4

57
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keselamatan ( safety ) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan ( safety ) di rumah sakit, yaitu : keselamatan pasien ( patient safety ), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan ( green productivity ) yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun, harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan hipocrates kira – kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere ( first, do no ham ) . Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu teknologi pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya kejadian tidak diharapkan ( KTD atau adverse event ) apabila tidak dilakukan dengan hati – hati. Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesis yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. 1

description

medical student tutorial

Transcript of 4

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangKeselamatan ( safety ) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan ( safety ) di rumah sakit, yaitu : keselamatan pasien ( patient safety ), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan ( green productivity ) yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun, harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan hipocrates kira kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere ( first, do no ham ). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu teknologi pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya kejadian tidak diharapkan ( KTD atau adverse event ) apabila tidak dilakukan dengan hati hati.Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesis yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya KTD.Pada tahun 2000, Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak : TO ERR IS HUMAN, building a safer health system. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD ( adverse event ) sebesar 2,9% dimana 6,6% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap diseluruh amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 16,6%. Dengan data data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan sistem keselamatan pasien.Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program keselamatan pasien di Rumah Sakit AN NIMAH perlu dilakukan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit AN NIMAH terutama didalam melaksanakan keselamatan pasien sangat diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga angka kejadian KTD dapat dicegah sedini mungkin.

1.1 Tujuan Pedoman Keselamatan Pasien1.1.1 Tujuan Umum :Sebagai pedoman bagi manajemen Rumah Sakit AN NIMAH untuk dapat melaksanakan program keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.1.1.2 Tujuan Khusus :a. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen Rumah Sakit AN NIMAH di dalam mengambil keputusan terhadap keselamatan pasien.b. Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan keselamatan pasien.c. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.

1.2 Manfaat a. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan citra yang baik bagi Rumah Sakit AN NIMAH.b. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan rasa nilai kemanusiaan terhadap keselamatan pasien di Rumah Sakit AN NIMAH.c. Dapat meningkatkan kepercayaan antara dokter dan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan.d. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.

BAB IIKESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. Mengapa Keselamatan Pasien ?Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3 ( tiga ) elemen yaitu input, proses dan output sampai outcome dengan bermacam macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, Penerapan Quality Assurance, Total Quality Management, Countinous Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Goveernance, ISO, dan lain sebagainya. Harus diakui program program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada aspek input, proses maupun output dan outcome. Namun, harus diakui pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu, perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan haknya. Program tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah keselamatan pasien ( patient safety ). Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat membawa rumah sakit ke arena blaming, menimbulkan konflik antara dokter atau petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu, rumah sakit dan dokter bersusah payah melindungi dirinya dengan asuransi, pengacara, dsb. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak yang menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.

2. Pengertian Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi : asessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. System tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

3. Tujuan a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.d. Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

4. Program WHO, World Alliance for Patient SafetyPada januari 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan kemudian diajukan pada World Health Assembly ke 55 Mei 2002, dan diterbitkan sebagai resolusi WHA55.18. Selanjutnya pada World Health Assembly ke 57 Mei 2004, diputuskan membentuk aliansi internasional untuk peningkatan keselamatan pasien dengan sebutan World Alliance for Patient Safety, dan ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai ketua. World Alliance for Patient Safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program keselamatan pasien, dan pada tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan menjadi 10 program WHO untuk keselamatan pasien. 10 program tersebut adalah :1. Global Patient Safety Challenge1st Challenge 2005 2006 Clean Care is Safer Care 2nd Challenge 2007 2008 Safe Surgery Safe Lives 2. Patient for Patient Safety3. Taxonomy for Patient Safety4. Research for Patient Safety5. Solutions for Patient Safety6. Reporting and Learning7. Safety in Action8. Technology for Patient Safety9. Care of Acutely Ill Patients10. Patient Safety Knowledge at Your Fingertips

5. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah SakitWHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint Commission International, suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 negara, dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien, dan mencari solusi berupa system atau intervensi sehingga mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien dan meningkatkan keselamatan pasien. Pada tanggal 2 Mei 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan yang berjudul Nine Life Saving Patient Safety Solutions atau Sembilan solusi keselamatan pasien rumah sakit. Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sebagai berikut :1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip ( Look Alike, Sound Alike Medication Names ).2. Pastikan identifikasi pasien.3. Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien.4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.5. Kendalikan cairan elektrolit pekat ( concentrated ).6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang ( tube ).8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.9. Tingkatkan kebersihan tangan ( hand hygiene ) untuk pencegahan infeksi nosokomial.

