusi yang ditawarkan
penulis adalah dengan cara melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat
tentang cara membayar zakat yang tepat yaitu melalui BAZNAS Kabupaten
Tangerang agar penyalurannya tepat sasaran dan merata, cara sosialisasi yang efektif
yaitu dengan cara mengadakan pertemuan di tiap kelurahan yang diadakan BAZNAS
dengan menghadirkan seluruh perwakilan RW dan RT, lalu juga dibagikan surat yang
berisi ajakan kepada masyarakat untuk membayarkan zakatnya di BAZNAS dan
nantinya RW dan RT akan menyebarluaskan surat tersebut kepada seluruh warganya
yang muslim.
2. Jarak Tempuh
Dalam hal ini jauhnya jangkauan jarak yang ditempuh ke seluruh wilayah
Kabupaten Tangerang yang luas yaitu terbagi menjadi 29 Kecamatan, yang juga
menurut pengamatan penulis dimana medannya pun yang tergolong cukup berat
karena rusaknya jalan yang ada di sebagian wilayah Kabupaten Tangerang. Adapun
25Wawancara Pribadi dengan Bapak Triyoso, Bendahara Penerima. Tangerang, 10 September 2015.
65
solusi yang ditawarkan penulis adalah dengan cara membagi tugas dalam
mendistribusikan dana ZIS pada tiap kecamatan masing-masing oleh pengurus
BAZ/UPZ Kecamatan itu sendiri, sehingga orang yang berada di wilayah
kecamatannya masing-masing itu dapat mengetahui jarak mana yang lebih cepat
ditempuh dan lebih bagus jalannya.
3. SDM
Dalam hal ini sumber daya manusia yang berkualitas (berpendidikan tinggi)
diperlukan untuk dijadikan sebagai tenaga ahli di bidangnya masing-masing, akan
tetapi BAZNAS Kabupaten Tangerang terkendala masalah biaya operasionalnya yang
tidak cukup untuk memberikan gaji bagi tenaga ahli itu. Selama ini pun honor dan
biaya operasional ditanggung dan dibiayai oleh dana APBD Kabupaten Tangerang.
Adapun solusi yang ditawarkan penulis adalah dengan cara mengumpulkan dana ZIS
sebanyak banyaknya dan dapat menggunakan hak amil sebagiannya untuk menunjang
kinerja dan membayarkan gaji para pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang.
4. Masa Peralihan/Pergantian Pengurus
Berdasarkan dengan Peraturan baru BAZNAS No 3 tahun 2014 Pasal 31
disebutkan bahwa Susunan Organisasi BAZNAS Kabupaten/Kota terdiri atas Ketua,
Wakil Ketua, Bidang Pengumpulan, Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan,
Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan, Bagian Administrasi, Sumber Daya
Manusia dan Umum, dan Satuan Audit Internal.
Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya yaitu pada
66
tanggal 13 Oktober 2014, Namun pada kenyataannya ketika penulis mulai meminta
izin untuk penelitian skripsi pada November 2014, dikatakan bahwa di BAZNAS
Kabupaten Tangerang sedang dalam Masa Peralihan dan Pergantian Pengurus, lalu
ternyata sampai September 2015 ini belum ada pergantian pengurus di BAZNAS
Kabupaten Tangerang secara resmi yaitu dengan diadakan Pelantikan Pengurus Baru.
Hal ini sangat mengganggu kegiatan pengelolaan ZIS pada tahun 2015, misalnya
yang seharusnya awal bulan antara januari-april ada pelaporan rencana
pendayagunaan untuk tahun 2015 dan laporan besarnya penerimaan ZIS tahun 2014,
tapi kenyataannya belum dibuat laporan progam kerja untuk tahun 2015 sampai
September 2015 ini, bahkan dari salah satu staf menyatakan tidak dibayar gajinya
selama 5 bulan dari januari sampai mei, beberapa pengurus pun mundur dari
jabatannya akibat dari ketidakjelasan kapan pergantian pengurus ini dilaksanakan
ketika awal tahun 2015.26
Adapun solusi yang ditawarkan penulis adalah dengan cara
mempercepat pergantian pengurus tahun 2015 sesuai prosedur yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan baru BAZNAS No 3 tahun 2014 Pasal 31 agar pengelolaan
ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang pada tahun 2015 menjadi berjalan lancar dan
tertib.
