47409156-PTK-KKPI.pdf

14
A. JUDUL PENELITIAN Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar KKPI Melalui Pembelajaran Kooperatif (Tipe Pendekatan Struktural Think-Pair-Share) pada Siswa Kelas X Ak1 SMK Negeri I Bandar Lampung 2007/2008. B. BIDANG KAJIAN Bidang kajian penelitian adalah tindakan kelas dengan fokus pada desain dan strategi pembelajaran. C. PENDAHULUAN Proses pembelajaran KKPI di sekolah selama ini umumnya masih didominasi oleh kegiatan siswa mengasyiki buku bacaan dari pada mengeksplorasi berbagai objek dan gejala yang ada. Cara belajar tersebut lebih mengarah kepada belajar dengan sistem satu arah (one way) dan kurang bervariasi. Hal ini akan mengakibatkan susasana belajar menjadi membosankan dan tidak dapat mengembangkan potensi siswa secara lengkap. Cara belajar yang berorientasi kepada buku akan membawa siswa sekedar menerima informasi, mengingat dan menghafal. Sistem pembelajaran di SMK yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membawa iklim belajar bukan hanya berkutat pada aspek produk belajar semata, tetapi lebih menekankan pada aspek proses belajar. Proses belajar yang baik, yaitu mampu mengembangkan: sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah, maka dengan sendirinya diharapkan akan memicu hasil belajar siswa yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil pra-survei terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran KKPI SMK Negeri Bandar Lampung TP 2007/2008 dilihat dari kategori ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pihak sekolah adalah 65 dapat disajikan dalam tabel berikut:

Transcript of 47409156-PTK-KKPI.pdf

Page 1: 47409156-PTK-KKPI.pdf

A. JUDUL PENELITIAN

Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar KKPI Melalui Pembelajaran

Kooperatif (Tipe Pendekatan Struktural Think-Pair-Share) pada Siswa Kelas

X Ak1 SMK Negeri I Bandar Lampung 2007/2008.

B. BIDANG KAJIAN

Bidang kajian penelitian adalah tindakan kelas dengan fokus pada desain dan

strategi pembelajaran.

C. PENDAHULUAN

Proses pembelajaran KKPI di sekolah selama ini umumnya masih didominasi

oleh kegiatan siswa mengasyiki buku bacaan dari pada mengeksplorasi

berbagai objek dan gejala yang ada. Cara belajar tersebut lebih mengarah

kepada belajar dengan sistem satu arah (one way) dan kurang bervariasi. Hal

ini akan mengakibatkan susasana belajar menjadi membosankan dan tidak

dapat mengembangkan potensi siswa secara lengkap. Cara belajar yang

berorientasi kepada buku akan membawa siswa sekedar menerima informasi,

mengingat dan menghafal.

Sistem pembelajaran di SMK yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), membawa iklim belajar bukan hanya berkutat pada aspek

produk belajar semata, tetapi lebih menekankan pada aspek proses belajar.

Proses belajar yang baik, yaitu mampu mengembangkan: sikap ilmiah, proses

ilmiah, dan produk ilmiah, maka dengan sendirinya diharapkan akan memicu

hasil belajar siswa yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil pra-survei terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa

kelas X pada mata pelajaran KKPI SMK Negeri Bandar Lampung TP

2007/2008 dilihat dari kategori ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pihak

sekolah adalah 65 dapat disajikan dalam tabel berikut:

Page 2: 47409156-PTK-KKPI.pdf

1Tabel 1. Hasil Ulangan Harian KKPI Siswa Kelas X SMK Negeri I Bandar

Lampung Semester Ganjil TP 2006/2007

Kategori Nilai Jumlah siswa Prosentase Ketuntasan secara Klasikal ≥ 65 16 38,88 % < 65 24 61,12% Jumlah 40 100,00%

Sumber: Buku Presensi dan Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar Kelas X SMK Negeri I Bandar Lampung.

Fakta di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1

sebagian besar masih rendah, yaitu sebesdar 61,12% tergolong kategori belum

tuntas. Selain hasil belajar yang rendah, pengalaman selama ini menunjukkan,

bahwa pada diri siswa SMK kelas X, khususnya dalam mengikuti pelajaran

KKPI di SMK Negeri I Bandar Lampung banyak yang kurang termotivasi,

karena semasa di SMP mereka lebih banyak belajar dengan cara menghafal.

Pengalaman empiris yang sama juga dilaporkan oleh (Djohar, 1992),

kurangnya minat siswa belajar lebih dipicu oleh sistem belajar di sekolah yang

belum mampu membangkitkan minat belajar.

