5 Kehamilan Dgn Tb

14
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita dan menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem hormonal, imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam kehamilan akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan, apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian janin. Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah karenasebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection danselanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu manifestasi yang diakibatkannya. Darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dariglottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darahtidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi. Biasanya penyakit TBC sering menyerang pada usia rata- rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih produktif. B. RUMUSAN MASALAH

description

kehamilan dengan TB

Transcript of 5 Kehamilan Dgn Tb

Page 1: 5 Kehamilan Dgn Tb

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita dan menyerang sebagian

besar wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita

tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem hormonal, imunologis, peredaran

darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh

uterus yang gravid menyebabkan volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam kehamilan

akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan, apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas

dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau

kematian janin.

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium

tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah karenasebagian besar basil

tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection danselanjutnya mengalami proses yang

dikenal sebagai focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu manifestasi

yang diakibatkannya. Darah atau dahak  berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian

bawah yaitu mulai dariglottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh

darahtidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi. Biasanya penyakit TBC sering menyerang

pada usia rata-rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih produktif.

B.      RUMUSAN MASALAH

1.         Menjelaskan pengertian penyakit TBC pada kehamilan

2.         Menjelaskan penanganan penyakit TBC pada kehamilan

3.         Menjelaskan pengobatan penyakit TBC pada kehamilan

C.  TUJUAN

1.      Untuk mengetahui tentang pengertian penyakit TBC pada kehamilan

2.      Untuk mengetahui tentang penanganan penyakit TBC pada kehamilan

3.      Untuk mengetahui tentang pengobatan penyakit TBC pada kehamilan

Page 2: 5 Kehamilan Dgn Tb

BAB II

PEMBAHASAN

A.  PENYAKIT TBC (TUBERKULOSIS) DALAM KEHAMILAN

a.    Definisi Tuberkulosis (TCB)

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium

tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah karenasebagian besar basil

tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection danselanjutnya mengalami proses yang

dikenal sebagai focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu manifestasi

yang diakibatkannya. Darah atau dahak  berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian

bawah yaitu mulai dariglottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh

darahtidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi. Biasanya penyakit TBC sering menyerang

pada usia rata-rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih produktif.

b.    Tuberkulosis (TBC) Pada Kehamilan

Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita dan menyerang sebagian besar

wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita tuberkulosis. Pada kehamilan

terdapat perubahan-perubahan pada sistem hormonal, imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti

terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan

volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam kehamilan akan bertambah kira-kira 25%

dibandingkan diluar kehamilan, apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia

sehingga hasil konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian janin.

Prognosis bagi wanita hamil dengan penyakit tuberculosis yang aktif telah mengalami perbaikan yang

luar biasa selama waktu 30 tahun terakhir ini. Beberapa preparat tuberculosis urutan pertama tidak terlihat

memberikan efek yang merugikan bagi janin. Penyakit tuberculosis yang aktif selalu dapat diobati paling tidak

dengan dua .macam preparat tuberculosis. Dalam suatu tinjauan (Snider,dkk 1980) tidak menemukan

frekuensi cacat lahir pada anak-anak yang ibunya mendapatkan pengobatan isoniazid, ethambutol maupun

rifampisin selama kehamilannya. Kelainan auditorius dan vestibuler yang ringan pernah ditemukan pada

terapi dengan streptomisin. Kalau isoniazid digunakan selama kehamilan, piridoksin harus pula diberikan

sebagai suplemen untuk mengurangi kemungkinan neurotoksisitas yang potensial pada janin.

Bayi dari wanita yang menderita tuberculosis, mempunyai berat badan lahir rendah, 2 x lipat meningkatkan

persalinan premature, kecil masa kehamilan, dan meningkatkan kematian perinatal 6 kali lipat. Pengaruh

utama tuberculosis terhadap kehamilan adalah mencegah terjadinya konsepsi sehingga banyak penderita

tuberculosis yang mengalami infertilitas.

