Preskas Reza

31
STATUS PASIEN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 32 tahun Tanggal Lahir : 1 September 1982 Alamat : Jl. Cempaka V No. 15, B RT 013/001 Cempaka Putih Jakarta Pusat Pekerjaan : Tidak Bekerja Pendidikan Terakhir : SMA Status Pernikahan : Belum Menikah Agama : Khatolik Suku : Jawa Tanggal Masuk RS : 20 Agustus 2015 II. RIWAYAT PSIKIATRI A. Keluhan Utama Autoanamnesis: Pasien tidak merasa sakit apa-apa Alloanamnesis: (Ibu pasien) Pasien memukul pembantu rumah tangga dan berusaha memukul keponakan B. Keluhan Tambahan 1

description

jiwa

Transcript of Preskas Reza

Page 1: Preskas Reza

STATUS PASIEN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 32 tahun

Tanggal Lahir : 1 September 1982

Alamat : Jl. Cempaka V No. 15, B RT 013/001 Cempaka Putih

Jakarta Pusat

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Pendidikan Terakhir : SMA

Status Pernikahan : Belum Menikah

Agama : Khatolik

Suku : Jawa

Tanggal Masuk RS : 20 Agustus 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Keluhan Utama

Autoanamnesis:

Pasien tidak merasa sakit apa-apa

Alloanamnesis: (Ibu pasien)

Pasien memukul pembantu rumah tangga dan berusaha memukul keponakan

B. Keluhan Tambahan

Pasien tidak mau mandi, suka berbicara sendiri, sulit tidur.

C. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien mengalami perubahan perilaku sejak 1 bulan sebelum masuk rumah

sakit, setelah pulang dari perawatan di Pavilion Amino. Menurut ibu pasien sejak

pulang perawatan, pasien mengurung diri dikamar, tidak mau mengganti pakaian

dan mandi selama dirumah. Pasien masih lebih sering bicara sendiri,

1

Page 2: Preskas Reza

tertawasendiri dan tidak nyambung jika diajak bicara. Pasien merasa bahwa

dirinya merupakan hacker. Pasien menolak jika pergi kontrol ke poli kesehatan

jiwa RSPAD Gatot Soebroto dan juga sering menolak untuk minum obat,

sehingga ibu sering mencampurkan obat ke dalam makanan atau minuman pasien.

Namun pasien tetap tahu sehingga tidak mau makan dan minum selama berhari –

hari. Bila tidak minum obat pasien bisa tidak tidur selama beberapa hari, sering

marah – marah, dan hanya berkeliling – keliling rumah. Dikatakan ibu pasien

memukul pembantu yang bekerja dirumah tanpa alasan yang jelas. Satu hari

sebelum masuk rumah sakit pasien berusaha memukul keponakannya, hingga ibu

pasien memutuskan untuk membawa pasien ke poli Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot

Soebroto.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat Gangguan Psikiatri

Sejak masa kanak – kanak pasien dekat dengan ayahnya. Semua

keinginan pasien dituruti oleh ayahnya. Pasien jarang bergaul dengan teman

sebayanya, lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dan bermain video game,

Menurut ibu, pasien tidak memiliki teman dekat, karena ayah pasien merupakan

orang yang keras. Sehingga pasien tidak pernah mengajak teman untuk ke rumah.

Pasien mengalami gangguan sejak 9 tahun sebelum masuk rumah sakit.

Setelah ayah pasien meninggal dunia. Pertama kali menunjukkan perubahan saat

sedang mengerjakan tugas akhir semasa kuliah di universitas swasta Jakarta.

Pasien menjadi cepat marah, tidak masuk kuliah, tidak mau mengerjakan tugas

akhir hingga pasien dikeluarkan dari kampus.

Setelah berhenti kuliah pasien hanya berdiam diri di rumah ibu pasien di

daerah cempaka putih. Pasien lebih sering marah – marah, lebih sering

menyendiri dikamar, mulai bicara sendiri, dan tidak mau mengurus diri.

