Preskas Reza
-
Upload
rizki-rahmiana-harahap -
Category
Documents
-
view
263 -
download
0
description
Transcript of Preskas Reza
STATUS PASIEN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 32 tahun
Tanggal Lahir : 1 September 1982
Alamat : Jl. Cempaka V No. 15, B RT 013/001 Cempaka Putih
Jakarta Pusat
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Khatolik
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 20 Agustus 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Autoanamnesis:
Pasien tidak merasa sakit apa-apa
Alloanamnesis: (Ibu pasien)
Pasien memukul pembantu rumah tangga dan berusaha memukul keponakan
B. Keluhan Tambahan
Pasien tidak mau mandi, suka berbicara sendiri, sulit tidur.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien mengalami perubahan perilaku sejak 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit, setelah pulang dari perawatan di Pavilion Amino. Menurut ibu pasien sejak
pulang perawatan, pasien mengurung diri dikamar, tidak mau mengganti pakaian
dan mandi selama dirumah. Pasien masih lebih sering bicara sendiri,
1
tertawasendiri dan tidak nyambung jika diajak bicara. Pasien merasa bahwa
dirinya merupakan hacker. Pasien menolak jika pergi kontrol ke poli kesehatan
jiwa RSPAD Gatot Soebroto dan juga sering menolak untuk minum obat,
sehingga ibu sering mencampurkan obat ke dalam makanan atau minuman pasien.
Namun pasien tetap tahu sehingga tidak mau makan dan minum selama berhari –
hari. Bila tidak minum obat pasien bisa tidak tidur selama beberapa hari, sering
marah – marah, dan hanya berkeliling – keliling rumah. Dikatakan ibu pasien
memukul pembantu yang bekerja dirumah tanpa alasan yang jelas. Satu hari
sebelum masuk rumah sakit pasien berusaha memukul keponakannya, hingga ibu
pasien memutuskan untuk membawa pasien ke poli Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot
Soebroto.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatri
Sejak masa kanak – kanak pasien dekat dengan ayahnya. Semua
keinginan pasien dituruti oleh ayahnya. Pasien jarang bergaul dengan teman
sebayanya, lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dan bermain video game,
Menurut ibu, pasien tidak memiliki teman dekat, karena ayah pasien merupakan
orang yang keras. Sehingga pasien tidak pernah mengajak teman untuk ke rumah.
Pasien mengalami gangguan sejak 9 tahun sebelum masuk rumah sakit.
Setelah ayah pasien meninggal dunia. Pertama kali menunjukkan perubahan saat
sedang mengerjakan tugas akhir semasa kuliah di universitas swasta Jakarta.
Pasien menjadi cepat marah, tidak masuk kuliah, tidak mau mengerjakan tugas
akhir hingga pasien dikeluarkan dari kampus.
Setelah berhenti kuliah pasien hanya berdiam diri di rumah ibu pasien di
daerah cempaka putih. Pasien lebih sering marah – marah, lebih sering
menyendiri dikamar, mulai bicara sendiri, dan tidak mau mengurus diri.
Kemudian pasien dibawa berobat ke dokter jiwa dan mendapat obat yakni
haloperidol dan stelazine namun tidak ingat berapa kali pemberiannya. Pasien
berobat jalan selama sekitar 2 tahun. Selama berobat perilaku pasien menjadi
lebih baik, pasien kembali mau bermain futsal dengan teman, membantu kakak
berkerja dirumah.
2
Pasien kembali mengalami perubahan perilaku 4 tahun sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalahhacker yang dapat meretas
beberpa program komputer, pasien juga merasa ahli di bidang teknik informatika
dan bisa bekerja dikantor dengan kakaknya. Pasien kembali mudah marah,
berbicara sendiri, berteriak – teriak, tidak mau keluar rumah dan tidak mengurus
diri. Kadang – kadang pasien berlari keluar rumah menakuti dan mengganggu
tetangga sekitar rumah. Menurut ibu pasien jarang kontrol ke dokter jiwa dan
tidak rutin minum obat. Bila sedang mau minum obat, perilaku aneh pasien
berkurang.
Dua tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien pindah ke apartemen
kakaknya karena sering mengganggu tetangga dan ibu khawatir pasien sering
mengancam akan membunuh ibunya ketika sedang marah atau jika keinginannya
tidak dipenuhi. Selama di apartemen pasien lebih sering diam dikamar dan hanya
bermain video game sepanjang hari.
