4.Materi Kambing Kejobong

9
MEMBANGUN INDIKASI GEOGRAFIS (IG) KAMBING KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA [Materi Pelatihan HKI 2013, diselenggarakan oleh Badan Penelitian Pengembangan Provinsi Jawa Tengah tanggal 18 Juli 2013] Oleh Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M.Agr. LABORATORIUM GENETIKA, PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

Transcript of 4.Materi Kambing Kejobong

Page 1: 4.Materi Kambing Kejobong

MEMBANGUN INDIKASI GEOGRAFIS (IG) KAMBING

KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA

[Materi Pelatihan HKI 2013, diselenggarakan oleh Badan Penelitian Pengembangan Provinsi Jawa Tengah tanggal 18 Juli 2013]

Oleh Dr. Ir. Edy Kurnianto, M.S., M.Agr.

LABORATORIUM GENETIKA, PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

Page 2: 4.Materi Kambing Kejobong

1

MEMBANGUN INDIKASI GEOGRAFIS (IG) KAMBING KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA

a. Definisi HKI Hak Kekayaan Intelektual atau HKI atau HaKI didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

- Intellectual property rights are the rights given to persons over the creations of their minds. They usually give the creator an exclusive right over the use of his/her creation for a certain period of time.

- HaKI merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh pemerintah kepada individu penemu atau pencipta atau pendesain atas hasil karya cipta. Hak eksklusif merupakan hak monopoli untuk menggandakan (memperbanyak) karya cipta pada jangka waktu tertentu yang dilaksanakan sendiri atau dilisensikan.

- HaKI adalah hak yang timbul sebagai akibat dari kemampuan berpikir individu yang menghasilkan sesuatu produk yang bermanfaat bagi manusia.

Dengan demikian jelas bahwa HaKI adalah hak-hak secara hukum yang berhubungan dengan permasalahan hasil penemuan dan kreativitas seseorang atau beberapa orang yang berhubungan dengan perlindungan permasalahan reputasi dalam bidang komersial (commercial reputation) dan tindakan/jasa dalam bidang komersial. Kata “intelektual” dalam HaKI mencerminkan kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia.

b. Lingkup HaKI yang Dilindungi

HaKI dibahas secara intensif pada pertemuan WTO’s (World Trade Organisation’s) Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) tahun 1986-1994. Perjanjian TRIPS ditandatangani di Marrakesh-Maroko tanggal 15 April 1994, dikenal dengan Annex 1C Marrakesh Agrrement Establishing the World Trade Organization. Perjanjian TRIPS efektif diberlakukan sejak 1 Januari 1995. Lingkup HaKI yang dibahas dan dilindungi meliputi:

1. Copyright (Hak cipta) 2. Trademark (Merek) 3. Geographical indication (Indikasi geografis) 4. Industrial design (Desain industri) 5. Patent (Paten) 6. Layout-designs of integrated circuit (Desain tta letak sirkuit terpadu) 7. Undisclosed information

c. Prinsip-Prinsip HaKI

Ada 4 prinsip HaKI, yaitu: 1. Prinsip Ekonomi: prinsip memberikan keuntungan bagi pemiliknya.

Page 3: 4.Materi Kambing Kejobong

2

2. Prinsip Keadilan: prinsip memberikan perlindungan dalam pemilikannya. 3. Prinsip Kebudayaan: prinsip meningkatkan taraf kehidupan, peradaban dan

martabat manusia, yang bermuara pada keuntungan masyarakat, bangsa, dan negara.

4. Prinsip Sosial: prinsip memberikan perlindungan berdasarkan keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat.

d. Dasar Hukum HaKI di Indonesia

Pengaturan hukum terhadap HaKI di Indonesia dapat ditemukan pada : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek; 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman; 5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang; 6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu.

e. Indikasi-geografis

Indikasi-geografis (IG) dinyatakan pada Article 22.1 of Section 3 in Annex 1C, merupakan nama suatu tempat untuk mengidentifikasi suatu produk, lebih penting lagi mengidentifikasi kekhasan produk (product’s special characteristics ). Di Indonesia, seluk belum IG telah dinyatakan dalam PP No 51 Tahun 2007 tertanggal 4 September 2007.

Beberapa pasal penting pada PP No. 51 Tahun 2007 adalah:

1. Pasal 1 (1): Indikasi-geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkunga geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

2. Pasal 2(1): Tanda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 merupakan nama tempat atau daerah maupun tanda tertentu lainnya yang menunjukkan aal tempat dihasilkannya barang yang dilindungi oleh Indkasi-geografis.

