4.Persepsi.docx

41
PENDAHULUAN Persepsi sosial dalam arti mengenali dan mengerti orang lain, merupakan aktivitas yang sangat kompleks karena orang lain juga merupakan sesuatu yang kompleks. Tidak mudah mengenali orang lain karena selain karakteristik yang dimiliki setiap orang sangat banyak, orang juga tidak selalu menampilkan diri apa adanya dan bisa jadi menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Namun, meskipun persepsi sosial merupakan tugas yang sangat kompleks kegiatan ini merupakan hal yang perlu dan harus kita lakukan karena peran orang lain sangat penting dalam hidup kita. Di mana pun kita berada, kita selalu berada bersama orang lain. Dunia manusia adalah dunia bersama dan untuk hidup di situ kita harus juga berhubungan erat serta mengerti orang lain. Persepsi sosial juga berhubungan erat dengan kesehatan mental. Kesehatan mental salah satunya

description

4.Persepsi.docx

Transcript of 4.Persepsi.docx

Page 1: 4.Persepsi.docx

PENDAHULUAN

Persepsi sosial dalam arti mengenali dan mengerti orang lain,

merupakan aktivitas yang sangat kompleks karena orang lain juga

merupakan sesuatu yang kompleks. Tidak mudah mengenali orang lain

karena selain karakteristik yang dimiliki setiap orang sangat banyak, orang

juga tidak selalu menampilkan diri apa adanya dan bisa jadi

menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Namun,

meskipun persepsi sosial merupakan tugas yang sangat kompleks kegiatan

ini merupakan hal yang perlu dan harus kita lakukan karena peran orang

lain sangat penting dalam hidup kita. Di mana pun kita berada, kita selalu

berada bersama orang lain. Dunia manusia adalah dunia bersama dan

untuk hidup di situ kita harus juga berhubungan erat serta mengerti orang

lain.

Persepsi sosial juga berhubungan erat dengan kesehatan mental.

Kesehatan mental salah satunya ditandai oleh fungsi sosial dari individu.

Fungsi sosial mensyarakatkan kemampuan untuk mengenali keadaan

emosional diri sendiri dan orang lain, sehingga diperlukan juga

kemampuan menganalisis ekspresi wajah. Sangat rendahnya kemampuan

mengenali keadaan emosi melalui ekspresi wajah merupakan karakteristik

utama pada penderita skizofrenia (Baudouin & Nicolas Franck, 2008).

Defisit kemampuan kita itu tampak ketika perasaan dikomunikasikan baik

Damelalui ekspresi wajah maupun melalui modalitas lainnya.

Page 2: 4.Persepsi.docx

PEMBAHASAN

1. Pengertian Persepsi Sosial

Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses

pemerolehan, penafsiran, pemiliihan dan pengaturan informasi indrawi.

Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran,

pemilihan dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang

diperoleh, ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari

lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.

Secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan

orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi

sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Sebagai bidang

kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk

kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain (Teiford, 2008). Teori-

teori dan penelitian sosial berurusan dengan kodrat, penyebab-penyebab

dan konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri

sendiri, individu lain, kategori-kategori sosial dan kumpulan atau

kelompok tentang seseorang tergabung atau kelompok lainnya. Persepsi

sosial juga merujuk pada bagaimana orang mengerti dan

mengategorisasikan dunia. Seperti persepsi lainnya, persepsi sosial

merupakan sebuah konstruksi. Sebagai hasil konstruksi, pengetahuan dan

pemahaman yang diperoleh dari persepsi sosial tidak selalu sesuai dengan

kenyataan.

Dengan persepsi sosial kita berusaha

Page 3: 4.Persepsi.docx

Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, dikehendaki

dan didambakan orang lain

Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan

ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata dan

tingkah laku mereka

Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain

berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.

2. Persepsi Sosial Sebagai Proses

Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita

untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses ini, kita

membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan

pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang

rangsang-rangsang yang relevan dan mood kita saat ini. Manusia

cenderung beroperasi di bawah bias-bias tertentu keitka membentuk kesan

tentang orang lain. Contohnya, ketika cenderung berpersepsi bahwa orang

yang berpakaian rapi sebagai orang baik (baik hati, dermawan atau

menyenangkan) daripada orang yang pakaiannya berantakan.

Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari

penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut dengan efek halo. Di

ini lain, kita juga bisa menilai orang yang berpakaian tidak rapi,

mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan, serta cara bicara yang apa

adanya sebagai orang yang tidak baik, sembarangan, atau tidak

Page 4: 4.Persepsi.docx

berpendidikan. Apa yang ditampilkan orang lain secara fisik

mempengaruhi cara kita menilai aspek psikologisnya.

Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-

tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain.

Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan

untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari

informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan

tentang apa kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain.

Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan-

penyimpulan dari tanda-tanda nonverbal.

Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku

nonverbal dan verbal, kita membentuk kesan-kesan tentang orang lain.