Page 3: 5 Kehamilan Dgn Tb

Jika seorang wanita positif tuberculosis, riwayat penyakit harus dianamnesis dengan cermat dan

pemeriksaan fisik yang lengkap harus dilakukan dengan melakukan foto thorks dan bagian abdomen

dilindungi ketika pemeriksaan kardiologi itu dilakukan. Jika hasilnya negative, pengobatan tidak diberikan

sampai sesudah persalinan bayi, yaitu dengan pemberian isoniazid selama satu tahun sebagai tindakan

profilaksis. Bayi yang lahir dari ibu dengan tuberculosis cukup rentan terhadap penyakit tersebut. Karena itu

bayi harus diisolasi segera dari ibunya yang dicurigai tuberculosis aktif. Karena adanya risiko untuk terjadinya

c.          Gejalah Penyakit TBC

Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak

penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan

terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit sekitar

dada.

d.        Penyebab Penyakit TBC

Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan

lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang

akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses

penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan

para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan.

e.          Efek Penyakit TBC Pada Janin

jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap janin.Untuk

meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH

dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa,

dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan

bayinya akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha,

Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999  tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil

bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka

dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai

resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% :

3%), berat badan lahir rendah (<2500 )

Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran

prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB

Page 4: 5 Kehamilan Dgn Tb

congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti

prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital

sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.

f.           Pengaruh tuberkulosis pada persalinan.

Setengah dari jumlah kasus yang dilaporkan selama proses persalinan terjadi infeksi pada bayi yang

disebabkan karena teraspirasi secret vagina yang terinfeksi kuman tuberculosis.

g.         Pengaruh tuberkulosis pada bayi

Bakteriemia selama kehamilan dapat menyebabkan infeksi plasenta, sehingga janinpun dapat

terinfeksi, kalaupun ada, kejadian ini jarang tetapi fatal. Pada setengah kasus infeksi

didapatkan penyebaran hematogen pada hati atau paru melalui vena umbilikalis, setengah

kasus lagi infeksi pada bayi disebabkan aspirasi secret vagina yang terinfeksi selama proses

persalinan.

Infeksi neonatal tidak mungkin terjadi jika ibunya yang menderita tuberculosis aktif telah

berobat minimal 2 minggu sebelum bersalin atau kultur BTA mereka negative.

B.  PENANGANAN TUBERCULOSIS DALAM KEHAMILAN

a.      Penanganan Tuberkulosis dalam persalinan.

1.    Bila proses tenang, persalinan akan berjalan seperti biasa, dan tidak perlu tindakan apa-apa.

2.    Bila proses aktif, kala I dan II diusahakan mungkin. Pada kala I, ibu hamil diberi obat-obat

penenang dan analgetik dosis rendah. Kala II diperpendek dengan ekstraksi vakum/forceps.

3.    Bila ada indikasi obstetrik untuk sectio caesarea, hal ini dilakukan dengan bekerja sama

dengan ahli anestesi untuk memperoleh anestesi mana yang terbaik.

b.      Penanganan tuberkulosis dalam masa nifas

1.      Usahakan jangan terjadi perdarahan banyak : diberi uterotonika dan koagulasia.

2.      Usahakan mencegah adanya infeksi tambahan dengan memberikan antibiotika yang cukup.

3.      Bila ada anemia sebaiknya diberikan tranfusi darah, agar daya tahan ibu kuat terhadap infeksi

sekunder.

