5 negara hukum dan ham

7
PRINSIP DAN INSTRUMEN HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh Mulyadi J. Amalik PENGERTIAN HAM -1 HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrat dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, dan negara. PENGERTIAN HAM -2 Undang-undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 1 disebutkan: “HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah- Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. BENTUK-BENTUK HAM Dalam Deklarasi Universal tentang HAM (DUHAM) PBB, hak asasi terdiri dari: 1) hak personal (hak atas jaminan kebutuhan pribadi); 2) hak legal (hak atas jaminan perlindungan hukum); 3) hak sipil dan politik; 4) hak subsistensi (hak atas jaminan adanya sumberdaya untuk menunjang kehidupan; dan 5) hak ekonomi, sosial, dan budaya. DELAPAN PRINSIP HAM 1. UNIVERSAL (Universality). Setiap orang lahir dengan hak yang sama tanpa memandang tempat lahir, tempat tinggal, jenis kelamin, ras, etnis, budaya, dan agama.

Transcript of 5 negara hukum dan ham

Page 1: 5   negara hukum dan ham

PRINSIP DAN INSTRUMEN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

OlehMulyadi J. Amalik

PENGERTIAN HAM -1

HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrat dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, dan negara.

PENGERTIAN HAM -2

Undang-undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 1 disebutkan:

“HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

BENTUK-BENTUK HAM

Dalam Deklarasi Universal tentang HAM (DUHAM) PBB, hak asasi terdiri dari: 1) hak personal (hak atas jaminan kebutuhan pribadi); 2) hak legal (hak atas jaminan perlindungan hukum); 3) hak sipil dan politik; 4) hak subsistensi (hak atas jaminan adanya sumberdaya untuk menunjang kehidupan; dan 5) hak ekonomi, sosial, dan budaya.

DELAPAN PRINSIP HAM

1. UNIVERSAL (Universality).

Setiap orang lahir dengan hak yang sama tanpa memandang tempat lahir, tempat tinggal, jenis kelamin, ras, etnis, budaya, dan agama.

2. MARTABAT MANUSIA (Human dignity).

Hak yang bersifat melekat pada setiap manusia tanpa membedakan berbagai latar belakang (ras, budaya, usia, gender, etnis, agama, bahasa, status kelas, dll.).

Page 2: 5   negara hukum dan ham

3. KESETARAAN (Equality).

Setiap orang hakikatnya diperlakukan setara karena saat lahir telah merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya.

4. NONDISKRIMINASI (Non-discrimination).

Tak seorang pun boleh meniadakan hak asasi orang lain atas dasar faktor luar, seperti ras, warna kulit, gender, pandangan politik, kebangsaan, status kelahiran, dll. Prinsip ke-4 ini terintegrasi dalam prinsip ke-3.

5. TIDAK DAPAT DICABUT (Inalienability).

Hak-hak asasi individu tidak dapat direnggut, dilepaskan, dan dipindahkan.

6. TIDAK BISA DIBAGI (Indivisibility).

Seluruh hak asasi --spt. hak sipil, politik, sosial, budaya, dan ekonomi-- bersifat inheren, yaitu menyatu dalam harkat-martabat manusia. Pengabaian salah satu hak akan berefek pada pelanggaran atas hak asasi lainnya.

7. SALING BERKAITAN DAN BERGANTUNG (Interrelated and interdependence).

Pemenuhan satu hak, baik sebagian maupun keseluruhan, kerap bergantung pada pemenuhan hak yang lain. Hilangnya satu hak sering berakibat mengurangi hak-hak lainnya.

8. TANGGUNG JAWAB NEGARA (State responsibility). Negara adalah pemangku kewajiban dalam menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi warga negaranya.

POSISI HAM DAN HUKUM FORMAL

Prinsip Hak Asasi Manusia à membahas aspek material (substansi persoalan). Prinsip HAM bersifat universal (berlaku pada semua orang, kapanpun, dan di manapun).

Hukum formal (Peraturan) à membahas aspek formal (formalitas persoalan). Hukum formal/peraturan bersifat partikular (berlaku pada orang tertentu, pada waktu dan tempat tertentu).

