48401928-MIKOSIS

12
MIKOSIS Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan. Mikosis Superfisial Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku. 1. Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu. Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi. Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan. Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang. 2. Tinea nigra : Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii. Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap

Transcript of 48401928-MIKOSIS

Page 1: 48401928-MIKOSIS

MIKOSIS

Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan.

Mikosis Superfisial

Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku.

1. Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi.Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.

2. Tinea nigra : Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.

3. Piedra : Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.

Page 2: 48401928-MIKOSIS

4. Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan berkukudisebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.

5. Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.

Mikosis Kutan

Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.

1. Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder.Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol).Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.

2. Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) : Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan belum terserang.Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada lesi kurap.Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.

3. Tinea kaptitis (kurap kulit kepala) : Infeksi microsporum

terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati akan menetap sampai dewasa.

Page 3: 48401928-MIKOSIS

Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah pada mikosis sistemik.

Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.

Treatment of Dermatophytes

Page 4: 48401928-MIKOSIS

Mikosis Subkutan

Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.

1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah bening.Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.

2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah beningPencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.)Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.

3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.)Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan.

Page 5: 48401928-MIKOSIS

Mikosis Sistemik

Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.

1. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensiKlinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazolselama 6 bulan akan bermanfaat.

2. Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang paru-paru.Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.

3. Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulut lidah, dan usus halus.Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.

Page 6: 48401928-MIKOSIS

4. Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin

Zigomikosis

Zigomikosis merupakan infeksi jamur oportunis ketiga paling umum pada host yang tertekan sistem kekebalannya, dengan mewakili 5 hingga 15 persen dari semua infeksi jamur. Istilah zigomikosis digunakan untuk sekelompok infeksi jamur yang disebabkan oleh Zygomycetes yang ditemukan dalam tanah dan zat-zat yang meluruh. Infeksi pada manusia paling banyak disebabkan oleh ordo Mucorales (mucormycosis) dan mencakup genus Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunninghamella. Istilah zigomikosis sekarang ini lebih dipilih ketimbang mukormikosis karena istilah ini cakupannya lebih luas dan lebih relevan apabila organisme tidak dapat diidentifikasi secara pasti. Seperti halnya aspergillosis, zigomikosis jarang pada individu yang tidak memiliki imunodefisiensi atau kondisi-kondisi predisposisi. Pertahanan host biasanya mencegah pertumbuhan spora selama inokulasi tidak terlalu besar, seperti pada luka trauma atau luka bedah. Kondisi-kondisi kronis yang mengenai fungsi makrofage, seperti diabetes atau imunosupresi yang ditimbulkan kortikosteroid, berujung pada ketidakmampuan untuk menghambat pertumbuhan spora, dan pasien-pasien ini memiliki risiko infeksi yang meningkat. Faktor risiko tambahan selain imunosupresi mencakup overload zat besi, luka bakar, penggunaan obat terlarang lewat intravena, dan gizi tidak seimbang.

    Infeksi utama bisa terjadi melalui penghirupan, melalui inokulasi langsung ke dalam kulit yang rusak, atau melalui pencernaan. Pasien yang mengalami neutropenia berkepanjangan paling sering menunjukkan penyakit paru dan diseminasi. Tingkat mortalitas pada individu-individu ini sangat tinggi. Pasien diabetes yang mengalami hyperglikemia dan asidosis metabolik rentan terhadap rhinoserebral primer (66 persen) dan infeksi paru (16 persen). Malnutrisi dan penyakit gastrointestinal menyebabkan predisposisi pasien terhadap infeksi saluran gastrointestinal primer. Luka dan lecur (burn) menyebabkan predisposisi terhadap infeksi kutaneous primer. Masing-masing jenis infeksi primer bisa mengarah pada penyebaran hematogen dan infeksi diseminata dari berbagai organ (khususnya otak).     Penanda kliniko-patologi dari zigomikosis kutan adalah invasi vaskular, infarksi ischemik, dan nekrosis, yang menghasilkan nodul eritematosa dan plak-plak yang berulserasi dengan cepat dan membentuk jaringan parut palsu (eschar) berwarna hitam. Zigomikosis rhinoserebral biasanya dimulai dengan edema facial dan eritema (Gbr. 29-4), keluar cairan darah di hidung, dan ulserasi septum palatal atau nasal. Dalam beberapa

Page 7: 48401928-MIKOSIS

hari, lesi-lesi kulit nekrotik, sakit kepala, gangguan neurologis, eksofthalmos, dan pengaburan penglihatan terjadi dan bisa berlanjut menjadi seizure, stupor, koma, dan kematian. Manifestasi klinis dari penyakit kutan primer berkisar mulai dari papula-papula nekrotik sampai selulitis, nodula subkutan, bula, dan jaringan parut palsu (eschar). Diagnosis zigomikosis biasanya ditegakkan dengan adanya hifa tidak berseptum (dengan percabangan pada sudut-sudut kanan) dalam jaringan yang terinfeksi. Pengobatan yang dipilih untuk penyakit diseminata adalah preparasi lipid dari amfoterisin B nitravena dan debridema bedah. Jika memungkinkan, penghilangan kondisi predisposisi bersangkutan harus diupayakan.