Kemudian pasien dibawa berobat ke dokter jiwa dan mendapat obat yakni

haloperidol dan stelazine namun tidak ingat berapa kali pemberiannya. Pasien

berobat jalan selama sekitar 2 tahun. Selama berobat perilaku pasien menjadi

lebih baik, pasien kembali mau bermain futsal dengan teman, membantu kakak

berkerja dirumah.

2

Page 3: Preskas Reza

Pasien kembali mengalami perubahan perilaku 4 tahun sebelum masuk

rumah sakit. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalahhacker yang dapat meretas

beberpa program komputer, pasien juga merasa ahli di bidang teknik informatika

dan bisa bekerja dikantor dengan kakaknya. Pasien kembali mudah marah,

berbicara sendiri, berteriak – teriak, tidak mau keluar rumah dan tidak mengurus

diri. Kadang – kadang pasien berlari keluar rumah menakuti dan mengganggu

tetangga sekitar rumah. Menurut ibu pasien jarang kontrol ke dokter jiwa dan

tidak rutin minum obat. Bila sedang mau minum obat, perilaku aneh pasien

berkurang.

Dua tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien pindah ke apartemen

kakaknya karena sering mengganggu tetangga dan ibu khawatir pasien sering

mengancam akan membunuh ibunya ketika sedang marah atau jika keinginannya

tidak dipenuhi. Selama di apartemen pasien lebih sering diam dikamar dan hanya

bermain video game sepanjang hari.

Dua bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien keluar dari apartemen dan

berlari – lari disekitar apartemen hingga pasien terjatuh dan mengakibatkan

dislokasi pada siku kanan pasien. Pasien dibawa ke RS Ridwan Meuraksa di

tangani oleh dokter bedah dan psikiater. Setelah dibawa pulang pasien marah –

marah dan megancam akan membunuh ibu pasien kemudian di bawa ke IGD

RSPAD Gatot Soebroto. Pasien dirawat di Paviliun Amino sekitar 1 bulan. Pada

saat dirawat pasien mengalami patah tulang pada lengan kiri karena pasien

berlari di ruang perawatan dan terjatuh.

Riwayat Medik Umum

Pasien mengalami dislokasi siku kanan 4 bulan SMRSdan fraktur lengan kiri

saat di rawat di Paviliun Amino 1 bulan SMRS. Tidak ada riwayat berat yang

membutuhkan perawatan. Tidak ada riwayat kejang atau benturan pada kepala.

Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol

Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif, rokok dan alcohol maupun

obat-obatan terlarang disangkal oleh keluarganya.

3

Page 4: Preskas Reza

E. RiwayatKehidupan Pribadi

Riwayat Prenatal dan Perinatal

Selama kehamilan ibu mengatakan tidak menderita penyakit

apapun.Pasien lahir normal dan cukup bulan.

Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pasien tumbuh dengan normal dan sesuai seperti anak seusianya.

Pasien mendapat ASI aksklusif. Tidak ada gangguan bicara dan berjalan.

Tidak terdapat gangguan fisik.

RiwayatMasa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien sekolah di TK saat usia 5 tahun. Bermain dan belajar dengan

sesama teman di sekolah. Pasien sekolah SD selama 6 tahun dan dikenal

sebagai anak yang pintar disekolah. Menurut ibu, pasien tidak memiliki

banyak teman dekat.

Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)

Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien sekolah di SMP dan

SMANegeri. Pasien tidak pernah tinggal kelas dan tidak megalami kesulitan

dalam belajar. Pasien lulus SMP dan SMA dengan nilai cukup.

Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien menempuh pendidikan SD sampai SMA dengan nilai cukup

tidak pernah tinggal kelas. Setelah lulus SMA pasien ingin melanjutkan

ke sekolah pelatih sepak bola, pasien mengikuti tes masuk di sebuah

akademi di Jakarta namun tidak lulus. Kemudian pasien mendaftar dan

diterima di perguruan tinggi swasta di Jakarta.

4

Page 5: Preskas Reza

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja

3. Riwayat Pernikahan dan Hubungan

Pasien belum pernah menikah dan menurut ibu pasien, pasien

belum pernah dekat dengan perempuan atau berpacaran.

4. Riwayat Kehidupan Beragama

Pasien memeluk agama Kristen, namun tidak rutin beribadah

kecuali bila diajak oleh ibunya.

5. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

6. Aktivitas Sosial

Di lingkungan rumah pasien jarang bergaul dengan tetangga

sekitar, lebih senang menyendiri di rumah. Teman dekat pasien

merupakan seorang pendeta di sebuah gereja.

Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Ayah pasien meninggal

saat pasien berusia 22 tahun. Pasien tinggal di apartemen kakak pertamanya,

bersama ibu pasien dan kakak ipar serta ketiga keponakan. Tidak ada riwayat

gangguan jiwa pada keluarga pasien.

5

Page 6: Preskas Reza

Genogram

Tn. A 55 tahun Ny. S 52 tahun

Ny. L36thn Tn. B 34thnTn. S 32thnNy. R 30thn

Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal di apartemen bersama kakak pertama, ibu dan

kakak ipar serta ketiga keponakan pasien. Pasien sering marah –

marah, tidak mau merawat diri, lebih sering menyendiri dikamar dan

berbicara sendiri.

Persepsi

1. Pasien tentang dirinya

Pasien menganggap dirinya adalah seorang yang jenius dan bisa

bekerja sebagai hacker. Pasien mengaku dirinya ingin menjadi pelatih

sepak bola terkenal dan bermain di internasional.

6

Keterangan:

= Laki-laki

= Laki-laki meninggal

= Perempuan

= Pasien

Page 7: Preskas Reza

2. Persepsi keluarga tentang diri pasien

Keluarga pasien berpendapat bahwa pasien merupakan anak yang

baik dengan ambisi yang besar bercita – cita menjadi pelatih sepak bola

terkenal. Pasien sering mengatakan kecewa dan malu karena saudara

kandungnya merupakan orang sukses dan kuliah di universitas negeri.

III. STATUS MENTAL

a. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien laki-laki berusia 32 tahun tampak sesuai dengan usia,

tinggi 185 cm kulit putih, rambut pendek berwarna hitam. Penampilan

kurang rapi dan tidak merawat diri. Dilakukan wawancara, pasien

menggunakan kemeja kotak – kotak lengan pendek berwarna biru dan

celana panjang berwarna abu -abu, serta memakai sendal. Pasien dapat

berjalan dengan keseimbangan baik dan cara berjalan yang normal.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Selama wawancara pasien duduk dengan tenang kadang

bergerak - gerak dan berubah posisi serta sesekali pasien memegang

dagu dan rambut dengan tangannya. Pandangan pasien cukup

baiksesekali menengok ke arah lain.

3. Sikap terhadap Pemeriksa

Pasien kooperatif selama wawancara,tidak melawan, menjawab

pertanyaan dengan baik dan tidak berbicara kasar.

b. Mood dan Afek

Mood : Disforia

Afek : Terbatas

Keserasian : Serasi antara mood dan afek

7

Page 8: Preskas Reza

c. Pembicaraan

Pasien berbicara spontan dan lancar, volume cukup jelas,intonasi baik,

namun kadang – kadang volume suara semakin pelan saat akhir kalimat.

d. Gangguan Persepsi

Pasien merasa melihat makhluk gaib di ruang perawatan ketika malam

hari dan pernah mendengar bisikan

e. Pikiran

Proses pikir : Asosiasi longgar

Isi Pikir :pemikiran bahwa dirinya adalah hacker yang dapat meretas

berbagai program komputer.

Taraf kesadaran dan kesiagaan

Compos mentis, kesiagaan baik

Orientasi

1. Waktu :Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi

maupun malam

2. Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya sedang berada

di RSPAD Gatot Soebroto.

3. Orang :Baik, pasien dapat mengenali teman-teman

sebangsalnya, keluarga, nama pemeriksa.

Daya ingat

1. Jangka panjang :Baik, pasien dapat mengingat alamatrumahnya.

2. Jangka menengah : Baik, pasien dapat mengingat siapa

yangmengantarnya ke rumah sakit.

3. Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat makanan

yangdimakannya pada pagi hari.

4. Jangka Segera : Terganggu, pasien kesulitan menghafal

namapemeriksa.