Kurangnya motivasi siswa dalam belajar dan rendahnya hasil belajar KKPI

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai variabel yang esential, seperti

kesulitan siswa memahami konsep KKPI, cara verbal guru mengajar KKPI,

penggunaan media belajar, berbagai sistem pembelajaran KKPI, dan

sebagainya. Berbagai faktor tersebut apabila diaplikasikan di dalam proses

belajar mengajar KKPI di sekolah, maka akan meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa.

Adanya berbagai alternatif di atas, maka variabel sistem pembelajaran KKPI

paling mendesak untuk dibenahi. Dalam hal ini pembelajaran KKPI yang

dimaksud adalah pembelajaran kooperatif, khususnya tipe pendekatan

struktural think-paire-share. Menurut Qadriyah (2003), pembelajaran

kooperatif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran motivasional yang

diyakini mampu meningkatkan motivasi siswa maupun hasil belajar siswa,

karena pembelajaran ini berorientasi kepada siswa (student oriented), yang

melibatkan siswa secara emosional dan sosial dalam belajar.

Page 3: 47409156-PTK-KKPI.pdf

2Penggunaan metode pembelajaran kooperatif memungkinkan tercipta suasana

interaksi siswa yang kooperatif. Antarsiswa akan memungkinkan menjadi

sumber belajar bagi sesamanya, dan siswa akan merasa lebih mudah belajar

sehingga guru dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan belajar.

D. PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah “rendahnya

motivasi dan hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK Negeri I Bandar

Lampung”. Sehubungan dengan masalah tersebut, maka lingkup penelitian ini

adalah “memperbaiki kualitas pembelajaran KKPI guna meningkatkan

motivasi belajar dan hasil belajar KKPI”.

Berdasarkan masalah dan lingkup penelitian ini, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut.

1) Apakah pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-

share) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran KKPI

siswa kelasa X Ak1 SMK Negeri 1 Bandar Lampung?

2) Apakah pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-

share) dapat meningkatkan hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK

negeri I Bandar Lampung?

3) Bagaimanakah implementasi pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan

struktural think-paire-share) dapat meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK Negeri I Bandar Lampung?

2.PEMECAHAN MASALAH

Pemecahan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada memperbaiki

kualitas pembelajaran KKPI di kelas. Tahapan-tahapan yang dilakukan antara

lain sebagai berikut.

a. Identifikasi Tindakan

Alternatif tindakan yang ditetapkan dalam pemecahan masalah penelitian

ini adalah pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-

Page 4: 47409156-PTK-KKPI.pdf

3paire-share) untuk materi pokok KKPI SMK kelas X. Alternatif ini

ditetapkan, karena sifat pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran

yang bersifat motivasional dan berpusat kepada siswa. Hasil penelitian

sejenis yang dilakukan oleh Qadriyah (2003), terbukti dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif (Tipe STAD) dapat meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa SMU Wahid Hasyim Malang Tahun Pelajaran

2001/2002.

b. Cara Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Menyusun profil siswa berdasarkan kemampuan akademik melalui tes

awal.

2) Menyusun kelompok yaitu pasangan siswa.

3) Menganalisis konsep-konsep materi pokok yang akan diajarkan, yaitu:

aspek kesulitan, kompleksitas, relevansi media, dan ketersediaan

lingkungan sekolah yang mendukung konsep yang dipelajari.

4) Mendisain materi pokok KKPI ke pembelajaran kooperatif (tipe

pendekatan struktural think-paire-share).

5) Menyusun kuesioner siswa, lembar observasi pembelajaran, instrumen

pengukur motivasi, dan tes hasil belajar.

6) Melaksanakan pembelajaran kooperatif berdasarkan disain

pembelajaran yang dikembangkan pada no 4).

7) Melakukan monitoring proses pembelajaran, dan refleksi siklus 1, serta

mendisain ulang rencana tindakan untuk dilakukan perbaikan pada

tindakan siklus 2 sampai dengan monitoring dan refleksi.

c. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Page 5: 47409156-PTK-KKPI.pdf

41) Pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)

dapat meningkatkan motivasi belajar KKPI.siswa kelas X Ak1 SMK

Negeri 1 Bandar Lampung.

2) Pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)

dapat meningkatkan hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK

Negeri I Bandar Lampung.

d. Indikator keberhasilan Tindakan

Untuk memperoleh gambaran keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam

pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)

dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

1) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif

Aktivitas siswa yang diukur dalam pembelajaran kooperatif adalah

frekuensi siswa dalam beraktivitas meliputi: bertanya, berpendapat dan

menjawab pertanyaan dalam diskusi. Aktivitas ini akan diukur dengan

lembaran pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat

(observer) dalam setiap siklus.

2) Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa yang akan diukur adalah motivasi awal (pra

tindakan) dan motivasi setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif.

Motivasi siswa diukur dengan skala yang berupa angket. Indikator

keberhasilan motivasi belajar adalah apabila motivasi siswa setelah

pembelajaran kooperatif meningkat dibandingkan motivasi awal.

3) Skor Hasil Belajar KKPI

Skor hasil belajar siswa yang akan diukur adalah skor pengetahuan

awal yang diukur dengan tes. Tes dilakukan sebelum tindakan (sebagai

tes awal), hasil tes pada setiap akhir tindakan, hasil pekerjaan siswa

dalam pembelajaran, dan hasil tes akhir. Indikasi keberhasilan dalam

hasil belajar didasarkan kepada peningkatan ketuntasan belajar secara

klasikal yang menggunakan skor standar tuntas individu 65.

Page 6: 47409156-PTK-KKPI.pdf

53. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini antara lain untuk meningkatkan:

1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran KKPI melalui

pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share).

2) Meningkatkan motivasi belajar siswa KKPI melalui pembelajaran

kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share).

3) Meningkatkan hasil belajar KKPI melalui pembelajaran kooperatif (tipe

pendekatan struktural think-paire-share).

4) Meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar KKPI melalui

pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)

4. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Manfaat hasil penelitian ini secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas

proses pembelajaran KKPI di SMK Negeri I Bandar Lampung. Secara khusus

dapat diuraikan manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar KKPI dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share).

2) Bagi siswa, melalui pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural

think-paire-share) dapat digunakan untuk melatih keterampilan

berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman di kelas dalam rangka

menjadi sumber belajar sesamanya.

3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan

dalam menciptakan suasana sekolah yang berdampak kepada motivasional

siswa berkaitan dengan aktivitasnya belajar di sekolah.

E. KAJIAN PUSTAKA

Sebagaimana dipahami oleh semua guru bahwa di dalam proses pembelajaran,

tugas guru tidak hanya terbatas memberikan informasi ilmu pengetahuan

kepada siswa. Tugas yang lebih berat adalah mengusahakan bagaimana

konsep-konsep penting dan yang berguna dapat tertanam kuat di dalam benak

Page 7: 47409156-PTK-KKPI.pdf

6siswa. Dalam pembelajaran KKPI, siswa pada hakikatnya memahami baik

proses maupun produk KKPI. Oleh karena itu mengajarkan IPA (sama halnya

dengan KKPI) yang terbatas kepada produknya dianggap belum lengkap,

karena baru mengajarkan salah satu komponennya (Mariana, 1995).

Menurut Funk et al., seperti dikutip oleh Nur (1996), proses ... dapat

diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) keterampilan proses dasar, seperti:

mengamati, mengkalifikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan,

dan (2) keterampilan proses terpadu, seperti: mengidentifikasikan variabel,

menyusun data tabel, menyusun grafik, mendeskripsikan hubungan antar

variabel, memperoleh dan memroses data, menganalisis penyelidikan,

merumuskan hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, dan

melakukan eksperimen.

Proses pembelajaran KKPI sebagaimana dipaparkan di atas tampak sarat

dengan berbagai aktivitas. Banyaknya aktivitas dalam belajar KKPI menuntut

sistem pembelajaran yang mampu mengembangkan berbagai aktivitas tersebut,

sehingga dapat menumbuhkan adanya motivasi yang tinggi pada subjek

belajar yang pada gilirannya akan meningkatkan pula hasil belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

motivasional yang diyakini mampu meningkatkan baik motivasi maupun hasil

belajar siswa. Menurut Arend (1989), setidaknya terdapat tiga tujuan yang

dapat dicapai melalui pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) peningkatan kinerja

prestasi akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman, seperti: status sosial,

suku, kemampuan dan sebagainya, dan (3) keterampilan bekerja sama atau

kolaborasi dalam pemecahan masalah. Menurut Sidharta (2004), beberapa

ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Kesulitan dalam

belajar akan mudah dipecahkan apabila di dalam kolaborasi terdapat variasi

kemampuan akademik. Seperti dikemukakan oleh Vygotsky (dalam Qadriyah,

2003), bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada

dalam zona perkembangan terdekat (zona of proximal development) mereka.

