5. BAB I-III.docx
-
Upload
primastya-yudha-oktara -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
Transcript of 5. BAB I-III.docx
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditas perikanan dikenal sebagai bahan pangan yang tergolong mudah
dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi
yang mudah busuk karena kandungan protein dan air yang cukup tinggi pada
tubuhnya. Ikan hanya dapat bertahan 5-8 jam di udara terbuka sebelum mulai
mengeluarkan bau busuk dan makin cepat membusuk bila tidak segera mendapat
penanganan khusus.
Udang Indonesia merupakan salah satu komoditas utama dalam
industrialisasi perikanan budidaya karena memiliki nilai ekonomis dan permintaan
pasar tinggi. Berdasarkan data KKP, nilai ekspor semester I 2013 adalah sebesar
1,97 miliar dolar AS atau sebanyak 36,7 persen dari keseluruhan ekspor produk
dari sektor kelautan dan perikanan. Produksi udang nasional relatif stabil. Kondisi
ini menunjukkan usaha tambak udang memberikan nilai ekonomi yang layak dan
menguntungkan. Sentra-sentra produksi utama tambak udang adalah Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung dan Jawa Barat.
Udang Rebon merupakan salah satu jenis udang kecil. Udang ini tersebar
luas hampir di seluruh laut di Indonesia. Udang rebon adalah salah satu Famili
Penaeidae, Genus Penaeus. Dengan kulit agak keras, tetapi tidak kaku.
Di mancanegara, udang rebon dikenal dengan nama terasi shrimp. Boleh
jadi karena rebon jarang sekali dikonsumsi segar, melainkan dalam berbagai
bentuk olahan seperti abon, kerupuk udang, dan yang paling fenomenal adalah
terasi.
Udang rebon ternyata kaya akan protein dan mineral. Zat-zat yang
dikandungnya bahkan mampu menangkal osteoporosis, meningkatkan HDL
(kotsterol baik), sekaligus menurunkan kadar LDL (kolesterol jahat) dan lemak.
1.2. Tujuan
Mengetahui komoditas konsumsi dan non konsumsi pada udang rebon.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Udang Rebon
Penyebaran udang di Indonesia hampir meliputi seluruh perairan
Indonesia, mulai dari perairan barat Indonesia hingga ke perairan sebelah timur,
terutama daerah pesisir pantai atau daerah intertidal.
Udang rebon adalah salah satu Famili Penaeidae, Genus Penaeus. Dengan
kulit agak keras, tetapi tidak kaku. Mempunyai tanda istimewa pada badan
terdapat ban ungu hitam dan pada masing-masing ruas terdapat 2 ban. Warna
tersebut jelas sekali pada udang yang masih hidup. Warna kaki pada umumnya
berwarna merah. Memiliki ukuran Panjang badan dapat mencapai 35 cm dan
umumnya berukuran 20 – 25 cm. Bernama latin mysis sedangkan nama
internasionalnya trasi shrimp.
2.2. Kandungan Gizi dalam Udang Rebon
Selama ini udang rebon sering dikategorikan sebagai udangnya kaum
marginal. Dibandingkan dengan udang lainnya, rebon jauh lebih murah harganya.
Namun, dari nilai gizi, udang rebon tidak kalah dari jenis udang lain. Kandungan
gizi pada setiap 100g Udang Rebon dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Kandungan Gizi Udang Rebon Kering Udang Rebon Segar
Energi (kkal) 299 81
Protein (g) 59,4 16,2
Lemak (g) 3,6 1,2
Karbohidrat (g) 3,2 0,7
Kalsium (mg) 2306 757
Fosfor (mg) 265 292
Besi (mg) 21,4 2,2
Vitamin A 0 60
Vitamin B1 (mg) 0,06 0,04
Air (g) 21,6 79,0
Seperti hewan air lainnya, udang rebon merupakan sumber protein hewani
yang sangat baik. Seratus gram udang rebon segar mengandung protein sebesar
16,2 gram. Kandungan ini hampir sama dengan kandungan protein pada udang
segar. Protein berperan penting dalam pembentukan sel-sel dan jaringan baru
tubuh untuk memelihara pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak.
Keunggulan lain dari udang adalah kandungan kalsiumnya yang tinggi.