Kita bisa mendapatkan kesan apakah orang lain yang kita temui ramah,

baik hati, judes, pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya. Kesan-kesan itu

tidak bisa kita kenali secara sendiri-sendiri, melainkan kita perbandingkan

satu sama lain untuk mendapatkan kesan yang lebih menyeluruh tentang

orang lain. Asch (1946) menunjukkan bahwa orang melakukan persepsi

terhadap sifat-sifat dalam hubungannya satu sama lain sehingga sifat-sifat

itu dipahami sebagai bagian yang terintegrasi dengan kepribadian orang-

orang yang memilikinya. Sekali kita membentuk kesan tentang orang lain,

kita cenderung tidak suka mengubahnya bahkan jika kita menenukan fakta

yang bertentangan dengan kesan itu.

Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi. Dalam proses

persepsi sosial, atribusi merupakan langkah awal dari pembentukan kesan.

Page 5: 4.Persepsi.docx

Istilah atribusi secara umum merujuk pada proses mengenai penyebab dari

tingkah laku orang lain dan sekaligus memperoleh pengetahuan tentang

sifat-sifat serta disposisi yang menetap pada orang lain (lihat di antaranya

Heider, 1958; Jones & Davis, 1965; Kelley 1972; Graham & Folkes, 1990;

Read & Miller, 1998).

3. Tingkah Laku dan Komunikasi Nonverbal

Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain,

kita berusaha menemukan informasi-informasi tentang orang lain. Bisa saja kita

bertanya kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Akan

tetapi, cara initidak selalu memberikan hasil yang tepat. Orang bisa saja

mengatakan sesuatu yang berbeda, bahkan bertentangan dari yang dialaminya.

Apalagi jika orang lain itu adalah orang yang baru kita kenal. Orang-orang

cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain yang

baru dikenalnya. Mereka bahkan berusaha menutupi atau membantah informasi

tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya, terutama pada saat mereka merasa

emosi negatif. Usaha untuk menutupi dan menyembunyikan perikiran dan

perasaan juga dilakukan pada orang-orang yang melakukan kejahatan. Usaha

untuk menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakan hampir selalu

ditampilkan orang-orang yang sedang melakukan negosiasi, juga pada orang yang

sedang berjudi. Kita tidak dapat mengandalkan informasi verbal mereka untuk

mengetahui serta mengerti apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Apa yang

mereka katakan, tidak jarang bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan

dan rasakan.

Page 6: 4.Persepsi.docx

Dalam keadaan seperti itu, untuk memahami orang lain kita

mengendalkan informasi yang ditampilkan oleh penampilan fisik mereka;

kita mencoba mengenali mereka melalu tingkah laku nonverbal mereka,

seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh dan gerakan

badan. Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai

beragam tujuan (Patterson, 1983), sebagai berikut.

a. Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan

dan niat secara ajek. Contohnya, emosi sedih yang dialami

seseorang dapat dikenali dari ekspresi wajanya meskipun orang itu

menyatakan ia tidak sedang sedih

b. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan

mengelola interaksi. Sebagai contoh, dalam kegitan diskusi,

ekspresi wajah atau seseorang yang mengangkat tangan dapat

menjadi tanda bahwa orang itu hendak ikut berbicara dalam diskusi

sehingga peserta diskusi lainnya dapat member kesepatan padanya.

c. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menangkap

keintiman, misalnya melalui sentuhan, rangkulan dan tatapan mata.

d. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan

dominasi atau kendali, seperti kita kenal dalam ancaman nonverbal

seperti mata melotot, rahang yang dikatupkan rapat-rapat dan

gerakan-gerakan yang diasosiasikan sebagai tindakan agresif

tertentu.

e. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menfasilitasi

pencapaian tujuan, dengan menunjuk, member tanda pujian dengan

Page 7: 4.Persepsi.docx

mengangkat jempol dan menampilkan senyum sebagai tanda

memberi dukungan positif.

Dari penampilan fisik tersebut, kita mengenai tanda-tanda

nonverbal untuk mencari tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan orang

lain. Di sisi lain, orang lain juga mencoba mengenali kita melalui tingkah

laku nonverbal. Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal

itu disebut sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal

didefinisikan sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata, baik

secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam komunikasi nonverbal kita

mencermati:

Ekspresi wajah

Kontak mata

Sentuhan

Postur

Gesture (gerakan-gerakan tubuh)

Tingkah laku nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi,

menunjukkan sikap, mengomunikasikan sifat-sifat kepribadian, dan

menfasilitasi atau memperbaiki komunikasi verbal.

Dalam keseharian sehari-hari, kita sering melakukan komukikasi

nonverbal. Contohnya, saat melewati rumah tetangga dan orangnya sedang

duduk diteras depan, kita tersenyum kepadanya dan ia juga membalas

senyum. Di situ kita telah melakukan komunikasi nonverbal dengan

tetangga kita. Orang juga sering menggunakan komunikasi nonverbal pada

saat tertarik kepada lawan lain untuk menunjukkan kekaguman atau

Page 8: 4.Persepsi.docx

kepedulian merupakan tanda-tanda nonverbal yang sering digunakan

dalam komunikasi non verbal.

