5. FAKTUR PAJAK

44
Halaman 39 Kegiatan Belajar 5 5. FAKTUR PAJAK A. Indikator a. Peserta pelatihan dapat menjelaskan pengertian faktur pajak b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan bentuk dan jenis faktur pajak c. Peserta pelatihan dapat menjelaskan informasi dalam faktur pajak d. Peserta pelatihan dapat menjelaskan pembuatan faktur pajak e. Peserta pelatihan dapat menjelaskan nota retur dan nota pembatalan B. Uraian dan Contoh a. Pengertian Faktur Pajak Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. 36 Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap: 37 a. Penyerahan barang kena pajak, ekspor barang kena pajak berwujud dan penyerahan aktiva tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan 38 . b. Penyerahan jasa kena pajak 39 c. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud 40 d. Ekspor jasa kena pajak 41 . b. Bentuk dan Jenis Faktur Pajak Faktur Pajak dapat berbentuk: 42 a. Elektronik. Faktur Pajak berbentuk elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak yang berbentuk elektronik, untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Hal-hal yang perlu diketahui terkait dengan e-Faktur adalah sebagai berikut: 36 Pasal 1 angka 23 UU No.42 Tahun 2009 37 Pasal 13 ayat (1) UU No.42 Tahun 2009 38 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau Pasal 16D UU No.42 Tahun 2009 39 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU No.42 Tahun 2009 40 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g UU No.42 Tahun 2009 41 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h UU No.42 Tahun 2009 42 Peraturan Menteri Keuangan No. 151/PMK.011/2013

Transcript of 5. FAKTUR PAJAK

Page 1: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 39

Kegiatan

Belajar

5 5. FAKTUR PAJAK

A. Indikator

a. Peserta pelatihan dapat menjelaskan pengertian faktur pajak

b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan bentuk dan jenis faktur pajak

c. Peserta pelatihan dapat menjelaskan informasi dalam faktur pajak

d. Peserta pelatihan dapat menjelaskan pembuatan faktur pajak

e. Peserta pelatihan dapat menjelaskan nota retur dan nota pembatalan

B. Uraian dan Contoh

a. Pengertian Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.36 Pengusaha

Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:37

a. Penyerahan barang kena pajak, ekspor barang kena pajak berwujud dan penyerahan

aktiva tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan38.

b. Penyerahan jasa kena pajak39

c. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud40

d. Ekspor jasa kena pajak41.

b. Bentuk dan Jenis Faktur Pajak

Faktur Pajak dapat berbentuk:42

a. Elektronik. Faktur Pajak berbentuk elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat secara

elektronik sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur

Pajak yang berbentuk elektronik, untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak.

Hal-hal yang perlu diketahui terkait dengan e-Faktur adalah sebagai berikut:

36 Pasal 1 angka 23 UU No.42 Tahun 2009 37 Pasal 13 ayat (1) UU No.42 Tahun 2009 38 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau Pasal 16D UU No.42 Tahun 2009 39 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU No.42 Tahun 2009 40 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g UU No.42 Tahun 2009 41 Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h UU No.42 Tahun 2009 42 Peraturan Menteri Keuangan No. 151/PMK.011/2013

Page 2: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 40

a) e-Faktur berbentuk elektronik, sehingga tidak diwajibkan untuk dicetak dalam

bentuk kertas, namun demikian dalam hal diperlukan cetakan kertas baik oleh pihak

penjual dan/atau pihak pembeli, e-Faktur dipersilahkan untuk dicetak sesuai dengan

kebutuhan.

b) e-Faktur ditandatangani secara elektronik sehingga tidak disyaratkan lagi untuk

ditandatangani secara basah oleh pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh Pengusaha

Kena Pajak.

c) e-Faktur menggunakan mata uang Rupiah.43

b. Kertas (hardcopy). Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) adalah Faktur Pajak yang

dibuat tidak secara elektronik berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak untuk

setiap penyerahan dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan dan/atau

ekspor Jasa Kena Pajak

Jenis-jenis faktur pajak yang dikenal dalam praktik PPN adalah:

a. Faktur Pajak44

b. Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang

dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang

sama selama 1 (satu) bulan kalender.

c. Dokumen tertentu dipersamakan dengan faktur pajak, yaitu :

1) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh

pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri

dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB

tersebut;

2) Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh

BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

3) Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh

PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar

Minyak;

4) Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan

telekomunikasi;

5) Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang

dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

6) Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa

kepelabuhanan;

7) Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;

8) Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang

dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

dengan Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Terwujud;

9) Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang

berupa nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dilampiri dengan

43 PENG - 01/PJ.02/2014 44 Dulu dikenal dengan istilah Faktur Pajak Standar. Setelah berlakunya UU No.42 Tahun 2009 istilah faktur pajak standar tidak digunakan lagi, cukup menggunakan istilah faktur pajak

Page 3: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 41

Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau

bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang mencantumkan

identitas pemilik barang berupa nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB

tersebut, untuk impor Barang Kena Pajak;

10) Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan

Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;

11) Bukti tagihan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh

Perusahaan Air Minum:

12) Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh

perantara efek;dan

13) Bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan

d. Faktur pajak pengusaha kena pajak eceran45, yang dapat berupa:

1) bon kontan,

2) faktur penjualan,

3) segi cash register,

4) karcis,

5) kuitansi, atau

6) tanda bukti penyerahan

Pengusaha Kena Pajak Eceran (PKP PE) adalah Pengusaha Kena Pajak yang dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dengan

cara sebagai berikut :

a) melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko dan kios atau langsung

mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya;

b) dengan cara penjualan eceran yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir,

tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau

lelang; dan

c) pada umumnya penyerahan Barang Kena Pajak atau transaksi jual beli dilakukan

secara tunai dan penjual langsung menyerahkan Barang Kena Pajak atau pembeli

langsung membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya

c. Informasi Dalam Faktur Pajak

Faktur Pajak harus memuat keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit mencantumkan :

a) nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak

atau Jasa Kena Pajak;

b) nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau

penerima Jasa Kena Pajak;

c) jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f) kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

45 Dulu dikenal dengan istilah Faktur Pajak Sederhana. Setelah berlakunya UU No.42 Tahun 2009 istilah faktur pajak sederhana tidak digunakan lagi.

Page 4: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 42

g) nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Untuk dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak dalam

pembuatannya paling sedikit harus memuat keterangan minimal berupa :

a. Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan;

b. Jumlah satuan barang apabila ada;

c. Dasar Pengenaan Pajak; dan

d. Jumlah Pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.

Sedangkan Faktur Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak oleh PKP PE paling

sedikit harus memuat keterangan :

a) nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak;

b) jenis Barang Kena Pajak yang diserahkan;

c) jumlah Harga Jual yang sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau besarnya Pajak

Pertambahan Nilai dicantumkan secara terpisah;

d) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; dan

e) kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak wajib diisi secara lengkap, jelas dan benar serta ditandatangani oleh PKP

atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya. Faktur Pajak yang

tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh PKP atau

pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya sesuai dengan tata cara

dan prosedur merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap.

