43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

13
 MAKALAH EPIDEMIOLOGI STUDI RETROSPEKTIF (KASUS KONTROL) OLEH: 1. FANNY NOVIA (07174001) 2. ELGA MARDIA (07174025)

Transcript of 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

Page 1: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 1/13

 

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

STUDI RETROSPEKTIF

(KASUS KONTROL)

OLEH:

1. FANNY NOVIA (07174001)

2. ELGA MARDIA (07174025)

Page 2: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 2/13

 

 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

AKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2010

BAB IPENDAHULUAN

Epidemiologi Analitik merupakan riset epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh

penjelasan antara faktor resiko dan penyebab penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 

mengetahui apakah ada .korelasi antara satu faktor terhadap sebuah penyakit dengan

melaksanakan uji hipotesis.

Langkah-langkah pelaksanaan epidemiologi analitik adalah :

  Mempelajari apakah ada hubungan / korelasi antara timbulnya penyakit pada satu

kelompok dengan derajat pemajan (explosure) terhadap faktor resiko

  Bila ternyata ada hubungannya, maka langkah kedua adalah menyusun hipotesis.

  Menguji hipotesis yang telah disusun/dirancang untuk membuktikan apakah ada

asosiasi antara faktor reiko tersebut dan penyakit yang diteliti dikalangan individu

yang berasal dari kelompok penduduk yang mempunyai angka kesakitan tertinggi

sehingga diketahui hanya orang-orang dengan faktor resiko tinggi saja yang akan mati

akibat penyakit yang sedang diteliti.

  Bila pada uji hipotesis tidak diketemukan adanya hubungan/asosiasi maka akan

memicu penelitian analitik / hipotesa baru terhadap jenis penyakit/faktor pemajan

yang lain pula dan seterusnya.

Berdasarkan peran yang dimainkan oleh peneliti, Studi Epidemiologi analitik terbagi atas 2

hal yaitu :

 Studi Observasional ; yaitu penyelidikan dimana peneliti hanya mengamati perjalananalamiah peristiwa, membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor

Page 3: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 3/13

 

penelitian tanpa melakukan manipulasi atas pemajan, terdiri atas : Studi kasus kontrol

(retrospektif) dan Studi Kohort (prospektif)

  Studi eksperimental ; yaitu penyelidikan dimana peneliti mempelajari pengaruh

manipulasi dari intervensi suatu faktor resiko terhadap timbulnya penyakit, terdiri atas

uji klinik dan uji lapangan.

BAB II

STUDI RETROSPEKTIF

(KASUS-KONTROL)

2.1 Pendahuluan

Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai case-

comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study,

meupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara

efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain

penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko

dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship), seperti hubungan antara kejadian kanker

serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi

BCG, atau hubungan antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik 

pada ibu.

Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain

eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional, karena pada

studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain

kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan.

Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi

kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang

kedokteran klinik, terutama untuk penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.

2.2 Definisi

Page 4: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 4/13

 

Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor

risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan

mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok 

tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan

mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. 1,3,4,5

Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar

berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan

faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang

diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y

dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab

dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan

lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) padapopulasi yang diteliti.

Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam

studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk 

dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan

kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan

menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang

dipelajari.

Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling popular

belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan studi kasus kontrol anatara lain,

relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek yang sedikit, tak 

menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun

penyakit yang memiliki periode laten lama, dan sebagainya.

Pada studi kasus kontrol dicoba untuk menjawab pertanyaan tentang hubungan antara sifat

indifidu dengan paparan yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perubahan

lingkungan.akan diteliti mengenai perbedaan keadaan masyarakat/ individu yang terpapar

atau tidak terhadap polutan lingkungan tertentu. Dipandang dari sudut ekonomi dan waktu ,

maka studi ini termasuk cukup murah dan dapat dilaksanakan dalam waktu relative singkat.

Namun tetap tergantung pada keadaan individu sasarn dan control dalam hal memberikan

keterangan yang jelas pada peneliti.

Desain Studi Kasus Kontrol

Masalah saat sekarang Saat sekarang

Ada

faktor

risiko

KASUSTidak ada

faktor

risiko

Page 5: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 5/13

 

 

Populasi dengan ada kasus penyakit

Populasi dengan ada kasus penyakit

Ciri-ciri spesifik studi-kasus kontrol:

  Studi berciri lebih menarik (modest);

  Mempunyai resiko menimal;

  Cukup murah;

  Hasilnya cukup baik;

  Mempunyai kecenderungan menimbulkan bias.

BiasDalam Studi Kasus Kontrol

Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan

kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat

mempengaruhi hasil, yaitu :

a. Bias seleksi

b. Bias informasi

c. Bias perancu (confounding bias)

Penyebab bias di antaranya adalah :1. Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors) mungkin terlupa

oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias)

2. Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih

sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena efek 

(kontrol)

3. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan

penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen

4. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali sangat

sukar.

