46477827-makalah-Hematokezia

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jangan menganggap sepele penyakit diare yang disertai darah. Tidak menutup kemungkinan itu gejala hematochezia atau pendarahan saluran cema. Dalam stadium lanjut, hematochezia bisa menyebabkan kematian. Penyebab utama hematochezia adalah kelainan bawaan pada lambung (garter) bagian atas. Hematochezia juga bisa disebabkan karena diverticle meckel, polyp pada usus besar, dan juga karma adanya puntiran (volvulus) pada usus. "Penyakit ini banyak dialami anak-anak dan juga BBL. Dan tidak jarang menjadi penyebab kematian. Karena penderita kehabisan darah,". Meskipun tidak bisa dipastikan berapa lama waktu penderita hematochezia mampu bertahan. Tetapi kata dia, karma pendarahan yang terjadi pada penderita adalah pendarahan hebat sebaiknya orang tua segera membawa penderita ke R.S. "Yang harus diketahui bahwa hematochezia biasanya, pendarahannya terjadi lewat 1

Transcript of 46477827-makalah-Hematokezia

Page 1: 46477827-makalah-Hematokezia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jangan menganggap sepele penyakit diare yang disertai darah. Tidak

menutup kemungkinan itu gejala hematochezia atau pendarahan saluran cema.

Dalam stadium lanjut, hematochezia bisa menyebabkan kematian.

Penyebab utama hematochezia adalah kelainan bawaan pada lambung

(garter) bagian atas. Hematochezia juga bisa disebabkan karena diverticle meckel,

polyp pada usus besar, dan juga karma adanya puntiran (volvulus) pada usus.

"Penyakit ini banyak dialami anak-anak dan juga BBL. Dan tidak jarang

menjadi penyebab kematian. Karena penderita kehabisan darah,".

Meskipun tidak bisa dipastikan berapa lama waktu penderita hematochezia

mampu bertahan. Tetapi kata dia, karma pendarahan yang terjadi pada penderita

adalah pendarahan hebat sebaiknya orang tua segera membawa penderita ke R.S.

"Yang harus diketahui bahwa hematochezia biasanya, pendarahannya terjadi

lewat anus,".

Diperlukan alai khusus endoscopy anak dan scan nuklir untuk mendeteksi

sumber pendarahan pada hematochezia.

Karena itu setiap kali ada pasien hematochezia harus segera merujuk pasien

ke Jakarta. "Makanya jika ada tanda-tanda hematochezia pada anak anda

sebaiknya segera dibawa ke RS. Karena harus dapat penanganan segera. Jika,

tidak, akibatnya bisa fatal karena bisa menyebabkan kematian,".

B. Tujuan Penulisan

Dari uraian Tatar belakang tersebut di atas maka dalam makalah ini penulis

merumuskan masalah yaitu bagaimana konsep dasar permasalahan penyakit

hematokezia ?

1

Page 2: 46477827-makalah-Hematokezia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hematokezia

Hematochezia adalah bagian dari kotoran merah cerah, darah dari rektum,

juga disebut thusly (darah merah per rektum). Hal ini dibedakan dari melena,

yang kotoran dengan darah yang telah diubah oleh flora usus dan muncul hitam /

"tinggal". Hematochezia umumnya dikaitkan dengan perdarahan gastrointestinal

yang lebih rendah.

Hematochezia adalah buang air besar darah merah segar dari saluran cerna

bagian bawah (SCBB). Pseudomelena adalah buang air besar berwarna hitam,

tapi penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah disebabkan

darah terlalu lama di usus. Pseudohematokezia adalah buang air besar merah

segar tapi disebabkan oleh perdarahan masif dari SCBA, dimana darah yang

keluar tidak sempat bercampur dengan asam lambung. Saluran cerna bagian

bawah (SCBB) meliputi jejunum distal dibawah ligamenturn TReitz, ileum,

kolon, rektum dan anus.

