5 metode pembelajaran (lengkap)
Click here to load reader
-
Upload
yokhebed-fransisca -
Category
Documents
-
view
29.447 -
download
1
Transcript of 5 metode pembelajaran (lengkap)
Yokhebed Fransisca
3315111296
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran word square,
bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi jawaban sudah
dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik
huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. Scramble merupakan
suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai
dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara
penyelesaian dari soal yang ada.
Menurut Suyatno (2009), Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang disajikan dalam bentuk kartu. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Membuat kartu soal sesuai materi ajar.
Guru membuat soal sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa.
2. Membuat kartu jawaban dengan diacak.
Guru membuat pilihan jawaban yang susunannya diacak sesuai jawaban soal-soal pada
kartu soal.
3. Sajikan materi.
Guru menyajikan materi ajar kepada siswa.
4. Bagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok.
Guru membagikan kartu soal dan membagikan kartu jawaban sebagai pilihan jawaban
soal-soal pada kartu soal.
5. Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal.
Siswa berkelompok dan saling membantu mengerjakan soal-soal yang ada pada kartu
soal.
6. Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal.
Siswa mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka kerjakan dan
memasangkannya pada kartu soal.
Model pembelajaran kooperatif tipe Scramble mempunyai kelebihan. Kelebihannya tipe
ini antara lain:
a. Memudahkan siswa untuk menemukan jawaban
b. Mendorong siswa untuk mengerjakan soal tersebut karena jawaban sudah tersedia
c. Semua siswa terlibat
d. Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Model Pembelajaran Time Token
Salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik adalah
pembelajaran kooperatif Time Token. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif
untuk mengajarakan keterampilan sosial yang bertujuan untuk menghindari siswa
mendominasi atau siswa diam sama sekali dan menghendaki siswa saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu. Time Token
merupakan tipe dari pendekatan structural dari beberapa model pembelajaran kooperatif,
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Langkah-langkah metode pembelajaran Time Token sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap
siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara
satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.
Model Pembelajaran Reciprocal Learning
Model pembelajaran Reciprocal adalah suatu bentuk pembelajaran yang aktif.
Pembelajaran ini melibatkan komunikasi antara pembelajar dan pembelajar berdasarkan
segmen teks yang dibaca dan ini bisa dilakukan dalam kelompok besar atau kecil, tanpa
batasan.
Menurut Palinscar dan Brown (1984) setidaknya terdapat empat strategi dasar yang
terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan klarifikasi, membuat prediksi,
bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun penjelasan untuk masing-masing strategi adalah
sebagai berikut;
a. Klarifikasi
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan
kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna
dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-
kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat memaknai maksud
dari suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti:
“Apa maksud dari kalimat tersebut?”
“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?”
b. Membuat rangkuman
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal
yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan
tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain;
“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?”
“Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”
c. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana
pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri. Bentuk-bentuk pertanyaan
yang diajukan dapat beragam, sebagai contoh;
“Apa yang anda pikirkan ketika anda membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang dapat anda ajukan setelah anda membaca teks tersebut?”
d. Membuat prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya
dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk
kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar
atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat
membuat dugaan tentang topik dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut;
“Dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kamu menerangkan apa topik dari
tulisan tersebut?”
“Melihat dari hasil tulisan yang sudah kita baca dan diskusikan, kira-kira apa yang akan
terjadi?”
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru untuk dapat melaksanakan metode
Reciprocal Learning adalah sebagai berikut:
1. Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, selanjutnya
merangkum/meringkas materi tersebut.
2. Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya. Dengan
pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan atas materi yang
bersangkutan.
3. Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain.
4. Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan materi yang dipelajarinya saat
itu.
Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu”
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil
dan informasi kepada kelompok lain. Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada
kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang
secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota
kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan
menyimak materi pada siswa.
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang
menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa
menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung
tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang dijelaskan oleh temannya. Materi
kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan
materi apa yang didapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut
menjelaskan materi yang didapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah
menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.
Dalam proses pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray, secara sadar ataupun
tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk
ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara
langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat
membuat siswa jenuh. Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat
secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif).
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain,
dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan
begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu
konsep dengan pola pikir nara sumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan
evaluasi berapa persenkah keberhasilan penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay
two stray ini dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray (dalam Lie, 2002:60-
61) adalah sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem
penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi
beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota
kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan
materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas
yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima
lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep
materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu
mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing
kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara
mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal
dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.
Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan
kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan
dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah
satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan
atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan
mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam
memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-
pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan
dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata
tertinggi.
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan
dari model TSTS adalah sebagai berikut:
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan.
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas
Model Pembelajaran Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing,
Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.
Sintaknya adalah:
a. Guru menyajikan pertanyaan untuk mengantarkan konsep
b. Siswa latihan dan bertanya
c. Balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi
Langkah-langkah model pembelajaran IMPROVE adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan konsep baru (Introduction new concept). Pengenalan konsep baru
berorentasi pada pengetahuan awal siswa. Dalam mengenalkan konsep baru siswa
difasilitasi dengan LKS I dengan pemberian pertanyaan metakognisi. Siswa
menyelesaikan LKS I dengan kelompok heterogen. Pada waktu proses belajar, siswa
mengalami kesulitan dalam menjelaskan pertanyaan metakognisi di LKS I, sehingga
peneliti mengarahkan agar siswa memahami pertanyaan metakognisi.
2. Latihan yang disertai dengan pertanyaan metakognisi (Metakognitive questioning,
Practicing). Pada tahap ini siswa menyelesaikan latihan soal di LKS II dengan bantuan
pertanyaan metakognisi. Siswa menyelesaikan LKS II dengan kelompok heterogen. Pada
waktu proses latihan soal siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan pertanyaan
metakognisi di LKS II, sehingga peneliti mengarahkan agar siswa memahami pertanyaan
metakognisi.
3. Tinjauan ulang, mengurangi kesulitan dan perolehan pengetahuan (Review and
Reducing Difficulties, Obtaining Mastery). Pada tahap ini dilakukan tinjauan ulang
jawaban yang dibuat oleh siswa, serta kekuatan dan kelemahan yang ditunjukkan
kinerja siswa dalam kerjasama kelompok. Pada tahap ini sudah tampak bahwa rata-rata
siswa memahami konsep dalil pythagoras.
4. Verifikasi (Verification). Verifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
dikategorikan sudah mencapai kriteria keahlian dan yang belum mencapai kriteria
keahlian. Identifikasi pencapaian hasil dijadikan umpan balik. Hasil umpan balik dipakai
sebagai bahan orientasi pemberian kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan tahap
berikutnya.
5. Pengayaan (Enrichment). Pada tahap pengayaan mencakup dua jenis kegiatan yaitu
kegiatan perbaikan dan kegiatan pengayaan. Kegiatan perbaikan diberikan kepada siswa
yang teridentifikasi belum mencapai kriteria keahlian, dan kegiatan pengayaan diberikan
kepada siswa yang sudah mencapai kriteria keahlian.