BAB III

A. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah SakitMengacu kepada standar keselamatan pasien, maka Rumah Sakit AN NIMAH harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien.Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan Rumah Sakit AN NIMAH, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit. Uraian tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit adalah sebagai berikut :1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Dengan langkah penerapan sebagai berikut :a. Tingkat Rumah Sakit :Rumah Sakit AN NIMAH telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien, dan keluarga. Rumah Sakit AN NIMAH telah memiliki kebijakan dan prosedur yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden. Rumah Sakit AN NIMAH telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di Rumah Sakit. Lakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian keselamatan pasien.

b. Tingkat Unit Kerja atau Tim : Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden. Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran ukuran yang dipakai Rumah Sakit AN NIMAH untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan atau solusi yang tepat.2. Pimpin Dan Dukung Staf AndaBangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien diseluruh jajaran Rumah Sakit AN NIMAH.Langkah Penerapan : a. Tingkat Rumah Sakit : Direksi bertanggung jawab atas keselamtan pasien Telah dibentuk Panitia Mutu da Keselamatan Pasien yang ditugaskan untuk menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program orientasi dan pelatihan di Rumah Sakit AN NIMAH dan dilaksanakan evaluasi dengan pre dan post test.b. Tingkat Unit Kerja/Tim Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan Keselamatan Pasien Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta manfaat bagimereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan ResikoKembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi dan asessmen hal yang potensial bermasalahLangkah penerapan : a. Tingkat Rumah Sakit : Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen resiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan pasien dan staf Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) bagi system pengelolaan resiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Manajer Rumah Sakit AN NIMAH Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asessmen resiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan terhadap pasien.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim : Dalam setiap rapat koordinasi selelu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada Manajer terkait Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasien dalam proses asessmen resiko rumah sakit Lakukan proses asessmen resiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap resiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut Pastikan penilaian resiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asessmen dan pencatatan resiko rumah sakit.

4. Kembangkan Sistem PelaporanPastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).Langkah penerapan : a. Tingkat Rumah SakitSistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu pada Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit AN NIMAH.b. Tingkat Unit Kerja/TimBerikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. Libatkan Dan Berkomunikasi Dengan PasienKembangkan cara-cara yang terbuka dengan pasien Langkah Penerapan : a. Tingkat Rumah Sakit Rumah Sakit AN NIMAH memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya. Seluruh staf Rumah Sakit AN NIMAH terkait harus mampu memastikan bahwa pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada apsien dan keluarganya.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim Pastikan seluruh personil mendukung dan menghargai keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dankeluarganya bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya. 6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan PasienSeluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbulLangkah penerapan : a. Tingkat Rumah Sakit : Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah ( Root Cause Analysis/RCA ) yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis ( FMEA ) untuk proses resiko tinggi.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim Diskusikan dengan jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis insiden Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak dimasa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan PasienGunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada system pelayanan. Langkah penerepan : a. Tingkat Rumah Sakit : Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system peloporan, asessmen resiko, kajian insiden dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem ( input dan proses ), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrument yang menjamin keselamatan pasien. Lakukan asessmen resiko untuk setiap perubahan yang direncanakan. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkan.b. Tingkat Unit Kerja/Tim Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan pelaksanaannya. Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komperhensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Dapat dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan palingh mudah dilaksanakan. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.

B. Standar Keselamatan Pasien Rumah SakitMengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :1. Hak Pasien2. Mendidik pasien dan keluarga3. Keselamatan pasien kesinambungan pelayanan4. Penggunaan metoda-metoda pengingkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasienUraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak PasienStandar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.Kriteria : 1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik Pasien dan KeluargaStandar : Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, dirumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat : 1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.7. Memenuhi kewajiban financial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayananStandar : Rumah Sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.3.1.Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai saat dari pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rurjukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.3.2.Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumberdaya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar.3.3 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan social, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer, dan tindak lanjut lainnya.3.4 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV Penggunaan Metode Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi Dan Program Peningkatan keselamatan PasienStandar :Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan peerubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria :4.1 Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan ( desain ) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor faktor lain ynag berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit .4.2 Setiap Rumah Sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.4.3 Setiap Rumah Sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus resiko tinggi.4.4 Setiap Rumah Sakit harus menggunakan semua data dan infomasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V Peran kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.2. Pimpinan menjamin berlangsuungnya program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.Kriteria :1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan program meminimalkan insiden.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.4. Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi resiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi ynag jelas tentang analisis akar masalah Kejadian Nyaris Cedera ( Near Miss ) dan Kejadian Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani Kejadian Sentinel ( Sentinel Event ) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian Sentinel .7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI Mendidik staf tentang Keselamatan PasienStandar : 1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk menigkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.

