5 Cerpen Remedial . Reza

11
Perpisahan Tak Semanis Pertemuan Gelap malam telah berganti menjadi cerahnya pagi, mentari mulai terbit dengan memancarkan seberkas sinar cahaya kekuning- kuningan. Nampak indah menghiasi langit ditemani gumpalan awan putih. Di pagi yang cerah ini kulangkahkan kaki menuju sebuah tempat yang indah, nyaman, damai dan tenang. Tak pernah sebelumnya aku merasakan kedamaian seperti apa yang aku rasakan sekarang. Aku duduk terdiam sendiri di bawah pohon besar di seberang sungai. Menikmati hembusan angin pagi sambil memandangi aliran air sungai dengan tanaman rumput liar di sekelilingnya yang melambai-lambai karena tertiup angin. Disaat aku terdiam tiba-tiba aku mendengar sesuatu, seperti suara ranting pohon yang patah. Karena merasa terkejut seketika aku langsung menoleh ke belakang. Tak kusangka saat aku menoleh, pandanganku langsung tertuju pada sosok seorang lelaki yang berdiri tepat di belakangku. Aku merasa kaget dan heran karena sebelumnya tidak ada seorang pun di tempat itu hanya ada aku sendiri, lantas mengapa tiba-tiba ada lelaki tersebut. Aku tak mengenalnya, memandang wajahnya saja baru satu kali ini. Di benakku aku bertanya-tanya apa yang dia lakukan di tempat ini dan mengapa dia tepat berdiri di belakangku, apa mungkin dia mengenaliku… Aku tetap duduk terdiam di bawah pohon, aku tak berkata apa-apa, aku hanya menatapnya sembari melontarkan senyuman kepadanya. Tak selang berapa lama dia juga membalas senyumanku sambil bertanya “siapakah namamu?” Engan rasa malu-malu karena baru pertama bertemu aku pun menjawab pertanyaannya “namaku Vanni, kalau nama kamu siapa?” “namaku Brian, apa yang kamu lakukan disini dan mengapa masih pagi-pagi begini kamu sudah duduk terdiam sendiri di tempat ini?” tanyanya.

description

dalps

Transcript of 5 Cerpen Remedial . Reza

Page 1: 5 Cerpen Remedial . Reza

Perpisahan Tak Semanis Pertemuan

Gelap malam telah berganti menjadi cerahnya pagi, mentari mulai terbit dengan memancarkan seberkas sinar cahaya kekuning-kuningan. Nampak indah menghiasi langit ditemani gumpalan awan putih. Di pagi yang cerah ini kulangkahkan kaki menuju sebuah tempat yang indah, nyaman, damai dan tenang. Tak pernah sebelumnya aku merasakan kedamaian seperti apa yang aku rasakan sekarang. Aku duduk terdiam sendiri di bawah pohon besar di seberang sungai. Menikmati hembusan angin pagi sambil memandangi aliran air sungai dengan tanaman rumput liar di sekelilingnya yang melambai-lambai karena tertiup angin.

Disaat aku terdiam tiba-tiba aku mendengar sesuatu, seperti suara ranting pohon yang patah. Karena merasa terkejut seketika aku langsung menoleh ke belakang. Tak kusangka saat aku menoleh, pandanganku langsung tertuju pada sosok seorang lelaki yang berdiri tepat di belakangku. Aku merasa kaget dan heran karena sebelumnya tidak ada seorang pun di tempat itu hanya ada aku sendiri, lantas mengapa tiba-tiba ada lelaki tersebut. Aku tak mengenalnya, memandang wajahnya saja baru satu kali ini. Di benakku aku bertanya-tanya apa yang dia lakukan di tempat ini dan mengapa dia tepat berdiri di belakangku, apa mungkin dia mengenaliku…

Aku tetap duduk terdiam di bawah pohon, aku tak berkata apa-apa, aku hanya menatapnya sembari melontarkan senyuman kepadanya. Tak selang berapa lama dia juga membalas senyumanku sambil bertanya “siapakah namamu?”Engan rasa malu-malu karena baru pertama bertemu aku pun menjawab pertanyaannya “namaku Vanni, kalau nama kamu siapa?”“namaku Brian, apa yang kamu lakukan disini dan mengapa masih pagi-pagi begini kamu sudah duduk terdiam sendiri di tempat ini?” tanyanya.“aku sering mengunjungi tempat ini. Di tempat ini setidaknya aku bisa mendapatkan kedamaian hati, bisa sejenak melupakan beban pikiranku, dan bisa merasa sedikit bahagia” jawabku.Kemudian dia bertanya lagi kepadaku “bolehkah aku duduk di sebelahmu?”“yaaa silahkan” jawabku dengan lugu.