Penelitian-penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi

nonverbal banyak dilakukan oleh psikolog sosial (diantaranya Ekman &

Frieson, 1974; Izard, 1991; Keltner, 1995; Forest & Fieldman, 2000;

Neumann & Strack, 2000; DePaulo et al, 2003). Dari penelitian-penelitian

itu diperoleh pemahaman bahwa tanda-tanda nonverbal yang ditampilkan

orang lain dapat mempengaruhi perasaan kita, bahkan ketika kita tidak

member perhatian kepada hal itu secara sadar: Pengaruh tanda-tanda

nonverbal bekerja meskipun kita tidak memfokuskan atau memikirkannya.

Contohnya, ketika kita tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang

menampilkan ekspresi wajah marah dan tekanan suara yang tinggi, ktia

bisa dengan tiba-tiba juga menampilkan ekspresi wajah marah atau kesal

dan tekanan suara kita pun meninggi. Kita bisa juga menjadi takut jika

orang lain itu adalah atasan kita. Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa

tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional. Neumann dan

Strack (2000) menunjukkan terjadinya penularan emosional itu melalui

penelitiannya. Mereka menemukan bahwa ketika orang mendengarkan

orang lain membaca pidato, tekanan suara orang yang membaca itu

(senang, netral, atau sedih) dapat mempengaruhi mood atau suasana hati si

pendengar meskipun si pendengar berkonsentrasi pada isi dari pidato yang

dibacakan. Penularan emosional adalah sebuah mekanisme transfer

perasaan yang seakan-akan berlangsung secara otomatis dari satu orang ke

orang lain.

Page 9: 4.Persepsi.docx

Saluran Komunikasi Nonverbal

Ketika orang mengalami perasaan tertentu, apa yang mereka

rasakan terlihat dalam tingkah laku nonverbal mereka. Secara sadar atau

tidak sadar, mereka menyalurkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan

melalui bagian-bagian tubuh tertentu. Pada bagian-bagian tubuh itu,

aktivitas nonverbal berlangsung dengan memanfaatkan fungsi-fungsi

bagian tubuh itu masing-masing. Aktivitas-aktivitas nonverbal pada

bagian-bagian tubuh itu disebut saluran-saluran nonverbal karena

semuanya menyalurkan tanda-tanda nonverbal yang dapat menjadi

petunjuk tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang. Penelitian-

penelitian tentang komunikasi nonverbal menemukan ada lima saluran

komunikasi nonverbal : ekspresi wajah, kontak mata, gerakan badan,

postur dan sentuhan

Ekspresi Wajah sebagai Tanda dari Emosi Orang Lain

Melalui ekspresi wajah, kita dapat mengenali dan mengerti emosi

orang lain. Penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah

dengan emosi menunjukkan bahwa ada lima emosi dasar yang jelas

diwakili oleh ekspresi wajah (Izard,1991; Rozin, Lowey & Ebert 19994)

yaitu marah, takut, bahagia, kaget, jijik. Ekspresi wajah selain

mengungkapkan emosi secara sendiri-sendiri, juga dapat mengungkapkan

kobinasi emosi, seperti marah bercampur kaget dan sedih bercampur takut.

Persoalan tentang apakah ekspresi wajah sebagai cerminan emosi

berlaku secara universal, banyak dikaji oleh para ahli komunikasi

nonverbal. Riset-riset awal tentang ekspresi emosi memberikan hasil yang

Page 10: 4.Persepsi.docx

memperkuat pernyataan bahwa ekspresi wajah tidak universal (di

antaranya Ruseel 1994; Carol & Russel, 1996). Perbedaan budaya ikut

berperan dalam menentukan ekspresi wajah sperti apa yang ditampilkan

pada situasi emosional tertentu (Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).

Kontak Mata sebagai tanda Nonverbal

“Mata adalah jendela jiwa”. Pernyataan dari penyair kuni ini

mendapat penguatan dari penelitian-penelitian tentang hubungan antara

kontak mata dan tatapan sebagai tanda-tanda nonverbal dengan keadaan

emosional. Kontak mata menyediakan informasi sosial dan emosional

(Zimbardo, 1977; Kleinke, 1986). Orang secara sadar atau tidak sadar

sering melakukan aktivitas yang melibatkan kontak mata. Contoh, pada

saat orang ingin mengetahui apakah suasana hati orang lain yang sedang

ditemuinya bervalensi negatif atau positif, orang melihat kepada mata

orang lain itu.

Dalam beberapa konteks, pertemuan dua mata membangkitakan

emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia, kontak mata

dapat menimbulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau

kebangsaan yang berbeda. Mempertahankan kontak mata dengan

supervaisor di perusahaan atau dengan orang yang lebih tua dapat

membuat kita dianggap kasar, tidak sopan, dan agresif. Hal ini berbeda

dengan masyarakat barat.