Zigomikosis (Mukormikosis, Pikomikosis)

Zigomikosis merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh jamur zygomicetes seperti Rhizomucor, Absidia, dan Rhizopus. Cuninghamella bertholletiae dan Saksenaea vasiformis merupakan penyebab yang kurang umum. Zygomycetes menyebabkan penyakit pada pasien diabetes, neutropenia, atau gagal ginjal yang tidak ditangani dengan baik. Invasi langsung oleh jamur melalui luka sobekan telah dilaporkan terjadi setelah trauma akibat bencana alam (seperti selama terjadinya banjir lumpur atau tsunami). Jamur ini bisa memasuki daerah-daerah luka bakar nekrotis atau melibatkan kulit wajah setelah infeksi invasif pada sinus paranasal (Gbr. 190-19). Infeksi-infeksi zygomycetes juga telah disebabkan oleh aposisi dekat dari kulit yang memiliki material penutup terkontaminasi pada kasus R. rhizopodiformis atau dengan depresor lidah dari kayu pada kasus R. microsporus. Jamur zygomycetes memiliki kencederungan untuk menginvasi pembuluh darah, menyebabkan infarksi yang luas. Infeksi bisa merespon terhadap amfoterisin intravena, dan laporan terbaru untuk formulasi amfoterisin B yang terkait lipid.

Mykosis oportunis lainnya

Jamur lain yang menyebabkan infeksi sistemik juga bisa menghasilkan lesi kulit dalam proses penyebaran aliran darah. Yang paling terkenal adalah Aspergillus, Scedosporium, Trichosporon, dan Fusarium. Infeksi kulit utamanya ditemukan pada pasien yang sangat terganggu sistem kekebalannya seperti yang menderita neutropenia.     Aspergillus bisa menghasilkan lesi-lesi nekrotik luas seperti gangrenosum echtyma, tetapi papula-papula yang lebih kecil dan abses juga bisa terjadi. Infeksi Fusarium bisa menghasilkan lesi-lesi mirip-target yang tersebar luas yang bisa mengalami nekrosis memusat, dan pada beberapa kasus, selulitis digital dan onikomikosis superfisial. Pengobatan untuk semua infeksi ini biasanya adalah amfoterisin B.

Temuan laboratorium. Pembuktian diagnosis dengan tes laboratorium sangat sulit utamanya karena banyak dari organisme ini yang juga hidup berdampingan pada bagian-bagian tubuh manusia; karena organisme ini terdapat pada pasien yang sakit parah, maka kapasitas untuk menghasilkan titer antibodi diagnostik akan terganggu. Interpretasi data

Page 8: 48401928-MIKOSIS

laboratorium dengan demikian sulit dan harus dikaitkan dengan status klinis dari pasien. Idealnya, diagnosis histologis harus ditegakkan, walaupun biopsi tidak memungkinkan karena risiko perdarahan. Pada banyak kasus, diagnosis mykosis sistemik hanya didasarkan pada dugaan, dan dengan demikian pengobatan diberikan secara empiris.

Mukormikosis Rhinoserebral. Mukormikosis rhinoserebral disebabkan oleh Zygomycetes (Mucor dan Rhizopus sp.). Penyakit ini sering muncul disertai sakit kepala, demam, dan letargi, disamping penyumbatan hidung dan nyeri serta pembengkakan facial-okular. Temuan-temuan selanjutnya mencakup proptosis unilateral, ofthalmoplegia, dan nerosis palatal atau nasokutan. Sebanyak 75 hingga 80 persen dari semua kasus terjadi pada pasien yang mengalami diabetes, dan ketoasidosis diabetik merupakan faktor risiko yang paling penting. Ketoasidosis dilaporkan mempertumpul aktivitas inhibitory normal dari serum terhadap Rhizopus. Amfoterisin B dan debridema bedah adalah pengobatan yang dipilih. Virokonazol, caspofungin, dan azol-azol lainnya tidak efektif terhadap Zygomycetes. Triazol, posakonazol, bisa efektif pada infeksi-infeksi ini. Tingkat mortalitas untuk mukormikosis dilaporkan mencapai 50%. Spesies Mucor juga telah diamati, sehingga semakin memperumit bisul-bisul kulit pada kaki dan tangan pasien diabetes melitus.