Kami terus berbincang-bincang hingga tanpa kami sadari waktu telah lama berlalu, tak terasa hari menjelang siang, mentari mulai memancarkan panas yang menyengat tubuh. Ketika aku menyadari hari mulai siang, aku pun berpamitan kepadanya untuk pulang duluan. Dia mengizinkanku pulang, meninggalkannya duduk sendiri di bawah pohon. Aku pun mulai beranjak pergi, akan tetapi sebelum aku beranjak pergi dari tempat dudukku dia sempat meminta nomor telephoneku. Itu merupakan awal pertemuanku dengannya. Setelah pertemuan singkat tersebut, aku berlanjut berteman dengannya.

Waktu memang terus berjalan, tak terasa 8 bulan sudah aku berteman dengannya. Karena saling suka dan sudah saling mengenal sebelumnya akhirnya kami pun jadian. Namun hubungan itu tak berlangsung lama, sebagaimana lama pertemanan kami. Selang 3 bulan setelah kami jadian,

Page 2: 5 Cerpen Remedial . Reza

kami pun memilih untuk mengakhiri hubungan ini.Aku merasa kecewa dan sakit hati. Tak pernah aku menyangka selama aku menjalin hubungan dengannya bukan ketulusan yang aku dapatkan darinya, melainkan sebuah pengkhianatan dan dusta. Memang selama kami menjalin hubungan, kami hanya menjalin hubungan jarak jauh. Aku berusaha mempercayainya, namun balasan pahit yang harus aku terima, ternyata selama ini dia menghianati kepercayaanku.

Sungguh tak kusangka awal pertemuan yang manis harus berakhir dengan perpisahan yang teramat begitu pahit. Kekecewaan, sakit hati dan pengkhianatan tak membuatku sedikit pun mempunyai keinginan untuk membenci maupun memusuhinya. Aku berusaha melupakannya dan berusaha merelakannya pergi dari kehidupanku. Tak pernah aku sesali semua yang pernah terjadi. Semua kenanganku bersamanya akan menjadi rentetan kisah perjalananku yang kan tersimpan selamanya dalam memori ingatanku. Semua yang telah terjadi, menyadarkanku untuk lebih berhati-hati lagi dalam menjalin hubungan.

Biarkan waktu yang kan menyembuhkan lukaku dan biarkan angin yang kan senantiasa menghapuskan air mataku. Tempat pertama awal pertemuanku dengannya menjadi tempat kenangan terindah yang tak kan pernah aku lupakan.

Cerpen Karangan: Nauva Achruni

Page 3: 5 Cerpen Remedial . Reza

Teman Jadi Musuh

Hari ini, aku dan Dea pergi bersama ke sekolah. Mobil yang seharusnya dipakai papa ke kantor, terpaksa kupakai untuk pergi bersama Dea. Kami sudah bersahabat sejak kelas satu.

Akhirnya kami sampai juga di sekolah dan mobilku mulai dikerubungi siswa siswa yang sudah menyambut kami. Ya, aku adalah sang ratu sekolah dan aku sangat dihormati orang orang di sekolah. Sedangkan Dea adalah sahabat yang paling mengerti aku. Entah mengapa, akhir akhir ini aku dan dia terpisah karena ada masalah antara aku dan dia yang entah muncul dari mana.

Suatu hari, aku mendengar percakapan Dea dengan musuh ku, yaitu Carissa. Carissa adalah orang yang iri padaku karena akulah sang ratu sekolah dan aku terkejut karena mereka ingin bekerja sama menyingkirkanku. Akhirnya, aku tahu niat jahat Dea dan Carissa, lalu segera mencari Yunita, teman curhatku.

Akhirnya, aku mendapat ide untuk menghilangkan niat jahat Dea dan Carissa. Aku melihat sekelilingku, apakah mereka telah datang agar dapat melakukan ide itu. Ternyata mereka datang bukan dengan kemarahan, tetapi permintaan maaf. Ternyata, mereka terharu saat mendengar kalau aku akan memberikan gelar itu kepada mereka. Aku terkejut karena yang memberitahu itu adalah Putri, teman Carissa yang juga benci padaku.

