43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

download 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

of 34

Transcript of 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    1/34

    NASKAH AKADEMIKKAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM SMP

    PUSATKURIKULUMDEPARTEMENPENDIDIKANNASIONAL

    2007

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    2/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 i

    KATA PENGANTAR

    Pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan

    Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun

    2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menengah menuntut cara pandang

    yang berbeda tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dulu, pengembangan kurikulum

    dilakukan oleh pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh satuan

    pendidikan. Kini, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kondisidemikian memungkinkan adanya perbedaan muatan dan pelaksanaan kurikulum antara satu sekolah dengan

    sekolah lainnya.

    Pengembangan kurikulum yang dilakukan langsung oleh satuan pendidikan memberikan harapan tidak ada

    lagi permasalahan berkenaan dengan pelaksanaannya. Hal ini karena penyusunan kurikulum satuan

    pendidikan seharusnya telah mempertimbangkan segala potensi dan keterbatasan yang ada.

    Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan:

    standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan

    dan penilaian pendidikan. Dua dari dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yakni standar isi

    (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

    mengembangkan kurikulum.

    Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang

    kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang

    harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

    Sebagai acuan, standar isi masih perlu ditelaah. Penelaahan dimaksudkan untuk memperoleh informasitentang ada-tidaknya rumusan pada standar isi yang menimbulkan permasalahan bila digunakan untuk

    mengembangkan kurikulum. Sebagai naskah, kurikulum yang telah dikembangkan oleh satuan pendidikan

    juga perlu ditelaah. Penelaahan terhadap naskah kurikulum dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

    tentang kemungkinan keterlaksanaannya. Penelaahan standar isi dan kurikulum dilakukan melalui berbagai

    tahapan kegiatan pengkajian keduanya.

    Hasil pengkajian antara lain berupa naskah akademik :

    1. Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD2. Kajian Kebijakan Kurikulum SD3. Kajian Kebijakan Kurikulum SMP4. Kajian Kebijakan Kurikulum SMA5. Kajian Kebijakan Kurikulum SMK6. Kajian Kebijakan Kurikulum Kesetaraan Dikdas7. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama8.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kewarganegaraan9. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa

    10. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika11. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA12. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS13. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Keterampilan14. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kesenian15. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK16. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani

    Salah satu hasil kajian tersebut di atas adalah Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum SMP. Hasil kajian

    ini memberikan gambaran tentang muatan naskah standar isi dan kurikulum sebagai bahan usulan bagi

    perumusan kebijakan pendidikan lebih lanjut.

    Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal

    dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan

    praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, naskah akademik ini

    dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.

    Kepala Pusat Kurikulum

    Badan Penelitian dan Pengembangan

    Depdiknas,

    Diah Harianti

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    3/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 ii

    ABSTRAK

    Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada standar nasional

    pendidikan, salah satunya adalah standar isi. Rumusan-rumusan standar isi seharusnya

    bersifat konseptual, fundamental, esensial, bermakna, akurat, konsisten dan praktis guna

    mencapai Tujuan Pendidikan Nasional. Sejauh ini standar isi yang telahdiimplementasikan oleh beberapa satuan pendidikan antara lain SMP, belum diketahui

    bagaimana keterlaksanaannya di lapangan. Kegiatan pengakajian standar isi dilakukan

    sebagai upaya untuk mengetahui berbagai permasalahan berkenaan dengan

    implementasinya pada satuan pendidikan.

    Pengkajian standar isi bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keunggulan dan

    kelemahan standar isi SMP ditinjau dari pelaksanaannya maupun isi dan kesimpulan

    tentang naskah standar isi dan implementasinya yang hasilnya dapat memberikan saran

    bagi pembuat kebijakan tentang pendidikan.

    Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan kajian teoritis tentang kurikulum, kajian naskah

    standar isi dan kajian empiris implementasi standar isi. Pengkajian standar isi mencakup:

    kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,dan kalender pendidikan. Seluruh aktivitas pengkajian dilakukan melalui penugasan

    individual yang dilanjutkan dengan diskusi dengan melibatkan guru, kepala sekolah,

    pengawas, dan dosen dari UNJ serta UPI.

    Temuan yang didapatkan pada pengkajian standar isi yakni: komponen pada SI belum

    mencerminkan secara utuh sebagai komponen yang membangun kerangka dasar

    kurikulum, terminologi penamaan kelompok mata pelajaran menimbulkan kerancuan

    pemaknaan, urgensi pengelompokkan mata pelajaran kurang kokoh, rumusan prinsip

    pelaksanaan kurikulum masih terlalu umum, penetapan alokasi setiap mata pelajaran

    belum didukung oleh pemetaan substansi yang membangun body of knowledge setiap

    mata pelajaran, informasi tentang muatan lokal; pengembangan diri; substansi IPA terpadu

    dan IPS terpadu serta jam praktikum yang tertera pda struktur kurikulum belum jelas,beban belajar belum mengakomodasi kebutuhan jam praktikum beberapa mata pelajaran,

    program sks belum dilengkapi dengan suplemennya, alokasi waktu maksimum pada

    kalender pendidikan 55 minggu melebihi jumlah minggu pertahun, komposisi minggu

    efektif belajaar pada semester ganjil dan genap belum diatur.

    Rekomendasi dari hasil pengkajian adalah dokumen standar isi perlu direvisi meliputi:

    penambahan komponen fundamental pada kerangka dasar, pelurusan konsep kelompok

    mata pelajaran, memperjelas rumusan prinsip pengembangan dan prinsip pelaksanaan

    kurikulum, menyusun peta materi/topik/konsep mata pelajaran untuk menetapkan alokasi

    waktunya, informasi lebih operasional tentang muatan lokal; pengembangan diri; substansi

    IPA terpadu dan IPS terpadu, menetapkan jam praktikum secara lebih operasional,

    pendistribusian minggu efektif untuk semester ganji dan semester genap.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    4/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 iii

    DAFTAR ISI

    Hal

    Pengantar 1

    Abstrak 3

    Daftar Isi 4

    Bab I Pendahuluan 5

    A. Latar Belakang 6

    B. Tujuan 6

    C. Ruang Lingkup 6

    Bab II Landasan 7

    A. Landasan Yuridis 7

    B. Landasan Teoritis 9Bab III Temuan Kajian dan Pembahasan 21

    A. Kajian Dokumen 21

    B. Kajian Lapangan 25

    C. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen dan Lapangan 26

    Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi 32

    A. Kesimpulan 32

    B. Rekomendasi Jangka Pendek 33

    C. Rekomendasi Jangka Panjang 34

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    5/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Standar isi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari delapan standar

    yang termasuk dalam lingkup standar nasional pendidikan. Standar isi tersebut

    memuat lingkup materi dan tingkat kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,

    kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta

    didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Suatu standar yang berfungsi sebagai

    acuan dan main goals di dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

    pendidikan, maka rumusan-rumusan standar isi hendaknya bersifat konseptual,

    fundamental, esensial, bermakna, akurat, konsisten dan praktis guna mencapai Tujuan

    Pendidikan Nasional.

    Sifat konseptual standar isi menghendaki adanya landasan dasar filosofis,

    psikologis, akademis, sosiologis, dan manajemen, sehingga rumusan-rumusan yang

    tertuang dalam dokumen acuan mengakar pada dasar keilmuan, memberikan batang

    tubuh yang kokoh dengan tidak terlalu terombang ambing oleh dinamika perubahan,

    tetapi membuka peluang secara fleksibel terhadap perkembangan baru.

    Sifat fundamental standar isi menghendaki pemuatan hal-hal mendasar tentang

    kemampuan yang hendaknya dimiliki sumber daya manusia baik untuk kepentingan

    menghadapi problematika masa kini maupun adaptable untuk kepentingan masa

    mendatang (berifat futuristik).

    Sifat esensial standar isi menghendaki pemuatan prinsip-prinsip pokok dari setiap

    bidang keilmuan dengan terminologi dan ruang lingkup yang telah disepakati pakar

    nasional, regional maupun internasional yang memberi dukungan berarti terhadap

    potensi sumber daya manusia yang akan diujudkan dan membuka peluang terhadap

    dinamika perubahan (kemutakhiran isi).

    Sifat kebermaknaan standar isi untuk pendidikan menghendaki adanya perubahan

    kepada paradigma science/education for life bukan life for science/education atau

    science/education for science/education. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan yang

    dimuati isi keilmuan hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

    kehidupan. Kebermaknaan standar isi menyangkut dimensi-dimensi pengalaman,

    aturan logis, elaborasi seleksi yang disesuaikan dengan tradisi budayanya maupun

    dunia disiplin persekolahannya, tuntutan dunia kerja dan dimensi ekspresi yang

    komunikatif berdasarkan pertimbangan pedagogi.

    Sifat akurasi standar isi menghendaki bahwa terminologi yang digunakan di dalam

    setiap dokumen penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan yang diakui olehkesepakatan keilmuan. Dalam hal ini, jika dianut pandangan kurikulum spiral, maka

    tingkat kedalaman standar isi hendaknya jelas pada setiap jenjang sekolah.

    Sifat konsistensi standar isi menghendaki adanya keajegan dan kesinambungan.

    Keajegan dimaksud adalah semua terminologi rumusan standar isi yang digunakan

    dalam berbagai dokumen peraturan hendaknya sama dan tidak menimbulkan

    kerancuan. Kesinambungan dimaksud adalah terminologi standar isi yang tertuang

    pada peraturan yang posisinya lebih tinggi dapat memayungi peraturan dengan posisi

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    6/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 2

    lebih rendah. Penjabaran rumusan standar isi pada peraturan lebih rendah bersifat lebih

    operasional tetapi tetap mempertahankan akurasi terminologi.

    Sifat kepraktisan standar isi menghendaki bahwa rumusannya tidak menimbulkan

    kerancuan pemaknaan pada tingkat praktisi yang akan menjabarkan dokumen lebih

    lanjut dan pengimplementasiannya di lapangan.

    Kita telah ketahui bersama, bahwa sampai saat ini dokumen standar isi telahdikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah

    diimplementasikan di beberapa satuan pendidikan termasuk jenjang Pendidikan Dasar

    dalam hal ini SMP. Sejauh ini belum diketahui bagaimana keterlaksanaan standar isi

    tersebut di lapangan atau adakah permasalahan di lapangan sehubungan dengan

    pelaksanaan standar isi. Selain itu, sesuai dengan tugas dan fungsinya yakni

    memberikan usulan rekomendasi kebijakan kepada BSNP dan mengembangkan

    model-model kurikulum sebagai masukan bagi BSNP, Pusat Kurikulum memandang

    perlu mengkaji Standar Isi.