4.      Ibu dianjurkan segera memakai kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah cukup, segera

dilakukan tubektomi,

c.       Penanganan Bayi Baru Lahir Yang Sehat dari Ibu yang menderita Tuberkulosis

Bayi baru lahir yang sehat dari ibu yang menderita tuberkulosis, harus

dipisahkan dengan segera setelah lahir sampai pemeriksaan bakteriologi ibu negatif dan bayi

Page 5: 5 Kehamilan Dgn Tb

sudah mempunyai daya tahan tubuh yang cukup. 50% bayi baru lahir dari ibu yang menderita

tuberkulosis aktif, menderita tuberkulosis pada tahun pertamanya, maka kemoprofilaksis

dengan isonizid 1 tahun dan vaksinasi BCG harus segera dilakukan sebelum menyerahkan

bayi pada ibunya. Pendapat ini masih diperdebatkan, tetapi keputusan akhir dilakukan dengan

pertimbangan lingkungan sosial ibu, ibu dapat dipercaya dapat mengobati diri sendiri dan

bayinya yang baru lahir.

Vaksin BCG termasuk golongan kuman hidup yang dilemahkan dari M.bovon

yang telah dikembangkan 50 tahun yang lalu. Semua BBL dari ibu yang TBC aktif atau

reaktif harus divaksinasi pada hari pertama kelahitan dengan dosis 0,1 ml intracutan pada

regio deltoid jika divaksinasi. Efek sampingnya dapat membesar dan terjadi ulkus. Setelah 6

bulan papul merah tadi dapat mengecil, berlekuk dengan jaringan parut putih seumur hidup.

Untuk mengurangi waktu pemisahan ibu yang menderita tuberkulosis aktif dengan bayinya,

dapat diberikan INH dan BCG segera setelah bayi lahir, bayi dipulangkan ke ibunya jika INH

profilaksis telah diberikan sampai tes tuberkulin positif. Dua syarat menggunakan cara

pengobatan ini adalah kuman tuberkulosis ibu sensitiv terhadap INH dan penderita dapat

dipercaya bisa dan mampu memberikan obat tersebut pada ibunya.

d.      Cara pemberian ASI pada wanita dengan tuberculosis

Pemberian ASI dari ibu yang meminum obat tuberculosis selama kehamilan dan tetap

diteruskan estela persalinan tidak berbahay bagi bayi. Wanita yang tenderita tuberculosis

dapat menyusui bayinya dengan menggunakan master sehingga dapat mencegah terjadinya

penularan pada bayi.

C.               PENGOBATAN TUBERCULOSIS DALAM KEHAMILAN

a.         Pengobatan medis

Pengobatan tuberculosis aktif pada kehamilan hanya berbeda sedikit dengan penderita yang

tidak hamil. Ada 11 obat tuberkulosis yang terdapat di Amerika Serikat, 4 diantaranya

dipertimbangkan sebagai obat primer karena kefektifannya dan toleransinya pada penderita,

obat tersebut adalah isoniazid, rifampisin, ethambutol dan streptomycin. Obat sekunder

adalah obat yang digunakan dalam kasus resisten obat atau intoleransi terhadap obat, yang

termasuk adalah paminasalisilic acid, pyrazinamide, cycloserine, ethionamide, kanamycin,

voimycin dan capreomycin.

Pengobatan selama setahun dengan isoniazid diberikan kepada mereka yang tes

tuberkulin positif, gambaran radiologi atau gejala tidak menunjukkan gejala aktif. Pengobatan

ini mungkin dapat ditunda dan diberikan pada postpartum. Walaupun beberapa penelitian

Page 6: 5 Kehamilan Dgn Tb

tidak menunjukkan efek teratogenik dari isoniazid pada wanita postpartum. Beberapa

rekomendasi menunda pengobatan ini sampai 3-6 bulan post partum. Sayangnya,

penyembuhannya akan membawa waktu yang sangat lama.

Isoniazid termasuk kategori obat C dan ini perlu dipertimbangkan keamanannya

selama kehamilan. Alternatif lain dengan menunda pengobatan sampai 12 minggu pada

penderita asimtomatik. Karena banyak terjadi resistensi pada pemakaian obat tunggal, maka

sekarang direkomendasikan cara pengobatan dengan menggunakan kombinasi 4 obat pada

penderita yang tidak hamil dengan gejala tuberkulosis. Ini termasuk isoniazid, rifampisin,

pirazinamide atau streptomycin diberikan sampai tes resistensi dilakukan. Beberapa obat

tuberkulosis utama tidak tampak pengaruh buruknya terhadap beberapa janin. Kecuali

streptomycin yang dapat menyebebkan ketulian kongenital, maka sama sekali tidak boleh

dipakai selama kehamilan.