3. Pasal 2(2): Barang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (1) dapat berupa hasil pertanian, produk olahan, hasil kerajinan tangan, atau barang lainnya sebagaimana dimaksud dala Pasal 1 angka 1. Sebagai catatan, yang dimaksudkan dengan “pertanian” mencakup kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan (lihat Penjelasan atas PP No. 51 Tahun 2007).

Page 4: 4.Materi Kambing Kejobong

3

4. Pasal 2(3): Tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilindungi sebagai Indikasi-geografis apabila telah terdaftar dalam Daftar Umum Indikasi-geografis di Direktorat Jenderal.

5. Pasal 3(d): Indikasi-geografis tidak dapat didaftar apabila tanda yang dimohonkan pendaftarannya telah menjadi generik.

6. Bab III tentang Syarat dan Tata Cara Permohonan.

Perlindungan hukum atas IG dapat diberikan apabila pendaftaran IG telah dilakukan. Pendaftaran IG dimaksudkan untuk untuk menjamin kepastian hukum yang jangka waktu perlindungannya dapat berlangsung tidak terbatas selama ciri dan/atau kualitas yang menjadi dasar diberikannya perlindungan masih ada. Ciri san/atau kualitas yang menjadi dasar diberikannya perlindungan dituangkan dalam Buku Persyaratan yang memuat informasi tentang pengaruh lingkungan geografis, faktor alam, serta faktor manusia yang mempengaruhi kualitas atau karakteristik barang tersebut. Selain itu tercantum juga informasi tentangpeta wilayah, sejarah dan tradisi, proses pengolahan, metode pengujian kualitas barang, serta label yang digunakan.

f. Pembelajaran Kasus Indikasi-geografis

Suatu merek dipakai oleh pelaku bisnis untuk memperkenalkan produk tertentu dengan menggunakan nama tempat atau lokasi geografis, contoh: beras Delanggu, Kopi Arabika Kalosi Makassar, Ubi Cilembu Sumedang dll. Memang dengan diberlakukannya PP. 51 Tahun 2007 pada tanggal 4 September 2007 telah membuka jalan untuk bisa didaftarkannya produk-produk Indikasi Geografis di Indonesia.

Bila dilihat kembali lembaran lama (kilas balik), telah terjadi pengakuan terhadap produk-produk tertentu oleh pihak asing karena kekurangpedulian pemerintah di masa lampau. Hal tersebut jelas merugikan secara ekonomi terhadap masyarakat dan pemerintah. Sebagai contoh: Kasus pendaftaran merek Kopi dengan nama Toraja oleh Key Coffee Co. pada 1974, kemudian pendaftarannya dikabulkan pada 1976 (sebagai akibat adanya norma IG yang diperkenalkan TRIPS agreemnet). Dasar pendaftarannya karena penggunaan nama daerah asal penghasil kopi bersangkutan dianggap sebagai domain publik. Akibat hukum adanya pendaftaran merek Toraja di Jepang tersebut adalah terhalanginya eksportir kopi dari Indonesia untuk memasukkan produk kopi yang menggunakan tanda dengan nama Toraja.

Dengan mengambil pelajaran yang baik atas kasus-kasus sebelumnya, maka telah diupayakan perlindungan produk-produk lokal. Contohnya:

- Kopi Arabika Kintamani-Bali Kopi Arabika Kintamani Bali adalah Indikasi Geografis yang pertama yang didaftarkan di Indonesia oleh pemohon dari Masyarakat Perlindungan Indikasi-Geografis (MPIG) Kopi Arabika Kintamani Bali pada tanggal 18 September 2007. Sertifikat IG Kopi Arabika Kintamani Bali telah diserahkan kepada yang berhak menerimanya.

Page 5: 4.Materi Kambing Kejobong

4

- Ubi Cilembu Sumedang. Pada tanggal 22 Oktober 2012 Asosiasi Agrobisnis Ubi Cilembu (ASAGUCI) dan Pemerintah Kabupaten Sumedang mengusulkan perlindungan Indikasi Geografis Ubi Cilembu Sumedang. Pemeriksaan substansif dilakukan tanggal 14 s.d. 16 November 2012 ke sentra produksi Ubi Cilembu Sumedang. Sertifikat IG diserahkan tanggal 13 Juni 2013.

- Kopi Arabika Kalosi Kopi Arabika Kalosi hanya dihasilkan di dataran tinggi Enrekang-Sulawesi Selatan. Untuk perlindungan hukum, maka jenis kopi tersebut telah didaftarkan oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MIPG) setempat. Pada tanggal 19 Februari 2013 telah diserahkan sertifikat IG Kopi Arabika Kalosi.