Pengisian faktur pajak harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Alamat harus diisi sesuai dengan alamat yang sebenarnya atau sesungguhnya. Dalam

hal alamat PKP yang sebenarnya atau sesungguhnya berbeda dengan alamat dalam

Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP, maka PKP harus

memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan untuk meminta

perubahan alamat dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP agar

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau sesungguhnya.

b. Jenis barang atau jasa harus diisi dengan keterangan yang sebenarnya atau

sesungguhnya mengenai Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang

diserahkan. Dalam hal diperlukan, PKP dapat menambahkan keterangan lain dalam

Faktur Pajak dan Nomor Seri Faktur Pajak

c. Penandatangan Faktur Pajak. Nama yang berhak menandatangani Faktur Pajak diisi

sesuai dengan kartu identitas yang sah, yaitu Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin

Mengemudi, atau Paspor, yang berlaku pada saat Faktur Pajak ditandatangani. PKP

wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama PKP atau pejabat/pegawai

yang berhak menandatangani Faktur Pajak disertai dengan contoh tandatangannya,

dengan melampirkan fotokopi kartu identitas pejabat/pegawai penandatangan Faktur

Pajak yang sah yang telah dilegalisasi pejabat yang berwenang kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak paling lama pada akhir bulan berikutnya sejak bulan pejabat/pegawai

tersebut mulai melakukan enandatanganan Faktur Pajak. PKP dapat menunjuk lebih

dari 1 (satu) orang pejabat/pegawai untuk menandatangani Faktur Pajak Dalam hal

terjadi perubahan pejabat/pegawai yang berhak menandatangani Faktur Pajak maka

PKP wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atas perubahan tersebut

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya sejak

Page 5: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 43

bulan pejabat/pegawai pengganti mulai menandatangani Faktur Pajak. Dalam hal PKP

melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang, maka pejabat/pegawai

yang telah ditunjuk di tempat-tempat kegiatan usaha sebelum pemusatan masih dapat

menandatangani Faktur Pajak yang diterbitkan setelah pemusatan yang dicetak di

tempat-tempat kegiatan usaha masing-masing. Dalam hal PKP tidak atau terlambat

menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP

dikukuhkan atau tempat pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang maka Faktur

Pajak yang diterbitkan oleh PKP sampai dengan diterimanya pemberitahuan merupakan

Faktur Pajak Tidak Lengkap. Untuk Faktur Pajak berbentuk elektronik, tanda tangan

berupa Tanda Tangan Elektronik. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang

terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan

Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

d. Pembuatan Faktur Pajak

1. Pengadaan Faktur Pajak

Bentuk dan ukuran Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan PKP. Bentuk dan

ukuran Faktur Pajak dapat dibuat sebagaimana contoh pada Lampiran IA dan Lampiran IB dari

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 24/PJ/2012

Pengadaan Faktur Pajak dilakukan oleh PKP. Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2

(dua) rangkap yang peruntukannya masing-masing sebagai berikut : Lembar ke-1, disampaikan

kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. Lembar ke-2, untuk arsip

PKP yang menerbitkan Faktur Pajak. Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari yang ditetapkan,

maka harus dinyatakan secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yan

bersangkutan.

Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai dengan keterangan dalam Faktur

Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan

Nilai dan pengisiannya sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur

Jenderal Pajak, dipersamakan dengan Faktur Pajak.

2. Saat Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak harus dibuat pada:

a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;

b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;

atau

d. saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Instansi

Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

Sedangkan untuk Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

Secara prinsip Faktur Pajak harus dibuat pada saat terutangnya Pajak Pertambahan

Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, namun demikian

karena suatu hal dapat terjadi keterlambatan penerbitan Faktur Pajak. Atas keterlambatan

penerbitan Faktur Pajak dikenakan sanksi sesuai Pasal 14 ayat (1) huruf d juncto Pasal 14 ayat

Page 6: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 44

(4) Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tanpa adanya

ketentuan mengenai batas waktu keterlambatan.

Untuk menjamin kepastian terlaksananya pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas penyerahan Barang

Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, perlu adanya pembatasan jangka waktu penerbitan

Faktur Pajak. Di samping itu, ketentuan ini dimaksudkan juga untuk menyelaraskan pengakuan

penghasilan di dalam menghitung peredaran usaha yang digunakan di dalam menghitung Pajak

Penghasilan dengan peredaran usaha yang digunakan untuk menghitung Pajak Pertambahan

Nilai. Dengan demikian, saat pembuatan Faktur Pajak ditentukan sesuai dengan prinsip bisnis

yang sehat dan harus memenuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum serta diterapkan secara

konsisten.

Termasuk dalam pengertian Faktur Pajak dalam ketentuan ini adalah dokumen tertentu

yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak yang diterbitkan atas penyerahan

Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

Pembuatan faktur pajak berkaitan dengan saat pajak terutang. Saat pajak terutang

diartikan sebagai saat mulai timbulnya utang pajak kepada negara, sehingga bukan merupakan

batas akhir pembayaran pajak ke kas negara. Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terjadi pada saat:

a. penyerahan Barang Kena Pajak;

b. impor Barang Kena Pajak;

c. penyerahan Jasa Kena Pajak;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;

f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau

h. ekspor Jasa Kena Pajak.

Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum

penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

Pabean, saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah adalah pada saat pembayaran.

Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk:

a. penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa

barang bergerak, terjadi pada saat:

1. Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada

pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;

2. Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada

penerima barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan

penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan antar

cabang;

3. Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau

pengusaha jasa angkutan; atau

4. harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau

penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena

Page 7: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 45

Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan

secara konsisten.

Saat penyerahan barang bergerak merupakan dasar penentuan saat terutangnya Pajak

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah dan sekaligus sebagai dasar pembuatan Faktur Pajak. Ketentuan ini dimaksudkan

untuk mensinkronisasikan saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan praktik yang lazim

terjadi dalam kegiatan usaha yang tercermin dalam praktik pencatatan atau pembukuan

berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta diterapkan secara konsisten oleh

Pengusaha Kena Pajak.

Dalam praktik kegiatan usaha dan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum,

maka:

a. penyerahan barang bergerak dapat terjadi pada saat barang tersebut dikeluarkan

dari penguasaan Pengusaha Kena Pajak (penjual) dengan maksud langsung atau

tidak langsung untuk diserahkan pada pihak lain. Karena itu Pajak Pertambahan

Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

terutang pada saat hak penguasaan barang telah berpindah kepada pembeli atau

pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli.

b. Perpindahan hak penguasaan atas barang bisa juga terjadi pada saat barang

diserahkan kepada pihak kedua atau pembeli atau pada saat barang diserahkan

melalui juru kirim, pengusaha angkutan, perusahaan angkutan, atau pihak ketiga

lainnya. Oleh karena itu, Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terutang pada saat barang diserahkan

kepada juru kirim atau perusahaan angkutan.

Saat penyerahan barang sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, tercermin

dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam bentuk pengakuan sebagai piutang

atau penghasilan dengan penerbitan faktur penjualan sebagai sumber

dokumennya.Dalam kegiatan usaha, saat pengakuan piutang atau penghasilan atau

saat penerbitan faktur penjualan dapat terjadi tidak bersamaan dengan saat penyerahan

barang secara fisik sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b. Oleh karena itu,

dalam rangka memberikan kemudahan administrasi terkait dengan saat penerbitan

Faktur Pajak, saat penerbitan faktur penjualan ditetapkan sebagai saat penyerahan

barang yang menjadi dasar saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Termasuk dalam

pengertian faktur penjualan adalah dokumen lain yang berfungsi sama dengan faktur

penjualan.

b. penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa

barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau

menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata,

kepada pihak pembeli. Penyerahan Barang Kena Pajak untuk Barang Kena Pajak tidak

bergerak terjadi pada saat surat atau akta perjanjian yang mengakibatkan perpindahan

hak atas barang tersebut ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan. Saat

Page 8: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 46

tersebut menjadi dasar penentuan saat terutang Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Namun demikian, dalam hal penyerahan hak atas barang tidak bergerak tersebut secara

nyata telah terjadi meskipun surat atau akta perjanjian yang mengakibatkan perpindahan

hak belum ditandatangani, penyerahan Barang Kena Pajak dianggap telah terjadi.

c. penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud, terjadi pada saat:

1. harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui sebagai

piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh

Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

dan diterapkan secara konsisten; atau

2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau

kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal

saat sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak diketahui.

d. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak

untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan terjadi,

adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu di antara saat:

1. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris;

2. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam Anggaran

Dasar;

3. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan; atau

4. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan

kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau

berdasarkan data atau dokumen yang ada.