The center for disease control(1993) merekomendasikan resep pengobatan oral untuk wanita

hamil sebagai berikut :

1.              Isoniazid 5 mg/kg, dan tidak boleh lebih 300 mg per hari bersama pyridoxine 50 mg per

hari.

2.              Rifampisin 10 mg/kg/hr, tidak lebih 600 mg sehari.

3.              Ethambutol 5-25 mg/kg/hari, dan tidak lebih dari 2,5 gram sehari(biasanya 25 mg/kg/hari

selama 6 minggu kemudian diturunkan 15 mg/kg/hr.

Pengobatan ini diberikan minimal 9 bulan, jika resisten terhadap obat ini dapat

dipertimbangkan pengobatan dengan pyrazinamide. Selain itu pyrazinamide 50 mg/hari harus

diberikan untuk mencegah neuritis perifer yang disebabkan oleh isoniazid. Pada tuberkulosis

aktif dapat diberikan pengobatan dengan kombinasi 2 obat biasanya digunakan isoniazid 5

mg/kg/hari (tidak lebih 300 mg/hari) dan ethambutol 15 mg/kg/hari. Pengobatan dilanjutkan

sekurang-kurangnya 17 bulan untuk mencegah relaps. Pengobatan ini tidak dianjurkan jika

diketahui penderita telah resisten terhadap isoniazid. Jika dibutuhkan pengobatan dengan 3

obat atau lebih, dapat ditambah dengan rifampisin tetapi stretomycin sebaiknya tidak

digunakan. Terapi dengan isoniazid mempunyai banyak keuntungan (manjur, murah, dapat

diterima penderita) dan merupakan pengobatan yang aman selama kehamilan.

1.         Evaluasi pengobatan :

a.              Klinis : Biasanya penderita dikontrol setiap minggu selama 2 minggu, selanjutnya setiap 2

minggu selama sebulan sampai akhir pnegobatan. Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan

dari keluhan-keluhan penderita seperti : batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang, nafsu

makan bertambah.

Page 7: 5 Kehamilan Dgn Tb

b.              Bakteriologis : Biasanya estela 2-3 minggu pengobatan, sputum BTA mulai jadi negatif.

Pemeriksaan control sputum BTA dilakukan sekali sebulan. Bila sudah negatif, sputum BTA

tetap diperiksa sedikitnya sampai 3x berturut-turut bebas kuman. Sewaktu-waktu mungkin

terjadi silent bacterial shedding, dimana sputum BTA positif dan tanpa keluhan yang relevan

pada kasus-kasus yang memperoleh kesembuhan. Bila ini terjadi, yakni BTA positif pada 3

kali pemeriksaan biakan (3 bulan), berarti penderita mulai kambuh lagi tuberkulosisnya. Bila

bakteriologis ada perbaikan, tetapi klinis dan radiologis, harus dicurigai adanya penyakit lain

disamping tuberkulosis paru. Bila klinis, bakteriologis dan radiologis tetap tidak ada

perbaikan padahal penderita sudah diobati dengan dosis adekuat serta teratur, perlu dipikirkan

adanya gangguan imunologis pada penderita tersebut.

c.               Kegagalan pengobatan

Sebab-sebab kegagalan pengobatan pada kehamilan :

a.  Obat

a)   Paduan obat tidak adekuat

b)   Dosis obat tidak cukup

c)   Minum obat tidak teratur/tidak sesuai dengan petunjuk yang diberikan

d)  Jangka waktu pengobatan kurang dari semestinya

e)   Terjadinya resistensi obat.