Pada saat siswa sedang bekerja bersama (kooperatif), kemungkinan sekali

Page 8: 47409156-PTK-KKPI.pdf

7tingkat prestasi atau kinerja salah seorang anggota kelompok pada suatu tugas

tertentu berada pada tingkat kognitif sedikit dari tingkat kinerja siswa tersebut.

Berdasarkan pembahasan di atas menunjukkan bahwa, melalui pembelajaran

kooperatif pemecahan masalah terhadap konsep-konsep yang sulit dapat

dilakukan oleh sesama siswa melalui kolaborasi. Oleh adanya keragaman

kemampuan maka di dalam kolaborasi yang positif akan terbangun aliran

tingkat kinerja yang tinggi menuju tingkat kinerja yang rendah. Keadaan ini

dengan sendirinya di dalam aktivitas belajar, maka siswa yang berkemampuan

tinggi akan membawa dampak positif bagi siswa yang berkemampuan lebih

rendah.

Menurut Sidharta (2004), hal yang paling penting diperhatikan untuk dapat

melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah memastikan kelompok siswa

telah jelas strukturnya. Secara praktis guru dapat memilih beberapa tipe

pembelajaran kooperatif, memilih materi yang sesuai, membentuk kelompok

siswa, mengembangkan materi dan tujuan, mengenalkan siswa kepada tugas

dan peran, dan merencanakan waktu serta tempat.

Pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan laboratorium, yaitu kegiatan

praktikum oleh Berg (1995), dinyatakan bahwa kegiatan praktikum

mendukung perkembangan konsep maupun keterampilan proses dalam diri

siswa. Namun demikian perlu diingat bahwa tidak setiap praktikum dapat

meningkatkan kemampuannya sebab setiap jenis praktikum menuntut didaktik

yang berbeda. Menurut Berg, faktor didaktik yang jarang diperhatikan adalah:

perumusan tujuan, perumusan tujuan ke dalam konsep, proses,

peralatan/keterampilan, melatih keterampilan peralatan “sebelum praktikum

konsep” atau “praktikum keterampilan” berlangsung, menganalisis petunjuk

kerja (konsep-konsep, LKS, proses, peralatan), membimbing praktikum baik

pada alat, konsep, maupun proses.

Hasil-hasil penelitian yang terkait dengan pembelajaran, khususnya aspek

penguasaan pengetahuan menunjukkan: Pertama, dilaporkan oleh Leonard

(1988), bahwa pada pengajaran sains yang menggunakan pendekatan yaitu:

guided inquiry dan extended discretion yang diterapkan pada tiga variabel

Page 9: 47409156-PTK-KKPI.pdf

8yang diteliti, yaitu: Laboratory Quizes, Laboratory Report, dan Laboratory

exam memberikan hasil yang berbeda secara signifikan. Siswa yang

dikondisikan dengan belajar menggunakan Laboratory Quizes, Laboratory

Report dalam pendekatan guided inquiry (bimbingan lebih besar dari pada

extended discretion) menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi. Kedua,

penelitian yang dilaporkan oleh Glasson (1989), menunjukkan bahwa rata-rata

hasil belajar dalam pengajaran yang menggunakan metode pedoman kegiatan

(hand on teaching method) lebih tinggi dari pada metode demonstrasi (teacher

demonstration) pada saat guru mengajarkan aspek fakta, konsep, dan strategi

pemecahan masalah.

Hasil-hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan menekankan

kepada aktivitas kerja di laboratorium, berarti kompetensi psikomotorik, yaitu

keterampilan proses siswa berkembang. Tingginya penguasaan siswa terhadap

bahan ajar memberikan indikasi bahwa apabila keterampilan proses KKPI

dimiliki oleh siswa maka pada kompetensi kognitif siswa juga berkembang.

Dengan hasil ini berarti pembelajaran KKPI yang lengkap dapat direalisasikan

F. METODE PENELITIAN

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini berangkat dari perumusan

masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan langkah-

langkahnya sebagai berikut.

a. SETTING

Penelitian kaji tindak ini dilaksanakan pada semester ganjil yaitu pada tahun

ajaran 2007/2008. dan dilaksanakan di kelas X Ak1 Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri 1 Bandar Lampung

b. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini adalah tentang efektifitas metode kooperatif (tipe pendekatan

struktural think-pair-share) dengan melihat peningkatan motivasi belajar dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran KKPI.