Kriteria : 6.1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-sarvice taining dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.6.3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan iterdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.Standar : 1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria : 7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien7.2. Tersedia mekanisme identifiksai masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI) dan dari Joint Commission International (JCI).Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara instrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIENStandar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Maksud dan Tujuan Sasaran I Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahanidentifikasi pasien bisa terjadi pada apsien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi dirumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ni adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu : pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayananatau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk mmeperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nommor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien, dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi pasien. Kebijakan dan/atau proseedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda dilokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untukdapat diidentifikasi.Elemen penilaian Sasaran I 1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah atau specimen lain untuk pemeriksaan klinis.4. Pasien diidentifikasi sebelum permberian pengobatan dan tindakan/prosedur.5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFStandar SKP IIRumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan.

Maksud dan Tujuan Sasaran II :Komunikasi yang efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaak kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium ke klinik cito melalui telapon ke unit pelayanan. Rumah sapkit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan da telepon termasuk : mencatat ( atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perinytah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulan adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pambacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti dikamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.

Elemen Penilaian Sasaran II 1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.2. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)Standar SKP IIIRumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert)

Maksud dan Tujuan Sasaran III Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan secara kritis unutk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, peatau Look Alike Sound Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya kalium, klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau apabila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeleminasikejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada dirumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.

Elemen penilaian Sasaran IIIKebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokaasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat. Implementasi kebijakan dan prosedur. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kuranghati-hati di area tersebut sesuai kebijakan. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASIStandar SKP IVRumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi,tepat-prosedur dan tepat-pasien.

Maksud dan Tujuan Sasaran IVSalah lokasi, salah prosedur, salah pasien pada operasi, adalah suatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien dalam penandaan lokasi (site marking), dsan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asessmen pasie yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung, komunikasiterbuka antara anggota tim bedah,permasalahan yang berhubungan dengan tuisan tangan yang tidak terbaca (illegible handwriting ) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara klaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/tau prosedur yang efektif didalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commissions Universal Protocol for Preventing Wkerong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten dirumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang). Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk : Memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar. Memastikan semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dipampang: dan Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant yang dibutuhkan.

Tahap sebelum insisi (time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan ditempat, dimana tindakan akan dilakukan, tetapi sebelum tindakan dimulai, didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist.

Elemen penilaian Sasaran IV1. Rumah sakit mengggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk diidentifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses pendanaan.2. Rumah sakit menggunakan check list atau proses lain untuk memverifikasi saat praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepatdan fungsional.3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum insisi/time out tepat pembedahan.4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELYANAN KESEHATANStandar SKP VRumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Maksud dan Tujuan Sasaran V Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantang terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelyana kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para professional pelayanan kesehatan. Infeks biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran dararh (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau [rosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diteima secra umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran V1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al. WHO Patient Safety)2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUHStandar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien dari cedera karena jatuh.

Maksud dan Tujuan Sasaran VIJumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cidera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, damn fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alcohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu jalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran VI1. Rumah sakit menerapkan proses asessmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh dan melakukan asessmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain2. Langkah-langkah untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asessmen dianggap beresiko jatuh3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cidera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

BAB IVPENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Rumah Sakit1. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharapkan ( KTD ), kejadian nyaris cedera dan kejadian sentinel.2. Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Persi.3. Pelaporan insiden terdiri dari :a. Pelaporan internal yaitu mekanisme atau alur pelaporan KPRS di internal Rumah Sakit AN NIMAH.b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Rumah Sakit AN NIMAH ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.4. Panitia mutu dan kerja keselamatan pasien melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.