Untuk masyarakat barat, pada level yang tinggi, kontak mata

mencerminkan persahabatan dan rasa suka. Kontak mata merupakan

unsur penting dalam penjajakan hubungan intim dan percintaan. Kontak

Page 11: 4.Persepsi.docx

mata yang lama juga menjadi tanda dari ketertarikan dan keinginan

mengenal lebih jauh.

Gerak-gerik, Gerakan Badan, dan Postur

Tubuh kita merupakan salah satu alat untuk mengekspresikan

perasaan kita. Umumnya orang menampilkan gerakan yang berbeda pada

saat marah, kesal, senang, dan sedih. Posisi tubuh berubah, gerakan

berubah baik dari bentuk maupun kecepatannya. Gerakan badan

mencerminkan keadaan emosionalnya. Sebagai salah satu saluran

komunikasi nonverbal, gerakan badan memberikan kita tanda-tanda

nonverbal sehingga kita dapat mengenali dan mengartikan keadaan

emosional orang lain. Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur

biasa disebut juga bahasa tubuh (body language).

Bahasa tubuh dapat menunjukkan kepada kita keadaan emosional

orang lain. Banyaknya gerakan yang dilakukan orang dapat memberi kita

petunjuk tentang keadaan terangsang yang sedang dialami orang tersebut.

Gerakan dalam jumlah besar dan berulang-ulang yang ditampilkan

seseorang menunjukkan orang itu dalam keadaan terangsang. Semakin

besar frekuensi gerakan, semakin tinggi pula tingkat keterangsangan yang

dialami. Gerakan-gerakan kecil (gesture) yang berulang-ulang dapat

mencerminkan perasaan cemas dari orang yang melakukannya.

Aronoff, Woike, & Hyman mengatakan bahwa gerakan besar yang

melibatkan seluruh tubuh dapat juga menjelasakan perasaan orang yang

menampilkannya. Gerakan semacam itu dapat menunjukkan perasaan

terancam, keterbukaan, keinginan untuk menantang, rasa hormat, kagum,

Page 12: 4.Persepsi.docx

dan sebagainnya. Sebagai contoh, seseorang yang mengerutkan dahi ketika

sedang kebingungan.

Gestur dapat memberikan informasi yang lebih banyak tentang

perasaan orang lain. Salah satu yang terpenting dari gestur adalah emblem,

yaitu gerakan tubuh yang membawa makna khusus dalam budaya tertentu.

Contoh, di budaya tertentu gerakan meloncat setelah mencapai

keberhasilan dianggap sebagai cara yang baik untuk menampilkan

kegembiraan, sedangkan pada budaya lain gerakan seperti itu bisa saja

dianggap ungkapan dari kesombongan.

Gestur tertentu memiliki makna yang berbeda untuk perempuan dan

laki-laki (Schubert, 2004). Untuk laki-laki, gestur yang menunjukkan

kekuatan seperti menghentakkan kedua tangan yang mengepal merupakan

ungkapan kekuatan sedangkan untuk perempuan mengungkapkan perasan

lemah atau panik.

Sentuhan

Pemahaman terhadap apa yang hendak diungkapkan melalui

sentuhan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: (1) siapa yang

menampilkan sentuhan (keluarga,teman,orang asing,orang sesame jenis

kelamin, atau berbeda jenis kelamin); (2) jenis kontak fisik (lama atau

sebentar, lembut atau kasar, bagian tubuh mana yang disentuh); dan (3)

konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan )situasi bisnis,situasi

social,atau ruang praktik dokter).

Pengenalan serta pemahaman terhadap pikiran dan perasaan orang lain

melalui sentuhan merupakan kegiatan yang sangat kompleks.Namun, dalam

Page 13: 4.Persepsi.docx

beberapa budaya, jeni-jenis sentuhan tertentu secara konvensional dipahami

sebagai ekspresi dari pikiran dan perasaan tertentu. Pada masyarakat Barat,

sentuhan sering kali menghasilkan reaksi positif pada orang yang

disentuh(Alagna, Whitcher, & Fisher, 1979; Smith, Gier, & Willis, 1982).

Sedangkan pada masyarakat lain, reaksi terhadap sentuhan bisa berbeda.

Bentuk sentuhan yang umum di berbagai budaya ketika bertemu dengan

orang lain adalah berjabat tangan. Dari informasi tentang bagaimana orang

berjabat tangan, ada banyak pengetahuan yang kita dapat tentang orang lain.

Bahkan kita dapat mengetahui kepribadian orang dari caranya berjabat tangan.

Jabat tangan yang mantap merupakan cara jabat tangan yang baik untuk

memeberikan kesan positif terhadap orang lain (Chaplin. Et al, 2000). Semakin

mantap dan lama jabat tangan dilakukan, semakin kuat kesan positif yang

dihasilkan.

