TINJAUAN PENGELOLAAN ZAKAT DALAM MENINGKATKAN …
Transcript of TINJAUAN PENGELOLAAN ZAKAT DALAM MENINGKATKAN …
ii
TINJAUAN PENGELOLAAN ZAKAT DALAM MENINGKATKAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
(STUDI OBJEK BAZNAS KABUPATEN BANTAENG)
SKRIPSI
Oleh
Jusnawati
NIM: 10525023515
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020 M/1442 H
iii
TINJUAN PENGELOLAAN ZAKAT DALAM MENINGKATKAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
(STUDI OBJEK BAZNAS KABUPATEN BANTAENG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum Ekonomi Syariah ( SH ) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Oleh
Jusnawati
NIM: 10525023515
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020 M/1442 H
iv
v
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki masyarakat dengan
mayoritas muslim terbanyak. Dalam syariat islam, salah satu cara untuk mengatur,
mendapatkan dan memanfaatkan harta adalah melalui zakat. Zakat merupakan
rukun islam yang ketiga, dan merupakan rukun yang terpenting setelah shalat.
Dimana zakat merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta benda, mengandung
dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah yang mengatur hubungan antara
manusia dengan penciptanya dan hablum minannas yang mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia.
Membayar zakat merupakan kewjiban bagi setiap muslim yang memiliki
kemampuan, oleh karena itu mengetahui tata cara dan hukum-hukumnya juga
menjadi keharusan dan kewajiban bagi setiap muslim. Kemampuan di maksud
adalah seseorang yang memiiki harta cukup satu nisab setelah kebutuhan pokok
dirinya dan rumah tangganya terpenuhi. Kemampuan itu ada yang berkaitan
dengan jumlah (kadar harta) dan ada yang berkaitan dengan kadar waktu. Satu
nisab sebagai standar minimal yang ditetapkan syara‟ dalam kaitannya dengan
kuantitas (jumlah) dan haul disyaratkan berkenaan dengan rentang waktu
kepemilikan atas harta kekayaan.
Pengelolaan zakat di Indonesia telah diatur dalam UU No. 38/1999 tentang
pengelolaan zakat yang didalamnya mengatur segala kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan terhadap dana zakat.
Keberadaan zakat sangat penting seperti yang tertulis dalam pasal 5 Undang -
Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 1999 yaitu pengelolaan zakat bertujuan
1
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor : Jl. Sultan Alauddin, Gedung Iqra, Lt. 4 II/17 Fax/Tel. (0411) 851914 Makassar 90223
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Judul Proposal :“Tinjauan Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan
Pembangunan Ekonomi (Studi Objek Baznas
Kabupaten Bantaeng)”.
Nama : Jusnawati
NIM : 10525023515
Fakultas/Prodi : Agama Islam/ Hukum Ekonomi Syariah
Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka Skripsi ini
dinyatakan memenuhi syarat untuk diujikan didepan tim penguji ujian skripsi
pada prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Makassar, 17 Juli 2020
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Saidin Mansyur, S.S.,M.Hum Siti Walida Mustamin, S.Pd. M.Si
NIDN. 0916067103 NIDN. 0901109103
vii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Jusnawati
NIM : 10525023515
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : A
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tida k melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka
bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 16 Dzulqaidah 1441 H
25 Juli 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Jusnawati
NIM 10525023515
viii
ABSTRAK
Jusnawati. 105 25023515. Judul Skripsi: Tinjauan Pengelolaan Zakat dalam
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi (Studi Objek BAZNAS Kabupaten
Bantaeng). Dibimbing oleh Bapak Saidin Mansyur dan Ibu Siti Walida
Mustamin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan zakat yang
berlandaskan syariah pada Baznas kabupaten bantaeng dan pembangunan
ekonomi dengan cara pengelolaan yang sudah efektif, terkait dengan
pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusian dananya dengan melihat besarnya
dana zakat dan pendayagunaannya yang meliputi beberapa aspek kesehatan dan
pendidikan serta modal usaha yang dapat membantu dalam mendanai kehidupan
sehari-hari atau bersifat produktif.
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis datanya ini dimana data
yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk wawancara kemudian
diberikan penjelasan dan kesimpulan disetiap petanyaan yang diajukan.
Berdasarkan dari hasil observasi wawancara yang diperoleh Jika dilihat dari
hasil wawancara penerapan zakat menurut syariah, penerapan dan peningkatan
pembangunan ekonomi sudah sesuai dengan apa dipertanyakan.
Kata kunci : Pengelolaan zakat dan pembangunan ekonomi.
ix
ABSTRACT
Jusnawati. 105 25023515. Thesis Title: Overview of zakat Management in
Increasing Economic Development (Object Study of BAZNAS Bantaeng
Regency). Supervised by Mr. Saidin Mansyur and Mrs. Siti Walida Mustamin.
This thesis aims to find out how the application of zakat in improving the
economy of the bantaeng community in order to improve the welfare of people
who are less fortunate in bantaeng who are assisted by the Baznas Bantaeng
district with effective management, related to the collection, management and
distribution of funds by looking at the amount of zakat funds and utilization which
includes several aspects of health and education as well as business capital that
can assist in funding daily life or of a productive nature.
The research was conducted at Baznas Bantaeng Regency. The type of
research used is qualitative research methods, data collection through observation,
interviews and documentation. This data analysis is where the data obtained and
presented in the form of interviews are then given an explanation and conclusions
in each of the questions asked. the results of interview observations obtained.
When viewed from the results of interviews the application of zakat according to
sharia, the application and improvement of economic development is in
accordance with what is questioned.
The results of this study indicate that the zakat that has been distributed by
Baznas to the community has been carried out well as expected by the Bantaeng
district government and the Bantaeng community.
Key words: zakat management and economic development.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil Alamin. Seluruh jiwa, roh dan jasadku memuji,
meminta pertolongan, meminta ampun kepada-Nya. Kami bersaksi bahwa tidak
ada yang berhak untuk disembah melainkan Allah Swt dan kami bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah dan salam dan sholawat tetap tercurahkan atas
beliau, sahabat serta para pengikutnya yang beradadalam lingkaran islam.
Dalam penyusunan proposal ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan proposal ini tidak
lain berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi dapat teratasi. Ucapan terima kasih yang tak terhingga , peneliti
haturkan kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiya Makassar
3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Ketua Prodi Hukum Ekonomi
Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Saidin Mansyur, S.S,.M.Hum. Dosen Pembimbing I yang telah
memberi kritik, saran dan masukan dalam penulisan proposal ini.
5. Siti Walida Mustamin, S.Pd. M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah
memberi saran, kritik dan masukan dalam penulisan proposal ini.
xi
6. Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Sattu dan Hawati
atas cinta kasih yang telah diberikan dan tiada henti-hentinya
mendoakan dan mendukung saya selama ini.
7. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada saudara saya Jusran,
Muhammad Yusuf, Suhartina, Rahmawati, Masdawati, Sunarti,
Nurlinda yang selalu memberi dukungan dan semangat selama ini.
8. Kepada sahabat-sahabat saya the Nine gengs Mirna, Hasrah, Widya,
Lisna, Nhiar, Andri, Fitri dan ikha yang selalu memberikan support dan
dukungan selama ini.
9. Kakanda dan adinda di Fakultas agama islam, terima kasih atas cinta
kasih dan dukungannya baik moral maupun moril
10. Ucapan terima kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan kelas A
prodi hekis dan juga teman KKP di kelurahan sabintang yang selama
dua bulan dalam sebuah ikatan yang banyak memberi inspirasi terutama
dalam pendidikan.
11. Serta semua pihak yang tidak sempat saya tuliskan satu-persatu yang
telah memberikan bantuan kepada penulis secara langsung maupun
tidak langsung semoga menjadi amal ibadah di sisinya.
xii
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun kerena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan
berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin
Makassar, 25 Dzulqaidah 1441
17 Juli 2020
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .................................................................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ v
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA & TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis........................................................................................... 8
1. Pengertian Zakat...................................................................................... 8
2. Pembangunan Ekonomi ........................................................................ 26
B. Kerangka Pikir ............................................................................................ 33
C. Peneliti Terdahulu....................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 36
xiv
B. Metode Pendekatan.................................................................................... 36
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 37
D. Metode Pengelolaan dan Analisis Data ..................................................... 38
E. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................... 40
1. Sejarah Terbentuknya BAZNAS Kabupaten Bantaeng ....................... 40
2. Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Bantaeng ...................................... 41
3. Tujuan BAZNAS Kabupaten Bantaeng ................................................ 42
4. Sumber Penerimaan Zakat, Infaq dan sedekah ..................................... 42
5. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Bantaeng ............................ 44
6. Program dan Kegiatan ........................................................................... 45
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 54
1. Penerapan zakat yang Berlandaskan Syariah pada BAZNAS Kabupaten
Bantaeng .................................................................................................... 54
2. Bagaimana Penerapan Zakat untuk Meningkatkan Pembangunan
Ekonomi Pada Baznas Kabupaten Bantaeng ............................................ 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 61
B. Saran ........................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................65
LAMPIRAN ...................................................................................................................66
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Penerimaan pengumpulan zakat BAZNAS ..........................................49
Tabel 4.2 Daftar Pendistribusian Zakat dan Infaq BAZNAS ...........................................54
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikirr ................................................................................. 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki masyarakat dengan
mayoritas muslim terbanyak. Dalam syariat islam, salah satu cara untuk mengatur,
mendapatkan dan memanfaatkan harta adalah melalui zakat. Zakat merupakan
rukun islam yang ketiga, dan merupakan rukun yang terpenting setelah shalat.
Dimana zakat merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta benda, mengandung
dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah yang mengatur hubungan antara
manusia dengan penciptanya dan hablum minannas yang mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia.
Membayar zakat merupakan kewjiban bagi setiap muslim yang memiliki
kemampuan, oleh karena itu mengetahui tata cara dan hukum-hukumnya juga
menjadi keharusan dan kewajiban bagi setiap muslim. Kemampuan di maksud
adalah seseorang yang memiiki harta cukup satu nisab setelah kebutuhan pokok
dirinya dan rumah tangganya terpenuhi. Kemampuan itu ada yang berkaitan
dengan jumlah (kadar harta) dan ada yang berkaitan dengan kadar waktu. Satu
nisab sebagai standar minimal yang ditetapkan syara‟ dalam kaitannya dengan
kuantitas (jumlah) dan haul disyaratkan berkenaan dengan rentang waktu
kepemilikan atas harta kekayaan.
Pengelolaan zakat di Indonesia telah diatur dalam UU No. 38/1999 tentang
pengelolaan zakat yang didalamnya mengatur segala kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
2
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan terhadap dana zakat.
Keberadaan zakat sangat penting seperti yang tertulis dalam pasal 5 Undang -
Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 1999 yaitu pengelolaan zakat bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesu ai
dengan tuntunan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan
dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilansosial, serta
meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat (Mus.ab, 2011).
Pada Undang - Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
menyatakan pada pasal 1 point 7 bahwa Badan Amil Zakat Nasional yang
selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat
secara nasional. Sedangkan pada point 8 disebutkan bahwa Lembaga Amil Zakat
yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang
memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat.
Penetapan zakat ini pada dasarnya bertujuan untuk pengendalian diri bagi
seseorang atas harta yang diberikan oleh Allah Swt. Kepadanya.
Zakat telah dijelaskan dalam Al-Qur‟an pada 82 ayat, diantara ayat-ayat Al-qur‟an
tersebut dalam surah QS.An-nur (24): 56.
Terjemahnya:
“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.”
3
Adapun Hadis yang menegaskan kewajiban dalam berzakat dari Ibnu
Abbas Radhiyallohu‟anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam
mengututus Mu‟adz dari harta mereka yang diambil dari orang itu dan didalamnya
beliau bersabda:
Rasulullah Saw. Bersabda ;
: { }
“Tidaklah ada harta yang hancur di dalam daratan maupun lautan kecuali
disebabkan dengan tidak membayar zakat, imam An-Nawawi.”