    Untuk mengefektifkan dan mempertajam pengkajian standar isi tersebut khususnya

    untuk dokumen standar isi tingkat satuan pendidikan dasar (SMP), maka kegiatan

    yang dilakukan adalah berupa diskusi diantara para ahli dan praktisi praktisi di

    lapangan. Data hasil kajian dokumen standar isi dan kajian empiris diharapkan

    membuahkan suatu rekomendasi untuk jangka pendek berupa usulan terhadap

    penyempurnaan standar isi maupun jangka panjang berupa usulan tentang bentuk

    standar isi yang bisa memenuhi kaidah standar isi seharusnya. Hasil-hasil yang telah

    diperoleh akan dipresentasikan kepada pihak-pihak terkait.

    B. Tujuan

    Kajian standar isi kurikulum pendidikan dasar (SMP) bertujuan :

    1. Memperoleh gambaran tentang keunggulan dan kelemahan Standar isi SMPditinjau dari pelaksanaannya maupun isi/muatannya.2. Memperoleh berbagai kesimpulan tentang standar isi pada implementasi maupunsebagai naskah dokumen .

    3. Memberikan saran jangka pendek berupa penyempurnaan standar isi.4. Memberikan saran jangka panjang berupa usulan bentuk standar isi atau kurikulum

    untuk tahun-tahun mendatang.

    C. Ruang Lingkup

    Secara umum standar isi mencakup kerangka dasar, struktur kurikulum, beban

    belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan. Kegiatan

    pengkajian ini dibatasi pada kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, dan

    kalender pendidikan. Sedangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tidak dikaji padakegiatan saat ini.

    Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

    Jenjang pendidikan dasar antara lain bisa berbentuk SMP/ Mts. pengkajian standar isi

    ini dibatasi pada SMP/Mts.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    7/34

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    8/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 4

    ayat (4) : setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik, ayat (5) :

    semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan

    peserta didik dari satuan pendidikan dasar

    Pasal 7; ayat (1): kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada

    SMP/MTs dilaksanakan melalui kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian,

    lmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga dan kesehatan, ayat

    (2): kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian SMP/MTs

    dilaksanakan melalui muatan atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarnegaraan,

    bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani, ayat (3): kelompok mata

    pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs dilaksanakan melalui

    muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu

    pengetahuan sosial, keterampilan dan/atau teknologi informasi, serta muatan lokal

    yang relevan, ayat (4): kelompok mata pelajaran estetika pada SMP/MTs

    dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,

    keterampilan, dan muatan lokal yang relevan; ayat (5): kelompok mata pelajaran

    jasmani, olah raga, dan kesehatan ada SMP/MTs dilaksanakan melalui muatan

    dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu

    pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan

    Pasal 8; ayat (1): Kedalaman muatan kurikulum SMP/MTs dituang-kan dalam

    kompetensi pada setiap tingkat dan atau semester sesuai Standar Nasional

    Pendidikan dan ayat (2): Kompetensi terdiri atas standar kompetensi dan

    kompetensi dasar.

    Pasal 10; Beban Belajar

    Ayat (1): Beban belajar SMP/MTs menggunakan jam pembelajaran setiap minggu

    setiap semester dengan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri

    tidak terstruktur sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing, ayat (3):

    Ketentuan beban belajar, jam pembelajaran, waktu efektif tatap muka, danpersentase beban belajar setiap kelompok mata pelajaran ditetapkan dengan

    Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

    Pasal 11; ayat (1): Beban belajar untuk SMP/MTs dinyatakan dalam satuan kredit

    semester (SKS), ayat (4) : Beban belajar minimal dan maksimal bagi SMP/MTs

    yang menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan

    usul dari BSNP.

    Pasal 12; ayat (2) : Beban belajar efektif per tahun ditentukan dengan Peraturan

    Menteri berdasarkan usulan BSNP.

    Pasal 13; ayat (1): Kurikulum untuk SMP/MTs dapat memasukkan pendidikan

    kecakapan hidup ayat (2): Pendidikan kecakapan hidup mencakup kemampuan

    pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional, ayat(3): Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan

    kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata

    pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran

    ilmu pengetahauan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika,

    pendidikan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan,

    ayat (4): Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan

    pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan non formal yang sudah

    memperoleh akreditasi.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    9/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 5

    Pasal 14; ayat (1): Kurikulum SMP/MTs dapat memasukkan pendidikan berbasis

    keunggulan lokal, ayat (2): Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan

    bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,

    pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,

    pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahauan dan teknologi, pendidikan

    kelompok mata pelajaran estetika, pendidikan kelompok mata pelajaran pendidikan

    jasmani, olah raga dan kesehatan, dan ayat (3): Pendidikan berbasis keunggulanlokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau

    dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

    Pasal 17; ayat (1): Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP/MTs dikembangkan

    sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial

    budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

    Pasal 18; ayat (1): Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu

    efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur, ayat (2): hari libur dapat

    berbentuk jeda tengah semester selama-lamanya satu minggu dan jeda antar

    semester, ayat (3): Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan diatur lebih

    lanjut dengan Peraturan Menteri.

    2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar.

    3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 23 tahun2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar.

    4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 tahun2006 pelaksanaan Permen No. 22 tentang standar isi untuk satuan

    pendidikan dasar dan menengah

    Sedangkan kegiatan pengkajian standar isi ini mengacu pada Peraturan Mendiknas no.

    24 tahun 2006 Pasal 7, yang memuat tugas Badan Penelitian dan Pengembangan

    Departemen Pendidikan antara lain:

    a. mengembangkan model-model kurikulum sebagai masukan bagi BSNPb. memberikan usulan rekomendasi kebijakan kepada BSNP dan/atau Menteri.

    B. Landasan Teoritis

    1. Rasionalisasi Perubahan KurikulumPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat serta

    globalisasi dewasa ini berdampak positif dan negatif terhadap kehidupan

    masyarakat, baik secara kehidupan individu maupun sosial kemasyarakatan.

    Dampak positif dari perkembangan iptek dan globalisasi tersebut adalah

    terbukanya peluang pasar kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan negara.

    Adapun dampak negatifnya adalah terjadinya perubahan nilai dan normakehidupan yang seringkali kontradiksi dengan norma dan nilai kehidupan yang

    telah ada di masyarakat. Dalam konteks inilah pendidikan berperan sangat penting

    untuk memelihara dan melindungi norma dan nilai kehidupan positif yang telah

    ada di masyarakat suatu negara dari pengaruh negatif perkembangan iptek dan

    globalisasi. Proses pendidikan yang benar dan bermutu memberikan bekal dan

    kekuatan untuk memelihara jatidiri dari pengaruh negatif globaliasasi, bukan

    hanya untuk kepentingan individu peserta didik, tetapi juga untuk kepentingan

    masyarakat dan negara.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    10/34

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    11/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 7

    Pendidikan adalah hak azasi manusia dan sebuah alat yang pokok untuk mencapai

    tujuan memperoleh kesamaan, perkembangan, dan perdamaian. Pendidikan yang

    tidak diskriminatif memberikan keuntungan baik bagi anak-anak perempuan

    maupun anak laki-laki, dan dengan demikian pada akhirnya membantu untuk

    mencapai hubungan yang mempunyai kesamaan yang lebih besar antara perempuan

    dengan laki-laki. Kesamaan dalam kemudahan mendapatkan dan mencapai mutu

    pendidikan adalah perlu apabila lebih banyak perempuan harus menjadi agen

    perubahan. Perempuan yang melek huruf merupakan sebuah kunci penting untuk

    meningkatkan kesehatan, gizi, dan pendidikan dalam keluarga dan untuk

    memberdayakan perempuan untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan

    dalam masyarakat. Investasi dalam pendidikan formal dan noformal serta latihan

    bagi para gadis dan perempuan, dengan hasil sosial dan ekonomi yang sangat tinggi,

    telah terbukti menjadi salah satu cara pencapaian perkembangan dan pertumbuhan

    ekonomi yang dapat diandalkan.

    Pada tahap awal, pendidikan dasar berusaha mengecilkan berbagai perbedaan

    yang alami dari berbagai kelompok masyarakat, seperti: perempuan, penduduk

    pedesaan, orang miskin di kota, minoritas etnik yang bersifat marginal, anak yang

    tidak bersekolah dan anak yang bekerja. Pendidikan dasar dalam waktu yang samabersifat universal dan spesifik. Pendidikan dasar harus memberikan hal umum

    yang mempersatukan semua manusia, sedangkan dalam waktu yang sama harus

    berkenaan dengan tantangan khusus dari setiap kelompok peserta didik yang

    sangat berbeda.

    Agar pendidikan dasar dapat terhindar dari pemisahan kualitas pendidikan

    yang dewasa ini membagi dunia menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: a) kelompok

    negara industri dengan tingkat pendidikan yang tinggi serta pengetahuan dan

    keterampilan yang tersedia, dan b) kelompok negara sedang berkembang dengan

    tingkat pendidikan yang sangat rendah, maka pendidikan dasar perlu untuk

    memperbaiki defisit pengetahuan di negara berkembang atau terbelakang. Dengan

    mendefinisikan keterampilan kognitif dan efektif yang perlu dikembangkan, serta

    sosok pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik melalui pendidikan dasar,

    maka mungkin para ahli pendidikan dapat memberikan jaminan bahwa semua anak

    usia pendidikan dasar, baik yang ada di negara industri maupun di negara

    berkembang dapat mencapai tingkat kemampuan minimal dalam bidang-bidang

    keterampilan kognitif. Dalam hubungan ini, Komisi Pendidikan untuk Abad 21

    mengutip Deklarasi Dunia tentang Pendidikan Untuk Semua ( Education for All,

    Pasal 1 Ayat (1)), sebagai berikut:

    Setiap orang anak, remaja, orang dewasa akan dapat memperoleh keuntungan dari

    kesempatan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar yang

    pokok. Keuntungan ini terdiri atas alat belajar yang pokok (seperti: melek huruf,

    ekspresi lisan, berhitung, dan pemecahan masalah) dan isi belajar yang pokok (seperti:

    pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan sikap) yang diperlukan oleh manusia untukdapat bertahan hidup, mengembangkan kemampuan mereka secara penuh, hidup dan

    bekerja dengan bermartabat, berpatisipasi secara penuh dalam pembangunan,

    meningkatkan mutu kehidupan mereka, membuat keputusan yang terinformasi, dan

    terus menerus belajar.

    Upaya perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan dasar di Indonesia

    telah dilaksanakan secara formal sejak tahun 1984 untuk tingkat SD, dilanjutkan

    pada tahun 1994 untuk pendidikan dasar 9 tahun tingkat SMP. Hasil yang telah

    dicapai cukup memuaskan sebagaimana ditunjukkan dengan meningkatnya APK

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    12/34

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    13/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 9

    memungkinkan setiap orang, tanpa kecuali, mengembangkan sepenuhnya semua bakat

    individu, dan mewujudkan potensi kreatifnya, termasuk tanggung jawab terhadap

    hidup sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi. Misi ini akan dapat tercapai dengan

    melalui strategi yang disebut belajar sepanjang hidup (learning throughout life), yang

    dipandang sebagai detak jantung dari masyarakat.