Dua bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien keluar dari apartemen dan
berlari – lari disekitar apartemen hingga pasien terjatuh dan mengakibatkan
dislokasi pada siku kanan pasien. Pasien dibawa ke RS Ridwan Meuraksa di
tangani oleh dokter bedah dan psikiater. Setelah dibawa pulang pasien marah –
marah dan megancam akan membunuh ibu pasien kemudian di bawa ke IGD
RSPAD Gatot Soebroto. Pasien dirawat di Paviliun Amino sekitar 1 bulan. Pada
saat dirawat pasien mengalami patah tulang pada lengan kiri karena pasien
berlari di ruang perawatan dan terjatuh.
Riwayat Medik Umum
Pasien mengalami dislokasi siku kanan 4 bulan SMRSdan fraktur lengan kiri
saat di rawat di Paviliun Amino 1 bulan SMRS. Tidak ada riwayat berat yang
membutuhkan perawatan. Tidak ada riwayat kejang atau benturan pada kepala.
Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif, rokok dan alcohol maupun
obat-obatan terlarang disangkal oleh keluarganya.
3
E. RiwayatKehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan ibu mengatakan tidak menderita penyakit
apapun.Pasien lahir normal dan cukup bulan.
Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tumbuh dengan normal dan sesuai seperti anak seusianya.
Pasien mendapat ASI aksklusif. Tidak ada gangguan bicara dan berjalan.
Tidak terdapat gangguan fisik.
RiwayatMasa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien sekolah di TK saat usia 5 tahun. Bermain dan belajar dengan
sesama teman di sekolah. Pasien sekolah SD selama 6 tahun dan dikenal
sebagai anak yang pintar disekolah. Menurut ibu, pasien tidak memiliki
banyak teman dekat.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien sekolah di SMP dan
SMANegeri. Pasien tidak pernah tinggal kelas dan tidak megalami kesulitan
dalam belajar. Pasien lulus SMP dan SMA dengan nilai cukup.
Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD sampai SMA dengan nilai cukup
tidak pernah tinggal kelas. Setelah lulus SMA pasien ingin melanjutkan
ke sekolah pelatih sepak bola, pasien mengikuti tes masuk di sebuah
akademi di Jakarta namun tidak lulus. Kemudian pasien mendaftar dan
diterima di perguruan tinggi swasta di Jakarta.
4
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja
3. Riwayat Pernikahan dan Hubungan
Pasien belum pernah menikah dan menurut ibu pasien, pasien
belum pernah dekat dengan perempuan atau berpacaran.
4. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien memeluk agama Kristen, namun tidak rutin beribadah
kecuali bila diajak oleh ibunya.
5. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
6. Aktivitas Sosial
Di lingkungan rumah pasien jarang bergaul dengan tetangga
sekitar, lebih senang menyendiri di rumah. Teman dekat pasien
merupakan seorang pendeta di sebuah gereja.
Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Ayah pasien meninggal
saat pasien berusia 22 tahun. Pasien tinggal di apartemen kakak pertamanya,
bersama ibu pasien dan kakak ipar serta ketiga keponakan. Tidak ada riwayat
gangguan jiwa pada keluarga pasien.
5
Genogram
Tn. A 55 tahun Ny. S 52 tahun
Ny. L36thn Tn. B 34thnTn. S 32thnNy. R 30thn
Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di apartemen bersama kakak pertama, ibu dan
kakak ipar serta ketiga keponakan pasien. Pasien sering marah –
marah, tidak mau merawat diri, lebih sering menyendiri dikamar dan
berbicara sendiri.
Persepsi
1. Pasien tentang dirinya
Pasien menganggap dirinya adalah seorang yang jenius dan bisa
bekerja sebagai hacker. Pasien mengaku dirinya ingin menjadi pelatih
sepak bola terkenal dan bermain di internasional.
6
Keterangan:
= Laki-laki
= Laki-laki meninggal
= Perempuan
= Pasien
2. Persepsi keluarga tentang diri pasien
Keluarga pasien berpendapat bahwa pasien merupakan anak yang
baik dengan ambisi yang besar bercita – cita menjadi pelatih sepak bola
terkenal. Pasien sering mengatakan kecewa dan malu karena saudara
kandungnya merupakan orang sukses dan kuliah di universitas negeri.
III. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien laki-laki berusia 32 tahun tampak sesuai dengan usia,
tinggi 185 cm kulit putih, rambut pendek berwarna hitam. Penampilan
kurang rapi dan tidak merawat diri. Dilakukan wawancara, pasien
menggunakan kemeja kotak – kotak lengan pendek berwarna biru dan
celana panjang berwarna abu -abu, serta memakai sendal. Pasien dapat
berjalan dengan keseimbangan baik dan cara berjalan yang normal.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang kadang
bergerak - gerak dan berubah posisi serta sesekali pasien memegang
dagu dan rambut dengan tangannya. Pandangan pasien cukup
baiksesekali menengok ke arah lain.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif selama wawancara,tidak melawan, menjawab
pertanyaan dengan baik dan tidak berbicara kasar.
b. Mood dan Afek
Mood : Disforia
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi antara mood dan afek
7
c. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan dan lancar, volume cukup jelas,intonasi baik,
namun kadang – kadang volume suara semakin pelan saat akhir kalimat.
d. Gangguan Persepsi
Pasien merasa melihat makhluk gaib di ruang perawatan ketika malam
hari dan pernah mendengar bisikan
e. Pikiran
Proses pikir : Asosiasi longgar
Isi Pikir :pemikiran bahwa dirinya adalah hacker yang dapat meretas
berbagai program komputer.
Taraf kesadaran dan kesiagaan
Compos mentis, kesiagaan baik
Orientasi
1. Waktu :Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi
maupun malam
2. Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya sedang berada
di RSPAD Gatot Soebroto.
3. Orang :Baik, pasien dapat mengenali teman-teman
sebangsalnya, keluarga, nama pemeriksa.
Daya ingat
1. Jangka panjang :Baik, pasien dapat mengingat alamatrumahnya.
2. Jangka menengah : Baik, pasien dapat mengingat siapa
yangmengantarnya ke rumah sakit.
3. Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat makanan
yangdimakannya pada pagi hari.
4. Jangka Segera : Terganggu, pasien kesulitan menghafal
namapemeriksa.
Konsentrasi dan perhatian
8
Baik, daya konsentrasi tidak terganggu, pasien dapat
memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
pasien dan menjawab sesuai pertanyaan.
Kemampuan membaca dan menulis
Pasien memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik.
Kemampuan visuospasial
Pasien dapat menggambarkan segitiga dan persegi dengan baik.
Pikiran abstrak
Pasien dapat mengartikan peribahasa yang diberikan pemeriksa
dan mampu menyebutkan persamaan benda.
Intelegensia dan kemampuan informasi
Baik, pasien dapat mengetahui nama Presiden Indonesia dan pemain
bola indonesian
f. Kemampuan Mengandalikan Impuls
Selama proses wawancara pasien duduk cukup tenang, terkadang
memegang dagu dengan tangannya dan berganti posisi. Pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan cukup.
9
g. Daya Nilai dan Tilikan
Daya nilai sosial
Baik, pasien bersikap sopan kepada dokter, perawat dan teman
di raung perawatan.
Penilaian realita
RTA terganggu.
Tilikan
Tilikan derajat satu, pasien tidak mengakui dirinya sedang
sakit, pasien hanya beristirahat sementara diruang perawatan pavilium
Amino karena bosan tinggal diapartmen kakaknya dan tidak bekerja,
menurut pasien, pasien minum obat agar menjadi semakin pintar dan
dapat bekerja dan punya gaji lebih besar lagi.
h. Taraf Dapat Dipercaya (Reliabilitas)
Secara umum tidak dapat dipercaya, karena yang dikatakan
pasien tidak sesuai dengan informasi dari keluarga.
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2015
1. Status Interna
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Status Gizi : Cukup
d. Tanda – tanda vital
1. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Nadi : 78 kali/menit, reguler
3. Nafas : 20 kali/menit
4. Suhu : 36oC
10
e. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
g. Paru : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing atau ronkhi
h. Jantung : bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur atau gallop
i. Abdomen : bising usus normal, hepar/lien tidak teraba membesar
j. Ekstremitas : sudah tidak terpasang gips, ROM tidak terbatas
2. Status Neurologis
a. GCS : 15
b. Tanda Rangsang Meningeal : negatif
c. Tanda-tanda efek ekstrapiramidal : negatif
d. Motorik : 5 5
5 5
e. Sensorik : Dalam batas normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien menunjukan perubahan perubahan perilaku sejak kurang lebih satu
bulan sebelum masuk rumah sakit, setelah pulang perawatan dipavilium Amino
RSPAD Gatot Subroto, pasien tidak mau mengurus diri, mengurung diri dikamar,
kadang-kadang marah tanpa sebab dan mengancam memukul keponakannya.