BAB VMONITORING DAN EVALUASI

1. Seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit AN NIMAH secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh panitia mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit AN NIMAH.2. Panitia mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit AN NIMAH secara berkala ( paling lama 2 tahun ) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di Rumah Sakit AN NIMAH.3. Panitia mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit AN NIMAH melakukan evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.

Lampiran I

Deklarasi JakartaPasien Untuk Keselamatan PasienDi Negara Negara South East Asia Region

Kami,Pasien, konsumen pendukung, para professional pelayanan kesehatan, pembuat kebijakan dan wakil lembaga swadaya masyarakat, asosiasi professional dan dewan pengarah, setelah dipaparkan pada isu keselamatan pasien pada WHO regional work sikap tentang pasien untuk keselamatan pasien 17 19 Juli 2007, di Jakarta, Indonesia.

Mengacu pada Resolution SEA / RC 59 / 53 tentang Promoting Patient Safety in Health Care, yang diadopsi pada sesi yang 59 tahun Regional Committee untuk Asia Tenggara, yang mencatat keprihatinan atas banyaknya korban manusia dan biaya akibat kejadian tidak diharapkan dan lingkaran setan adverse events, tuntutan hukum dan praktek kedokteran yang defensive, dengan ini mendesak Negara Negara anggota untuk melibatkan para pasien, asosiasi konsumen, para pekerja pelayanan kesehatan dan asosiasi professional dalam membangun system asuhan kesehatan yang lebih aman dan menciptakan suatu budaya keselamatan di dalam institusi pelayanan kesehatan.

Dengan diilhami oleh Patients for Patient Safety London Declarations yang didukung oleh WHO World Alliance for Patient Safety.

Menimbang rekomkendasi WHO regional workshop yang pertama tentang Patient Safety, 12 14 Juli 2006, di New Delhi, India.1. Menyatakan bahwa tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat dicegah.2. Menyepakati bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan pasien.3. Menyatakan bahwa rasa takut disalahkan dan hukuman seharusnya tidak menghalangi komunikasi yang terbuka dan jujur antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.4. Mengakui bahwa kami harus bekerja dalam pola kemitraan untuk mencapai perubahan perilaku utama dan system yang dibutuhkan untuk penerapan keselamatan pasien di regional kami.5. Percaya bahwa :a. Transparasi, tanggung jawab, dan pendekatan manusiawi adalah yang utama pada suatu sistem pelayanan kesehatan yang aman.b. Dasar hubungan adalah saling percaya dan saling menghormati antara para professional pelayanan kesehatan dan pasien.

c. Pasien dan pendampingnya perlu megetahui mengapa suatu pengobatan diberikan dan diberitahu tentang semua resiko, kecil atau besar, sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam keputusan - keputusan yang berhubungan dengan asuhan kepada mereka.d. Pasien perlu mempunyai akses kepada rekam medisnya.6. Mengakui ketika cedera terjadi :a. Harus ada suatu system dimana kejadian itu dapat dilaporkan dan diperiksa secara rahasia.b. Pasien dan keluarganya harus memperoleh informasi dan dukungan sepenuhnya.c. Pemberi pelayanan yang terlibat pada cedera yang tak disengaja perlu juga menerima dukungan.d. Tindakan korektif harus diambil untuk mencegah cedera di masa depan dan pelajaran yang didapat perlu disebarluaskan.e. Harus ada suatu mekanisme untuk kompensasi yang wajar atas kerugian pasien dan keluarganya.7. Komit terhadap :a. Pemberdayaan konsumen melalui pendidikan yang jujur dan tulus.b. Bekerja sama dengan media untuk mendorong pelaporan yang bertanggung jawab dan untuk berkesempatan mendidik masyarakat.c. Partisipasi aktif konsumen di dalam pelaporan kejadian tidak diharapkan.d. Komunikasi dua arah antar pasien dan pemberi pelayanan kesehatan untuk mendorong adanya tanggung jawab.e. Wakil pasien yang bermakna dalam komite keselamatan pasien dan forum forum.8. Berikrar melalui upaya yang berkesinambungan untuk mencapai sasaran sebagai berikut :a. Berfungsinya system mutu dan keselamatan pasien pada setiap sarana pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, mulai dengan pembentukan suatu komite keselamatan pasien dan dalam suatu system pelaporan kejadian tidak diharapkan dan system tanggapannya.b. Taat pada pedoman berbasis bukti dan etik dan menghindari pengobatan yang irrasional seperti pemberian obat, pemeriksaan dan operasi yang tidak perlu.c. Pendidikan kedokteran berkelanjutan untuk para professional kesehatan.d. Konsep keselamatan pasien yang terintegrasi ke dalam pelatihan para professional kesehatan.e. Indikasi yang rasional untuk admisi pasien pada setiap sarana pelayanan kesehatan.