    Konsep ini berbeda dengan sistem pendidikan tradisional yang membedakan antara

    pendidikan dasar dengan pendidikan lanjutan. Konsep ini memenuhi tantangan yangditimbulkan oleh sebuah dunia yang berubah dengan cepat. Konsep ini bukanlah

    konsep baru, karena sebelumnya telah ada konsep pendidikan sepanjang hidup, yang

    menekankan perlunya bagi orang untuk kembali ke pendidikan bukan persekolahan,

    agar berhubungan dengan situasi baru yang timbul dalam kehidupan pribadi mereka

    dan dunia kerja mereka. Kebutuhan tersebut masih tetap dirasakan, dan bahkan

    menjadi lebih kuat. Hanya dengan memenuhi kebutuhan itulah, setiap individu belajar

    bagaimana belajar, to learn how to learn.

    Dengan mengikuti gagasan konsep belajar sepanjang hidup, memberikan tekanan

    yang lebih besar pada salah satu dari empat pilar yang diusulkan dan digambarkan

    sebagai dasar pendidikan, yaitu: belajar hidup bersama (learning to live together).

    Dalam pola ini pendidikan dilakukan dengan mengembangkan suatu pemahaman

    tentang orang lain dan sejarah, tradisi, dan nilai-nilai spiritual mereka, dan bertopangpada landasan tersebut, menciptakan suatu semangat baru yang dibimbing oleh

    kesadaran tentang resiko atau tantangan masa depan, akan mendorong orang

    melaksanakan proyek bersama atau mengelola konflik yang pasti terjadi, dengan suatu

    cara yang bijaksana dan damai. Untuk itu, maka langkah pendidikannya adalah pilar

    yang pertama adalah belajar mengetahui (learning to know). Adanya perubahan yang

    cepat yang dibawa oleh kemajuan ilmiah dan norma-norma baru tentang kegiatan

    ekonomi dan sosial, tekanan pada belajar untuk hidup bersama dipadukan dengan

    suatu pendidikan umum yang cukup luas dengan melalui belajar memperoleh

    pengetahuan sebagai alat untuk memahami hidup.

    Belajar bekerja (learning to do) adalah pilar pendidkkan yang selanjutnya harus

    dipelajari oleh peserta didik pendidikan dasar. Disamping belajar bekerja melakukan

    sesuatu pekerjaan, secara lebih umum perlu pula menguasai kemampuan yang

    memungkinkan orang mampu menghadapi berbagai situasi yang sering tidak dapat

    diduga sebelumnya, dan bekerja dalam berbagai tim. Akhirnya, pilar pendidikan yang

    keempat yang harus dipelajari peserta didik pendidikan dasar adalah belajar menjadi

    dirinya sendiri (learning to be). Hal ini berarti bahwa program kurikulum pendidikan

    dasar harus memfasilitasi peserta didik untuk belajar untuk lebih bebas dan

    mempunyai pandangan sendiri yang disertai dengan rasa tanggung jawab pribadi yang

    lebih kuat untuk mencapai tujuan hidup pribadinya atau tujuan bersama sebagai

    anggota masysrakat.

    Kecenderungan untuk menyediakan program pendidikan atau kurikulum yang

    diorientasikan untuk orang dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan

    yang diklaim oleh masyarakat sebagai sekolah favorit, perlu dihindari secara dini.Apabila dibiarkan, maka kondisi ini dapat berdampak pada perlakuan yang

    diskriminatif terhadap anak bangsa. Di samping itu masih banyak anak usia sekolah

    yang belum terjangkau oleh satuan pendidikan dasar yang tersedia. Atau kalaupun

    sekolah tersedia dalam jarak yang terjangkau, kendala-kendala psikologis dan budaya

    masih menghalangi mereka untuk memasuki sekolah. Oleh karena itu, perlu

    diakomodasi ide-ide pendidikan untuk semua yang antara lain membuat kesempatan

    bagi semua siswa untuk mengakses pendidikan di manapun dan kapanpun. Disamping

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    14/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 10

    itu, perlu diciptakan program belajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak dari

    berbagai strata dan latar belakang sosial dan budaya.

    Untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermutu untuk seluruh lapisan peserta

    didik pendidikan dasar, maka program kurikulum harus dirancang sebagai keseluruhan

    dari penawaran lembaga pendidikan (sekolah) termasuk kegiatan di luar kelas/sekolah

    dengan rangkaian mata pelajaran dan kegiatan yang terpadu. Setiap satuan pendidikan

    memperoleh identitas atas dasar cara mereka menjalankan program-programkurikulum yang dikembangkannya. Faktor-faktor yang menentukan isi tiap program

    harus muncul jauh di luar batas-batas sekolah/satuan pendidikan. Faktor-faktor itu

    timbul melalui kekuatan-kekuatan sosial, kultural, ekonomi, dan konsep politik.

    Program kurikulum pendidikan suatu sekolah/satuan pendidikan harus mewakili

    keseluruhan sistem pengaruh yang membangun lingkungan belajar bagi peserta didik.

    Program itu sendiri terdiri atas unsur-unsur tertentu yang mencakup maksud dan

    tujuan, kurikulum, metode pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar peserta didik.

    Segi kurikulum dari program pendidikan dasar harus meliputi hal-hal esensial yang

    dibutuhkan peserta didik, seperti: bidang-bidang studi apa yang akan disajikan; untuk

    maksud-maksud khusus apa bidang studi tersebut disajikan; bagaimana bidang studi

    tersebut hendak disusun dan dihubung-hubungkan; dan bagaimana bidang studi

    tersebut diajarkan kepada peserta didik. Dengan kata lain, kurikulum pendidikan dasarharus dikembangkan secara terpadu dan berlandaskan kepada pengembangkan

    kemampuan pemecahan masalah kehidupan yang dikuasai peserta didik

    Secara konseptual, sekurang-kurangnya kurikulum pendidikan dasar masa depan

    perlu mangakomodasikan secara sistematis dimensi-dimensi pengembangan peserta

    didik sebagai berikut:

    1. Pengembangan individu - aspek-aspek hidup pribadi (dimensi pribadi):a. Religi: kesadaran beragamab. Fisik: kesehatan jasmani dan pertumbuhanc. Emosi: kesehatan mental dan stabilitas emosid. Etika: integritas morale. Esttika: pengejaran kultural dan rekreasi

    2. Pengembangan cara berpikir dan teknik memeriksa kecerdasan yang terlatih(dimensi kecerdasan):

    a. Penguasaan pengetahuan: konsep-konsep dan informasib. Komunikasi pengetahuan: keterampilan untuk memperoleh dan menyampaikan

    informasi

    c. Penciptaan pengetahuan: cara pemeriksaaan, diskriminasi, dan imaginasi.d. Hasrat akan pengetahuan: kesukaan akan belajar.

    3. Penyebaran warisan budaya nilai-nilai civic dan moral bangsa (dimensi sosial):a. Hubungan antar manusia: kerjasama, toleransib. Hubungan individu-negara: hak dan kewajiban civic, kesetiaan dan patriotisme,

    solidaritas nasional

    c.

    Hubungan individu-dunia: hubungan antar bangsa-bangsa, pemahaman dunia.d. Hubungan individu-lingkungan hidupnya: ekologi.4. Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital dan menyumbang kepada kesejahteraan

    ekonomi, social, dan politik lapangan teknik (dimensi produktif):

    a. Pilihan pekerjaan: informasi dan bimbinganb. Persiapan untuk bekerja: latihan dan penempatanc. Rumah dan keluarga: mengatur rumah tangga, ketrampilan mengerjakan

    sesuatu sendiri, perkawinan

    d. Konsumen: membeli, menjual, investasi.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    15/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 11

    Untuk mendukung keterlaksanaan program pendidikan dasar (kurikulum) tersebut

    di atas, perlu dikembangkan suatu masyarakat belajar (learning society) pada setiap

    satuan pendidikan dasar. Hal tersebut dimungkinkan, karena setiap aspek kehidupan,

    baik pada tingkat individual maupun sosial, menawarkan kesempatan untuk belajar

    dan bekerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum pendidikan dasar masa depan

    perlu mendorong dan memfasilitasi penggalian potensi pendidikan dari media

    teknologi informasi modern, dunia kerja atau kultural, dan pengisian waktu luang.Selain itu, perlu dikembangkan pula kebiasaan peserta didik untuk memanfaatkan

    setiap kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri, baik yang terkait dengan

    apa yang meraka pelajari di satuan pendidikannya, maupun yang terkait dengan

    kehidupan mereka sehari-hari.

    Dengan formula program pendidikan (kurikulum) seperti yang diungkapkan

    tersebut di atas, maka diharapkan akan tercipta satuan pendididikan dasar yang

    menumbuhkan keinginan peserta didiknya untuk belajar maupun kesenangan dalam

    belajar, kemampuan untuk belajar bagaimana belajar, dan keingin-tahuan intelektual.

    Dengan cara itu, terbayanglah akan hadirnya suatu masyarakat masa depan dimana

    setiap individunya akan menjadi guru dan juga pelajar sekaligus.

    4. Kurikulum dan Standar IsiKurikulum dinyatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

    tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

    penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

    (UURI SPN No. 20 tahun 2003). Mendukung pandangan ini, kurikulum juga dimaknai

    sebagai rencana yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencapai tujuan

    umum dan khusus pendidikan (Saylor dan Alexander : 1974 dalam Mazer, Bev et al.,

    1994); kurikulum sebagai proses untuk merekonstruksi pengetahuan dan pengalaman

    secara sistematik, sehingga siswa mampu meningkatkan pengendalian terhadap

    pengetahuan dan pengalamannya (Tanner dan Tanner :1980 dalam Bev et al., 1994);

    kurikulum merupakan interaksi yang sengaja dirancang untuk memfasilitasi siswa agar

    memiliki pengalaman yang bermakna (Miller dan Seller : 1985).