5. Dana Modal Bergulir Macet
Pembayaran terhadap cicilan bantuan dana modal bergulir yang diberikan
BAZNAS Kabupaten Tangerang kepada penerima yaitu pengusaha kecil sebagiannya
mengalami macet/susah untuk ditagih dengan berbagai alasan, ini menjadi kendala
26Wawancara Pribadi dengan Bapak Atjang, Staf Tata Usaha. Tangerang, 10 September 2015.
67
yang menyebabkan dana yang seharusnya berputar di kalangan anggota terus secara
bergantian, bahkan dana tersebut malah habis sebagiannya karena si penerima
bantuan dana modal bergulir baik yang melalui majlis ta‟lim dan juga UPZ
Kecamatan tidak bisa membayar cicilan perbulannya.27
Adapun solusi yang
ditawarkan penulis adalah agar sebelum akad peminjaman dana modal bergulir
diturunkan, harus dipilihlah orang-orang yang jujur dan benar kepribadiannya
menurut kordinatornya yaitu guru ngaji dan ketua UPZ kecamatan, jika orang itu
track record nya agak jelek sifatnya dan orang itu sangat tidak bisa dipercaya,
janganlah sampai diturunkan dana itu kepada orang tersebut, kecuali setelah ada
perjanjian yang ketat dan mengikat kepada si peminjam tersebut. Jika mengalami
macet dalam penagihan cicilannya perbulan maka kordinator menasehati si peminjam
agar membayar tepat waktu demi kelancaran pembukuan keuangan dan agar dana
modal bergulir itu dapat diputar dan digunakan oleh orang lain setelah
pembayarannya selesai.
Solusi yang ditawarkan penulis dari 5 persoalan yang dihadapi pengurus
BAZNAS Kabupaten Tangerang di lapangan dapat disimpulkan adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya Kesadaran Zakat Masyarakat
Solusinya adalah Melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat
tentang cara membayar zakat yang tepat yaitu melalui BAZNAS Kabupaten
Tangerang agar penyalurannya tepat sasaran dan merata, cara sosialisasi yang efektif
27Wawancara Pribadi dengan Ibu Khoeroyaroh, Tim Ekonomi Zakat Dana Bergulir. Tangerang, 10
September 2015.
68
yaitu dengan cara mengadakan pertemuan di tiap kelurahan yang diadakan BAZNAS
dengan menghadirkan seluruh perwakilan RW dan RT, lalu juga dibagikan surat yang
berisi ajakan kepada masyarakat untuk membayarkan zakatnya di BAZNAS dan
nantinya RW dan RT akan menyebarluaskan surat tersebut kepada seluruh warganya
yang muslim.
2. Jarak Tempuh
Solusinya adalah dengan cara membagi tugas dalam mendistribusikan dana
ZIS pada tiap kecamatan masing-masing oleh pengurus BAZ/UPZ Kecamatan itu
sendiri, sehingga orang yang berada di wilayah kecamatannya masing-masing itu
dapat mengetahui jarak mana yang lebih cepat ditempuh dan lebih bagus jalannya.
3. SDM
Solusinya adalah dengan cara mengumpulkan dana ZIS sebanyak banyaknya
dan dapat menggunakan hak amil sebagiannya untuk menunjang kinerja dan
membayarkan gaji para pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang.
4. Masa Peralihan/Pergantian Pengurus
Solusinya adalah dengan cara mempercepat pergantian pengurus tahun 2015
sesuai prosedur yang ditetapkan berdasarkan Peraturan baru BAZNAS No 3 tahun
2014 Pasal 31 agar pengelolaan ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang pada tahun
2015 menjadi berjalan lancar dan tertib.
5. Dana Modal Bergulir Macet
Solusinya adalah agar sebelum akad peminjaman dana modal bergulir
69
diturunkan, harus dipilihlah orang-orang yang jujur dan benar kepribadiannya
menurut kordinatornya yaitu guru ngaji dan ketua UPZ kecamatan, jika orang itu
track record nya agak jelek sifatnya dan orang itu sangat tidak bisa dipercaya,
janganlah sampai diturunkan dana itu kepada orang tersebut, kecuali setelah ada
perjanjian yang ketat dan mengikat kepada si peminjam tersebut. Jika mengalami
macet dalam penagihan cicilannya perbulan maka kordinator menasehati si peminjam
agar membayar tepat waktu demi kelancaran pembukuan keuangan dan agar dana
modal bergulir itu dapat diputar dan digunakan oleh orang lain setelah
pembayarannya selesai.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
tentang strategi pengelolaan dana zakat secara produktif untuk pemberdayaan
ekonomi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan dengan 4
cara yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan
progam kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan oleh Badan Pelaksana
/Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang. Pengorganisasian yang dilakukan
BAZNAS Kabupaten Tangerang terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas
dan Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS yang dibantu oleh Seksi Pengumpul, Seksi
Pendistribusian, Seksi Pengembangan dan Seksi Pendayagunaan. Pelaksanaan
terhadap rencana/progam kerja tahunan yang telah dibuat BAZNAS Kabupaten
Tangerang dilaksanakan oleh Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS Kabupaten
Tangerang yang dibantu oleh Seksi Pengumpul, Seksi Pendistribusian, Seksi
Pengembangan, Seksi Pendayagunaan dan UPZ sebagai ujung tombak. Pengawasan
terhadap pengumpulan, distribusi dan pendayagunaan dana ZIS yang ada di
BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan oleh Komisi Pengawas.