Yang dimaksud dengan "persediaan" adalah persediaan bahan baku, persediaan bahan

pembantu, persediaan barang dalam proses, persediaan barang setengah jadi, dan/atau

persediaan barang jadi.

e. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, dan pengambilalihan usaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 1A ayat

(2) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai atau perubahan bentuk usaha,

terjadi pada saat:

1. disepakati atau ditetapkannya penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha sesuai hasil

Rapat Umum Pemegang Saham yang tertuang dalam perjanjian penggabungan,

peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan

bentuk usaha; atau

2. ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan atau pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha oleh

Notaris. Yang dimaksud dengan "penggabungan usaha, pengambilalihan usaha,

pemecahan usaha, dan peleburan usaha" adalah penggabungan usaha,

pengambilalihan usaha, pemisahan usaha, dan peleburan usaha sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perseroan terbatas.

Yang dimaksud dengan "pemekaran usaha" adalah pemisahan satu badan usaha

menjadi dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan

Page 9: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 47

mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang

dilakukan tanpa melakukan likuidasi badan usaha yang lama.

Yang dimaksud dengan "perubahan bentuk usaha" adalah berubahnya bentuk usaha

yang digunakan oleh Pengusaha Kena Pajak, misalnya semula bentuk usaha

Pengusaha Kena Pajak adalah Commanditaire Vennotschap kemudian berubah menjadi

Perseroan Terbatas.

Saat terutang pajak untuk Impor Barang Kena Pajak terjadi pada saat Barang Kena

Pajak tersebut dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.

Penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terjadi pada

saat:

a. harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan,

atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;

b. kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada

huruf a tidak diketahui; atau

c. mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik

sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri

Jasa Kena Pajak.

Penyerahan Jasa Kena Pajak terjadi pada saat mulai tersedianya fasilitas atau

kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya. Saat penyerahan Jasa

Kena Pajak IIni merupakan dasar penentuan saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai dan

sekaligus sebagai dasar pembuatan Faktur Pajak.

Namun demikian, dalam praktik kegiatan usaha dan berdasarkan prinsip akuntansi yang

berlaku umum, saat pengakuan piutang atau penghasilan, atau saat penerbitan faktur penjualan

dapat terjadi tidak bersamaan dengan saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk

dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya. Dalam rangka memberikan kemudahan

administrasi terkait dengan saat penerbitan Faktur Pajak, saat penerbitan faktur penjualan

dapat ditetapkan sebagai saat penyerahan jasa yang menjadi dasar saat terutangnya Pajak

Pertambahan Nilai.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mensinkronisasikan saat terutangnya Pajak

Pertambahan Nilai dengan praktik yang lazim terjadi dalam kegiatan usaha yang tercermin

dalam praktik pencatatan atau pembukuan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum

serta diterapkan secara konsisten oleh Pengusaha Kena Pajak.

Saat terutangnya pajak untuk Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau

Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean terjadi pada saat:

a. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak

tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;

b. harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau penggantian Jasa Kena Pajak

tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

c. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak

tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya,

yang terjadi lebih dahulu.

Contoh saat pembuatan Faktur Pajak:

Page 10: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 48

1. Penyerahan Barang Kena Pajak bergerak.

Contoh 1:

PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna pada

tanggal 15 Mei 2011. Atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak tersebut PT Aman

menerbitkan Faktur Pajak pada tanggal 15 Mei 2011.

Contoh 2:

PT Berkah yang berkedudukan di Jakarta menjual Barang Kena Pajak kepada PT Ceria di

Surabaya dengan syarat pengiriman (term of delivery) loco gudang penjual (fob shipping

point). Barang Kena Pajak dikeluarkan dari gudang PT Berkah dan dikirim ke gudang PT

Ceria pada tanggal 10 Juni 2011 dengan menggunakan perusahaan ekspedisi dengan

tanggal DO (delivery order) 10 Juni 2011. Barang diterima oleh PT Ceria pada tanggal 12

Juni 2011. Atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, PT Berkah menerbitkan

Faktur Pajak pada tanggal 10 Juni 2011.

Dalam hal pada contoh 1 dan contoh 2 di atas, faktur penjualan (invoice) diterbitkan tidak

pada tanggal penyerahan secara langsung atau pada saat diserahkan kepada juru kirim

atau pengusaha jasa angkutan karena kondisi tertentu, maka Faktur Pajak wajib dibuat

pada saat penerbitan faktur penjualan. Penerbitan faktur penjualan tersebut harus

dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan dilakukan secara

konsisten.

Contoh 3:

PT Cantik di Jakarta menjual Barang Kena Pajak kepada PT Sentosa di Semarang dengan

syarat pengiriman (term of delivery) franco gudang pembeli (fob destination). Barang

dikeluarkan dari gudang PT Cantik dan dikirim ke gudang PT Sentosa pada tanggal 12

Agustus 2011 dengan menggunakan perusahaan ekspedisi. Barang diterima oleh PT

Sentosa pada tanggal 13 Agustus 2011. PT Cantik menerbitkan faktur penjualan (invoice)

pada tanggal 16 Agustus 2011. Atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, PT Cantik

wajib menerbitkan Faktur Pajak pada tanggal 13 Agustus 2011 atau paling lama tanggal 16

Agustus 2011.

2. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak bergerak.

Contoh 1:

Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2011. Perjanjian

penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah tersebut dibuat atau

ditandatangani tanggal 1 September 2011. Faktur Pajak harus diterbitkan pada tanggal 1

September 2011. Bila sebelum surat atau akta tersebut dibuat atau ditandatangani barang

tidak bergerak telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau

penerimanya, maka Faktur Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata

diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

Contoh 2:

Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata tanggal 1 Agustus 2011. Faktur

Pajak harus diterbitkan pada tanggal 1 Agustus 2011. Bila sebelum surat atau akte tersebut

dibuat atau ditandatangani, barang tidak bergerak telah diserahkan atau berada dalam

penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur Pajak harus dibuat pada saat barang

Page 11: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 49

tersebut secara nyata diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerima

barang.

Contoh 3:

Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata tanggal 1 Agustus 2011. Perjanjian

jual beli ditandatangani tanggal 1 September 2011. Faktur Pajak harus diterbitkan pada

tanggal 1 Agustus 2011.

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak.

Contoh 1:

PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak

selama 12 (dua belas) tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:

- PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tersebut pada tanggal 1 September 2011.

- Nilai kontrak sewa selama 12 (dua belas) tahun sebesar Rp 120.000.000,00.

- Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29

September dengan pembayaran sebesar Rp10.000.000,00 per tahun.

Pada tanggal 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk tahun

pertama. Atas penyerahan Jasa Kena Pajak tersebut, PT Semangat wajib menerbitkan Faktur

Pajak pada tanggal 29 September 2011 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar

Rp10.000.000,00.

Contoh 2:

PT Toryung mengontrak Firma Cerah Konsultan untuk memberikan jasa konsultasi manajemen

dan pelatihan kepada staff marketing PT Toryung selama 6 (enam) bulan dengan nilai kontrak

sebesar Rp60.000.000,00.

Pembayaran jasa konsultasi akan dilakukan setiap bulan. Firma Cerah Konsultan mulai

memberikan jasa konsultasi sejak tanggal 1 Juli 2011. Pada tanggal 10 Agustus 2011, Firma

Cerah Konsultan mengajukan tagihan untuk pembayaran jasa konsultasi bulan Juli sebesar

Rp10.000.000,00. PT Toryung melakukan pembayaran atas tagihan tersebut pada tanggal 20

Agustus 2011.

Atas transaksi tersebut, Firma Cerah Konsultan wajib menerbitkan Faktur Pajak pada tanggal

10 Agustus 2011 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp10.000.000,00 (sesuai dengan

nilai tagihan) meskipun pembayaran baru diterima tanggal 20 Agustus 2011.

4. Penyerahan sebagian tahap pekerjaan (pembayaran termin)

Atas penyerahan sebagian tahap pekerjaan, misalnya penyerahan jasa pemborong bangunan

atau barang tidak bergerak lainnya, saat penerbitan

Faktur Pajaknya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Umumnya pekerjaan jasa pemborongan bangunan dan barang tidak bergerak lainnya

diselesaikan dalam suatu masa tertentu. Sebelum jasa pemborong itu selesai dan siap untuk

diserahkan, telah diterima pembayaran di muka sebelum pekerjaan pemborongan dimulai atau

pembayaran atas sebagian penyelesaian pekerjaan jasa sesuai dengan tahap atau kemajuan

penyelesaian pekerjaan. Dalam hal ini sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur Pasal 11

ayat (2) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai terutang pada saat

pembayaran tersebut diterima oleh Pemborong atau Kontraktor.

Selanjutnya setelah bangunan atau barang tidak bergerak tersebut selesai dikerjakan, maka

jasa pemborongan seluruhnya diserahkan kepada penerima jasa. Dalam hal ini sesuai dengan

Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai terutang

Page 12: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 50

pada saat penyerahan Jasa Kena Pajak IItu dilakukan, meskipun pembayaran lunas jasa

pemborongan tersebut belum diterima oleh Pemborong atau Kontraktor.

Contoh:

1. Tanggal 1 April 2011, perjanjian pemborongan ditandatangani dan diterima uang muka

sebesar 20%.

2. Tanggal 1 Mei 2011, pekerjaan selesai 20%, diterima pembayaran tahap ke-1.

3. Tanggal 1 Juni 2011, pekerjaan selesai 50%, diterima pembayaran tahap ke-2.

4. Tanggal 20 Juni 2011, pekerjaan selesai 80%, diterima pembayaran tahap ke-3.

5. Tanggal 25 Agustus 2011, pekerjaan selesai 100%, bangunan atau barang tidak

bergerak diserahkan.

6. Tanggal 1 September 2011, diterima pembayaran tahap akhir (ke-4) sebesar 95% dari

harga borongan.

7. Tanggal 1 Maret 2012, diterima pembayaran pelunasan seluruh jasa pemborongan.

Pada angka 1 sampai dengan angka 4 Pajak Pertambahan Nilai terutang pada tanggal

diterimanya pembayaran (tahap), sedang angka 5 sampai dengan angka 7 Pajak Pertambahan

Nilai terutang pada tanggal 25 Agustus 2011 atau saat jasa pemborongan (bangunan atau

barang tidak bergerak) selesai dilakukan dan diserahkan kepada pemiliknya. Tanggal

pembayaran yang tersebut pada angka 6 dan angka 7 tidak perlu diperhatikan, karena tidak

termasuk saat yang menentukan terutangnya Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan dasar

akrual yang dianut dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Cara penghitungan sebagaimana tersebut di atas juga berlaku dalam hal penjualan

Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dilakukan dengan pembayaran uang muka,

sedangkan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dilakukan

kemudian

Penerbitan Faktur Pajak Melewati Batas Waktu

PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu dikenai sanksi administrasi

sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan

sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak. PKP

Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang menerima Faktur Pajak tidak

dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalamnya sebagai Pajak

Masukan..

3. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

PKP harus membuat Faktur Pajak dengan menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu :

a. 2 (dua) digit Kode Transaksi;

b. 1 (satu) digit Kode Status; dan

c. 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh Direktorat

Jenderal Pajak.

Page 13: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 51

Penulisan Kode dan Nomor Seri pada Faktur Pajak, harus lengkap sesuai dengan banyaknya

digit.

Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan akan memberikan nomor seri Faktur

Pajak ke PKP sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan dimulai dari Nomor Seri 900-

13.00000001 untuk Faktur Pajak yang diterbitkan tanggal 1 April 2013. Untuk tahun 2014

akan dimulai dari nomor seri Faktur Pajak 000- 14.00000001 demikian seterusnya.

Contoh penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagai berikut:

010.900-13.00000001, berarti penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan PPNnya dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Penjual yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), Faktur Pajak Normal (bukan

Faktur Pajak Pengganti), dengan nomor seri 900-13.00000001

sesuai dengan nomor seri pemberian dari Direktorat Jenderal

Pajak.

011.900-13.00000001, berarti penyerahan yang terutang PPN dan PPNnya

dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP

dan/atau JKP dengan status Faktur Pajak Pengganti. Faktur Pajak

Pengganti diterbitkan dengan nomor seri 900-13.00000001 sesuai

dengan nomor seri Faktur Pajak yang diganti.

Tata Cara Penggunaan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak adalah sebagai berikut :

1. Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak

a. Kode Transaksi diisi dengan ketentuan sebagai berikut:

- 01 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang terutang PPN

dan PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan

BKP dan/atau JKP.

Kode ini digunakan dalam hal bukan merupakan jenis penyerahan

sebagaimana dimaksud pada kode 04 sampai dengan kode 09.

- 02 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut

PPN Instansi Pemerintah yang PPNnya dipungut oleh Pemungut PPN

Instansi Pemerintah.

- 03 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut

PPN Lainnya (selain Instansi Pemerintah) yang PPNnya dipungut oleh

Pemungut PPN Lainnya (selain Instansi Pemerintah) .

Pemungut PPN Lainnya selain Instansi Pemerintah, dalam hal ini

adalah Kontraktor Kontrak Kerja Sama Pengusahaan Minyak dan Gas,

Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan

Sumber Daya Panas Bumi, Badan Usaha Milik Negara atau Wajib

Pajak lainnya yang ditunjuk sebagai Pemungut PPN, termasuk

Page 14: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 52

perusahaan yang tunduk terhadap Kontrak Karya Pertambangan yang

di dalam kontrak tersebut secara lex specialist ditunjuk sebagai

Pemungut PPN.

- 04 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang menggunakan

DPP Nilai Lain yang PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang

melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.

- 05 Kode ini tidak digunakan.

- 06 digunakan untuk penyerahan lainnya yang PPNnya dipungut oleh PKP

Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP, dan

penyerahan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis

asing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E Undang- Undang

Pajak Pertambahan Nilai.

Kode ini digunakan atas penyerahan BKP dan/atau JKP selain jenis

penyerahan pada kode 01 sampai dengan kode 04 dan penyerahan

BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing),

antara lain:

a. Penyerahan yang menggunakan tarif selain 10%.

b. Penyerahan hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh

Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau hasil tembakau yang dibuat

di luar negeri oleh importir hasil tembakau dengan mengacu pada

ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor

62/KMK.03/2002 tentang Dasar Penghitungan, Pemungutan dan

Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Hasil

Tembakau.

c. Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar

negeri (turis asing) oleh PKP Toko Retail yang ditunjuk, terkait

dengan penerbitan Faktur Pajak Khusus.

- 07 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat

fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP).