    Kurikulum Pendidikan Dasar (SMP) hendaknya dirancang dengan mengedepankanpengembangan etika, intelektual, estetika, kepribadiam, fisik, sosial, dan karier peserta

    didik dengan cara menyibukan peserta didik terhadap tantangan-tantangan yang

    mendukung pencapaian kemampuan-kemampuan tersebut. Di sekolah harus

    mengembangkan program pembelajaran yang melibatkan adanya keseimbangan

    bidang studi yang dipelajari serta mendukung terhadap kebutuhan dan minat peserta

    didik. Kurikulum yang dikembangkan hendaknya melibatkan pengetahuan dan

    keterampilan esensial dari setiap bidang studi dan dideskripsikan secara jelas dalam

    arti mencerminkan lingkup yang dipelajari, terurut, adanya kontinuitas, adanya

    pengintegrasian, memperoleh dukungan bahan-bahan yang diperlukan, dan adanya

    penilaian kinerja sesuai dengan tuntutan yang akan dicapai setelah menyelesaikan

    satuan pendidikan yang ditempuh. Kurikulum juga hendaknya mengembangkan

    standar isi yang melibatkan keseimbangan komponen-komponen seperti penguasaan

    faktual, pengembangan keterampilan, kreativitas, pemahaman, aplikasi, analisis,

    sintesis dan evaluasi yang mendukung tuntutan satuan pendidikan.

    Mengacu pada definisi di atas khususnya yang dianut oleh UURI SPN No. 20

    tahun 2003, sebuah kurikulum dibangun oleh beberapa komponen yaitu : isi, proses,

    kompetensi (tujuan), pendidik dan tenaga kependidikan (personil), sarana dan

    prasarana (fasilitas), pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian (PP No. 19 tentang

    Standar Pendidikan Nasional; Wiles, John & Bondi Joseph, 1989). Standar dari setiap

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    16/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 12

    komponen kurikulum, merupakan acuan atau dasar pijakan dalam menentukan kualitas

    penyelenggaraan pendidikan.

    Sehubungan dengan standar isi, maka substansi yang diperhatikan dalam

    komponen ini mengandung muatan pengetahuan (fakta, konsep, generalisasi, prinsip

    dll); proses atau keterampilan yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan nilai yang

    terkandung dalam subyek yang dipelajari (Hyman : 1973). Demikian standar isi dari

    suatu tingkat satuan pendidikan yang ditampilan dalam bentuk mata pelajaran dan nonmata pelajaran harus dipilih dan dipilah sesuai dengan kriteria yaitu : (1) Sahih (Valid):

    Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran

    dan kesahihannya, ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yang

    diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi

    untuk pemahaman ke depan. (2) Tingkat Kepentingan (Significance): Dalam memilih

    materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: Sejauh mana materi tersebut penting

    dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa penting?. Dengan demikian,

    materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan

    oleh siswa. (3) Kebermanfaatan (utility): Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik

    secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru

    harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan

    dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikanberikutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang

    diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang

    dibutuhkan dalam kehidupan seharihari (4)Layak dipelajari (learnability): Materinya

    memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu

    mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan

    bahan ajar dan kondisi setempat). (5) Menarik minat(interest): Materi yang dipilih

    hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih

    lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu

    menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk

    mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

    Penataan isi kurikulum pada dasarnya dilandaskan atas lingkup dan urutan isi

    kurikulum. Lingkup kurikulum menyatakan keluasan dan kedalaman isi kurikulum

    pada rentang waktu tertentu. Lingkup kurikulum dipengaruhi oleh faktor waktu, inti

    konten, pengintegrasian konten, dan total jumlah konten yang dibutuhkan. Urutan

    konten kurikulum menyatakan susunan konten yang disajikan terhadap siswa. Urutan

    konten dipengaruhi oleh prinsip dari sederhana menuju yang kompleks, prasyarat, dari

    yang menyeluruh ke bagian-bagian, kronologis, tingkat keabstrakan dan urutan spiral.

    Teori belajar dan teori perkembangan mental memberi pengaruh terhadap lingkup

    dan urutan isi kurikulum. Teori-teori tersebut diantaranya adalah teori Gagne, Piaget,

    Erikson, Havinghurst dan Kohlberg. Teori perkembangan intelektual paling

    berpengaruh adalah teori Piaget yang menyatakan perkembangan intelektual

    dikategorikan ke dalam empat tingkatan yaitu tahap sensori motorik, tahap pra

    operasional, tahap operasi konkrit, dan tahap operasi formal.Keluasan dan kedalaman isi kurikulum akan berdampak terhadap beban belajar.

    Beban belajar dengan Satuan Kredit Semester (SKS) menyatakan satuan yang

    digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi peserta didik, besaran pengakuan

    terhadap keberhasilan usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta usaha untuk

    menyelenggarakan pendidikan bagi satuan pendidikan tertentu khususnya bagi tenaga

    pengajar.

    Ciri-ciri dasar Sistem Kredit Semester ialah : (1) adanya variasi dan keluwesan

    program yang memungkinkan peserta didik menyusun program studinya sesuai dengan

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    17/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 13

    kemampuan dan minatnya; (2) adanya variasi dan keluwesan program yang

    memungkinkan peserta didik menyusun kombinasi antar berbagai program; (3) sistem

    kredit semester memungkinkan peserta didik untuk menabung kredit yang

    diperolehnya untuk sampai kepada penyelesaiaan program pada satuan pendidikan; (4)

    peserta didik yang merencanakan kegiatan ekstra kurikuler yang dapat mengurangi

    kesempatan mengikuti progran intra kurikuler diperbolehkan mengambil program

    tersebut dengan jumlah kredit kurang dari yang seharusnya.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    18/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 14

    BAB III

    TEMUAN KAJIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Kajian DokumenHasil kajian pada standar isi satuan pendidikan SMP dilakukan mengikuti urutan

    penyajian pada standar isi (Permen No 22 tahun 2006).

    1. Kerangka Dasar Kurikulum

    a. Kelompok Mata Pelajaran

    1) Terminologi kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam Permen No. 22

    tahun 2006 konsisten dengan yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005

    Pasal 6 ayat (1) tetapi bukan penjabarannya (sama persis). Pengelompokkan

    mata pelajaran yang tertuang dalam Permen No. 22 dan PP No. 19 Pasal 6

    ayat (1) tersebut merupakan penjabaran dari UURI SPN No. 20 tahun 2003

    Pasal 38 ayat (1) tentang Kerangka Dasar dan Struktur KurikulumPendidikan Dasar. Namun demikian munculnya terminologi kelompok mata

    pelajaran menimbulkan kerancuan dengan isi UURI SPN No. 20 tahun 2003

    Pasal 37 ayat (1) yang sudah mengarah ke penamaan mata pelajaran yang

    menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Dasar wajib memuat : pendidikan

    agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan

    alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olah

    raga; keterampilan/kejuruan; muatan lokal.

    2). Terminologi kelompok mata pelajaran mengandung arti kumpulan dari dua

    atau lebih mata pelajaran, sedangkan penamaan mata pelajaran lebih

    dicerminkan oleh body of knowledge yang akan disajikan kepada peserta

    didik bukan dicerminkan oleh kandungan nilai sebagai implikasi dari mata

    pelajaran tersebut.

    Terminologi kelompok mata pelajaran yang tepat dari jumlah mata

    pelajaran yang dikandungnya adalah :

    -Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, karena didalamnya terdiri atas mata pelajaran IPA (gabungan dari mata pelajaran

    Biologi, Fisika, Kimia, bumi dan antariksa); mata pelajaran IPS (gabungan

    dari mata pelaajran sejarah, geografi, ekonomi); dan mata pelajaran

    teknologi informasi dan komunikasi.

    Terminologi kelompok mata pelajaran yang tepat dari jumlah dan implikasi

    nilai mata pelajaran yang dikandungnya adalah :

    -Kelompok mata pelajaran estetika, karena di dalamnya terdiri atas matapelajaran seni budaya dan bahasa dan kedua mata pelajaran tersebut

    dominan untuk membentuk estetika peserta didik.

    Terminologi kelompok mata pelajaran yang tidak tepat adalah :

    -Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, menimbulkankejanggalan karena pada struktur kurikulum hanya diwakili satu (bukan

    kelompok) mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama. Istilah akhlak mulia

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    19/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 15

    bukan mencerminkan nama mata pelajaran melainkan implikasi atau main

    goals dari mata pelajaran Pendidikan Agama.

    -Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dipandangmemiliki kerancuan karena diwakili oleh satu mata pelajaran yaitu

    Pendidikan kewarganegaraan, dan istilah kepribadian adalah sebagai

    implikasi atau main goals dari mata pelajaran Pendidikan

    Kewarganegaraan.

    3) Penamaan kelompok mata pelajaran perlu adanya konsistensi apakah

    didasarkan atas nama pelajaran yang menggambarkan body of knowledge

    yang dipelajari ataukah penamaan atas dasar peran dan fungsi mata

    pelajaran yang menunjang terhadap standar kompetensi lulusan dari satuan

    pendidikan dasar (SMP)

    4) Cakupan Kelompok Mata Pelajaran

    Cakupan kelompok mata pelajaran (Agama dan ahlak mulia,

    kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,

    dan jasmani, olah raga dan kesehatan) yang tertuang dalam dokumen Standar

    isi menurut Permen No. 22 tahun 2006 walaupun tidak dinyatakan secaraeksplisit menekankan pada pengungkapan tujuan atau sasaran yang akan

    dicapai oleh masing-masing kelompok mata pelajaran. Cakupan yang

    diuraikan dalam dokumen ini ada yang mengangkat hakikat dari mata

    pelajaran (kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; ilmu

    pengetahuan dan teknologi; estetika;), sementara cakupan untuk kelompok

    mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian serta kelompok mata

    pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan lebih mengungkap substansi mata

    pelajaran.

    Cakupan kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam dokumen Standar Isi

    dengan Permen No. 22 tidak mengungkap muatan dan kegiatan pelaksanaan

    yang melibatkan keterpaduan berbagai mata pelajaran sebagaimana tertuangdalam PP No. 19 tahun 2005 Pasal 7 ayat (1), (2), (4), (7) dan (8). Muatan

    dan kegiatan pencapaian tujuan kelompok mata pelajaran yang tertuang

    dalam PP No. 19 sama persis dituangkan dalam Permen No. 23 tahun 2005

    berkenaan dengan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-

    KMP).

    Keganjilan yang muncul dalam dokumen standar isi dengan Permen No. 22

    tidak mengungkapkan cakupan substansi setiap mata pelajaran, sementara

    dalam Permen No. 23 tertuang Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran.

    Di samping itu, kelompok mata pelajaran yang tertuang baik tujuan dan

    cakupannya dalam Standar Isi dengan Permen No. 22 nampak tidak

    mempersyaratkan lulus karena standar kompetensi yang dicapai dinyatakan

    sebagai STANDAR KOMPETENSI KELOMPOK MATA PELAJARANberbeda dengan STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA

    PELAJARAN.

    Atas dasar kajian butir a. 1) sampai 4), apabila terminologi kelompok mata

    pelajaran masih akan dipertahankan, maka nama-nama kelompok mata

    pelajaran yang didasarkan atas body of knowledge yang dikandungnya

    diusulkan sebagai berikut :

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    20/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 16

    LAMA BARU (USULAN)

    nama klpcakupan

    bahasan

    cakupan

    mata

    pel.

    nama klpcakupan

    bahasan

    cakupan

    mata pel.