Zakat dibagi menjadi dua macam yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Zakat
mal yaitu zakat yang harus dikeluarkan setiap umat muslim terhadap harta yang
dimiliki. Yang telah memenuhi syarat, haul, nisab dan kadarnya. Menurut
undang-undaang No 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dalam penjelasan
pasal 11 ayat (1) disebutkan. Zakat mal adalah sebagian harta yang disisihkan
oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Harta zakat mal yang dikeluarkan adalah emas, perak, binatang, tumbuh-
tumbuhan (buah-buahan dan biji-bijian) dan barang perniagaan. Orang yang
disepakati wajib mengeluarkan zakat mal, ialah orang islam yang merdeka, balig
(telah sampai umur), berakal dan memiliki nisab dengan milik yang sempurna.
Syarat terakhir untuk mencapai satu nisab, diperuntukan kepada zakat mal yang
sudah dimiliki selama 1 tahun.1
1 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1
4
Sedangkan zakat fitrah berbeda dengan zakat mal dalam berbagai segi.
Zakat fitrah lebih mengacu kepada orang, baik pembayar zakat (muzakki) maupun
penerimanya (mustahiq), sedangkan zakat mal lebih mengacu pada zakat harta.
Penunaian zakat fitrah bertujuan untuk:
1. Membersihakan seorang yang baru menyelesaiakan ibadah puasa dari
noda-noda yang mengganggu kesucian ibadah puasanya.
2. Memberikan kelapangan bagi kaum fakir miskin, terutama dalam hal
pangan dan sandang pada hari idul fitri.
Adapun zakat bertujuan untuk mensucikan jiwa dari sifat kikir dan
menghilangkan sifat dengki dan benci. Sifat hasad dan dengki akan
menghancurkan keseimbangan pribadi, jasmani dan rohani seseorang.2
Zakat Oleh sebagian tokoh islam, dianggap sebagai solusi untuk mencapai
keadilan bagi masyarakat, khususnya keadilan ekonomi. Dengan adanya zakat,
Kemakmuran masyarakat diharapkan akan semakin bertambah atau dapat
mengurangi tingkat kemiskinan. Selain itu kesenjangan ekonomi tidak bertambah
melebar yang berakibat terjadinya kecemburuan sosial. Keadaan demikian dapat
direalisasikan apabila zakat benar-benar dikeluarkan oleh kaum muslimin yang
mampu. Satu hal yang penting dalam masalah ini adalah pengelolaan zakat yang
meliputi: perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
2 Departemen Agama RI, Fiqih Zakat, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2008),
hlm. 43
5
pengumpulan dan pendistribusian serta pemberdayaan zakat, sehingga dapat
sesuai dengan tujuan diwajibkannya zakat.3
Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu negara
ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain,
pembangunan ekonomi merupakan upaya sadar dan terarah dari satu bangsa untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumber daya yang
ada. Jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti pemerataan hasil-hasil
pembangunan pada seluruh golongan masyarakat, maka hal tersebut tidak ada
manfaatnya dalam mengurangi ketimpangan pendapatan.
Pada era modern ini, persoalan zakat dapat menjadi signifikan bukan saja
karena dimensi mahdah (ibadah semata) dan sosial yang dimilikinya, melainkan
juga terjadinya perluasan dan perkembangan pada sektor-sektor yang dikenai
wajib zakat. Pada masa awal-awal Islam sektor jasa bukan hal yang dominan,
berbeda dengan masa globalisasi sekarang ini, sektor jasa merupakan lahan
strategis dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Sehingga tidak ragu lagi para ulama
muta‟akhirin mengidentifikasi hasil pendapatan dari jual jasa ini terkena wajib
bayar zakat.4
Zakat juga diyakini mampu menjadi sumber keseimbangan perekonomian
ummat, menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran serta
kemiskinan. Namun melalui lembaga-lembaga zakat yang ada ummat belum
3 Masadar F Mas‟udi, Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) Dalam Islam, cet ke-3
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm. 34 4 Masadar F Mas‟udi, Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) Dalam Islam, Cet. III,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm. 51
6
memaksimalkan pontensi yang ada. sebagai pemberian kepada orang yang lemah
atau memenuhi kebutuhan sesaat orang tersebut.5
Dalam artian lain, zakat dapat merupakan salah satu faktor penunjang
lajunya pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan dan pemerataan keadilan
dalam kemakmuran serta kemakmuran dalam keadlian.
Pendekatan islam terhadap sistem islam merupakan sebuah pendidikan
terhadap peradaban manusia sebagai satu keseluruhan. Ia menolak untuk
memandang persoalan-persoalan ekonomi secara terpisah dari semua kebutuhan
manusia dan lainnya, dan justru menekankan agar meletakkannya dalam
perspektif yang. Ekonomi mempunyai ciri khas terutama karena adanya unsur
transendentalisme, yaitu kecerdasan moral dan spiritual yang bersumber dari
Allah swt.
Dari berbagai sumber pendapatan dan penerimaan ekonomi yang dapat
menunjang pembangunan adalah zakat sebagai aset ekonomi masyarakat islam
untuk membantu atau meringankan masalah perekonomian kaum lemah (miskin)
baik dalam bentuk barang ataupun dengan bentuk uang.
Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah penulis deskripsikan di
atas, maka dapat diketahui bahwa permasalahan pokok pasca penulisan ini yang
sekaligus sebagai kerangka acuan dalam pembahasan selanjutnya adalah
bagaimana penerapan zakat dalam islam terutama dari segi meningkatkan
kegiatan pembangunan ekonomi sekarang.
5 Nabil Fathi al Mi‟dawi, az Zakat sabiil lil hilli al masyaakil al iqtisodiyah al ijtimaiyah
(Cairo: Jami‟atul al Azhar, 1998), hlm. 2
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan zakat pada Baznas Kabupaten Bantaeng?
2. Bagaimana pengelolaan zakat dalam meningkatkan pembangunan ekonomi
masyarakat pada Baznas Kabupaten Bantaeng ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai ini yaitu:
1. Untuk mengetahui penerapan zakat pada Baznas Kabupaten Bantaeng.
2. Untuk mengetahui pengelolaan zakat dalam meningkatkan pembangunan
ekonomi masyarakat pada Baznas Kabupaten Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peniliti, Penelitian ini berguna sebagai tambahan wawasan ilmu
pengetahuan yang pada akhirnya dapat berguna ketika peneliti sudah
berperan aktif pada kehidupan masyarakat.
2. Bagi masyarakat, Diharapakan penelitian ini dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang peranan zakat dalam meningkatkan
pembangunan ekonomi masyarakat.
3. Bagi akademis, hasil penelitian ini dapat membantu dalam menambah
wawasan dan referensi keilmuan mengenai zakat.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti yaitu al-
barakatu “keberkatan” al-namaa pertumbuhan dan perkembangan ath-thaharatu
“kesucian”. Kata zakat juga berasal dari kata zaka, artinya tumbuh dengan
subur. Sedangkan secara istilah yaitu zakat bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu yang allah wajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada
penerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Hubungan antara pengertian
zakat menurut bahasa dan istilah sangat nyata dan erat sekali yaitu bahwa harta
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, dan bertambah suci.6
Perkataan zakat berasal dari kata zakat, artinya tumbuh dengan subur,
makna lain kata zakat, sebagaimana digunakan dalam al-qur‟an adalah suci dari
dosa. Dalam kitab-kitab hukum hukum islam, perkataan zakat itu diartikan suci,
tumbuh, dan berkembang serta berkah ika pengertian itu dihubungkan dengan
harta, maka menurut ajaran islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh dan
berkembang, bertambah suci dan berkah. Jika dirumuskan maka zakat adalah
6 Dr. K. H. Didin Hafiuddin, M. Se, Zakat dalam Perekonomian Moderen. (Cet. 1
Jakarta: Gema Insani. Press, 2002) hlm. 7
9
sebagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi
syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula.7
a. Zakat dalam Al-Qur‟an
Didalam al-qur‟an banyak ayat yang menyuruh, memerintahkan dan
mengajarkan kita menunaikan zakat sedemikian pula banyak hadist nabi
yang memerintahkan kita memberikan zakat itu. Diantara firman allah yang
berkenaan dengan zakat ini ialah didalam surah At-Taubah:60 dan 103.
Terjemahnya:
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At-
Taubah:60).”
7 Muhammad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. (Cet. 1, Jakarta: 1988)
hlm. 39
10
Terjemahnya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk
mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa
buat mereka. Dan allah maha mendengar lagi maha mengetahui.
(QS. At-Taubah:103).8
Dan juga terdapat dalam QS. Ar-Rum:39
Terjemahnya:
“Dan sesungguhnya kita (tambahan) yang kamu berikan agar
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada
sisi allah dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhoan allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan hartanya (QS.
Ar-Rum: 39).”
Beragam manfaat bisa meningkatkan akhlak, sehingga dengan
perjalanan waktu semakin bagus akhlaknya di kemudian hari. Selain
memberikan manfaat dari segi keagamaan dan memperbaiki akhlak, zakat
juga bisa dirasakan dari segi sosial, dan masih banyak lagi manfaat yang
dirasakan terhadap manusia baik di dunia maupun diakhirat.
b. Hikmah dan tujuan zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung beberapa
hikamh yang sangat besar dan mulia, baik hikmah itu berkaitan dengan orang
8 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Al-Qur‟an, 1989), hlm. 297
11
yang berzakat, orang-orang yang menerima zakat, harta yang dikeluarkan
zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan:
Adapun hikmah yang terkandung dalam melaksanakan zakat antara
lain sebagai berikut:
1. Mensyukuri karunia ilahi, menambah suburkan harta dan pahala serta
membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri, serta dosa.
2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat
kemelaratan.
3. Wujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia.
4. Manisfestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan
dan takwa.
5. Mengurangi kepakirmiskinan yang merupakan masalah sosial.
6. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial.
7. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.9
Zakat adalah salah satu tiang pokok ajaran islam di al-qur‟an amat
banyak disebutkan perintah zakat bersamaan (serangkai dalam satu susunan
kalimat dengan shalat sebagai pokok ajaran agama atau ibadah. Adapun yang
menjadi tujuan zakat disini adalah:
1. Membantu mengurangi dan mengangkat kaum fakir miskin dari
kesulitan hidup dan penderitaan mereka.
2. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh al-
qharimin, ibnu sabil dan para mustahit lainnya.
9 Muhammad daud Ali, op. cit. hlm. 41
12
3. Membina dan merentangkan tali solidaritas (persaudaraan).
4. Mengimbangi ideologi kapitalisme dan komunisme.
5. Menghilangkan sifat bakhil dan penguasaan modal.
6. Menghindari penumpukan kekayaan perseorangan yang dikumpulkan
diatas penderitaan orang lain.
7. Mencegah jurang pemisah kaya miskin yang dapat menimbulkan mala
petaka dan kejahatan sosial.
8. Mengembangkan tanggung jawab perseorangan terhadap kepentingan
masyarakat, dan kepentingan umum.
9. Mendidik dan melaksanakan disiplin dan loyalitas seseorang untuk
menjalankan kewaibannya dan menyerahkan hak orang lain.10
Tujuan zakat dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, antara lain
bahwa zakat bernilai ekonomi, merealisasi fungsi harta sebagai alat
perjuangan menegakkan agama allah, dan mewujudkan keadilan sosial
ekonomi masyarakat pada umumnya.