Lampiran II

FORMULIR LAPORAN INSIDEN INTERNALRUMAH SAKIT AN NIMAH

RAHASIATIDAK BOELH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAKSIMAL 2 KALI

LAPORAN INSIDEN( INTERNAL )

I. DATA PASIENNama: No RM:Umur*:

.. Ruang : . 0 1 bulan > 1 tahun 5 tahun > 15 tahun 30 tahun > 65 tahun > 1 bulan 1 tahun > 5 tahun 15 tahun > 30 tahun 65 tahun

Jenis kelamin: Laki - laki Perempuan

Penanggung biaya pasien: Pribadi ASKES Pemerintah JAMKESMAS Asuransi Swasta Perusahaan*

Tanggal masuk: Jam :

II. RINCIAN KEJADIAN1. Tanggal dan Waktu InsidenTanggal : Jam :

2. Insiden :

3. Kronologis Insiden :

4. Jenis Insiden* : Kejadian nyaris cedera / KNC ( Near Miss ) Kejadian tidak diharapkan / KTD ( Adverse Event ) Kejadian sentinel ( Kejadian Event )

5. Orang Yang Pertama Melaporkan Insiden* Karyawan ( Dokter / Perawat / Petugas lainnya ) Pasien Keluarga / Pendamping Pasien Pengunjung Lain lain .. ( sebutkan )

6. Insiden Terjadi Pada* Pasien Lain lain ( sebutkan )Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga Pasien, lapor ke K3RS

7. Insiden Menyangkut Pasien Pasien rawat inap Pasien rawat jalan Pasien IGD Lain lain

8. Tempat InsidenLokasi kejadian Tempat pasien berada

9. Insiden Terjadi Pada Pasien ( sesuai kasus penyakit atau spesialis ) Penyakit dalam dan subspesialisasinya Anak dan subspesialisasinya Bedah dan subspesialisasinya Obstetric Ginekologi dan subspesialisasinya THT dan subspesialisasinya Mata dan subspesialisasinya Saraf dan subspesialisasinya Anestesi dan subspesialisasinya Kulit & Kelamin dan subspesialisasinya Jantung dan subspesialisasinya

Paru dan subspesialisasinya Jiwa dan subspesialisiasinyaLokasi kejadian .. ( sebutkan )

10. Unit Kerja Tempat Terjadinya InsidenUnit kerja

11. Akibat Insiden Terhadap Pasien* Kematian Cedera Irreversible atau cedera berat Cedera Reversible atau cedera sedang Cedera ringan Tidak ada cedera

12. Tindakan Yang Dilakukan Segera Setelah Kejadian Dan Hasilnya

13. Tindakan Dilakukan Oleh* Tim Terdiri dari ( ) Dokter Perawat Petugas lainnya

14. Apakah Kejadian Yang Sama Pernah Terjadi Di Unit Kerja Lain?* Ya Tidak

Apabila ya, isi bagian dibawah ini,Kapan ? dan langkah atau tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?

Pembuat laporan: ...Penerima laporan: ..

Paraf : ...Paraf : ..

Tanggal terima: ...Tanggal lapor: ..

Grading Resiko Kejadian* ( Diisi oleh atasan pelapor ) : Biru Hijau Kuning Merah

Ket * : pilih salah satu jawaban

Lampiran III : Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien ke KKP RS

KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKITLAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIENKKP RS

( Patient Safety Incident Report )

1. Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan bersifat anonym, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian, analisa penyebab dan rekomendasi.2. Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien ( IKP ), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan pemahaman yang ada.3. Isilah semua data pada laporan insiden keselamatan pasien dengan lengkap. Jangan sampai dikosongkan karena agar data dapat dianalisa.4. Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KKP RS ).

KODE RS : .