Page 3: 5   negara hukum dan ham

INSTRUMEN HAM

Instrumen HAM Internasional:

1. Deklarasi Universal HAM.

2. Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR),

3. Kovenan Internasioanl Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights/ICESC).

4. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of Discrimination Againts Women/CEDAW).

5. Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of Child/CRC).

6. Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (Convention on the Elimination of Racial Discrimination/CERD).

7. Konvensi Internasional Anti-Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam (Convention Againts Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment/CAT).

Instrumen HAM Nasional:

1. Pasal 28 A-J amandemen UUD 1945.

2. Tap MPR XVII/MPR/1998.

Page 4: 5   negara hukum dan ham

3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

4. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

5. UU No. 27 Tahun 2005 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

6. UU No. 23 Tahun 2002 ttg Perlindungan Anak. (Nb: Pelanggaran hak anak = pelanggaran HAM)

HUKUM HAM

Hukum HAM

↙ ↘

Pemangku Hak Pemangku Kewajiban

↓ ↓

Individu Negara

↙ ↙ ↘

Menghormati Melindungi Memenuhi

↓ ↘ ↙

Commission Omission

Catatan 1a:

1. Pelanggaran HAM by commission ialah ketika negara campur-tangan mengintervensi urasan hak asasi, yang seharusnya negara menghormati atau tidak perlu melakukan apa-apa.

2. Pelanggaran HAM by omission ialah ketika negara melakukan pembiaran dan pengabaian terhadap hak-hak asasi yang seharusnya dilindungi atau dipenuhi.

Catatan 1b:

1. Pelanggaran HAM biasa (ordinary): Tindak kejahatan atas HAM yg dapat diselesaikan dgn hukum pidana umum. Dampak bagi korbannya kadang tidak langsung terasa/tersadari dan akibatnya terbatas.

Page 5: 5   negara hukum dan ham

2. Pelanggaran HAM berat (extra-ordinary): Tindak kejahatan atas HAM yg serius dan berat, yaitu kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaa, kejahatan perang, dan kejahatan agresi (Statuta Roma-PBB; Pasal 7 UU RI No. 26/2000). Dampak bagi korbannya langsung terasa/tersadari dan akibatnya bersifat massif, meluas, karena dilakukan oleh pelaku secara terorganisasi.

Catatan 1c:

Penjelasan pasal 104 ayat 1 UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyebutkan bahwa maksud “pelanggaran HAM yg berat” adalah:

“pembunuhan massal (genosida), pembunuhan sewenang-wenang atau

di luar putusan pengadilan, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis”.

Catatan 2:

1. Tidak semua instrumen hukum nasional sesuai dengan instrumen HAM internasional. Faktor-faktor sosial, budaya, dan masyarakat yang berbeda-beda pada tiap negara mempengaruhi itu.

2. Pelanggaran HAM adalah setiap pelanggaran terhadap prinsip-prinsip HAM, tetapi pelanggaran HAM belum tentu merupakan pelanggaran hukum negara. Hal ini terjadi karena tidak semua masalah HAM diatur dalam hukum nasional (konstitusi atau hukum pidana) suatu negara.

Catatan 3:

1. Negara tidak mempunyai hak asasi karena negara bukan personal, melainkan lembaga yang dimandati warga negara untuk memangku kewajiban institusional dalam menghormati, melindungi, memenuhi HAM.

2. HAM hanya berlaku atau diberikan pada tiap individu (personal). Kewajiban tiap individu konteks HAM adalah menghormati hak asasi orang lain.

Catatan 4:

Pelanggaran HAM menurut Pasal 1 ayat 6 UU RI No. 39/1999 tentang HAM:

“Setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau

Page 6: 5   negara hukum dan ham

mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.”

Referensi

Manual Pelatihan Dasar HAM, Pegangan Fasilitator, 2006, Penerbit: Komnas HAM, Jakarta.

Pendidikan HAM, Panduan untuk Fasilitator, 2000, Penerbit: Komnas HAM, Jakarta, dan Insist Press, Yogyakarta.

Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi, 2008, Penerbit: Sekjend dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta.