5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas...

18
5 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran SAVI a. Pengertian Model Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Menurut Joice (dalam buku Trianto, 2007: 1) menyatakan bahwa “ Each model guides us as we design intruction to help student achieve various objecticves”. Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut joice dan weil (dalam buku Trianto, 2007: 1) menyatakan bahwa Models of teaching are really models of learning. As we help student acquaire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn”. Hal ini berarti bahwa model belajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspesikan ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dipahami secara langsung; (3) suatu asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai unutk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu dekripsi dari suatu sistem yang mungkin imejiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Transcript of 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas...

Page 1: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

5

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran SAVI

a. Pengertian Model

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,

dan pengelolaan kelas.

Menurut Joice (dalam buku Trianto, 2007: 1) menyatakan bahwa “ Eachmodel guides us as we design intruction to help student achieve variousobjecticves”. Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa setiap modelmengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut joice dan weil (dalam buku Trianto, 2007: 1) menyatakan bahwa“Models of teaching are really models of learning. As we help studentacquaire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means ofexpressing themselves, we are also teaching them how to learn”. Hal iniberarti bahwa model belajar merupakan model belajar dengan model tersebutguru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi,ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspesikan ide diri sendiri. Selainitu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.

Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi

atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang

tidak dapat dipahami secara langsung; (3) suatu asumsi-asumsi, data-data, dan

inferensi-inferensi yang dipakai unutk menggambarkan secara matematis suatu

obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem

kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu dekripsi dari suatu

sistem yang mungkin imejiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat

menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Page 2: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

6

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, metode, dan prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengoganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.

b. Fungsi Model

Fungsi dari model pembelajaran di sini adalah sebagai pedoman bagi

perancang pengajara dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan oleh Joice dan Weil (dalam buku Trianto, 2007: 1)bahwa “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yangdi pergunakan sebagai upaya dalam merencanakan pembelajaran di kelas ataupembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkatpembelajaran seperti buku-buku, film, komputer, kurikuler dan lain-lain”. Halini menunjukkan bahwa setiap model yang akan di gunakan dalampembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajarantersebut.

Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar

memiliki fungsi :

1) Perencanaan pembelajaran(RPP) atau planing baik.

2) Pengaturan (tugas guru, tugas siswa, materi yang dibahas, sarana-

prasarana, layout di kelas, dan mekanisme pembelajaran) atau

organizing jelas dan teratur.

3) Pelaksanaan pembelajaran atau acting lancar dan suasana belajar

menyenangkan.

Page 3: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

7

4) Pengendalian proses pembelajaran atau controling mudah.

5) Hasil pembelajaran atau ending akan makin bagus.

c. Pembelajaran SAVI

Menurut (Herdy, 2007) SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual, dan

Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated

Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual,

auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol.

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan

belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera,

dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu

lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif

dan hidup.

1) Prinsip Dasar

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated

Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:

a) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh

b) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.

c) kerjasama membantu proses pembelajaran

d) pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan

e) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan

balik.

f) emosi positif sangat membantu pembelajaran.

g) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Jadi pada dasarnya pembelajaran savi ini lebih menonjolkan bagaimana siswa

menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara berpikir

siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali kemamapuannya dalam

memperoleh pengetahuan yang baru.

Page 4: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

8

2) Karakteristik

Menurut Henry (2009) sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu

Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian

yaitu:

a) Somatic

”Somatic” berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan

dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat.

Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan

melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan

tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

b) Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada

yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi

bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara

beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam

pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang

mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak

mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan

informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan

pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka

sendiri.

c) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat

lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera

yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika

dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku

atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika

mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan

sebagainya ketika belajar.

Page 5: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

9

d) Intektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar

yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan

hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat

dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan

memecahkan masalah.

Penelitian dr. Vernon magnesen, dari Universitas Texas tentang ingatan,

memberikan gambaran yang dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar. 2.1

Ilustrasi tentang Ingatan Manusia

Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua

aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya

mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat benar-benar memahami

secara langsung apa yang ia pelajari. Di sini juga sangat berperan dalam

penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam

memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga yang menarik dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar.

d. Pembelajaran Konvensional

Burrowes (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional

menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada

siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya

dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi

kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional

memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive

learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok

Page 6: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

10

kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis. Menurut Brooks & Brooks (1993),

penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan

pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai

proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali

pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.

Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran,

penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus

telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan)

dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan

unjuk kerja secara langsung). Dalam perkataan lain, guru lebih sering

menggunakan strategi atau metode ceramah dan/atau drill dengan mengikuti

urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan

program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi

yag ada dalam kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku

teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi,

pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan

proses (hands-on activities).