Kode ini digunakan atas Penyerahan yang mendapat fasilitas PPN

Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP), berdasarkan

peraturan khusus yang berlaku, antara lain:

a. Ketentuan yang mengatur mengenai Bea Masuk, Bea Masuk

Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah dan Pajak Penghasilan Dalam Rangka

Pelaksanaan Proyek Pemerintah Yang Dibiayai Dengan Dana

Pinjaman/Hibah Luar Negeri.

b. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Perpajakan bagi

Pengusaha Kena Pajak Berstatus Entrepot Produksi Tujuan Ekspor

(EPTE) Dan Perusahaan Pengolahan Di Kawasan Berikat (KB).

c. Ketentuan yang mengatur mengenai Tempat Penimbunan Berikat.

d. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Perpajakan di

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.

e. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Pajak Pertambahan

Page 15: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 53

Nilai atas Penyerahan Avtur Untuk Keperluan Penerbangan

Internasional.

f. Ketentuan yang mengatur mengenai Toko Bebas Bea.

g. Ketentuan yang mengatur mengenai Pajak Pertambahan Nilai

Ditanggung Pemerintah Atas Penyerahan Bahan Bakar Nabati Di

Dalam Negeri.

h. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Kepabeanan,

Perpajakan, dan Cukai Serta Pengawasan Atas dan Pengeluaran

Barang Ke dan Dari Serta Berada Di Kawasan Yang Telah Ditunjuk

Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

i. Ketentuan yang mengatur mengenai Tata Cara Pengawasan,

Pengadministrasian, Pembayaran, serta Pelunasan Pajak

Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Atas Pengeluaran dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan Bebas Ke Tempat Lain

Dalam Daerah Pabean dan Pemasukan dan/atau Penyerahan

Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Tempat Lain

Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan Bebas.

j. Ketentuan yang mengatur mengenai Tata Cara Pemasukan dan

Pengeluaran Barang Ke dan Dari Kawasan Yang Telah Ditunjuk

Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

- 08 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat

fasilitas Dibebaskan dari pengenaan PPN.

Kode ini digunakan atas penyerahan yang mendapat fasilitas

dibebaskan dari pengenaan PPN, berdasarkan peraturan khusus yang

berlaku antara lain:

a. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau Penyerahan

Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena

Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai.

b. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau Penyerahan

Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang

Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

c. Ketentuan yang mengatur mengenai pemberian pembebasan Pajak

Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah

kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta

pejabatnya

- 09 digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D yang PPNnya dipungut

oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP.

b. Penyerahan yang menggunakan Kode Transaksi '01' adalah penyerahan yang

terutang PPN dan PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan

penyerahan BKP dan/atau JKP yang jenis penyerahannya tidak termasuk

dalam kategori:

1) penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain (Kode 04);

Page 16: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 54

2) penyerahan lainnya dan penyerahan kepada orang pribadi pemegang

paspor luar negeri (turis asing) (Kode 06); dan/atau

3) penyerahan Aktiva Pasal 16D (Kode 09).

c. Penyerahan yang menggunakan Kode Transaksi '02' atau '03' adalah

penyerahan kepada Pemungut PPN yang PPNnya dipungut oleh Pemungut

PPN, termasuk atas penyerahan dalam kategori:

1) penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain (Kode 04);

2) penyerahan lainnya dan penyerahan kepada orang pribadi pemegang

paspor luar negeri (turis asing) (Kode 06); dan/atau

3) penyerahan-Aktiva Pasal 16D (Kode 09).

d. Dalam hal atas penyerahan kepada Pemungut PPN, PPN yang terutang

dikecualikan dari pemungutan oleh Pemungut PPN, maka kode transaksi yang

digunakan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir b di

atas.

e. Penyerahan yang mendapat fasilitas PPN tetap menggunakan Kode

Transaksi '07' atau '08', termasuk penyerahan kepada Pemungut PPN.

2. Tata Cara Penggunaan Kode Status pada Faktur Pajak

a. Kode Status, diisi dengan ketentuan sebagai berikut:

1) 0 (nol) untuk status normal;

2) 1 (satu) untuk status penggantian.

b. Dalam hal diterbitkan Faktur Pajak pengganti ke-2, ke-3, dan seterusnya,

maka Kode Status yang digunakan Kode Status '1'.

3. Tata Cara Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak

a. Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 11 (sebelas) digit nomor urut yang

dipisahkan oleh 2 (dua) digit tahun penerbitan.

b. Nomor Seri Faktur Pajak diberikan dalam bentuk blok nomor dengan jumlah

sesuai permintaan PKP.

Contoh:

PKP meminta 100 Nomor Seri Faktur Pajak, maka Nomor Seri Faktur Pajak

yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat berupa:

- 900.13.00000001 s.d. 900.13.00000100;

- 900.13.99999901 s.d. 901.13.00000000;

- 900.13.99999999 s.d. 901.13.00000098, dan sebagainya.

c. Nomor Seri Faktur Pajak digunakan untuk penerbitan Faktur Pajak dalam

tahun yang sama dengan 2 (dua) digit tahun penerbitan yang tertera dalam

Nomor Seri Faktur Pajak.

Permohonan Kode Aktivasi Dan Password

Untuk mendapatkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak, PKP harus mengajukan surat

permohonan Kode Aktivasi dan Password ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan.

Surat permohonan Kode Aktivasi dan Password harus diisi dengan lengkap dan ditandatangani

oleh PKP dan disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP

dikukuhkan dengan menunjukkan asli kartu identitas sesuai dengan identitas yang tercantum

Page 17: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 55

dalam surat permohonan. Jika surat permohonan Kode Aktivasi dan Password ditandatangani

oleh selain PKP, maka surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa.

Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kode Aktivasi dan Password ke PKP dalam hal

PKP memenuhi syarat sebagai berikut:

a) PKP telah dilakukan Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak oleh Kantor Pelayanan

Pajak tempat PKP terdaftar berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-

05/PJ/2012 dan perubahannya dan laporan hasil registrasi ulang/verifikasi menyatakan

PKP tetap dikukuhkan; atau

b) PKP telah dilakukan verifikasi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

73/PMK.03/2012.

Dalam hal PKP memenuhi persyaratan diatas, Kantor Pelayanan Pajak akan menerbitkan

surat pemberitahuan Kode Aktivasi yang ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan atas

nama Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan dikirim melalui pos dalam amplop tertutup ke alamat

PKP. Selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak akan mengirimkan Password melalui surat elektronik

(email) ke alamat email PKP yang dicantumkan dalam surat permohonan Kode Aktivasi dan

Password. Sebaliknya jika PKP tidak memenuhi peryaratan, Kantor Pelayanan Pajak

menerbitkan surat pemberitahuan penolakan Kode Aktivasi dan Password.

Dalam hal surat pemberitahuan Kode Aktivasi tidak diterima oleh PKP dan kembali pos

(kempos), Kantor Pelayanan Pajak akan memberitahukan informasi tersebut melalui surat

elektronik (email) ke alamat email PKP yang dicantumkan dalam surat permohonan Kode

Aktivasi dan Password. PKP dapat mengajukan kembali surat permohonan Kode Aktivasi

dan Password ke Kantor Pelayanan Pajak setelah memenuhi syarat dan/atau telah

menyampaikan surat pemberitahuan perubahan alamat ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai

dengan prosedur pemberitahuan perubahan alamat.

Dalam hal PKP tidak menerima Password karena kesalahan penulisan alamat email pada Surat

Permohonan Kode Aktivasi dan Password, PKP harus melakukan update email.

Surat pemberitahuan Kode Aktivasi yang hilang dapat dimintakan kembali ke Kantor Pelayanan

Pajak dengan menyampaikan surat permohonan cetak ulang Kode Aktivasi dengan

melampirkan fotokopi surat keterangan kehilangan dari kepolisian dan fotokopi bukti

penerimaan surat dari Kantor Pelayanan Pajak atas surat permohonan Kode Aktivasi dan

Password. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat pemberitahuan Kode Aktivasi atau surat

pemberitahuan penolakan Kode Aktivasi dan Password dalam jangka waktu paling lama 3 hari

kerja setelah surat permohonan diterima.

PKP harus melakukan aktivasi wadah layanan perpajakan secara elektronik (Akun Pengusaha

Kena Pajak) yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan Kode

Aktivasi, melalui:

a) Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan dengan menyampaikan surat

Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak ; atau

b) laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak

dengan mengikuti petunjuk pengisian (manual user) yang disediakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak.

Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dilakukan secara jabatan oleh Direktorat Jenderal Pajak

untuk PKP yang telah memperoleh Kode Aktivasi dan Password sebelum 1 Juli 2014.