Cerpen Karangan: Nita

Page 4: 5 Cerpen Remedial . Reza

Kisah Cinta Si Bisu

Seorang remaja berkaca mata besar sedang membaca sebuah buku di perpustakaan. Kakinya yang di bawah meja, bergoyang-goyang seakan-akan dia menikmati suasana ini. Pupil matanya yang coklat bergerak bolak-balik dari sudut mata kiri ke sudut mata kanan. Mulutnya seperti berkomat-kamit. Tak ada pembaca di perpustakaan itu, seserius dirinya. Si penjaga perpus melihat gerak-geriknya dari tadi. Lalu Aulia, nama penjaga perpus tadi, langsung beranjak dari kursi kulitnya untuk mendekati bocah tadi. Dap! Aulia menepuk punggung bocah kutu buku itu. Tanpa diperintah, si bocah pun langsung kaget dan menoleh ke arah Aulia. “Serius amat. Baca buku apa?” tanya Aulia dengan senyuman ramah. Bocah itu ternyata bisu dan Aulia hanya bisa melihat ia memainkan tangannya untuk memberikan bahasa isyarat. “Hehehe. Iya, maaf.” Aulia menggaruk-garuk kepalanya dan kembali menuju bangku kerjanya. Ternyata nama anak itu Atlas, pikir Aulia setelah mengecek daftar anggota perpus. Ia pun melirik kembali Atlas, dan dari wajahnya tampak ia merasa iba dan simpati.

Adzan maghrib telah berkumandang, Aulia tengah berjalan sendiri menuju masjid yang tak jauh dari rumahnya. Tiba-tiba pandangannya beralih ke seorang anak yang sedang membaca buku di bawah pohon mangga. “Atlas?” Ia langsung datang menghampiri Atlas yang sedang membaca buku isyarat-isyarat tangan. Atlas pun langsung melemparkan senyuman kepada Aulia dan melanjutkan bacaannya kembali. “Kamu kok di luar? Ini maghrib. Kamu nggak sholat?”. Atlas hanya menggeleng dan langsung berlari menuju Masjid. “Nggak kok malah iya?” Aulia bingung dengan maksud Atlas. Setelah memasuki masjid, Aulia melihat Atlas sedang berdiri di antara para pria yang ada di barisan pertama. Senyuman manis pun hadir di wajah Aulia yang basah karena air wudu. Ketika sholat magrib sedang berlangsung dan tanpa sepengetahuan Aulia, Atlas malah berlari keluar masjid dan tak melaksanakan sholat. Ia malah kembali membaca buku sambil duduk di bawah cahaya lampu jalan.

“Atlas? kamu nggak sholat ya?” Tanya Aulia kepada Atlas. Namun, Atlas tak menghiraukannya dan malah memberi isyarat kepada Aulia. “Temanku? mmm… aku nggak punya teman.” jawab Aulia setelah tahu apa arti isyarat Atlas. Mereka berdua pun saling diam di malam yang dingin itu. Aulia melirik Atlas dan berkata, “Aku mau jadi teman kamu, Atlas.” mendengar ucapan Aulia tersebut, Atlas langsung terbelalak dan menggaruk-garuk kepalanya dengan kuat. Ia pun merogoh saku dan mengeluarkan sebatang pena. Ditulisnya seuntai kalimat di atas kertas buku yang ia baca tadi. “te..man? ta..pi.. a..ku.. su..ka.. ka..mu?!” Aulia langsung menghentikan bacaannya dan menutup mulutnya. Atlas pun tertawa melihat Aulia berekspresi seperti itu. Aulia langsung berlari meninggalkan Atlas. Mungkin ia merasa malu ditertawakan Atlas. Atlas bukannya mengejar Aulia, ia malah tetap mempertahankan posisinya di bangku jalan dengan senyuman kecil.

Setelah berlari beberapa meter dari Atlas, Aulia berhenti karena kelelahan. Nafasnya tersengal-sengal dan detak jantungnya tak karuan. Ia langsung memikirkan hal yang tadi, “Atlas menyukaiku? tidak mungkin. Aku memang menyukainya, tapi, aku malu kalau pacarku seorang bisu”. Setelah sejenak istirahat, ia memutuskan untuk pulang.

Page 5: 5 Cerpen Remedial . Reza

Keesokan paginya, seperti biasa Aulia tetap bekerja di perpus. Ia menunggu kehadiran cowok bisu kemarin. Setelah setengah hari menunggu, rupanya Atlas tak kunjung datang. Ia pun memutuskan untuk bolos kerja demi mencari Atlas. Dicarinya Atlas ke daerah masjid. Tetapi, hasilnya tetap saja nihil. Di bangku jalan dan pohon mangga tak ada Atlas terlihat. Ia pun menyerah dan menghela nafas, “huh, ini kan hari minggu. Aku bolos saja deh. Sebaiknya aku pergi beli es krim”.