Page 10: 47409156-PTK-KKPI.pdf

91. Perencanaan Tindakan

Tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: Mendisain

lingkungan sebagai sumber belajar dalam disain instruksional

pembelajaran KKPI kelas X dan mengembangkannya dalam bentuk LKS.

2. Pelaksanaan

Berdasarkan pada perencanaan tindakan yang dikemukakan di atas, maka

hasilnya diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah oleh guru yang

bersangkutan. Untuk memperoleh gambaran kesesuaian antara

perencanaan tindakan dengan pelaksanaannya maka dalam proses

pembelajaran yang dikembangkan akan dilakukan monitoring oleh peneliti

dan guru terutama berkaitan dengan keterlaksanaan disain pembelajaran,

kejelasan disain, suasana kelas, kesulitan siswa dalam melaksanakan

kegiatan, penguasaan konsep oleh siswa, dan tingkat keterampilan proses

pembelajaran KKPI oleh siswa. Monitoring dilaksanakan selama

penelitian berlangsung, yaitu terhadap dua kompetensi dasar pada semester

ganjil Tahun pelajaran 2007/2008. Alat monitoring yang disiapkan, yaitu:

pedoman pengamatan, tes dan angket.

3. Evaluasi Hasil Tindakan

Evaluasi hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1) Evaluasi terhadap kualitas disain pembelajaran yang dikembangkan

guru.

2) Evaluasi kompetensi psikomotorik, yaitu keterampilan proses KKPI

yang dicapai siswa.

3) Evaluasi terhadap kompetensi kognitif, yaitu penguasaan konsep

dalam hal ini hasil belajar siswa.

4. Refleksi dan Pengambilan Keputusan dalam Rangka Pengembangan

Lebih Lanjut

Berdasarkan implementasi tindakan dan monitoring yang direncanakan

dalam penelitian ini maka hasilnya akan digunakan di dalam memperbaiki

Page 11: 47409156-PTK-KKPI.pdf

10disain pembelajaran KKPI pada siklus berikutnya (dalam penelitian

dilakukan tiga siklus). Apabila diperoleh implementasi tindakan yang

tidak sesuai dengan perencanaan, maka ditempuh dengan cara melakukan

perbaikan-perbaikan seperti digambarkan dalam siklus proses penelitian

tindakan. Akan tetapi sebaliknya apabila diperoleh implementasi tindakan

yang sesuai dengan perencanaan tindakan, maka dapat digunakan sebagai

alternatif dalam pembelajaran KKPI yang berbasis lingkungan.

Secara keseluruhan langkah-langkah yang dilakukan dalam metode

penelitian ini dapat divisualisasikan ke dalam siklus kegiatan sebagai

berikut:

4 1 4 1 4 1

Siklus Pertama Siklus Kedua Siklus Ketiga

3 2 3 2 3 2

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan (Mc Kernan dalam Depdikbud, 1999)

Berdasarkan proses tersebut dapat dilihat bahwa pada proses siklus

pertama akan dikembangkan kegiatan mulai dari perencanaan, tindakan,

implementasi, dan refleksi. Dengan melakukan kegiatan pembelajaran

koopertif (tipe pendekatan struktural think-pair-share) yaitu dengan cara

berkelompok atau terdiri dari lima orang siswa yang bodoh dipandu oleh

satu orang siswa yang pandai. Setelah siklus pertama selesai maka kita

akan melihat hasil yang dicapai oleh siswa apakah metode yang kita pakai

tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar KKPI

Setelah itu kita akan melanjutkan ke proses siklus kedua dengan

menggunakan kegiatan belajar yang sama tetapi dengan kelompok yang

lebih kecil, sehingga pada akhir penelitian ini akan diajukan rekomendasi

dalam rangka mengambil keputusan berkenaan dengan upaya yang dapat

dilakukan dalam meningkatkan keterampilan proses pembelajaran KKPI.

Page 12: 47409156-PTK-KKPI.pdf

11G. JADWAL PENELITIAN

Jadwal kegiatan penelitian direncanakan selama 3 bulan efektif, yaitu mulai

dari persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian. Rangkaian

kegiatan selama 3 bulan dapat dituangkan ke dalam jadwal sebagai berikut.

Tabel 1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

Waktu Agustus September Oktober November No Rencana Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Bimbingan

proposal (Persiapan)

2. Pelaksanaan siklus 1

3. Pelaksanaan siklus 2

4. Pembuatan laporan 5. Seminar hasil 6. Perbaikan hasil

seminar

7. Penggandaan dan penyerahan laporan akhir

H. PERSONALIA PENELITIAN

Personalia peneliti dalam usulan penelitian ini merupakan penelitian mandiri.