Lebih luas bagi wahbah mengurangi tujuan zakat bagi kepentingan
masyarakat yaitu, Menggalang dan semangat saling menunjang dan solidaritas
sosial di kalangan masyarakat islam, merapatkan dan mendekatkan jarak dan
kesenjangan sosial ekonomi dan masyarakat, menanggulangi pembiayaan
yang mungkin timbul akibat berbagai bencana seperti bencana alam dan
sebagainya, menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya konflik,
10
Proyek peningkatan sarana keagamaan islam, zakat dan wakaf, “Pedoman zakat 9 seri”
(jakarta; PT. Prodja, 1995), hlm.186
13
persengketaan dan berbagai bentuk kekacauan dalam masyarakat, menjadikan
suatu dana praktis dana khusus untuk menanggulangi biaya hidup bagi para
gelandangan, para tun sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-
orang yang hendak menikah tetapi tidak memiliki dana untuk itu.
Zakat juga merupakan kewajiban sosial, tolong menolong antara kaya
dan miskin, untuk menciptakan (quelebere socialle dan qualebere economy)
sekaligus untuk mewujudkan kesejahteraan, menciptakan keamanan dan
kerukunan.
a. Zakat dan Implikasinya Terhadap Keberhasilan Harta
Zakat sebagai ibadah praktis yang langsung dirasakan
manfaatnya/masyarakat golongan ekonomi lemah, demikian halnya
keadilan sosial secara praktis objek utamanya meningkatkan kesejahteraan
dan status golongan dalam masyarakat.11
Dapat dikatakan bahwa seluruh
ajaran islam telah direkayasa untuk menciptakan suatu kehidupan yang
bersih bagi manusia, baik dalam hal kepercayaan atau juga tingkah
lakunya. Dan kebersihan ini pula yang menjadi tolak ukur dan bukti
keimanan seseorang, karena kebersihan itu sendiri sebahagian dari pada
iman.
Sebagai manifestasi keimanan seseorang itu bisa kita lihat dalam
hal pelaksanaan zakat karena zakat merupakan kewajiban yang harus
ditunaikan oleh orang (umat islam) yang telah dilebihkan rezekinya oleh
11
Dr. Abdurrachman Qadir, MA. Zakat dalam Dimensi mahdah dan sosial. Cet. 1;
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1998), hlm.180
14
Allah swt. Bukan dari kekayaan yang dimilikinya zakat dilaksanakan
untuk membersihkan harta benda orang lain yang kita miliki. sebab ada
kalanya dalam mengumpulkan harta benda yang kita peroleh karena
persaingan yang tak pantas karena kelicikan, memanipulasi dan lain-lain
sebagainya.
Untuk membersihkan harta benda dari kemungkinan seperti itu,
maka zakat harus dibayarkan hal ini sesuai firman allah swt dalam al-
qur‟an surah At-Taubah ayat 103 sebagaimana yang telah dijelaskan
terdahulu.
Rasulullah Muhammad saw dalam berbagai penjelasan
menerangkan bahwa Al-Zakah itu adalah salah satu unsur dari kelima
bangunan unsur keislaman yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan ibadah
haji. Syahadat merupakan pernyataan bahwa tiada tuhan selain allah dan
Muhammad itu utusan Allah, shalat selain merupakan mi‟rajnya.12
Orang-orang mukmin, juga memiliki aspek menumpuk kehidupan
sosial dalam masyarakat, yang juga menggalakkan kepatuhan kepada
pemimpin tanpa harus menghilangkan hak kontrol sosial dan hak menegur
dalam setiap saat pelaksanaannya. interealisasi penderitaan sesama
manusia itu menjelma dalam ibadah puasa sedangkan manifestasi dan
pembuktian yang bersifat materi dan solidaritas ini tampak dalam
pelaksanaan ibadah zakat sebagai pembersih jiwa dan karya manusia.
12
Prof. KH. Ali Yafie. Menggagas Fikhi Sosial, (Cet II, Bandung: Mizan Anggota
AKAPI 1994), hlm.237
15
Aspek persatuan dan persamaan, aspek pengorbanan, aspek perniagaan
hak-hak asasi manusia tergambar dalam pelaksanaan ibadah haji.
Dari kelima unsur bangunan keislaman tersebut, antara satu dengan
yang lainnya sangat berkaitan erat sehingga manakala diantara salah
satunya tidak dilaksanakan secara sengaja (tanpa udzur) maka semua akan
menjadi batal (gugur). Misalnya dalam ibadah puasa yang jika tidak
diiringi dengan zakat fitrah, maka otomatis menurut salah satu hadist
Rasulullah saw, pahala puasa tidak sampai kepada Allah (tergantung
diantara langit dan bumi) kecuali dengan membayar zakat fitrah. Seperti
kita ketahui, firman merupakan konsep kesucian asal pribadi manusia yang
memandang bahwa setiap individu dilahirkan dalam keadaan suci dan
bersih, karena itu fitrah merupakan kewajiban pribadi berdasarkan
kesucian aslinya.13
Sesungguhnya sisi sosial dari sasaran zakat jelas tidak diragukan
lagi karena pada sasaran ini ada yang bersifat identitas sosial seperti
menolong orang yang mempunyai kebutuhan, menolong orang-orang yang
lemah seperti fakir miskin orang-orang yang berhutang dan ibnu sabil.
Menolong mereka meskipun sifatnya pribadi akan tetapi mempunyai
dampak sosial karena masing-masing saling berkaitan erat.
Menurut Sayyid Sabiq, zakat adalah suatu sebutan dari suatu hak
Allah yang dikeluarkan seseorang untuk fakir miskin. Dinamakan zakat,
karena dengan mengeluarkan zakat di dalamnya terkandung harapan untuk
13
Prof. KH. Ali Yafie, op. cit. hlm.239
16
memperoleh berkah, pembersihan jiwa dari sifat kikir bagi orang kaya atau
menghilangkan rasa iri hati orang-orang miskin dan memupuknya dengan
berbagai kebajikan.14
Zakat adalah salah satu bagian dari aturan jaminan sosial ini tidak
dikenal di barat kecuali dalam ruang lingkup yang sempit yaitu jaminan
pekerjaan dengan menolong kelompok orang yang lemah dan yang fakir.
Islam memperkenalkan aturan ini dalam lingkup yang lebih luas
mencakup segi kehidupan materil dan spiritual seperti jaminan akhlak,
pendidikan, jaminan politik, jaminan pertahanan, pidana, ekonomi dan
yang terakhir adalah jaminan sosial.
Zakat dari segi ini merupakan asuransi sosial, hanya saja zakat
lebih dekat kepada jaminan sosial dari pada asuransi sosial. Karena ia
tidak memberi kepada sesorang berdasarkan kepada asas yang pernah di
berikannya. Zakat adalah jaminan yang mencakup semua asnaf yang
membutuhkan baik yang bersifat fisik, jiwa maupun akal.15
b. Konsep Ekonomi Islam
1. Pengertian Ekonomi Islam
Definisi ekonomi Islam bervariasi, akan tetapi pada dasarnya
memiliki makna yang sama. Yang pada intinya ekonomi Islam adalah
suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang,
menganalisa, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan
14
Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, hlm. 7
15
Ahmad abd. Majid, MA, Masa’il Fiqhiyah-2, (Cet. I, Jakarta: PT.Graeda Buana Indah,
1994), hlm. 213
17
ekonomi dengan cara-cara Islami (cara-cara yang didasarkan pada
agama Islam, yaitu sesuai dengan al-Qur‟an dan Hadis).
S. M. Hasanuz zaman, seorang bankir pakistan mengemukakan
bahwa ekonomi islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari seruhan-
seruhan dan tata aturan syariah, yang bertujuan mencegah ketidak aslian
dalam pemilihan dan pemanfaatan sumber-sumber material, guna
memenuhi kebutuhan manusia sehingga memungkinkan mereka
melaksanakan perinta-perintah Allah dan kewajiban Masyarakar.16
Ekonomi dari bahasa yunani “ rumah tangga” yakni ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk mencapai
keuangan dan gejala-gejala yang timbul dalam usaha tersebut.17
Dalam hukum islam dikatakan bermuamalah atau ekonomi yaitu
bagian dari hukum islam yang mengatur hubungan antara seseorang dan
orang lain, baik itu pribadi maupun berbentuk badan lain. Muamalah atau
ekonomi yakni mengatur permasalahan yang menyangkut hubungan
seseorang dengan orang lain dalam bidang ekonomi.18
Dalam istilah fiqih ekonomi biasa juga diartikan dengan
“muamalah” yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan harta, hak milik,
perjanjian jual beli, utang piutang, sewa menyewa, pinjam meminjam juga
16
Dawan Rahardjo. Etika Ekonomi dan Manajemen. (Yogyakarta: Tiara Wacana 1990),
hlm.113
17
Ichtiar Baru Van Hoeve. Ensiklopedi islam. Jil. II. (Jakarta: 1997), hlm. 892
18
A.S. Hornby – E.C. Parnwell Siswoyo – Siswoyo. “Kamus Lengkap Inggris
Indonesia”, (Cet. I; Jakarta: PT. Ilmu Pustaka,1997), hlm. 203
18
hukum yang mengatur keduannya serta segala yang merupakan hubungan
manusia dengan sesamanya baik secara individu maupun masyarakat.
Ekonomi atau economic yaitu pengaruh terhadap bunga uang, dan segala
sesuatu yang berhubungan ke ekonomi. Pengawasan daan pengurusan
uang barang-barang, sumber-sumber dalam masyarakat, golongan atau
umum.19
2. Sejarah Ekonomi Islam
Menurut Adiwarman A. Karim, bahwa teori ekonomi Islam
adalah sebenarnya bukan ilmu baru atau sesuatu yang diturunkan
secara mendasar dari teori ekonomi yang ada sekarang. Sejarah
membuktikan para pemikir Islam merupakan penemu atau peletak
dasar semua bidang ilmu. Para ekonom Muslim sendiri mengakui,
bahwa mereka banyak membaca dan dipengaruhi oleh tulisantulisan
Aristoteles (367-322 SM) sebagai filsuf yang banyak menulis
ekonomi. Akan tetapi, mereka tetap menjadikan Qur‟an dan Hadis
sebagai rujukan utama dalam menulis teori-teori ekonomi Islam.
3. Sistem Ekonomi Islam
Jika dipandang semata-mata dari tujuan dan prinsip atau motif
ekonomi. Memang tidak ada perbedaan antara sistem ekonomi islam
dan ekonomi lain sebab semua sistem ekonomi bekerja atas:
19
M. Abdul Mujaib, dkk. Kamus Istilah Fiqih. (Cet. II. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994),
hlm.110
19
a. Tujuan yang sama yaitu mencari pemuasan berbagai keperluan
hidup manusia, baik keperluan hidup itu keperluan pribadi maupun
keperluan hidup masyarakat secara keseluruhan.
b. Prinsip dan masyarakat ekonomi yang sama yakni berusaha
mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan tenaga atau ongkos
sekecil-kecilnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.20
Sistem ekonomi islam adalah sistem yang terjadi setelah prinsip ekonomi
yang menjadi pedoman kerjanya dipengaruhi atau dibatasi dan ajaran-ajaran
islam dengan perkataan lain, mengenai sistem ekonomi islam dan pengaruh
yang dipancarkan oleh ajaran-ajaran islam terhadap prinsip yang menjadi
pedoman bagi setiap ekonomi, yang bertujuan menciptakan alat-alat untuk
memuaskan berbagai keperluan manusia.21
Sistem ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang mandiri dan terlepas
dari sistem ekonomi yang lainnya. Perbedaan sistem ekonomi islam dan sistem
ekonomi lainnya.
a) Asumsi dasar/norma pokok ataupun aturan main dalam proses maupun
interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan.
b) Prinsip ekomnomi islam adalah asas efesiensi dan manfaat dengan atap
menjaga kelestarian lingkungan alam.
20
Muhammad Daud Ali. Sistem Islam Zakat dan Wakaf, (Cet. I. Jakarta: UI Press 1998),
hlm.17
21
Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH – Hj. Habiba Daud, SH. Lembaga-lembaga Islam di
Indonesia. (Ed. I, Cet. I. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1995), hlm. 234
20
c) Motif ekonomi islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan dia
akhirat selaku khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas.