Berdasarkan definisi atau ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran

konvensional merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir menjadi

pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat

penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang

belajar (pebelajar). Dengan kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap

sebagai model transmisi pengetahuan (Tishman, et al., 1993). Dalam model ini,

peran guru adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi

kepada siswa. Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan

melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan.

e. Kelebihan Model Pemelajaran SAVI Dibandingkan Model Pembelajaran

Konvensional

Model pembelajaran SAVI memiliki banyak kelebihan dibandingkan model

pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa

perubahan dalam menerapkan model pembelajaran sangat mempengaruhi proses

Page 7: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

11

kegiatan belajar mengajar yang diterapkan dalam kelas. Berikut ini merupakan

kelebihan dalam proses pembelajaran SAVI:

1) Guru hanya sebagai fasilitator atau pendamping dalam pembelajaran.

2) Proses berpikir siswa dari kongkrit menjadi abstrak.

3) SAVI terdiri dari (Somatic, Auditori, Visual dan Intektual) yang

menekankan siswa selalu aktif dalam pembelajaran.

4) Siswa mengkonstruksi/membangun sendiri pemahamannya dalam proses

belajar mengajar.

2.1.2 Sintak Model Pembelajaran SAVI

Sintak Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,

dan pengelolaan kelas.

Sintak pembelajaran SAVI melalui beberapa fase:

1) Fase persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk

penerapan belajar auditori(A).

Pada awalnya guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang

akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar siswa, guru memberikan

tepuk tangan bagi yang bisa menjawab agar tercipta suasana kelas yang

menyenangkan. Kemudian guru menjelaskan materi akan disampaikan dengan

cara ceramah bervariasi.

2) Fase penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan

visual(V).

Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang

berada dekat dengan lingkungan siswa. Pada materi ini guru menyampaikan

gambaran percobaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, sehingga dapat

menciptakan nilai-nilai yang positif bagi siswa. Kemudian siswa diajak untuk

mengalami secara langsung dengan mengamatinya.

Page 8: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

12

3) Fase pelatihan (kegiatan inti) adalah bentuk penerapan sometic(S).

Pada tahap ini guru memberikan lembar pengamatan untuk dikerjakan

bersama teman kolompoknya (@ 8orang siswa) kemudian dipresentasikan di

depan kelas dengan bimbingan guru dibahas bersama-sama dan dikumpulkan.

Kemudian melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan materi

pembelajaran.

4) Fase penampilan hasil kegiatan penutup adalah sebagai bentuk belajar

intelektual(I).

Pada tahap ini guru memberikan soal pelatihan/ pertanyaan umpan balik

secara individu dan memberikan pemantapan berupa mengaitkan pembelajaran

yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

2.1.3 Pengertian Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu

tersebut untuk melakukan berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan

Suryabrata (1998). Purwanto (2003), motivasi adalah pendorong suatu usaha yang

didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak

kontinyuuntuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan

tertentu.

Hoy dan Miskel (1982) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu usaha

yang didasari untuk mengerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku

seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi adalah dorongan mental yang mengerakkan dan mengarahkan

perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dalam rangka memenuhi harapan.

Motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, mengerakkan,

menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara

1989). Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang

manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah

kekuatan luar (Winardi 2001: 207 ).

Page 9: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

13

a. Faktor-faktor Motivasi Belajar

Ghiselli dan Brown (Manopo, 1995), motivasi dipengaruhi oleh dua faktor,

faktor yang pertama adalah faktor internal dan faktor yang kedua adalah faktor

eksternal.

5) Faktor individu atau internal

Faktor individu adalah faktor pendorong motivator yang berasal dari dalam

diri individu, meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sifat fisik,

intelegensi dan lain-lain.

6) Faktor situasional atau eksternal

Faktor eksternal adalah faktor pendorong motivasi belajar yan berasal dari

luar diri individu, meliputi dukungan keluarga, hubungan dengan teman sekelas,

metode mengajar, kebijakan sekolah, sarana dan prasarana belajar, hubungan

dengan pengajar dan lain-lain.

b. Fungsi Motivasi Belajar dalam Pembelajaran

Menurut Sardiman (1986: 31), adapun fungsi-fungsi motivasi belajar adalah

sebagai berikut:

1) Memberikan semangat mengaktifkan siswa supaya tetap termotivasi dan

siaga.

2) Memusatkan perhatian siswa pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan

dengan pencapaian tujuan belajar.

3) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil

jangka panjang.

Hamalik (2000: 175) menyatakan fungsi motivasi adalah :

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi

tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian

tujuan yang diinginkan.