Pertama kali menunjukkan perubahan perilaku sejak 9 tahun sebelum masuk
rumah sakit, setelah ayah pasien meninggal.Saat itu pasien sedang mengerjakan tugas
akhir semasa kuliah di universitas swasta Jakarta. Pasien menjadi cepat marah, tidak
masuk kuliah, tidak mau mengerjakan tugas akhir hingga pasien dikeluarkan dari
kampus.
Kemudian pasien dibawa berobat ke dokter jiwa dan mendapat obat yakni
haloperidol dan stelazine namun tidak ingat berapa kali pemberiannya. Pasien berobat
jalan selama sekitar 2 tahun. Selama berobat perilaku pasien menjadi lebih baik,
pasien kembali mau bermain futsal dengan teman, membantu kakak berkerja dirumah.
11
Dua tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien pindah ke apartemen kakaknya
karena sering mengganggu tetangga dan ibu khawatir pasien sering mengancam akan
membunuh ibunya ketika sedang marah atau jika keinginannya tidak dipenuhi.
Selama di apartemen pasien lebih sering diam dikamar dan hanya bermain video game
sepanjang hari.
Dua bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien keluar dari apartemen dan
berlari – lari disekitar apartemen dan terjatuh hingga mengakibatkan dislokasi pada
siku kanan pasien. Pasien dibawa ke RS Ridwan Meuraksa di tangani oleh dokter
bedah dan psikiater. Setelah dibawa pulang pasien marah – marah dan megancam
akan membunuh ibu pasien kemudian di bawa ke IGD RSGS. Pasien dirawat di
Paviliun Amino selama 1 bulan. Pada saat dirawat pasien mengalami patah tulang
pada lengan kiri karena pasien berlari di ruang perawatan dan terjatuh.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pasien didapati adanya riwayat
perilaku bermakna yang menimbulkan gangguan pada fungsi pasien sehari-hari,
gangguan ini mencerminkan adanya disfungsi psikologis, biologi dan proses
perkembangan yang mendasari berlangsung fungsi mental seseorang. Gangguan
tersebut mempengaruhi pasien dalam melakukan fungsinya sehari-hari, sehingga
timbul hendaya dan penderitaan dalam aktivitas sosial dan pekerjaan, atas dasar hal
tersebut pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa.
Aksis I :
Terdapat halusinasi auditorik yang ditandai dengan perilaku halusinatorik
yaitu berbicara dan tertawa sendiri dan pernah mendengar bisikan. Terdapat
halusinasi visual yang ditandai bahwa pasien sering melihat makhluk gaib ketika
malam hari diruang perawatan. Pasien mempunyai pemikiran bahwa dirinya adalah
hacker, hal ini diulangi pasien dalam beberapa kali wawancara. Terdapat juga
perilaku gaduh gelisah dengan marah-marah dan memukul yang juga menandai
adanya pemgendalian impuls buruk. Adanya gejala negatif yaitu mengurung diri di
kamar, tidak terlibat aktivitas dan tidak mengurus diri.
Gejala-gejala tersebut yang termasuk kedalam fase aktif gangguan skizofrenia
telah berlangsung selama satu bulan, adanya halusinasi yang amat menonjol cukup
12
mendominasi memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paraniod menurut PPDGJ-III.
Perjalanan gangguan yang berlangusng sejak enam tahun sebelum masuk rumah sakit,
dan tidak pernah mencapai remisi sempurna, dapat diklasifikasikan sebagai episode
berkelanjutan menurut PPDGJ-III.
Gangguan pada F0 dan F1 menurut hierarki penggolongan diagnosis menurut
PPDG-III dapat disingkirkan melalui riwayat gangguan sebelumnya yang tidak
menunjukkan adanya gangguan medis yang memelukan perawatan, atau riwayat
trauma kepala, atau riwayat kejang yang mendahului awitan perjalanan penyakit,
selain itu dari dirawayat penyakit sebelumnya tidak ditemukan adanya riwayat
penggunaan NAPZA dan alkohol dalam jangka waktu satu bulan maupun selama
hidup pasien, sehingga gangguan-gangguan pada penggolongan diagnosis F1 menurut
PPDGJ-III dapat disingkirkan.
