49754724 Memperkecil Gerakan Floating Breakwater Tipe Multi Pontoon Dengan Hybrid Arrangement...

download 49754724 Memperkecil Gerakan Floating Breakwater Tipe Multi Pontoon Dengan Hybrid Arrangement Mooring Line System

of 23

description

uhuihuihiuhui

Transcript of 49754724 Memperkecil Gerakan Floating Breakwater Tipe Multi Pontoon Dengan Hybrid Arrangement...

  • 1

    A. JUDUL Memperkecil gerakan floating breakwater tipe multi pontoon dengan

    hybrid arrangement mooring line system.

    B. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki sumber daya kelautan terkaya di dunia. Kekayaan potensi laut Indonesia mencapai Rp 14.994 Triliun yang meliputi kekayaan sektor perikanan sebesar 31.94 miliar dollar AS, wilayah pesisir lestari 56 miliar dollar AS, bioteknologi laut total 40 miliar dollar AS, wisata bahari 2 miliar dollar AS, minyak bumi sebesar 6,64 miliar dollar AS dan transportasi laut sebesar 20 miliar dollar AS (Kompas.com, 2010).

    Dengan begitu besarnya potensi kekayaan sumber daya kelautan Indonesia, maka tantangan bangsa Indonesia kedepan dalam melindungi dan memanfaatkan kekayaan lautnya akan semakin berat. Letak geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudra menambah catatan bagi kita bangsa Indonesia untuk semakin waspada akan ancaman bagi kekayaan laut maupun kedaulatan Indonesia.

    Kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi negara yang perlu dipertahankan dalam menentukan batas-batas lingkungan wilayahnya. Hilangnya sebuah pulau akan berdampak pada mundurnya garis pantai yang berarti juga mundurnya laut teritorial atau berkurangnya zona tambahan (Zona Ekonomi Eksklusif, ZEE) maupun landas kontinen Indonesia (Imam Rohani slide Kajian Numerik Perancangan Struktur Bangunan Peredam Gelombang Terapung, 2007).

    Saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah serius terkait batas kedaulatan. 183 Titik Dasar (TD) yang menjadi patokan untuk menarik garis pangkal sesuai UNCLOS 92 diantarnya terletak pada pulau-pulau kecil terluar (Fakhruddin Mustofa, Pulau-pulau kecil terluar, siapa peduli?). Pulau-pulau

  • 2

    kecil terluar ini sangat rawan terkena abrasi yang dapat menghilangkan titik terluar karena letaknya yang langsung berhadapan dengan lautan bebas. Hilangnya titik terluar ini memungkinkan negara lain untuk mengabaikan batas wilayah RI.

    Kasus pencurian ikan di wilayah Indonesia juga demikian maraknya, yang baru saja menjadi perbincangan hangat adalah kasus pencurian ikan oleh 7 nelayan Malaysia pada juli 2010. Pencurian ikan oleh nelayan asing di perairan Indonesia ini merugikan negara hingga Rp80 triliun per tahun.

    Dengan melihat dan merasakan betapa memprihatinkannya kondisi Indonesia terhadap problem yang dihadapi tersebut, diharapkan dengan kemajuan teknologi breakwater mampu membantu mengatasi masalah tersebut. Saat ini tahap perkembangan Breakwater sendiri telah sampai pengembangan Breakwater terapung. Dengan pengembangan Breakwater terapung ini fungsi Breakwater tidak hanya sebatas pemecah gelombang atau pelindung pantai saja namun juga sebagai aqua culture, platform pembangkit listrik tenaga arus dan gelombang laut, melindungi pulau-pulau kecil terluar dari tenggelam karena abrasi. Breakwater terapung ini memiliki keunggulan yang sangat strategis bila dimanfaatkan sebagai pelindung pulau-pulau kecil terluar dari abrasi oleh air laut, cocok sekali untuk kondisi di Indonesia. Keunggulannya dilihat dari aspek tadi antara lain mengurangi pemakaian batu alam, mampu melalui keterbatasan lingkungan, cepat dilaksanakan, mudah untuk dipindahkan. Untuk pemakaian dalam jangka waktu pendek misalnya sebagai pelindung bibit mangroove muda pada awal masa tancap.