b. Drop out

a.    Kekurangan biaya pengobatan

b.    Merasa sudah sembuh

c.    Malas terlibat/kurang motivasi

c.  Penyakit

a.    Lesi paru yang sakit terlalu luas/sakit berat

b.    Penyakit lain yang menyertai tuberkulosis seperti DM, alkoholisme dll

c.    Adanya gangguan imunologis pada kehamilan.

penyebab kegagalan pengobatan yang terbanyak pada kehamilan adalah karena

kekurangan biaya pengobatan atau merasa sudah sembuh. Kegagalan pengobatan pada

kehamilan ini dapat mencapai 50% pada pengobatan jangka panjang, karena sebagian besar

penderita tuberkulosis adalah golongan yang tidak mampu sedangkan pengobatan

tuberkulosis memerlukan waktu yang lama dan biaya yang banyak.Untuk mencegah

kegagalan pengobatan pada kehamilan ini perlu adanya motivasi yang kuat dari penderita.

Page 8: 5 Kehamilan Dgn Tb

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Penyakit TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mikobakterium Tuberklosa, bakteri ini menyerang siapa saja pria maupun wanita tanpa

memandang usia. Dan biasanya penyakit TBC sering menyerang pada usia rata-rata 15-35

tahun, boleh dibilang usia masih produktif.

Pada umumnya penyakit tBC tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan nifas

kecuali penyakitnya tidak terkontrol, berat dan luas yang disertai sesak napas dan hypoxia.

Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus

yang membesar dapat mendorong diafraghma dan paru-paru ke atas serta sisa udara dalam

paru-paru kurang.

Namun, penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit TBC ini dapat

menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat sekitarnya. Di

Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita dan menyerang sebagian besar wanita

pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat

perubahan-perubahan pada sistem hormonal, imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti

terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan

volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam kehamilan akan bertambah kira-kira 25%

dibandingkan diluar kehamilan, apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia

sehingga hasil konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian janin.

Prognosis bagi wanita hamil dengan penyakit tuberculosis yang aktif telah mengalami perbaikan yang

luar biasa selama waktu 30 tahun terakhir ini. Beberapa preparat tuberculosis urutan pertama tidak terlihat

memberikan efek yang merugikan bagi janin. Penyakit tuberculosis yang aktif selalu dapat diobati paling tidak

dengan dua .macam preparat tuberculosis. Dalam suatu tinjauan (Snider,dkk 1980) tidak menemukan

frekuensi cacat lahir pada anak-anak yang ibunya mendapatkan pengobatan isoniazid, ethambutol maupun

rifampisin selama kehamilannya. Kelainan auditorius dan vestibuler yang ringan pernah ditemukan pada

terapi dengan streptomisin. Kalau isoniazid digunakan selama kehamilan, piridoksin harus pula diberikan

sebagai suplemen untuk mengurangi kemungkinan neurotoksisitas yang potensial pada janin.

Bayi dari wanita yang menderita tuberculosis, mempunyai berat badan lahir rendah, 2 x lipat meningkatkan

persalinan premature, kecil masa kehamilan, dan meningkatkan kematian perinatal 6 kali lipat. Pengaruh

utama tuberculosis terhadap kehamilan adalah mencegah terjadinya konsepsi sehingga banyak penderita

tuberculosis yang mengalami infertilitas.

Page 9: 5 Kehamilan Dgn Tb

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2Cetakan Pertama. Depkes RI. Jakarta: 2007.

Alsagaff Hood, Mukty Abdul. Bab 2 Infeksi: Tuberkulosis Paru. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.Surabaya: Airlangga University Press, 2008. hal.73-1098.

Agatha. Respirasi: Tuberkulosis Paru. Doctor Wannabe, 2010. Available from URL:http://www.agathariyadi.wordpress.com/2010/01/13/tuberkulosis-paru/   9.

dr. H. Eddy Mudihardi, Msc. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika ; 2005. h.453-458.