Sampai di toko es krim, kebetulan di sebelah berlokasikan gereja protestan, Aulia pun melihat-lihat orang-orang ramai keluar dari gereja. Tiba-tiba, es krim Aulia terjatuh dan matanya melototi sesuatu. “A..a.. atlas?” Aulia heran dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Atlas yang langsung mendapati Aulia sedang melihatnya, segera berjalan menghampiri Aulia di depan toko es krim. “Atlas! Kamu kok pindah kepercayaan?” Aulia marah dan pergi meninggalkan Atlas. Senyuman hadir di bibir Atlas dan ia langsung menarik Aulia ke pelukannya. Jantung Aulia berdegup kencang. Atlas yang tetap santai, dengan sengaja meletakkan sesuatu di telinga Aulia kiri dan kanan. Aulia tambah bingung dan menatap mata Atlas. Tiba-tiba, telinga Aulia mendengar sesuatu,“Aulia, aku tidak bisu tapi kau lah yang tuli. Aku bukan muslim tapi aku seorang nasrani. Apa yang telah kulakukan di hadapan mu kemarin dan sekarang, pikirkanlah, itu semua kudasari dengan CINTA.”Dunia terasa bergetar, dan semuanya terasa gila, itulah yang dirasakan Aulia sekarang. Perasaan malu, gugup, dan stres bercampur aduk dalam diri Aulia. Selama 17 tahun dan sekarang ia baru menyadari sesuatu yang luar biasa. Bisu dan jatuh cinta kepada seorang Malaikat.

Cerpen Karangan: Nanda Insadani

Akhir Bahagia Ku

Page 6: 5 Cerpen Remedial . Reza

Mentari pagi telah keluar dari peraduan nya dan pagi ini siap ku gapai dengan suka cita. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari pertama aku menjadi Mahasiswi di sebuah Universitas terkemuka di Indonesia, Ya UGM. Aku akan memulai kehidupan baru di Jogja, menjadi perempuan yang mandiri karena aku tinggal sendiri disini.

Sampai di gerbang UGM aku langsung terpukau “Ya Allah, aku masih tidak percaya kalau aku menjadi bagian di Universitas impian semua anak Indonesia” Ucapku dalam hati.

“Assalamualaikum, aku Retno Mahasiswi baru yang akan mengikuti Ospek disini. Kakak Pembina kegiatan ini?” Tanyaku kepada seorang laki-laki yang berdiri tepat di sampingku“Waalaikumsalam, Oh iya saya Egi Afriano. Kegiatan akan dimulai pukul 09.00 WIB. Kamu Fakultas apa?” Tanya kak Egi padaku“Aku Fakultas Ekonomi” Jawabku.

Kegiatan ini sungguh menyenangkan dan juga melelahkan. Selama 1 Minggu kegiatan Ospek berlangsung. Banyak sekali pengalaman yang tak terlupakan dan ini awal rencana Allah yang indah itu. Aku dipertemukan oleh teman-teman yang sangat baik.“Hai retno… Aku Rina, kamu yang kost di Jalan Diponegoro itu kan? Kamu Fakultas Ekonomi juga?” Tanya Rina yang menurut aku cantik.“Iya.. Oh kamu Rina. Gak nyangka ya kita satu Fakultas” Sahutku.

Semakin hari aku semakin akrab dengan Rina. Meskipun kami berbeda penampilan. Tetapi itu bukan penghalang bagi kami. Rina sering sekali cerita tentang dunia percintaan dia, tetapi aku hanya tersenyum, maklum aku tidak mengerti tentang itu semua karena aku belum pernah pacaran sekalipun. Aku berprinsip tidak akan pacaran sampai kuliah ku selesai. Masih banyak hal penting daripada Pacaran. Lagi pula dalam agama Islam tidak dibenarkan untuk berpacaran.

3 tahun berlalu, Aku semakin senang menjadi seorang Mahasiswi. Banyak sekali organisasi yang aku geluti di Kampus untuk mencari pengalaman hidup. Tetapi aku tak menyangka kalau bentar lagi akan skripsi. Yah aku terpilih untuk siding lebih cepat dari yang dijadwalkan. Aku diberi waktu 4 bulan untuk menyelesaikan semua tugas skripsi.

Akhirnya sidang skripsi ku selesai, semua berjalan dengan baik dan semoga hasilnya pun baik.“aamiin” do’aku dalam hati.