Konsentrasi dan perhatian

8

Page 9: Preskas Reza

Baik, daya konsentrasi tidak terganggu, pasien dapat

memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

pasien dan menjawab sesuai pertanyaan.

Kemampuan membaca dan menulis

Pasien memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik.

Kemampuan visuospasial

Pasien dapat menggambarkan segitiga dan persegi dengan baik.

Pikiran abstrak

Pasien dapat mengartikan peribahasa yang diberikan pemeriksa

dan mampu menyebutkan persamaan benda.

Intelegensia dan kemampuan informasi

Baik, pasien dapat mengetahui nama Presiden Indonesia dan pemain

bola indonesian

f. Kemampuan Mengandalikan Impuls

Selama proses wawancara pasien duduk cukup tenang, terkadang

memegang dagu dengan tangannya dan berganti posisi. Pasien dapat

menjawab pertanyaan dengan cukup.

9

Page 10: Preskas Reza

g. Daya Nilai dan Tilikan

Daya nilai sosial

Baik, pasien bersikap sopan kepada dokter, perawat dan teman

di raung perawatan.

Penilaian realita

RTA terganggu.

Tilikan

Tilikan derajat satu, pasien tidak mengakui dirinya sedang

sakit, pasien hanya beristirahat sementara diruang perawatan pavilium

Amino karena bosan tinggal diapartmen kakaknya dan tidak bekerja,

menurut pasien, pasien minum obat agar menjadi semakin pintar dan

dapat bekerja dan punya gaji lebih besar lagi.

h. Taraf Dapat Dipercaya (Reliabilitas)

Secara umum tidak dapat dipercaya, karena yang dikatakan

pasien tidak sesuai dengan informasi dari keluarga.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2015

1. Status Interna

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Status Gizi : Cukup

d. Tanda – tanda vital

1. Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2. Nadi : 78 kali/menit, reguler

3. Nafas : 20 kali/menit

4. Suhu : 36oC

10

Page 11: Preskas Reza

e. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

g. Paru : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing atau ronkhi

h. Jantung : bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur atau gallop

i. Abdomen : bising usus normal, hepar/lien tidak teraba membesar

j. Ekstremitas : sudah tidak terpasang gips, ROM tidak terbatas

2. Status Neurologis

a. GCS : 15

b. Tanda Rangsang Meningeal : negatif

c. Tanda-tanda efek ekstrapiramidal : negatif

d. Motorik : 5 5

5 5

e. Sensorik : Dalam batas normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien menunjukan perubahan perubahan perilaku sejak kurang lebih satu

bulan sebelum masuk rumah sakit, setelah pulang perawatan dipavilium Amino

RSPAD Gatot Subroto, pasien tidak mau mengurus diri, mengurung diri dikamar,

kadang-kadang marah tanpa sebab dan mengancam memukul keponakannya.

Pertama kali menunjukkan perubahan perilaku sejak 9 tahun sebelum masuk

rumah sakit, setelah ayah pasien meninggal.Saat itu pasien sedang mengerjakan tugas

akhir semasa kuliah di universitas swasta Jakarta. Pasien menjadi cepat marah, tidak

masuk kuliah, tidak mau mengerjakan tugas akhir hingga pasien dikeluarkan dari

kampus.

Kemudian pasien dibawa berobat ke dokter jiwa dan mendapat obat yakni

haloperidol dan stelazine namun tidak ingat berapa kali pemberiannya. Pasien berobat

jalan selama sekitar 2 tahun. Selama berobat perilaku pasien menjadi lebih baik,

pasien kembali mau bermain futsal dengan teman, membantu kakak berkerja dirumah.

11

Page 12: Preskas Reza

Dua tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien pindah ke apartemen kakaknya

karena sering mengganggu tetangga dan ibu khawatir pasien sering mengancam akan

membunuh ibunya ketika sedang marah atau jika keinginannya tidak dipenuhi.

Selama di apartemen pasien lebih sering diam dikamar dan hanya bermain video game

sepanjang hari.