Ketentuan sistem ekonomi terdapat didalam perintah yang terdapat
dalam ajaran islam, yaitu:
a) Ajaran islam dilaksanakan secara totalitas, perintah ajaran islam
dilaksanakan di dalam seluruh kegiatan umat islam.
b) Asas efesisensi dan menjaga kelestarian lingkungan.
c) Motif ekonomi adalah keberuntungan di dunia dan di akhirat.22
4. Karakteristik Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki karakteristik. Karakteristik tersebut
antara lain:23
1. Ekonomi Islam memiliki tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqasid asy-syari‟ah), yaitu mencapai dunia dan akhirat (falah)
melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (Hayyah
Thayyibah).
2. Ekonomi Islam memiliki tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqasid asy-syari‟ah), yaitu mencapai dunia dan akhirat (falah)
melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (Hayyah
Thayyibah).
22
Suhrawandi K. Lubis. Hukum Ekonomi Islam. (Ed. I, Cet. II. Jakarta: Sinar Grafindo,
2000), hlm.16
23
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2008) hlm. 55-73
21
3. Moral sebagai sebagai pilar ekonomi Islam. untuk menyederhanakan,
moral ekonomi Islam dapat diuraikan menjadi dua komponen
meskipun dalam praktiknya kedua hal ini saling beririsan, yaitu:
a) Nilai ekonomi Islam. Nilai (value) merupakan kualitas atau
kandungan intristik yang diharapkan dari suatu perilaku atau
keadaan.
b) Prinsip ekonomi Islam. Prinsip merupakan suatu mekanisme atau
elemen pokok yang menjadi struktur atau kelengkapan suatu
kegiatan atau keadaan.
5. Dasar Hukum Ekonomi Islam
Nilai dasar ekonomi islam adalah nilai dasar pemilihan-pemilihan
bukanlah pengusahaan mutlak atas sumber-sumber ekonomi, tetapi
kemampuan untuk memanfaatkannya. Seorang muslim yang tidak
memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang diamanatkan Allah
kepadanya, misalnya dengan membiarkan lahan atau sebidang tanah
tidak diolah sebagaimana mestinya akan kehilangan hak atas sumber-
sumber ekonomi itu, demikian juga halnya dengan sumber-sumber
ekonomi yang lain. Hal ini disandarkan pada ucapan Nabi Muhammad
yang mengatakan “bahwa barang siapa yang menghidupkan dan
memanfaatkan sebidang tanah yang maju, ia akan jadi pemilik tanah
itu, akan tetapi kalau ia menelantarkan tanah itu misalnya dengan hanya
sekedar memagarinya dengan tembok selama tiga tahun lamanya maka
ia tidak berhak lagi memiliki tanah itu.
22
Sumber-sumber daya alam yang menyangkut kepentingan umum
atau yang menjadi hajat hidup orang banyak harus menjadi milik umum
atau negara atau sekurang-kurangnya dikuasai oleh negara untuk
kepentingan umum atau orang banyak. Adapun nilai dasar ekonomi
yaitu: Nilai dasar pemilihan, nilai keseimbangan dan nilai keadilan.
Seperti di ketahui bahwa Al-qur‟an dan sunnah Rasulullah saw
merupakan sumber tuntunan hidup bagi kaum muslimin untuk
menapaki kehidupan fana didunia ini dalam rangka menuju kehidupan
kekal diakhirat nanti.
Al-qur‟an dan sunnah rasulullah sebagai penuntun memiliki daya
jangkau dan daya atur yang universal. Artinya meliputi segenap aspek
kehidupan umat manusia dan selalu ideal untuk masa lalu, kini dan
yang akan datang.
Dalam hal ini ekonomi sebagaimana juga bidang-bidang ilmu
lainnya yang tidak luput dari kajian islam, bertujuan menuntun agar
manusia berada di jalan lurus. Kegiatan ekonomi dalam pandangan
islam merupakan tuntunan kehidupan disamping itu juga merupakan
anjuran yang memiliki dimensi ibadah.24
6. Tujuan Ekonomi
Hukum yang dianjurkan dalam islam agar manusia berusaha
untuk menghasilkan dan mendapatkan kebutuhan hidupnya, merupakan
hal yang tidak dapat di sangkal. Lebih daripada itu islam sering
24
Suhrawati K. Lubis. Hukum Ekonomi Islam. (Ed. I, Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika
2000), hlm. 1
23
menganggap bahwa usaha yang produktif merupakan suatu tanggun
jawab. Pada umumnya, usaha dan keuntungan ekonomi yang
dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup
seseorang dianggap sebagai suatu keharusan oleh hukum islam. Tujuan
ekonomi menurut islam:
1. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana.
Beberapa sunnah yang dapat dipetik memberikan prinsip: yang
pertama, merupakan tanggun jawab agama untuk memenuhi kebutuhan
utama yang demikian, yaitu sama pentingnya untuk menjamin
kehidupan, dan yang kedua, bahwa semua usaha yang dilakukan untuk
mencari rezeki merupakan usaha menuu jalan allah. Hal ini termasuk
usaha untuk mendapatkan makanan, minuman, pakaian, tempat
perlindungan, perawatan dan pendidikan.25
2. Memenuhi kebutuhan keluarga
Sesungguhnya tanggun jawab seseorang untuk mmbantu dan
menanggun istri dan anak-anaknya merupakan tindakan yang lumrah
dalam kehidupan. Tanggun jawab ini mungkin juga dilakukan kepada
orang tua yang memerlukan bantuan. Standar ekonomi keluarga
merupakan faktor utama untuk menentukan sejauh manakah keperluan
tanggun jawab seseorang untuk patut dipenuhi.
25
Muhammad Najatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Cet. II, Jakarta:
1996), hlm. 15
24
Tanggun jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup dianggap
sebagai seruan yang merangsan setiap orang untuk menambah lagi
usaha dan pendapatan agar melebihi dari kebutuhan hidup sendiri.26
3. Memenuhi kebutuhan jangka panjang
Intensif untuk mendapatkan harta menjadi tujuan manusia
sedunia dan ia keluarkan dengan adanya ketetapan agama.
Bagaimanapun juga islam menghendaki bahwa intensif yang demikian
tidak membawa manusia untuk menghimpun kekayaan yang
melampaui batas.
4. Menjadikan kebutuhan bagi keluarga yang ditinggalkan
Dengan adanya hukum warisan dalam al-qur‟an nyatalah bahwa
seruan yang demikian diakui oleh islam. Meninggalkan sejumlah harta
untuk kebutuhan hidup orang-orang yang berada dibawah tanggungan
setelah seseorang meninggal dunia.27
5. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan berdasarkan jalan allah
Dana yang dikumpulkan dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan lahir dan batin masyarakat meliputi: bidang sarana
ibadah, bidang pendidikan dan bidang pelajaran sosial.28
26
Muhammad Najatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Cet. II, Jakarta:
1996), hlm. 25
27
Muhammad Najatullah Siddiqi, op. cit., hlm. 27
28
Depag, Bimas Islam dan Urusan Haji Pedoman Zakat, Seri 4.
25
6. Prinsip-prinsip ekonomi dalam Islam
Prinsip-prinsip yang menjadi kaidah pokok yang membangun
struktur atau kerangkan ekonomi Islam yaitu kerja (resource
utilization), kompensasi (conpensation), efisiensi (efficiency),
profesionalisme (professionalism), kecukupan (sufficiency),
pemerataan kesempatan (equal opportunity), kebebasan (freedom),
kerja sama (cooperation), persaingan (competition), keseimbangan
(equilibrium), solidaritas (solidarity), informasi simetri (symmetric
information).
2. Pembangunan Ekonomi
a. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perpaduan antara
pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Pembangunan Ekonomi
bergantung dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) dimana
pembangunan ekonomi mendorong dalam pertumbuhan ekonomi dan
sebaliknya pula, ekonomi dapat memperlancar dalam proses pembangunan
ekonomi tersebut.
Pembangunan ekonomi ialah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk serta disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk dinegara tersebut.
26
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu perubahan yang
terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses, untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu dengan adanya peningkatan
pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka waktu
yang panjang.29
Pembangunan ekonomi dapat juga disebut sebagai pembangunan
negara. Pembangunan ekonomi berisi strategi pembangunan daerah yang
dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapi strategi makro dan
sektoral dari pembangunan nasional. Pengertian pembangunan dalam hal
ini banyak digunakan para pembuat kebijakan sebagai usahanya untuk
membangun stabilitas perekonomian suatu negara.
b. Tujuan Pembangunan Ekonomi
Adapun tujuan dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu
Negara untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, adalah
sebagai berikut :30
1. Memperluas lapangan pekerjaan.
2. Memperbaiki kualitas dan kuantitas pendidikan.
3. Memperluas distribusi berbagai barang kebutuhan pokok.
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
29
Muhammad Hasan, S.Pd., M.Pd. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan
Masyarakat. (Cet. 1, Makassar: 2018), hlm. 8
30
Muhammad Hasan, S.Pd., M.Pd. op. cit. hlm. 49
27
5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari yang meliputi sandang, pangan, papan,
keamanan, kesehatan, serta perlindungan keamanan dari pemerintah.
6. Meningkatkan tingkah laku dan pemahaman masyarakat dalam
menjunjung nilai-nilai luhur, seperti budaya agama dan sosial.
7. Memperluas pilihan-pilihan sosial dan ekonomi bagi setiap individu
serta bangsa secara keseluruhan. Contohnya : kebebasan dari sikap
ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau negara lain tetapi
terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai
kemanusiaan.
c. Faktor Pembangunan Ekonomi
Adapun faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah
sebagai berikut :31
1. Sumber daya Alam (SDA)
Sumber daya alam merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara. Sumber daya alam
meliputi segala sesuatu yang disediakan oleh alam dan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan penyediaan bahan baku produksi.
Sumber daya alam meliputi air, tanah, dan udara beserta segala hal yang
dikandungnya.
Dengan sumber daya alam yang baik, maka suatu negara dapat
mencapai pembangunan ekonomi dengan tingkat yang lebih
31
Muhammad Hasan, S.Pd., M.Pd. op. cit. hlm. 85
28
baik. Contohnya adalah negara-negara Timur Tengah yang memiliki
bahan tambang berupa gas alam dan minyak bumi.
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia juga merupakan faktor yang mempengaruhi
pembangunan ekonomi suatu negara. Faktor ini disebut kunci dari proses
pembangunan itu sendiri. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas
maka dapat mencapai tingkat pembangunan ekonomi yang diinginkan.
Negara yang kurang sumber daya alamnya tapi memiliki sumber
daya manusia yang baik bisa menjadi negara maju dibandingkan negara
yang kaya sumber daya alam tapi memiliki sumber daya manusia yang
rendah. Contohnya adalah negara-negara di Eropa Jepang, Singapura,
dan Amerika.
3. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal memegang peranan penting bagi pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Dengan modal yang banyak, maka akan terjadi
pertumbuhan kegiatan ekonomi baru di negara tersebut. Karena
kurangnya sumber daya modal, biasanya negara akan membuat
peraturan untuk penanaman modal asing dalam bentuk investasi.
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
lmu pengetahuan dan teknologi adalah alat yang digunakan
manusia untuk mengolah sumber daya alam yang ada secara produktif,
efektif, dan efisien. Tanpa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
29
pembangunan ekonomi akan terhambat karena proses produksi dalam
menghasilkan barang dan jasa tersebut.
5. Infrastruktur
Infrastruktur yang lengkap dan merata dapat mendorong efektivitas
dan efisiensi kegiatan produksi yang dilakukan oleh suatu negara.