    Penelitian mengenai pengembangan breakwater terapung sudah sejak tahun 1960. Pada tahun 1998 Sannasiraj melakukan penelitian dengan topik perbedaan susunan konfigurasi mooring line system yang pada akhir penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa Koefisien gelombang transmisi tidak dipengaruhi susunan konfigurasi mooring line secara signifikan. Penelitian sannasiraj menggunakan model berupa single

  • 3

    rectangular pontoon. Bradley J. Morey dalam thesisnya predicting performance of floating breakwater mengemukakan bahwa problem utama breakwater terapung berhubungan dengan masih lemahnya kemampuan mooring line system untuk mengurangi motion dan menahan breakwater pada tempatnya.

    Penelitian sannasiraj yang hanya menggunakan model berbasis rectangular pontoon dengan 3 variasi konfigurasi mooring mendorong kami untuk melakukan inovasi pada eksperimen kami. Dalam penelitian nanti kami akan menggunakan multiple pontoon dan dengan konfigurasi hybrid mooring system sebagai pengembangan mooring system yang diteliti oleh sannasiraj. Penelitian ini kami lakukan sebagai bentuk pengabdian kebada bangsa dan negara serta wujud kontribusi kami sebagai generasi penerus bangsa terhadap perkembangan teknologi di Indonesia. Semoga dengan terlaksananya penelitian ini nanti dapat bermanfaat bagi pengembangan lebih lanjut dan tidak hanya menjadi tumpukan kertas-kertas rekomendasi saja.

    C. PERUMUSAN MASALAH 1. Berapa susunan Mooring Line System yang dapat dibentuk ? 2. Bagaimana susunan Mooring Line System yang dapat dibentuk ? 3. Bagaimana karakteristik motion pada Multi Pontoon Floating Breakwater

    terhadap perubahan susunan Mooring Line System ? 4. Bagaimana konfigurasi Mooring Line System terbaik yang dapat diterapkan

    pada pemancangan Multi Pontoon Floating Breakwater ?

    D. TUJUAN 1. Mengetahui jumlah macam konfigurasi Mooring Line System yang dapat

    diterapkan pada Multi Simple Pontoon Floating Breakwater. 2. Mengetahui bentuk macam konfigurasi Mooring Line System yang dapat

    diterapkan pada Multi Pontoon Floating Breakwater. 3. Mengetahui karakteristik motion pada Multi Pontoon Floating Breakwater

    terhadap perubahan susunan Mooring Line System.

  • 4

    4. Mengetahui konfigurasi Mooring Line System terbaik yang dapat diterapkan pada pemancangan Multi Pontoon Floating Breakwater.

    E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu artikel yang berisi tentang pengujian efek perubahan konfigurasi mooring line system terhadap perilaku motion multi pontoon floating breakwater.

    F. KEGUNAAN Kegiatan ini dapat memberikan informasi mengenai adanya pengaruh susunan hybrid mooring system dalam memperkecil gerakan floating breakwater.

    G. TINJAUAN PUSTAKA 1a. Floating Breakwater Breakwater adalah bangunan pantai pemecah gelombang, yang dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah gelombang sambung pantai. bangunan pertama banyak digunakan sebagai pelindung pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energy gelombang sebelum mencapai pantai. Perairan di belakang bangunan menjadi tenang sehingga terjadi endapan di daerah tersebut. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai. Bangunan ini dapat dibuat dalam satu rangkaian pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah dengan panjang tertentu. Bangunan tipe kedua biasanya digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang, sehingga struktur apung-struktur apung dapat merapat ke dermaga untuk melakukan bongkar-muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Tergantung pada panjang daerah yang dilindungi, bangunan ini juga dapat dibuat dari suatu pemecah gelombang atau suatu seri yang terdiri dari beberapa ruas bangunan pemecah gelombang.

  • 5

    Gambar 1 . Defenisi dan Batas Daratan dan Lautan.