Dua bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien keluar dari apartemen dan

berlari – lari disekitar apartemen dan terjatuh hingga mengakibatkan dislokasi pada

siku kanan pasien. Pasien dibawa ke RS Ridwan Meuraksa di tangani oleh dokter

bedah dan psikiater. Setelah dibawa pulang pasien marah – marah dan megancam

akan membunuh ibu pasien kemudian di bawa ke IGD RSGS. Pasien dirawat di

Paviliun Amino selama 1 bulan. Pada saat dirawat pasien mengalami patah tulang

pada lengan kiri karena pasien berlari di ruang perawatan dan terjatuh.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pasien didapati adanya riwayat

perilaku bermakna yang menimbulkan gangguan pada fungsi pasien sehari-hari,

gangguan ini mencerminkan adanya disfungsi psikologis, biologi dan proses

perkembangan yang mendasari berlangsung fungsi mental seseorang. Gangguan

tersebut mempengaruhi pasien dalam melakukan fungsinya sehari-hari, sehingga

timbul hendaya dan penderitaan dalam aktivitas sosial dan pekerjaan, atas dasar hal

tersebut pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa.

Aksis I :

Terdapat halusinasi auditorik yang ditandai dengan perilaku halusinatorik

yaitu berbicara dan tertawa sendiri dan pernah mendengar bisikan. Terdapat

halusinasi visual yang ditandai bahwa pasien sering melihat makhluk gaib ketika

malam hari diruang perawatan. Pasien mempunyai pemikiran bahwa dirinya adalah

hacker, hal ini diulangi pasien dalam beberapa kali wawancara. Terdapat juga

perilaku gaduh gelisah dengan marah-marah dan memukul yang juga menandai

adanya pemgendalian impuls buruk. Adanya gejala negatif yaitu mengurung diri di

kamar, tidak terlibat aktivitas dan tidak mengurus diri.

Gejala-gejala tersebut yang termasuk kedalam fase aktif gangguan skizofrenia

telah berlangsung selama satu bulan, adanya halusinasi yang amat menonjol cukup

12

Page 13: Preskas Reza

mendominasi memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paraniod menurut PPDGJ-III.

Perjalanan gangguan yang berlangusng sejak enam tahun sebelum masuk rumah sakit,

dan tidak pernah mencapai remisi sempurna, dapat diklasifikasikan sebagai episode

berkelanjutan menurut PPDGJ-III.

Gangguan pada F0 dan F1 menurut hierarki penggolongan diagnosis menurut

PPDG-III dapat disingkirkan melalui riwayat gangguan sebelumnya yang tidak

menunjukkan adanya gangguan medis yang memelukan perawatan, atau riwayat

trauma kepala, atau riwayat kejang yang mendahului awitan perjalanan penyakit,

selain itu dari dirawayat penyakit sebelumnya tidak ditemukan adanya riwayat

penggunaan NAPZA dan alkohol dalam jangka waktu satu bulan maupun selama

hidup pasien, sehingga gangguan-gangguan pada penggolongan diagnosis F1 menurut

PPDGJ-III dapat disingkirkan.

Gangguan psikotik akut dan gangguan skizifreniform dapat disingkirkan

melalui kriteria waktu, gangguan waham menetap dapat disingkirkan dengan adanya

gejala aktif skizofrenia yang jelas pada pasien. Gangguan skizoafektif dapat

disingkirkan karena tidak adanya episode mood, baik episode depresi maupun episode

manik; yang timbul bersamaan dalam waktu dengan gejala aktif skizofrenia.

Aksis II :

Ciri kepribadian dependen

Sebelum timbulnya gejala pada pasien, pasien sangat dekat dengan ayahnya,

sekolah dengan baik, bergaul dengan baik. Kemudian ayah meninggal 9 tahun yang

lalu dan mulai munculnya gejala pada pasien. Pada intinya pasien sangat bergantung

akan sosok ayahnya.

. gangguan kepribadian skizoid

Pasien berubah menjadi orang yang suka menyendiri, tidak mau bergaul

dengan teman-teman nya dibandingkan sebelumnya pasien seorang yang periang, mudah

bergaul.

13

Page 14: Preskas Reza

Aksis III :

Post pemasangan gips atas imdikasi dislokasi siku kanan 4 bulan yang lalu,

Fraktur humerus sepertiga medial sinistra dalam pengobatan. Saat ini pasien sudah

menjalani operasi.