Dengan infrastruktur yang baik, maka setiap pelaku ekonomi dapat
mencapai kemudahan dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Dengan
kemudahan tersebut, maka proses pembangunan ekonomi suatu negara
akan berjalan dengan baik.
6. Keadaan Politik
Keadaan politik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pembangunan ekonomi di suatu negara. Apabila keadaan politik suatu
negara tidak stabil dengan adanya bongkar pasang peraturan, maka akan
semakin sulit masuknya modal ke negara tersebut. Dengan sulitnya
modal masuk, maka kegiatan produksi tidak akan berkembang dengan
baik.
7. Sosial Politik
Suatu negara yang dihuni oleh penduduk yang sering mengalami
konflik cenderung akan mengalami kemunduran dalam proses
pembangunannya. Dan sebaliknya, negara dengan penduduk yang ramah
dan menjunjung tinggi kesamaan hak dan kewajiban akan mendorong
terciptanya pembangunan ekonomi yang baik.
30
8. Sistem Pemerintah
Sistem pemerintahan yang mendukung cepatnya pembangunan
ekonomi umumnya adalah sistem pemerintahan yang mengizinkan
masuknya modal asing untuk investasi di negara
tersebut, misalnya sistem liberalis. Sementara sistem pemerintahan yang
akan menghambat percepatan pembangunan ekonomi misalnya sistem
sosialis.
d. Dampak Pembangunan Ekonomi
Adapun dampak postif dan negatif yang ditimbulkan dari
pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :32
1. Dampak Positif
a) Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga akan
mengurangi jumlah pengangguran.
b) Pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar dan
akan mempercepat proses pertumubuhan ekonomi.
c) Perubahan struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris
menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan oleh suatu negara akan menjadi semakin dinamis dan
beragam.
32
Chafid Fandeli, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Pembangunan
Berbagai Sektor,(Yogyakarta: UGM, 2017), hlm. 30
31
d) Pembangunan ekonomi menuntut adanya peningkatan kualitas SDM
sehingga dimungkinkan perkembangan IPTEK semakin berkembang
pesat, sehingga makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Dampak Negatif
a) Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
b) Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
sehingga menyebabkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
c) Terjadinya pencemaran udara, air, dan tanah dari ketidaksiplinannya
manusia.
d. Contoh Pembangunan Ekonomi
Adapun contoh dari pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan air bersih
2. Pembangunan fasilitas komunikasi
3. Perbaikan sanitasi
4. Peningkatan kualitas SDM
5. Pembangunan jalan tol.
32
B. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Al – Qur‟an
QS. At-Taubah : 60-103
Ar-Rum : 39
An-nur : 49
As sunnah
HR. Ibnu Abbass
Studi Teoriktik
1. Dalam kitab Majma
Lugha Al-arabiyyah
Al-Mu‟jam Al-wasith
Didin Hafidhuddin
mengemukakan
bahwa zakat itu
adalah bagian dari
harta dengan
persyaratan tertentu.
2. Menurut Sayyid
Sabiq, zakat adalah
suatu sebutan dari
suatu hak Allah yang
dikeluarkan seseorang
untuk fakir miskin.
Studi Empiris
1. Siti Lestari (2015),
Analisis
Pengelolaan Zakat
Produktif Untuk
Pemberdayaan
Ekonomi.
2. Syaipudin Elman
(2015), Strategi
Penyaluran Dana
Zakat BAZNAS
Melalui Program
Pemberdayaan
Rumusan Masalah
Studi
Hipotesis
Analisis kualitatif Analisis kualitatif
Skripsi
1.Pengembangan ilmu
2.Manfaat karya ilmiah
3.Motivasi penelitian
lanjutan
4.Kesimpulan dan
rekomendasi
33
C. Penelitian Terdahulu
Siti Lestari, 2015, Universitas Islam Negeri Walisongo, Fakultas Syariah
dan Hukum dengan Judul Skripsi, Analisis Pengelolaan Zakat Produktif Untuk
Pemberdayaan Ekonomi33
, Hasil penelitian, zakat produktif untuk pemberdayaan
ekonomi masyarakat Badan Amil Zakat Nasional kabupaten Kendal mempunyai
program pendayagunaan yang diberikan kepada para mustahiq yaitu pemberian
grobak sayur dan penyewaan kios-kios kecil di pasar atau di pinggir jalan strategis
untuk ditempati fakir miskin yang ingin berwirausaha.
Wiwid Sugiarto, 2018, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
Fakultas Syariah dan Hukum, dengan Judul Skipsi, Implementasi zakat profesi
dalam perspektif hukum islam, Hasil penelitian, di lapangan dapat dikemukakan
bahwa pelaksanaan zakat profesi Guru SD Negeri 1 Tanjungan belum sepenuhnya
berjalan. Karena penghasilan yang mereka terima belum mencapai batas nishab
sesuai dengan kesepakatan ijtihad para ulama dan fatwa MUI Nomor 3 Tahun
2003 tentang zakat penghasilan dengan batasan nishab 85 gram emas.34
Rosa Khoirunnisa, 2017, Universitas Islam Negeri Sunan KaliJaga
Yogyakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dengan Judul Skripsi, Analisis
pengaruh pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial terhadap tingkat
kemiskinan di provinsi jawa tengah tahun 2011-2015, hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel pengeluaran per kapita, kesehatan dan pendidikan
33
Siti Lestari, 2015, Universitas Islam Negeri Walisongo, Fakultas Syariah dan Hukum
dengan Judul Skripsi, Analisis Pengelolaan Zakat Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi.
34
Wiwid Sugiarto, 2018, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Fakultas
Syariah dan Hukum, dengan Judul Skipsi, Implementasi zakat profesi dalam perspektif hukum
islam.
34
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi jawa
tengah, pengangguran berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat kemiskinan
di provinsi jawa tengah.35
Syaipudin Elman, 2015, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Syariah dan Hukum, Dengan Judul Skripsi, Strategi penyaluran dana zakat
BAZNAS melalui program pemberdayaan ekonomi, Hasil penelitian,
Menunjukkan bahwa keberadaan Badan Amil Zakat Nasional dirasakan cukup
besar manfaatnya oleh masyarakat.36
35
Rosa Khoirunnisa, 2017, Universitas Islam Negeri Sunan KaliJaga Yogyakarta,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dengan Judul Skripsi, Analisis pengaruh pembangunan
ekonomi dan pembangunan sosial terhadap tingkat kemiskinan di provinsi jawa tengah tahun
2011-2015.
36
Syaipudin Elman, 2015, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan
Hukum, Dengan Judul Skripsi, Strategi penyaluran dana zakat BAZNAS melalui program
pemberdayaan ekonomi.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang di gunakan adalah metode kualitatif sesuai dengan
permasalahan dan tujuan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini
bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis data secara mendalam mengenai
Analisis Pengaruh Rentenir Terhadap Sosial Ekonomi. Berdasarkan konteks
permasalahan dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif
dalam desain metode deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami dan subjek penelitian misalnya perilaku,
motivasi, persepsi, tindakan dan lain-lain secara holistic dan dengan cara
deskripsi
B. Metode Pendekatan
Metode pendekatan ini dianggap relevan dengan penelitian ini adalah
pendekatan komunikasi organisasi. Peneliti akan menggunakan metode
pendekatan ini kepada pihak-pihak relevan di jadikan narasumber untuk
memberikan keterangan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
37
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, yaitu:
1. Library Research (Riset Kepustakaan), yaitu dengan mengumpulkan data
yang diperoleh melalui studi kepustakaan, dengan cara mengumpulkan
data-data atau dokumen-dokumen perusahaan maupun literature-literatur
yang terkait dengan penelitian.
2. Field Research, yaitu mengumpulkan data melalui penelitian lapangan,
dengan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat, menganalisa secara sistematis
terhadap gejala/ fenomena/ objek yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
Pengamatan ini dilakukan dengan cara observasi partisipan, dengan
menggunakan alat bantu seperti alat tulis menulis, dan sebagainya.
b. Metode wawancara
Wawancara adalah percakapan antar periset (seseorang yang
berharap mendapatkan informan) dan informan (seseorang yang
diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu
objek).Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data
untuk mendapatkan keterangan lisan melalui tanya jawab dan
38
berhadapan langsung kepada orang yang dapat memberikan keterangan.
Teknik ini memberikan data sekunder dan data primer yang akan
mendukung penelitian. Adapun yang penulis ingin mewawancarai
sebagai informan yang dimana penulis bisa mendapatkan data yang bisa
dimasukkan ke dalam Bab 4, yaitu kurang lebih 3 orang karyawan di
Kantor BAZNAS.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan
analisis terhadap dokumen-dokumen yang berisi data yang menunjang
analisis dalam penelitian.
D. Metode pengelolaan dan analisis data
Teknik analisis data yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif.Oleh karena itu, dalam pengelolaan data yang diperoleh
tentunya harus menggunakan metode pengolahan data yang bersifat
kualitatif.Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat ataupun narasi-narasi,
baik yang diperoleh dari wawancara ataupun observasi. Riset kualitatif adalah
riset yang menggunakan cara berfikir induktif yakni cara berfikir yang diangkat
dari hal-hal yang khusus menuju ke hal-hal yang umum.
39
E. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan setelah seminar proposal dan mendapatkan
persetujuan dari pembimbing yang bersangkutan.
2. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang akan dilakukan di Kantor badan amil zakat nasional
kota makassar.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BAZNAS Kabupaten Bantaeng
1. Sejarah Terbentuknya BAZNAS Kabupaten Bantaeng
Badan Amil Zakat (BAZ) Daerah Kabupaten Bantaeng dibentuk
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat dan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor :
373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang –Undang Nomor : 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat, dengan dasar tersebut Pemerintah Kabupaten
Bantaeng membentuk pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) dengan
keputusan Bupati Bantaeng Nomor : 188 Tahun 2001 tentang Pengurus Badan
Amil Zakat (BAZ) Daerah Kabupaten Bantaeng periode 2001-2004.
Kepengurusan tersebut tidak terlalu lama ditinjau kembali untuk
disempurnakan berdasarkan hasil rapat kerja Badan Amil Zakat (BAZ) Daerah
Kabupaten Bantaeng pada tanggal 14 september 2002, kemudian ditindak lanjuti
oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Bantaeng dengan Surat
Nomor : Mt.20/2-c/BA.01.1/129/202 tentang komposisi Badan Amil Zakat (BAZ)
Daerah Kabupaten Bantaeng periode 2001-2004, maka kepengurusan dengan
keputusan Bupati Bantaeng Nomor : 188 Tahun 2001 disempurnakan kembali
dengan keputusan Bupati Bantaeng Nomor : 155 Tahun 2003 tentang pengukuhan
kembali pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Daerah Kabupaten Bantaeng periode
2001-2004, dengan komposisi kepengurusan sebagai berikut
41
a. Dewan pertimbangan
b. Komisi pengawas
c. Badan pelaksana
d. Seksi-seksi
2. Visi dan Misi
Visi :
“Menjadikan BAZNAS Kabupaten Bantaeng sebagai pusat zakat yang
kompoten, modern dan terpercaya dalam melayani muzakki berzakat dengan
benar dan mewujudkan Bantaeng bersih dan sejahtera.”
Misi :
a. Mengembangkan potensi pengelola zakat sehingga menjadi lembaga
pilihan utama umat.
b. Menjalankan pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (Siddiq, tabliq, amanah
dan fatanah) sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat.
c. Memberikan pelayanan muzakki untuk memasukkan zakat dengan benar
sesuai syariah.
d. Mengembangkan pelayanan dan program pemberdayaan untuk
meningkatkan kesejahteraan mustahik.
e. Mensinergikan seluruh potensi dan kekuatan pemangku kepentingan zakat
untuk memberdayakan umat melalui ZIS, CSR dan bantuan keaagamaan
lainnya.
42
3. Tujuan
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dan pengelolaan zakat.
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan.