    Gambar a diatas ini menunjukkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan garis pantai. dapat dilihat bahwa pemecah gelombang relative kecil terhadap jaraknya dari garis pantai dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan dari garis pantai ke laut (cuspate), sedang gambar b menunjukkan terbentuknya tombolo oleh pemecah gelombang yang cukup panjang. Gambar c menunjukkan pengaruh suatu seri pemecah gelombang terhadap bentuk pantai di belakangnya. Seiring dengan perkembangan teknologi mulai dikembangkan breakwater yang terapung. Breakwater ini berupa ponton yang ditambatkan dengan sistem tali mooring pada dasar laut. Dengan akibat dari penggunaan fungsinya terdapat beberapa keunggulan komparatip baik ditinjau secara ekonomi maupun kemungkinannya dipasang dilaut dalam sehingga sesuai dengan geografi gugusan pulau kecil yang banyak dijumpai di daerah perbatasan. Floating Breakwater juga sangat cocok untuk mereduksi gelombang yang periodenya berkisar antara 3 detik hingga 4 detik dengan panjang gelombang yang relatip cukup panjang.

    1b. Mooring System Sistem mooring untuk tipe struktur bangunan pantai terapung secara umum terbagi menjadi dua kategori yaitu sistem tetap dan tali. Dalam sistem tetap, tiang pancang memberikan kapasitas tahanan dengan memindahkan tekanan

  • 6

    lateral tanah dan gesekan permukaan di sekitar tanah dasar laut. Keuntungan dari penggunaan tiang pancang adalah kemampuan menahan gaya angkat ke atas dan lateral. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan peralatan instalasi khusus dan instalasi bawah lautnya terutama di daerah perairan dalam yang juga butuh biaya sangat mahal. Selain itu, dalam perancangannya membutuhkan data geoteknik terhadap kedalaman tiang pancang secara keseluruhan yang detail dimana untuk mendapatkan data data yang terkait cukup sulit dan biaya mahal. Selanjutnya dalam sistem tali, struktur tersambung pada beberapa jangkar yang menahan struktur tetap pada posisinya dengan membiarkan terjadinya pergerakan vertikal dan horizontal. Dengan alasan diatas, sistem tali lebih berpengaruh pada struktur pantai terapung.

    2. Gelombang laut 2.a Pengertian gelombang Laut Gelombang laut merupakan pergerakan air berenergi yang dibangkitkan oleh peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di daerah laut (Triatmodjo, 1999). Gelombang dalam ilmu oseanografi dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu gelombang permukaan dan gelombang internal. Gelombang permukaan adalah fenomena pergerakan air yang selalu ditemui di permukaan laut yang biasanya disebut ombak. Dan pergerakan air didalam ombak tersebut dinamakan gelombang internal.

    2.b Deformasi gelombang Apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai, gelombang tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi, refleksi, dan gelombang pecah.

    2.b.1 Refraksi Gelombang Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang gelombang, yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut

  • 7

    transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi gelombang. Di daerah ini, apabila ditinjau suatu garis puncak geombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih kecil daripada bagian yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut. Apabila cepat rambat gelombang berkurang dengan kedalaman, panjang gelombang juga berkurang secara linier. Variasi cepat rambat gelombang terjadi sepanjang garis puncak gelombang yang bergerak dengan membentuk sudut terhadap garis kedalaman laut, karena bagian dari gelombang di laut dalam bergerak lebih cepat daripada bagian di laut yang lebih dangkal. Perubahan arah gelombang karena refraksi tersebut menghasilkan konvergensi (penguncupan) atau divergensi (penyebaran) eergi gelombang dan mempengaruhi energy gelombang yang terjadi di suatu tempat di daerah pantai.

    2.b.2 Difraksi gelomabang Difraksi terjadi apabila tinggi gelombang di suatu titik pada garis puncak geombang lebih besar dari titik di dekatnya, yang menyebabkan perpindahan energy sepanjang puncak gelombang kea rah tinggi gelombang yang lebih kecil. Difraksi terjadi apabila suatu deretan gelombang terhalang rintangan seperti pemecah gelombang atau suatu pulau. Gelombang yang menjalar menuju suatu rintangan (pantai atau bangunan pantai), sebagaian atau seluruh gelombang tersebut akan dipantulkan kembali. Besat kecilnya gelombang yang dipantulkan tergantung kepada bentuk dan jeis rintanga. Suatu banguan tegak dan impermeabel akan memantulkan gelombang lebih besar dari bangunan miring dan permiabel. Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai akan mengalami perubahan bentuk. Di laut dalam bentuk gelombang adalah sinusoidal. Di laut transisi dan dangkal, pucak gelombang menjadi semakin tajam sementara lembah gelombang menjadi semakin landai. Pada suatu kedalaman tertentu puncak gelombang sedemikian tajam sehingga tidak stabil dan pecah. Setelah pecah gelombang terus menjalar ke pantai, dan semakin dekat dengan pantai tinggi gelombang semakin berkurang. Refraksi