    Agama dan akhlakmulia tepat tidakjelas Pend.Akhlak

    gabungan

    butir 1 dan

    2 dokumenlama

    Pend.

    Agama &

    Pend.Kewarga-

    negaraan

    Kewarganegaraan

    dan kepribadiantepat

    tidak

    jelas

    - - -

    Ilmu pengetahuan

    dan teknologitepat

    tidak

    jelas

    Pend.

    keilmuan

    sesuai

    yang lama

    IPA, IPS,

    TIK,

    Matematika

    Estetika tepattidak

    jelas

    Pend.

    Estetika

    sesuai

    yang lama

    Seni Budaya

    dan Bahasa

    Jasmani, olah raga

    dan kesehatantepat

    tidak

    jelas

    Pend.

    Kesehatan

    sesuai

    yang lama

    Pend.

    jasmani,

    olah raga

    dan

    kesehatan

    b. Prinsip Pengembangan Kurikulum

    1)Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

    didik dan lingkungannya

    Prinsip ini sangat penting, karena hakikat fungsi pendidikan adalah

    memberdayakan dan mengembangkan multi potensi peserta didik. Sebagai

    dokumen Standar Isi dalam Permen No. 22 dipandang sudah relevan, namun

    perlu dipertajam rumusannya agar memberi arah yang jelas bahwa prinsip ini

    bagi kepentingan sekolah hendaknya dijadikan acuan dalam menyusun KTSPkhususnya dalam mengembangkan kompetensi dasar, indikator pencapaian

    kompetensi dasar, dan metode pembelajaran yang akan dituangkan dalam

    silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran.

    2) Beragam dan terpadu atau menyeluruh (holistik)Prinsip ini sangat penting, namun rumusan dalam dokumen perlu dipertajam

    agar pihak sekolah mudah menerjemahkannya. Prinsip keragaman

    karakteristik atau potensi peserta didik hendaknya diarahkan bahwa

    penyusunan KTSP di samping memiliki muatan wajib juga harus

    mengakomodasi bakat/hobi peserta didik melalui muatan pengembangan diri.

    Keragaman kecerdasan hendaknya diakomodasi melalui variasi program dan

    dibarengi dengan muatan pendidikan nilai dan moral yang berlaku dimasyarakat dan budaya bangsa Indonesia. Dengan kata lain keragaman

    kecerdasan hendaknya mencakup bukan hanya kecerdasan intelektual (IQ =

    Intelegency Quotion), tetapi juga diakomodasikan kecerdasan emosi (EQ =

    Emotional Quotion), dan kecerdasan spiritual (SQ = Spiritual Quotion) guna

    pembentukan dan pembinaan pribadi peserta didik seutuhnya. Program

    akselerasi diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan tinggi,

    dan pengadaan remediasi bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan

    rendah, tetapi substansi isi pelajaran tidak didegradasi. Keragaman jenjang

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    21/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 17

    pendidikan diarahkan bahwa tingkat kompetensi lulusan satuan pendidikan

    atau kompetensi lulusan mata pelajaran yang dituntut pada satuan pendidikan

    dasar (SMP) harus lebih tinggi dan lebih luas daripada pada pendidikan dasar

    (SD). Demikian pula tingkat kompetensi yang harus dicapai pada tingkat

    SMP memberikan landasan bagi tingkat kompetensi satuan pendidikan

    menengah (SMA/MI). Rumusan prinsip pengembangan kurikulum (KTSP)

    yang berkaitan dengan keragaman kondisi daerah perlu diarahkan adanyamuatan lokal yang dipilih dengan tepat sesuai dengan sumberdaya yang

    feasible dilaksanakan di daerah yang bersangkutan.

    Penerapan prinsip keterpaduan rumusannya perlu diarahkan bahwa KTSP

    yang dikembangkan perlu memperhatikan keterkaitan diantara substansi yang

    terdapat dalam muatan wajib, muatan lokal maupun pengembangan diri,

    sehingga satu dengan yang lainnya saling memperkuat dan saling

    melengkapi. Keterpaduan juga perlu diartikan sebagai kesinambungan

    substansi mata pelajaran sejenis diantara tingkatan kelas dalam lingkup

    satuan pendidikan (SMP). Kesinambungan substansi tersebut perlu

    memperhatikan asas spiral.

    3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

    Prinsip pengembangan kurikulum ini dipandang sangat penting juga. Namun

    dalam dokumen Standar Isi ini perlu ditekankan bahwa KTSP harus

    menampilkan kemutakhiran mata ajaran dan kemutakhiran isi, sehingga

    peserta didik dapat menguasai iptek dan seni di zamannya; inilah pentingnya

    setiap isi hendaknya bermuatan nilai intelektual, yaitu mengembangkan

    berpikir kritis terhadap isi yang dipelajari. Ilmu berkembang karena setiap

    ilmuwan mengkritisi setiap ilmu yang ada, menemukan kelemahan yang ada,

    lalu mencari solusi bagi pengembangan itu selanjutnya. Bahkan menggali

    makna apalagi setelah mempelajari isi mata pelajaran tersebut, mungkinkah

    dapat memetik mata pelajaran nilai sosio-politik, nilai pendidikan, dan nilai

    religinya untuk bekal hidup peserta didik sebagai warga masyarakat danwarga negara yang baik. Prinsip yang dituangkan dalam dokumen Standar Isi

    menimbulkan interpretasi terlalu mendorong untuk mengikuti perkembangan

    high technology, padahal local technology atau teknologi tepat guna juga

    akan memberi manfaat untuk dipelajari di sekolah. Selain itu perlu disadari

    bahwa sains bayinya teknologi, karena merupakan terapan praktis bagi

    kehidupan manusia. Berbagai temuan teknologi canggih berkat belajar dari

    pengembangan kandungan pendidikan dari sains, seperti pendidikan teknik

    arsitektur, sistem jalan raya, seni rupa batik/motif dan sebagainya.

    4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

    Rumusan prinsip relevansi ini sudah reatif tepat karena ketidak berhasilan

    pendidikan selama ini terlalu mempertahankan paradigma education throughscience bukan science through education atau education for life yang

    memerankan pendidikan sebagai perkakas untuk memberdayakan potensi

    peserta didik yang mampu memecahkan permasalahan kehidupan yang

    dihadapinya. Pengembangan kompetensi pribadi, kompetensi berpikir, dan

    kompetensi sosial perlu ditegaskan bahwa kompetensi tersebut tidak

    ditampilkan berupa mata pelajaran melainkan implikasi dari mata pelajaran,

    sehingga pelatihan dalam mata pelajaran perlu dimuati aspek aplikasi dengan

    diberi waktu yang memadai. Kompetensi akademik yang diberikan pada

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    22/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 18

    satuan pendidikan dasar (SMP) diberi proporsi lebih tinggi, sedangkan

    kompetensi vokasional dapat ditampilkan pada muatan lokal dan atau

    pengembangan diri dengan keterampilan tidak mencapai tingkat mahir

    sebagaimana dituntut oleh satuan pendidikan SMK.

    Penggunaan kata keniscayaan dapat berkonotasi bias, terutama oleh pembaca

    yang awam dengan bahasa Indonesia.

    5) Menyeluruh dan berkesinambungan

    Sebagai prinsip pengembangan kurikulum, rumusan prinsip ini sudah relatif

    tepat namun perlu dipertegas bahwa keseluruhan dimensi kompetensi

    dimaksudkan adalah kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi

    psikomotor. Melalui pengertian ini, maka prinsip menyeluruh yang

    diterapkan dalam pengembangan KTSP digunakan sebagai dasar untuk

    menurunkan kompetensi-kompetensi dasar yang dimunculkan dari setiap

    mata pelajaran. Oleh karena kepemilikan kompetensi afektif lebih sukar dan

    memerlukan waktu relatif lebih lama daripada kepemilikan kompetensi

    psikomotor dan kompetensi kognitif, maka periode, frekuensi, dan jenis

    penilaiannya memerlukan perangkat penilaian yang berbeda. Prinsip

    menyeluruh dalam bidang kajian keilmuan hendaknya diberi arah bahwa

    substansi keilmuan mata pelajaran yang disebar pada tingkatan kelas

    merupakan suatu keutuhan konsep yang saling berkesinambungan. Untuk

    menghindari tumpangtindih terlebih kekosongan substansi keilmuan, maka

    prinsip ini mengarahkan perlunya pemetaan konsep keilmuan yang memberi

    dukungan terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran maupun

    kompetensi lulusan satuan pendidikan. Penyebaran substansi keilmuan pada

    tingkatan kelas didasarkan atas bobot kesukaran dan tingkat perkembangan

    intelektual peserta didik, sehingga isi keilmuan dari mata pelajaran dapat

    dijangkau dan dikuasasi peserta didik.

    6) Belajar sepanjang hayatPrinsip ini sangat penting dalam upaya membentuk pembudayaan belajar dan

    mengamalkannya. Belajar sebagai suatu habit sangat menguntungkan bagi

    pembentukan manusia unggul, dan amaliah yang didasari pemahaman ilmu

    akan membuahkan hasil yang lebih ungul pula. Habit belajar juga akan

    membentuk sikap adaptable dan fleksibel terhadap dinamika perubahan.

    Sebagai prinsip dalam pengembangan kurikulum, kata pembudayaan yang

    dituangkan dalam dokumen standar isi perlu dijabarkan dengan memberi arah

    bahwa pembudayaan belajar perlu dirancang melalui pemetaan tugas

    belajar dari setiap mata pelajaran yang menuntut berbagai sumber belajar

    yang memungkinkan siswa belajar berkesinambungan di sekolah, di rumah,

    dan di lingkungan masyarakat.

    7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerahKata seimbang mengundang pemaknaan bahwa kepentingan nasional dan

    daerah berbobot fifty-fifty padahal yang dimaksud adalah proporsional atau

    penyerasian. Demikian kepentingan global (internasional) perlu dijadikan

    prinsip dalam pengembangan kurikulum juga, karena fokus kepentingan ini

    berkaitan dengan karakteristik dari mata pelajaran. Mata pelajaran bahasa

    inggris, matematika, IPA, teknologi informasi dan komunikasi serta

    pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sangat menuntut standar isi yang

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    23/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 19

    bersifat global, sehingga penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran

    ini sejajar dengan negara-negara lain termaju di dunia. Demikian mata

    pelajaran agama, kewarganegaraan, bahasa indonesia, IPS, dan seni budaya

    menuntut standar isi bersifat nasional, dan muatan lokal menuntut standar isi

    tingkat daerah.

    c. Prinsip Pelaksanan Kurikulum

    Rumusan prinsip pelaksanaan ini secara konseptual sudah sangat memadai,

    namun memerlukan penjabaran supaya panduan tersebut lebih jelas dan konkrit

    pada tahap implementasinya. Prinsip pelaksanaan kurikulum yang didasarkan

    atas potensi, perkembangan dan potensi peserta didik pada butir (a) perlu

    ditekankan bahwa pembelajaran dilaksanakan secara klasikal bukan modular.