B. Gambaran Klinis

Perdarahan SCBB dapat bermanifestasi dalam bentuk hematoskezia,

maroon stool, melena, atau perdarahan tersamar.

Hematoskezia adalah: darah segar yang keluar lewat anus/rektum. Hal ini

merupakan manifestasi klinis perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber

perdarahan pada umumnya berasal dari anus, rektum, atau kolon bagian kiri

(sigmoid atau kolon descendens), tetapi juga dapat berasal dari usus kecil atau

saluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut berlangsung masif

(sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam lambung) dan

masa transit usus yang cepat.

2

Page 3: 46477827-makalah-Hematokezia

Maroon stool: darah yang berwarna merah hati (kadang bercampur dengan

melena) yang biasanya berasal dari perdarahan di kolon bagian kanan (ileo-

caecal) atau jugs dapat dari SCBA/usus kecil bila waktu transit usus cepat.

Melena adalah buang air besar atau feses yang berwarna hitam seperti kopi

(bubuk kopi) atau seperti ter (aspal), berbau busuk dan hat ini disebabkan

perubahan hemoglobin menjadi hematin.

Perubahan ini dapat terjadi akibat kontak hemoglobin dengan asam

lambung (khas pada perdarahan SCBA) atau akibat degradasi darah oleh bakteri

usus. Misalnya pada perdarahan yang bersumber di kolon bagian kanan yang

disertai waktu transit usus yang lambat. Perdarahan SCBB akan tersamar bila

jumlah darah sedikit sehingga tidak mengubah warns feses yang keluar.

Gambaran klinis lainnya akan sesuai dengan penyebab perdarahan

(misalnya pada tumor rektum, teraba masse pada pemeriksaan colok dubur) dan

dampak hemodinamik yang terjadi akibat perdarahan tersebut (misalnya anemia

atau adanya renjatan). Sebagian besar perdarahan SCBB (lebih kurang 85%)

berlangsung akut, berhenti spontan, dan tidak menimbulkan gangguan

hemodinamik.

Perdarahan SCBB diklasifikasikan sebagai perdarahan akut dan berat bila:

Telah menimbulkan keadaan hipotensi ortostatik atau renjatan.

Terdapat penurunan hematokrit minimal 8-10% setelah resusitasi volume

intravaskular dengan cairan kristaloid atau plasma expander, dan

Terdapat faktor risiko seperti pada usia lanjut atau terdapat penyulit lainnya

yang bermakna.

C. Penyebab

Lokasi lesi sumber perdarahan pada kasus dengan hematoskezia (sebagai

tanda yang paling umum untuk SCBB): 74% berada di kolon, 11% berasal dari

SCBA, 9% usus kecil, dan 6% tidak diketahui sumbernya

Perdarahan akut dan hebat pada umumnya disebabkan oleh angiodisplasia

3

Page 4: 46477827-makalah-Hematokezia

dan divertikulosis. Sedangkan yang kronik intermiten disebabkan oleh hemoroid

dan keganasan kolon. Etiologi perdarahan SCBB yang harus dipertimbangkan dan

cukup sering dihadapi di Indonesia adalah perdarahan di usus kecil pada demam

tifoid.

D. Tata Laksana

Penatalaksanaan perdarahan SCBB tentunya akan bervariasi tergantung

pada penyebab atau lesi sumber perdarahan, dampak hemodinamik yang telah

terjadi pada waktu masuk rumah sakit, pola perdarahan yang bersifat akut atau

telah berlangsung lama/kronik. Algoritme tats laksana perdarahan SCBB dalam

makalah ini, merupakan hasil konsensus dalam beberapa tahapan pertemuan

sidang organisasi profesi Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia.