Komunikasi Nonverbal melalui Multi-saluran

Dalam interaksi sehari-hari, kita biasanya menerima informasi dari

beragam saluran dalam waktu bersamaan.Archer dan Arkert (1991) menunjukkan

bahwa orang mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam

saluran komunikasi nonverbal dengan cukup tepat, dengan memanfaatkan

berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang. Misalnya, orang

ekstrovert lebih baik kemampuannya daripada yang introvert.

Page 14: 4.Persepsi.docx

Perbandingan antara informasi dari saluran-saluran informasi yang

berbeda dapat meningkatkan ketepatan penafsiran terhadap tingkah laku

nonverbal. Dengan mencermati bergam tanda dari beragam saluran komunikasi

nonverbal, dapat diperoleh pengenalan dan pemahaman yang lebih komprehensif

tentang apa yag dirasakan orang lain.

A.ATRIBUSI: MEMAHAMI SEBAB-SEBAB DARI TINGKAH LAKU

ORANG LAIN

Atribusi adalah proses dimana kita mencoba untuk menafsirkan sebab-

sebab dari mengapa sebuah fenomena menampilkan gejala-gejala tertentu.

Terdapat beberapa teori atribusi, yaitu:

1. Teori Atribusi dari Heider

Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Heider (1925). Dalam

tradisi fenomologi, pertanyaan yang dilakukan adalah bagaimana kita melakukan

kontak dengan dunia nyata jika pikiran kita hanya memiliki data indrawi (kesan

dan pengalaman). Psikologi gestalt mencoba untuk mengenali prinsip-prinsip

yang mengatur bagaimna pemikiran membuat penyimpulan tentang dunia dari

data indrawi. Heider bertanya, bagaimana kita “mengatribusi data-data indrawi

kepada objek-objek tertentu di dunia”. Atribusi dihubungkan kembali kapada

sumber asalnya.

Heider percaya bahwa orang seperti ilmuwan amatir, berusaha unruk

mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan

Page 15: 4.Persepsi.docx

informasi-informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal

tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu.

Menurut Heider, ada dua sumbert atribusi tingkah laku, yaitu: atribusi

internal atau disposisional dan atribusi eksternal atau lingkungan. Pada atribusi

internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-

sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku). Pada atribusi

esternal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi

tempat orang itu berada.

2. Teori Atribusi dari Kelley

Menurut Kelley, untuk menjadikan tingkah laku konsisten orang membuat

atribusi personal ketika konsensus dan kekhususan rendah. Sedangkan pada saat

konsensus dan kekhususan, orang membuat atribusi stimulus. Jadi, atribusi

dipengaruhi oleh faktor-faktor dari interaksi orang dengan situasi yang

dihadapinya, bukan pada faktor intensional.

Konsensus didefinisikan sebagai sejauh mana orang lain bereaksi terhadap

beberapa stimulus atau kejadian dengan cara yang sama dengan orang yang

sedang kita nilai. Sedangkan, kekhususan adalah sejauh mana seseorang

merespons dengan cara yang sama dengan stimulus atau kejadian yang berbeda.

Istilah yang juga penting konsistensi yang didefinisikan sebagai sejauh mana

seseorang merespons stimulus atau situasi dengan cara yang sama dalam berbagai

peristiwa. Konsistensi juga merupakan faktor penting dalam menentukan apakah

atribusi yang dihasilkan melibatkan faktor personal atau stimulus.

Page 16: 4.Persepsi.docx

Dimensi Lain dari Atribusi Kausal

Selain ingin mengetahui apakah tingkah laku orang lain disebabkan oleh

faktor internal atau eksternal, kita juga biasanya ingin mengetahui apakah faktor

penyebab yang mememengaruhi tingkah laku itu menetap atau hanya sementara

dan apakah faktor-faktor itu dikendalikan atau tidak (Weiner, 1993 , 1995).

Dimensi atribusi kausal ini terlepas dari dimensi internal-eksternal. Ada faktor

penyebab internal yang stabil serta tidak berubah seiring waktu dan ruang, seperti

sifat kepribadian dan tempramen (Miles, & Carey, 1997). Di sisi lain, ada faktor

penyebab internal yang berubah-ubah seperti motif, kesehatan, kelelahan, dan

suasana hati. Hal serupa juga berlaku pada faktor-faktor penyebab eksternal.

Norma social serta kondisi geografis merupakan contoh factor penyebab eksternal

yang menetap, sedangkan nasib baik dan tutntutan orang lain merupakan contoh

penyebab eksternal yang berubah-ubah.