    Demikian pelayanan percepatan belajar pada butir (c) perlu dijelaskan bentuknya

    karena pembelajaran sistem klasikal kurang memberi ruang gerak terhadap siswa

    yang memiliki potensi lebih. Peran guru yang menganut prinsip tut wuri

    handayani, ing madia mangun karsa, dan ing ngarsa sung tulada pada butir (d)

    perlu dipadankan perannya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,

    pengelola, dan pengembang. Prinsip pelaksanaan kurikulum dengan

    mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya yang tertera pada butir (f)perlu ditunjukkan bahwa pembelajaran dapat juga dilakukan melalui studi

    lapangan.

    2. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum (Struktur Kurikulum SMP/MTs

    Dalam dokumen tertuang bahwa struktur kurikulum (substansi pembelajaran)

    disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata

    pelajaran. Supaya tidak timbul kerancuan dengan yang tertuang dalam Permen No.

    23 tentang standar kompetensi lulusan, maka struktur kurikulum disusun

    berdasarkan standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SMP/MTs) dan

    standar kompetensi lulusan mata pelajaran. Pada bagian uraian tentang struktur

    kurikulum, kelompok mata pelajaran tidak dimunculkan lagi. Memang dalam

    praktisnya pengelompokkan tersebut berperan untuk mereduksi jumlah nama matapelajaran dalam struktur kurikulum, sehingga nampak tidak adanya tuntutan bagi

    sekolah dan guru untuk mencapai kompetensi dari kelompok mata pelajaran.

    Seandainya penggagas awal penyusunan standar isi dan standar kompetensi

    menganggap penting adanya ketercapaian kompetensi kelompok mata pelajaran,

    maka pandangan ini merupakan sesuatu yang dipaksakan, karena pihak sekolah

    tidak memiliki gambaran tentang mata pelajaran yang dapat mewakili kelompok

    mata pelajaran, yang terjadi tentu lebih fokus pada pencapaian standar kompetensi

    lulusan masing-masing mata pelajaran.

    Pernyataan bahwa materi muatan lokal tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata

    pelajaran yang ada dapat menimbulkan kekeliruan. Karena mata pelajaran yang

    ada tidak jelas pengelompokannya, dan apakah pengelompokkan mata pelajarandemikian urgen. Informasi penting yang perlu ditambahkan pada bagian ini adalah

    bahwa muatan lokal adalah mata pelajaran yang telah memiliki body of knowledge

    yang telah mapan tetapi mencirikan karakter daerah.

    Perlu adanya perbaikan pernyataan berkaitan dengan pengembangan diri.

    Sementara di bagian awal disebutkan bahwa pengembangan diri bukan

    merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru sementara pada kalimat

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    24/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 20

    kelanjutannya disebutkan bahwa kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan

    atau dibimbing oleh konselor,guru atau tenaga kependidikan.

    Untuk memberikan kejelasan bagi sekolah, maka jenis muatan lokal dan

    pengembangan diri perlu diberi contoh agar mereka terinspirasi dalam

    mengidentifikasi jenis muatan lokal dan pengembangan diri yang dapat

    dilaksanakan.

    Penyebutan IPA terpadu dan IPS terpadu belum memberikan gambaran tentang

    jenis keterpaduan, karena Fogarty (1991) mengemukakan ada 10 model jenis

    keterpaduan tiga diantaranya yang memungkinan diterapkan pendidikan dasar

    (SMP) adalah menggunakan (1) model hubungan/model terkait (connected model),

    (2) model jaring laba-laba/model terjala (webbed model), (3) model terpadu

    (integrated model).

    Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang dialokasikan sebagaimana

    tertera dalam struktur kurikulum perlu diberi penjelasan apakah alokasi waktu

    tersebut hanya untuk tatap muka ataukah tatap muka dengan praktikum.

    Penetapan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang sifatnya given perlu

    diberi gambaran rasionalisasinya berdasarkan topik-topik kunci yang minimalharus disajikan, sehingga real time yang dibutuhkan setiap mata pelajaran

    menjadi jelas.

    Penambahan maksimum 4 jam pembelajaran per minggu dari keseluruhan perlu

    diberi arah agar tidak menimbulkan konflik interes dari masing-masing mata

    pelajaran.

    Jumlah alokasi waktu yang tertera pada tabel-3 yaitu 32 jam/minggu mestinya

    dituliskan 34 38 jam/minggu. 34 jam karena secara nyata pengembangan diri

    diberi alokasi ekuivalen dengan 2 jam pelajaran, sedangkan 38 jam menyatakan

    jumlah nyata setelah ada penambahan 4 jam/minggu.

    Mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum lebih memberi warna untuk

    kepentingan pendidikan umum (SMP), sedangkan mata pelajaran yang menjadi

    kekhasan bagi satuan pendidikan MTs tidak nampak. Demikian jumlah mata

    pelajaran yang menjadi kekhasan MTs relatif banyak, sehingga tidak terakomodasi

    oleh alokasi waktu yang disediakan apabila muatan lokal dan pengembangan diri

    dijadikan alternatif untuk mengakomodasi mata pelajaran tersebut (hanya

    disediakan 4 jam/minggu).

    3. Beban Belajar

    Oleh karena penyelenggaraan program pendidikan untuk satuan pendidikan

    SMP/MTs diberikan alternatif dengan sistem paket dan sistem kredit semester,

    maka pengaturan kedua sistem tersebut mesti dikemukakan, sehingga tidak

    menimbulkan kebingungan bagi sekolah yang memungkinkan dapat melaksanakankhususnya dengan sistem kredit semester.

    Karena kenyataannya beberapa mata pelajaran membutuhkan kegiatan praktikum,

    maka program pembelajaran tidak hanya meliputi sistem tatap muka, penugasan

    terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur tetapi perlu ditambahkan pula

    kegiatan praktikum (terstruktur).

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    25/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 21

    Pada butir (b) Jumlah jam pembelajaran tatap muka dan praktikum per minggu

    untuk SMP/MTs adalah 34-38 jam pembelajaran bukan 34 jam pembelajaran.

    Perubahan ini berlaku juga pada tabel-25.

    Keterangan mengenai kegiatan praktikum perlu ditambahkan dalam dokumen.

    Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem kredit semester dan

    program percepatan untuk SMP/MTs perlu dikemukakan.Panduan tentang sistem kredit semester (tidak masalah apakah dokumennya dibuat

    tersendiri atau disatukan dengan sistem paket) yang penting informasi tentang

    sistem kredit semester ini dapat diketahui dan dikenali pihak sekolah secara

    simultan dengan sistem paket, sehingga sekolah dapat mempertimbangkan

    programnya dengan matang.

    Dokumen standar isi yang mengangkat tentang alternatif ditawarkannya sistem

    kredit semester di tingkat SMP hendaknya memberikan informai cukup dengan

    segala konsekuensinya untuk dijadikan dasar pada penetapan standar penilaian

    pendidikan, standar pengelolaan dan standar pendidikan lainnya.

    4. Kalender Pendidikan

    Dengan memperhatikan alokasi waktu pada Kalender Pendidikan yang tertera pada

    Tabel-26, menyatakan :

    Jumlah minggu efektif belajar (maksimum) : 38 mg

    Jumlah minggu untuk libur dan kegiatan : 17 mg

    khusus (maksimum)

    Total mg dalam per tahun dalam tabel : 55 mg

    Jumlah minggu per tahun : 52 mg

    Dengan perhitungan kasar alokasi waktu pertahun yang tertera dalam tabel perlu

    diperbaiki. Demikian proporsi jumlah minggu yang diambil oleh kegiatan libur dan

    kegiatan khusus (> 50%) dari minggu efektif perlu dipertimbangkan kembali.

    Sehubungan libur keagamaan seperti libur puasa jatuh pada salah satu semester,

    maka jumlah minggu efektif belajar per tahun tidak bisa dibagi rata (jumlah

    minggu efektif belajar pada salah satu semester lebih banyak dari satu semester

    lainnya).

    B. Kajian Lapangan1. Kerangka Dasar Kurikulum

    Kebutuhan kehidupan yang relevan bagi pendidikan SMP perlu ditemukenali

    secara baik. Konsep kebutuhan kehidupan SMP yang akan dikemas dalam

    kurikulum SMP harus dipagari agar tidak menjadi latah dari satu sekolah ke

    sekolah lain, dari satu propinsi ke propinsi lain. Konsep kebutuhan relevan ini juga

    harus dibedakan dengan mulok.

    Pada prinsipnya secara umum mudah dipahami dan lebih jelas karena hampir sama

    dengan prinsip pengembangan kurikulum.

    2. Struktur Kurikulum

    Dalam struktur kurikulum SMP/MTs pengertian mulok yang digunakan perlu

    dibakukan apakah tidak termasuk mata pelajaran dan bukan kurikuler. Batasan

    yang tegas antara keduanya akan mengarahkan pelaksanaan pembelajaran yang

    baik.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    26/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 22

    Pemerintah daerah dan satuan Pendidikan sulit untuk menentukan mana yang akan

    menjadi mulok, dan bagaimana menyusun kurikulum mulok. Oleh sebab itu,

    penggalian potensi mulok dapat diserahkan ke Pemerintah Daerah.

    IPA terpadu dan IPS terpadu sulit dilaksanakan karena masalah SDM. Kualifikasi

    dan kuantitas SDM yang mengajar IPA dan IPS terpadu harus ditegaskan pada

    bagian ini.

    Mata pelajaran yang menjadi kekhasan MTs sulit diakomodasi dalam struktur

    kurikulum yang hanya mengalokasikan waktu mulok dan pengembangan diri

    hanya dengan 4 jam/per minggu. Pada dokumen kurikulum tidak ada pengaturan

    terhadap mata pelajaran yang menjadi kekhasan MTs tersebut.

    c. Beban BelajarDalam hal beban belajar tawaran sistem sks ini tidak mendapat respon baik dari

    satuan pendidikan karena keberhasilan penyelengaraan sistem sks belum didukung

    oleh berbagai kebijakan teknis. Oleh sebab itu, perlu formula petunjuk khusus

    yang tersedia bagi sekolah untuk melaksanakan sistem sks.

    Sistem sks yang memberikan layanan lebih baik bagi peserta didik tidak lagi

    dianggap terdapat kesulitan dalam pelaksanaaan termasuk pengadaan SDM dan

    infrastruktur.

    Beban belajar SMP idealnya memiliki perbedaan dengan SD kelas IV-VI.