70
71
2. Program pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif di BAZNAS
Kabupaten Tangerang ada 5 program yaitu Program bantuan modal bergulir, Program
pelayanan kesehatan masyarakat dengan memberikan bantuan pengobatan cuma-
cuma, Program bantuan biaya pengobatan melalui pengajuan proposal, Program
bantuan bea siswa tingkat SD/Ibtidaiyah, SMP/Tsanawiyah dan Santri Salafi/Ponpes
Kobong dan yang terakhir Program bantuan bea siswa tingkat SLA/Aliyah.
3. Persoalan-persoalan yang dihadapi pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang
di lapangan ada 5 persoalan yaitu Kurangnya Kesadaran Zakat Masyarakat ke
BAZNAS dan solusinya melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat
tentang cara membayar zakat yang tepat yaitu melalui BAZNAS Kabupaten
Tangerang, Jarak Tempuh yang luas dan jauh dan solusinya dengan membagi tugas
dalam mendistribusikan dana ZIS pada tiap kecamatan masing-masing oleh pengurus
UPZ Kecamatan itu sendiri, SDM yang berkualitas diperlukan untuk dijadikan
sebagai tenaga ahli di bidangnya masing-masing tetapi BAZNAS Kabupaten
Tangerang terkendala masalah biaya operasionalnya yang tidak cukup untuk
memberikan gaji bagi tenaga ahli itu dan solusinya dengan cara mengumpulkan dana
ZIS sebanyak banyaknya dan dapat menggunakan hak amil sebagiannya untuk
menunjang kinerja para pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang, Masa
Peralihan/Pergantian Pengurus, Hal ini sangat mengganggu kegiatan pengelolaan
ZIS pada tahun 2015, misalnya yang seharusnya awal bulan antara januari-april ada
pelaporan rencana pendayagunaan untuk tahun 2015 dan laporan besarnya
penerimaan ZIS tahun 2014, tapi kenyataannya belum dibuat laporan progam kerja
72
untuk tahun 2015 sampai September 2015 dan solusinya dengan cara mempercepat
pergantian pengurus tahun 2015 agar pengelolaan ZIS di BAZNAS Kabupaten
Tangerang pada tahun 2015 menjadi lancar dan tertib, terakhir pembayaran cicilan
Dana Modal Bergulir yang macet dan solusinya agar sebelum akad peminjaman dana
modal bergulir diturunkan dipilihlah orang-orang yang jujur dan benar
kepribadiannya.
B. Saran
1. BAZNAS Kabupaten Tangerang sebaiknya menginstruksikan kepada UPZ di
tingkat Kecamatan di seluruh wilayahnya agar mendata jumlah masjid di wilayahnya
lalu mendatangi setiap pengurus Dkm masjid untuk diajak membentuk UPZ agar
bermitra dengan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam menghimpun dana ZIS dan
menyalurkannya, agar penerimaan ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang meningkat
dan yang terpenting agar penyaluran ZIS menjadi tepat sasaran dan merata.
2. BAZNAS Kabupaten Tangerang diharapkan menambah alokasi dana untuk
Program pemberdayaan ekonomi yang bersifat Produktif, agar para mustahik
kedepannya bisa menjadi muzaki.
3. Pemerintah harus bersikap tegas dengan membuat undang-undang yang
memberikan sanksi kepada orang-orang kaya muslim yang tidak mau membayar
kewajiban zakat minimal 50% melalui BAZNAS karena mayoritas penduduk NKRI
adalah beragama Islam, hal ini perlu dilakukan agar dana ZIS tadi dapat dikelola
dengan baik dan dapat menghindari dari kelalaian dan kesengajaan muzaki dari tidak
membayar zakat.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Social. Jakarta: UI Press, 2003.
Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press,
1988.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.