E. Initial Assessment

Tiap kasus perdarahan saluran cerna, walaupun tampaknya darah yang

keluar berdasarkan anamnesis sedikit, harus diperhatikan diperlakukan secara

cermat, cepat, dan tepat pada waktu awal pemeriksaan. Sebab rongga/lumen

saluran cerna dapat menampung darah cukup banyak sebelum bermanifestasi

sebagai hematoskezia, sehingga dapat mengecohkan kita sehingga pasien dapat

segera masuk ke dalam keadaan gangguan hemodinamik. Pada initial assessment

ini (sesuai dengan Airway Breathing Circulation-nya bidang emergensi) kita

sudah harus segera mendapatkan gambaran apakah kasus perdarahan ini sudah

terdapat atau potensial terjadi gangguan hemodinamik, perlu tidaknya tatas

laksana emergensi atau dapat ditangani secara efektif (terencana). Dan akurasi

penilaian ini sangat mempengaruhi prognosis kasus perdarahan pada umumnya

dan khususnya perdarahan saluran cerna (atas atau bawah).

4

Page 5: 46477827-makalah-Hematokezia

F. Riwayat Penyakit

Nilai dalam anamnesis apakah perdarahan/darah tersebut bercampur dengan

feses (seperti terjadi pada kolitis atau lesi di proksimal rektum) atau

terpisah/menetes (terduga hemoroid), pemakaian antikoagulan, atau terdapat

gejala sistemik lainnya seperti demam lama (tifoid, kolitis infeksi), menurunnya

berat badan (kanker), perubahan pola defekasi (kanker), tanpa rasa sakit

(hemoroid intema, angiodisplasia), nyeri perut (kolitis infeksi, iskemia

mesenterial), tenesmus ani (fisura, disentri). Apakah kejadian ini bersifat akut,

pertama kali atau berulang, atau kronik, akan membantu ke arah dugaan penyebab

atau sumber perdarahan.

G. Pemeriksaan Fisik

Segera nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi

postural (Tilt test). Jangan lupa colok dubur untuk menilai sifat darah yang keluar

dan ada tidaknya kelainan pada anus (hemoroid interns, tumor rekturn).

Pemeriksaan finis abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan (iskemia

mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa intraabdomen (tumor

kolon, amuboma, penyakit Crohn). Pemeriksaan sistemik lainnya: adanya artritis

(inflammatory bowel disease), demam (kolitis infeksi), gizi buruk (kanker),

penyakit jantung koroner (kolitis iskemia).

H. Laboratorium

Segera harus dinilai adalah kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan

kalau sarana lengkap waktu protrombin. Laboratorium lain sesuai indikasi.

Penilaian hasil laboratorium harus disesuaikan dengan keadaan klinis yang ada.

Penilaian kadar hemoglobin dan hematokrit, misalnya pada perdarahan akut dan

masif, akan berdampak pada kebijakan pilihan jenis darah yang akan diberikan

pada proses resusitasi.

5

Page 6: 46477827-makalah-Hematokezia

I. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

Pemeriksaan ini sangat tergantung pada keadaan klinis pasien waktu masuk

rumah sakit, penyebab atau lesi sumber perdarahan, perjalanan penyakit pasien

dan tidak kalah pentingnya adalah sarana diagnostik penunjang yang tersedia.

Secara teori, modalitas sarana pemeriksaan anoskopi, sigmoidoskopi,

kolonoskopi, enteroskopi, barium enema (colon in loop), angiografi/artereriografi,

blood flow scintigraphy, dan operasi laparatomi eksplorasi dapat digunakan untuk

mengidentifikasi lesi sumber perdarahan dan diagnosis penyakitnya. Tidak jarang

modalitas diagnostik ini dapat dipakai sekaligus untuk terapi (endoskopi

terapeutik, embolisasi pada waktu arteriografi).