I. DATA RUMAH SAKIT1. Kepemilikan Rumah Sakit : Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah ( Provinsi / Kab / Kota ) TNI / POLRI Swasta BUMN / BUMD

2. Jenis Rumah Sakit : Umum

Khusus : Ibu dan Anak Mata Jantung Kusta Paru Orthopaedi Jiwa Khusus lainnya

3. Kelas Rumah Sakit : A B C D Untuk rumah sakit swasta menyesuaikan.

4. Kapasitas tempat tidur : 5. Propinsi ( lokasi rumah sakit ) : 6. Tanggal laporan insiden dikirim ke KKP RS :

II. DATA PASIEN1. Umur* 0 1 bulan > 1 tahun 5 tahun > 15 tahun 30 tahun > 65 tahun > 1 bulan 1 tahun > 5 tahun 15 tahun > 30 tahun 65 tahun

2. Jenis kelamin Laki - laki Perempuan

3. Penanggung jawab pasien Pribadi ASKES Pemerintah JAMKESMAS Asuransi Swasta Perusahaan*

4. Tanggal masuk Rumah Sakit Tanggal Jam

III. RINCIAN KEJADIAN1. Tanggal dan Waktu InsidenTanggal : Jam :

2. Insiden :

3. Kronologis Insiden :

4. Jenis Insiden* : Kejadian nyaris cedera / KNC ( Near Miss ) Kejadian tidak diharapkan / KTD ( Adverse Event ) Kejadian sentinel ( Kejadian Event )

5. Orang Yang Pertama Melaporkan Insiden* Karyawan ( Dokter / Perawat / Petugas lainnya ) Pasien Keluarga / Pendamping Pasien Pengunjung Lain lain .. ( sebutkan )

6. Insiden Terjadi Pada* Pasien Lain lain ( sebutkan )Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga Pasien, lapor ke K3RS

7. Insiden Menyangkut Pasien Pasien rawat inap Pasien rawat jalan Pasien IGD Lain lain

8. Tempat InsidenLokasi kejadian Tempat pasien berada

9. Insiden Terjadi Pada Pasien ( sesuai kasus penyakit atau spesialis ) Penyakit dalam dan subspesialisasinya Anak dan subspesialisasinya Bedah dan subspesialisasinya Obstetric Ginekologi dan subspesialisasinya THT dan subspesialisasinya Mata dan subspesialisasinya Saraf dan subspesialisasinya Anestesi dan subspesialisasinya Kulit & Kelamin dan subspesialisasinya Jantung dan subspesialisasinya Paru dan subspesialisasinya Jiwa dan subspesialisiasinyaLokasi kejadian .. ( sebutkan )

10. Unit Kerja Tempat Terjadinya InsidenUnit kerja

11. Akibat Insiden Terhadap Pasien* Kematian Cedera Irreversible atau cedera berat Cedera Reversible atau cedera sedang Cedera ringan Tidak ada cedera

12. Tindakan Yang Dilakukan Segera Setelah Kejadian Dan Hasilnya13. Tindakan Dilakukan Oleh* Tim Terdiri dari ( ) Dokter Perawat Petugas lainnya

14. Apakah Kejadian Yang Sama Pernah Terjadi Di Unit Kerja Lain?* Ya Tidak

Apabila ya, isi bagian dibawah ini,Kapan ? dan langkah atau tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?IV. TIPE INSIDENTipe Insiden : Sub Tipe Insiden :

V. ANALISA PENYEBAB INSIDENDalam pengisian penyebab langsung atau akar masalah dapat menggunakan faktor kontributor ( bias pilih lebih dari 1 ) :a. Faktor Eksternal / di luar rumah sakitb. Faktor Organisasi dan Manajemenc. Faktor Lingkungan Kerjad. Faktor Time. Faktor Petugas dan Kinerjaf. Faktor Tugasg. Faktor Pasienh. Faktor Komunikasi

1. Penyebab langsung ( Direct / Proximate / Immediate Cause )

2. Akar penyebab masalah ( Underlying Root Cause )

3. Rekomendasi atau solusiNoAkar MasalahRekomendasi / Solusi

1

2

3

4

5

Ket * : Pilih salah satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain.Saran : Baca pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ).

GLOSARIUM KKP RS

1Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient Safety )Suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. System ini mencegah terjadinya cedera disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2Kejadian Tidak Diharapkan ( Adverse Event )Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil, bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

3KTD Yang Tidak Dapat Dicegah (Unpreventable Adverse Event )Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.

4Kejadian Nyaris Cedera ( Near Miss )Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil ( omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karenan keberuntungan ( misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat ), karena pencegahan ( suatu obat dengan over dosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan ), atau peringanan ( suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya ) .