Gangguan psikotik akut dan gangguan skizifreniform dapat disingkirkan
melalui kriteria waktu, gangguan waham menetap dapat disingkirkan dengan adanya
gejala aktif skizofrenia yang jelas pada pasien. Gangguan skizoafektif dapat
disingkirkan karena tidak adanya episode mood, baik episode depresi maupun episode
manik; yang timbul bersamaan dalam waktu dengan gejala aktif skizofrenia.
Aksis II :
Ciri kepribadian dependen
Sebelum timbulnya gejala pada pasien, pasien sangat dekat dengan ayahnya,
sekolah dengan baik, bergaul dengan baik. Kemudian ayah meninggal 9 tahun yang
lalu dan mulai munculnya gejala pada pasien. Pada intinya pasien sangat bergantung
akan sosok ayahnya.
. gangguan kepribadian skizoid
Pasien berubah menjadi orang yang suka menyendiri, tidak mau bergaul
dengan teman-teman nya dibandingkan sebelumnya pasien seorang yang periang, mudah
bergaul.
13
Aksis III :
Post pemasangan gips atas imdikasi dislokasi siku kanan 4 bulan yang lalu,
Fraktur humerus sepertiga medial sinistra dalam pengobatan. Saat ini pasien sudah
menjalani operasi.
Aksis IV :
Pasien memiliki msalah ketidakpatuhan minum obat dan masalah dengan
pelaku rawat. Ibu pasien sebagai pelaku rawat utama menyatakan bahwa ibu pasien
kesulitan saat pasien menolak minum obat atau menolak dibawa kontrol kerumah
sakit. Pasien juga mengalami kesulitan mengontrol pasien bila pasien sedang gelisah
dan marah-marah maupun melakukan kekerasan.
Aksis V :
Skala GAF ( Globat Assesment of Functioning) yang digunakan untuk menilai fungsi
pasien saat ini 40-31 dengan gejala beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : skizofrenia Undiiferentiated
Aksis II : ciri kepribadian dependen dan gangguan kepribadian skizoid
Aksis III : fraktur humerus sepertiga medial sinistra dalam pengobatan
Aksis IV : ketidakpatuhan minum obat
Aksis V : nilai skala GAF saat ini 40-31
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Skizofrenia undifferentiated (F20.3)
Diagnosis banding :Skizofrenia Paranoid (F20.0),
: Skizofren Hebefrenik (F20.1
14
X. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
XI. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Terdapat fraktur sepertiga medial humerus sinistra dalam pengobatan dan dislokasi
siku kanan
B. Psikologik
1. Skizofrenia undifferentiated
2. Perilaku halusinatorik
3. Perawatan diri buruk
4. Mood : Disforia
5. Afek : Terbatas, Serasi
6. Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik dan Halusinasi visual
7. Isi pikir : Pemikiran seorang hecker
8. RTA : Terganggu
9. Tilikan : Derajat1
C. Lingkungan & Sosioekonomi
Menarik diri dari kehidupan social dan tidak patuh minum obat.
15
XII. RENCANA TERAPI
a. Farmakologi :
1. Risperidon 2x2 mg per oral
Merupakan golongan anti-psikosis atipikal, memiliki afinitas terhadap Dopamin
D2 Reseptor juga terhadap serotonin 5 HT2 Reseptor (Serotonin-dopamine antag-
onists), sehingga efektif juga untuk gejala negative.
2. Donepezil 1x5mg per oral
Merupakan inhibitor kolinesterase terutama digunakan untuk membantu
meningkatkan fungsi kognitif.
b. Nonfarmakologis
i. Terhadap pasien
Psikoterapi suportif: melihat pasien secara holistik dengan membina
hubungan, menunjukan empati, memotivasi pasien untuk lebih produktif,
merawat diri dan minum obat secara teratur.
ii. Terhadap keluarga dan teman
Psikoedukasi mengenai :
a. Penyakit pasien
Memberikan penjelasan mengenai penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-
faktor yang dapat memperberat keadaan penyakit pasien dan bagaimana
cara pencegahan. Sehingga keluarga dan teman atau lingkungan sekitar
dapat mengerti keadaan pasien proses kesembuhannya.
b. Terapi yang diberikan
Memberikan penjelasan tentang terapi yang dijalani, memotovasi pasien
untuk minum obat secara teratur. Menjelaskan fungsi obat kepada keluarga
pasien dan efek samping yang mungkin terjadi. Sehingga pengobatan
pasien dapat berjalan baik.