Masing-masing modalitas diagnostik ini mempunyai kelebihan dan

kekurangan dibandingkan modalitas lainnya. Misalnya pada perdarahan yang

berlangsung masif, peran kolonoskopi akan terhambat oleh sulitnya memperoleh

lapang pandang yang akurat untuk menilai di mana dan apa sumber

perdarahannya. Sedangkan arteriografi lebih mudah untuk mendapatkan lokasi

sumber perdarahan (kalau perlu sekaligus terapinya). Mulai dari diagnostik

(terlebih lagi pada waktu terapi) sudah diperlukan kerja sama tim (internis,

internis konsultan gastroenterologi, ahli bedah, radiologis, radiologis

interventional, dan anestesi) yang optimal sehingga langkah diagnostik (dan

terapi) dapat selaras untuk kepentingan pengobatan pasien seutuhnya. Pada

keadaan tidak adanya gangguan hemodinamik atau keadaan yang masih

memungkinkan kits merencanakan langkah diagnostik yang berencana (elektif),

eksplorasi diagnostik sumber perdarahan relatif tidak menimbulkan

permasalahan. Tetapi bila keadaan pasien tidak stabil, adanya gangguan

hemodinamik, diperlukannya segera pilihan terapi, permasalahan algoritme

diagnostik (jugs berdampak pada algoritme terapi tidak jarang muncul dan terjadi

perbedaan persepsi antara disiplin terkait.

Pemeriksaan penunjang ini akan berbeda pelaksanaannya dan akan berbeda

hasil yang diharapkan dicapai bila menghadapi kasus akutlemergensi atau kasus

6

Page 7: 46477827-makalah-Hematokezia

kronik/elektif Pada makalah ini akan lebih ditekankan pada, prosedur diagnostik

dan terapi pada kasus yang akut dan bersifat emergensi.

Anoskopi/Rektoskopi

Pada umumnya dapat segera, mengetahui sumber perdarahan tersebut bila

berasal dari perdarahan hemoroid interns atau adanya tumor rektum. Dapat

dikerjakan tanpa persiapan yang optimal.

Sigmoidoskopi

Perdarahan dari sigmoid (misalnya tumor sigmoid) masih mungkin dapat

diidentifikasi dengan pemeriksaan ini dengan hanya persiapan laksan enema

(YAL) atau klisma, mengingat darah dalam lumen usus itu sendiri sudah bersifat

laksan.

Kolonoskopi

Pada, keadaan yang bersifat elektif dengan persiapan yang optimal,

pemeriksaan ini dapat dengan relatif mudah mengidentifikasi sumber perdarahan

di seluruh bagian kolon sampai ileum terminal. Tetapi pada, keadaan perdarahan

aktif, lumen usus penuh darah (terutama bekuan darah), maka lapang pandang

kolonoskop akan terhambat. Diperlukan usaha yang berat untuk membersihkan

lumen kolon secara, kolonoskopi. Sering sekali lumen skop tersumbat total

sehingga pemeriksaan harus dihentikan. Tidak jarang hanya dapat

menyumbangkan informasi adanya demarkasi atau batas antara lumen kolon yang

bersih dari darah dan diambil kesimpulan bahwa letak sumber perdarahan di distal

demarkasi tersebut.

Push Enteroskopi

Pemeriksaan ini dilakukan melalui SCBA dan melewati ligamentum Treitz

serta dapat mengidentifikasi perdarahan pada usus kecil. Sarana ini masih sangat

jarang di Indonesia.

7

Page 8: 46477827-makalah-Hematokezia

Barium Enema (colon in loop)

Pada keadaan perdarahan akut dan emergensi, pemeriksaan ini tidak

mempunyai peran. Bahkan kontras yang ada akan memperlambat rencana

pemeriksaan kolonoskopi (kontras barium potensial dapat menyumbat saluran

pada skop) atau skintigrafi (kontras barium akan mengacaukan interpretasi) bila

diperlukan. Serta tidak ada tambahan manfaat terapeutik. Tetapi pada keadaan

yang efektif, pemeriksaan ini mampu mengidentifikasi berbagai lesi yang dapat

diprakirakan sebagai sumber perdarahan (tidak dapat menentukan sumber

perdarahan).