Kita dapat melakukan atribusi dengan menggunakan baragam penyebab

potensial yang berbeda. Contoh berikut ini dapat menunjukkan kepada kita

tentang hal tersebut. Ketika kita bertemu dengan seorang teman yang memuji kita

penampilan kita, kita merasa senang dan menilai usaha kita memilih baju tadi pagi

tidak sia-sia. Kita juga bisa menilai bahwa teman tersebut memiliki selera yang

relatif sama dengan kita. Akan tetapi, setelah bercakap-cakap beberapa saat,

teman kita mengajukan permintaan permohonan untuk mengerjakan sebuah

pekerjaan yang tidak mudah. Permintaannya itu membuat kta mempertanyakan

Page 17: 4.Persepsi.docx

lagi mengapa ia memuji penampilan kita. Kita bisa saja berpikir, ’jangan-jangan,

ia memuji karena mau mengambil hati supaya saya mau membantunya?’ Namun

terlepas dari keinginannya meminta bantuan mungkin juga dia sungguh-sungguh

ingin memuji penampilan kita. Ada dua hal yang mungkin menjadi penyebab dari

tingkah laku teman kita tersebut. Kita bisa saja terlibat discounting, yaitu kita

menilai penyebab pertama bahwa ia punya selera yang relatif sama dan berbaik

hati memuji kita menjadi kurang penting atau meruapakan efek dari penyebab

lain, yaitu meminta bantuan kita. Banyak penelitian tentang gejala hal ini

menunjukkan bahwa discounting merupakan hal yang cukup umum terjadi

memberikan pengaruh yang besar terhadap atribusi kita dalam berbagai situasi.

Kita bayangkan kemungkinan kejadian lain. Jika teman kita yang

memeberikan pujian itu adalah orang yang setahu kita tidak pernah atau jarang

sekali memuji penampilan orang lain, maka kita bisa jadi menilai tingkah laku

memujinya itu sebagai tindakan yang tulus. Permintaan bantuannya mungkin

memang sudah sejak awal diniatkan untuk disampaikan kepada kita, tetapi hal

tersebut disampaikan belakangan karena ia sungguh-sungguh tergugah oleh

penampilan kita. Psikolog social menyebut gejala seperti ini sebagai augmenting,

yaitu kecenderungan untuk menambahkan bobot atau sifat penting terhadap

sebuah faktor yang mungkin memfasilitasi tingkah laku yang ditampilam ketika

bersamaan. Dengan pertimbangan bahwa tingkah laku itu tetap ditampilkan, kita

menilai bahwa faktor yang memfasilitasi tingkah laku itu jauh lebuh besar

pengaruhnya daripada factor yang menghambatnya.

TEORI KEPRIBADIAN TERSIRAT (IMPLICIT PERSONALITY

THEORIES)

Page 18: 4.Persepsi.docx

Dari pendekatan kognisi sosial, penjelasan tentang bagaimana kita

mengenali dan mengerti orang lain dapat diperoleh dalam konsep tentang teori

kepribadian tersirat (implicit personality theory), yaitu sebuah jenis skema yang

digunakan orang untuk mengelompokkan beragam jenis sifat-sifat kepribadian.

Orang menggunakan teori itu untuk membentuk kesan tentang orang lain dalam

waktu cepat.

Menurut Rosenberg dan Sedlack, (1972), banyak orang berbagi teori

kepribadian tersirat dalam sebuah budaya. Hoffman (1986) menemukan bahwa

partisipan yang berbahasa bilingual Cina-Inggris membentuk penafsiran berbeda

terhadap orang yang sama, bergantung pada apakah mereka membaca deskripsi

dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Cina. Dengan deskripsi berbahasa Inggris,

kesan artistik dibangkitkan, sedang dengan deskripsi berbahasa Cina, sebuah

kesan tentang Shi Gu (nama kota) dibangkitkan. Isi deskripsinya sama, hanya

bahasa yang digunakan berbeda. Bahasa sebagai perwujudan dari budaya

memberikan keramgka penafsiran terhadap objek-objek di dunia, juga penafsiran

terhadap orang lain.

Dalam membentuk kesan, kita dapat menggunakan jalan-pintas mental.

Ketika tingkah laku seseorang tampak ambigu, tidak jelas teori atau sifat apa yang

akan kita gunakan untuk memersepsikan orang tersebut. Dalam keadaan tersebut,

kesan bisa jadi ditentukan oleh seberapa mudah kita bisa mengakses sebuah

kategori sifat kepribadian, misalnya jika kita tahu orang itu dikenal sebagai orang

yang ramah, maka jika suatu kali ia tidak menegur temannya, kita memersepsikan

ia tidak melihat temannya atau sedang terburu-buru. Cara ini merupakan jalan-

pintas mental untuk memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang.

Page 19: 4.Persepsi.docx

Beberapa sifat yang pernah dipersepsikan di masa lalu, digunakan untuk

memersepsikan tingkah laku saat ini. Sifat-sifat lain dapat dimunculkan melalui

priming, yaitu sebuah proses mengakses sifat-sifat khusus melalui pengalaman

saat ini. Higgins,dkk (1977) memberi ilustrasi operasi priming dalam studi

mereka. Ketika partisipan penelitian mengingat kata positif atau negatif dan

kemudian membaca paragraf yang ambigu tentang karakter bernama Donald, serta

membentuk kesan, maka mereka yang mengingat kata-kata positif akan

membentuk kesan positif lebih banyak tentang Donald daripada partisipan yang

mengingat kata0kata negatif.