  • 8

    dan pengaruh pendangkalan, difraksi, refleksi gelombang, dan geombang pecah akan menentukan tinggi gelombang dan pola (bentuk) garis puncak gelombang di suat tempat di daerah pantai. tinggi gelombang dan arah datangnya gelombang di pantai adalah penting, misalnya dalam menentukan arus dan transport sedimen di daerah pantai.

    2.c Energi Gelombang Laut Energi adalah sesuatu yang menimbulkan gerak (Scott, 1982). Energi yang terakumulasi dalam gelombang laut adalah penjumlahan dari energy kinetic dan energy potensial gelombang (triatmodjo, 1999). Energi kinetic merupakan energy yang disebabkan oleh kecepatan partikel air karena adanya gerak gelombang sedangkan energy potensial adalah energy yang dihasilkan oleh perpindahan muka air karena adanya gelombang.

    3. Teori Gerak Struktur Apung Akibat Eksitasi Gelombang Pada dasarnya benda yang mengapung mempunyai 6 mode gerakan bebas yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 3 mode gerakan translasional dan 3 mode gerakan rotasional. Berikut adalah keenam mode gerakan tersebut : 1. Mode gerak translasional *Surge, gerakan transversal arah sumbu x *Sway, gerakan transversal arah sumbu y *Heave, gerakan transversal arah sumbu z 2. Mode gerak rotasional * Roll, gerakan rotasional arah sumbu x * Pitch, gerakan rotasional arah sumbu y * Yaw, gerakan rotasional arah sumbu z Definisi gerakan struktur apung dalam enam derajat kebebasan dapat dijelaskan dengan gambar 1. Dengan memakai konversi sumbu tangan kanan tiga gerakan translasi pada arah sumbu x,y dan z, adalah masing-masing surge (1), sway (2) dan heave (3), sedangkan untuk gerakan rotasi terhadap ketiga sumbu adalah roll (4), pitch (5) dan yaw (6).

  • 9

    Gambar 2. 6 derajat kebebasan gerak struktur apung

    Dengan asumsi bahwa gerakan-gerakan osilasi tersebut adalah linier dan harmonik, maka enam persamaan diferensial gerakan kopel dapat dituliskan sebagai berikut :

    ............(3.1)

    Mjk = komponen matriks massa struktur apung Ajk, Bjk = matriks koefisien massa tambah dan redaman Cjk = koefisien-koefisien gaya hidrostatik pengembali Fj = amplitudo gaya eksitasi dalam besaran kompleks F1, F2 dan F3 adalah amplitudo gaya-gaya eksitasi yang mengakibatkan surge, sway dan heave, sedangkan F4, F5 dan F6 adalah amplitudo momen eksitasi untuk roll, pitch dan yaw. Tanda titik menunjukkan turunan terhadap waktu, sehingga dan adalah masing-masing kecepatan dan percepatan.

  • 10

    Bila diasumsikan bahwa struktur apung mempunyai bentuk simetris terhadap bidang tegak O-XZ dan titik beratnya tertetak pada koordinat (0,0,Zc) maka matriks massa secara umum adalah :

    .........(3.2) dimana M adalah massa struktur apung, Ij adalah momen inersia massa pada mode ke j, dan Ijk adalah produk momen inersia massa. Dengan asumsi yang sama, matriks yang memuat koefisien-koefisien added mass dan damping adalah :

    .........(3.3)

    Selanjutnya, untuk struktur apung yang terapung di permukaan bebas, koefisien-koefisien hidrostatik pengembali yang tidak sama dengan nol adalah: C33, C44, C55 dan C35 = C53 ......(3.4)

    Bila matriks massa, koefisien added mass dan damping, dan koefisien pengembali dimasukkan ke persamaan gerak, maka untuk struktur apung yang simetris dalam arah lateral, enam persamaan gerak kopel akan dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama adalah persamaan kopel untuk surge, heave, dan pitch serta bagian kedua adalah persamaan kopel untuk sway, roll, dan yaw. Jadi untuk struktur apung dengan bentuk simetris, tidak akan terjadi kopel antara surge, heave, dan pitch dengan sway, roll dan