4. Sumber penerimaan zakat, infaq dan sedekah
Zakat merupakan pranata keagaamaan dalam agama islam yang hukumnya
wajib dilakukan apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu, zakat terbagi atas
dua kategori yaitu zakat mall dan zakat fitrah:
a. Zakat mall meliputi :
1) Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya
2) Zakat uang dan surat berharga lainnya
3) Zakat perorangan
4) Zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan
5) Zakat peternakan dan perikanan
6) Zakat pertambangan
7) Zakat perindustrian
8) Zakat pendapatan dan jasa (profesi)
9) Zakat rikaz
b. Zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat jiwa dapat berupa beras (makanan pokok) atau
dapat diganti dengan uang yang senilai dengan beras atau makanan pokok
tersebut ditunaikan sejak awal bulan Ramadhan dan paling lambat sebelum
pelaksanaan shalat idul fitri.
43
c. Infaq dari calon jamaah
Infaq calon jamaah haji juga merupakan sumber penerimaan berdasarkan
keputusan Bupati Bantaeng terakhir Nomor : 372/VII/2012 Tanggal 14 Juli
2012 yang pengumpulannya melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Badan
Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng yang selanjutnya akan disalurkan
kembali kepada yang berhak menerimanya (8 asnaf).
d. Mobil ambulance
Mobil ambulance juga merupakan sumber penerimaan sebagai mobil
jenazah di gunakan mengantar jenazah ke tempat tujuan, bagi keluarga yang
mampu membayar dalam bentuk infaq dan bagi keluarga miskin tidak
membayar atau gratis. Mobil ambulance adalah bantuan dari Pemerintah
Kabupaten Bantaeng pada tahun 2011.
e. Penginapan dan aula
Gedung Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng pada lantai II
(dua) terdapat mabit (penginapan) diperuntukkan bagi musafir dan masyarakat
yang melakukan perjalanan dan kehabisan biaya dapat menggunakan
penginapan secara gratis.
Untuk lantai III terdapat aula yang digunakan sebagai ruang
rapat/pelatihan untuk dipersewakan yang merupakan sumber penerimaan dalam
bentuk infaq, hasil dari penerimaan infaq digunakan untuk biaya cleaning
service, pemeliharaan, peralatan dan sebagian disetorkan ke rekening BAZNAS
sebagai penerimaan dalam bentuk infaq.
44
5. Struktur organisasi baznas kabupaten bantaeng
Ketua Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng menyusun
komposisi pelaksana dalam Surat Keputusan Nomor :
77/BAZNAS/KB/XII/2018 dan Nomor : 05/BAZNAS/KB/II/2019 sebagai
berikut :
a. Sudarni,SH sebagai satuan audit internal
b. Syahria Ningsih, SE sebagai bidang pengumpulan
c. Hasmirah sebagai bidang keuangan dan pelaporan
d. Tiara Sani Bachtiar sebagai bidang pendistribusian
e. Sri Indriani sebagai bidang kesektariatan SDM dan umum
f. Muh. Anis Malik sebagai bidang kesektariatan SDM dan umum
g. Bachtiar sebagai sopir operasional
h. Amran sebagai sopir ambulance
Dari uraian tersebut, maka struktur organisasi Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten Bantaeng periode 2015 – 2020 sebagai berikut :
45
6. Program dan kegiatan
a. Perencanaan
Berdasarkan peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor : 04 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Tahunan
Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan Badan
Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota. Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten
Bantaeng setiap tahunnya menyusun program tahunan yakni Rencana Kerja
Anggaran Tahunan (RKAT) sebagai pedoman kerja dalam jangka waktu satu
tahun dari tanggal 1 januari – 31 desember.
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) disusun dengan
sistematika sebagai berikut :
1) Pendahuluan
2) Gambaran umum
3) Realisasi kegiatan dan anggaran tahunan berjalan
WAKIL KETUA I
Drs. H. ABD. MUIN JUFRI
WAKIL KETUA II
H. MAULA AKIL,SE, M.Si
WAKIL KETUA III
H. ABD. MALIK MADONG, SE, MM
WAKIL KETUA IV
Drs. H. M. KASIR MADONG, M.SI
BAGIAN PENGUMPULAN
SYAHRIAH NINGSIH, SE
BAGIAN PENDISTRIBUSIAN
DAN PENDAYAGUNAAN
TIARA SANI BACHTIAR
BAGIAN KEUANGAN DAN
PELAPORAN
HASMIRAH, S.Pd
BAGIAN SDM DAN UMUM
1. SRI INDRIANI
2. MUH. ANIS MALIK
3. AMRAN
4. BACHTIAR
SATUAN AUDIT INTERNAL
SUDARNI, SH
KETUA
Drs. H. ABD. KARIM BAGADA, MM
46
4) Kebijakan umum RKAT
5) Rencana kegiatan dan anggaran pengumpulan
6) Rencana kegiatan dan anggaran pendistribusian dan pendayagunaan
7) Rencana kegiatan dan anggaran sistem pendukung
8) Penutup
9) Lampiran-lampiran
a) Rencana program kerja unit kerja
b) Proyeksi laporan keuangan
Sebelum penyusunan RKAT dimulai dengan berdasarkan rencana
strategi dan kebijakan umum RKAT harus ditetapkan oleh Pimpinan Badan
Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng.
Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) harus sudah disahkan dan
ditetapkan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan setelah mendapatkan pengesahan dari Badan Amil
Zakat Provinsi Sulawesi Selatan, Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan (RKAT)
tembusannya disampaikan kepada Badan Amil Zakat Nasional di Jakarta.
Badan Amil Zakat Nasional dalam pelaksanaan Program Dan Kegiatan
dalam pengelolaan zakat, infaq dan sedekah mengacu pada lima sasaran pokok
yakni :
1) Bantaeng PEDULI : yaitu memberikan bantuan kepada fakir miskin dan
korban bencana alam yang terjadi seperti kebakaran.
2) Bantaeng TAQWA : yaitu memberikan bantuan kepada pengurus masjid
dan kegiatan keagamaan lainnya.
47
3) Bantaeng SEHAT : yaitu bantuan diberikan kepada masyarakat yang
kurang mampu berupa biaya pengobatan dan peralatan kesehatan seperti
kursi roda.
4) Bantaeng MAKMUR : yaitu bantuan modal usaha, bagi usaha-usaha
mikro.
5) Bantaeng CERDAS : yaitu bantuan diberikan kepada Mahasiswa yang
kurang mampu dalam bentuk beasiswa untuk penyelesaian pendidikan.
b. Pengumpulan
Dalam pengumpulan zakat, Badan Amil Zakat Nasional terlebih dahulu
melakukan pemahaman dan sosialisasi kepada calon muzakki dengan
mengunjungi tiap satuan kerja perangkat daerah, sekolah dari semua tingkatan
mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan sederajat. Untuk
memberikan penjelasan kepada setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) dan para
guru tentang pentingnya zakat, utamanya zakat mal (harta), zakat fitrah dan
zakat profesi. Bagi calon muzakki yang diharapkan menunaikan zakat pada
Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng antara lain :
1) Bupati dan wakil bupati
2) Forum komunikasi pimpinan daerah beserta staf
3) Ketua dan anggota DPRD kabupaten bantaeng
4) Instansi vertical
5) Aparatur sipil Negara (ASN), guru, dan pejabat fungsional
6) Badan usaha milik daerah (BUMD)
48
7) Lembaga keuangan (BRI, BNI dan bank sulselbar)
8) Jasa profesi
9) Pengusaha, kontraktor
10) Masyarakat perorangan yang memiliki harta dan memenuhi syarat nisab
untuk menunaikan zakat.
Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) pada setiap Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
sekolah, madrasah dan sederajat. Untuk melakukan pengumpulan zakat dari
muzakki yang ada disetiap unit kerjanya, hasil pengumpulan setiap bulannya
Unit Pengumpul Zakat menyerahkan hasil pengumpulannya ke Badan Amil
Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng melalui Bank yang telah ditunjuk yakni
Bank BNI, BRI dan Bank Sulselbar. Adapula Unit Pengumpul Zakat yang
langsung gajinya dipotong melalui Payroal Sistem yang bekerja sama dengan
Bank Sulselbar, disamping itu bagi muzakki perorangan Badan Amil Zakat
Nasional Kabupaten Bantaeng menyiapkan counter untuk melayani muzakki
yang ingin menyetorkan zakat secara langsung.
Pengumpulan untuk zakat fitrah dilakukan oleh Unit Pengumpul Zakat
Fitrah (UPZF) yang telah dibentuk oleh Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten
Bantaeng pada setiap Desa/Kelurahan, Unit Pengumpul Zakat Fitrah (UPZF)
melakukan pengumpulan zakat fitrah setiap bulan Ramadhan untuk setiap jiwa
dengan besaran 4 (empat) liter beras dan beras jagung dapat pula dalam bentuk
uang untuk beras senilai harga yang berlaku pada saat menyerahkan zakat fitrah.
49
Zakat fitrah yang dikumpulkan oleh amil dibeberapa tempat dicatat dan
diadministrasikan dengan baik selanjutnya akan di himpun menjadi laporan Unit
Pengumpul Zakat Fitrah pada setiap Desa/Kelurahan. Pengumpulan zakat dari
muzakki perorangan dapat pula dilakukan secara langsung pada counter yang
telah disiapkan Oleh Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng jalan
DR. Ratulangi No. 6 Maricayya Bantaeng.
Pengumpulan zakat/infaq dari calon jamaah yang akan menunaikan haji
setiap tahunnya dari calon jamaah haji Kebupaten Bantaeng, pengumpulannya
oleh Unit Pengumpul Zakat khusus calon jamaah haji pada kantor BAZNAS
Kabupaten Bantaeng.
Tabel 4.1 : Daftar Penerimaan Pengumpulan Zakat, Infaq Dan Sedekah
Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng
NO TAHUN
PERINCIAN JENIS
TOTAL
ZAKAT INFAQ
ZAKAT
FITRAH
1
2009
(dari pengurus lama) 68.085.616 346.496.433
-
414.582.049
2
Periode 16 juni –
desember 2009 76.378.879 137.203.000
-
213.581.879
3 2010 233.567.792 129.695.128 - 363.262.920
4 2011 350.946.2944 125.019.462 - 475.965.756
5 2012 445.229.422 220.452.411 256.096.514 921.778.347
6 2013 353.341.088 235.616.993 310.478.500 899.436.581
7 2014 321.481.289 299.902.143 592.905.000 1.214.288.432
50
Sumber : Profil Badan Amil Zakat Nasional Kab. Bantaeng
c. Pendistribusian (penyaluran)
Dalam hal pendistribusian dana zakat yang disalurkan kepada mustahik
perorangan atau mustahik lembaga, Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten
Bantaeng menerapkan sistem dan mekanisme pendistribusian diantaranya :
1) Pendistribusian semester
Pendistribusian semester adalah suatu kebijakan yang diterapkan
oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng dengan tim pendistribusian ditiap
kecamatan dalam Kabupaten Bantaeng. Pendistribusian secara semester
kepada mustahik dilakukan dua kali dalam setahun yakni pada bulan januari
– juli dan pada bulan juli – desember.
2) Pendistribusian bulanan
Pendistribusian bulanan adalah menyalurkan dana zakat kepada
mustahik yang mengajukan permohonan baik yang bersifat perorangan atau
kelompok/lembaga, seperti benah rumah, permintaan alat kesehatan (kursi
roda), bantuan rehabilitasi masjid dan masalah sosial lainnya. Setelah
terlebih dahulu dilakukan kebenaran mustahik oleh tim peneliti yang di
bentuk oleh Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng.