3) Sebagai pengerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.

Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan seseorang.

Page 10: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

14

2.1.4 Hasil Belajar

Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan

atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan

nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama

satu periode tertentu. Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang

dibuktikan melalui hasil tes.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar

mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,

(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Menurut Dimyati dan Mudjiono

(1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya

bahan pelajaran. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Ranah kognitif (pemahaman)

Ranah kognitif adalah ranah yang membahas dan berkanaan dengan proses

mental, seperti pemahaman terhadap pengetahuan, menyebutkan, pengenalan,

menduga, dan lain sebagainya. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif

adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal

dari tingkat pengetahuan sampai ke tngkat yang paling tinggi, yakni evaluasi.

Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang

berbeda-beda yaitu tingkat pengetahuan (knowledge), tingkat pemahaman

(comprehension), tingkat penerapan (aplication), tingkat analisis (analysis),

tngkat sintesis (synthesis), tngkat evaluasi (evaluation).

2) Ranah afektif (sikap dan perilaku)

Ranah adalah area yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan

sikap, perilaku, perasaan, dan nilai yang diklasifikasikan menjadi lima tingkat.

Page 11: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

15

Dengan demikian, berarti pengembangan nilai-nilai sikap, perasaan, dan perilaku

dapat dilakukan melalui pendidikan afektif. Lima tingkatan dalam ranah afektif

yaitu tingkat menerima (receiving), tingkat tanggapan (responding), tingkat

menilai, tingkat organisasi (organization), tingkat karakterisasi

(characterrization).

3) Ranah psikimotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang membahas hal-hal yang berhubungan

dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan kegiatan atau

gerakan yang bersifat jasmaniah. Dengan demikian, ranah psikomotorik adalah

ranah yang berhubungan dengan seluk-beluk yang terjadi karena adanya

koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik

tertentu. Dalam ranah psikomotorik terdiri dari empat tingkatan yaitu gerakan

reflek atau seluruh badan(gross body movements), gerakan terkoordinasi

(condinated movement), komunikasi non verbal (nonverbal communication),

keterampilan dalam berbicara (speech behavior).

Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan

siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menerima suatu pelajaran untuk

mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan alat penilaian yang

disusun guru berupa tes yang hasilnya adalah nilai kemampuan siswa setelah tes

diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses

belajar mengajar. Hasil belajar siswa dihitung berdasarkan evaluasi, pengukuran

dan asesmen.

2.1.5 PEMBELAJARAN IPA

a. Pengertian IPA

Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

poengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

Page 12: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

16

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekannkan pada poemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA di arahkan untuk inquiri

dan berbuat sehingga dapat membantu pesrta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

b. Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA(Harsono, 1993) diterapkan

dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan

pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar

yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan

dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak

sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus

memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban

tersebut.

2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan

aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara

klasik, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung

dengan dunia fisik.

3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh

dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta

didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan

MI oleh Refandi (2006) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa

tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 13: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

17

2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar

Sains tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta

diaplikasikan kedalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah

(Scintientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan

bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan

hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan

Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri yang

difalitasi oleh guru). Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan

digunakan mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkap Satuan Pendidikan) 2006

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya

melalui kegiatan membuat suatu

karya/model.

6.1.Mendeskripsikan sifat-sifat

cahaya.

6.2. Membuat suatu karya/

model, misalnya periskop atau

lensa dari bahan Sederhana

dengan menerapkan sifat-sifat

cahaya.

Page 14: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

18

c. Implementasi model SAVI dalam Pembelajaran IPA

Metode pembelajaran IPA dengan pendekatan SAVI yaitu cara belajar yang

melibatkan seluruh indera, belajar dengan bergerak aktif secara fisik dan membuat

seluruh tubuh atau pikiran ikut terlibat dalam proses belajar. Unsur-unsur

pendekatan SAVI adalah belajar Somatis, belajar Auditori, belajar Visual, dan

belajar Intelektual. Tindakan guru yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan SAVI adalah

dengan menyatukan keempat unsur SAVI ada dalam satu pembelajaran IPA.