Page 18: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 56

Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak

PKP dapat melakukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui:Kantor Pelayanan

Pajak tempat PKP dikukuhkan dan/atau laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan

oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Tata cara permintaan Nomor Seri Faktur Pajak adalah sebagai berikut :

a. melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan dilakukan dengan menggunakan

surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak.

b. melalui laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal

Pajak:

1) untuk PKP yang telah memiliki sertifikat elektronik; dan

2) mengikuti petunjuk pengisian (manual user) yang disediakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak.

Nomor Seri Faktur Pajak hanya diberikan kepada PKP yang telah memenuhi syarat sebagai

berikut:

a) telah memiliki Kode Aktivasi dan Password;

b) telah melakukan aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak; dan

c) telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) masa pajak terakhir yang telah jatuh

tempo secara berturut-turut pada tanggal PKP mengajukan permintaan Nomor Seri

Faktur Pajak.

PKP yang tidak memenuhi diatas, tidak dapat diberikan Nomor Seri Faktur Pajak. Atas surat

permintaan Nomor Seri Faktur Pajak yang disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan

Pajak dan memenuhi syarat, Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat pemberian Nomor Seri

Faktur Pajak ke PKP. Atas permintaan Nomor Seri Faktur Pajak yang disampaikan melalui

laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan

memenuhi syarat, PKP akan menerima surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak dalam bentuk

elektronik ke PKP.

Dalam hal Surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak hilang, rusak, atau tidak tercetak dengan

jelas, PKP dapat meminta surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak tersebut ke Kantor

Pelayanan Pajak; atau melakukan cetak ulang surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak

melalui laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Sertifikat Elektronik

Direktorat Jenderal Pajak memberikan sertifikat elektronik kepada PKP yang berfungsi

sebagai otentifikasi pengguna layanan perpajakan secara elektronik yang disediakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak, berupa layanan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui laman

(website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan penggunaan

aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal

Pajak untuk pembuatan Faktur Pajak berbentuk elektronik. Sertifikat elektronik tersebut

diberikan kepada PKP setelah PKP mengajukan permintaan sertifikat elektronik dan menyetujui

syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pengajuan permintaan

sertifikat elektronik dapat dilakukan oleh PKP mulai 1 Januari 2015, melalui Kantor Pelayanan

Pajak tempat PKP dikukuhkan dengan menyampaikan surat Permintaan Sertifikat Elektronik

atau laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak

Page 19: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 57

dengan mengikuti petunjuk pengisian (manual user) yang disediakan oleh Direktorat Jenderal

Pajak.

Pemberian sertifikat elektronik dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada PKP melalui

Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan atau melalui laman (website) yang ditentukan

dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. PKP yang melakukan pemusatan tempat

terutang Pajak Pertambahan Nilai dapat mengajukan permintaan sertifikat elektronik melalui

laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, untuk:

a) tempat kegiatan usaha yang tercantum dalam Surat Keputusan Pemusatan Tempat

Terutang Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; atau

b) tempat kegiatan usaha yang mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP Cabang)

dalam hal pemusatan tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dilakukan secara

jabatan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)

huruf a Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

4. Faktur Pajak Pengganti

Atas Faktur Pajak yang rusak, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan,

sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar, PKP yang menerbitkan

Faktur Pajak tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak pengganti.

Tata cara pembetulan atau penggantian faktur pajak yang rusak, salah dalam pengisian,

atau salah dalam penulisan :

1. Atas permintaan Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak

atau atas kemauan sendiri, Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena

Pajak membuat Faktur Pajak Pengganti terhadap Faktur Pajak yang rusak, salah

dalam pengisian, atau salah dalam penulisan.

2. Pembetulan Faktur Pajak yang salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan

tidak diperkenankan dengan cara menghapus, atau mencoret, atau dengan cara

lain, selain dengan cara membuat Faktur Pajak Pengganti sebagaimana dimaksud

dalam butir 1.

3. Penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Pengganti dilaksanakan seperti penerbitan

dan peruntukan Faktur Pajak yang biasa sesuai dengan Kode dan Nomor Seri

Faktur Pajak yang telah ditetapkan pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal

Pajak .

4. Faktur Pajak Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, diisi berdasarkan

keterangan yang seharusnya dan dilampiri dengan Faktur Pajak yang rusak, salah

dalam pengisian atau salah dalam penulisan tersebut.

5. Faktur Pajak Pengganti tetap menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yang sama

dengan Nomor Seri Faktur Pajak yang diganti. Sedangkan tanggal Faktur Pajak

Pengganti diisi dengan tanggal pada saat Faktur Pajak Pengganti dibuat.

6. Pada Faktur Pajak Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, dibubuhkan cap

yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak serta tanggal Faktur Pajak

yang diganti. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat cap tersebut seperti contoh

berikut. Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi

dengan cara manual.

Page 20: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 58

Faktur Pajak yang diganti :

Kode dan Nomor Seri

Tanggal

: .............................

: .............................

7. Penerbitan Faktur Pajak Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk

membetulkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada Masa

Pajak terjadinya kesalahan pembuatan Faktur Pajak tersebut.

8. Faktur Pajak Pengganti dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai pada Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya

Faktur Pajak yang dilakukan penggantian dengan mencantumkan nilai dan/atau

keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya setelah penggantian.

9. Pelaporan Faktur Pajak Pengganti pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada butir 8 harus mencantumkan Kode

dan Nomor Seri Faktur Pajak yang diganti pada kolom yang telah ditentukan.

5. Faktur Pajak Batal

Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan

Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak-nya telah diterbitkan, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak

harus melakukan pembatalan Faktur Pajak.

Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak :

1. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak-nya telah diterbitkan, maka Faktur

Pajak tersebut harus dibatalkan.

2. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan

bahwa telah terjadi pembatalan transaksi. Bukti dapat berupa pembatalan kontrak

atau dokumen lain yang menunjukkan telah terjadi pembatalan transaksi.

3. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh Pengusaha

Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut.

4. Pengusaha Kena Pajak Penjual yang membatalkan Faktur Pajak harus

mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari Faktur Pajak yang dibatalkan ke

Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak Penjual dikukuhkan dan ke

Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak Pembeli dikukuhkan.

5. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang

dibatalkan di dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, maka

Pengusaha Kena Pajak penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak tersebut

dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan mencantumkan

nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

6. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual telah melaporkan Faktur Pajak tersebut

dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagai Faktur Pajak

Keluaran, maka Pengusaha Kena Pajak penjual harus melakukan pembetulan Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan,

dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan

Page 21: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 59

mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

7. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak tersebut

dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagai Faktur Pajak

Masukan, maka Pengusaha Kena Pajak Pembeli harus melakukan pembetulan

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak yang

bersangkutan, dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut

dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

7. Pembetulan SPT Masa PPN akibat Pembatalan atau Penggantian Faktur Pajak

Penerbitan Faktur Pajak pengganti atau pembatalan Faktur Pajak dapat dilakukan

sepanjang terhadap Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dimana Faktur Pajak

yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan masih dapat dilakukan pembetulan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dapat dilakukan sepanjang

terhadap Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dimana Faktur Pajak yang

diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan belum dilakukan pemeriksaan, belum dilakukan

pemeriksaan bukti permulaan yang bersifat terbuka, dan/atau PKP belum menerima Surat

Pemberitahuan Hasil Verifikasi.

Pembeli Barang Kena Pajak dan/atau Penerima Jasa Kena Pajak yang telah melakukan

pengkreditan Pajak Masukan atas Pajak Pertambahan Nilai pada Faktur Pajak yang diganti

atau dibatalkan oleh PKP Penjual, harus melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Masa

Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak dimana Faktur Pajak yang diganti atau dibatalkan

tersebut dilaporkan, sepanjang terhadap Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai

dimana Faktur Pajak yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan belum dilakukan

pemeriksaan, belum dilakukan pemeriksaan bukti permulaan yang bersifat terbuka, dan/atau

PKP belum menerima Surat Pemberitahuan Hasil Verifikasi.

8. Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur)

Faktur Pajak berbentuk elektronik (e-Faktur) adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui

aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal

Pajak. Pengusaha Kena Pajak yang diwajibkan membuat e-Faktur adalah Pengusaha Kena

Pajak yang telah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Aplikasi atau sistem

elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dilengkapi

dengan petunjuk penggunaan (manual user) yang merupakan satu kesatuan dengan aplikasi

atau sistem elektronik tersebut. e-Faktur harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan

Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak

atau Jasa Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau

penerima Jasa Kena Pajak;

c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

Page 22: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 60

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berupa tanda tangan elektronik. e-

Faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah.Untuk penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang menggunakan mata uang selain Rupiah maka

harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs

yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan pada saat pembuatan e-Faktur.

Atas e-Faktur yang salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat

keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena Pajak yang membuat e-Faktur

tersebut dapat membuat e-Faktur pengganti melalui aplikasi atau sistem elektronik yang

ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal terdapat pembatalan

transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang e-

Fakturnya telah dibuat, Pengusaha Kena Pajak yang membuat e-Faktur harus melakukan

pembatalan e-Faktur melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau

disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Atas hasil cetak e-Faktur yang rusak atau hilang,

Pengusaha Kena Pajak yang membuat e-Faktur dapat melakukan cetak ulang melalui aplikasi

atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Atas

data e-Faktur yang rusak atau hilang, Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan permintaan

data e-Faktur ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha

Kena Pajak dikukuhkan dengan menyampaikan surat Permintaan data e-Faktur. Permintaan

data e-Faktur terbatas pada data e-Faktur yang telah diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal

Pajak dan telah memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal terjadi

keadaan tertentu yang menyebabkan Pengusaha Kena Pajak tidak dapat membuat e-Faktur,

Pengusaha Kena Pajak diperkenankan untuk membuat Faktur Pajak berbentuk kertas

(hardcopy). Keadaan tertentu yang menyebabkan Pengusaha Kena Pajak tidak dapat membuat

e-Faktur adalah keadaan yang disebabkan oleh peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana

alam, pemogokan, kebakaran, dan sebab lainnya di luar kuasa Pengusaha Kena Pajak, yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Dalam hal keadaan tertentu telah berakhir oleh

Direktur Jenderal Pajak, data Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) yang dibuat dalam

keadaan tertentu diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak untuk mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. Bentuk e-Faktur

adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak, yang merupakan hasil keluaran (output) dari

aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal

Pajak. e-Faktur tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy).

e-Faktur wajib dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak dengan

cara diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan memperoleh persetujuan dari

Direktorat Jenderal Pajak. Pelaporan e-Faktur dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau

sistem elektronik yang telah ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah diunggah

(upload) sepanjang Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan untuk penomoran e-Faktur

tersebut adalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada

Pengusaha Kena Pajak yang membuate-Faktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e-

Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak bukan merupakan

Faktur Pajak

Page 23: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 61

9. Sanksi Terkait Faktur Pajak

Sanksi Administrasi

PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuai

dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

sebesar 2% x Dasar Pengenaan Pajak. Dikecualikan dari ketentuan pengenaan sanksi

sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf e Undang-Undang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan adalah dalam hal Faktur Pajak tidak memuat keterangan mengenai :

a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau

penerima Jasa Kena Pajak; atau

b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau

penerima Jasa Kena Pajak, serta nama dan tandatangan yang berhak menandatangani

Faktur Pajak untuk Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran.

PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak tidak dapat mengkreditkan

Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalam Faktur Pajak Tidak Lengkap sesuai dengan

ketentuan Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Sanksi Pidana

Sesuai pasal 39 A Undang Undang KUP Setiap orang yang dengan sengaja

menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta

denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak paling banyak 6 (enam) kali

jumlah pajak dalam faktur pajak.

Faktur pajak sebagai bukti pungutan pajak merupakan sarana administrasi yang sangat

penting dalam pelaksanaan ketentuan Pajak Pertambahan Nilai. Sehingga setiap

penyalahgunaan faktur pajak Pajak Pertambahan Nilai. Oleh karena itu, penyalahgunaan

tersebut berupa penerbitan dan/atau penggunaan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi

yang sebenarnya dikenai sanksi pidana..

e. Nota Retur dan Nota Pembatalan

Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan ternyata dikembalikan (retur) oleh Pembeli,

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut dapat mengurangi Pajak Keluaran

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual

dan mengurangi:

a. Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan

atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan;

b. biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas

Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah

dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga

perolehan harta tersebut; atau

c. biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut telah

Page 24: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 62

dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga

perolehan harta tersebut.

Dalam hal Jasa Kena Pajak yang diserahkan ternyata dibatalkan, baik sebagian maupun

seluruhnya oleh Penerima Jasa, Pajak Pertambahan Nilai dari Jasa Kena Pajak yang

dibatalkan tersebut mengurangi Pajak Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak

Pemberi Jasa Kena Pajak dan mengurangi:

a. Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Penerima Jasa, dalam hal Pajak

Masukan atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan telah dikreditkan;

b. biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Penerima Jasa, dalam hal Pajak

Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut tidak

dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan

(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau

c. biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam

hal Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut

telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam

harga perolehan harta tersebut.

Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap tidak terjadi dalam hal Barang Kena Pajak yang

dikembalikan diganti dengan Barang Kena Pajak yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis

maupun harganya.

Saat Pengembalian Barang Kena Pajak adalah saat Barang Kena Pajak tersebut dikembalikan

oleh Pembeli. Saat Pembatalan Jasa Kena Pajak adalah saat dilakukannya pembatalan

seluruhnya atau sebagian hak atau fasilitas atau kemudahan oleh pihak Penerima Jasa.

Dalam hal terjadi Pengembalian Barang Kena Pajak Pembeli harus membuat dan

menyampaikan nota retur kepada Pengusaha Kena Pajak Penjual. Nota retur paling sedikit

harus mencantumkan:

a. nomor urut nota retur;

b. nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang

dikembalikan;

c. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;

d. nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Penjual;

e. jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;

f. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan, atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena

Pajak yang tergolong mewah yang dikembalikan;

g. tanggal pembuatan nota retur; dan

h. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur.

Nota retur harus dibuat pada saat Barang Kena Pajak dikembalikan.

Nota retur dibuat paling sedikit dalam rangkap 2 (dua) yaitu:

a. lembar ke-1: untuk Pengusaha Kena Pajak Penjual;

b. lembar ke-2: untuk arsip Pembeli.

Dalam hal Pembeli bukan Pengusaha Kena Pajak, nota retur dibuat paling sedikit dalam

rangkap 3 (tiga), dan lembar ke-3 harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat

Pembeli terdaftar.

Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap tidak terjadi dalam hal:

Page 25: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 63

a. nota retur tidak selengkapnya mencantumkan keterangan;

b. nota retur tidak dibuat pada saat Barang Kena Pajak tersebut dikembalikan

c. nota retur tidak disampaikan

Dalam hal terjadi pembatalan penyerahan Jasa Kena PajakPenerima Jasa harus membuat dan

menyampaikan nota pembatalan kepada Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak.

Nota pembatalan paling sedikit harus mencantumkan:

a. nomor nota pembatalan;

b. nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari Jasa Kena Pajak yang

dibatalkan;

c. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Penerima Jasa;

d. nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa

Kena Pajak;

e. jenis jasa dan jumlah penggantian Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;

f. Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;

g. tanggal pembuatan nota pembatalan; dan

h. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan.