8 2015 383.872.849 302.120.95 525.128.000 1.211.121.544
9 2016 908.638.774 477.944.570 971.330.000 2.357.913.344
10 2017 1.233.047.848 587.416.868 1.261.322.000 3.081.786.716
11 2018 1.196.430.980 616.759.637 978.146.000 2.791.336.617
51
3) Pendistribusian harian
Pendistribusian harian kepada gharimin, muallaf, riqab, ibnu sabil dan
amil pengurus Unit Pengumpul Zakat (UPZ), perorangan atau
lembaga/organisasi kemasyarakatan.
4) Pendistribusian insidentil
Pendistribusian insidentil adalah pendistribusian yang dilakukan
dengan kondisi mustahik yang memerlukan bantuan dana zakat seperti korban
kebakaran, bencana angin puting beliung, pemulangan bagi masyarakat yang
kehabisan biaya perjalanan untuk kembali ketempat asalnya, pemberian
sembako bagi mustahik yang tidak berdaya lagi mencari nafkah, serta
pemberian kain kafan bagi keluarga yang kurang mampu, termasuk
penggunaan mobil ambulance secara gratis.
Pemberian bantuan zakat dilakukan setelah mendapat laporan dari tim
peneliti tentang kebenaran mustahik penerima bantuan. Tim yang telah
dibentuk sebelum melakukan pendistribusian terlebih dahulu melakukan
verifikasi terhadap calon penerima dengan tahapan sebagai berikut :
a) Melakukan pendataan fakir miskin (mustahik) melalui Desa/Kelurahan,
sekolah, pondok pesantren dan UPZ disetiap unit kerja dengan kategori
data yang telah ditentukan.
b) Data mustahik sebagaimana disebutkan diatas disampaikan kepada Badan
Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng untuk selanjutnya dilakukan
penelitian, apakah calon mustahik layak atau tidak menerima pembagian
zakat.
52
c) Setelah data yang diterima memenuhi syarat, maka BAZNAS Kabupaten
Bantaeng menetapkan mustahik sebagai penerima bantuan zakat dalam
suatu surat keputusan ketua BAZNAS Kabupaten Bantaeng diketahui
Bupati Bantaeng.
d) Setelah penerima bantuan zakat telah ditetapkan, selanjutnya mengirimkan
undangan penerima bantuan kepada Desa/Kelurahan, sekolah, pondok
pesantren dan UPZ dengan jadwal pendistribusian yang telah ditentukan.
e) Tim yang telah dibentuk dibagi menjadi 3 tim untuk melakukan
pendistribusian pada 8 kecamatan sesuai jadwal yang ditetapkan. Dalam
pendistribusian kepada mustahik pada saat diserahkan terlebih dahulu
menanda tangani daftar penerimaan.
5) Pendistribusian zakat fitrah
Pendistribusian zakat fitrah dilaksanakan pada bulan Ramadhan paling
lambat penyalurannya dan sudah diterima mustahik sebelum pelaksanaan
shalat idul fitri dimulai. Besarnya bantuan dan jumlah fakir miskin (mustahik)
yang di beri bantuan akan ditetapkan oleh amil resmi yang berada ditiap
dusun/masjid setelah berkoordinasi dengan UPZ yang ada di setiap
Desa/Kelurahan dengan memperhatikan jumlah zakat fitrah yang diterimanya.
d. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif
Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dapat dilakukan dengan
ketentuan :
53
1) Penerima manfaat merupakan perorangan atau kelompok yang memenuhi
kriteria mustahik yang memuat :
a) Identitas mustahik perorangan atau kelompok
b) Jenis usaha produktif
c) Lokasi usaha produktif
d) Mendapat pengakuan dari pemerintah setempat
2) Mendapatkan pembinaan dari amil BAZNAS Kabupaten Bantaeng
3) Pemberian bantuan modal usaha produktif akan ditetapkan setelah
kelompok/perorangan mengajukan rencana biaya yang dibutuhkan dalam
pengelolaan usaha produktif yang akan dilaksanakan dan telah diadakan
verifikasi/penelitian atas biaya yang dibutuhkan, selanjutnya pihak
BAZNAS Kebupaten Bantaeng menentukan besarnya bantuan modal
usaha produktif kepada kelompok penerima.
Pemberian bantuan modal usaha produktif kepada
perorangan/kelompok dilakukan dengan suatu surat perjanjian antara kedua
belah pihak (pemberi dan penerima) yang disertai tanda tangan bersama.
54
Tabel 4.2 : Daftar Pendistribusian Zakat dan Infaq Badan Amil Zakat
Nasional Kabupaten Bantaeng
NO TAHUN
JENIS
JUMLAH
ZAKAT
FITRAH
TOTAL
ZAKAT INFAQ
1 2009 52.850.000 299.962.013 352.812.013 - 352.812.013
2 2010 191.825.000 61.432.120 253.257.120 - 253.257.120
3 2011 269.270.000 275.686.591 544.956.591 - 544.956.591
4 2012 295.857.750 202.029.920 497.887.670 256.096.514 753.984.184
5 2013 341.644.000 150.070.669 491.714.669 310.478.500 802.193.169
6 2014 642.140.000 187.266.251 829.406.251 595.905.000 1.422.311.251
7 2015 383.441.200 344.399.124 727.840.324 525.128.000 1.252.968.324
8 2016 457.225.000 475.680.231 932.905231 971.330.000 1.904.235.231
9 2017 1.064.558.691 572.844.507 1.637.403.198 1.261.322.000 2.898.725.198
10 2018 1.434.290.326 510.381.115 1.944.671.441 978.146.000 2.922.817.441
Sumber : Profil Badan Amil Zakat Nasional Kab. Bantaeng
B. Hasil Penelitian
1. Bagaimana Penerapan Zakat pada Baznas Kabupaten Bantaeng
Data yang akan disajikan dalam penelitian adalah data yang diambil
langsung dari badan amil zakat nasional (BAZNAS) Kabupaten Bantaeng melalui
narasumber dengan proses wawancara secara langsung, melakukan observasi dan
melakukan dokumentasi.
Ide pemberdayaan zakat, infaq dan sedekah sejatinya sudah lama menjadi
wacana nasional. Apalagi ditengah kondisi kemiskinan yang terus melanda,
55
Negara harus punya solusi jitu dalam menanggulanginya. Maka zakat bisa
menjadi solusi ampuh untuk menanggulanginya.
Pada hakikatnya zakat adalah instrument pemasukan Negara yang berasal
dari muslim dan disalurkan lagi ke muslim lainnya. Maka zakat sangat potensial
diterapkan di Negara mayoritas muslim seperti Indonesia. Belum lagi perintah Al-
Qur‟an yang menggandengkan kata shalat dan zakat di 83 tempat. Artinya antara
ibadah dan muamalah tidak bisa dipisahkan kehadirannya. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bantaeng
menyadarkan mayarakat muslim tentang pentingnya pengeluaran zakat secara
terus menerus melalui pemahaman, sosialisasi dan memberikan bukti nyata terkait
program kemanusiaan yang telah terealisasi khususnya dalam aspek pendidikan
dan kesehatan. Sehingga masyarakat sadar akan pentingnya mengeluarkan zakat
sehingga pengoptimalan dana zakat dapat terealisasi dengan melihat potensi zakat
masyarakat Indonesia yang cukup besar khususnya Kabupaten Bantaeng Provinsi
Sulawesi Selatan.
Sistem Penerapan zakat yang diterapkan pada BAZNAS Kabupaten
Bantaeng menurut Bapak Kasir Madong, adalah:
“Penerapan zakat yang kami paparkan sesuai dengan ketentuan islam
sebagaimana yang dijelaskan pada Al-qur‟an dan Penerapan zakat yang
kami gunakan di BAZNAS Kab. Bantaeng ini sudah kami pastikan sesuai
dengan syariat islam karena itulah hal yang paling kita utamkan.”37
37 H. M. Kasir Madong, wakil ketua IV, wawancara, 10 Februari 2020
56
Apa yang disampaikan oleh bapak Kasir Madong, dapat disimpulkan
bahwa dalam penerapan zakat yang digunakan di BAZNAS kab. Bantaeng sudah
sesuai dengan syariat Islam.
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertical dan
horizontal. Artinya secara vertical, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan dan
kesyukuran seorang hamba kepada Allah SWT atas nikmat berupa harta yang
diberikan Allah kepadanya serta untuk membersihkan dan mensucikan diri dari
hartanya itu. Dalam konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan
seorang hamba dengan tuhannya sebagai pembberi rezeki.
2. Bagaimana Pengelolaan Zakat dalam Meningkatkan Pembangunan
Ekonomi pada Baznas Kabupaten Bantaeng
Pengelolaan zakat secara optimal dapat menjadi suatu instrument dalam
meningkatkan ekonomi umat. Zakat, infak, dan sedekah sudah melekat dalam
ajaran islam, seperti yang dijelaskan dalam surah Az Zariyat:19 bahwa didalam
harta yang lebih terdapat hak untuk diberikan kepada mayarakat miskin agar
menjadi solusi bagi mereka dalam menyelesaikan masalah kemiskinan.
Berdasarkan tersebut, optimalisasi pengelolaan zakat dan strategis untuk
menunjang pembangunan perekonomian Indonesia dalam mengentaskan
kemiskinandan mewujudkan kesejahteraan di era modern ini.
Bagaimana zakat dalam meningkatkan pembangunan ekonomi pada
BAZNAS Kabupaten Bantaeng menurut Bapak Kasir Madong adalah:
“Dengan adanya Zakat sudah sangat jelas dapat membangun
perekonomian di Kab. Bantaeng, sebab adanya BAZNAS yang mengelola
zakat dapat memeratakan perekonomian masyarakat di Kab. Bantaeng ini
dan kami membagikan zakat 2 kali dalam setahun.”
57
Bapak Drs. H. M. Kasir Madong, M.Si, kembali melanjutkan, Jumlah
yang didapatkan BAZNAS dalam setahun yaitu 1.700.000.000 (satu koma
tujuh milliyar)38
Jadi dapat disimpulkan apa yang disampaikan Bapak Drs. H. M. Kasir
Madong, M.Si (wakil ketua IV BAZNAS kabupaten bantaeng) bahwa jumlah
zakat yang didapatkan adalah 1.700.000.000 (Satu milyar tujuh ratus juta)
dengan zakat sebanyak ini tentunya zakat sudah tentu dapat membangun
perekonomian dimana BAZNAS sebagai pengelola zakat yang bertujuan
memeratakan perekonomian masyarakat yang dibagikan 2 kali selama setahun
sesuai dengan pengumungutan zakat yang juga di lakukan 2 kali setahun.
Pengumpulan zakat menjadi tema yang mendesak untuk di koordinasikan
antara BAZNAS. Koordinasi dalam hal pengumpulan dana zakat diwujudkan
dengan memberikan batasan masing-masing dalam mengumpulkan dana zakat.
Hal ini bertujuan agar potensi dana zakat dimasyarakat dapat dimaksimalkan
dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana diketahui bahwa potensi dana zakat di
Indonesia menjadi tidak kurang dari 19 trilyun rupiah. Ini adalah angka yang
sangat fantastik untuk dimaksimalkan dalam rangka pemberdayaan ekonomi
umat. Agar potensi yang sangat besar tersebut dapat dimaksimalkan, maka harus
ada pembagian kerja dalam pengumpulan ini, dimana tiap-tiap BAZNAS
menempati posisi masing-masing.
38 H. M. Kasir Madong, wakil ketua IV, wawancara, 10 Februari 2020
58
Proses pengumpulan dana zakat pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng
menurut ibu Ningsih adalah :
“Adapun dalam pemungutan dana zakat pada BAZNAS Kabupaten
Bantaeng dilakukan dengan cara : bagi mustahik yang rumahnya dekat
dengan BAZNAS maka dikumpulkan di kantor BAZNAS Kabupaten
Bantaeng. Sedangkan untuk mustahik yang jauh masing-masing
dikumpulkan di Kantor Kecamatan. Itu dilakukan setiap dua kali dalam
setahun. Dan ada pula yang secara langsung rumahnya di datangi oleh tim
dari BAZNAS seperti mustahik yang menerima pembagian sembako atau
yang menerima program benah rumah, maka disurvey untuk dipastikan
apakah benar-benar tidak mampu (miskin) dan rumahnya memang layak
untuk dibenah”39
Pengelolaan dana zakat yang telah terhimpun pada BAZNAS Kabupaten
Bantaeng menurut ibu Ningsih:
“Dana zakat yang telah terhimpun kita bagi untuk 8 asnaf sesuai dengan
jumlah yang telah ditentukan lalu didistribusikan kepada mereka.