Seratus gram udang rebon segar mengandung 757 mg kalsium, sedangkan dalam
100 gram udang rebon yang sudah dikeringkan sebanyak 2.306 mg. Dengan
demikian, konsumsi udang rebon sangat baik untuk mencegah osteoporosis.
III. PEMBAHASAN
3.1. Komoditas Konsumsi
Udang Rebon lebih sering diaplikasikan menjadi bahan konsumsi. Hal ini
dikarenakan kandungan gizi yang baik jika diolah dan dikonsumsi. Salah satu
Contoh olahan yang berbahan dasar dari udang rebon adalah sebagai berikut
3.1.1. Terasi
Terasi merupakan produk berbentuk seperti pasta, berwarna merah
kecoklatan, dibuat dari udang atau ikan yang berukuran kecil dan
mempunyai aroma yang kuat (Rahman, 1992). Rebon dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan terasi karena rebon tersebut memiliki kulit
dan cangkang yang lunak sehingga memungkinkan untuk dihancurkan
secara sempurna (Suprapti, 2002).
Selain Udang Rebon sebagai bahan utama, juga terdapat bahan lain
seperti tepung tapioka, tepung beras, dan garam. Pembutan terasi rebon
menggunakan proses fermentasi. Dalam pembuatan produk-produk
fermentasi ikan/udang lainnya juga ditambahkan garam dalam jumlah
yang optimum untuk merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat. Oleh
karena itu fermentasi dalam ikan/udang seringkali merupakan gabungan
antara fermentasi garam dengan fermentasi asam laktat. Pada fermentasi
asam laktat terjadi proses otolisis atau enzimatis dengan adanya aktivitas
bakteri halofilik atau halotoleran. Fermentasi asam laktat berlangsung
secara anaerobik oleh mikrobia anaerob atau obligat anaerob. (Susanto,
1993)
Terasi sudah dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia. Terasi
sering digunakan sebagai bahan masakan khas Indonesia, salah satu
contohnya adalah sambal terasi. Selain di Indonesia, terasi juga dikenal di
luar negeri dengan nama shrimp paste.
3.1.2. Petis
Petis sebenarnya merupakan hasil samping dari proses pengolahan
masakan yang mengandung ikan atau udang (terutama dari hidangan
berkuah) yang dipanasi hingga airnya habis dan bentuknya menjadi seperti
pasta atau lebih padat lagi. Pada dasarnya, petis merupakan produk
pangan yang awet, karena kadar gulanya cukup tinggi (seperti halnya
kecap). Umur simpan petis antara 3 - 12 bulan, tergantung dari proses
pengemasan dan penyimpanannya.
Cara pembuatan petis berasal dari udang yang ditambahkan gula
pasir atau gula merah. Kemudian campuran tersebut dirbeus dan
didiamkan sampai berubah menjadi setengah kental. Selanjutnya
ditambahkan garam sambil diaduk dan direbus hingga menjadi adonan
yang kental.
3.2. Komoditas Non-Konsumsi
Udang rebon selain untuk dikonsumsi, juga memiliki fungsi lain yaitu
sebagai pakan buatan untuk ikan. Udang rebon tersebut sebelumnya diubah
menjadi tepung dan dicampur untuk dijadikan pelet. Tepung Udang Rebon
berperan baik dalam pewarnaan untuk ikan Koi karena mengandung karotenoid
jenis astaxsanthin. Udang Rebon memiliki kandungan protein yang setara dengan
tepung ikan. Tetapi penggunaan tepung Udang Rebon sebagai bahan tambahan
dalam pakan tidak boleh melebihi batas. Karena kadar fluoride pada Udang Rebon
akan membahayakan ikan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.
IV. KESIMPULAN
Udang Rebon merupakan salah satu jenis udang kecil. Udang ini tersebar
luas hampir di seluruh laut di Indonesia. Udang rebon memiliki nilai ekonomis
yang tinggi karena dapat diolah dan dikonsumsi. Contoh hasil olahannya adalah
terasi dan petis. Selama ini udang rebon sering dikategorikan sebagai udangnya
kaum marginal. Dibandingkan dengan udang lainnya, rebon jauh lebih murah
harganya. Namun, dari nilai gizi, udang rebon tidak kalah dari jenis udang lain.
Selain menjadi konsumsi, Udang ini dapat dijadikan tepung rebon. Tepung Rebon
tersebut dapat diolah lagi dan dijadikan pellet untuk pakan ikan karena kandungan
gizi yang baik