Meskipun aku masih tidak menyangka kalau aku akan menjadi seorang Sarjana Ekonomi yang merupakan Impian ku sejak SMP. Hatiku masih tidak percaya 3 tahun aku sudah bisa mendapat gelar S.E. “Ya Allah aku masih tidak percaya, apakah ini kebahagiaan itu, Tugasku selanjutnya adalah Membahagiakan Orangtua dan Kakak-Kakak ku.” Ucapku.

Acara Wisuda pun akan dimulai, rasa bahagia dan haru menjadi satu dan tak terbendung. Apalagi duduk di samping ku ada sosok-sosok yang membuat aku bisa menjadi seperti sekarang, sosok-sosok yang inspiratif dan luar biasa, Mereka adalah Ibu, Bapak dan Kakak-kakakku.

Page 7: 5 Cerpen Remedial . Reza

Setelah 1 bulan melepaskan status dari Mahasiswi dan telah menjadi Seorang Sarjana Ekonomi. Sekarang aku sedang sibuk mencari pekerjaan untuk merealisasikan mimpi ku yang sesungguhnya yaitu membahagiakan keluarga.

Alhamdulillah akhirnya aku diterima disalah satu Bank Syariah di Bandar Lampung. Selama bekerja disana aku merasa nyaman dan betah sekali. Meskipun awalnya terkejut karena aku tidak menyangka Mas Egi Afriano, pembimbing aku waktu Ospek di UGM ternyata satu kantor dengan aku dan dia juga ternyata di Jogja dulu anak rantauan. Semakin hari aku semakin akrab dengan Mas Egi karena di kantor pun aku satu tim kerja dengan nya dia sebagai pembimbing bagi Junior.

Sampai pada suatu hari Mas Egi datang ke rumah ku dan membicarakan sesuatu kepada Bapak dan Ibu. Ternyata Mas Egi mengKhitbah aku. Ya Allah sekenario kehidupan yang Engkau beri kepada ku sungguh indah. Meski awal perjuangannya berat tetapi akhirnnya sungguh mengagumkan. Mungkin Mas Egi adalah seseorang yang Kau maksud dalam Kitab Lauhul Mahfudz ku.

End.

Cerpen Karangan: Retno Romadona

Maaf, Aku Terlalu Memaksa

Page 8: 5 Cerpen Remedial . Reza

Hai selamat datang malam yang penuh dengan isakan sendu jangkrik-jangkrik, yang daunnya menari indah dilatari melodi alam yang merdu. Itu semua tak membuatku bergerak meskipun seinci. Aku sangat menikmati malam ini. Malam yang kurasa sangat menenangkan jiwaku. Atmosfer malam ini sungguh mengantarkanku mengadu pada Maha Pemilik Alam. Kemudian aku bercerita pada Maha Pemilik Hati. Satu dua kata, aku tertahan. Tak lama kemudian bibirku membusa karena mulutku tak kunjung berhenti berbicara. Seribu kalimat pun belum cukup mencakup tentang bagaimana aku di hari ini.

Aku suka sekali instrumen lembut piano atau gitar. Karena itu dapat mengantarkan aku ke sisi-Nya dan kemudian aku bersandar dengan isak tangis yang menyempitkan kerongkonganku. Nafasku sesekali hilang.

… Tuhan, maaf kali ini aku terlalu memaksa. Dengan segenap hatiku, tolong ridhoi-lah keinginanku yang ini. Jika Kau enggan, maaf aku masih memaksa. Jika Engkau masih enggan juga, maaf aku masih saja memaksa. Jika Engkau lagi-lagi enggan, maafkan aku. Aku masih selalu saja memaksa. Tuhan, tolong kali ini saja. Ridhoi-lah keinginanku. Izinkan aku memiliki seluruh hati, jiwa dan raga-nya. Izinkan aku selalu menjadi yang dia lihat.… Tuhan, jika Engkau masih tetap dengan keputusan bahwa Kau tidak meridhoi keinginanku. Sekali lagi maafkan aku Tuhan, aku terlalu keras kepala. Tapi jika memang harus begitu adanya, tolong beri aku pengertian-Mu. Berikan aku pemahaman tentang yang ini. Agar aku benar-benar paham akan skenario baru yang Kau buat, yang setauku Kau selalu membuat skenario terbaik untukku.… Memang untuk menerima ini tidak mudah. Waktu bisa melunakkan kerasnya inginku.

Aku hanya perlu bersabar. Jika memang Dia enggan, Dia akan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik lagi. Aku selalu tahu bahwa Tuhan selalu memberikan skenario yang terbaik.

Cerpen Karangan: Della Febrianty M