16
X. DISKUSI
Skizofrenia adalah sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)
dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya.
Pada umumya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan pesepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
(blunted). Kesadaran yang tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala – gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi pikirannya
tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat. “delusion of influence” = waham dimana dirinya dipengaruhioleh suatu
kekuatan tertentu dari luar.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara
mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
17
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan
dunia lain).
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara
sosial.
Skizofrenia Paranoid, dapat didiagnosis menurut PPDGJ-III sebagai berikut :
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan atau waham harus menonjol;
a. Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing).
18
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain –lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau ”passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikeja – kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
- Gangguan afektif, doronngan kehendak dan pembicaraan, serta
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pada pasien dilihat dari riwayat hidupnya adalah seorang dengan ciri kepribadian
narsisistik, yakni pasien sering membanggakan diri ataupun sesuatu yang dipunyai.
Pasien senang jika mendapat pujian dan kurang empati terhadap perasaan orang lain.
Kepribadian tersebut menetap hingga dewasa. Namun tidak ada hendaya berat dalam
kehidupan sehari – hari. Stressor muncul setelah ayah pasien meninggal dan pasien tidak
masuk ke perguruan tinggi negeri. Sehingga muncul gejala-gejal skizofrenia.
Pasien ditemukan kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid berdasarkan PPDGJ-III
yakni waham yang menonjol (waham kebesaran) yakni pasien merasa dirinya adalah
eksekutif muda dengan penghasilan yang banyak, pasien juga merasa dirinya adalah
seorang pemain sepak bola hebat dan terkenal.Gangguan afektif, serta adanya gangguan
mood dan afek juga ditemukan pada psien. Tidak terdapat penyakit GMO dan sudah
melampaui 1 tahun yang dimana perjalanan penyakitnya termasuk kronis.Terdapat juga
Positif dan negatif seperti perilaku yang aneh seperti tidak mengurus diri, tidak mandi
dan mengganti pakaian, pasien lebih sering marah – marah kepada pembantu dan
keponakan di tempat tinggal pasien serta hanya menyendiri di kamar.
Terapi yang diberikan Risperidon 2x2 mg per oral, merupakan golongan anti-
psikosis atipikal, memiliki afinitas terhadap Dopamin D2 Reseptor juga terhadap
serotonin 5 HT2 Reseptor (Serotonin-dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk
gejala negatif.Donepezil 1x5mg per oral, merupakan inhibitor kolinesterase terutama
digunakan untuk membantu meningkatkan fungsi kognitif.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
2. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
3. Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, 2011. Konsensus
Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia : Jakarta.
5. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.
Binarupa Aksara: Jakarta
20
21
Tn. S, 32 tahun
Tahun 2011
Paseien pertama kali
mengalami peubahan
perilaku setelah ayah
pasien meninggal,
saat itu pasien dalam
masa kuliah dan
sedang mengerjakan
tugas akhir.
Perubahan dialami
seperti lebih sering
marah, menyendiri,
tidak mau kuliah.
Perubahan
perilaku
mengatakan
bahwa ia ingin
menjadi pelatih
sepak bola
terkenal, Tidak
rutin kontrol dan
minum obat
Pindah ke
apartemen kakak
karena
menganggu
tetangga dan
mengancam akan
membunuh
ibunya.
Tahun 2006 Tahun 2013Tahun 2008
pasien dibawa
berobat ke dokter
jiwa dan
mendapat obat
yakni haloperidol
dan stelazine.
Berobat jalan
selama 2 tahun.
Berlari di sekitar
apartemen,
terjatuh hingga
dislokasi siku
kanan.
Berobat di RS
Ridwan ke dokter
bedah dan
psikiater
mengancam
membunuh ibu,
di bawa ke
RSPAD, dirawat
selama 1 bulan
2 bulan SMRS
1 bulan SMRS
Pasien mengurung diri dikamar,
tidak mau ganti baju dan mandi,
Memukul pembantu rumah
tangga, mencoba memukul
keponakan