Aksis IV :

Pasien memiliki msalah ketidakpatuhan minum obat dan masalah dengan

pelaku rawat. Ibu pasien sebagai pelaku rawat utama menyatakan bahwa ibu pasien

kesulitan saat pasien menolak minum obat atau menolak dibawa kontrol kerumah

sakit. Pasien juga mengalami kesulitan mengontrol pasien bila pasien sedang gelisah

dan marah-marah maupun melakukan kekerasan.

Aksis V :

Skala GAF ( Globat Assesment of Functioning) yang digunakan untuk menilai fungsi

pasien saat ini 40-31 dengan gejala beberapa disabilitas dalam hubungan dengan

realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : skizofrenia Undiiferentiated

Aksis II : ciri kepribadian dependen dan gangguan kepribadian skizoid

Aksis III : fraktur humerus sepertiga medial sinistra dalam pengobatan

Aksis IV : ketidakpatuhan minum obat

Aksis V : nilai skala GAF saat ini 40-31

DIAGNOSIS

Diagnosis kerja : Skizofrenia undifferentiated (F20.3)

Diagnosis banding :Skizofrenia Paranoid (F20.0),

: Skizofren Hebefrenik (F20.1

14

Page 15: Preskas Reza

X. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad malam

XI. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik

Terdapat fraktur sepertiga medial humerus sinistra dalam pengobatan dan dislokasi

siku kanan

B. Psikologik

1. Skizofrenia undifferentiated

2. Perilaku halusinatorik

3. Perawatan diri buruk

4. Mood : Disforia

5. Afek : Terbatas, Serasi

6. Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik dan Halusinasi visual

7. Isi pikir : Pemikiran seorang hecker

8. RTA : Terganggu

9. Tilikan : Derajat1

C. Lingkungan & Sosioekonomi

Menarik diri dari kehidupan social dan tidak patuh minum obat.

15

Page 16: Preskas Reza

XII. RENCANA TERAPI

a. Farmakologi :

1. Risperidon 2x2 mg per oral

Merupakan golongan anti-psikosis atipikal, memiliki afinitas terhadap Dopamin

D2 Reseptor juga terhadap serotonin 5 HT2 Reseptor (Serotonin-dopamine antag-

onists), sehingga efektif juga untuk gejala negative.

2. Donepezil 1x5mg per oral

Merupakan inhibitor kolinesterase terutama digunakan untuk membantu

meningkatkan fungsi kognitif.

b. Nonfarmakologis

i. Terhadap pasien

Psikoterapi suportif: melihat pasien secara holistik dengan membina

hubungan, menunjukan empati, memotivasi pasien untuk lebih produktif,

merawat diri dan minum obat secara teratur.

ii. Terhadap keluarga dan teman

Psikoedukasi mengenai :

a. Penyakit pasien

Memberikan penjelasan mengenai penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-

faktor yang dapat memperberat keadaan penyakit pasien dan bagaimana

cara pencegahan. Sehingga keluarga dan teman atau lingkungan sekitar

dapat mengerti keadaan pasien proses kesembuhannya.

b. Terapi yang diberikan

Memberikan penjelasan tentang terapi yang dijalani, memotovasi pasien

untuk minum obat secara teratur. Menjelaskan fungsi obat kepada keluarga

pasien dan efek samping yang mungkin terjadi. Sehingga pengobatan

pasien dapat berjalan baik.

16

Page 17: Preskas Reza

X. DISKUSI

Skizofrenia adalah sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)

dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta

sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial

budaya.

Pada umumya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik

dari pikiran dan pesepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul

(blunted). Kesadaran yang tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu

dapat berkembang kemudian.

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala – gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda ; atau “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan

luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi pikirannya

tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak

berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara

jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus). “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak

wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat. “delusion of influence” = waham dimana dirinya dipengaruhioleh suatu

kekuatan tertentu dari luar.

c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara

mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara

halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya

17

Page 18: Preskas Reza

mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan

dunia lain).

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan terus menerus.