Ada

penyakit

Ada

faktor

risiko

Tidak ada

faktor

risiko

KASUS

Ada

penyakit

Page 6: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 6/13

 

2.3 Langkah-langkah pada Penelitain Kasus kontrol

Tahapan kegiatan dalam penelitian kasus-kontrol adalah sebagai berikut :

1.  Memilih sampel dari populasi yang ada kasusu penyakit. 

2.  Memilih sampel dari populasi yang mempunyai resiko, tetapi tidak menderita

penyakit (kontrol). 

Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :

  Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama 

  Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua

variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang

diteliti (matching) 

  Memilih lebih dari satu kelompok control 

3.  Menghitung variable prediktor. 

A. Studi kasus-kontrol tanpa matching

Rasio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan risiko relatif (RR)

pada studi kohort. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat kelompok kasus (a+c) dan kelompok 

kontrol (b+d). Dalam hal ini, yang dapat dinilai adalah berapa sering terdapat pajanan pada

kasus dibandingkan pada kontrol, disebut dengan rasio odds (RO).

RO = odds pada kelompok kasus : odds pada kelompok kontrol

(proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko)

----------------------------------------------------------------------------

(proporsi kontroldengan faktor risiko) / (proporsi kontrol tanpa faktor risiko)

B. Studi kasus-kontrol dengan matching

Pada studi kasus-kontrol dengan matching individual, harus dilakukan analisis dengan

menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Hasil pengamatan studi kasus-

kontrol biasanya disusun dalam tabel 2 x 2 dengan keterangan sebagai berikut :

Sel a : kasus mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan

Sel b : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan

Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan

Sel d : kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan

Kontrol

Kasus Risiko + Risiko -

Page 7: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 7/13

 

Risiko + a b

Risiko - c d

Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan mengabaikan sel a

karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan, dan sel d karena baik kelompok 

kasus maupun kontrolnya tidak terpajan. Rasio odds dihitung dengan formula :

RO = b / c

RO dapat dianggap mendekati risiko relatif apabila :

1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan

2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam hal peluangnya

untuk terpajan faktor risiko

3. Kelompok kasus harus representatif RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko, bila RO =

1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor risiko, dan bila RO < par =" p(r-

1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kasus Kontrol

Kelebihan

1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus

yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak dapat

dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.

2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.

3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.

4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu

penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).

5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.

Kelemahan

1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau

catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa

atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko

daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik 

rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan

reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).

2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.

3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya

faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.

Page 8: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 8/13

 

4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak 

mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.

5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan

dengan satu penyakit atau efek.

6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.

BAB III

CONTOH PENELITIAN KASUS KONTROL

STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP

KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG

STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP KEJADIAN ANEMIA

IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG MAROS TAHUN 2004Ridwan

Amiruddin1, Wahyuddin

1Staf Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas; 2 Staf Fakultas Kesehatan

Masyarakat -UIT.

RINGKASAN 

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan

persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan

angka kematian perinatal meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor

umur ibu, ANC, jarak kelahiran, paritas dan keluhan ibu hamil terhadap kejadian anemia di

wilayah puskesmas Bantimurung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus

kelola dengan sampel ibu hamil dan bersalin sebanyak 128 responden yang diambil secara

purposive sampling. Uji statistik yang digunkan adalah analisis Odds Ratio, dan logistik 

regresi. Hasil penelitian yang diperoleh sekitar 83.6 % responden mengalami anemia,

dengan ANC sebagian besar kurang dari 4 kali (72.7%). Hasil analisis bivariat ditemukan

banhwa ANC tidak signifikan terhadap anemia, OR. 1.251 (95%CI.0.574-2.729), demikian

 juga dengan keluhan dengan OR 1.354, 95 % CI. 0.673-2.725. begitu juga paritas kurang

dari satu dan lebih 4 tidak berefek terhadap anemia pada ibu hamil dengan OR 1.393 ,

95%CI.0.474-4.096. Sedangkan jarak kelahiran bermakna terhadap kejadian anemia

dengan OR 2.343, 95% CI.1.146-4.790. dan variabel Umur dengan OR 2.801, 95% CI

Page 9: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 9/13

 

1.089-7.207. Kesimpulan variabel yang berhubungan adalah jarak kelahiran dan umur ibu

hamil, sedangkan variabel paritas, ANCdan adanya keluhan tidak bermakna. Dengan

demikian maka disarankan bahwa untuk menekan kejadian anemia dengan berbagai

dampaknya maka pengaturan jarak kelahiran sangat diperlukan melalui perencanaan

kelahiran melalui keluarga berencana, begitu juga dengan umur ibu, sangat penting untuk 

diperhatikan melahirkan pada usia 20- 35 tahun. (J Med Nus. 2004; 25:71-75).

LATAR BELAKANG

Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang

menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan

masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas

pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dankeracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya

dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor), yang mana bersifat medik 

maupun non medik. Di antara faktor non medik dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi

keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain.