Fase-fase dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan SAVI

adalah sebagai berikut :

Fase 1 : Pembukaan

Fase 2 : Guru memberitahukan materi yang akan diajarkan

Fase 3 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Fase 4 : Guru membahas materi dengan metode ceramah dan tanya

jawab sebagai bentuk dari penerapan belajar Auditori (A)

Fase 5 : Guru memperjelas dalam menerangkan materi dengan

menggunakan alat peraga sebagai bentuk dari penerapan

belajar Visual (V)

Fase 6 :Guru memberikan kegiatan berupa diskusi kelompok,

presentasi atas hasil diskusi kemudian pengumpulan hasil diskusi

sebagai bentuk belajar Somatis(S)

Fase 7 : Guru memberikan latihan soal/pertanyaan umpan balik kepada

siswa sebagai bentuk belajar Intelektual (I)

Fase 8 : Penutup

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Purwanti Silvianawati, 2011 dalam penelitiannya “Pengaruh Penerapan

Pembelajaran Tematik Kelas II SD dengan Menggunakan Model Pembelajaran

SAVI Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester

2 Tahun 2010/2011”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran SAVI lebih baik dalam

meningkatkan nilai siswa pada tema Hewan dan Tumbuhan, sehingga prestasi

Page 15: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

19

belajar yang dicapai lebih tinggi dengan hasil rata-rata prestasi untuk kelas

eksperimen 82.8125 dan 69.6875 untuk kelas kontrol. Dari hasil penelitian ini

dapat disarankan supaya menjadi bahan masukan untuk dapat menerapkan

pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada saat

proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.

Krisnawati, Ony. 2011 dalam penelitiannya “Mengubah miskonsepsi IPA

melalui model SAVI pada siswa kelas IV SDN Talangagung 01 Kecamatan

Kepanjen Kabupaten Malang” Menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini

menunjukkan penerapan model SAVI dapat mengubah miskonsepsi siswa,

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini

ditunjukkan dengan penurunan miskonsepsi siswa yakni 5 siswa (25%) masih

mengalami terkait sumber energi panas dan 4 siswa 20% masih mengalami

miskonsepsi terkait sumber energi bunyi, meningkatnya aktivitas belajar pada

siklus I mencapai rata-rata 84,7 dan siklus II mencapai rata-rata 94,42. Sedangkan

hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I dan II. Pada siklus I

diperoleh rata-rata 90,70 dan siklus II diperoleh rata-rata 89,37.

Fitrianingsih, Ika 2009 dalam penelitiannya Pembelajaran Matematika

dengan Pendekatan “SAVI” Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Menyimpukan

bahwa hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kombinasi efek antara

pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan motivasi belajar siswa. Ini berarti

bahwa prestasi belajar akan lebih tinggi dapat dicapai pada pembelajaran dengan

penggunaan pendektan SAVI dengan ditinjau dari motivasi belajar siswa yang

tinggi.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Model

Pembelajaran SAVI pada Mata Pelajaran IPA Kompetensi Mendeskripsikan Sifat

Cahaya terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Salatiga 01

Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012 adalah sebagai berikut: penggunaan

model pembelajaran di Kelas V SDN Salatiga 01 belum efektif karena belum

dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar, sehingga berimbas pada hasil

Page 16: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

20

belajar yang kurang optimal. Pengajaran merupakan suatu sistem yaitu sebagai

kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka pencapaiantujuan

yang diinginkan (Sumaatmadja,1984). Sebagai suatu sistem, pengajaran

mengandung sejumlah komponen antara lain pendekatan pembelajaran, oleh

karena itu pembelajaran akan menerapkan model pembeljaran SAVI untuk

mencapai tujuan yang dinginkan.

Penerapan model pembelajaran SAVI pada penelitian ini karena dapat

memotivasi siswa saat belajar dan memancing siswa untuk lebih dapat

menggunakan seluruh kemampuannya dan tertarik dalam proses pembelajaran,

sehingga siswa lebih giat belajar dan akan lebih tertarik untuk mengikuti

pembelajaran dan akan berimbas pada hasil belajar IPA akan meningkat.

Adapun kerangka berpikir model pembelajaran SAVI dapat dilihat pada

bagan di bawah ini.

Page 17: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

21

Gambar. 2.2

Bagan Kerangka Berpikir Model Pembelajaran SAVI

SiswaKurang

konsentrasi

Gurumenyampaikan matericeramah

Somatis (S)

PembelajaranIPA

n

Hasilbelajar <KKM

Gurufasilitatorpendamping

Intelektual(I)

Auditori(A)

PembelajaranKonvensional

Prosesberfikir:kongkrit keAbstrak

PBM

Prosesberfikir:

Abstrak kekongkrit

Visual (V)

SiswaMengkonstruksi

ModelPembelajaran

SAVI

Hasilbelajar ≥KKM

Diskusi,presentasi

Ceramah dantanya jawab

Penggunaanalat peraga danmedia

Pemberiansoal kepadasiswa

Page 18: 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA · Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

22

2.4 Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut :

Diduga penerapan model pembelajaran SAVI (somatic, auditori, visual,

dan intektual) pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa kelas V SDN Salatiga 01.