Nota pembatalan harus dibuat pada saat Jasa Kena Pajak dibatalkan.

C. Rangkuman

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Bentuk dan

ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha Kena Pajak.

Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Faktur Pajak paling

sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannya masing-masing sebagai berikut :

a. Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa

Kena Pajak.

b. Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak.

Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari yang ditetapkan, maka harus dinyatakan secara jelas

peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan

Jenis faktur pajak yang dikenal dalam praktik PPN adalah

a. Faktur Pajak

b. Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang

dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang

sama selama satu bulan kalender.

c. Dokumen tertentu dipersamakan dengan faktur pajak

d. Faktur Pajak Pengusaha Kena Pajak Eceran (PKP PE)

Faktur Pajak harus dibuat pada:

a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;

b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;

atau

Page 26: 5. FAKTUR PAJAK

Halaman 64

d. saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Instansi

Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

Sedangkan untuk Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

Page 27: 5. FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK

Page 28: 5. FAKTUR PAJAK

Faktur PajakPasal 1 angka 23 UU PPN

• Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

Jenis Faktur Pajak• Faktur Pajak• Faktur Pajak Gabungan• Dokumen tertentu yang dipersamakan dengan faktur pajak• Faktur Pajak PKP Eceran (ex FP Sederhana)• Faktur Pajak PKP Retail

Page 29: 5. FAKTUR PAJAK

Informasi dalam Faktur PajakPasal 13 ayat (5) UU PPN

• Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena

Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan

potongan harga;d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dang. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Page 30: 5. FAKTUR PAJAK
Page 31: 5. FAKTUR PAJAK

Kode & Nomor Seri Faktur Pajak

0 0 0 . 0 0 0 – 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 0

Kode Transaksi :01-kepada Selain Pemungut PPN02-kepada Pemungut instansi pemerintah03-kepada Pemungut PPN lainnya (BUMN/K3S Migas/Badan Tertentu)04-menggunakan DPP Nilai Lain kpd Selain Pemungut PPN05-tidak digunakan sejak 1 April 201006-penyerahan Lainnya kpd Selain Pemungut PPN07-Fasilitas PPN Tidak Dipungut kpd Selain Pemungut PPN08-Fasilitas PPN Dibebaskan kpd Selain Pemungut PPN09-Aktiva pasal 16 D kpd Selain Pemungut PPN

Kode Status :0 – Normal1 - Penggantian

Kode Transaksi

Kode Status

Tahun

Page 32: 5. FAKTUR PAJAK

Prosedur Penerbitan e-Faktur

Aktivasi Akun

2PKP

Permohonan kode aktivasi dan

password

Permintaan Sertifikat Elektronik

Transaksi:1. Minta NSFP (online)2. Menerbitkan faktur

pajak elektronik

431

Password

+

Online melalui https://efaktur.pajak.go.id- Login (input NPWP dan

password)- Input Kode Aktivasi- Akun teraktivasi

Online- Install Sertifikat Elektronik- Login- Input passphrase- Meminta NSFP/membuat

faktur pajak elektronik

Datang ke KPP tempat terdaftar- Surat permohonan

Sertifikat Elektronik- Input password- Input/membuat

passphrase- Download sertifikat

elektronik

• E-KTP, KK• Foto• SPT PPh

Badan

KodeAktivasi

Page 33: 5. FAKTUR PAJAK

Dokumen Tertentu dipersamakan Faktur Pajak

a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dilampiri dengan invoice

b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) dikeluarkan oleh PERTAMINA

d. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi

e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill, atau Delivery Bill,

f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;

g. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan Iistrik;

h. Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal

j. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;

k. Bukti tagihan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Perusahaan Air Minum;

l. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perantara efek; dan

m. Bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan;

n. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang disertai dengan Risalah Lelang.

Page 34: 5. FAKTUR PAJAK

Faktur Pajak PKP EceranPKP Pedagang Eceran/PKP PE adalah PKP yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan penyerahan BKP dengan cara sebagai berikut :a. melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko dan kios atau langsung mendatangi dari

satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya;b. dengan cara penjualan eceran yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, tanpa

didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang; danc. pada umumnya penyerahan Barang Kena Pajak atau transaksi jual beli dilakukan secara tunai

dan penjual langsung menyerahkan Barang Kena Pajak atau pembeli langsung membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya.

Faktur Pajak PKP PE berupa :a. bon kontan,b. faktur penjualan,c. segi cash register,

d. karcis, e. kuitansi, atauf. tanda bukti penyerahan /pembayaran lain yang sejenis.

Faktur Pajak PKP PE minimal memuat :a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak;b. jenis Barang Kena Pajak yang diserahkan;c. jumlah Harga Jual yang sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau besarnya Pajak d. Pertambahan Nilai dicantumkan secara terpisah;e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; danf. kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.

Page 35: 5. FAKTUR PAJAK

Faktur Pajak Khusus – PKP Toko RetailFaktur Pajak Khusus adalah Faktur Pajak yang dilampiri dengan cash register/struk pembayaran/invoice sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang diterbitkan oleh PKP Toko Retail atas pembelian Barang Bawaan yang Pajak Pertambahan Nilai-nya akan diminta kembali oleh Orang Pribadi.

PKP Toko Retail menerbitkan Faktur Pajak Khusus atas pembelian Barang Bawaan dalam rangkap 3 dengan peruntukan sebagai berikut:a. lembar kesatu, untuk Orang Pribadi;b. lembar kedua, untuk Unit Pelaksana Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Bandar

Udara melalui Orang Pribadi;c. lembar ketiga, untuk arsip PKP Toko Retail melalui Toko Retail.

Penerbitan Faktur Pajak Khusus a. dilakukan melalui Aplikasi VAT Refund for Tourists; danb. memenuhi ketentuan dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (8) UU PPN, dengan

ketentuan pengisian sebagai berikut:1) pada kolom "Nomor Pokok Wajib Pajak" diisi dengan nomor paspor Orang Pribadi

sesuai yang tercantum dalam paspornya; dan2) pada kolom "alamat pembeli" diisi dengan alamat lengkap Orang Pribadi sesuai

yang tercantum dalam paspornya.

Page 36: 5. FAKTUR PAJAK

Saat Pembuatan Faktur PajakPasal 13 ayat 1 A UU No 42 Tahun 2009

• Faktur Pajak harus dibuat pada – saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa

Kena Pajak; – saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan

pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

– saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

– saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan• pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada instansi

pemerintah Pemerintah sebagai Pemungut PPN.

Page 37: 5. FAKTUR PAJAK

Saat Penyerahan Barang Bergerak

▪ Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;

▪ Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima barang, untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan antarcabang;

▪ Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan; atau

▪ harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.

Page 38: 5. FAKTUR PAJAK

Saat Penyerahan Barang Tidak Bergerak

• saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli

Page 39: 5. FAKTUR PAJAK

Saat Penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

• harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten; atau

• kontrak atau perjanjian ditandatangani atau saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal saat diatas tidak diketahui

Page 40: 5. FAKTUR PAJAK

Saat penyerahan Jasa Kena Pajak

1) harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;

2) kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak diketahui; atau

3) saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.

Page 41: 5. FAKTUR PAJAK

menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu

• PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu sebagaimana dimaksud dalam dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

• PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak. PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang menerima Faktur Pajak tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalamnya sebagai Pajak Masukan.

Page 42: 5. FAKTUR PAJAK

Permasalahan Terkait Faktur Pajak

❑ Pembatalan Faktur Pajak

❑ Penggantian Faktur Pajak

❑ Nota Retur

❑ Nota Pembatalan

Page 43: 5. FAKTUR PAJAK

Sanksi AdministrasiPasal 14 ayat (4) UU KUP

Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak, dikenakan kpd

Page 44: 5. FAKTUR PAJAK

Sanksi Pidana