Bariadi, Lili dkk. Zakat dan Wirausaha. Ciputat: CED, 2005.
Bariyah, N.Oneng Nurul, Ed. Total Quality Management Zakat: Prinsip dan Praktik
Pemberdayaan Ekonomi. Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012.
BAZDA Kabupaten Tangerang. Pedoman Zakat. Tangerang, 2007.
BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam
Kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2014. Tangerang.
BAZNAS Kabupaten Tangerang, Progam Pendayagunaan dana ZIS Tahun 2012,
Progam Kerja BAZNAS Tahun 2013, Progam Kerja BAZNAS Tahun 2014.
Tangerang.
Dikutip dari Solo Pos, 16 September 2008.
Djazuli dan Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2005.
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat Di Indonesia. Malang: UIN Malang Press,
2008.
Hafidhuddin, Didin. The Power Of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat
Asia Tenggara. UIN Malang Press, 2008.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani,
2002.
74
Hariadi, Bambang. Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis.
Malang: Bayumedia Publishing, 2005.
Kuncoro, Mudrajad. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta:
Erlangga, 2006.
Mursyidi. Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006.
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik: Organisasi Non Profit bidang Pemerintahan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Bogor: Litera Antar Nusa, 1996.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Yusanto, Ismail dan M.Karebet Widjajakusuma. Manajemen Strategis Perspektif
Syariah. Jakarta: Khairul Bayan, 2003.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Mufti, Staf Tata Usaha. Tangerang, 10
September 2015.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Atjang, Staf Tata Usaha. Tangerang, 10 September
2015.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Triyoso, Bendahara Penerima. Tangerang, 10
September 2015.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Khoeroyaroh, Tim Ekonomi Zakat Dana Bergulir.
Tangerang, 10 September 2015.
http://m.inilah.com/news/detail/2018443/total-zis-kota-bogor-2013-capai-rp1226-
miliar.
http://pusat.baznas.go.id/upz/.
http://senengemaca.blogspot.com/2012/08/unsur-unsur-dalam-strategi-
pembelajaran.html.
http://tangerangekspres.com/zakat-infak-target-penerimaan-baznas-kabupaten-serang-
rp-7-m/.
http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html.
75
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Mal.
http://jurnalekis.blogspot.co.id/2013/01/menuju-standardisasi-pengelolaan-
zakat.html.
http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2013/03/zakat-konsumtif-dan-zakat-
produktif.html.
http://teoripemberdayaan.blogspot.co.id/2012/04/paparan-tentang-pemberdayaan-
masyarakat.html.
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pemberdayaan-ekonomi-
masyarakat.html.
PEDOMAN WAWANCARA
Pertanyaan Wawancara:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam
mengelola dana zakat?
2. Apa saja progam pemberdayaan ekonomi produktif yang ada di BAZNAS
Kabupaten Tangerang?
3. Adakah target yang ditetapkan dalam penerimaan dana ZIS? Berapa jumlah target
penerimaan dana ZIS pada tahun 2013?
4. Bagaimana tata cara pendistribusian bantuan dana modal bergulir?
5. Apa saja persoalan/kendala/hambatan yang dihadapi pengurus BAZNAS
Kabupaten Tangerang di lapangan?
Jawaban Wawancara:
1. Strategi yang dilakukan Baznas Kabupaten Tangerang dalam menghimpun dana
ZIS adalah dengan cara membentuk UPZ. Setelah UPZ di masing-masing wilayah
kerjanya berhasil mengumpulkan dana ZIS, maka setiap UPZ menyetorkan dana
tersebut dengan cara dikirim ke BAZNAS Kabupaten Tangerang melalui 3 nomer
rekening Bank BJB yang ada yaitu No.Rek zakat 0120030004199, No.Rek infak
0120030072651 dan No.Rek shodaqoh 0301003467.
2. Progam pemberdayaan ekonomi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang
semuanya ada tercantum di buku Progam kerja BAZNAS tahun 2014.
3. Ya ada targetnya, Target penerimaan dana ZIS pada tahun 2013 sejumlah 6
milyar bahkan target tertingginya 16 milyar, namun jumlah penerimaan ZIS pada
tahun 2013 Hanya mencapai angka 2,89 milyar. Ini sangat jauh melenceng dari
jumlah yang di targetkan yang 6 milyar, bahkan untuk mencapai angka 50% dari
target saja tidak sanggup.