  • 11

    yaw. Prosedur komputasi untuk menyelesaikan persamaan gerak struktur apung, pertama akan dihitung besarnya gaya-gaya eksitasi. Hal ini dapat diturunkan dengan menghitung distribusi tekanan hidrodinamik dengan persamaan Bernoulli, yaitu:

    ........(3.5) dimana potensial kecepatan adalah :

    ........(3.6)

    Dalam persamaan (3.6), variabel pertama dalam ruas kanan adalah merupakan kontribusi dari potensial kecepatan steady, s , dan kecepatan struktur apung U. Sedangkan variabel kedua adalah kontribusi dari potensial kecepatan unsteady :

    ......(3.7)

    dimana I , D dan j masing-masing adalah potensial kecepatan dari gelombang insiden, difraksi dan radiasi sebagai akibat mode gerakan ke j. Langkah berikutnya dalam menyelesaikan persamaan gerak adalah menentukan harga koefisien-koefisien added mass, damping dan hydrostatic. Dari persamaan gerak ini didapatkan hasil berupa karakteristik gerakan struktur apung. Informasi ini pada umumnya disajikan dalam bentuk grafik, di mana perbandingan gerakan pada mode tertentu j dengan parameter tinggi (atau amplitudo gelombang, a) diberikan sebagai fungsi frekuensi encounter e dari sumber eksitasi. Informasi gerakan ini dinamakan Response Amplitudo Operator (RAO).

  • 12

    4. Response Amplitude Operators (RAO) Respon pada struktur offshore (baik struktur fixed maupun terapung) akibat gelombang reguler dalam tiap-tiap frekuensi, dapat diketahui dengan menggunakan metode spectra. Nilai amplitudo pada suatu respon secara umum hampir sama dengan amplitudo gelombang. Bentuk normal suatu respon dari sistem linier tidak berbeda dengan bentuk amplitudo gelombang dalam fungsi frekuensi. Response Amplitude Operator (RAO) atau sering disebut sebagai Transfer Function adalah fungsi respon yang terjadi akibat gelombang dalam rentang frekuensi yang mengenai struktur offshore. RAO disebut sebagai Transfer Function karena RAO merupakan alat untuk mentransfer beban luar (gelombang) dalam bentuk respon pada suatu struktur. Bentuk umum dari persamaan RAO dalam fungsi frekuensi (Chakrabarty, 1987) adalah sebagai berikut :

    Response () = (RAO) () ........(3.8)

    dimana, = amplitudo gelombang, m, ft

    5. Respon Struktur Response Amplitude Operator (RAO) atau disebut juga dengan Transfer Function merupakan fungsi respon gerakan dinamis struktur yang disebabkan akibat gelombang dengan rentang frekuensi tertentu. RAO merupakan alat untuk mentransfer gaya gelombang menjadi respon gerakan dinamis struktur. Menurut Chakrabarti (1987), persamaan RAO dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

    .......(3.9) Dimana :

    X (p) = amplitudo struktur () = amplitudo gelombang

  • 13

    Sedangkan amplitudo struktur (respon struktur) dapat dirumuskan :

    .......(3.10) Dimana :

    xo

    = kFo

    r = n

    tan = 212rr

    Spektrum respons didefinisikan sebagai respons kerapatan energi pada struktur akibat gelombang.

    Spektrum respons merupakan perkalian antara spektrum gelombang dengan RAO kuadrat, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

    .......(3.11) Dimana :

    S = spektrum respons (mRS2-sec)

    S() = spektrum gelombang (m2-sec) RAO() = transfer function = ferkuensi gelombang (rad/sec)

    H. METODE PENELITIAN 1. RANCANGAN PENELITIAN 1.a Variabel dalam penelitian Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 sebagai berikut: - Variabel penelitian: gerakan floating break water (Heave, Sway, Roll) - Variabel kontrol: susunan mooring system

  • 14

    1.b Persiapan pembuatan model fisik Model fisik yang akan dibuat merupakan 2 rectangular pontoon yang saling menyambung, masing-masing pontoon terdiri dari 4 pelat besi segi empat dan antara satu sama lain disambungkan dengan menggunakan las pada tiap sisinya.