    Perbedaan itu tentunya berdasarkan pertumbuhan psikologi dan sosial siswa.

    Tugas terstruktur baik untuk pencapaian standar kompetensi namun dalam

    pelaksanaannya perlu koordinasi dengan guru mapel lain sehingga tidak

    membebani siswa.

    Jumlah maksimum 50% dari jam pelajaran waktu untuk tugas terstruktur dan

    mandiri sudah rasional namun dalam pelaksanaannya sering kali tidak

    diperhitungkan sehingga bisa saja lebih dari 50% itu. Kelebihan dari proporsi

    tersebut perlu dipantau dengan mekanisme internal guru maupun sekolah.

    4. Kalender Pendidikan

    Kalender pendidikan yang sudah ditentukan seringkali harus menyesuaikan dengan

    hari libur nasional dan jadwal ujian nasional. Namun demikian, secara prinsip

    jumlah minggu efektif tetap dapat dipenuhi.

    C. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen dan LapanganSebagaimana dikemukakan pada bagian latar belakang laporan ini, pengkajian Standar

    Isi yang tertuang dalam Permen No. 22 tahun 2006 ini difokuskan pada aspek

    konseptual, fundamental, esensial, kebermaknaan, akurasi, konsistensi dan dan

    kepraktisan. Oleh karena itu pembahasan berikut diarahkan pada aspek-aspek berikut.

    1. Kerangka Dasar KurikulumAtas dasar kajian dokumen dan lapangan nampak bahwa kerangka dasar kurikulum

    yang mengemukakan uraian kelompok mata pelajaran, prinsip pengembangan

    kurikulum, dan prinsip pengembangan kurikulum secara konseptual belum

    sepenuhnya mencerminkan posisinya sebagai kerangka dasar. Pada bagian ini

    sebaiknya dituliskan hal-hal fundamental dengan urutan sebagai berikut : model

    dan anatomi kurikulum yang dianut, landasan filosofi penggunaan model

    kurikulum, prinsip dasar pengembangan dan pelaksanaan kurikulum, standar

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    27/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 23

    kompetensi lulusan satuan pendidikan (cukup merujuk pada standar kompetensi

    dalam Permen No. 23), dan mata pelajaran yang relevan dimunculkan sebagai

    pendukung ketercapaian standar kompetensi lulusan.

    Secara koseptual jenis kelompok mata pelajaran hendaknya mengacu pada

    penamaan yang telah disepakati kalangan ilmuan di bidangnya dan perlu adanya

    konsistensi apakah merujuk pada body of knowledge ataukah merujuk pada fungsi

    dari mata pelajaran yang bersangkutan. Apabila melihat kebermaknaanya

    pemunculan kelompok mata pelajaran hanyalah berperan untuk memilah dan

    membatasi jumlah mata pelajaran yang dimuat dalam struktur kurikulum, maka hal

    tersebut tidaklah terlalu penting, karena beban belajar akan lebih ditentukan oleh

    keluasan dan kedalaman isi yang diberikan.

    Keganjilan yang dirasakan adalah penuangan cakupan kelompok mata pelajaran

    dalam standar isi hanya mengungkap tujuannya, sedangkan pada standar

    kompetensi mengungkap tujuan dan muatan serta kegiatan pelaksanaan

    (menyiratkan mata pelajaran) dan pada PP 19 menuangkan hanya muatan dan

    kegiatan pelaksanaan (menyiratkan mata pelajaran). Barangkali penempatan yang

    rasional adalah bahwa tujuan dari kelompok mata pelajaran hanya ditempatkan

    pada standar kompetensi karena berperan sebagai acuan bagi penyusunan standarisi, sedangkan pada standar isi lebih mengungkapkan jenis mata pelajaran yang

    mendukungnya.

    Penuangan jenis mata pelajaran dalam cakupan kelompok mata pelajaran pada

    standar isi-pun hendaknya dilihat dari sisi gurukah atau dari sisi peserta didik.

    Apabila dari sisi guru, maka tidak serta merta nama mata pelajaran dicantumkan di

    sana, mata pelajaran yang dicantumkan mestinya ternaungi oleh payung nama

    kelompok mata pelajaran tentunya dari aspekbody of knowledge-nya. Sementara

    nama-nama mata pelajaran tiap kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam

    standar kompetensi (Permen No. 23 dan PP. No. 19) lebih mengedepankan refleksi

    yang harus ditampilkan peserta didik setelah mengakumulasi dan menginternalisasi

    berbagai mata pelajaran. Diperkuat dengan tidak dituangkannya syarat kelulusandari kelompok mata pelajaran (hanya dinyatakan sebagai STANDAR

    KOMPETENSI KELOMPOK MATA PELAJARAN bukan STANDAR

    KOMPETENSI LULUSAN KELOMPOK MATA PELAJARAN, maka

    kedudukan kelompok mata pelajaran kurang memberikan makna. Demikian juga

    dari sisi kepraktisannya, guru-guru di lapangan cenderung akan memfokuskan

    perhatian pada pencapaian STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA

    PELAJARAN.

    Apabila penggagas awal standar isi memandang penting terhadap pengelompokkan

    mata pelajaran, maka perlu adanya pembenahan terhadap penamaan kelompok

    mata pelajaran dan memberi panduan teknik pelaksanaannya agar tidak komplikasi

    dengan pelaksanaan masing-masing mata pelajaran. Ketidak tepatan penamaan

    kelompok mata pelajaran tersebut adalah pada kelompok mata pelajaran agama

    dan ahlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,

    karena ahlak mulia dan kepribadian kurang mencerminkah nama mata pelajaran

    tetapi isi dari mata pelajaran yang bersangkutan.

    Secara konseptual semua butir prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang

    tertuang dalam kerangka dasar kurikulum dipandang fundamental, esensial, dan

    bermakna dan sangat penting bagi pengembang-pengembang kurikulum di tingkat

    sekolah. Dengan kata lain prinsip-prinsip tersebut dapat dinyatakan sebagai

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    28/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 24

    prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, efektivitas. Hal yang perlu

    dipertajam dalam dokumen standar isi ini adalah tingkat kepraktisannya dalam arti

    lebih memberi arah bagi sekolah dalam memfungsikan masing-masing prinsip

    tersebut. Misalnya :

    (i) prinsip berpusat pada potensi dan perkembangan peserta didik diterjemahkandalam mengembangkan tingkatan kompetensi dasar, indikator, dan pemilihan

    metode pembelajaran;

    (ii) prinsip beragam dan terpadu digunakan untuk mengidentifikasi programpengembangan diri, muatan lokal, pengayaan, remediasi, dan akselerasi;

    prinsip keterpaduan difungsikan dalam menata keterkaitan substansi dalam

    muatan wajib, muatan lokal maupun pengembangan diri, kesinambungan

    substansi mata pelajaran sejenis diantara tingkatan kelas dalam lingkup

    satuan pendidikan (SMP) melalui pendekatan spiral.

    (iii) prinsip tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, danseni difungsikan untuk menggali kemutakhiran mata ajaran dan kemutakhiran

    isi.dengan memperhatikan teknologi tepat guna.

    (iv) prinsip relevan dengan kebutuhan kehidupan difungsikan untukmenerjemahkan paradigma education through science atau education for lifeyang memerankan pendidikan sebagai perkakas untuk memberdayakan

    potensi peserta didik yang mampu memecahkan permasalahan kehidupan

    yang dihadapinya. Kompetensi pribadi, kompetensi berpikir, dan kompetensi

    sosial perlu diwujudkan sebagai implikasi dari mata pelajaran melalui

    keterlatihan yang intensif. Kompetensi akademik ditampilkan melalui mata

    pelajaran di dalamnya mengintegrasikan kompetensi pribadi, kompetensi

    berpikir, dan kompetensi sosial. Kompetensi vokasional ditampilkan pada

    muatan lokal dan atau pengembangan diri dengan tingkat kemahiran di

    bawah tuntutan kompetensi SMK dan SMA.

    (v)

    prinsip menyeluruh dan berkesinambungan difungsikan dalam dalammenggali kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi

    psikomotor sebagai dasar untuk menurunkan kompetensi-kompetensi dasar

    yang dimunculkan dari setiap mata pelajaran. Prinsip menyeluruh dalam

    bidang kajian keilmuan hendaknya difungsikan melaui pemetaan konsep

    sehingga tidak terjadi tumpang tindih.

    (vi) prinsip belajar sepanjang hayat difungsikan pada pembudayaan belajar danmengamalkannya melalui pemetaan tugas-tugas belajar yang digali dari

    berbagai sumber belajar.

    (vii) prinsip seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerahdiganti dengan prinsip penyesuaian antara kepentingan global, nasional dan

    lokal melalui standarisasi isi minimal dari mata pelajaran yang sifatnyamemerlukan kesetaraan tingkat internasional, nasional, dan lokal.

    Secara konseptual prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum yang dituangkan dalam

    dokumen standar isi sudah tepat, namun untuk meningkatkan nilai kepraktisan di

    lapangan masih memerlukan panduan yang lebih jelas diantaranya :

    (i) prinsip pelaksanaan kurikulum yang didasarkan atas potensi, perkembangan dan

    potensi peserta didik lebih difungsikan untuk menerjemahkan bahwa

    pembelajaran klasikal dilakukan melalui sistem paket, sedangkan sistem kredit

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    29/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 25

    semester melalui sistem modular yang bergantung pada kecepatan individu

    peserta didik. Bentuk percepatan belajar dalam sistem paket dan sistem kredit

    semester perlu diberikan panduan yang konkrit. Demikian peran guru yang

    menganut prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, dan ing ngarsa

    sung tulada perlu diterjemahkan dari fungsi guru sebagai pendidik, pengajar,

    pembimbing, pelatih, pengelola, dan pengembang. Prinsip pelaksanaan

    kurikulum dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya jugaperlu diberi panduan misalnya bagaimana cara mengelola studi lapangan

    sebagai bagian integral dari mata pelajaran.

    2. Struktur KurikulumKeajegan penggunakan istilah perlu dipelihara, istilah standar kompetensi lulusan

    dan standar kompetensi mata pelajaran yang tertuang dalam dokumen standar isi

    khususnya pada bagian struktur kurikulum hendaknya diganti dengan standar

    kompetensi lulusan satuan pendidikan (SMP/MTs) dan standar kompetensi lulusan

    mata pelajaran.

    Nama mata pelajaran yang tertuang pada bagian ini seolah-olah tidak lagi merujuk

    pada pengelompokkan mata pelajaran. Menurut hemat kami karena

    pengelompokkan mata pelajaran tidak begitu krusial dalam pencapaian

    kompetensinya dibandingkan dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran, maka

    sebaiknya pengelompokkan tersebut dihilangkan karena pada prakteknya sekolah

    atau guru akan menghadapi kesulitan besar mengingat adanya kegamangan dalam

    menentukan substansi yang merepresentasikan kelompok mata pelajaran.