4. Cara pendistribusian bantuan dana modal bergulir adalah melalui lembaga majlis
ta’lim, setiap lembaga majlis ta’lim yang terkordinir oleh BAZNAS Kabupaten
Tangerang dikucurkan dana sebesar Rp.2.000.000. yang kemudian ditunjuklah guru
dari majlis ta’lim itu sebagai kordinator untuk memberikan dana itu kepada 4 orang
anggota masing-masing mendapatkan @500.000. untuk dipinjamkan bagi yang
memiliki usaha yang nantinya cara pembayarannya dicicil perbulan murni tidak ada
riba sampai 5-10 bulan tergantung kesanggupannya dengan tujuan supaya
mengajinya tambah rajin, selanjutnya guru ngaji itu pun yang bertanggungjawab
melaporkan bagaimana perkembangan pembayaran cicilannya apakah lancar atau
macet. Usaha yang dijalankan oleh anggota majlis ta’lim diantaranya adalah dagang
gado-gado, nasi uduk, warung, gorengan dan lain lain. Juga ada yang melalui
Kecamatan, ada 29 Kecamatan yang ada di BAZNAS Kabupaten Tangerang, setiap
Kecamatan dikucurkan dana yang kemudian ditunjuklah bagian KESOS
(Kesejahteraan Sosial) atau Ketua UPZ Kecamatan itu sebagai kordinator untuk
memberikan dana itu kepada 7 orang anggota yang memiliki usaha.
5. Persoalan yang dihadapi pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang di lapangan
pasti ada saja, misalnya Kurangnya Kesadaran Zakat Masyarakat, Dalam hal ini
masyarakat di wilayah Kabupaten Tangerang dalam berzakat masih banyak yang
membayar zakat langsung diberikan kepada para tokoh masyarakat, kiayi, guru ngaji,
dkm masjid dan mushola serta orang fakir miskin yang mereka kenal, sehingga
terjadi penumpukan zakat pada individu dan tempat itu. Juga banyak masyarakat
yang belum paham agar pembayaran zakatnya diberikan ke BAZNAS sebagai salah
satu badan zakat yang resmi. Jarak Tempuh, Dalam hal ini jauhnya jangkauan jarak
yang ditempuh ke seluruh wilayah Kabupaten Tangerang yang luas yaitu terbagi
menjadi 29 Kecamatan. SDM, Dalam hal ini sumber daya manusia yang berkualitas
(berpendidikan tinggi) diperlukan untuk dijadikan sebagai tenaga ahli di bidangnya
masing-masing, akan tetapi BAZNAS Kabupaten Tangerang terkendala masalah
biaya operasionalnya yang tidak cukup untuk memberikan gaji bagi tenaga ahli itu.
Selama ini pun honor dan biaya operasional ditanggung dan dibiayai oleh dana
APBD Kabupaten Tangerang. Masa Peralihan/Pergantian Pengurus, Karena ada
peraturan baru BAZNAS No 3 tahun 2014 Pasal 31 disebutkan Susunan Organisasi
BAZNAS Kabupaten/Kota agar diperbarui secepatnya sesuai kriteria di peraturan
baru itu, Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya yaitu pada
tanggal 13 Oktober 2014, Namun pada kenyataannya ketika penulis mulai meminta
izin untuk penelitian skripsi pada November 2014, dikatakan bahwa di BAZNAS
Kabupaten Tangerang sedang dalam Masa Peralihan dan Pergantian Pengurus, lalu
ternyata sampai September 2015 ini belum ada pergantian pengurus di BAZNAS
Kabupaten Tangerang secara resmi yaitu dengan diadakan Pelantikan Pengurus Baru.
Hal ini sangat mengganggu kegiatan pengelolaan ZIS pada tahun 2015, bahkan dari
salah satu staf menyatakan tidak dibayar gajinya selama 5 bulan dari januari sampai
mei, beberapa pengurus pun mundur dari jabatannya akibat dari ketidakjelasan kapan
pergantian pengurus ini dilaksanakan ketika awal tahun 2015. Dana Modal Bergulir
Macet yaitu Pembayaran terhadap cicilan bantuan dana modal bergulir yang
diberikan BAZNAS Kabupaten Tangerang kepada penerima yaitu pengusaha kecil
sebagiannya mengalami macet/susah untuk ditagih dengan berbagai alasan, ini
menjadi kendala yang menyebabkan dana yang seharusnya berputar di kalangan
anggota terus secara bergantian, bahkan dana tersebut malah habis sebagiannya
karena si penerima bantuan dana modal bergulir baik yang melalui majlis ta’lim dan
juga UPZ Kecamatan tidak bisa membayar cicilan perbulannya.