    1.c Perancangan susunan penggunaan hybrid mooring system. Jenis ikatan yang akan digunakan adalah sesuai dengan gambar berikut:

    Gambar 3. Jenis ikatan mooring system

    Dalam penelitian ini perlu dilakukan perancangan susunan ketiga jenis macam ikatan diatas untuk digunakan secara bersamaan dalam 1 pontoon.

    1.d Penataan letak model fisik lengkap pada flume tank. Sketsa tata letak model fisik pada flume tank kurang lebih seperti gambar berikut:

    Gambar 4. Konfigurasi model pada flume tank

  • 15

    Pada penataan letak ini juga perlu diperhatikan penempatan alat pengukur tinggi gelombang dan skala kedalaman air.

    1.e Pengujian model fisik Pada pengujian model fisik ini beban gelombang akan dikenakan secara langsung pada struktur terapung. Tinggi gelombang yang akan digunakan merupakan model tinggi gelombang pada daerah perairan Indonesia yang menggunakan skala tertentu. Pengujian dilakukan dengan menggunakan susunan mooring yang telah dirancang sebelumnya.

    1.f Pencatatan Data Pencatatan data dilakukan secara otomatis oleh komputer yang sudah terintegrasi dengan sistem flume tank.

    2. SKEMA KERJA

    Start

    Studi Literatur dan Referensi

    Persiapan pembuatan model fisik

    Penataan letak model fisik lengkap pada flume tank

    Perancangan susunan hybrid mooring system

    Pengujian model fisik dengan variasi mooring

    Pencatatan data yang diperoleh

    Selesai

  • 16

    3. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat

    a. Ring load cell 4 buah b. Shrink gate 4 buah c. Sling rope

    d. Carabiner 12 buah e. Klem 24 buah f. Wave probe 3 buah g. Komputer

    h. Laptop

    i. Kalkulator

    j. Printer k. Alat tulis

    3.2 Bahan a. Pelat besi b. Semen 1 sak c. Pasir 1 sak

    d. Kertas HVS A4 e. Tinta print

    I. JADWAL KEGIATAN 1. WAKTU & TEMPAT Pelaksanaan kegiatan dimulai pada tanggal 1 Februari- 29 Mei 2011. Tahap minggu pertama dan kedua pada bulan Februari dilakukan dalam rangka persiapan alat dan bahan. Setelah itu pada minggu ketiga dan keempat bulan Februari dilakukan pembuatan model fisik. .

    Perijinan laboratorium dilakukan pada minggu pertama bulan Maret dilanjutkan persiapan pengujian yaitu penempatan alat pengukur beserta model fisik yang dilakukan pada minggu kedua bulan Maret. Setelah persiapan dirasa cukup, dilakukan pengujian model fisik pada minggu ketiga bulan Maret sampai minggu ketiga bulan April. Pengolahan data hasil

  • 17

    penelitian dilakukan pada minggu keempat bulan April sampai minggu pertama bulan Mei . Adapun Penyusunan laporan dan poster dilakukan pada minggu kedua sampai minggu keempat bulan Mei.

    Tabel 1. Jadwal pelaksanaan program

    Adapun pelaksanaan pengujian secara keseluruhan dilakukan dilingkungan Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS dengan dibantu beberapa staf laboratorium.

    No. Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

    I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

    1 Persiapan Alat dan Bahan

    2 Pembuatan model fisik

    3 Perijinan laboratorium 4 Persiapan pengujian 5 Pengujian

    model fisik

    6 Pengolahan data

    7 Penyusunan laporan dan poster

  • 18

    J. Rencana Anggaran Biaya

    K. DaftarPustaka J. Morey, B.Eng, Bradley. 1998. Floating Breakwaters

    Predicting Their Performance. Canada: Newfoundland University.

    Kusuma S, Andie. 2006. Analisa Keandalan Flexible Riser Porch FPSO Belanak Terhadap Kepecahan. Surabaya: ITS

    Rochani Imam. 2007. Kajian Numerik Perancangan Struktur Kajian Numerik Perancangan Struktur Bangunan (Slide show). Surabaya.