Angiografi/Arteriografi 6

Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkad melalui arteri femoralis

dan arteri mesenterika superior atau inferior, memungkinkan visualisasi lokasi

sumber perdarahan. Dengan teknik ini biasanya, perdarahan arterial dapat

terdeteksi bila lebih dari 0,5 ml per menit. Arteriografi dapat dilanjutkan dengan

embolisasi terapeutik pada, pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan.

Blood Flow Scintigraphy (Nuclear Scintigraphy)

Darah pasien diambil dan dilabel dengan zat radioaktif (99m.technitium),

kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Darah yang berlabel tersebut

akan bersirkulasi dan keluar pada daerah/lokasi lesi. Teknik ini dilaporkan dapat

mendeteksi perdarahan yang relatif sedikit (0,1 ml per menit). Scanning diambil

pada jam 1 dan 4 setelah injeksi darah berlabel Berta 24 jam setelah itu atau

sesuai dengan prakiraan terjadinya perdarahan. Sehingga dapat mendeteksi

perdarahan yang bersifat intermiten dengan cara mengambil scanning pada jam-

jam tertentu.

Operasi Laparatomi Eksplorasi

Tentunya proses operasi secara langsung dapat mengidentifikasi sumber

perdarahan. Tetapi masalahnya adalah kapan tindakan ini akan dilakukan sebagai

8

Page 9: 46477827-makalah-Hematokezia

modalitas diagnostik sekaligus terapeutik, bagaimana pertimbangan toleransi

operasi bagi pasien dan sejauh mana kemudahan untuk mengidentifikasi sumber

perdarahan durante operasi. Secara nyata dalam praktek penatalaksanaannya di

rumah sakit, hal ini sering menimbulkan kontroversi. Keadaan ini membutuhkan

koordinasi multidisiplin yang terkait. Pada dasarnya laparatomi eksplorasi

diindikasikan bila perdarahan hebat yang tidak dapat diatasi secara konservatif.

Perdarahan berulang pada keadaan yang sudah teridentifikasi sumber perdarahan

pada pemeriksaan kolonoskopi, arteriografi, atau scanning, juga tidak

memerlukan intervensi operasi. Risiko operasi akan menurun bila pada operasi

tersebut dapat dilakukan identifikasi sumber perdarahan per kolonoskopik, baik

sebelum maupun durante operasi.

J. Terapi pada Keadaan Akut

Resusitasi

Pada prinsipnya proses resusitasi sama dengan perdarahan SCBA atau

perdarahan akut lainnya, yaitu koreksi defisit volume intravaskular dan stabilisasi

hemodinamik. Pemasangan jalur intravena pada pembuluh besar harus dikerjakan

(bukan pada pembuluh versa kecil walaupun diduga perdarahan sedikit). Pada

awalnya larutan fisiologis NaCI dapat dipakai untuk mencukupi defisit volume

intravaskular.

Bila jelas hemodinamik terganggu dan belum ada darah, plasma ekspander

dapat dipakai untuk keperluan ini. Kadar Hb dan Ht dapat dipakai untuk

parameter kebutuhan transfuse darah dan biasanya,transfusi dengan target Hb

10-11 g/dl atau sesuai dengan kondisi sistemik pasien (umur, toleransi

kardiovaskular, dan lain-lain). Dapat dipakai whole blood bila masih

diperhitungkan perlunya resusitasi volume intravaskular atau red packed cell bila

hanya tinggal perlu menaikkan kadar hemoglobin. Bila terdapat defisiensi faktor

pembekuan. Kombinasi red packed cell dan fresh frozen plasma dapat menjadi

pilihan pertama pada proses resusitasi. Bila terdapat proses gangguan faktor

9

Page 10: 46477827-makalah-Hematokezia

koagulasi lainnya, tentunya harus dikoreksi sesuai kebutuhan.