5Kesalahan Medis ( Medical Errors )Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil ( ommision ).

6Insiden Keselamatan Pasien ( Patient Safety Insiden )Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

7Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah SakitSuatu system untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah sakit atau asuhan pasien.

8Analisis Akar Masalah ( Root Cause Analysis )Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi factor penyebab atau factor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk KTD.

9Manajemen Resiko ( Risk Management)Dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit, istilah manajemen resiko dikaitkan kepada aktivitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis.

10Kejadian Sentinel ( Sentinel Event )Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( misalnya amputasi pada kaki yang salah, dsb ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Lampiran 4 : Insiden Keselamatan Pasien

INTALASI RAWAT JALAN

NOINDIKATOR

1Insiden pasien jatuh

2Insiden kesalahan pemberian obat

3Insiden kesalahan cara pemberian obat

4Insiden kesalahan pencampuran obat

5Insiden kesalahan sampling

6Insiden kesalahan identifikasi pasien pada saaat pengambilan sampel

7Insiden kesalahan pemberian informasi

INSTALASI RADIOLOGI

NOINDIKATOR

1Insiden keterlambatan penyerahan hasil foto

2Insiden pengulangan pemeriksaan radiologi

3Inseiden keterlambatan foto ruangan > 15 menit

4Insiden keterlambatan radiologi pada pemeriksaan radiologi

INSTALASI LABORATORIUM

NOINDIKATOR

1Insiden kesalahan penyediaan sampel

2Insiden kesalahan menginput hasil

3Insiden kesalahan pengoperasian alat

4Insiden kesalahan pencampuran reagen

5Insiden kesalahan mencetak hasil

6Insiden kesalahan golongan darah

7Insiden kesalahan jenis darah

8Inseden kesalahan reaksi transfusi darah

9Insiden kesalahan menyampaikan hasil

10Insiden kesalahan pengambilan sampel

11Insiden kesalahan pasien

INSTALASI FARMASI

NOINDIKATOR

1Insiden kesalahan penyerahan obat pada pasien IRJ

2Insiden kesalahan penyerhan obat pada pasien IRNA

3Insiden kelebihan penyerahan obat pada pasien IRJ

4Insiden kelebihan penyerahan obat pada pasien IRNA

5Insiden kekurangan panyerahan obat pada pasien IRJ

6Insiden kekeurangan penyerahan obat pada pasien IRNA

7Insiden kesalahan dosis obat

INSTALASI GIZI

NOINDIKATOR

1Insiden keterlambatan pemberian makanan pada pasien baru

2Insiden kejadian kesalahan jenis diet

3Insiden keterlambatan penyediaan makanan pagi pasien rawat inap

4Insiden tercemarnya makanan

INSTALASI GAWAT DARURAT

NOINDIKATOR

1Kejadian kesalahan identifikasi kegawat daruratan

INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

NOINDIKATOR

1Insiden tersumbatnya saluran nafas yang berakibat brakikardi

2Insiden kesalahan setting ventilator

3Insiden vagal reflex pada pemasangan ETT

KAMAR OPERASI (OK) NOINDIKATOR

1Insiden kesalahan identifikasi pasien

2Insiden kesalahan jenis operasi

3Insiden kesalahan posisi

4Insiden tertinggalnya kain kasa

5Insiden tertinggalnya instrument

6Insiden operasi tanpa spesialis anestesi

7Insiden operasi dengan kekurangan darah

8Insiden konsultasi durante operasi

9Insiden perluasan operasi

10Insiden kesalahan diagnosis pra operasi

INSTALASI RAWAT INAP (IRNA)

NOINDIKATOR

1Insiden pasien jatuh

2Insiden infuse blong

3Insiden kesalahan pemberian obat

4Insiden kesalahan cara pemberian obat

5Insiden kesalahan pencampuran obat

6Insiden kesalahan sampling

7Insiden kesalahan identifikasi pasien pada saat pengambilan sampel

8Insiden kesalahan persiapan operasi

9Insiden luka bakar akibat buli-buli panas

10Insiden kesalahan golongan / jenis darah transfuse

11Insiden kesalaahan pemberian informasi harga alat kesehatan

12Insiden ketidaktepatan tehnik pengambilan sampel darah

13Insiden luka bakar akibat pemasangan Bicnat Drip (100cc)

39