Desa/Camat menyetor nama-nama masyarakat yang tergolong tidak
mampu (miskin), maksimal 20 orang dalam satu Desa. Nah itulah yang
kita berikan zakat jika telah dilakukan survei oleh tim dengan datang
kerumah muzakki yang telah terdaftar namanya untuk membuktikan
apakah mereka memang orang yang kurang mampu (miskin).”40
Dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan dana zakat agar dapat
diberdayakan secara optimal, maka Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat perlu di masyarakatkan secara luas dan merata. Setelah
pengumpulan dana zakat dari para muzakki maka selanjutnya BAZNAS
Kabupaten Bantaeng bertindak sebagai amil berkewajiban mendistribusikan
kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat).
39 Syahriah Ningsih, Staf Bagian Pengumpulan, Wawancara, 10 Februari 2020 40 Syahriah Ningsih, Staf Bagian Pengumpulan, Wawancara, 10 Februari 2020
59
Sasaran pendistribusian zakat itu dibagikan kepada orang yang berhak
menerimanya, yang dalam Al-Quran Surah Attaubah ayat 60, mustahik dibagi
dalam 8 asnaf yaitu fakir, miskin, amil (pengurus zakat), para muallaf, riqab
(hamba sahaya), gharim (orang yang berhutang), sabilillah dan ibnu sabil. Namun
dalam melakukan pendistribusian, pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau
amil sebaiknya melakukan konsultasi dengan dewan pertimbangan tentang asnaf
mana yang harus di prioritaskan, karena tidak semua asnaf harus dibagikan pada
waktu yang bersamaan.
Pendistribusian dana zakat kepada mustahik menurut ibu Tiara adalah :
“Pendistribusian dana zakat pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng
dilakukan dengan cara : bagi mustahik yang rumahnya dekat dengan
BAZNAS maka dikumpulkan di kantor BAZNAS Kabupaten Bantaeng.
Sedangkan untuk mustahik yang jauh masing-masing dikumpulkan di
Kantor Kecamatan. Itu dilakukan setiap dua kali dalam setahun. Dan ada
pula yang secara langsung rumahnya di datangi oleh tim dari BAZNAS
seperti mustahik yang menerima pembagian sembako atau yang menerima
program benah rumah, maka disurvey untuk dipastikan apakah benar-
benar tidak mampu (miskin) dan rumahnya memang layak untuk
dibenah”.41
Merujuk pada mekanisme pendistribusian zakat sebagaimana yang
diisyaratkan oleh ajaran islam mengenai zakat, pendistribusian zakat itu dilakukan
dengan beberapa ketentuan, diantaranya :
1. Distribusi zakat kepada masyarakat setempat (lokal)
2. Pendistribusian secara merata dengan ketentuan :
41
Tiara Sani Bachtiar, Staf Bagian Penditribusian dan Pendayagunaan, Wawancara, 10
Februari 2020
60
a. Didistribusikan kepada seluruh golongan yang berhak menerima zakat jika hasil
pengumpulan zakat mencapai jumlah yang melimpah
b. Pendistribusiannya menyeluruh kepada golongan yang telah ditetapkan
c. Apabila didapati hanya terdapat beberapa golongan penerima zakat yang
membutuhkan penanganan secara khusus, diperbolehkan untuk memberikan
semua bagian zakat kepada beberapa golongan tersebut. Menjadikan golongan
fakir miskin sebagai golongan pertama yang menerima zakat.
Para pemikir islam menganjurkan agar zakat didistribusikan dengan cara
menggeser dan mengalihkan pola-pola pendistribusian secara konsumtif ke
pendistribusian secara produktif. Pendistribusian zakat konsumtif, baik secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari maupun sekedar
mengatasi persoalan ekonomi mustahik dinilai sulit untuk mencapai tujuan
pengelolaan zakat. Penyebabnya ialah, orientasi ditribusi zakat secara konsumtif
tersebut lebih sekedar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar mustahik atau
memenuhi kebutuhan peningkatan sumber daya manusia secara minimal.
Pendistribusian model ini hanya tepat jika dilakukan dalam kondisi yang
mendesak, yaitu pada saat mustahik membutuhkan pemecahan masalah ekonomi.
Kegiatan penyaluran yang sudah dipercaya oleh muzakki dan berdampak
besar bagi kesejahteraan mustahik, sehingga muzakki akan selalu mendonasikan
zakatnya di BAZNAS.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. penerapan zakat sudah dipastikan sesuai dengan syariat islam sebagaimana
yang dijelaskan pada Al-qur‟an karena itulah hal yang paling di utamkan di
dalam perekonomian sebagai masyarakat khususnya yang beragama islam.
2. pembangunan ekonomi dengan cara pengelolaan yang sudah efektif, terkait
dengan pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusian dananya dengan
melihat besarnya dana zakat dan pendayagunaannya yang meliputi beberapa
aspek kesehatan dan pendidikan serta modal usaha yang dapat membantu
dalam mendanai kehidupan sehari-hari atau bersifat produktif.
B. Saran
1. Sebagai umat islam marilah kita tingkatkan kesadaran dalam memenuhi
syarat untuk mengeluarkan zakat terutama bagi mereka yang lebih mampu,
karena dengan zakatlah cara mensucikan harta kita dan dengan zakat pula
kita beribadah sekaligus membantu kaum yang lemah khususnya kaum fakir
miskin serta menunjang modal pembangunan masyarakat dan bangsa.
2. Sebelum mendaftarkan ke kantor pusat nama-nama mustahik yang disetor
oleh pemerintah Desa/Camat ke kantor BAZNAS, sebaiknya tim BAZNAS
mensurvey terlebih dahulu kondisi mustahik dengan mendatangi tempat
62
tinggal mereka, apakah benar-benar mustahik yang akan di berikan zakat
memang kurang mampu (miskin) dan wajib mendapatkan zakat atau tidak.
3. Menambah program-program yang bersifat produktif, serta menjaga
kepercayaan para muzakki dalam pengelolaan dan penyaluran dana zakat
dengan menerapkan sifat siddi, tabligh, amanah dan fathonah.
63
DAFTAR PUSTAKA
. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2008. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Al-Qur‟an.
Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Cet. 1;
Jakarta: UI
Al Mi‟dawi, Nabil, Fathi. 1998. Az Zakat Sabiil Lil Hilli al Masyaakil al
Iqtiisodiyah al Ijtimaiyah. Cairo: Jami‟atul al Azhar.
Asnaini, 2008. Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Derajat, Zakiah, dan Said, Usnan. 1983. Ilmu Fiqih. Jilid. II; Jakarta: IAIN
Pusat.
Dr. K. H. Hafiuddin, Didin, M.Se. 2002. Zakat dalam Perekonomian Moderen.
Cet. 1; Jakarta: Gema Insani.
Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Qur‟an.
Depag. Bimas Islam dan Urusan Haji Pedoman Zakat. Seri IV.
Dr. Qadir, Abdurrachman, MA. 1998. Zakat dalam Dimensi Mahdah dan
Sosial. Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Elman, Syaifuddin. 2015. Strategi Penyaluran Dana Zakat BAZNAZ Melalui
Program Pemberdayaan Ekonomi.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fakultas Syariah dan Hukum.
Fandeli, Chafid. 2017. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam
Pembangunan Berbagai Sektor. Yogyakarta: UGM.
Hornby, A.S, Siswoyo, E.C. Parnwell dan Siswoyo. 1997. Kamus Lengkap
Inggris Indonesia. Cet. 1; Jakarta: PT. Ilmu Pustaka.
Hasan, Muhammad, S.Pd., M. Pd. 2018. Pembangunan Ekonomi dan
Pemberdayaan Masyarakat. Cet. 1; Makassar. 2017.
Khoirunnisa, Rosa. 2017. Anlisis Pengaruh Pembangunan Ekonomi dan
Pembangunan Sosial Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2011-2015. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Lubis, Suhrawandi K. 2000. Hukum Ekonomi Islam. Ed.1, Cet. II; Jakarta:
Sinar Grafindo.
Lestari, Siti. 2015. Analisi Pengelolaan Zakat Produktif Untuk Pemberdayaan
Ekonomo. UIN Walisongo. Fakultas Syariah dan Hukum.
64
Mas‟udi, Masadar F. 1993. Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) dalam
Islam. Cet. III; Jakarta: Pustaka Firdaus.
Majid, Ahmad abd, MA. 1994. Msa’il Fiqhiyah 2. Cet. 1; Jakarta: PT. Graeda
Buana Indah.
Mujaib, M. Abdul, dkk. 1994. Kamus Istilah Fiqih. Cet. II; Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam. 1995. Zakat dan Wakaf
(Pedoman zakat 9 Seri). Jakarta: PT. Prodja.
Prof. KH. Yafie, Ali. 1994. Menggagas Fikhi Sosial. Cet. II; Bandung: Mizan
Anggota AKAPI.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prof. H. Ali, Daud Muhammad SH, Hj. Daud, Habibah, SH. 1998. Lembaga-
lembaga Islam di Indonesia. Ed.1, Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Rahardjo, Dawan. 1990. Etika Ekonomi dan Manajemen. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Siddiqi, Najatullah Muhammad. 1996. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. Cet. II;
Jakarta.
Sugiarto, Wiwid. 2018. Implementasi Zakat Profesi dalam Perspektif Hukum
Islam. UIN Raden Intan Lampung. Fakultas Syariah dan Hukum.
Van Hoeve, Ictiar, Baru. 1997. Ensiklopedia Islam. Jilid. II; Jakarta.
65
RIWAYAT HIDUP
JUSNAWATI, Lahir di jeneponto tanggal 15 September
1996. Putri dari pasangan Sattu dan Hawati. Penulis
menyelesaikan jenjang pendidikannya di SDN No. 40
Tombo-tombolo tepatnya di Jeneponto Sulawesi Selatan
pada tahun 2009. Peneliti melanjutkan pendidikan sekolah
menengah pertama di Smp Negeri 2 Kelara dan tamat tahun 2012. Setelah itu
peneliti melanjutkan sekolah menengah atas di Sma Negeri 1 Kelara Jeneponto
dan tamat pada tahun 2015. Kemudian pada pertengahan tahun 2015 penulis
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta Universitas
Muhammadiyah Makassar fakultas Agama Islam program studi Hukum
Ekonomi Syariah.
Atas ridho Allah SWT dan kerja keras, pengorbanan serta kesabaran pada tahun
2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan judul : “Tinjauan
Pengelolaan Zakat dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi ”.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1
Pertanyaan Wawancara Penelitian
Tinjauan penerapan Zakat Dalam Landasan Syariah Untuk
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi (Studi Objek BAZNAS
Kabupaten Bantaeng)
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Agama :
4. Umur :
5. Alamat :
B. Pertanyaan :
1. Bagaimana penerapan zakat pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng,
Apakah sudah sesuai dengan syariat islam yang sebenarnya?
2. Apakah dalam penerapan zakat dapat meningkatkan pembangunan
ekonomi?
3. Berapa potensi (Jumlah) zakat yang didapatkan dalam setahun dan
digunakan untuk apa saja zakat itu?
4. Zakat diberikan kepada golongan apa saja?
5. Bagaimana cara mengumpulkan zakat dan bagaimana system
pembagian zakat ?
67
Lampiran 2
68