Bila masih diduga adanya perdarahan yang masif berasal dari SCBA, maka

pemasangan NGT untuk proses diagnostik harus dipertimbangkan. Aspirat NGT

yang jernih, belum menyingkirkan perdarahan bukan berasal dari SCBA.

Medikamentosa

Pada keadaan perdarahan akut, adanya gangguan hemodinamik, belum

diketahui sumber perdarahan, tidak ada studi yang dapat memperlihatkan manfaat

yang bermakna dari obat-obatan untuk keadaan ini. Kecuali telah diketahui,

misalnya perdarahan akibat pemberian antikoagulan atau pada kasus yang telah

diketahui adanya koagulopati. Obat-obat hemostatika yang banyak dikenal dan

beredar luas, dapat disepakati saja dipakai (bila jelas tidak ada kontra indikasi

pada tahap ini dengan mempertimbangkan cost-effective). Demikian pula obat

yang tergolong vasoaktif seperti vasopresin, somatostatin, dan okreotid.

Endoskopi Terapeutik

Pada keadaan di mana endoskopi mendapat peluang (keadaan dalam lumen

kolon cukup bersih) dalam segi identifikasi lesi sumber perdarahan, teknik ini

sekaligus dapat dipakai sebagai modalitas terapeutik (bila fasilitas tersedia).

Kauterisasi Pada lesi angiodisplasia atau tumor kolon, akan mengurangi derajat

atau menghentikan proses perdarahan. Polipektomi pada polip kolon yang

berdarah dapat bersifat kuratif.

Radiologi Intervensional

Dengan teridentifikasinya lokasi perdarahan, durante tindakan dapat

diberikan injeksi intraarterial vasopresin yang dilaporkan dapat mengontrol

perdarahan pada sebagian besar kasus perdarahan divertikel dan angiodisplasia.

Hanya harus diwaspadai efek vasokonstriksi obat tersebut pada sirkulasi tubuh

yang lain, terutama sirkulasi koroner jantung. Alternatif lain dari prosedur ini

10

Page 11: 46477827-makalah-Hematokezia

adalah tindakan embolisasi pada pembuluh darah yang menjadi sumber

perdarahan teridentifikasi tersebut. Harus diwaspadai kemungkinan terjadinya

infark segmen usus terkait akibat prosedur embolisasi tersebut.

Surgikal

Pada prinsipnya operasi dapat bersifat emergensi tanpa didahului

identifikasi sumber perdarahan atau elektif setelah sumber perdarahan

teridentifikasi. Tentunya hal ini mempunyai dampak risiko yang berbeda. Operasi

emergensi mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi bila dilakukan

pada keadaan yang tidak stabil. Kombinasi antara kolonoskopi pre dan durante

operasi diharapkan dapat mengurangi waktu operasi yang dibutuhkan.

K. Terapi Pilihan

Hemoroid Interns

Penyebab tersering perdarahan SCBB, biasanya ringan, tidak

mempengaruhi hemodinamik dan dapat berhenti spontan. Perdarahan biasanya

terjadi setelah defekasi, menetes, darah terpisah dari feses. Harus dibedakan

dengan tumor atau polip rekturn karena tata laksananya sangat berbeda. Terapi

konservatif, terapi sklerosing/ligasi, atau surgikal dapat dikerjakan sesuai indikasi

yang dikaitkan dengan derajat hemoroidnya. Derajat IV atau adanya trombus

memerlukan peran surgikal.

Angioma/Angiodisplasia kolon

Lokasi terutama di daerah kolon kanan atau sekum, biasanya bersifat

multipel. Bila dapat diidentifikasi pada waktu perdarahan, tindakan kauterisasi

perendoskopik dapat menghentikan perdarahan pada sebagian kasus. Di samping

itu alternatif lain berupa embolisasi selektif waktu dilakukan angiografi.

Vasopresin intraarterial dilaporkan cukup bermanfaat dalam menghentikan

perdarahan.