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)

yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau

neologisme.

g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang

menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari

pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,

sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara

sosial.

Skizofrenia Paranoid, dapat didiagnosis menurut PPDGJ-III sebagai berikut :

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan :

- Halusinasi dan atau waham harus menonjol;

a. Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi

tawa (laughing).

18

Page 19: Preskas Reza

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat

seksual, atau lain –lain perasaan tubuh; halusinasi visual

mungkin ada tetapi jarang menonjol.

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau ”passivity” (delusion of passivity), dan

keyakinan dikeja – kejar yang beraneka ragam, adalah yang

paling khas.

- Gangguan afektif, doronngan kehendak dan pembicaraan, serta

katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

Pada pasien dilihat dari riwayat hidupnya adalah seorang dengan ciri kepribadian

narsisistik, yakni pasien sering membanggakan diri ataupun sesuatu yang dipunyai.

Pasien senang jika mendapat pujian dan kurang empati terhadap perasaan orang lain.

Kepribadian tersebut menetap hingga dewasa. Namun tidak ada hendaya berat dalam

kehidupan sehari – hari. Stressor muncul setelah ayah pasien meninggal dan pasien tidak

masuk ke perguruan tinggi negeri. Sehingga muncul gejala-gejal skizofrenia.

Pasien ditemukan kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid berdasarkan PPDGJ-III

yakni waham yang menonjol (waham kebesaran) yakni pasien merasa dirinya adalah

eksekutif muda dengan penghasilan yang banyak, pasien juga merasa dirinya adalah

seorang pemain sepak bola hebat dan terkenal.Gangguan afektif, serta adanya gangguan

mood dan afek juga ditemukan pada psien. Tidak terdapat penyakit GMO dan sudah

melampaui 1 tahun yang dimana perjalanan penyakitnya termasuk kronis.Terdapat juga

Positif dan negatif seperti perilaku yang aneh seperti tidak mengurus diri, tidak mandi

dan mengganti pakaian, pasien lebih sering marah – marah kepada pembantu dan

keponakan di tempat tinggal pasien serta hanya menyendiri di kamar.

Terapi yang diberikan Risperidon 2x2 mg per oral, merupakan golongan anti-

psikosis atipikal, memiliki afinitas terhadap Dopamin D2 Reseptor juga terhadap

serotonin 5 HT2 Reseptor (Serotonin-dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk

gejala negatif.Donepezil 1x5mg per oral, merupakan inhibitor kolinesterase terutama

digunakan untuk membantu meningkatkan fungsi kognitif.

19

Page 20: Preskas Reza

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia

III Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

2. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi

Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

3. Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, 2011. Konsensus

Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran

Jiwa Indonesia : Jakarta.

5. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.

Binarupa Aksara: Jakarta

20

Page 21: Preskas Reza

21

Tn. S, 32 tahun

Tahun 2011

Paseien pertama kali

mengalami peubahan

perilaku setelah ayah

pasien meninggal,

saat itu pasien dalam

masa kuliah dan

sedang mengerjakan

tugas akhir.

Perubahan dialami

seperti lebih sering

marah, menyendiri,

tidak mau kuliah.

Perubahan

perilaku

mengatakan

bahwa ia ingin

menjadi pelatih

sepak bola

terkenal, Tidak

rutin kontrol dan

minum obat

Pindah ke

apartemen kakak

karena

menganggu

tetangga dan

mengancam akan

membunuh

ibunya.

Tahun 2006 Tahun 2013Tahun 2008

pasien dibawa

berobat ke dokter

jiwa dan

mendapat obat

yakni haloperidol

dan stelazine.

Berobat jalan

selama 2 tahun.

Berlari di sekitar

apartemen,

terjatuh hingga

dislokasi siku

kanan.

Berobat di RS

Ridwan ke dokter

bedah dan

psikiater

mengancam

membunuh ibu,

di bawa ke

RSPAD, dirawat

selama 1 bulan

2 bulan SMRS

1 bulan SMRS

Pasien mengurung diri dikamar,

tidak mau ganti baju dan mandi,

Memukul pembantu rumah

tangga, mencoba memukul

keponakan