- Produk lainnya yang telah memperoleh sertifikat IG antara lain: Lada Putih Muntok, Mebel Ukir Jepara, Tembakau Mole Sumedang, Tembakau Hitam Sumedang, Susu Kuda Sumbawa, Madu Hutan Sumbawa, Kangkung Lombok dan Beras Adan Krayan-Nunukan.

f. Indikasi-geografis untuk Kambing Kejobong

Pendaftaran IG terhadap ternak ataupun produknya masih terbatas. Sampai saat ini belum ada satupun ternak dan produk peternakan Jawa Tengah yang didaftarkan IG-nya. Atas dasar hal tersebut, ada peluang dilakukan perlindungan terhadap produk peternakan Jawa Tengah.

Kambing Kejobong merupakan salah satu plasma nutfah ternak lokal yang hanya ada di Kabupaten Purbalingga. Data statistik menunjukkan populasi Kambing Kejobong sebanyak 43.708 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purbalingga, 2011). Kambing Kejobong menunjukkan krakteristik pada warna bulu, yaitu sebagian besar berwarna hitam. Harga jual kambing yang berwarna hitam legam ataupun hitam berkendhit (ada warna putih melingkar di bagian perut) lebih mahal dibandingkan warna lain.

Tim peneliti dari Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip telah melakukan serangkaian penelitian untuk melakukan karakterisasi baik dari sisi fenotipik maupun genotipiknya (Kurnianto et al., 2012; Kurnianto et al., 2013). Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai data pendukung dalam proses pendaftaran IG kambing Kejobong.

Penyiapan pendaftaran IG kambing Kejobong telah dilakukan, antara lain:

a. Komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait (Badan Litbang Provinsi Jawa Tengah, Bappeda Kabupaten Purbalingga, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purbalingga)

b. Pembentukan Pusat Kajian Ternak Lokal di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro tanggal 5 April 2013, selanjutnya

Page 6: 4.Materi Kambing Kejobong

5

bertindak sebagai inisiator pendaftaran IG bersama-sama dengan Badan Litbang Provinsi Jawa Tengah

c. Pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kambing Kejobong (MPIG-KK) di Desa Pangempon Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 April 2013, yang selanjutnya akan menjadi pihak pemohon.

d. Pengisian form-form pendaftaran sesuai dengan PP No. 51 Tahun 2007.

Permasalahan yang mungkin muncul pada proses pendaftaran IG kambing

Kejobong adalah belum ada karakterisasi produk tertentu pada kambing Kejobong yang ada di wilayah lain. Akibatnya akan muncul kesulitan dalam proses pembandingkan produk khas tersebut (antara kabupaten Purbalingga dengan di wilayah lain).

Daftar Pustaka Direktorat Kerjasama dan Perdagangan Internasional. 2004. Peningkatan Nilai

Tambah Komoditas Indonesia dengan Pengembangan Indikasi Geografis. Kurnianto, E., Sutopo dan E. Purbowati. 2012. Upaya Pelestarian Kambing

Kejobong sebagai Sumberdaya Genetik Lokal Jawa Tengah. Laporan Penelitian Hibah Kompetetif . Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Diponegoro.

Kurnianto, E., Sutopo dan E. Purbowati. 2013. Karakterisasi Kambing kejobong

sebagai Kekayaan Daerah Kabupaten Puralingga Provinsi Jawa Tengah Menuju Indikasi-Geografis. Laporan Riset Unggulan Daerah. Kerjasama antara Badan Penelitian Pengembangan Provinsi Daerah dengan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 tentang Indikasi-geografis. World Trade Organization. 2013. Trade-Related Aspects of Intellectual Property

Rights. http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/27-trips_01_e.htm (diakses 14 Juli 2013.

Page 7: 4.Materi Kambing Kejobong

6

Lampiran 1. Keragaman Penampilan Warna Bulu pada Kambing Kejobong

Page 8: 4.Materi Kambing Kejobong

7

Lampiran 2. Prosedur Pendaftaran IG menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007

I. Tahap Pertama : Mengajukan Permohonan

Setiap asosiasi, produsen atau organisasi yang mewakili produk Indikasi Geografis dapat mengajukan permohonan dengan memenuhi persyaratan–persyaratan yaitu dengan melampirkan :

1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh Pemohon atau melalui Kuasanya dengan mengisi formulir dalam rangkap 3 (tiga) kepada Direktorat Merek Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