    No. Jenis Pengeluaran Terbilang

    Pencarian referensi dan literatur

    1 Browsing internet untuk 4 bulan Rp 450,000.00 2 Fotokopi referensi Rp 200,000.00 Peralatan penunjang 3 Pelat besi 2m x 2m (2 lebar) Rp 600,000.00 4 Ring load cell (4 buah) Rp 400,000.00 5 Shrink gate (4 buah) Rp 600,000.00 6 Carabiner (12 buah) Rp 260,000.00 7 Sling rope Rp 400,000.00 8 klem (24 buah) Rp 150,000.00 9 Pengelasan pelat Rp 100,000.00

    10 Pemotongan pelat Rp 200,000.00 11 Sewa alat pengukur gelombang Rp 4,500,000.00

    Bahan habis pakai 12 Pasir 1 sak Rp 30,000.00 13 Semen 1 sak Rp 75,000.00 14 Kertas A4 5 rim Rp 130,000.00 15 Alat tulis Rp 70,000.00 16 Tinta print Rp 500,000.00

    17 Komunikasi Rp 200,000.00 18 Transportasi Rp 250,000.00 19 Operasional Lab. Rp 500,000.00

    Laporan 20 Penjilidan Rp 50,000.00 21 Dokumentasi Rp 200,000.00

    Rp 9,865,000.00

  • 19

    S. A. Sannasiraj. 1996. MOORING FORCES AND MOTION RESPONSES OF PONTOON-TYPE FLOATING BREAKWATERS. India: Indian Institute of Technology.

    L. Lampiran Biodata Kelompok

    KETUA KELOMPOK

    Nama : Wahyu Suryo Putra

    Nama Panggilan : Wahyu / Putra / Dexter

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Agama : Kristen Katolik

    Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 25 Maret 1989 Alamat Asal : Jl. Dr. Soetomo No. 25, Grogol, Sukoharjo Telephone/Handphone : 085731172316

    Email : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    Tahun Tingkatan Institusi

    1994-2000 SD SDN Madegondo I Sukoharjo 2000-2003 SMP SLTP Regina Pacis Surakarta

    2003-2006 SMA SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta

    2006-Sekarang Perguruan Tinggi ITS Teknik Kelautan

    PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA

    1. -

  • 20

    KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT : 1. -

    2. -

    3. -

    ANGGOTA KELOMPOK

    Nama : Muhammad Luhwahyudin

    Nama Panggilan : Dinz

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Agama : Islam

    Tempat / Tanggal Lahir : Jombang, 14 Mei 1987

    Alamat Asal : Bambe RT 13 RW 4, Gresik

    Telephone/Handphone : 085646267779

    Email : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    Tahun Tingkatan Institusi

    1993-1999 SD SD Muhammadiyah 6 Surabaya

    1999-2002 SMP SLTPN 3 Surabaya

    2002-2005 SMA SMAN 5 Surabaya

    2006-Sekarang Perguruan Tinggi ITS Teknik Kelautan

    PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA

    1. - 2. - 3. -

  • 21

    KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT : 1. -

    2. -

    3. -

    ANGGOTA KELOMPOK

    Nama : Andareas Siagian

    Nama Panggilan : andre

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Agama : Kristen Protestan

    Tempat / Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 28 September 1988

    Alamat Asal : Jl. Merpati 19 Sumut

    Telephone/Handphone : -

    Email : -

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    - Tingkatan Institusi

    1995-2001 SD SD Kalam Kudus Pematang Siantar

    2001-2004 SMP SLTP Kalam Kudus Regina Pacis Surakarta

    2004-2007 SMA SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta

    2007-Sekarang Perguruan Tinggi ITS Teknik Kelautan

    PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA

    1. -

  • 22

    KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT : 1. -

    2. -

    ANGGOTA KELOMPOK

    Nama : Wira Herucakra

    Nama Panggilan : Wira

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Agama : Islam

    Tempat / Tanggal Lahir : Sidoarjo, 28 Juli 1988 Alamat Asal : Jl. Balong Bali 121 Sidoarjo Telephone/Handphone : -

    Email : -

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    - Tingkatan Institusi

    1995-2001 SD SD Pucang 4 Sidoarjo 2001-2004 SMP SLTPN 3 Sidoarjo 2004-2007 SMA SMAN 1 Sidoarjo

    2007-Sekarang Perguruan Tinggi ITS Teknik Kelautan

    PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA

    1.

    KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT : 1.

  • 23