11

Page 12: 46477827-makalah-Hematokezia

Divertikulosis Kolon

Biasanya perdarahan tanpa rasa nyeri, merah segar atau maroon stool,

sering bersumber dari kolon bagian kanan. Pada umumnya spontan berhenti dan

tidak ada terapi medikamentosa yang spesifik pada sebagian besar kasus.

Kekerapan semakin meningkat sesuai umur.

Divertikulum Meckel

Biasanya teridentifikasi dengan teknik pemeriksaan skintigrafi. Terapi

surgikal merupakan pilihan pertama.

Tumor Kolon

Perdarahan biasanya sedikit, bercampur feses, bersifat kronik. Jarang

menimbulkan permasalahan diagnostik dan terapeutik emergensi.

Kolitis Iskemik

Harus dipertimbangkan sebagai penyebab hematoskezia, terutama pada usia

lanjut atau terdapat gangguan koagulasi atau trombosis. Pada umumnya

bermanifestasi bersamaan dengan nyeri perut, terutama setelah makan. Terapi

pilihan sesuai dengan penyakit dasarnya.

Kolitis Radiasi

Adanya riwayat radiasi (terutama radiasi internal pada karsinoma serviks),

harus dipertimbangkan adanya perdarahan SCBB akibat proktitis radiasi.

Pengobatannya masih mengecewakan. Steroid dan sukralfat enema dapat dipakai

dengan hasil yang bervariasi.

Inflammatory Bowel Disease

Secara medikal diusahakan dengan 5-ASA dan steroid. Bila perdarahan

hebat dapat dilakukan operasi kolektomi.

12

Page 13: 46477827-makalah-Hematokezia

Kolitis Infeksi

Hematoskezia terjadi bersamaan dengan klinis tanda infeksi SCBB, seperti

diare dan nyeri perut. Pengobatannya, baku sesuai dengan penyebab dasar. Jarang

perdarahan ini menimbulkan gangguan hemodinamik.

Algoritme Tata Laksana Perdarahan SCBB

Proses pembuatan algoritme tata laksana perdarahan SCBB dalam bentuk

Konsensus Nasional yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Gastroenterologi

Indonesia, Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, dan Perhimpunan Endoskopi

Gastrointestinal Indonesia (penulis dalam hal ini sebagai koordinatornya), pada

saat makalah ini dibuat, dalam fase akhir dan akan diuji coba dalam bentuk

lokakarya di Bandung. Pada prinsipnya, bahwa algoritme ini dapat diterapkan di

berbagai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan konsensus, yang dibuat.

(Lihat lampiran 1, 2, dan 3)

L. Penatalaksanaan Umum atau Suportif

Penatalaksanaan ini memperbaiki keadaan umum dan tanda vital. Yang

paling penting pada pasien perdarahan SCBB atau hematokezia adalah

memberikan resusitasi pada waktu pertama kali datang ke rumah sakit. Kita harus

secepatnya memasang infus untuk pemberian cairan kristaloid (seperti NaCL

0.9% dan lainnya) ataupun koloid (plasma expander) sambil menunggu darah

dengan/tanpa komponen darah lainnya bila diperlukan. Selang nasogastrik perlu

dipasang untuk memonitor apakah perdarahan memang berasal dari SCBB dan

apakah masih aktif berdarah atau tidak dengan melakukan bilasan lambung tiap 6

jam sampai jernih.