Kerangka konsep model analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine menunjukkan

bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaiki status

sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor langsung yaitu

perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan.1 Ketiga hal tersebut akan berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam model yaitu

kehamilan, timbulnya komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu. Dari model Mc

Carthy dan Maine tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya intervensi pada faktor tidak 

langsung harus selalu melalui faktor penyebab yang langsung. 2

Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine 1 merupakan faktor penting

dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah satu sebab kematian

obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant 5 menyatakan

bahwa anemia merupakan salah satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO 6b menyatakan

bahwa anemia merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7

menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7%

untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung

berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan

meningkatnya kesakitan ibu.

Page 10: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 10/13

 

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan

persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan

angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum

lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita

yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.9 Soeprono.10 menyebutkan bahwa

dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya

gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses

persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas

(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan

gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-

lain).

Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya

banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar

dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50-

79%.11 Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia kehamilan di Indonesia berdasarkan data

Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12

rumah sakit pendidikan/rujukan di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil dengan

anemia yang melahirkan di RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%. Prevalensi tersebut

meningkat dengan bertambahnya paritas.9 Hal yang sama diperoleh dari hasil SKRT 1986

dimana prevalensi anemia ringan dan berat akan makin tinggi dengan bertambahnya

paritas.13 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada

kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga

dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.6a

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil

dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa

kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh

Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi.

Indonesia, prevalensi anemia tahun l970 – an adalah 46,5 – 70%. Pada SKRT tahun 1992

dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun 1995 turun

menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%.

Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia gizi

khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 – 

71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi

76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah

Page 11: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 11/13

 

di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997).

Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan

hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam

darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke

otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi

yang dilahirkan. Studi di Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur

bagi ibu yang tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa

risiko kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita

hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum 24

minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu faktor

kehamilan dengan risiko tinggi.

Sumber : Data primer

METODE PENELITIAN 

A. DESAIN PENELITIAN DAN UNIT ANALISIS

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kelola untuk melihat gambaran status

kesehatan ibu hamil serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut.

Instrument studi terdiri dari kuesioner, serta formulir pemeriksaan ibu hamil, Unit analisis

adalah ibu hamil dan ibiu nifas yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bantimurung

kab. Maros.

B.POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi rujukan adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Bantimurung kabupaten Maros pada periode Agustus – September 2004.

2. Sampel

Sampel adalah ibu hamil dan ibu bersalin yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Bantimurung Kab. Maros pada saat penelitian dilaksanakan. Sampel diambil secara

purposive sampling, dengan jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 128 ibu hamil.

C. PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA1. Pengolahan Data

Sumber : Data Primer

Tabel 1. menunjukkan bahwa analisis Hubungan ANC dengan kejadian anemia yang

paling banyak menderita anemia adalah responden dengan ANC < 4 kali dengan jumlah

53 (57.0%) orang dan terendah pada responden dengan ANC ³ 4 kali sebanyak 18 orang

(51.4%). Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.251 dengan nilai lower

0.574 dan upper 2.729.

Page 12: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 12/13

 

2. Keluhan dengan Anemia 

Tabel 2. Analisis Keluhan dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas

Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004. Tabel 2 menunjukkan analisis hubungan

keluhan dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia

adalah yang memiliki keluhan dengan jumlah 39 (59,1%) orang dan terendah pada

responden yang tidak memiliki keluhan dengan jumlah 32 51.6%)orang.

Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.354 dengan nilai lower 0.673 dan

upper 2.725.

C. Pembahasan

1. A N C dengan kejadian anemia.

Antenatal care adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga

professional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu

minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada

trimester II dan 2 kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC kejadian anemia pada

ibu dapat dideteksi sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya

selama hamil dan mempersiapkan persalinannya.

Hasil analisis hububgan ANC dengan kejadian anemia didapatkan OR sebesar 1,251

dengan nilai lower 0,574 dan nilai upper 2,729, oleh karena nilai 1 berada diantara batas

bawah dan batas atas maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan

ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

2. Keluhan selama hamil

Kehamilan adalah peristiwa alami yang melibatkan perubahan fisik dan emosional dari

seorang ibu, utamanya pada umur kehamilan 1 – 3 bulan pertama kebanyakan ibu hamil

mengalami beberapa keluhan seperti pusing, mual, kadang  – kadang muntah. Keadaan ini

akan berlangsung sementara dan biasanya hilang dengan sendirinya pada kehamilan lebih

dari 3 bulan. Dari hasil analisis hubungan keluhan selama hamil dengan kejadian anemia

didapatkan nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas yaitu nilai lower 0,673 dan

nilai upper 2,725, maka tidak terdapat hubungan antara faktor keluhan ibu selama hamil

dengan kejadian anemia.

D. KESIMPULAN 

Berdasarkan hasil analisis status kesehatan ibu hamil di Kecamatan Bantimurung Kab

Maros didapatkan

1. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun berisiko lebih besar untuk 

Page 13: 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

5/17/2018 43978449-MAKALAH-EPIDEMIOLOGI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/43978449-makalah-epidemiologi 13/13

 

menderita anemia

2. ANC ibu hamil kurang dari 4 kali tidak berisiko untuk menderita anemia