    Alangkah baiknya pada bagian ini ditambahkan butir yang memberi panduan

    bahwa substansi setiap mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian standar

    kompetensi lulusan mata pelajaran sekaligus mengidentifikasi perannya dalam

    pencapaian kompetensi lulusan satuan pendidikan.

    Secara konseptual bahwa muatan lokal dan pengembangan diri dapat dikategorikan

    sebagai mata pelajaran karena keduanya dapat dipelajari dan dilatihkan. Namun

    untuk menghindari kekeliruan dalam menentukan jenis muatan lokal danpengembangan diri, maka definisi muatan lokal tidak dapat dikelompokkan ke

    dalam mata pelajaran yang ada sebaiknya diganti dengan mata pelajaran di luar

    mata pelajaran yang sudah ada dan memiliki dasar keilmuan yang sudah mapan

    dan diakui oleh kalangan ilmuwan serta mencirikan kekayaan keilmuan daerah.

    Demikian definisi pengembangan diri secara konseptual sudah tepat namun

    pernyataan bahwa pengembangan diri bukan mata pelajaran yang harus diasuh

    oleh guru sementara di bagian lain dinyatakan bahwa kegiatan pengembangan diri

    difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan,

    sehingga pengertiannya menjadi rancu. Alangkah baiknya apabila pernyataannya

    diubah bahwa pengembangan diri bukan mata pelajaran yang harus diasuh oleh

    guru mata pelajaran melainkan oleh guru bimbingan konseling (konselor), tenaga

    kependidikan lain, atau lembaga kemasya-rakatan yang telah diakui

    kredibilitasnya. Peran guru mata pelajaran khususnya wali kelas hendaknya

    berperan sebagai fasilitator atau koor-dinator agar terjadi hubungan simbiosis

    mutualistis antara pihak sekolah dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan terkait.

    Pada bagian ini pula jenis muatan lokal dan pengembagan diri diberikan beberapa

    contohnya untuk memberikan inspirasi yang jelas bagi pihak sekolah.

    Isitilah IPA terpadu dan IPS terpadu perlu diberikan gambaran yang lebih jelas,

    barangkali pandangan Fogarty (1991) sebagaimana tertera pada carta berikut dapat

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    30/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 26

    dijadikan suatu alternatif dalam memilih jenis keterpaduan sekalipun pada

    umumnya pada tingkat SMP memungkinkan menerapkan jenis (1) model

    hubungan/model terkait (connected model), (2) model jaring laba-laba/model

    terjala (webbed model), (3) model terpadu (integrated model).

    Jumlah jam pembelajaran yang tertera dalam struktur kurikulum perlu diberi

    penjelasan sebagai alokasi waktu hanya untuk tatap muka seperti tertera pada

    butir (b) beban belajar, tetapi jumlah jam belajar per minggunya harus disamakan

    (pada struktur dinyatakan 32 jam/minggu), sedangkan pada beban belajar

    sinyatakan 34 jam/minggu. Demikian pada struktur kurikulum dan beban belajar

    perlu secara eksplisit dinyatakan jumlah jam praktikum karena mata pelajaran

    tertentu membutuhkan alokasi waktu tersebut.

    Untuk memberikan dasar rasionalisasi penetapan alokasi waktu untuk setiap mata

    pelajaran, maka pada bagian struktur kurikulum ini perlu dituliskan

    topik/materi/konsep esensial minimal yang harus diajarkan, sehingga jumlah waktu

    ril dapat dikalkulasi dengan tepat.

    Penambahan maksimum 4 jam pembelajaran per minggu dari keseluruhan perlu

    diberikan panduan bahwa penambahan jam tersebut didistribusikan pada

    matapelajaran-matapelajaran yang menurut pemetaan substansinya relatif luas dan

    memerlukan keterlatihan.

    Demikian struktur kurikulum SMP pada tabel-3 yang sudah ada perlu

    mengakomodasi juumlah jam praktikum, dan memperbaiki waktu total 32

    jam/minggu menjadi 34 38 jam/minggu (jam praktikum belum terhitung). 34

    jam karena secara nyata pengembangan diri diberi alokasi ekuivalen dengan 2 jam

    pelajaran, sedangkan 38 jam menyatakan jumlah nyata setelah ada penambahan 4

    jam/minggu.

    Dengan mempertimbangkan adanya kesetaraan beban belajar antara SMP dan

    MTs, salah satu alternatif untuk mengakomodasi mata pelajaran yang menjadi

    kekhasan MTs adalah dengan mengisi muatan lokal dan pengembangan dirisekalipun jumlah jam belajar tidak memadai (hanya 4 jam). Upaya yang perlu

    dilakukan pihak sekolah (MTs) adalah dengan mengidentifikasi konsep-konsep

    atau prinsip-prinsip esensial yang mencirikan karakteristik dari mata pelajaran

    kekhasan MTs tersebut. Upaya yang harus dilakukan ini hendaknya dicantumkan

    secara eksplisit dalam dokumen standar isi, sehingga pihak sekolah / guru

    mendapat kejelasan.

    3. Beban BelajarDengan ditawarkannya alternatif penyelenggaraan program sistem paket dan

    sistem kredit semester, maka secara imbang informasi kedua program tersebut

    harus dinyatakan secara eksplisit dalam dokumen standar isi baik keunggulan dan

    kelemahannya. Walaupun menurut data lapangan tawaran sistem sks ini tidakmendapat respon baik karena keberhasilan penyelengaraan sistem sks belum

    didukung oleh berbagai kebijakan teknis. Oleh sebab itu, perlu formula petunjuk

    khusus yang tersedia bagi sekolah untuk melaksanakan sistem sks dan terbit dalam

    waktu segera.

    Salah satu kelemahan dari produk pendidikan (SMP) selama ini adalah lulusannya

    kurang memiliki keterampilan praktis, pemupukan sikap dan moral karena

    minimnya kegiatan praktikum maupun penanaman kandungan nilai-nilainya.

    Dalam penanaman dan pengembangan nilai-nilik intrinsik sains ini tidak perlu

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    31/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 27

    tambahan waktu tetapi perlu penyederhanaan isi materi pelajaran yang bersifat

    esensial agar dapat diintegrasikan dengannya. Kriteria materi esensial adalah

    sedikitnya memenuhi enam dari sebelas hal berikut : (1) Menunjang tercapainya

    tujuan/kompetensi; (2) Hal yang bersifat mendasar; (3) Mengandung aplikasi

    tinggi, (4) Merupakan prasyarat bagi materi selanjutnya; (5) Memberi motivasi

    bagi peserta didik; (6) Terkait dengan mata pelajaran lain; (7) Mengandung unsur

    pengembangan induk; (8) Terkait lingkungan; (9) Mudah dilaksanakan dalamproses pembelajaran; (10) Dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan (11) Sesuai

    tuntutan pembangunan.

    Oleh karena itu dalam dokumen standar isi perlu dibubuhkan bahwa program

    pembelajaran meliputi sistem tatap muka, praktikum, penugasan terstruktur, dan

    kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dengan dilibatkannya jam praktikum, maka

    tabel-25 perlu diperbaiki.

    Tugas terstruktur baik untuk pencapaian standar kompetensi namun dalam

    pelaksanaannya perlu koordinasi dengan guru mapel lain sehingga beban belajar

    siswa tidakoverloaded.

    Jumlah maksimum 50% dari jam pelajaran waktu untuk tugas terstruktur dan

    mandiri sudah rasional namun dalam pelaksanaannya sering kali tidak

    diperhitungkan sehingga bisa saja lebih dari 50% itu. Kelebihan dari proporsi

    tersebut perlu dipantau dengan mekanisme internal guru maupun sekolah.

    4. Kalender PendidikanAlokasi waktu pada kalender pendidikan yang dikemukakan dalam dokumen

    standar isi ini terlalu berlebih yakni 55 minggu (dari perhitungan maksimum)

    sedangkan jumlah minggu per tahun adalah 52. oleh karena itu perlu perbaikan

    terutama mereduksi alokasi waktu libur yang semula lebih dari 50% dari minggu

    efektif. Dalam kalender pendidikan ini juga perlu dikemukakan secara eksplisit

    bahwa minggu efektif diantara dua semester tidak sama mengingat libur

    keagamaan yang relatif panjang berada dalam salah satu semester.

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    32/34

  • 8/14/2019 43_Kajian Kebijakan Kurikulum SMP

    33/34

    42-Kajian Kebijakan Kurikulum SMP Tahun 2007 29

    Beban belajar telah sesuai dengan tingkat perkembangan dan kapasitas pesertadidik SMP/MTs, tetapi masih terdapat inkonsistensi dengan yang tertulis pada

    struktur kurikulum dan belum mengakomodasi kebutuhan jam praktikum beberapa

    mata pelajaran.

    Program sistem kredit semester yang ditawarkan pada satuan pendidikanSMP/MTs belum dikemukakan pada dokumen standar isi dan belum ada

    suplemennya. Dalam kalender pendidikan, alokasi waktu maksimum untuk kegiatan efektif

    belajar, libur, dan kegiatan khusus sekolah (55 minggu) melebihi jumlah minggu

    per tahun (52 minggu). Alokasi minggu efektif belajar berkisar antara (65-73 %)

    dari jumlah minggu ril per tahun. Komposisi minggu efektif belajar pada semester

    ganjil dan semester genap belum diatur dalam dokumen Standar isi.

    Temuan dan kesimpulan tentang Kajian Standar Isi SMP pada aspek pelaksanaandiperoleh melalui diskusi dengan guru dan kepala sekolah yang masih belum

    menggambarkan pelaksanaan sebagaimaan adanya. Selain itu, sampel peserta yang

    dilibatkan masih belum representatif sebagai sumber data tentang permasalahan

    pelaksanaan standar isi di lapangan.

    Selama proses pengkajian tentang dokumen pelaksanaan standar isi, dilibatkanbeberapa ahli yang masih sangat terbatas baik jenis, cakupan pekerjaan, asal

    perguruan tinggi maupun jumlahnya.

    Kurikulum (standar isi) yang telah dihasilkan dan diimplentasikan di berbagaisekolah dianggap dapat menjawab kebutuhan peserta didik hanya untuk masa

    sekarang dan beberpa tahun mendatang. Kita tidak pernah mengetahui apa yang

    akan terjadi pada kurun waktu 10 tahun mendatang. Kita hanya bisa melakukan

    berbagai antisipasi tentang berbagai kejadian serta berbagai harapan tentang

    kehidupan pada masa 10 tahun mendatang yang tentunya memberi sumbangan

    kepada pendidikan secara umum dan kurikulum secara khusus.

    Berbagai cara atau strategi yang dapat dite