B.BIAS-BIAS DALAM PERSEPSI SOSIAL

Kita sering menilai orang berdasarkan penampilan pertamanya. Orang

yang menampilkan kesan baik pada saat pertama kali bertemu, cenderung kita

anggap baik untuk seterusnya. Bias seperti ini biasanya disebut efek halo. Kita

juga cenderung menilai orang yang menampilkan kesan buruk pada saat kita

pertama kali bertemu dengannya, sebagai orang yang buruk seterusnya. Bias

seperti ini disebut negativitas. Kecenderungan mengandalkan penilaian terhadap

orang lain pada kesan pertama merupakan bias karena penyimpulan yang kita buat

tidak didasari informasi yang lengkap. Informasi tentang seseorang yang kita

peroleh pada saat pertama kali kita bertemu dengannya tidak mewakili

keseluruhan pikiran dan perasaan orang tersebut.

Dalam keseharian, tidak jarang kita menilai orang dari serangkaian

tindakannya yang dapat kita asosoasikan dengan sifat-sifat tertentu. Contohnya,

Page 20: 4.Persepsi.docx

ketika kita sedang menghadiri sebuah rapat yang sudah berlangsung lebih dari

setengah jam, seorang peserta rapat yang tidak kita kenal baru datang. Ia masuk ke

ruangan rapat dengan gerakan yang tampak tergesa-gesamenuju tempat duduk

yang disediakan untuknya. Setelah duduk, ia membuka tasnya dan mencari

sesuatu di tas tersebut. Kemudian, ia mengeluarkan beberapa barang dari tasnya

untuk memasukkan kembali semua barang itu ke tasnya. Lalu, ia merogoh

sakunya dan sepertinya menemukan apa yang ia cari. Pakaian yang dkenakannya

tampak kusut dan rambutnya tidak tersisir rapi. Kita bisa saja dengan sangat

mudah menilainya sebagai orang yang tidak bisa mengatur dirinya dan

berantakan. Apakah penilaian kita akurat? Bisa jadi, tidak. Orang itu

menampilkan tingkah laku tersebut, bisa jadi karena faktor-faktor eksternal yang

tidak terhindarkan, misalnya pesawat yang ditumpangi ditunda keberangkatannya,

sehingga ia tidak sempat lagi mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadiri

rapat ini.

Kecenderungan untuk menempatkan faktor internal atau penyebab

disposisional, cukup besar ditampilkan oleh banyak orang. Fenomena yang

ditandai oleh kecenderungan kurang mempertimbangkan faktor penyebab

eksternal disebut oleh Jones (1979) sebagai bias korespondensi. Penelitian Gilbert

dan Malone (1995) menunjukkan bukti-bukti dari adanya kecenderungan

menunjuk faktor disposisional sebagai penyebab tampilnya tingkah laku, bahkan

dalam situasi yang jelas penyebabnya. Kecenderungan ini muncul dari konteks

yang luas dan cukup umum terjadi di berbagai situasi. Dalam psikologi sosial,

bias seperti ini merujuk pada kesalahan atribusi fundamental, yaitu kecenderunagn

untuk memersepsikan orang lain sebagaimana yang ditampilkannya karena sifat-

Page 21: 4.Persepsi.docx

sifat yang dimiliki orang lain tersebut. Contohnya, orang yang menampilkan

tingkah laku yang umumnya dianggap baik pada waktu tertentu, cenderung

langsung dinilai sebagai orang baik, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor

eksternal yang mungkin menjadi penyebabnya.

Bila persepsi lain yang cenderung kita lakukan adalah apa yang disebut

sebagai in-group bias (bias terhadap kelompok sendiri) atau in-group favoritism

(favoritisme terhadap kelompok sendiri). Dengan kata lain, kita cenderung

menyukai anggota-anggota kelompok kita sendiri dibandingkan anggota-anggota

kelompok lain (Allen & Wilder, 1975; Billig & Tajfel, 1973; Brewer, 1979;

Tajfel, 1970; Wilder, 1981). Contohnya, ketika seseorang menilai calon anggota

DPR dua partai tertentu, X dan Y, yang setara dalam berbagai hal, orang tersebut

cenderung memilih calon dari partai Y jika ia sendiri adalah anggota partai Y.

Penilaian tersebut semata-mata karena calon dari partai Y sekelompok dengan

orang yang menilai.

Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah dalam keadaan tertentu, kita

mungkin juga menampilkan bias yang bertentangan dengan anggota in-group. Hal

tersebut mungkin saja terjadi ketika anggota dari kelompok sendiri bertingkah

laku secara negatif; khususnya, jika ia bergeser atau menyimpang dari norma

kelompok. Para teoretikus percaya bahwa hal ini terkait dengan identitas sosial

kita. Ketika seseorang dalam kelompok saya melakukan sesuatu yang baik, maka

saya juga merasa baik tentang diri saya. Akan tetapi, jika seseorang dari kelompok

saya melakukan hal yang buruk, maka saya merasa buruk. Bisa saja hal ini terjadi

karena saya mengetahui bahwa orang lain akan menilai saya berdasarkan tingkah

laku anggota-anggota kelompok tempat saya bergabung. Dalam keadaan tersebut,

Page 22: 4.Persepsi.docx

saya mungkin memperlakukan atau mengevaluasi hal-hal buruk yang dilakukan

oleh anggota kelompok saya secara lebih negatif daripada hal-hal buruk serupa

yang ditampilkan orang dari kelompok lain. Dalam psikologi, fenomena ini

dikenal dengan sebutan efek kambing hitam (black sheep effect)(Marques, Y

zerbyt, & Leyens, 1988; Marques, Abrams, & Serodio, 2001; Marques, Robalo, &

Rocha, 1992; Marques & Yzerbyt,1988; Matthews & Dietz-Uhler, 1988; Coull et

al., 2001).

Bisa dalam persepsi sosial dapat juga terjadi karena adanya asimetri antara

kelompok sendiri dan kelompok lain (in-group-out-group asymetry), yaitu orang

cenderung memersepsikan kelompok sendiri dengan cara dan standar yang

berbeda dengan cara dan standar memersepsikan orang lain. Lokasi serta

pergerakan dari individu dan kelompok dalam lingkungan menghasilkan asimetri

dan hubungan-hubungan topografis. Bentuk topografi yang menonjol adalah

asimetri diri sendiri-orang lain yang diperoleh melalui pembelajaran sejak bayi.

Dalam psikologi sosial, asimetri antara kelompok sendiri dan kelompok lain,

penting untuk menjelaskan tentang stereotip, diskriminasi, dan hubungan

antarkelompok (Pettigrew, 1986; Tajfel & Turner, 1986). Jumlah dan struktur

informasi yang tersedia tentang kelompok sendiri (juga diri sendiri), berbeda dari

jumlah dan struktur informasi tentang kelompok lain (juga orang lain). Asimetri

ini memberi kontribusi kepada beragam jenis bias (Brewer, 1979; Zuckerman,

1979; Jones & Nisbett, 1972; Park & Rothbart, 1982; Watson, 1982; Judd & Park,

1988; Pronin, Gilovich, & Ross, 2004).

Page 23: 4.Persepsi.docx

KESIMPULAN

Persepsi sosial adalah proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan

informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan

diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial, serta yang menjadi

fokusnya adalah orang lain.

Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk

mengenali dan memahami orang lain. Dengan proses tersebut, kita membentuk

kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang

tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang yang

relevan, dan mood kita saat ini.

Sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang

membentuk kesan dan membuat penyimpulan tentang orang lain. Teori-teori serta

penelitian persepsi sosial berhubungan dengan kodrat, penyebab-penyebab, dan

konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri sendiri,

individu lain, kategori-kategori sosial, dan kumpulan atau kelompok tempat

seseorang tergabung atau kelompok lainnya.

Wujud hubungan sosial kita dengan orang lain sangat tergantung pada bagaimana

kesan/ persepsi kita terhadap orang tersebut. Faktor yang mempengaruhi persepsi

tersebut adalah penampilan fisik dan sosial demografis.Komunikasi nonverbal

adalah cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata, baik secara sengaja maupun

tidak. Dalam komunikasi nonverbal, kita mencermati tekana suara, sentuhan,

Page 24: 4.Persepsi.docx

gestur (gerakan-gerakan tubuh), ekspresi wajah, dan tanda-tanda nonverbal

lainnya.

Orang mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam

saluran komunikasi nonverbal secara cukup tepat dengan memanfaatkan berbagai

tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang.

Atribusi adalah proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain serta

sekaligus memperoleh pengetahuan tentang sifat-sifat dan disposisi-disposisi yang

menetap pada orang lain.

Atribusi merupakan tindakan penafsiran, apa yang “terberi” (kesan dari data

indrawi) dihubungkan kembali kepada sumber asalnya.

Ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku: (1) atribusi internal atau

disposisional; (2) atribusi eksternal atau lingkungan.

Untuk menjadikan tingkah laku konsisten, orang membuat atribusi personal ketika

konsensus dan keberbedaan rendah. Sedangkan pada saat konsensus dan

keberbedaan tinggi, orang membuat atribusi stimulus.

Penjelasan tentang bagaimana kita mengenali dan mengerti orang lain dapat

diperoleh dalam konsep tentang teori kepribadian tersirat (implicit personality

thoery), yaitu sebuah jenis skema yang digunakan orang untuk mengelompokkan

beragam jenis sifat-sifat kepribadian. Orang juga dapat menggunaka jalan-pintas

mental untuk memahami apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan orang lain,

yaitu dengan menghubungkan tingkah laku yang ditampilkan saat ini dengan sifat-

sifat lain yang diketahui dimiliki oleh orang lain.

Page 25: 4.Persepsi.docx

Persepsi sosial sering mengandung bias, di antaranya efek halo, negativitas, bias

korespondensi, kesalahan atribusi fundamental, in-group bias, dan efek kambing

hitam.