I. RINCIAN PEMBIAYAAN PENELITIAN

Alokasi pembiayaan penelitian ini dananya diharapkan diperoleh dari

Departemen Pendidikan Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2007. Adapun

rincian pembiayaan penelitian dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 3. Rincian Pembiayaan Penelitian

No. Uraian Volume Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

A. Persiapan Pembimbingan a. Transport peserta dari Kab/Kota 1 OH 100,000 100,000b. Konsumsi 1 Keg 17,150 17,150c. ATK dan Bahan Habis 1 Keg 2,000 2,000

Page 13: 47409156-PTK-KKPI.pdf

12

No. Uraian Volume Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

d. Penggandaan 80 Lb 100 8,000e. Dokumentasi 1 Keg 1,550 1,550

B. Pelaksanaan Bimbingan PTK 1 Pembuatan Proposal a. Transport Fasilitator ke Kab/Kota 1 OK 28,650 28,650b. Transport Peserta ke Unila 1 OK 100,000 100,000c. ATK dan Bahan Habis untuk Peserta 1 OK 200,000 200,000

2 Pelaksanaan PTK (Pelaksanaan

Siklus)

a. Transport Fasilitator ke Kab/Kota utk Monitoring

1 OK 28,650 28,650

b. Honor peneliti/Peserta 1 OK 150,000 150,000c. ATK dan Bahan Habis unt Peserta 1 OK 250,000 250,000d. Biaya Instrumen dan Analisis Data 1 OK 225,000 225,000

3 Penyusunan Laporan PTK a. Transport Fasilitator ke Kab/ Kota 1 OK 28,650 28,650b. Honor Peneliti/Peserta 1 OK 100,000 100,000c. Transport Peserta ke Unila 2 OK 100,000 200,000d. ATK dan Bahan Habis unt Peserta 1 OK 260,000 260,000e. Penggadaan Laporan 5 Exp 100,000 500,000

C. Publikasi Hasil PTK melalui

Seminar

a. Transport peserta dari Kab/Kota ke Unila

1 OK 100,000 100,000

b. Konsumsi (49 peserta, 7 Revierwer dan 8 panitia)

1 Keg 15,000 19,500

c. ATK dan Bahan Habis 1 OK 114,300 114,300d. Penggadaan 1 OK 57,200 57,200e. Dokumentasi 1 Keg 2,000 2,000f. Kepanitiaan 1 OK 7,350 7,350

2,500,000

J. DAFTAR PUSTAKA

Berg, Ed Vanden. (1995). “Pengajaran Sains Sekarang dan Masa yang Akan Datang : Suatu Tinjauan Internasional” Makalah. Disampaikan pada

Page 14: 47409156-PTK-KKPI.pdf

13Seminar Nasional Pendidikan sains dan Matematika UKSW Salatiga 10-12 Januari 1995.

Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan. Action Research. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Umum.

Glasson, E. George. (1989). “The Effects of Hands and Teacher Demonstration Laboratory Methods on Science Achievement in Relation to Reasoning Ability and Prior Knowledge”. Yeany Jr, Russel H. (ed.)., Journal of Research in Science Teaching. New York: John Willey and Sons Inc., Vol. 26. Issues 9 December 1989. pp. 126-127.

Hartoto, Johanes. (1995). “Peningkatan Kualitas Lingkungan Melalui Program Rekreasi”. Jurnal: Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. IKIP Yogyakarta. Nomor 1. Tahun XIV, Februari 1995. p. 80.

Leonard, William. H. (1987). An Experimental Test of an Extended Descretion Laboratory Approach for University General Biology. Yeany Jr, H. Russel, (Ed.)., Journal of Research in Science Teaching. New York: John Willey and Sons, Inc., Vol. 26. Issues 9 December 1989. pp. 86-87.

Mariana, I. M. Alit. (1995). Hakikat Pendekatan Science, Technology, and Society. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan Teknis, Depdikbud.

Nur, Muhammad. (1996). Konsep tentang Arah Pengembangan IPA SMP dan SMU dalam Waktu 5 Tahun yang akan Datang. Jakarta: Proyek Pengadaan Alat-alat IPA dan PKG, Direktorat Pendidikan dan Menengah Umum, Depdikbud.

Smith, Julian et al. (1973). Outdoor Education. New Jersey 07632: Englewood Cliffs, Prentice Hall, Inc.