2. Surat kuasa khusus, apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; 3. Bukti pembayaran biaya 4. Buku Persyaratan yang terdiri atas:

i. Nama Indikasi-geografis dimohonkan pendaftarannya; ii. Nama barang yang dilindungi oleh Indikasi-geografis;

iii. Uraian mengenai karakteristik dan kualitas yang membedakan barang tertentu dengan barang lain yang memiliki kategori sama, dan menjelaskan tentang hubungannya dengan daerah tempat barang tersebut dihasilkan;

iv. Uraian mengenai lingkungan geografis serta faktor alam dan faktor manusia yang merupakan satu kesatuan dalam memberikan pengaruh terhadap kualitas atau karakteristik dari barang yang dihasilkan;

v. Uraian tentang batas -batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh Indikasi-geografis;

vi. Uraian mengenai sejarah dan tradisi yang berhubungan dengan pemakaian Indikasi-geografis untuk menandai barang yang dihasilkan di daerah tersebut, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Indikasi-geografis tersebut;

vii. Uraian yang menjelaskan tentang proses produksi, proses pengolahan, dan proses pembuatan yang digunakan sehingga memungkinkan setiap produsen di daerah tersebut untuk memproduksi, mengolah, atau membuat barang terkait;

viii. Uraian mengenai metode yang digunakan untuk menguji kualitas barang yang dihasilkan; dan

ix. Label yang digunakan pada barang dan memuat Indikasi-geografis.

5. Uraian tentang batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh Indikasi-geografis yang mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang.

II. Tahap Kedua : Pemeriksaan Administratif

Pada tahap ini pemeriksa melakukan pemeriksaan secara cermat dari permohonan untuk melihat apabila adanya kekurangan-kekurangan persyaratan yang diajukan. Dalam hal adanya kekurangan Pemeriksa dapat mengkomunikasikan hal ini kepada pemohon untuk diperbaiki dalam tenggang waktu 3 (tiga) bulan dan apabila tidak dapat diperbaiki maka permohonan tersebut ditolak.

Page 9: 4.Materi Kambing Kejobong

8

III. Tahap Ketiga : Pemeriksaan Substansi

Pada tahap ini permohonan diperiksa. Permohonan Indikasi geografis dengan tipe produk yang berbeda-beda, Tim Ahli yang terdiri dari para pemeriksa yang ahli pada bidangnya memeriksa isi dari pernyataan-pernyataan yang yang telah diajukan untuk memastikan kebenarannya dengan pengkoreksian, setelah dinyatakan memadai maka akan dikeluarkan Laporan Pemeriksaan yang usulannya akan disampaikan kepada Direktorat Jenderal.

Dalam Permohonan ditolak maka pemohon dapat mengajukan tanggapan terhadap penolakan tersebut, pemeriksaan substansi dilaksanakan paling lama selama 2 Tahun. IV. Tahap Keempat : Pengumuman

Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari sejak tanggal disetujuinya Indikasi-geografis untuk didaftar maupun ditolak, Direktorat Jenderal mengumumkan keputusan tersebut dalam Berita Resmi Indikasi-geografis selama 3 (tiga) bulan. Pengumuman akan memuat hal-hal antara lain: nomor Permohonan, nama lengkap dan alamat Pemohon, nama dan alamat Kuasanya, Tanggal Penerimaan, Indikasi-geografis dimaksud, dan abstrak dari Buku Persyaratan. V. Tahap Ke Lima : Oposisi Pendaftaran.

Setiap orang yang memperhatikan Berita Resmi Indikasi geografis dapat mengajukan oposisi dengan adanya Persetujuan Pendaftaran Indikasi Geografis yang tercantum pada Berita Resmi Indikasi Geografis. Oposisi diajukan dengan membuat keberatan disertai dengan alasan-alasannya dan pihak pendaftar / pemohon Indikasi geografis dapat mengajukan sanggahan atas keberatan tersebut. VI. Tahap Ke Enam : Pendaftaran

Terhadap Permohonan Indikasi Geografis yang disetujui dan tidak ada oposisi atau sudah adanya keputusan final atas oposisi untuk tetap didaftar. Tanggal pendaftaran sama dengan tanggal ketika diajukan aplikasi. Direktorat Jenderal kemudian memberikan sertifikat Pendaftaran Indikasi Geografis, Sertifikat dapat diperbaiki apabila terjadi kekeliruan. VII. Tahap Ketujuh : Pengawasan terhadap Pemakaian Indikasi-Geografis

Pada Tahap ini Tim Ahli Indikasi-geografis mengorganisasikan dan memonitor pengawasan terhadap pemakaian Indikasi-geografis di wilayah Republik Indonesia. Dalam hal ini berarti bahwa Indikasi Geografis yang dipakai tetap sesuai sebagaimana buku persyaratan yang diajukan. VIII. Tahap Kedelapan : Banding

Permohonan banding dapat diajukan kepada Komisi Banding Merek oleh Pemohon atau Kuasanya terhadap penolakan Permohonan dalam jangka waktu 3 (tiga Bulan) sejak putusan penolakan diterima dengan membayar biaya yang telah ditetapkan.