Pasien harus diperiksa darah perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit dan

trombosit) tiap 6 jam untuk memonitor aktifitas perdarahan. Sebaiknya bila

dicurigai adanya kelainan pembekuan darah seperti Disseminated Intravascular

Coagullation (DIC) dan lainnya, harus dilakukan pemeriksaan pembekuan darah

13

Page 14: 46477827-makalah-Hematokezia

seperti masa perdarahan, masa pembekuan, masa protrombin, APTT, masa

trombin, Burr Cell, D dimmer dan lainnya. Bila terdapat kelainan pembekuan

darah harus diobati sesuai kelainannya. Pada penderita dengan hipertensi portal

dimana perdarahan disebabkan pecahnya varises esofagus dapat diberikan obat

somatostatin atau oktreotide. Pada perdarahan non varises yang masif, dapat juga

diberikan somatostatin atau oktroetide tetapi jangka pendek 1-2 hari saja. Pada

prinsipnya, urutan penatalaksanaan perdarahan SCBB dapat mengikuti anjuran

algoritme penatalaksanaan dari Konsensus Nasional Indonesia atau Palmer atau

Triadapafilopoulos.

Selain pengobatan pada pasien perdarahan perlu diperhatikan pemberian

nutrisi yang optimal sesegera mungkin bila pasien sudah tidak perlu dipuasakan

lagi, dan mengobati kelainan kejiwaan/psikis bila ada dan memberikan edukasi

mengenai penyakit pada pasien dan keluarga misal memberi tahu mengenai

penyebab perdarahan dan bagaimana cara-cara pencegahaan agar tidak

mengalami perdarahan lagi.

A.

14

Page 15: 46477827-makalah-Hematokezia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian Bab Pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa

hematokezia adalah buang air besar darah merah segar dari saluran cema bagian

bawah (SCBB). Pseudomelena adalah buang air besar berwarna hitam, tapi

penyebab perdarahan berasal dari saluran cema bagian bawah disebabkan darah

terlalu lama di uses. Pseudohematokezia adalah buang air besar merah segar tapi

disebabkan oleh perdarahan masif dari SCBA, dimana darah yang keluar tidak

sempat bercampur dengan asam lambung. Saluran cema bagian bawah (SCBB)

meliputi jejunum distal di bawah ligamentum TReitz, ileum, kolon, rektum dan

anus.

B. Saran

Bagi yang mengalami pendarahan terutama bila buang air besar disertai

dengan darah harus segera dibawa ke RS karena apabila dibiarkan dapat

mengakibatkan kematian.

Mohon perhatian Pemerintah Kabupaten/Kota/Propinsi untuk melengkapi

peralatan untuk mendeteksi dari penyebab dan kandungan dari pendarahan

hematokezia.

15

Page 16: 46477827-makalah-Hematokezia

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy H. Surakarta. : Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS.

Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2. Jakarta EGC.

http://dokmud.wordpress.com/1-0I0/06/03/Perdarahan-saluran=cema-bagian-bawah/

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=62913

http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008-01-01-archive.html

Hadi, Sujono. 1997. Hematokezia. Dalam: Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: CV Sagung Seto.

Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran Cerna. Bagian Bawah Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (belum dipublikasi).

16

Page 17: 46477827-makalah-Hematokezia

MAKALAH

HEMATOKEZIA

Disusun Oleh:

ECHIN SURYANINPM: 0926010069.P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANTRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU2010

17

Page 18: 46477827-makalah-Hematokezia

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam

makalah ini kami membahas tentang “Hematokezia”.

Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan

bimbingan, arahan, koreksi dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu rasa terima

kasih yang dalam-dalamnya

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan

kekeliruan yang mungkin tidak disengaja. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan untuk perbaikan ke depan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Juli 2010

Penulis

18ii

Page 19: 46477827-makalah-Hematokezia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hematokezia ................................................................ 2

B. Gambaran Klinis ............................................................................ 2

C. Penyebab ........................................................................................ 4

D. Tata Laksana .................................................................................. 4

E. Initial Assessment .......................................................................... 4

F. Riwayat Penyakit ........................................................................... 5

G. Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 5

H. Laboratorium .................................................................................. 5

I. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik ............................................... 6

J. Terapi pada Keadaan Akut ............................................................. 9

K. Terapi Pilihan ................................................................................. 12

L. Penatalaksanaan Umum atau Suportif ........................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 16

B. Saran .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

19iii